Anda di halaman 1dari 3

PANCASILA

“Peristiwa Gerakan Mahasiswa dari Tahun 1990 sd 2015”

Dosen Pengampuh :
Benny H.L Situmorang, SH., MH

DI SUSUN OLEH :
Nama : Nurul Astri Aripin
Nim : 202201115
Kelas : R1C Keperawatan

UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA


2023/2024
1990
Memasuki permulaan tahun 1990-an, di bawah Mendikbud Fuad Hasan kebijakan
NKK/BKK dicabut dan sebagai gantinya keluar Pedoman • Umum Organisasi
Kemahasiswaan (PUOK). Melewati PUOK ini ditentukan bahwa organisasi
kemahasiswaan intra kampus yang diakui yaitu Senat Mahasiswa Perguruan
Tinggi (SMPT), yang didalamnya terdiri dari Senat Mahasiswa Fakultas (SMF)
dan Unit Acara Mahasiswa (UKM).
Dikalangan mahasiswa secara kelembagaan dan personal terjadi pro kontra,
menamggapi SK tersebut. Oleh mereka yang menerima, diakui pemikiran ini
memiliki sejumlah kelemahan namun dipercaya dapat menjadi basis konsolidasi
kekuatan aksi mahasiswa. Argumen mahasiswa yang menolak mengatakan,
bahwa pemikiran SMPT tidak lain hanya semacam hiden acara untuk menarik
mahasiswa ke kampus dan memotong probabilitas aliansi mahasiswa dengan.
kekuatan di luar kampus.
Dalam perkembangan akhir, banyak timbul kekecewaan di berbagai perguruan
tinggi karena kegagalan pemikiran ini. Mahasiswa menuntut organisasi kampus
yang dapat berdiri sendiri, bebas dari pengaruh korporatisasi negara termasuk
birokrasi kampus. Sehingga, tidaklah ajaib bila kesudahannya berdiri Dewan
Mahasiswa di UGM tahun 1994 yang akhir didampingi oleh berbagai perguruan
tinggi di tanah cairan sebagai landasan untuk pendirian model organisasi
kemahasiswaan alternatif yang independen.
Dengan dihidupkannya model-model kelembagaan yang lebih independen, meski
tidak persis serupa dengan Dewan Mahasiswa yang pernah berjaya sebelumnya
upaya perjuangan mahasiswa untuk membangun kemandirian melewati SMPT,
menjadi permulaan kebangkitan kembali mahasiswa ditahun 1990-an.
Aksi yang menuntut kebebasan berpendapat dalam bangun-bangun kebebasan
akademik dan kebebasan mimbar akademik di dalam kampus pada 1987-1990
sehingga kesudahannya demonstrasi bisa dilakukan mahasiswa di dalam kampus
perguruan tinggi. Saat itu demonstrasi di luar kampus termasuk menyampaikan
aspirasi dengan longmarch ke DPR/DPRD tetap terlarang.

1997-1999
Gerakan 1998 menuntut reformasi dan dihapuskannya korupsi, kolusi, dan
nepotisme (KKN) pada 1997-1998, melalui pendudukan gedung DPR/MPR oleh
ribuan mahasiswa. Para mahasiswa ini menuntut agar Presiden Soeharto segera
turun dari jabatannya. Untuk meredam gerakan mahasiswa ini, pemerintah
melakukan tindakan represif yang menewaskan aktivis mahasiswa.
Tindakan yang dilakukan oleh Peristiwa Cimanggis, Peristiwa Gejayan, Tragedi
Trisakti, Tragedi Semanggi I dan II, dan Tragedi Lampung. Setelah banyak
pertumpahan darah terjadi, akhirnya Presiden Soeharto mengundurkan diri dari
kursi kepresidenan pada 21 Mei 1998.
 Tragedi Trisakti
Pada 12 Mei 1998, mahasiswa melakukan demonstrasi dan berjalan dari
Universitas Trisakti menuju Gedung MPR/DPR. Aparat keamanan menembaki
demonstran sehingga menewaskan empat orang mahasiswa dan melukai
mahasiswa-mahasiswa lainnya. Mereka yang tewas adalah Elang Mulia Lesmana,
Heri Hertanto, Hafidim Royan, dan Hendriawan Sie. Keempatnya kemudian
dianggap sebagai "Pahlawan Reformasi".
 Kejatuhan Soeharto
Pada 21 Mei 1998, Soeharto mengundurkan diri dari jabatan presiden sehingga
posisinya digantikan oleh Baharuddin Jusuf Habibie yang sebelumnya adalah
wakil presiden. Mundurnya Soeharto menandai terwujudnya salah satu agenda
reformasi.

 Tragedi Semanggi
Meskipun salah satu agenda perjuangan mahasiswa yaitu menuntut lengsernya
Soeharto telah berhasil, tetapi sejumlah pihak menilai agenda reformasi belum
tercapai atau malah gagal. Setelah Soeharto mundur, masih terjadi kekerasan
terhadap rakyat dan mahasiswa, yang antara lain mengakibatkan tragedy
semanggi yang berlangsung dua kali. Tragedi pertama berlangsung pada tanggal
11–13 November 1998, sementara tragedi kedua pada tanggal 24 September 1999.
Mahasiswa menganggap bahwa kepemimpinan Habibie masih sama dengan
Soeharto, salah satunya adalah karena Dwifungsi ABRI masih ada. Ketika Sidang
Istimewa MPR berlangsung pada November 1998, masyarakat bergabung dengan
mahasiswa melakukan demonstrasi ke jalan-jalan di Jakarta dan kota-kota besar
lainnya di Indonesia. Keadaan di Gedung MPR/DPR secara umum aman dan
terkendali. Penjagaan diperketat sampai ke kawasan Semanggi. Ketika mahasiswa
bentrok dengan aparat keamanan, terjadi penembakan oleh aparat yang
mengakibatkan sejumlah orang meninggal di tempat.
Tragedi Semanggi kedua terjadi pada 24 September 1999, ketika Kabinet
Reformasi Pembangunan B.J. Habibie telah berakhir.

2007-2008
Tahun 2007, mahasiswa dari 37 perguruan tinggi mendirikan Badan Eksekutif
Mahasiswa-Seluruh Indonesia (BEM SI). Gerakan mahasiswa ini muncul pada
periode pertama Soesilo Bambang Yudhoyono dengan Tujug Gugatan Rakyat
(Tugu Rakyat). Aksinya kemudian diselenggarakan pada Mei 2008 di Istana
Negara. Mereka menuntut agar pemerintah menasionalisasi aset strategis bangsa,
mewujudkan pendidikan yang merata, menuntaskan kasus korupsi, hingga isu
lingkungan akibat lumpur lapindo.

Anda mungkin juga menyukai