Anda di halaman 1dari 3

A.

Definisi EWS

Sistem ini dirancang untuk identifikasi tepat waktu terhadap resiko perburukan
suatu penyakit. Early Warning Score didefinisikan sebagai proses sistematik untuk
mengevaluasi dan mengukur resiko awal untuk mengambil langkah-langkah preventif
untuk meminimalkan dampak pada sistem tubuh (Georgaka & Vitis, 2012).

Early Warning Score (EWS) sebagai prosedur tertentu untuk deteksi dini dari
setiap yang berpatokan pada frekuensi normal klinis atau reaktor penyakit tertentu
memantau sampel dari populasi yang beresiko ( Georgaka & Vitos, 2012).

Kyariaco & Jordan (2011), medefenisikan Early Warning Score (EWS) adalah
sebuah sistem penilaian sederhana yang bergunakan di berbagai tingkat rumah sakit
berdasarkan pengukuran fisiologis yang rutin dilaksanakan seperti denyut jantung,
tekanan darah, laju pernapasan, suhu dan tingkat kesadaran dengan masing-masing skor
atas dan bawah dari 0-3 poin dan dihitung nilai totalnya.

National Cilincial Effectiveness Committee (2013), mendefinisikan Early


Warning Score (EWS) adalah sebuah sistem skoring fisiologis (tanda-tanda vital) yang
umumnya digunakan di unit 1tatist bedah sebelum pasien mengalami kondisi kegawatan.
Skoring EWS disertai dengan algoritme tindakan berdasarkan hasil skoring dari
pengkajian pasien. EWSmelengkapi sistem Tim Medik Reaksi Cepat dalam menangani
kondisi kegawatan pada pasien serta berfokus ke mendeteksi kegawatan sebelum hal
tersebut terjadi.

2.1.1 Sejarah Penerapan Early Warning Score (EWS)

Setiap banyak sistem EWS yang ada, penilaian sistem ini pertama kali di
perkenalkan oleh (Morgen, 1997) yang didasarkan pada sistem penilaian sederhana
dengan menggunakan skor untuk pengukuran frekuensi henti jantung, tekanan darah
sistolik, frekuensi pernapasan, suhu tubuh dan tingkat kesadaran, yang akan dilakukan
saat pasien dirawat di rumah sakit.Ide utamanya adalah bahwa perubahan kecil dalam
parameter ini akan dihargai menggunakan EWS dari pada menuggu perubahan yang jelas
dalam parameter individu seperti penurunan dalam tekanan darah sistolik, yang sering
kali merupakan suatu kondisi terminal. Skor meningkat biasanya menujukkan kerusakan,
dan bahkan dapat memprediksi kematian berikutnya, namun Early Warning Score
bukanlah obat mujarab, untuk penilaian pasien yang akurat melainkan sebagai tambahan
dan harus di tindak lanjuti dengan penilaian klinis yang teliti ( Kriacos & Jordan,
2011).Setiap skor yang diukur mencerminkan bagaimana variasi parameter yang
dibandingkan dengan normal dari tiap parametric. Skor tersebut kemudian dikumpulkan,
dengan penekanan penting bahwa parameter ini sudah rutin diukur di rumah sakit dan
dicatat pada grafik klinis. Early Warning Score (EWS) menggunakan skor numberik dari
0 sampai 3, pada grafik pengamatan kode warna ( skor 0 adalah skor yang diinginkan dan
skor 3 adalah skor yang tidak diinginkan). Skor ini dijumlahkan dengan semua parameter
dalam skor total dan dicatat sebagai Early Warning Score dari pasien.National Clinical
Effectiveness Committee (2013), merekomendasikan enam parameter fisilogis sederhana
membentuk dari sistem penilaian yang mencakup (pernapasan saturasi, oksigen, denyut
jantung, tekanan darah sistolik, suhu , dan tingkat kesadaran). Dalam Early Warning
Score (EWS), pengamatan adalah langkah penting dan efektif dalam mengidentifikasi
perubahan pasien dan efektif dalam pengelolaan mengelola asuhannya. Dalam perawatan
sangat penting untuk memiliki model observasi keperawatan yang baik sehingga
berdampak pasa pasien dan mencegah kerusakan yang mengarah ke panyakit kritis,
masuk ke ICU dan death (Odell & Oliver, 2009).Dilakukan studi pendahuluan di RSUD
Dr.H. Soemarno sosroatmodjo, bahwa pasien yang datang sudah dalam keadaan sakit
parah, dimana pasien henti jantung kebanyakan yang mengalami kematian yang
mendadak dan tiba-tiba. Tanda-tanda deteksi dini kurang diperhatikan dan pasien yang
datang dirawat unit perawat intensif lebih sering datang pada sore dan malam hari.Early
Warning Scoring Sore (EWS), yang dikembangkan mengikuti publikasi dari beberapa
penelitian, menunjukkan bahwa sering ada keterlambatan respon terhadap memburuknya
kondisi pasien. Sebuah skor Early Warning Scoring Score (EWS), yang dihitung untuk
semua pasien harus menjadi perhatian perawat dan memberikan gambaran resiko serta
sebagai alat yang dirancang untuk memicu respon ketika terdapat perubahan data
fisiologis (Georgaka & Vitos, 2012).

Tujuan penerapan EWS ini untuk menilai pasien dengan kondisi akut, mendeteksi
dini kondisi keadaan pasien selama perawatan di rumah sakitserta dimulainya respon
klinik yang tepat waktu secara kompenten (Q-Pluse, 2016). EWS juga memberikan
kerangka yang jelas kepada perawat dalam identifikasi dan pengelolaan pasien dewasa(>
16 tahun) yang beresiko mengalami penurunan fisiologis (Royal Collage of Physicians,
2012). Jika perawat gagal dalam penilaian dan mengenai tanda-tanda pasien yang
beresiko mengalami penurunan fisiologis dapat menyebabkan pengelolaan yang tidak
tepat waktu dan akan terjadi keterlambatan dalam pengobatan (Hammond et al., 2011).
Pengkajian EWS yang tidak dilakukan oleh perawat dengan benar dapat membuat tenaga
kesehatan gagal untuk mengenali, meningkatkan perawatan dan memberi respon klinik
yang tepat (Health Quality & Safety Commission, 2015).
2.1.2 Kapan EWS harus dilakukan

EWS dilakukan terhadap semua pasien pada asesmen awal dengan kondisi penyakit
akut dan pemantauan secara berkala pada semua pasien yang mempunyai risiko tinggi
berkembang menjasi sakit kritis selama berada di rumah sakit. Pasien-pasien tersebut adalah:

 Pasien yang keadaan umumnya dinilai tidak nyaman (uneasy feeling).


 Pasien yang datang ke instalasi gawat darurat.
 Pasien dengan keadaan hemodinamik tidak stabil.
 Pasien yang baru dipindahkan dari ruang rawat insentif ke bangsal rawat inap.
 Pasien yang akan di pindahkan dari ruangan rawat le ruang rawat lainnya.
 Pasien paska operasi dalam 24 jam pertama seseuai dengan ketentuan penatalaksanaan
pasien paska operasi.
 Pasien dengan penyakit kronis.
 Pasien yang perkembangan penyakitnya tidak menunjukkan perbaikan.
 Pemantauan rutin pada semua pasien, minimal 1 kali dalam satu shift dinas perawat.
 Pada pasien di Unit Hemodialisa dan rawat jalan lainnya yang akan di rawat untuk
menentukan ruang perawatan.
 Pasien yang akan di pindahkan ke rumah sakit lainnya.

2.1.3.3 Frekuensi pernapasan

Pola pernapasan akan sangat membantu dalam mengidentifikasi adanya


abnormalitas pada pasien. Pola pernapasan yang cepat dan dalam (Kusmaul) merupakan
gambaran pernapasan pada gangguan asidosis 7tatistic berat. Pola pernapasan 7tatisti
(Cheyene-Stokes) mengambarkan ada gangguan pada batang otak atau adannya
gangguan fungsi jantung.

2.1.3.4 Suhu Tubuh

Suhu tubuh dihasilkan oleh reaksi kimia akibat metabolisme sel. Peningkatan
suhu tubuh ditimbulkan oleh peningkatan produksi panas tubuh akibat peningkatan
metabolisme sel seperti pada aktifitas fisik, tirotoksikosis, trauma, peradangan, dan
infeksi.

2.1.3.5 Tingkat Kesadaraan, yang dilakukan saat pasien dilakukan pemantauan.

Menurut penelitian (So et al., 2015). Bahwa parameter kuat dalam EWS adalah
frekuensi pernapasan, Frekuensi pernapasan dapat membedakan pasien yang stabil dan
pasien yang beresiko adanya perburukan.

Anda mungkin juga menyukai