Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN

PERIOPERATIF SECTIO CAESAREA


DENGAN PRESBO DI INSTALASI BEDAH
SENTRAL RSUD KEBUMEN

Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Peminatan Bedah


Program Studi S1 Keperawatan

Disusun oleh :
Nama : Adi Prasetyo
NIM : A1. 0900498

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2012

Lembar Pengesahan Laporan

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF SECTIO


CAESAREA DENGAN PRESBO DI INSTALASI BEDAH
SENTRAL RSUD KEBUMEN

Telah disetujui pada :


Hari :
Tanggal :

Pembimbing Akademik, Pembimbing Lahan,

(Bambang Suryadi,S.Kep,Ns) (Khabib Nawawi S.Kep )


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kehamilan melintang adalah kehamilan dengan presentasi bokong, jadi


susah bila dilakukan persalinan secara normal. Morbiditas dan mortalitas
meningkat pada kehamilan melintang. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi adalah: bangsa, umur, dan paritas sering mempengaruhi
kehamilan kembar 2 telur, faktor obat-obat induksi ovulasi: Profertil, Clomid,
dan hormon gonadotropin dapat menyebabkan kehamilan dizigotik dan kembar
lebih dari dua, faktor keturunan, faktor yang lain belum diketahui (Hartono A,
2006).
Indikasi SC pada kehamilan melintang antara lain adanya kemungkinan
yang menyebabkan risiko kepada ibu atau bayi, proses persalinan normal yang
lama atau kegagalan proses persalinan normal (dystosia), detak jantung janin
melambat (fetal distress), adanya kelelahan persalinan, komplikasi pre-
eklampsia, sang ibu menderita herpes, putusnya tali pusar, risiko luka parah
pada rahim, persalinan kembar (masih dalam kontroversi), bayi dalam posisi
sungsang atau menyamping, kegagalan persalinan dengan induksi, kegagalan
persalinan dengan alat bantu (forceps atau ventouse), bayi besar (makrosomia –
berat badan lahir lebih dari 4,2 kg), masalah plasenta seperti plasenta previa (ari-
ari menutupi jalan lahir), placental abruption atau placenta accreta), kontraksi
pada pinggul, sebelumnya pernah menjalani bedah caesar (masih dalam
kontroversi), sebelumnya pernah mengalami masalah pada penyembuhan
perineum (oleh proses persalinan sebelumnya atau penyakit Crohn), angka d-
dimer tinggi bagi ibu hamil yang menderita sindrom antibodi antifosfolipid,
CPD atau cephalo pelvic disproportion (proporsi panggul dan kepala bayi yang
tidak pas, sehingga persalinan terhambat), kepala bayi jauh lebih besar dari
ukuran normal (hidrosefalus), ibu menderita hipertensi (Price & Wilson,1995).
Pada kasus ini, pasien dilakukan operasi (sectio caesar) atas indikasi dengan
janin letak melintang. Karena pada janin melintang tidak dapat dilakukan
persalinan normal.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas muncul sebuah rumusan masalah yang mengarah
pada “mengapa pasien hamil dengan posisi melintang harus dilakukan tindakan
operasi Sectio Cesaria”

C. RUANG LINGKUP
Sebuah prosedur persalinan dengan pembedahan umumnya dilakukan oleh
dokter yang ber-anggotakan spesialis kandungan, anastesi perawat. Sang ibu
umumnya akan diberikan anastesi lokal (spinal atau epidural), yang
memungkinkan sang ibu untuk tetap sadar selama proses pembedahan dan untuk
menghindari si bayi dari pembiusan.
Pada masa sekarang ini, anastesi umum untuk bedah sesar menjadi semakin
jarang dilakukan karena pembiusan lokal lebih menguntungkan bagi sang ibu
dan si bayi. Pembiusan umum dilakukan apabila terjadi kasus-kasus berisiko
tinggi atau kasus darurat.
Anestesi umum mempunyai pengaruh depresif pada pusat pernafasan janin
sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan apnea, selain itu ada
pengaruh terhadap tonus uterus sehingga kadang-kadang bul perdarahan post
partum karena atonia uteri. Anestesi spinal aman buat janin, akan tetapi ada
kemungkinan tekanan darah penderita menurun dengan akibat yang buruk bagi
ibu dan janin.

D. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan asuhan keperawatan ini adalah untuk
mengetahui bagaimana asuhan keperawatan perioperatif pada kasus sectio
caesarea.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan persiapan pre operasi untuk kasus
Sectio Caesarea
b. Mahasiswa mampu membantu proses operasi pada kasus Sectio
Caesarea
c. Mahasiswa mampu melakukan perawatan post operasi pada kasus

Sectio Caesarea

E. MANFAAT
1. Bagi Pasien
dapat mengetahui hasil pemeriksaan sacera lengkap dan diharapkan pasien
lebih meningkatkan mutu kesehatan.
2. Bagi Pelayan Kesehatan
dapat memberikan informasi atau masukan dalam rangka meningkatkan
kualitas pelayanan khususnya terhadap pengetahuan tentang keperawatan
perioperatif pada pasien sectio caesarea posisi melintang
3. Bagi Mahasiswa
sebagai penerapan tentang teori yang telah didapat di bangku kuiah dan
menambah wawasan serta informasi tentang keperawatan perioperatif tentang
sectio caesarea posisi melintang.
4. Bagi Pendidikan
dapat menambah kepustakaan dan sebagai sumber referensi bagi mahasiswa
tentang keperawatan perioperatif sectio caesarea posisi melintang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN

Operasi Sectio Caesarea adalah melahirkan janin melalui sayatan dinding


perut (abdomen) dan dinding rahim (uterus).Section caesarea adalah suatu
persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut
dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat jenis
diatas 500 gram. (Wiknjosastro, 2005)
Sectio caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan
berat badan diatas 500 gram, melalui sayatan dinding uterus yang masih utuh
(Smeltzer, 2001).

B. JENIS

1. Sectio caesarea klasik (corporal)

Dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm panjangnya


2. Sectio caesarea ismika (profunda)

Dengan sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim ± 10 cm

C. ETIOLOGI

1. Indikasi yang berasal dari ibu

Menurut Prawirro (2001), pada primigravida dengan kelainan letak,


primi para tua disertai kelainan letak ada, disproporsi sefalo pelvic
(disproporsi janin/panggul) ada, sejarah kehamilan dan persalinan buruk,
terdapat kesempitan panggul, plasenta previa terutama pada primigravida,
solusio plasenta tingkat I – II, komplikasi kehamilan yaitu preeclampsia –
eklamsia atas permintaan, kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM),
gannguan perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya)
2. Indikasi yang berasal dari janin

Fetal distress/gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan


janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan
vakum dan forceps ekstraksi.
D. JENIS BEDAH SECTIO CAESARIA

1. Jenis klasik yaitu dengan melakukan sayatan vertikal sehingga


memungkinkan ruangan yang lebih besar untuk jalan keluar bayi. Akan tetapi
jenis ini sudah sangat jarang dilakukan hari ini karena sangat berisiko
terhadap terjadinya komplikasi.
2. Sayatan mendatar di bagian atas dari kandung kemih sangat umum dilakukan
pada masa sekarang ini. Metode ini meminimalkan risiko terjadinya
pendarahan dan cepat penyembuhannya.
3. Histerektomi caesar yaitu bedah caesar diikuti dengan pengangkatan rahim.
Hal ini dilakukan dalam kasus-kasus dimana pendarahan yang sulit
tertangani atau ketika plasenta tidak dapat dipisahkan dari rahim.
4. Bentuk lain dari bedah caesar seperti bedah sesar ekstraperitoneal atau
bedah sesar Porro.
5. Bedah sesar berulang dilakukan ketika pasien sebelumnya telah pernah
menjalan bedah sesar. Umumnya sayatan dilakukan pada bekas luka operasi
sebelumnya.

E. INDIKASI

Dokter spesialis kebidanan akan menyarankan bedah sesar ketika proses


kelahiran melalui vagina kemungkinan akan menyebabkan risiko kepada sang
ibu atau si bayi. Hal-hal lainnya yang dapat menjadi per bangan disarankannya
bedah sesar antara lain: (Prawirro, 2001)
1. proses persalinan normal yang lama atau kegagalan proses persalinan normal
(distosia)
2. detak jantung janin melambat (fetal distress)

3. adanya kelelahan persalinan

4. komplikasi pre-eklampsia

5. sang ibu menderita herpes

6. putusnya tali pusar

7. risiko luka parah pada rahim

8. persalinan kembar (masih dalam kontroversi)

9. sang bayi dalam posisi sungsang atau menyamping

10. kegagalan persalinan dengan induksi

11. kegagalan persalinan dengan alat bantu (forceps atau vakum)

12. bayi besar (makrosomia - berat badan lahir lebih dari 4,2 kg)

13. masalah plasenta seperti plasenta previa (ari-ari menutupi jalan


lahir), placental abruption atau placenta accreta )

14. kontraksi pada pinggul

15. sebelumnya pernah menjalani bedah caesar (masih dalam kontroversi)

16. sebelumnya pernah mengalami masalah pada penyembuhan perineum (oleh


proses persalinan sebelumnya atau penyakit Crohn)

17. CPD atau cephalo pelvic disproportion (proporsi panggul dan kepala bayi
yang tidak pas, sehingga persalinan terhambat)
18. Kepala bayi jauh lebih besar dari ukuran normal (hidrosefalus)

19. Ibu menderita hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi)

20. Gemeli (bayi kembar)

Hamil
F. PATOFISIOLOGI

posisi melintang o.k. Pergerakan bayi

persalinan

Indikasi SC

Tindakan pembedahan
Insisi pembedahan
Perubahan biologi fisiologis

luka post op
perubahan status kesehatan
Pembuluh darah terputus

terputusnya kontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf-saraf di daerah insisi

cemas
perdarahan saat operasi

Resiko shock hipovolemi

merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin

defisit volume cairan

nyeri akut

G. PERAWATAN PERIOPERATIF DI KAMAR BEDAH

Perawatan intra operasi di kamar bedah menurut Prawirro (2001), diantaranya:

1. Perawatan Pre Operasi:

a. Persiapan Pre Operasi:

1. Pasien sebaiknya tiba di ruang operasi dengan daerah yang akan di

operasi sudah dibersihkan (di cukur dan personal hygiene)


2. Kateterisasi
3. Persiapan saluran pencernaan dengan puasa mulai tengah malam
sebelum operasi esok paginya (pada spinal anestesi dianjurkan untuk
makan terlebih dahulu)
4. Informed Consent

5. Pendidikan Kesehatan (Penkes) mengenai tindakan yang dilakukan di


meja operasi, seperti anestesi yang digunakan, tindakan yang dilakukan
dan lamanya operasi (terlampir)
b. Perawatan Pre Operasi:

1. Menerima Pasien:

a) Memeriksa kembali persiapan pasien:

1) Identitas pasien

2) Surat persetujuan operasi

3) Pemeriksaan laboratorium darah, rontgen, EKG.

4) Mengganti baju pasien

5) Menilai KU dan TTV

b) Memberikan Pre Medikasi: Mengecek nama pasien sebelum

memberikan obat dan memberikan obat pre medikasi.


c) Mendorong pasien kekamar tindakan sesuai jenis kasus pembedahan

d) Memindahkan pasien ke meja operasi

2. Perawatan Intra Operasi

a. Melaksanakan orientasi:

1. Memberi dukungan mental

2. Menjelaskan tentang fasilitas di sekitar meja operasi

3. Mengenalkan pasien kepada ahli anestesi, dokter ahli, dokter asisten,

perawat instrument.
b. Memasang alat-alat pemantau hemodinamik(infus, kateter,

alat monitoring,EKG)
c. Membantu pelaksanaan pembiusan

d. Mengatur posisi pasien

e. Menyiapkan bahan atau alat untuk desinfeksi daerah pembedahan

f. Memasang selang section

g. Memasang drapping

h. Membantu pelaksanaan tindakan

i. Memeriksa kelengkapan instrument

j. Mengumpulkan dan menyiapkan bahan pemeriksaan: Menyiapkan

label, menyiapkan tempat, menyiapkan formulir pemeriksaan.


k. Menutup luka dengan kasa steril dengan memberi NaCl 0,9%

kemudian diplester

3. Perawatan Post Operasi:

a. Setelah luka operasi ditutup kemudian memindahkan pasien ke ruang

pemulihan.
b. Pengaturan posisi pasien di ruang pemulihan.

c. Memeriksa pipa-pipa yang terpasang untuk memastikan apakah masih

berfungsi dengan baik atau tidak.


d. Memeriksa TTV secara berkala sampai pasien sadar sepenuhnya setiap

15 menit atau paling tidak dalam 1 atau 2 jam.


e. Memeriksa dan mencatat masukan dan keluaran cairan.

f. Menganjurkan pasien untuk nafas dalam jika pasien tidak berkemih


dalam 12 jam setelah operasi.
g. Memeriksa balutan opeasi.
h. Mencatat setiap keadaan pasien dan seluruh obat yang diberikan pada

status pasien.

Persiapan alat dan bahan

Set SC 1 Jumlah
Scaple no. 4 1
Nald Pouder 2
Pinset Anatomis 2
Pinset Cirurgis 2
Gunting Jaringan 1
Gunting Benang 1
Klem Arteri 6
Klem Ovarium 5
Duk Klem 5
Kocher 4
Hak Doyent 1
TOTAL 30

Bahan Habis Pakai Jumlah


Hibi-scrub 50 cc

Saflon 100 cc

Betadine 100 cc

Alkohol 50 cc

Kassa Steril 6 bks

Hand Scoon 4 bh

Benang

- Chromic 1 100 cm

- Chromic 2/0 100 cm

- Polysorb 2/0 75 cm
- Side 2/0 75 cm

Hipafix 10x15 cm

Instrumen Tambahan Jumlah


Big Kass 1

Jas Operasi 3

Duk Besar 1

Duk Sedang 2

Duk Lubang Besar 1


TOTAL 8

BAB III

TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN

Hari : Kamis
Tanggal : 20 Desember 2012
Tempat : Ruang OK 3
Jam : 09.02 WIB
Metode :
Sumber :
Oleh : Adi Prasetyo

A. Identitas pasien
Nama : Ny. S
Umur : 34 tahun
Alamat : Panjer 2/11 Kebumen
Pekerjaan : IRT
Status : Kawin
Diagnosa : G3 P1 A1 ( letak lintang )
No. RM : 824577
Tgl. Masuk : 19 Desember 2012

B. Penanggungjawab
Nama: Tn.D
Umur : 36 tahun
Alamat : Panjer 2/11, Kebumen
Hubungan dengan pasien : Suami pasien

C. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan Utama

Pasien merasa cemas dan mengatakan kenceng-kenceng sudah 2


kali sejak pukul 05.00 WIB.

2. Riwayat Kesehatan sekarang

Pasien di ruang operasi (persiapan SC), pasien sudah dipersiapkan


untuk operasi Sectio Caesarea (SC), pasien mengatakan khawatir dan
takut akan melakukan operasi SC untuk pertama kalinya dan tampak
gelisah dan berdoa.

3. Riwayat penyakit dahulu


Pasien belum pernah mengalami oprasi sebelumnya dan tidak punya
penyakit asma atau pun alergi lainnya

4. Riwayat penyakit keluarga

Pasien mengatakan dari keluarga juga tidak ada yang mempunyai


penyakit keturunan.

D. Pola fungsional menurut V H

Keb. Bernafas dengan normal

Sebelum sakit : klien bernafas dengan normal

Saat dikaji : Frekuensi 24x/menit, Irama teratur, tidak terlihat


gerakan cuping hidung, tidak terlihat Cyanosis, tidak
terlihat keringat pada dahi
Kebutuhan nutrisi
Sebelum sakit : Ny.S makan 3 kali sehari, minum 8 gelas perhari
Saat dikaji : Ny.S makan 2 kali sehari, minum 5 gelas perhari
Kebutuhan eliminasi

Saat dikaji : Ny.S BAB tidak bermasalah hanya 1 kali sehari,


terpasang slang kateter
Keb. Gerak dan keseimbangan tubuh
Sebelum sakit : Ny.S dapat melakukan semua aktifitas sehari – hari
tanpa masalah
Saat dikaji : Ny.S aktifitasnya terbatas

Keb. Istirahat dan tidur


Sebelum sakit: Ny.S dapat tidur 6 – 7 jam perhari.

Saat dikaji : Ny.S tidak dapat tidur nyenyak karena terpasang


Infus
Keb. Berpakaian
Sebelum sakit : Memakai pakaian tanpa bantuan siapapun
Saat dikaji : Ny.S berpakaian dibantu keluarga dan perawat
Keb. Mempertahankan suhu tubuh dan temperature
Sebelum sakit : Ny.S biasa berselimut dan memakai jaket ketika
dingin, dan memakai kaos ketika udara panas

Keb. Personal hygiene


Sebelum sakit: Ny.S mandi 2 kali sehari, gosok gigi sesudah makan
tanpa bantuan suami
Saat dikaji : Ny.S hanya diseka 2 kali sehari, gosok gigi kalau
merasa kotor.
Keb. Rasa aman dan nyaman
Sebelum sakit: Ny.S merasa nyaman dengan dirinya maupun
keluarganya.
Saat dikaji : Ny.S merasa cemas akan dilakukan pembedahan dan
tidak nyaman karena pasien terpasang infus dan
kateter
Keb. Komunikasi
Sebelum sakit : Ny.S tidak ada gangguan komunikasi
Saat dikaji : Ny.S juga masih dapat berkomunikasi dengan baik
Keb. Bekerja
Sebelum sakit : Ny.S selalu mengerjakan pekerjaannya dengan baik
dan beristirahat jika merasa lelah
Saat dikaji : Ny.S tidak dapat mengerjakan pekerjaannya
dikarenakan keadaan yang tidak memungkinkan

Keb. Rekreasi
Sebelum sakit : Ny.S jarang berekreasi ,yang dilakukan adalah
menonton televisi untuk rekreasinya
Saat dikaji : Ny.S melakukan rekreasinya dengan mengobrol
Keb. Belajar
Sebelum sakit: Ny.S mengetahui banyinya dalam letak lintang dan
harus dilakukan pembedahan
Saat dikaji : Klien belum tahu tentang pembedahan

E. Keadaan Umum
TD : 130/80 mmHg TB : 155 cm

RR : 24x/menit BB : 68 kg

N : 88x/menit

S: 37 oC

F. Pemeriksaan fisik

KU: baik

Kesadaran : CM

Data Fokus

DS :

Klien merasa cemas akan dilakukan tindakan pembedahan

DO :

1. Pernafasan (B 1 : Breathing)
Frekuensi 24x/menit, Irama teratur, tidak terlihat gerakan cuping hidung,
tidak terlihat Cyanosis, tidak terlihat keringat pada dahi
2. Cardiovascular (B 2 : Bleeding)

Nadi 88x/menit kuat dan teratur, tekanan darah 130/80 mmHg, Suhu 37
0
C, akral hangat
3. Persyarafan (B 3 : Brain)
Tingkat kesadaran (GCS) Membuka mata : Spontan (4)
Verbal : Orientasi baik (5)
Motorik : Menurut perintah (6)
Compos Mentis : Pasien sadar baik
4. Perkemihan-Eliminasi Urine (B.4 : Bladder)
Jumlah urine 500cc, warna urine kuning jernih.
Genital Hygiene cukup bersih.
5. Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)
Tidak terdapat obstipasi, klien tidak mengalami diare
6. Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
Tidak terdapat kontraktur maupun dikubitus

2. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium : darah lengkap (19-12-2012 jam 08.46 wib)


Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
WBC 8.54 10^3 /uL 4.8 – 10.8
RBC 3.75 10^6 /uL 4.2 – 5.4
HGB 11.8 g/dL 12–16
HCT 33.1 % 37–47
MCV 88.3 fL 79–99
MCH 28.8 pg 27–31
MCHC 32.6 g/dL 33–37
Gol A
3. Informed consent : Sudah

4. Surat Ijin Operasi (SIO) : Sudah

1) PRE OPERASI
a. Analisa Data dan Dx Keperawatan
Hari/ Tgl/ jam Data Fokus Etiologi Problem
19-12-2012 DS: krisis Ansietas
09.10 WIB Ps mengatakan cemas akan situasi,
dilakukan pembedahan (operasi SC) akan
DO : dilakukan
Pasien tampak gelisah, tampak tindakan
berdoa operasi

TD :130/80 mmHg

RR:24x/mnt, N :88x/mnt

S : 37o C
b. Diagnosa Keperawatan

ansietas berhubungan dengan krisis situasi, akan dilakukan tindakan operasi

c. Rencana Keperawatan

No Dx Kep Tujuan dan Kriteria Intervensi Hasil


1 Cemas Setelah dilakukan a. Kaji tingkat kecemasan pasien
b.d. krisis tindakan keperawatan
b. Jelaskan informasi tentang
situasi, selama 1x10 menit
prosedur, sensasi yang biasanya
akan diharapkan pasien
dirasakan ketika operasi.
dilakukan tidak mengalami
tindakan kecemasan dengan c. Berikan informasi yang faktual
operasi kriteria hasil: terkait diagnosis dan tindakan
operasi yang dilakukan
a. Pasien tidak
gelisah d. Intruksikan pasien untuk

menggunakan teknik nafas dalam


b. Pesien tenang
e. Menstimulasi lingkungan yang
c. TTV dalam
nyaman agar pasien tenang
batas normal

d.

d. Pelaksanaan dan Evaluasi Pre Operasi

No.dx Tgl/jam Implementsi Evaluasi


1 19-12- -Mengkaji tingkat kecemasan Pasien mengatakan cemas
2012 pasien berkurang
09.15 -monitor TTV TD :120/80 mmHg
WIB
RR:22x/mnt, N :82x/mnt

S : 36,5o C
Menjelaskan informasi tentang Pasien mengerti
prosedur ketika operasi
Memberikan informasi yang Pasien mengerti
faktual terkait diagnosis dan
tindakan operasi yang dilakukan
19-12- Mengintruksikan pasien untuk Pasien kooperatif
2012 nafas dalam
09.17 Menganjurkan klien untuk berdoa Pasien tenang dan tidak
WIB gelisah,
Pasien kooperatif

2) INTRA OPERASI

a. Data Fokus

Anamnesa : Pasien mengatakan lemas


A (Airway) : Tidak ada sumbatan jalan nafas
B (Breathing) : Suara nafas vesikuler, RR 24 x/menit
C (Circulation) : Tidak ada sianosis, CRT 3 detik, TD 92/65 mmHg,
N: 80x/m, perdarahan ± 600 cc
Waktu Operasi: 09.20 wib – 11.00 wib
Posisi : Supinasi
Jenis anestesi : Spinal anestesi

1. Pelaksanaan Asisten/Instrumen

No. Tindakan Peralatan yang Disiapkan


1. Desinfeksi ( betadine Kom, betadin, alkohol, klem, kasa
betadine alcohol )
2. Drapping Duk besar, duk lubang besar, duk
lubang kecil, duk klem 4
3. Pemasangan selang suction Selang suction, duk klem
4. Insisi area operasi, arah Stickmess 22, klem arteri, kasa steril,
insisi vertikal pinset cirurgis.
5. Insisi uterus, arah Stickmess 22, suction, big hak
horizontal
6. Pengambilan bayi dan Gunting, klem 2, suction
pemotongan plasenta,
terjadi penyelilitan plasenta
dileher dan dikaki kiri
7. Pengambilan plasenta Bengkok, suction
8. Pemasangan klem uterus Klem uterus, bighak
diarea insisi uterus
9. Disinfeksi area uterus Kasa 2, betadine, big hak
bagian dalam
10. Hecting uterus Nailpuder, jarum, benang chomic 1,
gunting, klem arteri, kasa.
11. Hecting lapisan uterus Benang polysorb (2/0), nailpuder,
jarum, gunting, klem arteri, kasa
12. Disinfeksi lapisan uterus Kasa, betadine, klem uterus
13. Hecting peritonium kocher, nailpuder, jarum, chromic
(2/0), gunting, klem arteri, kasa
14. Hecting otot kocher, nailpuder, jarum, chromic
(2/0), gunting, klem arteri, kasa
15. Hecting fasia kocher, nailpuder,jarum, chromic 1,
gunting, klem arteri. Kasa
16. Hecting subcutis kocher, nailpuder, jarum, chromic
(2/0), gunting, klem, kasa
17. Hecting kulit kocher, nailpuder, jarum, side (2/0).
Gunting, klem, kasa
18. Desinfeksi area jahitan Betadine, kasa, kom
19 Penutupan area operasi Kasa+betadine, kasa kering 4, hipafix
20. Pemasangan gurita dan Gurita, Jarit, Pembalut 3, Bed
pembalut, serta
pemindahan pasien ke
ruang RR

Table pemantauan (19-12-2012)


JENIS
Perdarahan Vital Sign
WAKTU VOL T N RR S
D
UM
E
09.25 100cc 122/ 83 20 -
wib 63m x/ x/
mH m m
g nt nt
09.40 150cc 79/6 82 20 -
wib 8 x/ x/
mm m m
Hg nt nt
09.55 150cc 69/3 88 22 -
wib 1 x/ x/
mm m m
Hg nt nt
10.25 100cc 110/7 80 20 -
wib 0m x/ x/
mH m m
g nt nt
10.35 50cc 116/7 82 24 -
wib 1m x/ x/
mH m m
g nt nt
11.00 50cc 126/ 82 24 -
wib 78m x/ x/
mH m m
g nt nt
Jumlah = 600cc

b. Analisa Data

No Hari/tgl/jam Data fokus Etiologi Masalah


1 19-12-2012 DS: Efek Resiko
11.05 WIB Pasien mengatakan mual dan lemas anestesi aspirasi
DO:
Pasien tampak pucat, adanya luka
insisi vertikal ± 12 cm, masih ada
efek enestesi, pasien belum mampu
duduk RR 22x/m, TD110/78 mmHg,
N: 84x/m, bromage Score 1

c. Diagnosa Keperawatan
Resiko aspirasi berhubungan dengan efek anestesi
d. Rencana Keperawatan
Dx Kep Tujuan Intervensi
Risiko aspirasi Setelah dilakukan tindakan a. Pantau gejala subjektif mual pasien

berhubungan keperawatan selama 1x30 b. Ajarkan kepada pasien menelan


dengan efek menit diharapkan risiko
secara sadar atau nafas dalam untuk
anestesi aspirasi tidak terjadi dengan
menekan reflek muntah.
kriteria hasil
1. Pasien tidak muntahc. Naikan bagian kepala tempat tidur

2. TTV dalam batas atau letakan pada posisi lateral untuk


normal mencegah aspirasi

d. Monitor TTV

e. Pelaksanaan Keperawatan
No Tg/ jam Implementasi Respon
1 19-12-- Memantau gejala subyektif - Pasien mengatakan mual

2012 mual pada pasien berkurang


pukul - Mengajarkan kepada pasien - Pasien kooperatif

11.09 menelan secara sadar atau nafas


wib dalam untuk menekan reflex
muntah
- Pasien kooperatif
- Menaikan bagian kepala tempat
tidur atau letakan pada posisi
lateral untuk mencegah aspirasi
- RR 20X/menit, TD 110/75
- Memonitor TTV
mmHg, N: 80x/m

f. Evaluasi Keperawatan
No Tanggal/ jam Evaluasi
TTD
1. 19-12-2012 S : ps mengatakan mual berkurang
Pukul 11.15 O: ps tidak mual dan muntah
RR 20X/menit, TD 110/75 mmHg, N:
80x/m Bromage score 1
A: masalah teratasi
P: pertahankan kondisi

3) POST OPERASI
a. Pengkajian

1. Pengkajian primer
A (Airway) : Tidak ada sumbatan jalan nafas
B (Breathing) : Suara nafas vesikuler, RR : 22x/menit, SaO 2 100%
C (Circulation) : Tidak ada sianosis, CRT 2 detik, TD 110/78 mmHg,
N: 80x/m, masih ada efek anestesi
2. Pengkajian sekunder

a) Anamnesa : Pasien mengatakan kedinginan, agak mual


dan merasa lemas
b) Kesadaran pasien : Compos Metis

c) TD : 110/78 mmHg.
d) Nadi : 80x/menit
e) Pemeriksaan fisik :
Kepala : Bentuk mesocepal, tidak ada benjolan,
distribusi rambut baik dan bersih
Mata : Sklera unikterik, konjungtifa tidak anemis,
mata simetris
Hidung : Bersih, tidak ada nafas cuping hidung, tidak
terpasang alat bantu nafas
Mulut : Mukosa bibir lembab, gigi bersih, tidak ada
pembesaran tonsil, bibir pucat
Telinga : simetris, tidak ada serumen, pendengaran baik.
Dada : Bentuk dada normal, payudara simetris, tidak
ada masa, ekspansi dada normal, tidak ada otot
bantu nafas
Abdomen : Terdapat luka insisi operasi arah vertical ±
12cm, turgor kulit normal,
Genetalia : Tidak ada penyakit kelamin, tidak ada rambut,
terpasang DC
Ekstremitas : tangan kanan terpsang infuse RL, ekstremitas
lengkap, pasien belum bisa mengangkat
tungkai bawah

f) Pemeriksaan Bromage Score


No Kriteria Nilai Hasil
1. Dapat mengangkat tungkai bawah 0
2. Tidak dapat mengangkat tungkai bawah tetapi masih 1 √
dapat menekuk lutut
3. Tidak dapat menekuk lutut tapi dapat mengangkat kaki 2
4. Tidak dapat mengangkat kaki 3
(Nilai Normal Bromage Score < 2)

Nilai keluar 1

b. Analisa Data dan Dx Kperawatan

Tgl/ Jam Data Fokus Etiologi Problem


19-12-2012 DS: Perdarahan Gangguan
09.25 WIB Pasien mengatakan lemas balance
DO: cairan
Adanya luka insisi vertical di
abdomen ± 12 cm, perdarahan ±
300 cc, TD 92/65 mmHg, N 80x/m,
RR 24x/m, pasien terlihat pucat,
CRT 3 detik

c. Diagnosa Keperawatan

Gangguan Balance Cairan berhubungan dengan perdarahan


d. Rencana Keperawatan

Dx Kep Tujuan Intervensi Rasional


Gangguan balance Setelah dilakukan - Pantau perdarahan - Mengetahui
cairan b.d. tindakan - Pantau kondisi jumlah darah
perdarahan keperawatan selama pasien melalui yang hilang
1x20 menit bedside monitor - Kondisi pasien
diharapkan resiko - Kelola pemberian dapat terpantau
syok hipovolemik cairan berdasarkan - Mengganti cairan
tidak terjadi dengan kehilangan cairan yang hilang
kriteria hasil: - Siapkan darah - Mengganti darah
- TTV dbn transfuse, bila yang hilang
- Asupan cairan perlu
adekuat

e. Pelaksanaan dan Evaluasi

Dx Kep Tgl/ Jam Implementasi Evaluasi


Gangguan balance 09-12-2012 - Memantau Perdarahan 300 cc
cairan b.d. 10.20 perdarahan
perdarahan WIB - Memberikan cairan RL los
adekuat
110
- Memantau vital sign TD /70 mmHg, N
melalui bedside 80x/m
monitor
- Memberi cairan RL ke-2

infuse
Perdarahan 600 cc
- Memantau
perdarahan
- Memberi cairan RL ke-3
adekuat
116
- Memantau vital sign TD /71 mmHg, N
melalui bidside 82x/m
monitor
- Terapi antihipotensi Efedrin per IV
- Memberi cairan RL ke-4
infuse
126
- Memantau vital sign TD /78mmHg, N
melalui bedsite 82x/m
monitor

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal untuk melakukan suatu keperawatan yang


berguna untuk mengumpulkan data sebagai dasar untuk mengetahui kebutuhan
klien sehingga dapat menentukan asuhan keperawatan yang akan dilakukan.
Dalam pengumpulan data kami menggunakan metode wawancara atau Tanya
jawab dengan keluarga pasien dan klien serta observasi dengan menggunakan
pemeriksaan fisik dan menggunakan studi dokumentasi pada status pasien.
Selama melakukan pengkajian kami menemui kesulitan, hal ini
dikarenakan kami dihadapkan pada satu kasus yang memiliki keterbatasan
informasi berkaitan dengan penyakit yang di derita pasien. Pada pemerikasaan
fisik, kami menemukan indikasi khas yang sesuai dengan teoritis yaitu:
pemeriksaan leopold yang menunjukkan letak melintang pada kandungan ibu.

B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan tinjauan pustaka asuhan keperawatan pada kasus SC kami
mendapat hasil diagnosa keperawatan yaitu :
1. Cemas berhubungan dengan krisis situasi, akan dilakukan tindakan operasi
2. Gangguan balance cairan berhubungan dengan perdarahan
3. Resiko aspirasi berhubungan dengan efek anestesi

C. Intervensi Keperawatan
Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan
sesuai dengan kriterianya, maka kami membuat rencana berdasarkan acuan pada
tinjauan teoritis yang ada pada tinjauan pustaka, rencana tindakan di buat selama
proses pembedahan dari mulai pasien masuk ke ruang induksi sampai pasien
keluar dari ruang RR. Dari diagnosa ini intervensi dapat diterapkan pada kasus
karena berkat kerjasama yang baik antara perawat, keluarga, dan klien. Dalam
menyusun tindakan yang akan dilakukan ini disesuaikan dengan diagnosa yang
ditemukan sehingga mendapatkan tujuan yang diinginkan.
Pada intra operasi balance cairan sangat di monitor demi mempertahankan
status cairan, karena pada saat operasi berlangsung perdarahan yang terjadi
lumayan banyak ± 600 cc.
Setelah selesai operasi yang berjalan ± 90 menit berlangsung klien
dipindahkan ke ruang RR (recovery room), disini pasien dinilai apakah sudah
boleh dipindahkan dan dirawat di bangsal dengan cek respon pasien melalui
Bromage Score. Dimana nilai normal untuk bromage score < 2. Sedangkan nilai
bromage score adalah 1, maka pasien boleh dipindahkan dan dirawat dibangsal.

D. Implementasi dan Evaluasi


Implementasi dilakukan berdasarkan diagnosa dan rencana keperawatan
dan sekaligus dilakukan evaluasi tindakan

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Wiknjosastro, 2005).
Sebelum pasien dilakukan tindakan operasi perlu dipersiapkan beberapa
hal antara lain kesiapan dari pasien ( fisik, mental dan spiritual ), informed
consent, surat ijin operasi, dan pemeriksaan penunjang yang mendukung
tindakan operasi. Sesampainya di ruang operasi pasien akan dilakukan tindakan
anestesi terlebih dahulu sebelum operasi SC. Pada saat operasi berlangsung
perlu diperhatikan untuk TTV pada bed side monitor, cairan dan perdarahan
yang terjadi sebagai indikator apakah keadaan pasien baik-baik saja atau tidak.
Operasi SC selesai pasien akan dipindahkan ke RR (recovery room),
sampai pasien diperbolehkan untuk dirawat di bangsal perlu dikaji untuk
pengetahuan pasien mengenai efek anestesi dan kapan diperbolehkan aktifitas
kembali serta makan dan minum.

B. SARAN

1. Sebaiknya si ibu mengkonsumsi makanan yang tinggi protein hewani untuk

mempercepat proses penyembuhan luka.


2. Kepada perawat agar lebih memfokuskan kesiapan psikis pasien dengan
riwayat operasi SC untuk yang pertama kali, semua hal yang diperlukan
untuk pasien diterangkan secara transparan untuk mengurangi kecemasan
pasien dan keluarga.

3. Perhatikan penggunaan terapi obat untuk kasus operasi SC khususnya pada


pemberian anestesi, disarankan agar diberikan anestesi lokal spinal pada
lumbal 4&5 untuk meminimalisir efek samping pada bayi.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Kembar. Dalam : Wikipedia Indonesia, 2006. Available at URL


Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD.
Kehamilan multijanin.2006. Dalam: Hartono A, Suyono YJ,
Pendit BU (alih bahasa). Obstetri Williams. Volume 1 edisi
21. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC, . h. 852-897
Nanda, 2001, Nursing Diagnoses : Definition and Classification 2001-2002,
Philadelphia.
Potter & Perry, 1999, Fundamental of Nursing ke Depan, EGC, Jakarta.
Prawirro, Sarwono. 2001. Pelayanan Kesehatan Maternal dan neonatal. EGC,
Jakarta
Price & Wilson,1995, Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,
EGC, Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner
dan Suddarth. EGC; Jakarta.
Wiknjosastro. 2005. Buku saku Keperawatan Pediatri, EGC, Jakarta
LAMPIRAN
A. Latihan Nafas Dalam
1. Tahap pra interaksi
a. Cek program terapi
b. Cuci tangan
2. Tahap orientasi
a. Memberi salam sebagai pendekatan terapeutik
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan kepada pasien
c. Menanyakan persetujuan kesiapan pasien
3. Tahap kerja
a. Membaca tasmiyah dan menjaga prifasi pasien
b. Mempersiapkan pasien
c. Meminta pasien meletakan satu tangan didada dan satu tangan
di abdomen
d. Melatih pasien melakukan nafas perut (menarik nafas dalam
melalui hidung hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup)
e. Meminta pasien merasakan mengembangnya abdomen (cegah lengkung
pada punggung)
f. Meminta pasien menahan nafas hingga 3 hintungan
g. Meminta pasien menghembuskan nafas perlahan dalam 3 hitungan
(lewat mulut bibir seperti meniup)
h. Meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen dan kontraksi
dari otot
i. Menjelaskan pada pasien untuk latihan ini bila merasa mual atau sesak
nafas
j. Merapikan pasien
4. Tahap terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan
b. Membaca tahmid dan berpamitan pada pasien
c. Mencuci tangan

Anda mungkin juga menyukai