Anda di halaman 1dari 13

A.

Risiko tinggi kelompok ibu dan anak


Kerentanan adalah keadaan atau sifat (perilaku) manusia atau masyarakat
yang menyebabkan ketidakmampuan menghadapi bahaya atau ancaman dari
potensi

bencana untuk mencegah, menjinakkan, mencapai kesiapan, dan

menanggapi dampak bahaya tertentu. Kerentanan ini mencakup kerentanan fisik,


ekonomi, sosial, dan perilaku yang dapat ditimbulkan oleh beragam penyebab
(Efendi, 2009).
Dalam Undang-Undang Penanggulangan Bencana Pasal 55 dan penjelasan
Pasal 26 ayat 1, disebutkan bahwa masyarakat rentan bencana adalah anggota
masyarakat yang membutuhkan bantuan karena keadaan yang disandangnya di
antaranya bayi, balita, anak-anak, ibu hamil, ibu menyusui, penyandang cacat, dan
lanjut usia (Efendi, 2009).
Keluarga risiko tinggi adalah keluarga dimana terdapat rsiko yang dapat
mengancam kesehatan keluarga karena keadaan fisik, mental, maupun sosial
ekonominya perlu mendapatkan bimbingan dan asuhan keperawatan serta
pelayanan kesehatan karena tidak tahu, tidak mampu dan tidak memelihara
kesehatan dan perawatan (Efendi, 2009).
Keluarga dengan risiko tinggi, yaitu keluarga dengan ibu hamil yang memiliki
masalah gizi, seperti anemia gizi berat (HB kurang dari 8 gr%) ataupun Kurang
Energi Kronis (KEK), keluarga dengan ibu hamil risiko tinggi seperti perdarahan,
infeksi, hipertensi, keluarga dengan balita dengan BGM, keluarga dengan neonates
BBLR, keluarga dengan usia lanjut jompo atau keluarga dengan kasus percobaan
bunuh diri.
Faktor penyebab risiko tinggi:
1. Kemiskinan
2. Lingkungan kurang sehat
3. Keadaan lingkungan yang merugikan adalah:
a. Udara yang berdebu, mengandung gas-gas yang merugikan yang berasal
dari kendaraan bermotor maupun pabrik-pabrik
b. Iklim yang buruk
c. Air rumah tangga yang buruk
d. Perumahan yang memiliki syarat kesehatan, dengan memiliki ventilasi
yang cukup, memiliki jamban keluarga, ubin kedap air, jumalah anggota
keluarga tidak terlalu banyak
1

e. Pembuangan sampah dan kotoran tidak teratur


B. MASALAH KESEHATAN IBU DAN ANAK DI INDONESIA
1. Pengertian Kesehatan Ibu dan Anak
Kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak
balita serta anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA merupakan
upaya memfasilitasi masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan masyarakat
dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinis terkait kehamilan
dan persalinan Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang
dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal penggunaan alat transportasi/
komunikasi (telepon genggam, telpon rumah), pendanaan, pendonor darah,
pencatatan-pemantaun dan informasi KB. Dalam pengertian ini tercakup pula
pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka masyarakat serta menambah
keterampilan para dukun bayi serta pembinaan kesehatan di taman kanak-kanak.

2. Masalah kesehatan ibu dan anak

Kejadian
Hingga saat ini sudah banyak program-program pembangunan
kesehatan di Indonesia yang ditujukan pada penanggulangan masalahmasalah kesehatan ibu dan anak. Pada dasarnya program-program tersebut
lebih menitik beratkan pada upaya-upaya penurunan angka kematian bayi
dan anak, angka kelahiran kasar dan angka kematian ibu. Hal ini terbukti dari
hasil-hasil survei yang menunjukkan penurunan angka kematian bayi dan
anak, angka kelahiran kasar. Namun tidak demikian halnya dengan angka
kematian ibu (MMR) yang selama dua dekade ini tidak menunjukkan
penurunan yang berarti. SKRT 1994 menunjukkan hahwa MMR sebesar 400
450 per 100.000 persalinan.
Selain angka kematian, masalah kesehatan ibu dan anak juga
menyangkut angka kesakitan atau morbiditas. Penyakit-penyakit tertentu
seperti ISP A, diare dan tetanus yang sering diderita oleh bayi dan anak acap
2

kali berakhir dengan kematian. Demikian pula dengan peryakitpenyakit yang


diderita oleh ibu hamil seperti anemia, hipertensi, hepatitis dan lain-lain dapat
membawa resiko kematian ketika akan, sedang atau setelah persalinan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi

Baik masalah kematian maupun kesakitan pada ibu dan anak sesungguhnya
tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat
dimana mereka berada. Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan
pengetahuan budaya seperti konsepsikonsepsi mengenai berbagai pantangan,
hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan
ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap
kesehatan ibu dan anak.
Berikut faktor-faktor yang dapatmempengaruhi:
1. Makanan, penyakit, dan kesehatan anak
Salah satu faktor yang secara langsung dapat mempengaruhi kondisi
kesehatan bayi adalah makanan yang diberikan. Dalam setiap masyarakat
ada aturan-aturan yang menentukan kuantitas, kualitas dan jenis-jenis
makanan yang seharusnya dan tidak seharusnya dikonsumsi oleh
anggota-anggota suatu rumah tangga, sesuai dengan kedudukan, usia,
jenis kelamin dan situasi-situasi tertentu. Misalnya, ibu yang sedang hamil
tidak diperbolehkan atau dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan
tertentu; ayah yang bekerja sebagai pencari nafkah berhak mendapat
jumlah makanan yang lebih banyak dan bagian yang lebih baik daripada
anggota keluarga yang lain; atau anak laki laki diberi makan lebih dulu
daripada anak perempuan. Walaupun pola makan ini sudah menjadi
tradisi ataupun kebiasaan, namun yang paling berperan mengatur menu
setiap hari dan mendistribusikan makanan kepada keluarga adalah ibu;
dengan kata lain ibu mempunyai peran sebagai gate- keeper dari
keluarga.
2. Kehamilan, persalinan dan kematian ibu

Permasalahan utama yang saat ini masih dihadapi berkaitan dengan


kesehatan ibu di Indonesia adalah masih tingginya angka kematian ibu
yang berhubungan dengan persalinan. Menghadapi masalah ini maka
pada bulan Mei 1988 dicanangkan program Safe Motherhood yang
mempunyai prioritas pada peningkatan pelayanan kesehatan wanita
terutama paada masa kehamilan, persalinan dan pasca persalinan.
Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang amat perlu
diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika
persalinan, disamping itu juga untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan
janin. Memahami perilaku perawatan kehamilan (ante natal care) adalah
penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri.
Pacta berbagai kalangan masyarakat di Indonesia, masih banyak ibuibu
yang menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan
kodrati. Mereka merasa tidak perlu memeriksakan dirinya secara rutin ke
bidan ataupun dokter.
3. Sosial Budaya
Pada dasarnya, peran kebudayaan terhadap kesehatan masyarakat
adalah dalam membentuk, mengatur dan mempengaruhi tindakan atau
kegiatan individuindividu suatu kelompok sosial untuk memenuhi berbagai
kebutuhan kesehatan. Memang tidak semua praktek/perilaku masyaiakat
yang pada awalnya bertujuan untuk menjaga kesehatan dirinya adalah
merupakan praktek yang sesuai dengan ketentuan medis/kesehatan.
Apalagi kalau persepsi tentang kesehatan ataupun penyebab sakit sudah
berbeda sekali dengan konsep medis, tentunya upaya mengatasinya juga
berbeda

disesuaikan

dengan

keyakinan

ataupun

kepercayaan-

kepercayaan yang sudah dianut secara turun-temurun sehingga lebih


banyak menimbulkan dampak-dampak yang merugikan bagi kesehatan.
Dan untuk merubah perilaku ini sangat membutuhkan waktu dan cara
yang strategis. Dengan alasan ini pula dalam hal penempatan petugas
kesehatan dimana selain memberi pelayanan kesehatan pada masyarakat
juga berfungsi sebagai agen perubah (change agent) maka pengetahuan

dan kemampuan berkomunikasi dari petugas kesehatan sangat diperlukan


disamping kemampuan dan ketrampilan memberi pelayanan kesehatan

Presentasi Masalah Kesehatan


Angka kematian Ibu/maternal bersama dengan Angka kematian Bayi
senantiasa menjadi indikator keberhasilan sektor pembangunan kesehatan .
AKI adalah jumlah ibu yang meninggal pada saat kehamilan, persalinan dan
masa nifas.. Data dari Profil Kesehatan Aceh (2008) menunjukkan bahwa AKI
telah terjadi penurunan dari 200 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2007,
menjadi 181 kematian pada tahun 2008. Pada tahun 2009 terjadi penurunan
yang signifikan yaitu 136 kematian per 100.000 kelahiran hidup (Profil
Kesehatan Aceh, 2009).. Walapun sudah adanya penurunan AKI akan tetapi
angka ini masih tergolong tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain di
Asia Tenggara seperti Malaysia (31/100.000 kelahiran hidup), Thailand
(48/100.000 kelahiran hidup), Vietnam (56/100.000 kelahiran hidup) serta
Singapura (9/100.000 kelahiran hidup). Belum lagi bila dibandingkan dengan
negara-negara maju, angkanya sangat jauh berbeda seperti Australia
(8/100.000 kelahiran hidup), Inggris (12/100.000 kelahiran hidup) dan Jerman
(7/100.000 kelahiran hidup) (WHO, 2008
AKB (Angka Kematian Bayi) adalah banyaknya bayi yang meninggal
sebelum mencapai usia 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang
sama. Indikator ini terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak
dan merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan anak-anak
bertempat tinggal termasuk pemeliharaan kesehatannya. AKB di Aceh
menurun dari 35 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2004 menjadi 25 per
1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI 2007, Profil Kesehatan Aceh
2009). Angka ini lebih rendah dari AKB Nasional tahun 2007 yaitu 34 per
1.000 kelahiran hidup (SDKI 2007).

C. Strategi / program pelayanan kesehatan pada ibu dan anak di


Indonesia
Kesehatan pada ibu dan anak termasuk masalah utama yang ada di Indonesia.
Karena dilihat dari angka kematian ibu di Indonesia 307/100.000 kh sehingga
diketahui angka kematian ibu adalah 18.000/tahun. Salah satu tujuan MDG
(millennium development goals) adalahmenurunkan angka kematian anak dan
meningkatkan kesehatan ibu. Selain penyebab langsung. Penyebab tidak langsung
dari kematian ibu meliputi:
a.
b.
c.
d.
e.

Social ekonomi
Pendidikan
Kedudukan dan peranan wanita
Social budaya
Transportasi

Grand strategi departemen kesehatan yaitu:


a. Menggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat
b. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas
c. Meningkatkan system surveillance, monitoring dan informasi kesehatan
d. Meningkatkan pembiayaan kesehatan

Kebijakan Pemerintah Terhadap Program Kesehatan Ibu Dan Anak


Strategi
mengisyaratkan

Pembangunan
bahwa

Kesehatan

pembangunan

menuju

indonesia

sehat

kesehatan

ditujukan

pada

2010
upaya

menyehatkan bangsa. Indikator keberhasilannya antara lain ditentukan oleh angka


mortalitas dan morbiditas, angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
Program kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu prioritas utama
pembangunan kesehatan di Indonesia. Program ini bertanggung jawab terhadap
pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu melahirkan dan bayi neonatal. Salah satu
tujuan program ini adalah menurunkan kematian dan kejadian sakit di kalangan ibu.
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Anak (AKB) masih tinggi yaitu, 307 per
100.000 kelahiran hidup dan AKB 35/1000 kh. Target yang ditetapkan untuk dicapai
pada RPJM tahun 2009 untuk AKI adalah 226 per 100.000 kh dan AKB 26/1000 kh.
6

Dengan demikian target tersebut merupakan tantangan yang cukup berat bagi
program KIA. Sebagaian besar

penyebab kematian ibu secara tidak langsung

(menurut survei Kesehatan Rumah Tangga 2001 sebesar 90%) adalah komplikasi
yang terjadi pada saat persalinan dan segera setelah bersalin. Penyebab tersebut
dikenal dengan Trias Klasik yaitu Pendarahan (28%), eklampsia (24%) dan infeksi
(11%). Sedangkan penyebab tidak langsungnya antara lain adalah ibu hamil
menderita Kurang Energi Kronis (KEK) 37%, anemia (HB kurang dari 11 gr%) 40%.
Kejadian anemia pada ibu hamil ini akan meningkatkan resiko terjadinya kematian
ibu dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia.
Beberapa kegiatan dalam meningkatkan upaya percepatan penurunan AKI
telah diupayakan antara lain melalui peningkatan kualitas pelayanan dengan
melakukan

pelatihan klinis bagi pemberi pelayanan kebidanan di lapangan.

Kegiatan ini merupakan implementasi dari pemenuhan terwujudnya 3 pesan kunci


Making Pregnancy Safer yaitu:
1. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih
2. Setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat, dan
3. Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan
yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran. Komplikasi dalam
kehamilan dan persalinan tidak selalu dapat diduga atau diramalkan sebelumnya
sehingga ibu hamil harus sedekat mungkin pada sarana pelayanan indicator
emergency dasar. Penyebab utama kematian Ibu adalah Perdarahan, Infeksi,
Eklampsi, Partus lama dan Komplikasi Abortus. Perdarahan merupakan sebab
kematian utama. Dengan demikian sangat pentingnya pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan karena sebagian besar komplikasi terjadi pada saat sekitar
persalinan, sedang sebab utama kematian bayi baru lahir adalah Asfiksia, Infeksi
dan Hipotermi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Selama kurun waktu 20 tahun
angka kematian bayi (AKB) telah diturunkan secara tajam, namun AKB menurut
SDKI 2002-2003 adalah 35 per 1000 KH. Angka tersebut masih tinggi dan saat ini
mengalami penurunan secara lambat. Dalam Rencana Pembangunan jangka
panjang Menengah Nasional (RPJMN) salah satu sasarannya adalah menurunkan
AKB dari 35 1000 KH menjadi 26 per 1000 KH pada tahun 2009. Oleh karena itu
perlu dilakukan intervensi terhadap masalah-masalah penyebab kematian bayi untuk
7

mendukung upaya percepatan penurunan AKB di indicator. Upaya peningkatan


derajat kesehatan keluarga dilakukan melalui program

pembinaan kesehatan

keluarga yang meliputi upaya peningkatan kesehatan Ibu dan Bayi, Anak Pra
Sekolah dan Anak Usia Sekolah, Kesehatan Reproduksi Remaja, dan Kesehatan
Usia Subur. Era Desentralisasi menurut pengelola program di Kabupaten / Kota
untuk lebih proaktif didalam mengembangkan program yang mempunyai daya ungkit
dalam akselerasi penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) sesuai situasi dan kemampuan daerah masing-masing mengingat AKI dan
AKB merupakan salah satu ndicator penting keberhasilan program kesehatan
Indonesia.
Program Pokok Kia
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Program ANC
Deteksi risti ibu hamil
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
Rujukan kasus risti ibu hamil
Pemeriksaan BBL (Neonatus), bayi dan balita
Penanganan neonatal yang berisiko
Pelayanan kesehatan bayi umur 1 bulan sampai 1 tahun
Pelayanan kesehatan balita
Pelayanan kesehatan pra school
Berbagai permasalahan kesehatan anak prasekolah, usia sekolah dan kesehatan

remaja yang semakin kompleks yang meliputi kesehatan reproduksi remaja,


masalah penyalagunaan narkotik dan zat adiktif lainnya merupakan tantangan yang
harus dihadapi oleh program Kesehatan Keluarga. Diharapkan melalui kegitankegiatan yang dilaksanakan dapat memperluas cakupan pelayanan yang pada
akhirnya dapat meningkatkan status Kesehatan keluarga secara khusus dan
masyarakat pada umumnya. Sehubungan dengan penerapan system desentralisasi,
maka pelaksanaan strategi MPS didaerah pun diharapkan dapat lebih terarah dan
sesuai dengan permasalahan setempat. Dengan adanya variasi antara daerah
dalam hal demografi dan geografi, maka kegaiatan dalam program kesehatan ibu
dan Anak (KIA) akan berbeda pula. Namun agar pelaksanaan Program KIA dapat
berjalan lancer, aspek peningkatan mutu pelayanan

program KIA puskesmas

maupun di tingkat Kabaupaten/Kota. Peningkatan mutu program KIA juga dinilai dari
besarnya cakupan program di masing-masing wilayah kerja. Untuk itu, perlu di
pantau secara terus menerus besarnya cakupan pelayanan KIA di suatu wilayah
8

kerja, agar diperoleh gambaran yang jelas mengenai kelompok mana dalam wilayah
kerja tersebut yang paling rawan. Dengan diketahuinya lokasi rawan kesehatan ibu
dan anak, maka wilayah kerja tersebut dapat lebih diperhatikan dan dicarikan
pemecahan masalahnya. Untuk memantau cakupan pelayanan KIA tersebut
dikembangkan sistem Pemantau Wilayah Setempat (PWS-KIA).
Solusi Permasalahan
1. Memperbaiki akses pelayanan kesehatan maternal dan neonatal dengan cara
pemberian pelayanan antenatal yang optimal secara menyeluruh dan
terpadu, peningkatan deteksi dini resiko tinggi baik pada ibu hamil maupun
pada bayi di institusi pelayanan ANC maupun di masyarakat, disamping itu
pengamatannya harus secara terus menerus.
2. Berfungsinya mekanisme rujukan dari tingkat masyarakat dan puskesmas
hingga rumah sakit tempat rujukan.
3. Adanya keseragaman dan persamaan persepsi tentang sistem pelaporan
antara

pengelola program kesehatan ibu dan anak yang berada di

kabupaten/kota dengan pengelola yang ada di propinsi.

D. Analisa Program Pelayanan Kesehatan terhadap Ibu dan Anak di Indonesia


(Hasil Evaluasi Program)
Kalau kita melihat dari Grand strategi yang direncanakan pemerintah menurut
kami sudah bagus. Terutama upaya dalam menangani komunitas rentan dan
keluarga dengan resiko tinggi.
Misalnya pada kelompok rentan, pencegahan yang dilakukan bisa dengan
memberikan edukasi pada masyarakat. Apa saja yang bisa dilakukan untuk
melindungi diri dan keluarganya pada saat terjadi bencana. Kendalanya bisa dari
masyarakat dan dari petugas kesehatan.
Sedangkan untuk kelompok dengan resiko tinggi kita mampu dengan
memberikan informasi kesehatan, dan meningkatkan akses terhadap pelayanan
kesehatan.
Kendala yang mungkin bisa terjadi dikarenakan masih adanya penyebabpenyebab dari kematian ibu dan Anak. Serta kita tahu, negara kita termasuk
10

negara yang luas. Serta terdiri dari banyak sekali pulau. Sehingga sering kali
program-program layanan kesehatan ini sulit menjangkau daerah terpencil.
Kemudian penanganan untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi ada
berbagai upaya yang memang telah dilakukan untuk menurunkan kematian ibu,
bayi baru lahir, bayi dan balita. Antara lain melalui penempatan bidan di desa,
pemberdayaan

keluarga

dan

masyarakat

dengan

menggunakan

Buku

Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA) dan Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K), serta penyediaan fasilitas kesehatan Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas perawatan dan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di rumah sakit.
Upaya terobosan yang paling mutakhir adalah program Jampersal (Jaminan
Persalinan) yang digulirkan sejak 2011. Program Jampersal ini diperuntukan
bagi seluruh ibu hamil, bersalin dan nifas serta bayi baru lahir yang belum
memiliki jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan. Keberhasilan Jampersal
tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan pelayanan kesehatan namun juga
kemudahan masyarakat menjangkau pelayanan kesehatan disamping pola
pencarian pertolongan kesehatan dari masyarakat, sehingga dukungan dari
lintas

sektor

dalam

hal

kemudahan

transportasi

serta

pemberdayaan

masyarakat menjadi sangat penting.


Lalu bagaimana dengan kecenderungan angka kematian ibu sejauh ini,
terutama setelah berbagai upaya dilakukan? Kalau mengacu pada hasil Survey
Dasar Kesehatan Indonesia (SDKI) yang dilakukan selama kurun waktu 19942007, AKI memang terus menunjukkan tren menurun. Hasil SDKI 2007
menunjukkan AKI sebesar 228 per 100.000. Namun, melihat tren penurunan AKI
yang berlangsung lambat, dikhawatirkan sasaran MDG 5a tidak akan tecapai.
Demikian juga dengan sasaran MDG 4, perlu upaya lebih keras agar penurunan
AKI dan AKB melebihi tren yang ada sekarang. Tidak bisa lagi upaya itu
dilakukan secara business as usual. Upaya-upaya inovasi yang memiliki daya
ungkit yang tinggi harus segera dikedepankan.
PENUTUP

Kesimpulan :

11

Strategi dalam mengatasi kelompok rentan ibu dan anak antara lain dengan :
a. Menggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat
b. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas
c. Meningkatkan system surveillance, monitoring dan informasi kesehatan
d. Meningkatkan pembiayaan kesehatan
Program dan strategi yang di bentuk oleh pemerintah untuk mengatasi
kelompok rentan dan resiko tinggi dalam komunitas sudah berjalan dengan baik
sesuai dengan strategi/program pelayanan kesehatan ibu dan anak di Indonesia.
Saran :
Tenaga kesehatan perlu tenaga yang lebih untuk mengoptimalkan program
kerja dari pemerintah ini agar masyarakat Indonesia lebih sadar akan kesehatan
dan Indonesia bisa sehat.

DAFTAR PUSTAKA
Efendi, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat. 2009. Pedoman Pemantauan
Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : Departemen Kesahatan.
12

Sumber : anonim. Upaya Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu dan


Bayi Baru Lahir di Indonesia. Online www.gizikia.depkes.go.id. Diakses pada 26 April
2016
Central Bureau of Statistics et al 1995 Indonesia DemograQhic and health
Survey
Departemen Kesehatan R.I 1994 Profil Kesehatan Indonesia 1994, Pusat
Data Kesehatan, Jakarta
Foster, George M dan Barbara G. Anderson 1986 Antropologi Kesehatan,
diterjemahkan oleh Meutia F. Swasono dan Prijanti Pakan. Jakarta: UI Press
Iskandar, Meiwita B., et al 1996 Mengungkap Misteri Kematian Ibu di Jawa Barat,
Depok, Pusat Penelitian Kesehatan Lembaga Penelitian, Universitas Indonesia.
Kalangi, Nico S 1994 Kebudayaan dan Kesehatan, Jakarta: Megapoin.
Koentjaraningrat dan A.A Loedin 1985 llmu-ilmu sosial dalam Pembangunan
Kesehatan, Jakarta: PT Gramedia.
Raharjo, Yulfita dan Lorraine Comer 1990 "Cultur Attitudes to health and
sickness

in

public Health programs: a demand-creation approach using data from West


Aceh,

Indonesia",Health

Transition:

The

Cultural.

Social

and

Behavioral

determinants of Health, volume 11. Disunting oleh John C. Caldwell, et al.,


Canberra: Health Transition Centre.
Reddy, P.H. 1990 "Dietary practices during pregnancy, lactation and infaancy :
Implications
Behavioral

for

Health",

determinants

Health
of

Transition

Health,

volume

The

II.

Culture.

Disunting

Social

oleh

John

and
C.

Caldwell, et al., Canberra: Health Transition Centre.


Wibowo, Adik 1993 Kesehatan Ibu di Indonesia: Status "Praesens" dan
Masalah yang dihadapi di lapangan. Makalah yang dibawakan pada Seminar "
Wanita

dan

Kesehatan",

Pusat

Kaajian

Wanita

FISIP

UI,

di

Jakarta

13

Anda mungkin juga menyukai