Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PADA MBAH SM DI WISMA KENANGA


UPT PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA
PASURUAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Departemen Gerontik


di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Pasuruan

OLEH:
KELOMPOK 1/PSIK
PUTRI DEWI ARUMSARI
NIM 170070301111037

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
LAPORAN PENDAHULUAN
SINDROM GERIATRIC

A. PENGERTIAN LANSIA
Menurut Departemen Sosial (1997), lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60
tahun atau lebih, baik secara fisik masih berkemampuan (potensial) maupun karena
permasalahan tidak mampu berperan secara konstributif dalam pemabngunan (non
potensial).
Menurut Departeman Kesehatan RI (2008), manusia usia lanjut adalah seseorang
yang usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial. Perubahan ini
akan berpengaruh terhadap seluruh aspek kehidupannya, termasuk kesehatannya, oleh
karena itu kesehatan lanjut usia perlu mendapatkan perhatian khusus dan tetap
terpelihara serta ditingkatkan sehingga para lanjut usia tersebut dapat ikut serta dalam
pembangunan.Usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia 60+ tahun (WHO,
2010 dalam Syerniah, 2010).
Batasan Usia Lanjut
a. Usiapertengahan (middle age) yaitukelompokusia 45-59 tahun.
b. Lanjutusia (elderly) yaitukelompokusia 60-74 tahun.
c. Lanjutusiatua (old), yaitukelompokusia 75-90 tahun.
d. Usiasangattua (very old), yaitukelompokusia di atas 90 tahun.
(WHO, dalam Nugroho, 2000, dalam Syerniah, 2010)

B. TEORI PROSES MENUA


1. TeoriBiologi
Proses menua dilihat sebagai suatu kejadian dimulai dari molekul, sel, bahkan sistem.
Menurut Hayflick 1996 dalam Syerniah, 2010 perubahan biologis ini akan menurunkan
fungsi suatu organisme yang mengarah pada kegagalan yang komplit termasuk
kegagalan organ atau sistem organ (Syerniah, 2010). Perubahan sistem orgam akan
mengakibatkan penurunan fungsi tubuh sehingga seorang lansia rentan untuk
mengalami penyakit fisik yang berkaitan dengan fungsi organ tersebut. Penyakit fisik
yang sering dialami oleh lansia adalah hipertensi, penyakit jantung, gagal jantung,
osteoporosis, diabetes mellitus, katarak, dan presbiakusis (Nugroho, 2006).Perubahan
biologis pada lansia dapat mencetuskan masalah psikososial depresi.
Teori biologi ini dibagi dalam dua bagian utama, yaitu teori stochastic dan teori
nonstochastic (Meiner dan Lueckenotte, 2006; Ebersole, et al., 2005, dalam Syerniah,
2010).Teori stochastic mencakup error teori, teori radikal bebas, teori rantai silang dan
teori pemakaian dan rusak.
2. TeoriStochastic
1. Error teori
Dalam error teori sel yang tua akan mengalami perubahan secara alami pada
asam deoksiribonukleat (DNA) dan asam ribonukleat (RNA) (Black dan Hawks, 2005
dalam Meiner dan Lueckenotte, 2006). Pada DNA terjadi kesalahan transkrip yang
mengakibatkan kesalahan dalam reproduksi enzim atau protein dan bersifat
menetap.Akbatnya terjadi kerusakan pada aktivitas sel sehingga sistem tidak dapat
berfungsi secara optimal (Syerniah, 2010).
Perubahan sel ini bersamaan dengan proses menua. Proses penuaan dan
kematian organisme dapat disebakan oleh kejadian ini (Sonneborn, 1979, dalam
Meiner dan Lueckenotte, 2006; Ebersole, et al., 2005). Berdasarkan prinsip error
teori ini lansia mengalami kerusakan pada sistem organ yang akan mempengaruhi
aktivitas kehidupannya. Lansia menjadi ketergantungan dengan orang lain dalam
perawatan dirinya karena adanya penurunan fungsi organ tersebut. ketergantungan
lansia dengan orang lain dalam pemenuhan kebutuhan dirinya ini merupakan
stressor psikologis dan lansia dapat mengalami ketidakberdayaan dan
keputusasaan dalam Syerniah, 2010
2. Teori radikal bebas
Radikal bebas merupakan dasar dari aktivitas metabolisme dalam tubuh dan
dapat meningkat akibat polusi lingkungan seperti ozon, pestisida, dan radiasi.
Radikal jika tidak dinetralisis oleh aktivitas enzim atau antioksidan alami dapat
menyerang molekul lain di dalam membran sel. Hal ini akan menurunkan funngsi
membran sel dan akhirnya merusak membran sel sehingga sel menjadi mati
(Haflick, dalam Meiner dan Lueckenotte, 2006). Teori ini memberikan kejelasan
bahwa kerusakan bahkan kematian sel pada individu dapat disebabkan oleh radikal
bebas yang berdampak pada kerusakan organ dan mengakibatkan penurunan
fungsi fisik sehingga aktivitas fisik lansia terbatas. Keterbatasan fisik dapat
menimbulkan keputusasaan, ketidakberdayaan dan mengisoloasi diri dari orang lain
(Syerniah, 2010).
3. Teori rantai silang (cross linkage theory)
Bahwa dikatakan protein dalam proses menua mengalami peningkatan
penyilangan (pertautan) atau saling mengikat dan akan menghambat proses
metabolisme yang akan mengganggu sirkulasi nutrisi dan produk sisa di antara
kompartemen intra sel dan ekstra sel (Meiner dan Lueckenotte, 2006; Matteson dan
McConnel, 1998). Akibat proses ini adalah ikatan kolagen semakin kuat tetapi
transportasi nutrisi dan pengeluaran produk sisa metabolisme dari sel menurun
sehingga menurunkan fungsi strukturnya. Perubahan ini tampak pada kulit dimana
kulit kehilangan kekenyalan dan elastisitasnya (Bjorkstein, 1976; Hayflick, 1996,
dalam Meiner dan Lueckenotte, 2006).Teori rantai silang ini juga menjelaskan
bahwa sistem imun menjadi kurang efisien sehingga mekanisme pertahanan tubuh
tidak dapat merubah ikatan rantai silang.Lansia menjadi rentan mengalami penyakit
infeksi.Kondisi psikologis ini merupakan fenomena yang sering ditemukan pada
masalah keperawatan harga diri rendah, keputusasaan, dan isolasi sosial yang
meruapakn tanda depresi lansia (Syerniah, 2010).
4. Teori pemakaian dan rusak
Sel yang digunakan dalam waktu lama secara terus menerus akan
mengakibatkan kerusakan jaringan karena kelelahan dan tidak mengalami
peremajaan. Proses menua dalam teori ini merupakan suatu proses yang diprogram
yang mempunyai resiko untuk mengalami stress atau akumulasi injuri atau trauma
yang pada akhirnya akan mempercepat kematian (Haflick, 1996 dalam Meiner dan
Lueckenotte, 2006). Beberapa gangguan yang dialami oleh lansia adalah kehilangan
gigi, penurunan fungsi indera penglihatan, pendengaran, dan pegecap, penurunan
fungsi sel otak dan penurunaan kekuatan otot pernafasan (Nugroho, 2006, dalam
Syerniah, 2010).

3. TeoriNon-stochastic
1. Teori Diprogram
Hayflick dan Moorehead (1996, dalam Meiner dan Lueckenotte, 2006)
menyatakan bahwa pembelahan sel normal dibatasi oleh waktu yang mengartikan
bahwa harapan hidup setiap orang telah diprogramkan.Pembatasan kerja sel ini
tampak pada penurunan fungsi hormon khususnya hormon reproduksi.Pada wanita
penurunan sekresi estrogen dan progesterone mengakibatkan wanita mengalami
menopause (Meiner dan Lueckenotte, 2006; Fortinash dan Worret, 2004; Matteson
dan McConnel, 1998, dalam Syerniah, 2010).
2. Teori imunitas
Proses menua menurunkan pertahanan tubuh terhadap kuman patogen. Hal ini
ditandai dengan meningkatnya insiden penyakit infeksi dan produksi autoantibodi
yang mengarah pada penyakit autoimun (Meiner dan Lueckenotte, 2006; Fortinash
dan Worret, 2004; Matteson dan McConnel, 1998, dalam Syerniah, 2010).

4. Teoripsikologis
Menurut Birren dan Cunningham (1985, dalam Meiner dan Lueckenotte, 2006)
mekanisme adaptasi lansia adalah memori, kemampuan belajar, perasaan, fungsi
intelektual dan motivasi untuk melakukan atau tidak melakukan aktivitas. Pada aspek
psikologis proses menua tidak hanya terjadi perubahan pada perilaku tetapi juga aspek
perkembangan yang berhubungan dengan kehidupan dewasa tua (Syerniah, 2010).
a. Teorihirarkikebutuhandasarmanusia Maslow
Motivasi individu digambarkan sebagai suatu hirarki kebutuhan yang penting
untuk pertumbuhan dan perkembangan semua individu yang ditujukan sebagai
partisipasi aktif dalam hidup dan kerja keras untuk aktualisasi diri (Crason dan Arnold,
1996 dalam Meiner dan Lueckenotte, 2006). Lansia juga mempunyai kebutuhan
dasar yang akan memotivasi lansia untuk melakukan aktivitas. Pada lansia yang
mengalami perasaan putus asa dan tidak mempunyai harapan akan menurunkan
motivasi lansia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Lansia akan mejadi lamban
dalam beraktivitas bahkan dapat menjadi apatis (Syerniah, 2010).
b. Teori individualism oleh Carl Jung
Jung (1960, dalam Meiner dan Lueckenotte, 2006) mengemukakan suatu teori
perkembangan kepribadian melalui kehidupan usia anak, remaja, dan remaja akhir,
usia pertengahan dan usia tua. Kepribadian individu merupakan komponen dari ego,
keadaan individu yang tidak disadari dan kumpulan keadaan yang tidak
disadari.Kepribadian seseorang dilihat sebagai sesuatu yang diorientasikan pada
lingkungan eksternal atau pengalaman internal yang bersifat subjektif.Keseimbangan
antara dua kekuatan ini harus ada pada setiap individu dan merupakan hal yang
penting bagi kesehatan mental. Dengan menurunnnya tanggung jawab dan tuntuatan
dari keluarga dan ikatan sosial, yang sering terjadi pada lansia, maka orang akan
menjadi lebih introvert (Jung, dalam Stanley, Blair dan Beare, 2005). Lansia yang
sehat mental mempunyai pandangan positif tentang diri sendiri dan nilai-nilai yang
dimilikinya, tanpa melihat kepada keterbatasan fisik yang dialaminya maupun
kehilangan yang telah dialami.Masa lalu dipandang positif dan memberikan kepuasan
bagi dirinya dan kehidupannya. Lansia yang tidak mempunyai pandangan positif
tentang perubahan yang dialaminya pada masa tua akan merasa putus asa dan
meminimalkan interaksi dengan orang lain. Perasaan putus asa dan menghindari
kontak sosial merupakan gejala depresi lansia (Syerniah, 2010).
c. Teoridelapantingkatanhidupmenurut Erikson
Tugas utama lansia adalah mampu melihat kehidupan seseorang sebagai
kehidupan yang dijalani dengan integritas Stanley, Blaire, dan Blair, 2005) Pada
lansia yang tidak mampu mencapai integritas ini akan mengalami rasa penyesalan
atau putus asa. Tugas perkembangan merupakan aktivitas dan tantangan yang harus
dipenuhi oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai
masa tua yang sukses.Setiap individu mempunyai kesempatan untuk menyelesaikan
setiap tahapan dengan sukses.(Meiner dan Lueckenotte, 2006, dalam (Syerniah,
2010).
d. Ekspansi peck teori Erikson
Peck (1998) Tahapan delapan tugas perkembangan erikson, yaitu ego versus
keputusasaan menjadi tiga tahapan, yaitu perbedaan ego versus preokupasi peran
kerja, trancedence tubuh versus preokupasi tubuh dan transcendence ego versus
preokupasi ego (Ignatavius dan Workman, 2005, dalam Meiner dan Lueckenotte,
2006; Stanley, Blair dan Beare, 2005, dalam Syerniah, 2010).
Pada tahapan perbedaan ego versus preokupasi peranan kerja, tugas lansia
adalah mencapai identitas dan perasaan berharga dari sumber lain selain dari peran
kerjanya. Akibat pension dan penghentian bekerja telah menurunkan perasaan nilai
(harga) diri lansia.Sebaliknya lansia dengan perbedaan ego yang baik dapat
menggantikan peranan kerjanya dengan aktivitas dan peran baru sebagai sumber
utama untuk harga dirinya (Ignatavius dan Workman, 2005, dalam Meiner dan
Lueckenotte, 2006; Stanley, Blair dan Beare, 2005, dalam (Syerniah, 2010).
Tahapan kedua; transcendence tubuh versus preokupasi tubuh mengarah
pada pandangan bahwa kesenangan dan kenyamanan berarti kesejahteraan
fisik.Tugas lansia pada tahap ini melalui interksi interpersonal dan aktivitas psikososial
lansia dapat mencapai esejahteraan meskipun mengalami kemunduran fisik
(Ignatavius dan Workman, 2005, dalam Meiner dan Lueckenotte, 2006; Stanley, Blair
dan Beare, 2005, dalam (Syerniah, 2010).
Tahap ketiga; transcendence ego versus preokupasi ego melibatkan
penerimaan tentang kematian individu. Hal ini melibatkan secara aktif bagi setiap
individu bahwa kematian adalah sesuatu yang telah ditetapkan dan akan mencapai
transcendence ego (Ignatavius dan Workman, 2005, dalam Meiner dan Lueckenotte,
2006; Stanley, Blair dan Beare, 2005, dalam (Syerniah, 2010). Berdasarkan teori ini
lansia dapat mencapai kesejahteraan melalui interksi dengan orang lain ataupun
aktivitas psikososial yang baru meskipun mengalami perubahan fisik yang
menurunkan kemampuan fungsi tubuhnya (Syerniah, 2010).

C. KONSEP SINDROM GERONTIK


1. Definisi
Sindrom geriatric adalah serangkaian kondisi klinis pada lansia yang dapat
mempengaruhi kualitas hidup dan dikaitkan dengan kecacatan.Sindrom geriatric meliputi
gangguan kognitif, depresi, inkontinensia, ketergantungan fungsional, dan jatuh.Sindrom
geriatric dapat menyebabkan angka morbiditas yang signifikan dan keadaan yang buruk
pada lansia.Sindrom ini biasanya melibatkan beberapa system organ. Dalam menilai
kesehatan lansia perlu dibedakan antara perubahan akibat penuaan dengan perubahan
akibat proses patologis.Sindrom geriatri memiliki beberapa karakteristik, yaitu: usia>60
tahun,multipatologi, tampilan klinis tidak khas, polifarmasi, fungsi organ
menurun,gangguan status fungsional, dan gangguan nutrisi. Sindrom geriatric antara
lain:
a. The O complex : fall, confusion, incontinence, iatrogenic disorders, impaired
homeostatis.
b. The big three: intellectual failure, instability, incontinence
c. The 14 I: Immobility, Impaction, Instability, Iatrogenic, Intelectual Impairment,
Insomnia, Incontinence, Isolation, Impotence, Immunodeficiency, Infection, Inanition,
Impairment of vision, smelling, hearing, Impecunity (Setiati, 2006)
Pasien geriatri sering disertai penyakit kronis degeneratif.Masalah yang muncul sering
tumpang tindih dengan gejala yang sudah lama diderita sehingga tampilan gejala menjadi
tidak jelas.Penyakit degeneratif yang banyak dijumpai pada pasien geriatri adalah
hipertensi, diabetes melitus, dislipidemia, osteoartritis, dan penyakit kardiovaskular
(Waters, 2010).

2. Klasifikasi
Terdapat beberapa klasifikasi sindrom geriatric, diantaranya adalah:
a. Imobilisasi
Imobilisasi adalah keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari atau lebih,
diiringi gerak anatomis tubuh yang menghilang akibat perubahan fungsi
fisiologis.Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan
otot, ketidakseimbangan, dan masalah psikologis.Imobilisasi menyebabkan
komplikasi lain pada lansia bila tidka ditangani dnegan baik. Gangguan keseimbangan
(instabilitas) akan memudahkan pasien geriatric terjatuh dan dapat mengalami patah
tulang (Pranarka, 2011).
b. Instability (jatuh)
Gangguan keseimbangan (instabilitas) akan memudahkan pasien geriatri terjatuh dan
dapat mengalami patah tulang. Terdapat banyak faktor yang berperan untuk
terjadinya instabilitas dan jatuh pada orang usia lanjut. Berbagai faktor tersebut dapat
diklasifikasikan sebagai faktor intrinsik (faktor risiko yang ada pada pasien) dan faktor
risiko ekstrinsik (faktor yang terdapat di lingkungan). Prinsip dasar tatalaksana usia
lanjut dengan masalah instabilitas dan riwayat jatuh adalah mengobati berbagai
kondisi yang mendasari instabilitas dan jatuh, memberikan terapi fisik dan penyuluhan
berupa latihan cara berjalan, penguatan otot, alat bantu, sepatu atau sandal yang
sesuai, serta mengubah lingkungan agar lebih aman seperti pencahayaan yang
cukup, pegangan, lantai yang tidak licin.
c. Intelectual impairment (gangguan kognitif)
Keadaan yang terutama menyebabkan gangguan intelektual pada pasien lanjut usia
adalah delirium dan demensia. Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan
memori yang dapat disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan
gangguan tingkat kesadaran.Demensia tidak hanya masalah pada memori. Demensia
mencakup berkurangnya kemampuan untuk mengenal, berpikir, menyimpan atau
mengingat pengalaman yang lalu dan juga kehilangan pola sentuh, pasien menjadi
perasa, dan terganggunya aktivitas
d. Inkontinensia
Inkontinensia adalah keluarnya urin tidak terkendali pada waktu yang tidak
dikehendaki tanpa memperhatikan frekuensi dan jumlahnya, sehingga mengakibatkan
masalah sosial dan higienis.Masalah inkontinensia urin dapat diatasi dengan baik jika
memahami pendekatan klinis dan penanganannya.
e. Isolastion (depresi)
Gangguan depresi pada usia lanjut kurang dipahami sehingga banyak kasus tidak
dikenali. Gejala depresi pada usia lanjut seringkali dianggap sebagai bagian dari
proses menua. Prevalensi depresi pada pasien geriatri yang dirawat mencapai 17,5%.
Deteksi dini depresi dan penanganan segera sangat penting untuk mencegah
disabilitas yang dapat menyebabkan komplikasi lain yang lebih berat. Etiologi dan
patogenesis berhubungan dengan polifarmasi, kondisi medik dan obat-obatan. Faktor-
faktor yang memperberat depresi adalah:
 Kehilangan orang yang dicintai
 Kehilangan rasa aman
 Taraf kesehatan menurun
f. Impotence (impotensi)
Sebanyak 50 % pria pada umur 65 tahun dan 75 % pria pada usia 80 tahun
mengalami impotensi. 25 % terjadi akibat mengomsumsi obat-obatan seperti:
 Anti hipertensi
 Anti psikosa
 Anti depresan
 Litium (mood stabilizer)
 Selain karena mengonsumsi obat-obatan, impotensi dapat terjadi akibat
menurunnya kadar hormon
g. Imunodeficiency
Perubahan yang terjadi dari proses menua adalah:
 Berkurangnya imunitas yang dimediasi oleh sel
 Rendahnya afinitas produksi antibody
 Meningkatnya autoantibodi
 Terganggunya fungsi makrofag
 Berkurangnya hipersensitivitas tipe lambat
 Atropi timus
 Hilangnya hormon timus
 Berkurangnya produksi sel B oleh sel-sel sumsum tulang
h. Infection
Infeksi sangat erat kaitannya dengan penurunan fungsi sistem imun pada usia lanjut.
Infeksi yang sering dijumpai adalah infeksi saluran kemih, pneumonia, sepsis, dan
meningitis. Kondisi lain seperti kurang gizi, multipatologi, dan faktor lingkungan
memudahkan usia lanjut terkena Infeksi terjadi akibat beberapa hal antara lain adanya
penyakit komorbid kronik yang cukup banyak, menurunnya daya tahan/imunitas
terhadap infeksi, menurunnya daya komunikasi usila sehingga sulit/jarang mengeluh,
sulitnya mengenal tanda infeksi secara dini(Pranarka, 2011)
i. Immunodeficiency(Malnutrisi)
Jenis malnutrisi:
 Malnutrisi primer, yang terjadi sebab dietnya mutlak salah atau kurang
 Malnutrisi sekunder atau bersyarat
Kelemahan nutrisi merujuk pada hendaya yang terjadi pada usia lanjut karena
kehilangan berat badan fisiologis dan patologis yang tidak disengaja. Anoreksia pada
usia lanjut merupakan penurunan fisiologis nafsu makan dan asupan makan yang
menyebabkan kehilangan berat badan yang tidak diinginkan. Faktor predisposisi dari
malnutrisi adalah:
 Pancaindra untuk rasa dan bau berkurang
 Kehilangan gigi alamiah
 Gangguan motilitas usus akibat tonus otot menurun
 Penurunan produksi asam lambun(Pranarka, 2011)
j. Impaction (konstipasi)
keluhan-keluhan jika lansia menderita konstipasi yaitu sebagai berikut yang
berlangsung dalam waktu 3 bulan:
 Konsistensi feses keras
 Mengejan dengan keras saat BAB
 Rasa tidak tuntas saat BAB, meliputi 25 % dari keseluruhan BAB
 Frekuensi BAB 2 kali seminggu atau kuran
Faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan konstipasi adalah:
 Obat-obatan (narkotik golongan NSAID, antasid aluminium, diuretik,analgetik, dll)
 Kondisi neurologis
 Gangguan metabolic
 Psikologis
 Penyakit saluran cerna
 Lain-lain (diet rendah serat, kurang olahraga, kurang cairan)
k. Insomnia
Insomnia merupakan gangguan tidur yang sering dijumpai pada pasien
geriatric.Umumnya mereka mengeluh bahwa sulit tidur, tidur tidak memuaskan, dan
sulit mempertahankan kondisi tidur.
Pada usia lanjut umumnya mengalami gangguan tidur, seperti:
 Kesulitan untuk tertidur (sleep onset problem)
 Kesulitan mempertahankan tidur nyenyak (deep maintenance problem)
 Bangun terlalu pagi (early morning awakening)
Faktor yang dapat menyebabkan insomnia pada usia lanjut adalah:
 Perubahan irama sirkadian
 Gangguan tidur primer
 Penyakit fisik (hipertiroid, arteritis)
 Penyakit jiwa
 Pengobatan polifarmasi
 Demensia (Sullivan, 2009).
l. Iatrogenic Disorder (Gangguan Iatrogenic)
Karakteristik yang khas dari pasien geriatri yaitu multipatologik, seringkali
menyebabkan pasien tersebut perlu mengkonsumsi obat yang tidak sedikit jumlahnya.
Akibat yang ditimbulkan antara lain efek samping dan efek dari interaksi obat-obat
tersebut yang dapat mengancam jiwa. Pemberian obat pada lansia haruslah sangat
hati-hati dan rasional karena obat akan dimetabolisme di hati sedangkan pada lansia
terjadi penurunan fungsi faal hati sehingga terkadang terjadi ikterus (kuning) akibat
obat. Selain penurunan faal hati juga terjadi penurunan faal ginjal (jumlah glomerulus
berkurang), dimana sebagaian besar obat dikeluarkan melalui ginjal sehingga pada
lansia sisa metabolisme obat tidak dapat dikeluarkan dengan baik dan dapat berefek
toksik
m. Impairment of Hearing, Vision, and Smell
Gangguan penglihatan dan pendengaran juga sering dianggap sebagai hal yang
biasa akibat proses menua. Prevalensi gangguan penglihatan pada pasien geriatri
yang dirawat di Indonesia mencapai 24,8%.Gangguan penglihatan berhubungan
dengan penurunan kegiatan waktu senggang, status fungsional, fungsi sosial, dan
mobilitas. Gangguan penglihatan dan pendengaran berhubungan dengan kualitas
hidup, meningkatkan disabilitas fisik, ketidakseimbangan, jatuh, fraktur panggul, dan
mortalitas (Hidayat, 2006)

3. Manifestasi Klinis
Terdapat beberapa manifestasi dari sindrom geriatric diantaranya adalah:
1) Imobilisasi
a. Tidak mampu bergerak atau beraktifitas sesuai kebutuhan
b. Keterbatsan mengerakan sendi
c. Adanya kerusakan aktivitas
d. Penurunan ADL dibantu orang lain
e. Malas untuk bergerak atau latihan mobilitas
2) Inkontinensia
a. Inkontinensia stress: keluarnya urin selama batuk, mengejan
b. Inkotinensia urgensi: ketidakmampuan menahan keluarnya urin dengan
gambaran seringnya terburu-buru berkemih
c. Enuresis nokturnal: keluarnya urin saat tidur malam hari
3) Demensia
a. Rusaknya seluruh jajaran fungsi kognitif
b. Awalnya gangguan daya ingat jangka pendek
c. Gangguan kepribadian dan perilaku
d. Mudah tersinggung, bermusuhan
e. Keterbatasan dalam ADL
f. Kesulitan mengatur dalam penggunaan keuangan
g. Tak bisa pulang kerumah bila berpergian
h. Sulit mandi makan, berpakaian dan toilet
4) Konstipasi
a. Kesulitan memulai dan menyelesaikan BAB
b. Mengejan keras saat BAB
c. Masa feses yang keras dan sulit keluar
d. Perasaan tidak tuntas saat BAB
e. Sakit pada daerah rectum saat BAB
f. Adanya perembesan feses cair pada pakaian dalam
g. Menggunakan bantuan jari-jari untuk mengeluarkan feses
h. Menggunakan obat-obatan pencahar untuk bisa BAB
i. Depresi
5) Ganguan tidur
6) Keluhan somatik berupa nyeri kepala, dizzi (puyeng), pandangan kabur, gangguan
saluran cerna, ganguan nafsu makan, kontipasi, perubahan berat badan
7) Gangguan psikomotor berupa aktivitas tubuh meningkat, aktivitas mental meningkat
atau menurun, tidak mengacuhkan kejadian disekitarnya, fungsi seksual berubah
(libido menurun), gejala biasanya lebih buruk dipagi hari.
5) Malnutrisi
a. Kelelahan dan kekurangan energi
b. Pusing
c. Sitem kekebalan tubuh yang rendah (mengakibatkan tubuh kesulitan melawan
infeksi
d. Kulit kering dan bersisik
e. Gigi yang membusuk’
f. Gusi bengkak dan berdarah
g. Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat
h. Badan badan kurang
i. Pertumbuhan yang lambat
j. Kelemahan pada otot
k. Perut kembung
l. Tulang yang mudah patah
m. Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh
6) Insomnia
a. Perasaan sulit tidur, bangun terlalu awal
b. Wajah kelihatan kusam
c. Mata merah, hingga timbul bayangan gelap dibawah mata
d. Lemas, mudah cemas
e. Sulit berkonsentrasi, depresi, gangguan memori dan mudah tersinggung
7) Immune Deficeincy
a. Sering terjadi infeksi virus atau jamur dibandungkan bakteri
b. Diare kronik umum terjadi (sering disebut gastroenteritis)
c. Infeksi respiratorius dan oral thrushumum terjadi
d. Terjadi failure to thrive tanpa adanya infeksi
8) Impoten
a. Tidak mampu ereksi sama sekali atau tidak mampu mempertahankan ereksi
secara berulang (paling tidak selama 3 bulan)
b. Tidak mampu mencapai ereksi yang konsisten
c. Ereksi hanya sesaat (Stanley, 2006)

4. Penatalaksanaan
Berikut beberapa penatalaksanaan secara umum sindrom geriatrik, diantaranya:
a. Pemberian asupan diet protein, vitamin C,D,E, & mineral yang cukup. Orang usia
lanjut umumnya mengonsumsi protein kurang dari angka kecukupan gizi (AKG).
Proporsi protein yang adekuat merupakan faktor penting; bukan dalam jumlah besar
pada sekali makan. Hal penting lainnya adalah kualitas protein yang baik, yaitu
protein sebaiknya mengandung asam amino esensial. Leusin adalah asam amino
esensial dengan kemampuan anabolisme protein tertinggi sehingga dapat
mencegah sarkopenia. Leusin dikonversi menjadi hydroxy-methyl-butyrate (HMB).
Suplementasi HMB meningkatkan sintesis protein dan mencegah proteolysis
b. Olaharaga teratur
Perlu pemantauan rutin kemampuan dasar seperti berjalan, keseimbangan, fungsi
kognitif. Aktivitas fisik dapat menghambat penurunan massa dan fungsi otot dengan
memicu peningkatan massa dan kapasitas metabolik otot sehingga memengaruhi
energy expenditure, metabolise glukosa, dan cadangan protein tubuh. Resistance
training merupakan bentuk latihan yang paling efektif untuk mencegah sarkopenia
dan dapat ditoleransi dengan baik pada orang tua.Program resistance training
dilakukan selama 30 menit setiap sesi, 2 kali seminggu.Aktivitas fisik tanpa asupan
nutrisi yang adekuat menyebabkan keseimbangan protein negatif dan menyebabkan
degradasi otot. Kombinasi resistance training dengan intervensi nutrisi berupa
asupan protein yang cukup dengan kandungan leusin, khususnya HMB yang
adekuat, merupakan intervensi terbaik untuk memelihara kesehatan otot orang usia
lanjut
c. Pencegahan ifeksi dengan vaksin
Antisipasi kejadian yang dapat menimbulkan stres misalnya pembedahan elektif dan
reconditioning cepat setelah mengalami stres dengan renutrisi dan fisioterapi
individual (Stanley, 2006)

Pencegahan geriatarik sindrom


Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan yaittu:
peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), diagnosis dini dan pengobatan,
pembatasan kecacatan dan pemulihan (Vina, 2015).
a. Promosi (promotif)
Promotif merupakan tindakan secara langsung dan tidak langsung untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah penyakit. Promotif merupakan
proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan dukungan klien, keluarga dan
masyarakat terhadap praktik kesehatan yang positif. Upaya promotif dilakukan untuk
membantu orang-orang mengubah gaya hidup menuju keadaaan kesehatan yang
optimal serta memberdayakan seseorang untuk membuat pilihan terhadap perilaku
mereka.
b. Upaya perlindungan
1. Mengurangi cedera untuk mengurangi angka kejadian jatuh, mengurangi bahaya
kebakaran, meningkatka penggunaan alat pengaman dan mengurangi kejadian
keracunan makanan atau zat kimia
2. Meningkatkan keamanan di lingkungan kerja untuk mengurangi paparan bahan
kimia dan meningatkan penggunaan system keamanan kerja
3. Meningkatkan perlindungan udara misalnya mengurnagi perlindungan
penggunaan semprotan bahan-bahan kimia, mengurangi kontaminasi makanan
dan obat-obatan
4. Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut yang bertujuan untuk
mengurangi karies gigi serta memelihara kebersihan gigi dan mulut
c. Pencegahan (preventif)
1. Melakukan pencegahan primer kepada lansia sehat, lansia berisiko, dan lansia
sehat. Jenis pelayanan berupa program imunisasi, konseling, nutrisi, keamanan,
dll.
2. Melakukan pencegahan sekundermeliputi : pemeriksaan terhadap penderita
tanpa gejala dari awal penyakit hingga terjadi gejala penyakit belum tampak
secara klinis dan mengidap faktor resiko. Jenisnya: kontrol hipertensi, deteksi dan
pengobatan kanker, screening, pemeriksaan rektal, papsmear, gigi mulut
3. Melakukan pencegahan tersier : dilakukan sebelum terdapat gejala penyakit dan
cacat, mencegah cacat bertambah dan ketergantungan serta perawatan dengan
perawtan dirumah sakit, rehabilisasi pasien rawat jalan dan perawatan jangka
panjang (Vina, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Alimul. (2006). Pengantsar kebutuhan dasar manusia: aplikasi konsep dan proses
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Indonesia. hlm. 1335-1340.

Pranarka, Kris. 2011. Simposium geriatric syndromes:revisited. Semarang:Badan Penerbit


Universitas Diponegoro.

Setiati S, Harimurti K, Dewiasty E, Istanti R, Yudho MN, Purwoko Y, et al. Profile of nutrient
intake in urban metropolitan and urban non-metropolitan Indonesia elderly population
and factors associated with energy intake: multi-centre study. In press. 2013.

Setiati S, Santoso B, Istanti R. Estimating the annual cost of overactive bladder in Indonesia.
Indones J Intern Med. 2006:38(4):189-92.

Sullivan DH, Johnson LE. Nutrition and aging. In: Halter JB, Ouslander JG. Tinetti ME.
Studenski S, High KP, Astana S (editors).Hazzard’s geriatric medicine and
gerontology. 6th ed. New York: Mc Graw Hill; 2009.p.439-57.

Stanley M, Patricia GB.2006.Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi 2. Jakarta: EGC.

Vina. 2015. LP Geriatric Syndrome. http://docslide.us/document/lp-geriatric-syndrome-


vina.html diakses pada tanggal 4 Mei 2017.

Waters DL, Baumgartner RN, Garry PJ, Vellas B. Advantages of dietary, exercise-related,
and therapeutic interventions to prevent and treat sarkopenia in adult patients: an
update. Clinical Interventions in Aging. 2010(5):259-70.

Anda mungkin juga menyukai