Anda di halaman 1dari 36

8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah suatu anugrah dari Tuhan yang perlu mendapatkan

perhatian dan dukungan dari seluruh anggota keluarga (BKKBN, 2013).

Kehamilan adalah hasil dari pertemuan sperma dan sel telur. Dalam prosesnya,

perjalanan sperma untuk menemui sel telur (ovum) betul-betul penuh perjuangan

(Maulana, 2008).

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa

dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Pertumbuhan dan

perkembangan janin intra uterine mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai

permulaan persalinan (Hanafiah, 2008).

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil

normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama

haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan, yaitu triwulan pertama dimulai

dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan,

triwulan ketiga dari bulan ke-7 sampai 9 bulan (Prawiroharjo, 2014).

2. Tanda dan gejala kehamilan

Tanda dan gejala kehamilan menurut Prawiroharjo (2014) dibagi menjadi

3 bagian, yaitu:

8
9

1) Tanda tidak pasti kehamilan

a) Amenorea (tidak dapat haid)

Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak dapat haid lagi.

Dengan diketahuinya tanggal hari pertama haid terakhir supaya dapat ditaksir

umur kehamilan dan taksiran tanggal persalinan akan terjadi, dengan memakai

rumus Neagie: HT – 3 (bulan + 7).

b) Mual dan muntah

Biasa terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga akhir triwulan

pertama. Sering terjadi pada pagi hari disebut “morning sickness”.

c) Mengidam (ingin makanan khusus)

Sering terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, akan tetapi menghilang

dengan makin tuanya kehamilan.

d) Pingsan

Bila berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat. Biasanya hilang

sesudah kehamilan 16 minggu.

e) Anoreksia (tidak ada selera makan)

Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan, tetapi setelah itu nafsu

makan timbul lagi.

f) Mamae menjadi tegang dan membesar.

Keadaan ini disebabkan pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang

merangsang duktus dan alveoli payudara.


10

g) Miksi sering

Sering buang air kecil disebabkan karena kandung kemih tertekan oleh uterus

yang mulai membesar. Gejala ini akan hilang pada triwulan kedua kehamilan.

Pada akhir kehamilan, gejala ini kembali karena kandung kemih ditekan oleh

kepala janin.

h) Konstipasi atau obstipasi

Ini terjadi karena tonus otot usus menurun yang disebabkan oleh

pengaruh hormon steroid yang dapat menyebabkan kesulitan untuk buang air

besar.

i) Pigmentasi (perubahan warna kulit)

Pada areola mamae, genital, cloasma, linea alba yang berwarna lebih tegas,

melebar dan bertambah gelap terdapat pada perut bagian bawah.

j) Epulis

Suatu hipertrofi papilla ginggivae (gusi berdarah). Sering terjadi pada

triwulan pertama.

k) Varises (pemekaran vena-vena)

Karena pengaruh dari hormon estrogen dan progesteron terjadi penampakan

pembuluh darah vena. Penampakan pembuluh darah itu terjadi disekitar genetalia

eksterna, kaki dan betis, dan payudara.

2) Tanda kemungkinan kehamilan

a) Perut membesar

Setelah kehamilan 14 minggu, rahim dapat diraba dari luar dan mulai
11

pembesaran perut.

b) Uterus membesar

Terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan konsistensi dari rahim. Pada

pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus membesar dan bentuknya makin

lama makin bundar.

c) Tanda Hegar

Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi lunak, terutama daerah

ismus. Pada minggu-minggu pertama ismus uteri mengalami hipertrofi seperti

korpus uteri. Hipertrofi ismus pada triwulan pertama mengakibatkan ismus

menjadi panjang dan lebih lunak.

d) Tanda Chadwick

Perubahan warna menjadi kebiruan atau keunguan pada vulva, vagina, dan

serviks. Perubahan warna ini disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen.

e) Tanda Piscaseck

Uterus mengalami pembesaran, kadang–kadang pembesaran tidak rata tetapi

di daerah telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya. Hal ini menyebabkan uterus

membesar ke salah satu jurusan hingga menonjol jelas ke jurusan pembesaran.

f) Tanda Braxton-Hicks

Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi. Tanda khas untuk uterus dalam

masa hamil. Pada keadaan uterus yang membesar tetapi tidak ada kehamilan

misalnya pada mioma uteri, tanda Braxton-Hicks tidak ditemukan.

g) Teraba ballotemen

Merupakan fenomena bandul atau pantulan balik. Ini adalah tanda adanya
12

janin di dalam uterus.

h) Reaksi kehamilan positif

Cara khas yang dipakai dengan menentukan adanya human chorionic

gonadotropin pada kehamilan muda adalah air kencing pertama pada pagi

hari. Dengan tes ini dapat membantu menentukan diagnosa kehamilan sedini

mungkin.

3) Tanda pasti kehamilan

a) Gerakan janin yang dapat dilihat, dirasa atau diraba, juga bagian-

bagian janin.

b) Denyut jantung janin

(1) Didengar dengan stetoskop-monoral Laennec

(2) Dicatat dan didengar dengan alat doppler

(3) Dicatat dengan feto-elektro kardiogram

(4) Dilihat pada ultrasonograf.

c) Terlihat tulang-tulang janin dalam foto-rontgen

3. Diagnosa banding kehamilan

Diagnosa banding kehamilan menurut Manuaba (2007), meliputi:

a. Hamil palsu

Dijumpai tanda dugaan hamil, tetapi dengan pemeriksaan alat canggih dan tes

biologis tidak menunjukkan kehamilan.

b. Tumor kandungan atau mioma uteri

Terdapat pembesaran rahim tetapi tidak disertai tanda hamil, bentuk


13

pembesaran tidak merata dan perdarahan banyak saat menstruasi.

c. Kista ovarium

Terjadi pembesaran perut tetapi tidak disertai tanda hamil, datang bulan terus

berlangsung, lamanya perbesaran perut dapat melampaui umur kehamilan, dan

pemeriksaan tes biologis kehamilan dengan tes negatif.

d. Hematometra

Terlambat datang bulan dapat melampaui umur kehamilan, perut terasa sakit

setiap bulan, terjadi tumpukan darah dalam rahim, tanda dan pemeriksaan hamil

tidak menunjukkan hasil yang positif.

e. Kandung kemih yang penuh

Dengan melakukan kateterisasi, maka pembesaran perut akan menghilang.

B. Infertilitas

1. Definisi Infertilitas

Menurut Fauziyah (2012) infertilitas merupakan ketidakmampuan untuk

mengandung dan melahirkan, secara klinis didefinisikan sebagai ketidakmampuan

untuk menjadi hamil setelah satu tahun aktivitas koitus secara teratur tanpa

kontrasepsi. Sedangkan Saydam SG (2014) Infertilitas adalah ketidakmampuan

untuk hamil setelah sekurang-kurangnya satu tahun berhubungan seksual

sedikitnya empat kali seminggu tanpa kontrasepsi.

Menurut Mansjoer (2014) infertilitas adalah bila pasangan suami istri,

setelah bersanggama secara teratur 2-3 kali seminggu, tanpa memakai metode

pencegahan belum mengalami kehamilan selama satu tahun.


14

2. Jenis Infertilitas

Menurut Mansjoer (2014) jenis infertilitas ada dua yaitu infertilitas

primer dan infertilitas:

a. Infertilitas primer adalah jika istri belum pernah hamil walaupun

bersanggama tanpa usaha kontrasepsi dan dihadapkan pada kepada

kemungkinan kehamilan selama dua belas bulan. Secara umum penyebab

infertilitas primer adalah gangguan hormonal, Penyakit menular seksual

(PMS), antibodi, zat kimia beracun, siklus haid tidak teratur, berat badan tidak

seimbang, infeksi dan efek samping obat.

b. Infertilitas sekunder adalah jika istri pernah hamil, namun kemudian

tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersanggama tanpa usaha kontrasepsi

dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama dua belas bulan.

Penyebab Infertilitas secara keseluruhan hampir sama dengan infertilitas

primer yaitu gangguan hormonal, Penyakit menular seksual (PMS), antibodi,

zat kimia beracun, siklus haid tidak teratur, berat badan tidak seimbang,

infeksi, penggunaan kontrasepsi dan efek samping obat.

Jenis infertilitas ada dua yaitu infertilitas primer dan infertilitas sekunder.

Infertilitas primer adalah kalau istri belum pernah hamil walaupun bersanggama

tanpa usaha kontrasepsi dan dihadapkan pada kepada kemungkinan kehamilan

selama dua belas bulan. Infertilitas sekunder adalah kalau istri pernah hamil,

namun kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersanggama tanpa

usaha kontrasepsi dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama dua


15

belas bulan (Wahayu, 2016)

3. Penyebab Infertilitas

Menurut Mansjoer (2014) penyebab infertilitas dapat dibagi menjadi tiga

kelompok: satu pertiga masalah terkait pada wanita, satu pertiga pada pria dan

satu pertiga disebabkan oleh faktor kombinasi.

Menurut Saydam SG (2014) penyebab Infertilitas pada wanita:

a. Masalah vagina

Infeksi vagina seperti vaginitis, trikomonas vaginalis yang hebat akan

menyebabkan infeksi lanjut pada portio, serviks, endometrium bahkan sampai ke

tuba yang dapat menyebabkan gangguan pergerakan dan penyumbatan pada tuba

sebagai organ reproduksi vital untuk terjadinya konsepsi. Disfungsi seksual

yang mencegah penetrasi penis, atau lingkungan vagina yang sangat asam,

yang secara nyata dapat mengurangi daya hidup sperma.

b. Masalah serviks

Gangguan pada setiap perubahan fisiologis yang secara normal terjadi selama

periode praovulatori dan ovulatori yang membuat lingkungan serviks kondusif

bagi daya hidup sperma misalnya peningkatan alkalinitas dan peningkatan

sekresi.

c. Masalah uterus

Menurut Wiknjosastro (2012) nidasi ovum yang telah dibuahi terjadi di

endometrium. Kejadian ini tidak dapat berlangsung apabila ada patologi di uterus.

Patologi tersebut antara lain polip endometrium, adenomiosis, mioma uterus atau

leiomioma,bekas kuretase dan abortus septik. Kelainan-kelainan tersebut dapat


16

mengganggu implantasi, pertumbuhan,nutrisi serta oksigenisasi janin.

d. Masalah tuba

Saluran telur mempunyai fungsi yang sangat vital dalam proses kehamilan.

Apabila terjadi masalah dalam saluran reproduksi wanita tersebut, maka dapat

menghambat pergerakan ovum ke uterus, mencegah masuknya sperma atau

menghambat implantasi ovum yang telah dibuahi. Sumbatan di tuba fallopi

merupakan salah satu dari banyak penyebab infertilitas. Sumbatan tersebut

dapat terjadi akibat infeksi, pembedahan tuba atau adhesi yang disebabkan

oleh endometriosis atau inflamasi. Infertilitas yang berhubungan dengan masalah

tuba ini yang paling menonjol adalah adanya peningkatan insiden penyakit

radang panggul Pelvic Inflammatory Disease (PID). PID ini menyebabkan

jaringan parut yang memblok kedua tuba fallopi.

e. Masalah ovarium

Menurut Saydam SG (2014) wanita perlu memiliki siklus ovulasi yang teratur

untuk menjadi hamil, ovumnya harus normal dan tidak boleh ada hambatan dalam

jalur lintasan sperma atau implantasi ovum yang telah dibuahi. Dalam hal ini

masalah ovarium yang dapat mempengaruhi infertilitas yaitu kista atau tumor

ovarium, penyakit ovarium polikistik, endometriosis, atau riwayat pembedahan

yang mengganggu siklus ovarium. Dari perspektif psikologis, terdapat juga suatu

korelasi antara hyperprolaktinemia dan tingginya tingkat stress diantara pasangan

yang mempengaruhi fungsi hormon.


17

4. Penyebab Infertilitas

Masalah pada infertilitas sangat berhubungan dengan masalah pada

pasangan dengan infertilitas primer. Sebagian besar pasangan dengan infertilitas

menemukan penyebab masalah kemandulan sekunder tersebut, dari kombinasi

berbagai faktor meliputi:

a. Usia

Menurut Kurniawan (2008) di Indonesia angka kejadian perempuan infertil

15% pada usia 30-34 tahun meningkat 30% pada usia 35-39 tahun dan 64% pada

usia 40-44 tahun. Kemampuan reproduksi wanita menurun drastis setelah berumur

35 tahun. Hal ini dikarenakan cadangan sel telur yang makin sedikit. Fase

reproduksi wanita adalah masa sistem reproduksi wanita berjalan optimal

sehingga wanita berkemampuan untuk hamil. Fase ini dimulai setelah fase

pubertas sampai sebelum fase menopause.

Fase pubertas wanita adalah fase disaat wanita mulai dapat bereproduksi yang

ditandai dengan haid pertama kalinya (menarche) dan munculnya tanda-tanda

kelamin sekunder yaitu membesarnya payudara, tumbuhnya rambut disekitar alat

kelamin, dan timbunan lemak dipanggul. Fase pubertas pada wanita terjadi pada

umur 45-55 tahun. Pada fase reproduksi wanita memiliki 400 sel telur. Semenjak

wanita mengalami menstruasi secara periodik yaitu pelepasan satu sel telur. Jadi,

wanita dapat mengalami menstruasi sampai sekitar 400 kali. Pada umur 35 tahun

simpanan sel telur menipis dan mulai terjadi perubahan keseimbangan hormon

sehingga kesempatan wanita untuk bisa hamil menurun drastis. Kualitas sel telur
18

yang dihasilkanpun menurun sehingga tingkat keguguran meningkat sampai pada

akhirnya kira-kira umur 45 tahun sel telur habis dan wanita tidak menstruasi lagi

atau tidak bisa hamil lagi. Pemeriksan cadangan sel telur dapat dilakukan dengan

pemeriksaan darah atau USG saat mentruasi hari kedua atau ketiga.

Faktor usia sangat berpengaruh pada kesuburan seorang wanita. Selama

wanita tersebut masih dalam masa reproduksi yang berarti mengalami haid yang

teratur, kemungkinan masih bisa hamil. Akan tetapi seiring dengan bertambahnya

usia maka kemampuan indung telur untuk menghasilkan sel telur akan mengalami

penurunan. Penelitian menunjukkan bahwa potensi wanita untuk hamil akan

menurun setelah usia 25 tahun dan menurun drastis setelah usia diatas 38 tahun.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh National Center for Health Statistics

menunjukkan bahwa wanita subur berusia dibawah 25 tahun memiliki

kemungkinan hamil 96% dalam setahun, usia 25-34 tahun menurun menjadi

86% dan 78% pada usia 35-44 tahun.

b. Masalah reproduksi

Masalah pada sistem reproduksi dapat berkembang setelah kehamilan awal

bahkan, kehamilan sebelumnya kadang-kadang menyebabkan masalah

reproduksi yang benar-benar mengarah pada infertilitas, misalnya perempuan

yang melahirkan dengan operasi caesar, dapat menyebabkan jaringan parut yang

mengarah pada penyumbatan tuba.

1) Kelainan Ginekologi

Menurut Manuaba (2010) faktor-faktor wanita merupakan sebab utama dari


19

infertilitas pada kurang lebih 40% kasus (Variasi 50-70%) sebab-sebab langsung

dari infertilitas wanita cukup dikenal dan dapat meliputi kelainan struktur atau

fisiologik pada setiap bagian dari traktus genetalis wanita:

2) Kelainan Pada Vagina

Menurut Wiknjosastro (2012) kemampuan menyampaikan air mani kedalam

vagina sekitar serviks perlu untuk fertilitas, masalah vagina yang dapat

menghambat penyampaian ini adalah adanya sumbatan atau peradangan sumbatan

psikogen disebut vaginismus atau dispareuni, sedangkan sumbatan anatomik

dapat karena bawaan atau perolehan. Vaginitis karena kandida albicans atau

trikomonas vaginalis hebat dapat merupakan masalah bukan karena

antispermaisidanya melainkan antisenggamanya.

3) Kelainan Pada Serviks

Faktor serviks merupakan penyebab infertilits dengan persentasinya sekitar 5-

10% dari penyebab infertilitas. Walaupun serviks merupakan sebagian dari uterus,

namun artinya dalam reproduksi manusia baru diakui pada abad kesembilan belas,

Sims pada 1868 adalah orang yang pertama yang menghubungkan serviks dengan

infertilitas melakukan pemeriksaan lendir serviks pasca senggama, dan melakukan

inseminasi buatan. Baru beberapa lama kemudian Hubner memperkenalkan uji

pasca senggama yang dilakukan pada pertenggahan siklus haid. Uji pasca

senggama adalah pemeriksaan yang ditujukan untuk menilai kualitas, jumlah dan

mortalitas sperma yang ada didalam vagina setelah koitus dan interaksi anatara

mucus/lender serviks dengan sperma. Kebanyakan peneliti sepakat untuk

melakukan uji pasca senggama pada pertengahan siklus haid, yang berarti 1-2 hari
20

sebelum pasangan dianjurkan untuk tidak melakukan senggama dulu selama 2

hari sebelum uji pasca senggama.

4) Kelainan Pada Uterus

Faktor uterus merupakan salah satu factor penyebab infertilitas pada wanita

dengan persentasi sekitar 4-5%.

a) Malformasi Kongenital

Malformasi uterus congenital terjadi pada 0,1% sampai 0,4% dari semua

wanita, tetapi kira-kira 15% wanita infertil. Abortus berulang, kelahiran prematur

atau persentasi fetus abnormal adalah keluhan umum wanita dengan malformasi.

Lebih dari 80% wanita tidak akan mengalami kesulitan untuk hamil, meskipun

hanya sepertiga yang akan melahirkan seorang bayi yang dapat hidup diagnosis

malformasi dengan eksplorasi uterus segera sesudah pasca persalinan,

histeroskopi, histererosalpingografi dan laparaskopi.

Diketahui ada tiga jenis malformasi uterus didelfis, uterus septata dan uterus

septus atau bikornis dan kemungkinan anak hidup meningkat dari 10% sampai

70% atau 80%. Spermatozoa dapat ditemukan dalam tuba fallopii manusia setelah

5 menit inseminasi dibandingkan dengan besar spermatozoa dan jarak yang harus

ditempunya, kiranya tidak mungkin migrasi spermatozoa berlangsung hanya

karena gerakannya sendiri. Tidak disangkal, kontraksi vagina dan uterus

memegang peranan penting dalam transfortasi spermatozoa ini.

Pada binatang kontraksi alat-alat ini terjadi karena pengaruh oksitosin yang

dikeluarkan oleh hipotalamus sewaktu senggama, oksitosin tidak berpengaruh

terhadap uterus yang tidak hamil akan tetapi prostaglandin dalam air mani dapat
21

membuat uterus berkontraksi secara ritmik ternyata prostaglandinlah yang

memengang peranan penting dalam transfortasi spemartozoa kedalam uterus dan

melewati penyempitan pada batas uterus dengan tuba itu. Ternyata pula uterus

sangat sensitif terhadap prostaglandin pada akhir fase proliferasi dan permulaan

fase sekresi. Dengan demikian, kurangnya prostaglandin dalam air mani dapat

merupakan masalah infertilitas.

b) Terpapar Dietilstilbestrol (DES)

Wanita yang terpapar DES dalam uterus mungkin mempunyai uterus

berbentuk T yang disertai dengan penurunan luas permukaan kualitas

endometrium. Pada wanita ini, lebih sering terjadi dinemorhoe, menstruasi yang

tidak teratur, abortus spontan dan persalinan prematur di bandingkan wanita

normal, infertilitas dan kehamilan ektopik juga lebih sering terjadi, meskipun

insidensinya kurang jelas.

c) Perlekatan Intra Uterus (Sindroma Asherman)

Sindroma Asherman merupakan penyebab infertilitas yang jarang ditemukan,

tetapi diagnosanya hampir pasti pada setiap wanita yang menjadi amenore

sesudah kuretase puerperalis yang dikomplikasikan oleh miometritis. Trias

kehamilan, trauma intrauterus dan infeksi intra uterus ini ditemukan pada

kebanyakan wanita dengan sindroma asherman meskipun ia telah terjadi juga

sesudah kuretase non puerperalis atau metroplasti. Sindroma Asheman bahkan

lebih mungkin terjadi jika kuretase tidak dilakukan 3 sampai 4 minggu setelah

abortus spontan atau persalinan cukup bulan kesulitan sondage uterus, fibrosis

sesudah pemberian esterogen dan progesteron.


22

Proses desak ruang tak teratur dalam kualitas endometrialis pada

histerosalpingosgrafis dan observasi histerokolpik perlengketan atau aglutinasi

merupakan gambaran tambahan pada wanita ini harus direkonmendasikan

tindakan lisis perlekatan dan pemasangan AKDR selama 2 samapi 3 bulan pada

wanita yang ingin hamil. Pemambahan 2,5-5 minggu esterogen konjungsi sehari

selama 2 samapi 3 bulan meningkatkan angka kehamilan cukup bulan dari 7%

sampai 25%. Abortus spontan, persalianan prematur dan plasenta akreta, inkreta

atau perkreta sering terjadi sesudah terapi yang berhasil untuk sindroma asherman.

d) Mioma Uteri

Infertilitas karena mioma uterus jarang ditemukan mioma submukosa

intramural dan subserosa, kesemuanya disertai dengan infertilitas. Tidak terdapat

laporan yang menghubungkan frekuensi inferilitas karena fibroid dan 40% samapi

50% wanita infertile dengan fibroid kehamilan terjadi pada 40% wanita sesudah

moimektomi dan angka penyelamatan fetus yang membaik.

e) Endometritis

Bukti histologik endometritis kronoka ditemukan pada 1% sampai 5% bahan

contoh biopsy endometrium, dan mungkin suatu faktro penyokong dalam 30%

wanita infertil. Endometritis kronika dapat ditemukan sesudah infeksi bakteri

(termasuk tuberkolosis), mikoplasma, virus atau riketsia harus diberikan terapi

antibiotika yang sesuai, meskipun penampilan histologik endometritis mungkin

dimodifikasi dan angka kehamilan sesudah terapi belum diketahui.


23

5) Kelainan Pada Tuba

Faktor tuba menjadi abnormalitas tersering pada wanita infertil dan paling

sedikit menjadi faktor penyokong pada 15% sampai 30% dari semua pasangan

infertil. Saluran telur adalah tempat pemasukan telur dan sperma sesudah

persetubuhan, saluran itu juga dipengaruhui oleh perubahan siklus yang perlu

untuk pembuahan. Saluran ini akan bergerak diatas dan sekeliling indung telur

sedemikian sehingga dapat memungut telur yang dilepaskan, saluran yang kurang

normal bisa disebabkan oleh infeksi primer akibat gonorrhoe, infeksi sekunder

akibat kelahiran yang sebelumnya. Bisa juga disebabkan karena radang usus

buntu, peritonitis, opersi sebelumnya atau endometriosis. Semua ini dapat

menimbulkan luka pada saluran telur.

6) Kelainan Pada Ovarium/Gangguan Ovulasi

Faktor ovarium sebagai factor penyebab infertil presentasinya sekitar 5-10%.

Gangguan ovulasi dijumpai pada 30-40% dari seluruh kasus infertilitas wanita.

Panjang siklus haid yang normal pada wanita usia reproduksi berkisar antara 25-

35 hari pada umumnya wanita mempunyai siklus haid antara 27-31 hari. Wanita

yang mempunyai siklus haid yang teratur setiap bulannya (biasanya berkisar

setiap 4 minggu) pada umumnya mempunyai siklus yang berovulasi. Karena

ovulasi diperlukan sebagai prasyarat untuk terjadinya kehamilan maka saat

ovulasi harus dapat ditentukan sebagai bagian dari penilaian dasar pasangan tidak

subur. Gangguan ovulasi dapat didiagnosis sebagai ovulasi atau oligoovulasi

bearti tidak adanya ovulasi, alogoovulasi artinya tidak serting terjadi ovulasi.
24

7) Kelainan Pada Peritoneum

Masalah peritoneum sebagai faktor penyebab infertil presentasinya sekitar 5-

10%. Endometriosis adalah penyebab yang paling sering dijumpai laparoskopi

diagnostik telah menjadi bagian integral terakhir pengelolahan infertilitas untuk

memeriksa masalah peritoneum. Pada umumnya tidak mendiagnosa kelainan yang

sama, khususnya pada istri pasangan yang berumur 30 tahun lebih, atau yang telah

mengalami infertilitas selama 3 tahun lebih. Esposito menganjurkan agar

laparoskopi diagnostik dilakukan 6-8 bulan setelah pemeriksaan infertilitas dasar

selesai dilakukan.

c. Lama Infertil

Menurut Kurniawan (2008) penyakit pada organ reproduksi yang makin

parah dan makin terbatasnya jenis pengobatan yang sesuai dengan diberi batasan

jumlah bulan di mana pasangan melakukan senggama tanpa metode kontrasepsi.

Hal ini penting karena dapat memberikan informasi prognostik tentang infertilitas

tiga tahun atau kurang mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mengalami

kehamilan spontan di kemudian hari. Jika lama infertilitas lebih panjang, maka

sangat mungkin ada masalah biologis yang berat.

Lama infertilitas perlu dalam merancang atau melaporkan penelitian ilmiah

dan klinis tentang infertilitas. Pada percobaan klinis tanpa kontrol, angka

kehamilan spontan sering kali disalah artikan sebagai efek pengobatan. Pada

umumnya, pasangan di negara maju mencari bantuan pengobatan setelah waktu

intertilitas yang lebih pendek. Lama infertilitas tidak memberikan informasi


25

tentang apakah masalah infertilitas ada pada pihak pria atau wanita. Pada kasus-

kasus infertilitas harus dicatat jumlah bulan setelah kehamilan terakhir. Untuk pria

dengan infertilitas, jangka waktu yang lebih panjang dari kehamilan terakhir dapat

berhubungan dengan peningkatan kemungkinan kelainan yang didapat pada

diagnosis.pasangan tersebut.

d. Faktor gaya hidup

Menurut Kasdu (2013) perubahan pada faktor gaya hidup juga dapat

berdampak pada kemampuan setiap pasangan untuk dapat menghamili atau hamil

lagi. Wanita dengan berat badan yang berlebihan sering mengalami gangguan

ovulasi, karena kelebihan berat badan dapat mempengaruhi estrogen dalam

tubuh dan mengurangi kemampuan untuk hamil. Pria yang berolah raga secara

berlebihan juga dapat meningkatkan suhu tubuh mereka,yang mempengaruhi

perkembangan sperma dan penggunaan celana dalam yang ketat juga

mempengaruhi motilitas sperma.

e. Psikologis (stres)

Kesuburan wanita secara mutlak dipengaruhi oleh proses-proses fisiologis

dan anatomis, di mana proses fisiologis tersebut berasal dari sekresi internal yang

mempengaruhi kesuburan. Dalam hal ini kesuburan wanita itu merupakan satu

unit psikosomatis yang selalu dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor psikis

dan faktor organis atau fisis. Kesulitan- kesulitan psikologis ini berkaitan dengan

koitus dan kehamilan, yang biasanya mengakibatkan ketidakmampuan wanita

menjadi hamil.

Menurut Kasdu (2013) pengalaman-pengalaman membuktikan, bahwa unsur


26

ketakutan serta kecemasan berkaitan dengan fungsi reproduksi yang

menimbulkan dampak yang merintangi tercapainya orgasme pada koitus. Pada

umumnya dinyatakan bahwa sebab yang paling banyak dari kemandulan adalah

ketakutan-ketakutan yang tidak disadari atau yang ada dibawah sadar, yang

infantile atau kekanak-kanakan sifatnya..

Menurut Kasdu (2013) penelitian kedokteran juga menemukan bahwa

peningkatan kadar prolaktin dan kadar Lutheinizing Hormone (LH) berhubungan

erat dengan masalah psikis. Kecemasan dan ketegangan cenderung mengacaukan

kadar LH, serta kesedihan dan murung cenderung meningkatkan prolaktin. Kadar

prolaktin yang tinggi dapat mengganggu pengeluaran LH dan menekan hormon

gonadotropin yang mempengaruhi terjadinya ovulasi.

Pasangan suami istri yang mengalami infertilitas sering kali mengalami

perasaan tertekan terutama pihak wanita yang pada akhirnya dapat jatuh pada

keadaan depresi, cemas dan lelah yang berkepanjangan. Perasaan yang

dialami para wanita tersebut timbul sebagai akibat dari hasil pemeriksaan,

pengobatan dan penanganan yang terus menerus tidak membuahkan hasil. Hal

inilah yang mengakibatkan wanita merasa kehilangan kepercayaan diri serta

perasaan tidak enak terhadap diri sendiri, suami dan keluarga ataupun lingkungan

dimana wanita itu berada.

Keadaan wanita yang lebih rileks ternyata lebih mudah hamil dibandingkan

dengan wanita yang selalu dalam keadaan stres. Adapun perasaan tertekan atau

tegang yang dialami wanita tersebut berpengaruh terhadap fungsi hipotalamus

yang merupakan kelenjar otak yang mengirimkan sejumlah sinyal untuk


27

mengeluarkan hormon stres keseluruh tubuh. Hormon stress yang terlalu

banyak keluar dan lama akan mengakibatkan rangsangan yang berlebihan

pada jantung dan melemahkan sistem kekebalan tubuh. Kelebihan hormon stres

juga dapat mengganggu keseimbangan hormon, sistem reproduksi ataupun

kesuburan. Pernyataan ini seperti dikemukakan oleh Mark Saver pada

penelitiannya tahun 1995, mengenai Psychomatic Medicine yang menjelaskan

bahwa wanita dengan riwayat tekanan jiwa kecil kemungkinan untuk hamil

dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalaminya. Hal ini terjadi karena

wanita tersebut mengalami ketidakseimbangan hormon (hormon estrogen).

Kelebihan hormon estrogen akan memberikan sinyal kepada hormon progesteron

untuk tidak berproduksi lagi karena kebutuhannya sudah mencukupi. Akibatnya

akan terjadi kekurangan hormon progesteron yang berpengaruh terhadap proses

terjadinya ovulasi.

f. Kebudayaan

Menurut Kumalasari (2012) berbagai budaya di belahan dunia masih

menggunakan simbol dan upacara adat untuk merayakan fertilitas ataupun

keberhasilan pasangan dalam memperoleh keturunan. Salah satu upacara yang

masih bertahan sampai saat ini ialah adat istiadat melempar beras ke arah

pengantin pria dan wanita. Ada juga yang memberikan rokok, permen ataupun

pensil sebagai ucapan selamat kepada pria yang baru menjadi ayah sebagai

antisipasi kelahiran anak.

Banyak budaya yang masih menjamur terutama ditengah-tengah masyarakat

kita yang menyatakan bahwa suatu ketidaksuburan itu merupakan tanggung


28

jawab wanita. Ketidakmampuan wanita untuk mengandung dihubungkan dengan

dosa-dosanya, roh setan atau fakta yang menyatakan bahwa wanita itu tidak

adekuat ataupun sempurna.

g. Posisi

Menurut Endang P dan Elisabeth SW (2015) Infertilitas dipengaruhi oleh

hubungan seksual yang berkualitas, yaitu dilakukan dengan frekuensi 2-3 kali

seminggu, terjadi penetrasi dan tanpa kontrasepsi. Penetrasi adalah masuknya

penis ke vagina sehingga sperma dapat dikeluarkan, yang nantinya akan bertemu

sel telur yang “menunggu” di saluran telur wanita. Penetrasi terjadi bila penis

tegang (ereksi). Oleh karena itu gangguan ereksi (disebut impotensi) dapat

menyebabkan infertilitas. Penetrasi yang optimal dilakukan dengan cara posisi

pria di atas, wanita di bawah. Sebagai tambahan, di bawah pantat wanita diberi

bantal agar sperma dapat tertampung. Dianjurkan, setelah wanita menerima

sperma, wanita berbaring selama 10 menit sampai 1 jam bertujuan memberi waktu

pada sperma bergerak menuju saluran telur untuk bertemu sel telur.

h. Status Gizi

Menurut Irianto K (2014) kekurangan nutrisi akan berdampak pada

penurunan reproduksi karena kurangya asupan gizi yang baik dan seimbang serta

pola hidup yang tidak sehat, baik istri maupun suami sehingga perkembangan dan

kualitas reproduksi menurun. 

Seperti pada pria:

a) gangguan spermatogenesis (kerusakan pada sel-sel testis), misal:

1) Aspermia (tidak ada sperma)


29

2) Hypospermia (volume semen < 1,5 ml)

3) Necrospermia (sperma mati)

b) Kelainan mekanis, misal:

1) Impotensi

2) Ejakulatio precox (ejakulasi dini: penyemburan mani keluar  segera  pada

permulaan senggama

3) Penutupan ductus deferens

4) Hypospadia (kelainan prtumbuhan alat kelamin luar laki-laki), phymosis

(ujung prefusium yaitu  kulit ujung luar penis mengalami penyempitan) 

Pada wanita  kerusakan pada tuba, kelainan hormon, tumor rahim dan lain-lain

Menurut Endang P dan Elisabeth SW (2015) kesuburan seseorang dapat

dipengaruhi oleh faktor keturunan dan faktor usia, juga dipengaruhi oleh gizi

kedua pasangan, faktor gizi ini mempunyai peran sangat penting dalam

mendukung kesuburan. Kekurangan nutrisi pada seseorang akan berdampak pada

penurunan fungsi reproduksi, hal ini dapat diketahui apabila seseorang dapat

mengalami anoreksia nervosa, maka akan terlihat perubahan-perubahan hormonal

tertentu, yang ditandai dengan penurunan berat badan yang mencolok. Hal ini

terjadi karena gonadotropin dalam serum dan urin menurun, serta penurunan pola

sekresinya. Kejadian tersebut berhubungan dengan gangguan fungsi hipotalamus.

Pada wanita yang anoreksia kadar hormon steroid mengalami perubahan yaitu

meningkatnya kadar tostesteron serum dan penuerunan ekskresi 17-keto-steroid

dalam urin, diantaranya androsteron dan epiandrosteron. Dampakanya terjadi

perubahan siklus ovulasi. Bila anoreksia tidak terlalu berat dapat diberikan
30

hormon GRH (gonadothropin relating hormone), karenahormon tersebut dapat

mengembalikan siklus haid ke arah normal.

Berhubungan dengan fungsi menstruasi, secara khusus jumlah wanita yang

anovulasi akan meningkat bila berat badannya meningkat. Pada penelitian

ternyata wanita gemuk memiliki risiko tinggi terhadap ovulasi inertil, dan fungsi

ovulasi terganggu, sehingga menjaditidak subur. Keadaan ini terjadi apabila

peningkatan berat badan disebabkan karena asupan gizi yang berlebihan. Bila

siklus berlangsung tanpa ovulasi pada wanita gemuk, menuinjukkan adanya

kelainan pada pengeluaran hormon. Bila kadar SHBG rendah, akan terjadi

peningkatan produksi hormon endrogen baik di ovarium maupun dikelenjar

adrenalin. Kondisi kegemukan berkaitan dengan proses perubahan androgen

menjadi estrogen. Hipotalamus merangsang peningkatan sekresi hormon LH serta

terjadi hiperandrogenisme.

Mekanisme lain adalah gangguan pematangan folikel akibat peningkatan LH

dan kadar testosteron yang rendah. Wanita kegemukan dengan siklus menstruasi

normal kadar testosteronnya lebih rendah dari pada wanita gemuk yang

mengalami amenore. Seberapa gemuk yang akan menyebabkan siklus anovulasi

tidak diketahuui dengan pasti, yang jelas bahwa diet dan berat badan sangat

memengaruhi fungsi menstruasi.

Untuk meningkatkan kesuburan pasangan yang terpenting dilakukan adalah

mengkonsumsi makanan yang bergizi dan seimbang, sebaiknya pasangan

menghindarimakanan yang terlalu diolah atau mengandung bahan-bahan tiruan,

diantaranya keju olahan, daging olahan. Makanan beku, makanan kalengan. Bila
31

membeli buah-buahan jangan yang kaleng atau hanya sirupnya saja. Untuk

sayuran hindarkan sayuran kaleng,kudapan asin, kacang dan minyak

terhidrogenasi, hindari roti putih, jangan terlalu sering minum susu skim kaleng,

jangan mengkonsumsi makanan yang sudah tidak segar lagi. Menurut Endang P

dan Elisabeth SW (2015) untuk menambah kesuburan sebaiknya pilih makanan

seperti berikut: daging dan alternatifnya (ikan telur dan kacang-kacangan), buah

dan sayuran (buah, sayuran mentah makanan segar, jus buah/sayuran, buah

kering), dan rotidan sereal yang tidak banyak diolah (roti, bubur, makanan kering,

biji-bijian, gandum, spageti dan beras merah), susu dan hasil olahan susu (susu,

yoghurt, keju).

Pilih makanan yang belum disuling: nasi, roti, sereal dan kripsi biji-bijian,

makanlah makanan segar sepeti susu dan sayuran, baik  yang mentah atau yang

telah dimasak. Telur adalah sumber protein terbaik dan juga mengandung

berbagai macam gizi, karena diperlukan untuk pembuahan.kacang-kacangan dan

biji-bijian dari tanaman juga sangat bergizi, kacang polong. Ikan dikonsumsi

sesekali seminggu. Untuk daging bervariasi, sayuran dan buah merupakan sumber

vitamin dan mineral yang sangat baik. Memasak lebih baik dikukus, pengaturan

gizi ini dilakukan sejak wanita berusia 19 tahun sampai 26 tahun.

i. Frekuensi hubungan seksual

Menurut Endang P dan Elisabeth SW (2015) hubungan intim (disebut koitus)

atau onani (disebut masturbasi) yang dilakukan setiap hari akan mengurangi

jumlah dan kepadatan sperma. Frekuensi yang dianjurkan adalah 2-3 kali

seminggu sehingga memberi waktu testis memproduksi sperma dalam jumlah


32

cukup dan matang.

Pasangan yang telah melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa

kontrasepsi selama setahun, pada umumnya telah mengalami kehamilan. Hanya

sebagian kecil yang belum hamil. Oleh karena itu, pasangan yang telah melakukan

hubungan seksual secara teratur tetapi belum hamil dalam satu tahun digolongkan

sebagai pasangan tidak subur atau infertil. Hubungan seksual tentu mutlak

diperlukan untuk terjadinya kehamilan. Namun, hanya hubungan seksual yang

berlangsung pada saat subur wanita yang mungkin menimbulkan kehamilan.

Hubungan seksual yang teratur dalam kaitan dengan terjadinya kehamilan

ialah sekitar dua kali seminggu. Dengan frekuensi ini, kuantitas dan kualitas

sperma cukup baik untuk dapat membuahi sel telur. Dengan frekuensi yang

teratur, pada suatu saat hubungan seksual akan berlangsung pada saat subur istri.

Sebaliknya, kalau hubungan seksual terlalu sering, kuantitas dan kualitas sel

spermatozoa akan menurun, sehingga terjadi hambatan dalam membuahi sel telur.

Oleh karena itu, saran agar Anda lebih sering melakukan hubungan seksual, saya

pikir tidak benar. Bukan berarti bahwa semakin sering melakukan hubungan

seksual akan semakin cepat terjadi kehamilan. Walaupun hubungan seksual Anda

hanya sekali seminggu, jika tepat pada masa subur, mungkin saja terjadi

kehamilan. Frekuensi seksual 4-5 kali seminggu tidak baik bagi kuantitas dan

kualitas sel spermatozoa, dengan frekuensi yang sering itu ketika saat subur tiba,

sel spermatozoa sedang dalam keadaan tidak normal, baik kuantitas maupun

kualitasnya. Akibatnya pembuahan terhambat dan kehamilan tidak terjadi.

j. Siklus haid (masa subur)


33

Marak di tengah masyarakat bahwa supaya bisa hamil, saat berhubungan

seksual wanita harus orgasme. Pernyataan itu keliru, karena kehamilan terjadi bila

sel telur dan sperma bertemu. Hal yang juga perlu diingat adalah bahwa sel telur

tidak dilepaskan karena orgasme. Satu sel telur dilepaskan oleh indung telur

dalam setiap menstruasi, yaitu 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Peristiwa

itu disebut ovulasi. Sel telur kemudian menunggu sperma di saluran telur (tuba

falopi) selama kurang-lebih 48 jam. Masa tersebut disebut masa subur. Siklus haid

yang teratur adalah 28 sampau 30 hari.

Menurut Endang P dan Elisabeth SW (2015) cara untuk mengetahui masa

subur antara lain:

a. Dengan memperhatikan keluarnya lendir mulut rahim yang dapat diraba

dengan jari (pastikan jari bersih untuk mencegah terjadinya infeksi). Pada saat

subur, keluarlah cairan bening seperti putih telur sehingga kelamin terkesan

basah. Banyak wanita menganggap hal itu sebagai keputihan. Di luar saat

subur, lendir mulut rahim hanya sedikit dan lebih kental sehingga kelamin

terkesan kering.

b. Dengan mengukur suhu tubuh setiap pagi sebelum bangun tidur selama

beberapa bulan siklus menstruasi (biasanya sampai tiga bulan). Tanda ovulasi

adalah apabila terjadi sedikit kenaikan suhu tubuh pada pertengahan siklus

haid. Suhu tubuh itu disebut sebagai suhu basal tubuh, yaitu suhu tubuh dalam

kondisi istirahat penuh. Peningkatan suhu tubuh yang jelas, walalupun sedikit

(sekitar 0,2-0,5 °C), terjadi karena produksi hormon progesteron yang muncul

segera setelah ovulasi. Pemeriksaan meliputi pengukuran suhu tubuh setiap


34

pagi pada waktu bangun tidur, dan dicatat pada suatu grafik khusus (bisa

didapatkan dari dokter). Cara mengukur sendiri suhu basal tubuh:

1) Guncang termometer (termometer dapat dibeli di apotek) hingga di bawah

36 °C, dan siapkan termometer di dekat tempat tidur Anda sebelum tidur.

2) Saat terbangun di pagi hari, letakkan termometer di mulut anda

(termometer oral) selama 10 menit. Penting untuk Anda ingat adalah

jangan banyak bergerak. Tetaplah berbaring dan istirahat dengan mata

tertutup. Jangan bangun selama 10 menit hingga selesai pengukuran.

3) Setelah 10 menit, bacalah dan catat suhu tubuh Anda pada grafik saat

tanggal pemeriksaan itu.

c. Dengan memeriksa lendir rahim di bawah mikroskop. Pada saat subur akan

tampak bentukan seperti daun pakis yang sempurna.

d. Dengan pemeriksaan USG melalui vagina. Dengan pemeriksaan USG melalui

vagina dapat dilihat dengan jelas sel telur yang sudah dilepaskan dari indung

telur.

5. Penyakit Penyebab Infertilitas

Menurut Kumalasari (2012) beberapa penyakit penyebab infertilitas adalah

sebagai berikut:

a. Endometriosis

Endometriosis adalah jaringan endometrium yang semestinya berada di

lapisan paling dalam rahim (lapisan endometrium) terletak dan tumbuh di tempat

lain. Endometriosisbisa terletak di lapisan tengah dinding rahim (lapisan


35

myometrium) yang disebut jugaadenomyosis, atau bisa juga terletak di indung

telur, saluran telur, atau bahkan dalam rongga perut.Gejala umum penyakit

endometriosis adalah nyeri yang sangat pada daerah panggul terutama pada saat

haid dan berhubungan intim, serta tentu saja infertilitas.

b. Infeksi Panggul

Infeksi panggul adalah suatu kumpulan penyakit pada saluran reproduksi

wanita bagian atas, meliputi radang pada rahim, saluran telur, indung telur, atau

dinding dalam panggul. Gejala umum infeksi panggul adalah: nyeri pada daerah

pusar ke bawah (pada sisi kanan dan kiri), nyeri pada awal haid, mual, nyeri saat

berkemih, demam, dan keputihan dengan cairan yang kental atau berbau. Infeksi

panggul memburuk akibat haid, hubungan seksual, aktivitas fisik yang berat,

pemeriksaan panggul, dan pemasangan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim,

misalnya: spiral).

c. Mioma Uteri

Mioma uteri adalah tumor (tumor jinak) atau pembesaran jaringan otot yang

ada di rahim.Tergantung dari lokasinya, mioma dapat terletak di lapisan luar,

lapisan tengah, atau lapisan dalam rahim.Biasanya mioma uteri yang sering

menimbulkan infertilitas adalah mioma uteri yang terletak di lapisan dalam

(lapisan endometrium). Mioma uteribiasanya tidak bergejala. Mioma aktif saat

wanita dalam usia reproduksi sehingga -saat menopause- mioma uteri akan

mengecil atau sembuh.


36

d. Polip

Polip adalah suatu jaringan yang membesar dan menjulur yang biasanya

diakibatkan olehmioma uteri yang membesar dan teremas-remas oleh kontraksi

rahim.Polip dapat menjulur keluar ke vagina. Polip menyebabkan pertemuan

sperma-sel telur dan lingkungan uterus terganggu, sehingga bakal janin akan

susah tumbuh.

e. Saluran telur yang  tersumbat

Saluran telur yang tersumbat menyebabkan sperma tidak bisa bertemu dengan

sel telur sehingga pembuahan tidak terjadi alias tidak terjadi kehamilan.

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui saluran telur yang tersumbat

adalah dengan HSG (Hystero Salpingo Graphy), yaitu semacam pemeriksaan

röntgen (sinar X) untuk melihat rahim dan saluran  telur.

f. Sel Telur

Menurut Wiknjosastro (2012) kelainan pada sel telur dapat mengakibatkan

infertilitas yang umumnya merupakan manifestasi dari gangguan proses pelepasan

sel telur (ovulasi). Delapan puluh persen penyebab gangguan ovulasi adalah

sindrom ovarium polikistik.Gangguan ovulasi biasanya direfleksikan dengan

gangguan haid. Haid yang normal memiliki siklus antara 26-35 hari, dengan

jumlah darah haid 80 cc dan lama haid antara 3-7 hari. Bila haid pada seorang

wanita terjadi di luar itu semua, maka sebaiknya beliau memeriksakan diri ke

dokter.
37

6. Pengobatan Infertilitas

a. Pemberian antibiotik

b. Pembedahan

Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada pasien mioma dan tuba yang

tersumbat. Tindakan pembedahan ini akan meninggalkan parut yang dapat

meyumbat atau menekuk tuba sehingga akhirnya memerlukan pembedahan untuk

mengatasinya (Wiknjosastro, 2012).

c. Terapi

Terapi dapat dilakukan pada penderita endometriosis. Terapi endometriosis

terdiri dari menunggu sampai terjadi kehamilan sendiri, pengobatan

hormonal,atau pembedahan konservatif (Wiknjosastro, 2012).

d. Tindakan pembedahan/operasi Varikokel.

Tindakan yang saat ini dianggap paling tepat adalah dengan operasi berupa

pengikatan pembuluh darah yang melebar (varikokel) tersebut. Suatu penelitian

dengan pembanding menunjukkan keberhasilan tindakan pada 66 % penderita

berupa peningkatan jumlah sperma dan kehamilan, dibandingkan dengan hanya

10 % pada kelompok yang tidak dioperas (Wiknjosastro, 2012)i.

e. Memberikan  suplemen vitamin

Infertilitas yang tidak diketahui penyebabnya merupakan masalah bermakna

karena meliputi 20 % penderita. Penanggulangannya berupa pemberian beberapa

macam obat, yang dari pengalaman berhasil menaikkan jumlah dan kualitas

sperma. Usaha menemukan penyebab di tingkat kromosom dan keberhasilan


38

manipulasi genetik tampaknya menjadi titik harapan di masa datang (Kumalasari,

2012).

7. Pencegahan Infertilitas

Menurut Kumalasari (2012) beberapa hal yang dapat dilakukan adalah :

a. Mengobati infeksi di organ ada berbagai jenis infeksi diketahui menyebabkan

infertilitas.

b. Menghindari rokok karena rokok mengandung zat-zat yang dapat meracuni

pertumbuhan, jumlah dan kualitas sperma.

c. Menghindari alkohol dan zat adiktif.

8. Prognosis Infertilitas

Menurut Berhman & Kistner dalam Wiknjosastro (2012), prognosis

terjadinya kehamilan tergantung pada umur suami, umur istri, dan lamanya

dihadapkan pada kemungkinan kehamilan (frekuensi senggama lamanya

perkawinan). Fertilitas maksimal wanita dicapai pada umur 24 tahun, kemudian

menurun perlahan-lahan sampai umur 30 tahun, dan setelah itu menurun dengan

cepat.

Menurut Macleod dalam Wiknjosastro (2012), fertilitas maksimal pria

dicapai umur 24-25 tahun. Hampir pada setiap golongan umur pria proporsi

terjadi kehamilan dalam waktu kurang dari 6 bulan meningkat, dengan

meningkatnya frekuensi senggama. Ternyata, senggama 4x seminggu paling

meluangkan terjadinya kehamilan, karena ternyata kualitas dan jenis motilitas

spermatozoa meningkat lebih baik dengan seringnya ejakulasi.


39

Penyelidikan jumlah bulan yang diperlukan untuk terjadinya kehamilan

tanpa pemakaian kontrasepsi telah dilakukan di Taiwan dan Amerika Serikat

dengan kesimpulan bahwa 25% akan hamil dalam 1 bulan pertama, 63% dalam 6

bulan pertama, 75% dalam 9 bulan pertama, 80% dalam 12 bulan pertama dan

90% dalam 18 bulan pertama. Dengan demikian, makin lama pasangan kawin

tanpa hasil, makin turun prognosis kehamilannya.

Hasil penyelidikan Dor i dalam Wiknjosastro (2012) menunjukkan apabila

umur istri akan dibandingkan dengan angka kehamilannya, maka pada infertilitas

primer terdapat penurunan yang tetap setelah umur 30 tahun. Pada infertilitas,

terdapat juga penurunan, akan tetapi tidak securam pada infertilitas primer.

Penyelidikan tersebut selanjutnya mengemukakan bahwa istri yang baru

dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 3 tahun kurang, prognosis

kehamilannya masih baik. Akan tetapi jika sudah dihadapkan selama 5 tahun

lebih, prognosisnya buruk. Oleh karena itu dianjurkan untuk tidak menunda

pemeriksaan dan pengobatan infertilitas selama 3 tahun lebih.

C. Lamanya Keberhasilan Kehamilan

Program kehamilan adalah usaha yang dilakukan pasangan agar dapat segera

diberikan keturunan. Jika seseorang ingin cepat hamil maka lakukan hubungan

seksual terutama pada saat masa subur. Masa subur adalah masa dimana telah

terjadi ovulasi (pelepasan sel telur matang dari indung telur). Untuk mengetahui

kapan masa subur seseorang, seseorang harus mengetahui berapa rata-rata siklus

haid seseorang dari 3-6 siklus haid terakhir. Jika siklus menstruasi seseorang
40

berlangsung teratur selama 28 hari, maka waktu terjadinya ovulasi seseorang

adalah perkiraan Hari Pertama Haid Berikutnya dikurangi 14 hari. Lakukanlah

hubungan seksual terutama pada 3 hari sebelum waktu ovulasi hingga 3 hari

setelah terjadinya ovulasi. Kemungkinan terjadinya pembuahan akan lebih tinggi

jika istri dan suami melakukan hubungan seksual pada masa-masa itu

(Wiknjosastro, 2012).

Menurut Kumalasari (2012) pada prinsipnya, status kondisi tubuh calon ibu

dan ayah jelas mempengaruhi proses memperoleh keturunan. Jadi, dari sekian

banyak persiapan kehamilan yang dapat dilakukan, mempersiapkan kesehatan

tubuh calon ayah dan calon ibu sangat penting untuk diprioritaskan. Untuk itu

mempersiapkan kesehatan tubuh sebelum memasuki kehamilan adalah yang

terbaik. Yang perlu dilakukan dalam persiapan kehamilan adalah merubah pola

hidup menjadi lebih sehat dengan makan makanan bergizi dan seimbang, asupan

vitamin sesuai kebutuhan, istirahat teratur, dan berolahraga. Hal-hal yang perlu

juga diperhatikan adalah:

1. Menghentikan segala kegiatan yang kurang baik apabila Ibu ingin hamil.

menHindari merokok, obat-obatan terlarang, dan alkohol (termasuk suami)

2. Menghindari juga konsumsi obat-obatan termasuk yang dijual bebas

3. Menurut The Center for Disease Control (CDC), wanita yang berencana untuk

hamil dianjurkan mengkonsumsi vitamin B dalam jumlah cukup dan asam

folat sebanyak 400 mikrogram/hari agar dapat mengurangi risiko gangguan

perkembangan otak embrio.


41

4. Mengetahui masa subur istri, dan lakukan hubungan intim 3x/minggu dengan

posisi misionaris (pria di atas)

Lamanya keberhasilan kehamilan berkisar ± 2 tahun. Banyak faktor yang

mempengaruhi keberhasilan kehamilan seperti frekuensi berhubungan intim,

setidaknya seminggu 3-4 kali dan dilakukan pada masa subur, kesempatan untuk

berhasil akan lebih besar pada siklus menstruasi yang teratur, kesehatan pasangan

termasuk kesehatan organ reproduksi pada pria dan wanita serta lama masa

percobaan, dimana jika sudah 2 tahun belum berhasil, penanganan lebih lanjut

harus dilakukan (Handreswari, 2018).

D. Kerangka Teori

Kerangka teori yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Gambar 2.1
Kerangka Teori

Frekuensi berhubungan intim, setidaknya


seminggu 3-4 kali dan dilakukan pada
masa subur,
Siklus menstruasi yang teratur, Lamanya keberhasilan
Kesehatan pasangan termasuk kesehatan kehamilan
organ reproduksi pada pria dan wanita
(infertil)
Lama masa percobaan

Sumber: Modifikasi Mansjoer (2014). Kumalasari (2012) dan Handreswari (2018)


42

E. Kerangka Konsep

Kerangka konsep yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Gambar 2.2
Kerangka Teori
Variabel Independen (X) Variabel Dependen (Y)
Frekuensi berhubungan intim
Siklus menstruasi Lamanya keberhasilan
Kesehatan pasangan kehamilan
Lama masa percobaan

F. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Ha: Ada pengaruh frekuensi berhubungan intim terhadap keberhasilan

kehamilan di Praktik dr. Angelina Handreswari, Sp.OG Kedaton Bandar

Lampung tahun 2019.

Ada pengaruh siklus menstruasi terhadap keberhasilan kehamilan di

Praktik dr. Angelina Handreswari, Sp.OG Kedaton Bandar Lampung

tahun 2019.

Ada pengaruh kesehatan pasangan terhadap keberhasilan kehamilan di

Praktik dr. Angelina Handreswari, Sp.OG Kedaton Bandar Lampung

tahun 2019.

Ada pengaruh lama masa percobaan terhadap keberhasilan kehamilan di

Praktik dr. Angelina Handreswari, Sp.OG Kedaton Bandar Lampung

tahun 2019.
43

Ho: Tidak ada pengaruh frekuensi berhubungan intim terhadap keberhasilan

kehamilan di Praktik dr. Angelina Handreswari, Sp.OG Kedaton Bandar

Lampung tahun 2019.

Tidak ada pengaruh siklus menstruasi terhadap keberhasilan kehamilan di

Praktik dr. Angelina Handreswari, Sp.OG Kedaton Bandar Lampung

tahun 2019.

Tidak ada pengaruh kesehatan pasangan terhadap keberhasilan kehamilan

di Praktik dr. Angelina Handreswari, Sp.OG Kedaton Bandar Lampung

tahun 2019.

Tidak ada pengaruh lama masa percobaan terhadap keberhasilan

kehamilan di Praktik dr. Angelina Handreswari, Sp.OG Kedaton Bandar

Lampung tahun 2019.

Anda mungkin juga menyukai