Anda di halaman 1dari 2

Kayu-kayu ini dari hasil membabat Hutan Tele.

Direktur PT GDS, Jonni


Sihotang divonis 4 tahun lebih atas perbuatan merusak hutan ini. Foto: Ayat
S Karokaro/mongabay

RIAUBOOK.COM - Mahkamah Agung (MA) memutuskan JS, Direktur Utama PT. GDS
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah telah melakukan tindak pidana perusakan
lingkungan hidup berdasarkan Pasal 98 Ayat 1 UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Melalui putusan Nomor 1203K/Pid.Sus.LH/2016 tanggal 17 Mei 2017, Majelis Hakim yang
diketuai Suhadi dengan anggota Desnayeti dan Maruap Dohmatiga Pasaribu menolak kasasi
JS dan memperkuat putusan Pengadilan Tinggi Medan pada tanggal 18 Januari 2016 dan
Pengadilan Negeri Balige pada tanggal 19 Agustus 2015.

Dalam amar putusannya, Majelis Hakim menjatuhkan hukuman pidana penjara selama 3
tahun dengan denda Rp. 5 Milyar subsider 6 bulan kurungan penjara dan memerintahkan
terdakwa untuk segera ditahan. Selain hukuman pidana, PT. GDS juga diwajibkan
memperbaiki kerusakan lingkungan di areal izin lokasi + 400 Ha di Desa Hariara Pintu,
Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir. Perbaikan lingkungan dilakukan dengan menanam
tanaman keras di lokasi bekas tebangan pohon dan membangun dinding penahan tebing yang
sebelumnya telah dipotong oleh PT. GDS.

Menanggapi putusan MA ini, Dirjen Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(LHK), Rasio Ridho Sani mengapresiasi putusan Majelis MA. "Majelis Hakim telah berpihak
kepada keadilan lingkungan, in dubio pro natura," ujar Rasio.

Rasio menambahkan, untuk memberikan efek jera, pelaku kejahatan kehutanan dan
lingkungan ini harus dijerat dengan undang-undang (UU) dan pasal berlapis, termasuk
pencucian uang.
"Kita harus tindak tegas pelaku kejahatan luar biasa ini karena menyangkut kehidupan dan
masa depan banyak orang," tegas Rasio.

Proses penyidikan dilakukan oleh Penyidik Kementerian LHK berdasarkan laporan kejadian
PT. GDS telah melakukan kegiatan penebangan kayu di Hutan Tele, Desa Hariara Pintu,
Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara. Perusahaan yang bergerak
di bidang perkebunan dan peternakan ini melakukan aktivitas penebangan tanpa dilengkapi
dengan izin lingkungan sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan.

Perusakan kawasan hutan oleh PT. GDS tidak hanya menyebabkan kehilangan kekayaan
hayati, seperti punahnya anggrek batak dan trenggiling di lokasi. Potongan kayu dan tanah
dari kegiatan PT. GDS juga menutup induk sungai dan anak sungai yang mengalir ke Sungai
Renun yang mengalir ke Kabupaten Dairi dan Provinsi Aceh. Sungai ini merupakan sumber
air untuk pertanian dan PLTA mini Combi di Kabupaten Pakpak Bharat. PT. GDS juga
melakukan perubahan bentuk lahan dan bentang alam sehingga menyebabkan rawan longsor.

Muhammad Yunus, Direktur Penegakan Hukum Pidana KLHK meminta putusan MA tanggal
17 Mei 2017 tersebut dilaksanakan secepatnya.

Kami harapkan putusan MA ini segera dapat dieksekusi untuk menjadi pembelajaran bagi
yang lain," ia menandaskan. (RB/rls)

Penanggung jawab berita:

Kepala Biro Humas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,

Djati Witjaksono Hadi

http://www.riaubook.com/berita/34849/pt-gds-merusak-hutan-didenda-rp5-miliar-ini-tanggapan-
klhk

Anda mungkin juga menyukai