Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

GANGGUAN RETARDASI MENTAL DAN


PENYALAHGUNAAN ZAT ADIKTIF DAN ALKOHOL

Disusun oleh:

1. Ayu Riskawati I (2022082024036)

2. Helena (20220820240 )

3. Hasrullah Tajang (2022082024014)


4. Nikson (2022082024 )

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Gangguan Retardasi
Mental dan Penyalahgunaan Zat Adiktif dan Alkohol” ini tepat pada waktunya. Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Psikiatri.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan
penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah Psikiatri yang telah mem
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai bidang
yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membagi pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Jayapura, 14 November 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Banyak perilaku abnormal yang berkembang di masyarakat. Perilaku abnormal


adalah sesuatu yang menyimpang dari norma atau berbeda dari yang khas. Perilaku
atau karakteristik yang ditentukan secara subjektif, diberikan kepada mereka yang
memiliki kondisi langka atau disfungsional. Terjadinya perilaku abnormal karena
adanya pergeseran nilai yang berlaku di masyarakat. Akibat yang ditimbulkan adalah
hilangnya perasaan atau respon emosional dan menarik diri dari hubungan antar
pribadi normal.
Pada dasarnya, gangguan tingkahlaku atau perilaku abnormal adalah pola
tingkahlaku seseorang yang berulang dan menetap di mana terjadi pelanggaran
norma- norma social dan peraturan di masyarakat. Gangguan tingkahlaku tersebut
meliputi perusakan benda, pencurian, berbohong berulang-ulang, pelanggaran serius
terhadap peraturan, kekerasan terhadap hewan, dan lainnya. Etimologi gangguan
tingkahlaku meliputi psikodinamika, factor social, dinamika keluarga, pengelolaan
jasmaniyah yang tidak wajar dan biologis.
Di Indonesia banyak sekali perilaku abnormalitas yang sering terjadi di
masyarakat. Beberapa contoh perilaku abnormalitas diantaranya adalah gangguan
retardasi mental dan penyalahgunaan zat-zat berbahaya dan alkohol.
2. Rumusan Masalah

a. Retardasi Mental (Pengertian, Gejala, Penyebab, Macam-Macam Gangguan


Dan Terapi Yang Dilakukan)?
b. Penyalahgunaan Zat Adiktif dan Alkohol (Pengertian, Gejala, Penyebab,
Macam-Macam Gangguan Dan Terapi Yang Dilakukan)?
3. Tujuan Pembahasan

a. Untuk mengetahui (Pengertian, Gejala, Penyebab, Macam-Macam Gangguan


Dan Terapi Yang Dilakukan) dari retardasi mental.
b. Untuk mengetahui (Pengertian, Gejala, Penyebab, Macam-Macam Gangguan
Dan Terapi Yang Dilakukan) dari Penyalahgunaan Zat Adiktif Dan Alkohol.
BAB II

PEMBAHASAN

A. RETARDASI MENTAL

1. Pengertian Retardasi Mental

Retardasi mental (RM) atau bisa disebut keterbelakangan mental,


disabilitas intelektual (DI) merupakan kelainan mental anak dimana tingkat
kecerdasan berada dibawah rata-rata orang normal (IQ kurang dari 70) dan
terdapat gangguan dalam Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo =
kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tunamental.
2. Gejala Retardasi Mental

Seseorang dapat dikatakan mengalami retardasi mental jika mengalami


gejala-gejala sebagai berikut:
a. Fungsi intelektual umum dibawah normal

Apabila IQ anak dibawah 70. Anak dengan keterbatasan tersebut tidak


dapat mengikuti pendidikan sekolah seperti anak pada umumnya karena
cara berfikirnya yang sederhana, daya tangkap dan daya ingat lemah, dan
pengertian bahasa serta pengukuran yang kurang.
b. Terdapat kendala dalam perilaku adaptif sosial

Anak yang mengalami retardasi mental akan mengalami kesulitan dalam


menyesuaikan diri dengan masyarakat. Biasanya tingkahlakunya kekanak-
kanakan dan tidak sesuai dengan umurnya.
c. Gejala timbul dalam masa perkembangan (dibawah usia 18 tahun).

Apabila gejala tersebut muncul pada usia lebih dari 18 tahun, maka bukan
lagi disebut retardasi mental akan tetapi penyakit lain sesuai dengan gejala
klinisnya.

Retardasi Mental berdasar tingkat IQ diklasifikasikan seperti dibawah ini:

Derajat Retardasi Mental IQ


Borderline 68-83
Ringan 52-57
Sedang 36-51
Berat 20-35
Sangat Berat <20

Penggolongan anak retardasi mental menurut American Association on


Mental Retardation dalam Special Education in Ontario School:

 EDUCABLE (EMR) IQ=50-79


Mempunyai kemampuan akademik setara dengan anak reguler kelas 5 SD
 RAINABLE (TMR) IQ=25-49
Mempunyai kemampuan mengurus diri, pertahanan diri, dan penyesuaian
sosial. Namun memiliki keterbatasan kemampuan untuk mendapatkan
pendidikan secara akademik
 NONTRAINABLE (IQ=<25)
Dengan pemberian latihan terus dan khusus, dapat melatih anak tersebut
mengenai dasar cara menolong diri sendiri dan kemampuan bersifat
komunikatif. Dari upaya tersebut diperlukan pengawasan dan dukungan
oleh orang sekitarnya.

3. Penyebab Retardasi Mental

a. Faktor Etimologi Retardasi Mental

Dasar dari adanya retardasi mental yaitu disfungsi otak. Untuk mengetahui
apakah anak tersebut mengalami retardasi mental diperlukan amnesis,
pemeriksaan fisik dan laboratorium. Terdapat faktor penyebabnya yaitu
cedera didalam rahim, cedera saat persalinan, kesalahan jumlah kromosom
(down syndrom), kehamilan wanita diatas 40 tahun, berat badan bayi
kurang 2500 g dan lain-lain.
b. Faktor Prenatal

Penyebab dari retardasi mental yaitu infeksi dan penyalahgunaan obat


selama ibu mengandung. Infeksi yang biasanya terjadi yaitu Rubella
(kerusakan otak). Obat yang dikonsumsi ibu selama hamil dapat
mempengaruhi bayi melalui plasenta, sehingga dapat menyebabkan cacat
fisik maupun retardasi mental. Ibu ketika hamil sering meminum alkohol
juga dapat menyebabkan retardasi mental.
c. Prematuritas

Retardasi mental juga dipengaruhi posisi bayi dalam persalinan. Bayi


dengan posisi abnormal dapat menimbulkan permasalahan. Kerusakan otak
dan anoksia terjadi karena posisi yang tidak semestinya. Kedua hal tersebut
dapat mempengaruhi perkembangan bayi yang berakibat pada
intelektualnya.
4. Macam-macam gangguan

a. Berputar, duduk-berdiri, merangkak, atau terlambat berjalan.

b. Sering Memiliki gangguan dalam berbicara, atau sering telat dalam


berbicara.
c. Lamban dalam mempelajari sesuatu hal yang sederhana, seperti
berpakaian, membersihkan diri, dan makan.
d. Kesulitan mengingat barang.

e. Kesulitan untuk berhubungan dengan orang lain.

f. Gangguan perilaku, seperti tantrum.

g. Kesulitan dalam diskusi penyelesaian masalah atau pola piker logis.

5. Terapi Retardasi Mental

a. Tatalaksana medis

Dengan menggunakan obat-obatan. Obat itu dipergunakan untuk menekan


gejala hiperkinetik. Metilfenidat (ritalin)untuk memperbaiki keseimbangan
emosi dan fungsi kognitif. Impramin, dekstroamfetamin, klorpromazin,
flufenazin, fluoksetin dipergunakan oleh psikiatri anak. Serta untuk
meningkatkan belajar menggunakan tioridazin (melleril), metilfenidat,
amfetamin, asam glutamat, gamma aminobutyric acid.
b. Rumah sakit/ Panti Khusus

Penempatan untuk anak retardasi mental memerlukan pertimbangan khusus


atas dasar kedudukan sosial keluarga, sikap dan perasaan orang tua, derajat
retardasi mental, dan lain-lain.
c. Psikoterapi

Psikoterapi dapat di berikan kepada anak yang mengalami retardasi mental


maupun orangtuanya. Dengan psikoterapi dan obat-obatan diusahakan
mengalami perubahan sikap, tingkah laku, dan adaptasi sosial.
d. Konseling

Dipergunakan untuk menentukan ada tidaknya retardasi mental dan derajat


dari retardasi mental, evaluasi sistem kekeluargaan, dan pengaruh retardasi
mental pada keluarga.

B. PENYALAHGUNAAN ZAT DAN ALKOHOL

1. Pengertian

a. Penyalahgunaan Zat Adiktif


Penyalahgunaan zat adalah suatu tindakan yang dilakukan
secara sadar untuk menggunakan obat-obatan termasuk narkotika dan
psikotropika secara tidak tepat. Penyalahgunaan zat adalah penggunaan
obat secara tetap yang bukan untuk tujuan pengobatan atau yang
digunakan tanpa mengikuti takaran yang seharusnya. Sedangkan
menurut WHO yang dimaksud dengan penyalahgunaan zat adalah
pemakaian zat yang berlebihan secara terus-menerus atau berkala di
luar maksud medis atau pengobatan.
1) Narkotika
Penyalahgunaan narkotika sangat berpengaruh besar
untuk merusak yang akibatnya menimbulkan kesengsaraan
yang berkepanjangan berupa tumbuhnya penyakit, cacat bahkan
kematian serta dampak buruknya secara psikologis social
budaya dan ekonomis.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman baik sintetis saupun semi sintetis
yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri,
dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Menurut UU RI No. 22 tahun 1997, narkotika adalah
zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman
baik sintesis maupun semisintesis yang bisa mengakibatkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri, dan
dapat menimbulkan efek ketergantungan.
Contoh narkotika adalah morfin, kokain, heroin, opium,
dan amfetamine. Pada awalnya, keberadaan narkotika ditujukan
untuk kepentingan medis. Seiring berkembangnya jaman, justru
narkotika disalahgunakan oleh oknum tertentu di luar
kepentingan medis. Penggunaan narkotika skala medis tentu
sudah mengikuti standar yang telah ditetapkan, misalnya untuk
obat bius, penenang, dan sebagainya.
2) Psikotropika
Menurut UU RI No. 5 tahun 1997, zat psikotropika
adalah zat atau obat selain narkotika baik secara alami maupun
sintesis yang berpengaruh secara psikoaktif melalui susunan
saraf pusat yang mengakibatkan perubahan mental dan perilaku.
Seseorang yang hobi mengonsumsi psikotropika akan
mengalami penurunan fungsi otak dan susunan saraf pusatnya.
Akibatnya, akan muncul kelainan perilaku dan cara berpikir,
halusinasi, serta mengalami ketergantungan. Berdasarkan tujuan
dan tingkatan ketergantungannya, psikotropika dibagi menjadi
empat golongan, yaitu sebagai berikut.
a) Psikotropika golongan I
Psikotropika golongan I adalah golongan psikotropika
yang digunakan untuk ilmu pengetahuan tanpa adanya
proses terapi. Psikotropika jenis ini memiliki
ketergantungan sangat kuat pada pemakainya.
Contohnya adalah ekstasi, mekatinona, dan
brolamfetamina.
b) Psikotropika golongan II
Psikotropika golongan II adalah golongan psikotropika
yang biasa digunakan sebagai obat, penelitian, dan
terapi.
Jika disalahgunakan, psikotropika jenis ini juga bisa
menyebabkan ketergantungan berat, contoh amfetamin
dan fleksiklidine (PCP).
c) Psikotropika golongan III
Psikotropika golongan III biasa digunakan untuk obat,
ilmu pengetahuan, dan terapi. Jika disalahgunakan
psikotropika golongan ini bisa menyebabkan
ketergantungan skala sedang. Contohnya adalah rohipnol
dan megadon.
d) Psikotropika golongan IV
Psikotropika golongan ini biasa digunakan untuk obat,
penelitian, dan terapi. Efek ketergantungan yang
diakibatkan psikotropika golongan IV bisa dikatakan
ringan. Contohnya alprazoma, esilgan, dan bromazepam.

b. Penyalahgunaan Alkohol
Menurut Santrock (2002) Alkohol adalah obat psikoaktif yang
paling banyak digunakan. Lebih dari 13 juta orang menganggap dirinya
pecandu alkohol (alkoholic).
Alkoholisme adalah penyakit menahun yang ditandai dengan
kecenderungan untuk meminum lebih daripada yang direncanakan,
kegagalan usaha untuk menghentikan minum-minuman keras dan terus
meminum minuman keras walaupun dengan konsekuensi sosial dan
pekerjaan yang merugikan.
Penyalahgunaan alkohol lebih umum terjadi di masyarakat yang
berpendapatan rendah dan kurangnya pendidikan. Sekurang-kurangnya
sekitar 200.000 kematian yang berhubungan dengan alkohol tiap
tahunnya. Kelompok usia dengan presentasi penggunaan alkohol
tertinggi adalah antara 20 tahun hingga 35 tahun, sedangkan dari jenis
kelamin laki-laki secara bermakna lebih mungkin menggunakan
alkohol daripada wanita.
2. Gejala Penyalahgunaan Zat Adiktif dan Alkohol

a. Penyalahgunaan Zat Adiktif


Menurut PPDGJ III, diagnosis terhadap ketergantungan dapat
ditegakkan jika ditemukan tiga atau lebih gejala dibawah ini yang dialami
dalam masa 1 tahun sebelumnya:

1) Adanya keinginan yang kuat atau dorongan yang memaksa


untuk menggunakan zat psikoaktif.
2) Kesulitan dalam mengendalikan perilaku menggunakan zat,
terutama sejak mulainya, usaha penghentian atau pada tingkat
sedang menggunakan.
3) Keadaan putus zat secara fisiologis ketika penghentian
penggunaan zat atau pengurangan, terbukti dengan adanya
gejala putus zat yang khas atau orang tersebut menggunakan zat
atau golongan zat yang sejenis dengan tujuan untuk
menghilangkan atau menghindari terjadinya gejala putus zat.
Berikut ini gejala awal penyalahgunaan zat adiktif yang nampak:
1) Menjadi malas
2) Kurang memperhatikan badan sendiri
3) Hidup tidak teratur
4) Tidak dapat memegang kepentingan orang lain
5) Mudah tersinggung
6) Egosentrik
b. Penyalahgunaan Alkohol
Penyalahgunaan alkohol memilki banyak tanda dan gejala alkoholisme
di pelaku, tetapi orang tidak merasa terdorong (atau di dorong) untuk
minum. Ketergantungan alkohol terjadi ketika orang yang kecanduan
alkohol telah berkembang ke tahap ketergantungan, mempunyai
ketidakmampuan untuk mengendalikan minumnya, dan telah
mengembangkan toleransinya terhadap alkohol.
Gejala kecanduan alkohol yang jelas dalam bentuk fisik adalah
ketergantungan pada alkohol dan ketidakmampuan untuk berhenti
walaupun sudah parah akibat fisik dan psikologis yang dialaminya.
Beberapa pecandu alkohol dapat bertahan pada tingkat yang dangkal tetapi
akhirnya kecanduan menyebabkan gangguan kinerja professional dan
meningkatkan hubungan yang tegang.
Tanda-tanda fisik penyalahgunaan alkohol, yaitu:
1) Penurunan berat badan
2) Sakit di perut
3) Mati rasa di tangan dan kaki
4) Bicara meracau
5) Kegoyangan sementara saat mabuk.
Tanda-tanda fisik pada orang yang menderita ketergantungan alkohol,
yaitu:
1) Berkeringat
2) Gemetar
3) Mual muntah
4) Kebingungan
5) Keadaan yang ekstrem yaitu kejang-kejang, serta halusinasi.

3. Penyebab Penyalahgunaan Zat Adiktif dan Alkohol

a. Penyalahgunaan Zat Adiktif


Penyalahgunaan zat adiktif disebabkan oleh beberapa hal antara lain:
1) Untuk membuktikan keberanian melakukan tindakan berbahaya
seperti balap, berkelahi, bergaul dengan wanita, dll.
2) Sebagai tindakan menentang orang tua, guru, dan norma social.
3) Untuk mempermudah penyaluran dan pembuatan seks.
4) Untuk melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh
pengalamanpengalaman emosional.
5) Mencari dan menemukan arti hidup.
6) Untuk mengisi kekosongan dan kesepian.
7) Untuk menghilangkan kegelisahan, frustasi dan ketapan hidup.
8) Untuk mengikuti kemauan kawan dalam membina solidaritas.
9) Didorong oleh rasa ingin tahu.
b. Penyalahgunaan Alkohol
Empat tahap alkoholisme:
1) Tahap pertama, minum sebagai pelarian. Minum alkohol
digunakan untuk melarikan diri dari kenyataan, alkohol
membantu orang “melarikan diri” dari tekanan, ketakutan dan
kekhawatiran. Seseorang pada tahap awal kecanduan alkohol
telah meningkatkan toleransi terhadap alkohol, dan mungkin
tidak muncul mabuk. Alkohol yang sangat awal tahap dicirikan
dengan meneguk minuman, menyelinapkan minuman dan
penolakan untuk mendiskusikan minuman alkohol.
2) Tahap kedua, minum menjadi suatu kebutuhan. Seseorang akan
didorong untuk minum oleh keinginan batin yang tak
tertahankan. Pada tahap ini seorang pecandu mungkin memiliki
periode pantang, tetapi dia akan selalu minum kembali. Orang
ini juga mungkin dalam penyangkalan tentang masalahnya
melalui rasionalisasi. Keinginan yang kuat untuk minum mulai
membuat orang tergantung pada alkohol. Pada tahap ini orang
mungkin mengalami pemadaman dan dapat menampilkan
perilaku yang agresif.
3) Tahap ketiga, minum tanpa kendali. Pada dua tahap diawal,
walaupun sering minum tetapi masih dapat mempertahankan
kontrol, namun pada tahap ketiga ini pecandu tidak lagi
mempunyai kuasa atas kebutuhan alkohol. Ini adalah salah satu
tahap yang paling mudah untuk dikenali oleh teman ataupun
keluarga. Pekerjaannya mulai terbengkalai dan mulai
bermasalah dengan hukum.
4) Tahap keempat, minum karena ketergantungan. Hari-harinya
selalu dimulai dengan minum, selain itu juga ditandai dengan
tremor, binges dan sering meludah. Tanda-tanda fisik
alkoholisme kronis mulai terlihat pada tahap ini, seperti
kerusakan otak, penilaian yang rendah, kehilangan memori dan
gangguan konsentrasi. Seseorang yang dalam tahap ini
memiliki risiko yang sangat tinggi untuk penyakit hati, jantung,
kanker mulut atau kerongkongan.

4. Macam-Macam Gangguan Penyalahgunaan Zat Adiktif dan Alkohol

a. Penyalahgunaan Zat Adiktif


Beberapa bahaya penyalahgunaan zat adiktif terhadap kejiwaan antara
lain:
1) Bersikap labil
2) Cepat memberontak
3) Tertutup (introvert) dan penuh rahasia
4) Sering berbohong dan suka mencuri
5) Menjadi sensitif, kasar dan tidak sopan
6) Memiliki kecurigaan yang berlebihan terhadap semua orang
7) Menjadi malas dan prestasi belajar menurun
8) Akal sehat tidak berperan dan berpikir irasional
b. Penyalahgnaan Alkohol
Ketergantungan terhadap alcohol dapat menyebabkan:
1) Depresi
2) Stress
3) Fungsi-fungsi intelektual menjadi buruk
4) Rasa malunya menjadi berkurang
5) Mudah tersinggung,
6) Mudah marah,
7) Mudah gelisah,
8) Menghindar dari kegiatan yang tidak memberikan kesempatan
untuk minum,
9) Kesulitan dalam membuat keputusan
10) Berlebihan menampilkan tangisan dan emosional

5. Terapi Penyalahgunaan Zat Adiktif dan Alkohol

1. Penyalahgunaan Zat Adiktif

a. Rehabilitasi
Di Indonesia, rehabilitasi memiliki tiga tahap, yakni:
1) Detoksifikasi adalah tahap di mana dokter memberikan obat
tertentu yang bertujuan untuk mengurangi gejala putus obat
(sakau) yang muncul. Sebelum pasien diberikan obat pereda
gejala, dokter terlebih dahulu akan memeriksa kondisinya
secara menyeluruh.
2) Terapi perilaku kognitif. Pada tahap ini, pasien akan dibantu
psikolog atau pskiater berpengalaman. Terapis terlebih
dahulu akan melakukan pemeriksaan kondisi guna
menentukan tipe terapi yang sesuai. Beberapa tujuan
dilakukannya terapi perilaku kognitif, antara lain adalah
untuk mencari cara mengatasi keinginan menggunakan obat
disaat kambuh, dan membuat strategi untuk menghindari
dan mencegah kambuhnya keinginan menggunakan obat.
3) Bina lanjut. Tahap ini memungkinkan pasien ikut serta
dalam kegiatan yang sesuai dengan minat. Pasien bahkan
dapat kembali ke sekolah atau tempat kerja, namun tetap
dalam pengawasan terapis.
b. Dukungan keluarga

Dukungan dari keluarga dan kerabat sangatlah


berpengaruh. Pasien dianjurkan untuk bersikap terbuka kepada
mereka, dan jangan ragu untuk menyampaikan apa yang ingin
dikeluhkan. Hal tersebut dapat membantu pasien dalam
mempercepat proses pemulihan.

2. Penyalahgunaan Alkohol

Sejumlah cara yang umumnya dilakukan untuk mengatasi


kecanduan alkohol, antara lain:

a. Konseling
Konseling dengan psikolog atau psikiater, baik sendiri
maupun dalam kelompok, akan membantu pasien memahami
masalah kecanduannya. Selama konseling, akan dijelaskan pada
pasien mengenai risiko kecanduan alkohol, dan dampaknya pada
kesehatan pasien. Pasien juga akan diberi saran untuk hal-hal
yang dapat dilakukan selama proses tersebut, misalnya dengan
mencatat konsumsi alkohol selama 1 minggu, atau mengganti
konsumsi alkohol dengan minuman ringan. Jangan lupa untuk
meminta dukungan dari pasangan atau keluarga. Dukungan dari
orang terdekat bisa berpengaruh besar pada proses pemulihan.
b. Detoksifikasi
Pada kasus kecanduan berat, pasien umumnya dirawat di
rumah sakit. Hal ini karena biasanya gejala putus zat yang
muncul juga berat dan membutuhkan penanganan medis. Gejala
putus zat akan berlangsung parah dalam 48 jam, namun
akan membaik seiring alkohol terbuang dari tubuh.
Keseluruhan proses ini umumnya berlangsung 3 hingga 7
hari sejak terakhir pasien mengonsumsi alkohol. Pasien
juga akan mengalami gangguan tidur selama satu bulan.
Selama proses detoksifikasi, pastikan minum minimal 3
liter air putih dalam sehari dan hindari konsumsi
minuman berkafein seperti kopi atau teh agar gangguan
tidur tidak semakin parah.
c. Terapi obat-obatan
Jika dibutuhkan, dokter akan meresepkan obat
seperti naltrexone, acamprosate, atau disulfiram untuk
membantu proses pemulihan kecanduan alkohol. Namun,
obat ini belum tersedia di Indonesia.
d. Pemulihan di rumah
Cobalah fokus untuk meninggalkan kebiasaan
lama dan mulai menjalani gaya hidup sehat. Mulailah
tidur lebih awal dan rutin berolahraga. Tinggalkan
aktivitas lama yang berkaitan dengan alkohol dan ganti
dengan aktivitas baru yang jauh dari alkohol. Jelaskan
pada keluarga dan teman mengenai keputusan untuk
meninggalkan kebiasaan minum alkohol, dan minta
dukungan mereka selama pemulihan. Jauhi teman dan
situasi yang tidak mendukung proses pemulihan. Jangan
mengganti pengobatan medis dan konseling dengan
pengobatan alternatif untuk pengobatan kecanduan
alkohol. Namun jika digunakan sebagai terapi tambahan
di masa pemulihan, beberapa terapi seperti yoga,
meditasi dan akupuntur mungkin bisa membantu.
ALKOHOL DAN PENGARUHNYA TERHADAP KESEHATAN MENTAL

Sitriah Salim Utina


Dosen Psikologi IAIN Sultan Amai Gorontalo
Sitriah_utina@yahoo.co.id

ABSTRAK

Minuman beralkohol bagi sebagian orang merupakan bukti kejantanan


atau ke-modern-an dalam pergaulan. Ironisnya minuman ini tidak hanya
dikomsumsi oleh orang dewasa, akan tetapi kaum remaja sudah mulai coba-coba
mencicipinya. Pola hidup yang tidak sehat yang banyak diterapkan oleh kaum
dewasa awal ini juga dapat membentuk sebuah ketergantungan. Salah satunya
adalah ketergantungan pada obat-obatan terlarang dan alkohol. Ketergantungan
(addiction) adalah ketergantungan fisik pada suatu obat. Ketergantungan
psikologis (psychological dependence) adalah kebutuhan untuk menggunakan
obat-obatan untuk mengatasi masalah dan stres. Obat-obatan psikoaktif, yaitu
semua obat yang mempengaruhi sistem syaraf untuk mengubah keadaan,
mengubah persepsi dan mengubah suasana hati; memiliki peran yang kuat dalam
ketergantungan baik fisik maupun psikologis. Pemulihan bagi pecandu alcohol
dalam perspektif Islam adalah bagaimana individu itu bisa mengendalikan emosi
dirinya untuk tidak minum minuman yang beralkohol. Terlebih jika alcohol
dijadikan pelarian dari masalah-masalah yang tengah dihadapi. Individu yang
menjadi pecandu alcohol umumnya bersifat pemarah, dan hal tersebut merupakan
gangguan kepribadian dalam domain keihsanan. Berwudhu dan membaca
shalawat Nabi Saw merupakan salah satu terapi untuk dapat meredakan
kemarahan termasuk yang diakibatkan oleh alkohol.

Kata kunci: Alkohol, kejahatan, kesehatan mental, terapi, gangguan kepribadian


Islam.
Hampir setiap hari kita menimbulkan korban nyawa bagi para
mendengar dan melihat peristiwa tragis pelakunya.
menimpa orang-orang yang Minum minuman beralkohol
mengkomsumsi alkohol, baik lewat bagi sebagian orang merupakan bukti
media cetak maupun elektronik. kejantanan atau ke-modern-an dalam
pergaulan. Ironisnya minuman ini tidak
Menenggak alkohol sudah merupakan
hanya dikomsumsi oleh orang dewasa,
perilaku biasa dan menjadi tuntutan akan tetapi kaum remaja sudah mulai
yang harus dilakukan oleh sekelompok coba-coba mencicipinya. Remaja
orang dalam mengekspresikan suatu dengan segala problematika hidup
moment, misalnya dalam pesta-pesta, sangatlah rentan terhadap pengaruh
perpisahan tahun, atau dalam acara alkohol maupun obat-obatan terlarang.
syukuran. Pesta miras ini banyak Individu yang memasuki masa dewasa
awal yang kemudian menjadi pecandu
alkohol dapat menyebabkan
terganggunya kesehatan mental. awal belasan bahkan sebelum usia 11
PEMBAHASAN tahun. Seorang anak berusia 10 tahun
mungkin saja sudah (atau sedang)
Sudah menjadi kodratnya mengalami pubertas namun tidak
bahwa manusia ingin diterima oleh berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai
masyarakat sekitar, atau oleh suatu remaja dan sudah siap menghadapi
kelompok yang ingin dimasukinya. dunia orang dewasa.
Individu yang ingin diterima oleh suatu Remaja adalah masa yang
kelompok, harus mau melakukan apa penuh dengan permasalahan,
yang menjadi tradisi atau apa yang pernyataan ini sudah dikemukakan jauh
dilakukan oleh kelompok tersebut. pada masa lalu yaitu awal abad ke-20
Remaja dan dewasa awal cenderung oleh Bapak Psikologi Remaja yaitu
melakukan hal-hal tersebut sebagai Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall
wujud dari keikutsertaannya dalam pada saat itu yaitu masa remaja
suatu kelompok, misalnya bersedia merupakan masa badai dan tekanan
minum minuman beralkohol, merokok (Storm and Stress) sampai sekarang
ataupun menggunakan obat-obatan pendapat ini masih banyak digunakan
terlarang. Di kota-kota besar, dan dikutip orang. Sedangkan menurut
menenggak minuman beralkohol sudah Erikson masa remaja adalah masa
sangat biasa dilakukan oleh remaja dan terjadinya krisis identitas atau
dewasa. Hal ini tidak bisa lepas dari pencarian identitas diri. Gagasan
lingkungan dan pengaruh pergaulan Erikson ini dikuatkan oleh James
yang dijalaninya. Marcia yang menemukan bahwa ada
Masa remaja merupakan masa empat status identitas diri pada remaja
dimana seorang individu mengalami yaitu, identity diffusion/confussion,
peralihan dari satu tahap ke tahap moratorium, foreclosure, dan identity
berikutnya dan mengalami perubahan achieved. Karakteristik remaja yang
baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, sedang berproses untuk mencari
dan juga penuh dengan masalah- identitas diri ini juga sering
masalah (Hurlock, 2004). Oleh menimbulkan masalah pada diri
karenanya, remaja sangat rentan sekali remaja.
mengalami masalah psikososial, yakni Menurut Erikson (dalam
masalah psikis atau kejiwaan yang Papalia, dkk, 2008) menyatakan bahwa
timbul sebagai akibat terjadinya tugas utama masa remaja adalah
perubahan sosial. Masa remaja memecahkan “krisis” identitas versus
merupakan sebuah periode dalam kebingungan identitas, untuk dapat
kehidupan manusia yang batasannya menjadi orang dewasa unik dengan
usia maupun peranannya seringkali pemahaman akan diri yang dan
tidak terlalu jelas. Pubertas yang memahami peran nilai dalam
dahulu dianggap sebagai tanda awal masyarakat. “Krisis” identitas ini
keremajaan ternyata tidak lagi valid jarang teratasi pada masa remaja;
sebagai patokan atau batasan untuk berbagai isu berkaitan dengan
pengkategorian remaja sebab usia keterpecahan identitas mengemuka dan
pubertas yang dahulu terjadi pada akhir kembali mengemuka sepanjang
usia belasan (15-18) kini terjadi pada kehidupan masa dewasa.
Sebuah penelitian yang
dilakukan oleh O’Malley Bachman dan karier, masa memilih pasangan,
Johnston membuktikan bahwa periode belajar hidup dengan seseorang
masa remaja akhir ke masa akhir usia secara akrab, memulai keluarga
duapuluh tahunan adalah waktu dan mengasuh anak-anak.
penggunaan obat-obatan tertinggi. 2. Masa pertengahan dewasa (middle
Perhatian terutama pada bertambahnya adulthood), yaitu periode
pesta minum-minuman keras menjadi perkembangan yang bermula pada
suatu hal yang biasa bagi mahasiswa usia kira-kira tigapuluh lima tahun
laki-laki. sampai empatpuluh lima tahun dan
Seorang individu yang mulai terentang hingga usia
meninggalkan masa remajanya dan enampuluhan tahun. Ini adalah
beralih menuju masa dewasa seringkali masa untuk memperluas
meningkatkan penggunaan obat- keterlibatan dan tanggung jawab
obatan. Pada umumnya para psikolog pribadi dan sosial, membantu
menetapkan sekitar usia 20 tahun generasi berikutnya menjadi
sebagai awal massa dewasa dan individu yang berkompeten,
berlangsung sampai sekitar usia 40-45 dewasa; dan mencapai serta
tahun, dan pertengahan masa dewasa mempertahankan kepuasan dalam
berlangsung sekitar usia 40-45 sampai karier seseorang.
sekitar usia 65 tahun, serta masa 3. Masa akhir dewasa (late
dewasa lanjut atau masa tua adulthood), yaitu periode
berlangsung dari sekitar usia 65 tahun perkembangan yang berawal pada
sampai meninggal (Feldman dalam usia enampuluhan atau
Desmita, 2007). tujuhpuluhan tahun dan berakhir
Santrock (2002) mengajukan pada kematian.
dua kriteria untuk menunjukkan akhir
masa muda dan permulaan dari masa Pada masa dewasa ini kondisi fisik
dewasa awal adalah adanya tidak hanya mencapai puncaknya tetapi
kemandirian ekonomi dan kemandirian juga mulai menurun selama periode ini.
dalam membuat keputusan. Tanda Perhatian akan kesehatan meningkat
umum yang diakui sebagai tanda untuk diantara orang dewasa muda, terutama
memasuki masa dewasa adalah ketika perhatian terhadap masalah diet, berat
seseorang mendapatkan pekerjaan badan, olah raga dan juga
penuh waktu yang kurang lebih tetap. ketergantungan. Semua individu dapat
Masa dewasa dapat dibagi menjadi membentuk ketergantungan pada
tiga, yaitu: banyak hal, tetapi ketergantungan pada
1. Masa awal dewasa (early alkohol atau minuman keras
adulthood), yaitu periode merupakan ketergantungan yang paling
perkembangan yang berawal pada menonjol dan menyimpang.
akhir usia belasan tahun atau awal Pada masa dewasa awal
usia duapuluhan tahun dan beberapa individu berhenti berpikir
berakhir pada usia tiga puluh mengenai gaya hidup pribadi mereka
tahun. Masa ini merupakan masa akan mempengaruhi kesehatan mereka
pembentukan kemandirian pribadi selanjutnya. Sebagai seorang dewasa
dan ekonomi, masa perkembangan muda banyak yang membangun sebuah
pola hidup yang tidak sehat, seperti
tidak sarapan pagi, tidak makan secara
teratur, mengkonsumsi makanan siap alkohol (alkoholic). Alkoholisme
saji sebagai makanan utama sehari- adalah penyakit menahun yang ditandai
hari, merokok, minum minuman keras, dengan kecenderungan untuk
tidak berolah raga, tidur dalam waktu meminum lebih daripada yang
yang sedikit setiap malamnya. Gaya direncanakan, kegagalan usaha untuk
hidup pribadi yang buruk ini dapat menghentikan minum minuman keras
berpengaruh pada kondisi kesehatan. dan terus meminum minuman keras
Beberapa bahaya yang tersembunyi walaupun dengan konsekuensi sosial
dalam masa puncak kemampuan dan dan pekerjaan yang merugikan. Hampir
kesehatan pada masa awal dewasa. 8% orang dewasa di Amerika Serikat
Pada saat kaum dewasa awal dapat memiliki masalah dalam penggunaan
menggunakan sumber daya fisiknya alkohol. Pria empat kali lebih sering
untuk banyak kesenangan, ditambah menjadi alkoholik dibanding wanita
lagi adanya kenyataan bahwa mereka (www.wikipedia.com).
mudah pulih dari stres fisik dan cedera Penduduk di AS diperkirakan
membuat mereka memaksakan lebih dari 85% pernah mengkonsumsi
tubuhnya terlalu jauh. Penyalahgunaan alkohol sekurang-kurangnya sekali
tubuh seseorang ini dampak negatifnya seumur hidupnya dan sekitar 51% dari
mungkin tidak akan langsung terasa di semua orang dewasa di AS merupakan
masa dewasa awal, tetapi mungkin pengguna alkohol yang cukup rutin
akan muncul pada masa dewasa lanjut hingga sekarang ini. Penyalahgunaan
atau pada masa akhir dewasa. alkohol lebih umum terjadi di
Pola hidup yang tidak sehat masyarakat yang berpendapatan rendah
yang banyak diterapkan oleh kaum dan kurangnya pendidikan. Sekurang-
dewasa awal ini juga dapat membentuk kurangnya sekitar 200.000 kematian
sebuah ketergantungan. Salah satunya yang berhubungan dengan alkohol tiap
adalah ketergantungan pada obat- tahunnya. Kelompok usia dengan
obatan terlarang dan alkohol. presentasi penggunaan alkohol
Ketergantungan (addiction) adalah tertinggi adalah antara 20 tahun hingga
ketergantungan fisik pada suatu obat. 35 tahun, sedangkan dari jenis kelamin
Ketergantungan psikologis laki-laki secara bermakna lebih
(psychological dependence) adalah mungkin menggunakan alkohol
kebutuhan untuk menggunakan obat- daripada wanita. Penggunaan alkohol
obatan untuk mengatasi masalah dan dari segi ras lebih banyak terdapat pada
stres. Obat-obatan psikoaktif, yaitu kaum kulit putih dibandingkan dengan
semua obat yang mempengaruhi sistem kaum kulit hitam.
syaraf untuk mengubah keadaan, Gejala kecanduan alkohol yang
mengubah persepsi dan mengubah jelas dalam bentuk fisik adalah
suasana hati; memiliki peran yang kuat ketergantungan pada alkohol dan
dalam ketergantungan baik fisik ketidakmampuan untuk berhenti
maupun psikologis. walaupun parah akibat fisik dan
Alkohol adalah obat psikoaktif psikologis. Beberapa pecandu alkohol
yang paling banyak digunakan dapat bertahan pada tingkat yang
(Santrock, 2002). Lebih dari 13 juta dangkal tetapi akhirnya kecanduan
orang menganggap dirinya pecandu menyebabkan gangguan kinerja
professional dan meningkatkan
hubungan yang tegang. banyak dikonsumsi, kadang-kadang si
Tanda-tanda fisik peminum menjadi mengantuk dan
penyalahgunaan alkohol, yaitu: tertidur. Tingkat keracunan yang tinggi
penurunan berat badan, sakit di perut, dapat membuat peminum menjadi
mati rasa di tangan dan kaki, bicara koma dan meninggal. Masing-masing
meracau, kegoyangan sementara saat akibat tersebut berbeda sesuai dengan
mabuk. Pada orang yang menderita bagaimana tubuh orang tersebut
ketergantungan alkohol, yaitu: mencerna alkohol, berat tubuhnya,
berkeringat, gemetar, mual muntah, jumlah alkohol yang dikonsumsi dan
kebingungan dan keadaan yang apakah kegiatan minum sebelumnya
ekstrem yaitu kejang-kejang, serta telah ditoleransi.
halusinasi. Penyalahgunaan alkohol
Tanda-tanda mental meliputi memilki banyak tanda dan gejala
peningkatan penyalahgunaan alkohol, alkoholisme di pelaku, tetapi orang
antara lain: mudah tersinggung, marah, tidak merasa terdorong (atau di dorong)
gelisah, menghindar dari kegiatan yang untuk minum. Ketergantungan alkohol
tidak memberikan kesempatan untuk terjadi ketika orang yang kecanduan
minum, kesulitan dalam membuat alkohol telah berkembang ke tahap
keputusan; oversleeping, berlebihan ketergantungan, mempunyai
menampilkan tangisan dan emosional. ketidakmampuan untuk mengendalikan
Orang dewasa dibandingkan dengan minumnya, dan telah mengembangkan
pemuda, di kelompok usia yang lebih toleransinya terhadap alkohol.
tinggi menunjukkan kerentanan yang Berdasarkan pengakuan salah
lebih rendah untuk penyalahgunaan seorang alcoholic bahwa dirinya tidak
alkohol kuat bekerja kalau tidak minum
(www.scumdoctor.com/indonesian/abu minuman yang memabukkan, sekedar
se). untuk menghangatkan badan dan
Pengaruh alkohol terhadap menambah vitalitas. Hal ini
tubuh terutama sebagai suatu depresan membuktikan bahwa unsure-unsur
dan dapat memperlambat kegiatan yang terdapat dalam minuman
otak. Hal ini dapat terlihat pada orang beralkohol dapat menyebabkan
yang tampaknya cenderung malu-malu ketergantungan bagi peminumnya.
mungkin mulai berani bicara, menari Empat tahap alkoholisme:
atau bahkan akrab dengan orang Tahap pertama, minum sebagai
setelah minum beberapa teguk. Orang pelarian. Minum alkohol digunakan
‘menjadi santai’ setelah minum satu untuk melarikan diri dari kenyataan,
atau dua gelas minuman karena area alkohol membantu orang “melarikan
dalam otak yang berperan mengontrol diri” dari tekanan, ketakutan dan
rasa malu dan keputusan menjadi kekhawatiran. Seseorang pada tahap
menurun. Orang yang minum berlebih awal kecanduan alkohol telah
rasa malunya menjadi berkuranh lebih meningkatkan toleransi terhadap
banyak dan keputusan mereka semakin alkohol, dan mungkin tidak muncul
tidak sempurna. Ketrampilan seperti mabuk. Alkohol yang sangat awal
menyetir dan fungsi-fungsi intelektual tahap dicirikan dengan meneguk
menjadi buruk ketika alkohol semakin minuman, menyelinapkan minuman
dan penolakan untuk mendiskusikan
minuman alkohol. ditegakkan jika ditemukan tiga atau
lebih gejala dibawah ini yang dialami
Tahap kedua, minum menjadi suatu dalam masa 1 tahun sebelumnya:
kebutuhan. Seseorang akan didorong Adanya keinginan yang kuat atau
untuk minum oleh keinginan batin dorongan yang memaksa untuk
yang tak tertahankan. Pada tahap ini menggunakan zat psikoaktif. Kesulitan
seorang pecandu mungkin memiliki dalam mengendalikan perilaku
periode pantang, tetapi dia akan selalu menggunakan zat, terutama sejak
minum kembali. Orang ini juga mulainya, usaha penghentian atau pada
mungkin dalam penyangkalan tentang tingkat sedang menggunakan. Keadaan
masalahnya melalui rasionalisasi. putus zat secara fisiologis ketika
Keinginan yang kuat untuk minum penghentian penggunaan zat atau
mulai membuat orang tergantung pada pengurangan, terbukti dengan adanya
alkohol. Pada tahap ini orang mungkin gejala putus zat yang khas atau orang
mengalami pemadaman dan dapat tersebut menggunakan zat atau
menampilkan perilaku yang agresif. golongan zat yang sejenis dengan
tujuan untuk menghilangkan atau
Tahap ketiga, minum tanpa kendali. menghindari terjadinya gejala putus
Pada dua tahap diawal, walaupun zat. Terbukti adanya toleransi, berupa
sering minum tetapi masih dapat peningkatan dosis zat psikoaktif yang
mempertahankan kontrol, namun pada diperlukan guna memperoleh efek yang
tahap ketiga ini pecandu tidak lagi sama yang biasanya diperoleh dengan
mempunyai kuasa atas kebutuhan dosis lebih rendah (contoh yang jelas
alkohol. Ini adalah salah satu tahap dapat ditemukan pada individu dengan
yang paling mudah untuk dikenali oleh ketergantungan alcohol dan opiat yang
teman ataupun keluarga. Pekerjaannya dosis hariannya dapat mencapai taraf
mulai terbengkalai dan mulai yang dapat membuat tak berdaya atau
bermasalah dengan hukum. mematikan bagi pengguna pemula).
Tahap keempat, minum karena Secara progresif mengabaikan
ketergantungan. Hari-harinya selalu menikmati kesenangan atau minat lain
dimulai dengan minum, selain itu juga disebabkan penggunaan zat psikoaktif,
ditandai dengan tremor, binges dan meningkatnya jumlah waktu yang
sering meludah. Tanda-tanda fisik diperlukan untuk mendapatkan atau
alkoholisme kronis mulai terlihat pada menggunakan zat atau untuk pulih dari
tahap ini, seperti kerusakan otak, akibatnya. Tetap menggunakan zat
penilaian yang rendah, kehilangan meskipun ia menyadari adanya akibat
memori dan gangguan konsentrasi. yang merugikan kesehatannya, seperti
Seseorang yang dalam tahap ini gangguan fungsi hati karena minum
memiliki risiko yang sangat tinggi alcohol berlebihan, keadaan depresan
untuk penyakit hati, jantung, kanker sebagai akibat dari suatu periode
mulut atau kerongkongan penggunaan zat yang berat atau
(www.id.articlesphere.com). hendaya fungsi kognitif berkaitan
dengan penggunaan zat; upaya perlu
Menurut PPDGJ III, diagnosis diadakan untuk memastikan bahwa
terhadap ketergantungan dapat pengguna zat bersungguh-sungguh,
atau dapat diandalkan, sadar akan
hakekat dan besarnya bahaya (Maslim,
2003). Sobriety (WFS). Menurut Ellis dan
Pemulihan dari ketergantungan Velton AA menganggap alkoholisme
sangat sulit dilakukan. Beberapa jenis sebagai suatu penyakit dan mendesak
terapi atau kelompok bantuan mandiri anggotanya untuk menerima kondisi
banyak didirikan untuk membantu mereka yang tak berdaya; sedangkan
pemulihan para pecandu alcohol ini. kelompok-kelompok lain yang lebih
Kelompok bantuan yang paling baru menekankan pentingnya tanggung
terkenal di Amerika adalah Alcoholic jawab pribadi untuk proses pemulihan.
Anonymous (AA). Kelompok AA ini Pemulihan bagi pecandu
terbuka dan gratis bagi siapa saja yang alcohol dalam perspektif Islam adalah
memiliki masalah ketergantungan bagaimana individu itu bisa
(Santrock, 2002). Waktu yang mengendalikan emosi dirinya untuk
diperlukan untuk lepas dari tidak minum minuman yang
ketergantungan alkohol bagi anggota beralkohol. Terlebih jika alcohol
AA adalah 52 bulan; 29% diantaranya dijadikan pelarian dari masalah-
tetap bersih selama lebih dari 5 tahun. masalah yang tengah dihadapi.
Anggotanya sangat bervariasi dalam Individu yang pecandu alcohol
hal usia, mulai dari remaja sampai umumnya bersifat pemarah, dan hal
orang tua, dan jumlah orang muda yang tersebut merupakan gangguan
bergabung akhir-akhir ini mengalami kepribadian dalam domain keihsanan
penimgkatan. Prinsip dari AA ini (Abdul Mujib, 2006). Seorang
banyak direvisi dan diadaptasi oleh alcoholic termasuk dalam
banyak kelompok bantuan lain, seperti psikopatologi psikosis, yaitu suatu
Narcotics Anonymous, Gamblers penyakit mental yang parah, dengan
Anonymous dan Al Anon (Santrock, ciri khas adanya disorganisasi proses
2002). pikiran, gangguan dalam emosionalitas,
Program AA sangat tergantung disorientasi waktu, ruang dan person,
pada pengakuan, dukungan kelompok dan dalam beberapa kasus disertai
dan komitmen spiritual kepada Tuhan halusinasi, delusi dan ilusi. Bentuk-
untuk menolong dari ketergantungan bentuk psikosis antara lain panic
alcohol. Individu yang bergabung depressive psychosis, paranoia,
dalam AA harus mengikuti 12 program schizophrenia, paresis, dan alcoholic
pengakuan, pantangan, dan komitmen psychosis (Abdul Mujib, 2006).
spiritual. Para pekerja AA sebagian Seorang alcoholic cenderung
besar adalah pecandu alcohol. menjadi pribadi yang pemarah. Gejala
Beberapa pecandu alkohol yang perilaku pemarah sama dengan orang
atheis mengalami kesulitan dalam yang berpenyakit paranoid, yang secara
menjalankan program AA yang keliru memersepsikan oranglain
mempunyai penekanan yang kuat pada sebagai ancaman, padahal
sisi spiritualitas. Hal ini memunculkan sesungguhnya ia tidak ingin berbuat
kelompok-kelompok bantuan lan yang jahat. Pemarah tidak memiliki
berorientasi non-spiritual yang muncul pertimbangan pikiran yang sehat,
sebagai alternative dari AA, yaitu bahkan ia cenderung berpikir pendek.
Rational Recovery (RR), Secular for Hampir semua daya positif insani tidak
Sobriety (SOS), atau Women for dapat teraktualisasi jika kemarahan
tiba-tiba muncul. Hal tersebut seperti
yang disabdakan Nabi dalam
haditsnya: “Bukanlah disebut orang atau panas, yang mana unsur tersebut
kuat yang pandai bergulat. melumpuhkan peran unsur kelembaban
Sesungguhnya orang yang kuat adalah atau basah dalam diri manusia. Dengan
orang yang dapat menahan dirinya begitu pengobatan gangguan ini bukan
ketika ia marah.”(HR.al-Bukhari dan dilawan dengan kemarahan, melainkan
Muslim dari Abu Hurairah). dengan kelembutan dan nasihat-nasihat
Seseorang yang berstatus yang baik. Sabda Nabi Saw.riwayat
pemarah tidak memiliki control diri Abu Dawud dinyatakan:
yang baik dari segi ucapan maupun “Sesungguhnya marah itu dari setan,
perbuatan, bahkan ia cenderung dan setan itu diciptakan dari api.
berpikir negative terhadap maksud baik Sesungguhnya api itu dapat
oranglain. Pertahanan diri pemarah dipadamkan dengan air, maka barang
bersifat negative, seperti ia tidak segan- siapa yang marah hendaklah ia
segan menyakiti, menyiksa, berwudhu.”
memperkosa, dan membunuh Hadits tersebut di atas selain
oranglain. Kehidupannya seperti menunjukkan sumber penyakit marah,
binatang buas yang hanya ingin juga menunjukkan bagaimana
mempertahankan dirinya tanpa terapinya. Wudhu dijadikan sebagai
memperhatikan hak-hak oranglain. terapi penyakit marah, karena air yang
Gambaran tersebut menunjukkan dibasuhkan pada bagian-bagian wudhu
bahwa gangguan kepribadian berupa dapat mendinginkan dan
marah yang ada pada diri seseorang menghilangkan ketegangan urat syaraf.
sebenarnya berlawanan dan menyalahi Selain itu wudhu mengingatkan psikis
fitrah asalnya. Kemarahan muncul manusia agar berzikir kepada Tuhan-
akibat bisikan dan campur tangan nya, sebab dzikir dapat menyembuhkan
setan. penyakit batin. Selain berwudhu,
Menurut al-Ghazali (dalam membaca salawat Nabi Saw. juga dapat
Abdul Mujib, 2006), penyakit ghadhab meredakan kemarahan. Berikut ini
disebabkan oleh dominasi unsure api table yang mengilustrasikan
kepribadian pemarah.

Tabel 1
Kepribadian Pemarah

Motif Simptom Kejiwaan Gangguan penyesuaian


dan pengembangan diri
 Pertahanan  Paranoid personality;  Kesulitan
diri terhadap adanya cemburu, melakukan
“bahaya” yang dengki, iri hati, curiga, penyesuaian diri
berasal dari sikap permusuhan dan karena tidak
orang lain kepekaan berlebih punya teman,
 Berusaha  Negative thinking, sebab semuanya
untuk yang menganggap dianggap
melemahkan, orang lain sebagai musuh.
menjatuhkan lawan atau musuh  Kesulitan
dan meng-  Gangguan pengembangan
hancurkan pengendalian impuls, diri karena tidak
oranglain. termasuk gangguan berkolaborasi,
eksplosif intermiten tidak minta
(kemarahan meledak- bantuan atau
ledak) meminta nasihat
 Stress dan depresi pada orang lain
dengan jiwa tertekan ketika dirinya
dan penurunan bergaul memiliki
dengan oranglain masalah.
 Gangguan karena zat,
seperti alcohol dan zat
adiktif lainnya
 Gangguan tidur seperti
insomnia
 Perilaku adaptif seperti
antisosial

Dari table di atas dapat


dipahami bahwa perilaku minum
minuman yang beralkohol dapat
menyebabkan terganggunya kesehatan
mental. Salah satunya adalah individu
yang pecandu alcohol akan menjadi
individu yang pemarah.
Ketergantungan terhadap alcohol dapat
menyebabkan depresi, stress, insomnia,
perilaku adaptif lainnya, hilangnya
kepercayaan serta penolakan
masyarakat.
Simpulan dan Saran
Alkohol adalah sejenis professional dan meningkatkan
minuman yang memabukkan. hubungan yang tegang.
Minuman ini biasanya dikomsumsi Tanda-tanda fisik
oleh orang dewasa bahkan remajapun penyalahgunaan alkohol, yaitu:
mulai mencoba mencicipi minuman penurunan berat badan, sakit di perut,
yang berbahaya ini. Dalam pergaulan mati rasa di tangan dan kaki, bicara
di kota-kota besar minuman beralkohol meracau, kegoyangan sementara saat
lazim dikomsumsi, seperti dalam pesta- mabuk. Pada orang yang menderita
pesta, perayaan-perayaan, tempat ketergantungan alkohol, yaitu:
hiburan atau sekedar menunjukkan berkeringat, gemetar, mual muntah,
loyalitas dan identitas dalam suatu kebingungan dan keadaan yang
kelompok tertentu. Ketergantungan ekstrem yaitu kejang-kejang, serta
terhadap alcohol sangat berpengaruh halusinasi.
terhadap kesehatan mental seseorang. Tanda-tanda mental meliputi
Pecandu alcohol cenderung menjadi peningkatan penyalahgunaan alkohol,
pribadi yang tidak bisa mengontrol antara lain: mudah tersinggung, marah,
emosinya. Kejahatan-kejahatan akibat gelisah, menghindar dari kegiatan yang
alcohol sangat banyak, diantaranya tidak memberikan kesempatan untuk
negative thinking, membuat onar, minum, kesulitan dalam membuat
pemerkosaan bahkan pembunuhan. Hal keputusan; oversleeping, berlebihan
ini disebabkan karena hilangnya menampilkan tangisan dan emosional.
kesadaran sebagai manusia yang Dalam perspektif Islam,
beradab diakibatkan oleh pengaruh seorang pecandu alcohol yang
dahsyat dari minuman yang notabene menjadi pemarah merupakan
mengandung alcohol. gangguan kepribadian akibat dari
Gejala kecanduan alkohol yang rusaknya kesehatan mental orang
jelas dalam bentuk fisik adalah tersebut. Al-Qur’an dan As-Sunnah
ketergantungan pada alkohol dan (Hadis) mengharamkan minuman ini
ketidakmampuan untuk berhenti bagi umat Muslim, karena hanya
walaupun parah akibat fisik dan membawa kemudharatan dan
psikologis. Beberapa pecandu alkohol terganggunya kesehatan baik fisik
dapat bertahan pada tingkat yang maupun mentalnya. Seorang alcoholic
dangkal tetapi akhirnya kecanduan yang identik dengan sifat pemarah
menyebabkan gangguan kinerja dianjurkan untuk berwudhu dan
bershalawat untuk menghilangkan
kemarahannya.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Retardasi mental atau disabilitas intelektual adalah gangguan intelektual yang


ditandai dengan kemampuan mental atau intelegensi di bawah rata-rata. Orang dengan
retardasi mental seringkali mempelajari kemampuan baru, namun lebih lambat.
Terdapat berbagai derajat retardasi mental, mulai dari yang ringan hingga sangat
berat. Kemampuan intelegensi biasanya diukur dengan menggunakan skor IQ.
Seseorang dikatakan retardasi mental apabila didapati skor IQ < 70. Retardasi mental
juga sering disebut dengan sebutan tunagrahita.

Zat adiktif adalah zat dari mahluk hidup yang menyebabkan ketergantungan.
Zat adiktif dipahami sebagai zat yang biasanya ditambahkan dalam berbagai resep.
Baik itu minuman, makanan maupun lainnya, sehingga bisa masuk ke dalam tubuh.
Zat adiktif ini tergolong zat yag cukup berbahaya, apalagi jika tidak dikonsumsi sesuai
kadarnya. Pada akhirnya, mengkonsumsi zat adiktif bisa menjadikan ketagihan pada
konsumennya,

Kecanduan alkohol terjadi saat alkohol sudah membuat perubahan kimia otak.
Perubahan ini meningkatkan sensasi kepuasan saat penderita minum alkohol, sehingga
memicunya untuk lebih sering minum dan mengakibatkan kecanduan. Sensasi puas
yang dirasakan akan hilang, oleh karena itu pecandu akan tetap minum alkohol untuk
mencegah gejala putus zat.
Daftar Pustaka

Sularyo, T. S., & Kadim M. (2016). Retardasi Mental. Sari Pediatri, 2 (3), 170-7.
Salmiah, S. (2010). Retardasi Mental.
Bahri, S. (2005). Penyalahgunaan NAPZA Dapat Menghancurkan Generasi Muda.

Siregar, M. (2004). Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyalahgunaan Narkotik Pada

Remaja Studi Deskriptif Di Panti Social Pamardi Putra “Insyaf” Medan.

Hawari D. (2000). penyalahgunaan dan ketergantungan naza (narkotika, alkohol, dan zat
adiktif). Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Utina, S. S. (2012). Alkohol Dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan Mental. Jurnal Health and
Sport, 5(2).
Desmita, (2007). Psikologi Perkembangan,. Bandung: Remaja Rosdakarya

Hurlock, B.Elizabeth. (2004). Psikologi Perkembangan:

Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang kehidupan,. Surabaya: Erlangga.


Maslim, Rusdi, (2003). Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ III,

Mujib Abdul, (2006). Kepribadian Dalam Psikologi Islam,. Jakarta: RajaGrafindo Persada

Papalia, Diane E,et.al (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan),. Jakarta:


Prenada Media Group

santrock, J. W., (2002).


Perkembangan Masa Hidup (Terjemahan dari Life-Span Development),. Edisi 5, Jilid II,
Erlangga: Jakarta.

www.wikipedia.com, diunduh tanggal 4 Agustus 2011

www.scumdoctor.com/indonesian/abus e, diunduh tanggal 8 Agustus 2011

www.id.articlesphere.com2008 Scott Mogul, Tahapan of alkoholisme, diunduh tanggal 8


Agustus 2011

Anda mungkin juga menyukai