Disusun oleh:
2. Helena (20220820240 )
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
FAKULTAS KEDOKTERAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Gangguan Retardasi
Mental dan Penyalahgunaan Zat Adiktif dan Alkohol” ini tepat pada waktunya. Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Psikiatri.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan
penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah Psikiatri yang telah mem
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai bidang
yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membagi pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
PEMBAHASAN
A. RETARDASI MENTAL
Apabila gejala tersebut muncul pada usia lebih dari 18 tahun, maka bukan
lagi disebut retardasi mental akan tetapi penyakit lain sesuai dengan gejala
klinisnya.
Dasar dari adanya retardasi mental yaitu disfungsi otak. Untuk mengetahui
apakah anak tersebut mengalami retardasi mental diperlukan amnesis,
pemeriksaan fisik dan laboratorium. Terdapat faktor penyebabnya yaitu
cedera didalam rahim, cedera saat persalinan, kesalahan jumlah kromosom
(down syndrom), kehamilan wanita diatas 40 tahun, berat badan bayi
kurang 2500 g dan lain-lain.
b. Faktor Prenatal
a. Tatalaksana medis
1. Pengertian
b. Penyalahgunaan Alkohol
Menurut Santrock (2002) Alkohol adalah obat psikoaktif yang
paling banyak digunakan. Lebih dari 13 juta orang menganggap dirinya
pecandu alkohol (alkoholic).
Alkoholisme adalah penyakit menahun yang ditandai dengan
kecenderungan untuk meminum lebih daripada yang direncanakan,
kegagalan usaha untuk menghentikan minum-minuman keras dan terus
meminum minuman keras walaupun dengan konsekuensi sosial dan
pekerjaan yang merugikan.
Penyalahgunaan alkohol lebih umum terjadi di masyarakat yang
berpendapatan rendah dan kurangnya pendidikan. Sekurang-kurangnya
sekitar 200.000 kematian yang berhubungan dengan alkohol tiap
tahunnya. Kelompok usia dengan presentasi penggunaan alkohol
tertinggi adalah antara 20 tahun hingga 35 tahun, sedangkan dari jenis
kelamin laki-laki secara bermakna lebih mungkin menggunakan
alkohol daripada wanita.
2. Gejala Penyalahgunaan Zat Adiktif dan Alkohol
a. Rehabilitasi
Di Indonesia, rehabilitasi memiliki tiga tahap, yakni:
1) Detoksifikasi adalah tahap di mana dokter memberikan obat
tertentu yang bertujuan untuk mengurangi gejala putus obat
(sakau) yang muncul. Sebelum pasien diberikan obat pereda
gejala, dokter terlebih dahulu akan memeriksa kondisinya
secara menyeluruh.
2) Terapi perilaku kognitif. Pada tahap ini, pasien akan dibantu
psikolog atau pskiater berpengalaman. Terapis terlebih
dahulu akan melakukan pemeriksaan kondisi guna
menentukan tipe terapi yang sesuai. Beberapa tujuan
dilakukannya terapi perilaku kognitif, antara lain adalah
untuk mencari cara mengatasi keinginan menggunakan obat
disaat kambuh, dan membuat strategi untuk menghindari
dan mencegah kambuhnya keinginan menggunakan obat.
3) Bina lanjut. Tahap ini memungkinkan pasien ikut serta
dalam kegiatan yang sesuai dengan minat. Pasien bahkan
dapat kembali ke sekolah atau tempat kerja, namun tetap
dalam pengawasan terapis.
b. Dukungan keluarga
2. Penyalahgunaan Alkohol
a. Konseling
Konseling dengan psikolog atau psikiater, baik sendiri
maupun dalam kelompok, akan membantu pasien memahami
masalah kecanduannya. Selama konseling, akan dijelaskan pada
pasien mengenai risiko kecanduan alkohol, dan dampaknya pada
kesehatan pasien. Pasien juga akan diberi saran untuk hal-hal
yang dapat dilakukan selama proses tersebut, misalnya dengan
mencatat konsumsi alkohol selama 1 minggu, atau mengganti
konsumsi alkohol dengan minuman ringan. Jangan lupa untuk
meminta dukungan dari pasangan atau keluarga. Dukungan dari
orang terdekat bisa berpengaruh besar pada proses pemulihan.
b. Detoksifikasi
Pada kasus kecanduan berat, pasien umumnya dirawat di
rumah sakit. Hal ini karena biasanya gejala putus zat yang
muncul juga berat dan membutuhkan penanganan medis. Gejala
putus zat akan berlangsung parah dalam 48 jam, namun
akan membaik seiring alkohol terbuang dari tubuh.
Keseluruhan proses ini umumnya berlangsung 3 hingga 7
hari sejak terakhir pasien mengonsumsi alkohol. Pasien
juga akan mengalami gangguan tidur selama satu bulan.
Selama proses detoksifikasi, pastikan minum minimal 3
liter air putih dalam sehari dan hindari konsumsi
minuman berkafein seperti kopi atau teh agar gangguan
tidur tidak semakin parah.
c. Terapi obat-obatan
Jika dibutuhkan, dokter akan meresepkan obat
seperti naltrexone, acamprosate, atau disulfiram untuk
membantu proses pemulihan kecanduan alkohol. Namun,
obat ini belum tersedia di Indonesia.
d. Pemulihan di rumah
Cobalah fokus untuk meninggalkan kebiasaan
lama dan mulai menjalani gaya hidup sehat. Mulailah
tidur lebih awal dan rutin berolahraga. Tinggalkan
aktivitas lama yang berkaitan dengan alkohol dan ganti
dengan aktivitas baru yang jauh dari alkohol. Jelaskan
pada keluarga dan teman mengenai keputusan untuk
meninggalkan kebiasaan minum alkohol, dan minta
dukungan mereka selama pemulihan. Jauhi teman dan
situasi yang tidak mendukung proses pemulihan. Jangan
mengganti pengobatan medis dan konseling dengan
pengobatan alternatif untuk pengobatan kecanduan
alkohol. Namun jika digunakan sebagai terapi tambahan
di masa pemulihan, beberapa terapi seperti yoga,
meditasi dan akupuntur mungkin bisa membantu.
ALKOHOL DAN PENGARUHNYA TERHADAP KESEHATAN MENTAL
ABSTRAK
Tabel 1
Kepribadian Pemarah
PENUTUP
Kesimpulan
Zat adiktif adalah zat dari mahluk hidup yang menyebabkan ketergantungan.
Zat adiktif dipahami sebagai zat yang biasanya ditambahkan dalam berbagai resep.
Baik itu minuman, makanan maupun lainnya, sehingga bisa masuk ke dalam tubuh.
Zat adiktif ini tergolong zat yag cukup berbahaya, apalagi jika tidak dikonsumsi sesuai
kadarnya. Pada akhirnya, mengkonsumsi zat adiktif bisa menjadikan ketagihan pada
konsumennya,
Kecanduan alkohol terjadi saat alkohol sudah membuat perubahan kimia otak.
Perubahan ini meningkatkan sensasi kepuasan saat penderita minum alkohol, sehingga
memicunya untuk lebih sering minum dan mengakibatkan kecanduan. Sensasi puas
yang dirasakan akan hilang, oleh karena itu pecandu akan tetap minum alkohol untuk
mencegah gejala putus zat.
Daftar Pustaka
Sularyo, T. S., & Kadim M. (2016). Retardasi Mental. Sari Pediatri, 2 (3), 170-7.
Salmiah, S. (2010). Retardasi Mental.
Bahri, S. (2005). Penyalahgunaan NAPZA Dapat Menghancurkan Generasi Muda.
Hawari D. (2000). penyalahgunaan dan ketergantungan naza (narkotika, alkohol, dan zat
adiktif). Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Utina, S. S. (2012). Alkohol Dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan Mental. Jurnal Health and
Sport, 5(2).
Desmita, (2007). Psikologi Perkembangan,. Bandung: Remaja Rosdakarya
Mujib Abdul, (2006). Kepribadian Dalam Psikologi Islam,. Jakarta: RajaGrafindo Persada