Disusun oleh :
Nama : Adi Prasetyo
NIM : A1. 0900498
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas muncul sebuah rumusan masalah yang mengarah
pada “mengapa pasien hamil dengan posisi melintang harus dilakukan tindakan
operasi Sectio Cesaria”
C. RUANG LINGKUP
Sebuah prosedur persalinan dengan pembedahan umumnya dilakukan oleh
dokter yang ber-anggotakan spesialis kandungan, anastesi perawat. Sang ibu
umumnya akan diberikan anastesi lokal (spinal atau epidural), yang
memungkinkan sang ibu untuk tetap sadar selama proses pembedahan dan untuk
menghindari si bayi dari pembiusan.
Pada masa sekarang ini, anastesi umum untuk bedah sesar menjadi semakin
jarang dilakukan karena pembiusan lokal lebih menguntungkan bagi sang ibu
dan si bayi. Pembiusan umum dilakukan apabila terjadi kasus-kasus berisiko
tinggi atau kasus darurat.
Anestesi umum mempunyai pengaruh depresif pada pusat pernafasan janin
sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan apnea, selain itu ada
pengaruh terhadap tonus uterus sehingga kadang-kadang bul perdarahan post
partum karena atonia uteri. Anestesi spinal aman buat janin, akan tetapi ada
kemungkinan tekanan darah penderita menurun dengan akibat yang buruk bagi
ibu dan janin.
D. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan asuhan keperawatan ini adalah untuk
mengetahui bagaimana asuhan keperawatan perioperatif pada kasus sectio
caesarea.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan persiapan pre operasi untuk kasus
Sectio Caesarea
b. Mahasiswa mampu membantu proses operasi pada kasus Sectio
Caesarea
c. Mahasiswa mampu melakukan perawatan post operasi pada kasus
Sectio Caesarea
E. MANFAAT
1. Bagi Pasien
dapat mengetahui hasil pemeriksaan sacera lengkap dan diharapkan pasien
lebih meningkatkan mutu kesehatan.
2. Bagi Pelayan Kesehatan
dapat memberikan informasi atau masukan dalam rangka meningkatkan
kualitas pelayanan khususnya terhadap pengetahuan tentang keperawatan
perioperatif pada pasien sectio caesarea posisi melintang
3. Bagi Mahasiswa
sebagai penerapan tentang teori yang telah didapat di bangku kuiah dan
menambah wawasan serta informasi tentang keperawatan perioperatif tentang
sectio caesarea posisi melintang.
4. Bagi Pendidikan
dapat menambah kepustakaan dan sebagai sumber referensi bagi mahasiswa
tentang keperawatan perioperatif sectio caesarea posisi melintang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
B. JENIS
C. ETIOLOGI
E. INDIKASI
4. komplikasi pre-eklampsia
12. bayi besar (makrosomia - berat badan lahir lebih dari 4,2 kg)
17. CPD atau cephalo pelvic disproportion (proporsi panggul dan kepala bayi
yang tidak pas, sehingga persalinan terhambat)
18. Kepala bayi jauh lebih besar dari ukuran normal (hidrosefalus)
Hamil
F. PATOFISIOLOGI
persalinan
Indikasi SC
Tindakan pembedahan
Insisi pembedahan
Perubahan biologi fisiologis
luka post op
perubahan status kesehatan
Pembuluh darah terputus
cemas
perdarahan saat operasi
nyeri akut
1. Menerima Pasien:
1) Identitas pasien
a. Melaksanakan orientasi:
perawat instrument.
b. Memasang alat-alat pemantau hemodinamik(infus, kateter,
alat monitoring,EKG)
c. Membantu pelaksanaan pembiusan
g. Memasang drapping
kemudian diplester
pemulihan.
b. Pengaturan posisi pasien di ruang pemulihan.
status pasien.
Set SC 1 Jumlah
Scaple no. 4 1
Nald Pouder 2
Pinset Anatomis 2
Pinset Cirurgis 2
Gunting Jaringan 1
Gunting Benang 1
Klem Arteri 6
Klem Ovarium 5
Duk Klem 5
Kocher 4
Hak Doyent 1
TOTAL 30
Saflon 100 cc
Betadine 100 cc
Alkohol 50 cc
Hand Scoon 4 bh
Benang
- Chromic 1 100 cm
- Polysorb 2/0 75 cm
- Side 2/0 75 cm
Hipafix 10x15 cm
Jas Operasi 3
Duk Besar 1
Duk Sedang 2
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
Hari : Kamis
Tanggal : 20 Desember 2012
Tempat : Ruang OK 3
Jam : 09.02 WIB
Metode :
Sumber :
Oleh : Adi Prasetyo
A. Identitas pasien
Nama : Ny. S
Umur : 34 tahun
Alamat : Panjer 2/11 Kebumen
Pekerjaan : IRT
Status : Kawin
Diagnosa : G3 P1 A1 ( letak lintang )
No. RM : 824577
Tgl. Masuk : 19 Desember 2012
B. Penanggungjawab
Nama: Tn.D
Umur : 36 tahun
Alamat : Panjer 2/11, Kebumen
Hubungan dengan pasien : Suami pasien
C. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Keb. Rekreasi
Sebelum sakit : Ny.S jarang berekreasi ,yang dilakukan adalah
menonton televisi untuk rekreasinya
Saat dikaji : Ny.S melakukan rekreasinya dengan mengobrol
Keb. Belajar
Sebelum sakit: Ny.S mengetahui banyinya dalam letak lintang dan
harus dilakukan pembedahan
Saat dikaji : Klien belum tahu tentang pembedahan
E. Keadaan Umum
TD : 130/80 mmHg TB : 155 cm
RR : 24x/menit BB : 68 kg
N : 88x/menit
S: 37 oC
F. Pemeriksaan fisik
KU: baik
Kesadaran : CM
Data Fokus
DS :
DO :
1. Pernafasan (B 1 : Breathing)
Frekuensi 24x/menit, Irama teratur, tidak terlihat gerakan cuping hidung,
tidak terlihat Cyanosis, tidak terlihat keringat pada dahi
2. Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
Nadi 88x/menit kuat dan teratur, tekanan darah 130/80 mmHg, Suhu 37
0
C, akral hangat
3. Persyarafan (B 3 : Brain)
Tingkat kesadaran (GCS) Membuka mata : Spontan (4)
Verbal : Orientasi baik (5)
Motorik : Menurut perintah (6)
Compos Mentis : Pasien sadar baik
4. Perkemihan-Eliminasi Urine (B.4 : Bladder)
Jumlah urine 500cc, warna urine kuning jernih.
Genital Hygiene cukup bersih.
5. Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)
Tidak terdapat obstipasi, klien tidak mengalami diare
6. Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
Tidak terdapat kontraktur maupun dikubitus
2. Pemeriksaan Penunjang
1) PRE OPERASI
a. Analisa Data dan Dx Keperawatan
Hari/ Tgl/ jam Data Fokus Etiologi Problem
19-12-2012 DS: krisis Ansietas
09.10 WIB Ps mengatakan cemas akan situasi,
dilakukan pembedahan (operasi SC) akan
DO : dilakukan
Pasien tampak gelisah, tampak tindakan
berdoa operasi
TD :130/80 mmHg
RR:24x/mnt, N :88x/mnt
S : 37o C
b. Diagnosa Keperawatan
c. Rencana Keperawatan
d.
S : 36,5o C
Menjelaskan informasi tentang Pasien mengerti
prosedur ketika operasi
Memberikan informasi yang Pasien mengerti
faktual terkait diagnosis dan
tindakan operasi yang dilakukan
19-12- Mengintruksikan pasien untuk Pasien kooperatif
2012 nafas dalam
09.17 Menganjurkan klien untuk berdoa Pasien tenang dan tidak
WIB gelisah,
Pasien kooperatif
2) INTRA OPERASI
a. Data Fokus
1. Pelaksanaan Asisten/Instrumen
b. Analisa Data
c. Diagnosa Keperawatan
Resiko aspirasi berhubungan dengan efek anestesi
d. Rencana Keperawatan
Dx Kep Tujuan Intervensi
Risiko aspirasi Setelah dilakukan tindakan a. Pantau gejala subjektif mual pasien
d. Monitor TTV
e. Pelaksanaan Keperawatan
No Tg/ jam Implementasi Respon
1 19-12-- Memantau gejala subyektif - Pasien mengatakan mual
f. Evaluasi Keperawatan
No Tanggal/ jam Evaluasi
TTD
1. 19-12-2012 S : ps mengatakan mual berkurang
Pukul 11.15 O: ps tidak mual dan muntah
RR 20X/menit, TD 110/75 mmHg, N:
80x/m Bromage score 1
A: masalah teratasi
P: pertahankan kondisi
3) POST OPERASI
a. Pengkajian
1. Pengkajian primer
A (Airway) : Tidak ada sumbatan jalan nafas
B (Breathing) : Suara nafas vesikuler, RR : 22x/menit, SaO 2 100%
C (Circulation) : Tidak ada sianosis, CRT 2 detik, TD 110/78 mmHg,
N: 80x/m, masih ada efek anestesi
2. Pengkajian sekunder
c) TD : 110/78 mmHg.
d) Nadi : 80x/menit
e) Pemeriksaan fisik :
Kepala : Bentuk mesocepal, tidak ada benjolan,
distribusi rambut baik dan bersih
Mata : Sklera unikterik, konjungtifa tidak anemis,
mata simetris
Hidung : Bersih, tidak ada nafas cuping hidung, tidak
terpasang alat bantu nafas
Mulut : Mukosa bibir lembab, gigi bersih, tidak ada
pembesaran tonsil, bibir pucat
Telinga : simetris, tidak ada serumen, pendengaran baik.
Dada : Bentuk dada normal, payudara simetris, tidak
ada masa, ekspansi dada normal, tidak ada otot
bantu nafas
Abdomen : Terdapat luka insisi operasi arah vertical ±
12cm, turgor kulit normal,
Genetalia : Tidak ada penyakit kelamin, tidak ada rambut,
terpasang DC
Ekstremitas : tangan kanan terpsang infuse RL, ekstremitas
lengkap, pasien belum bisa mengangkat
tungkai bawah
Nilai keluar 1
c. Diagnosa Keperawatan
infuse
Perdarahan 600 cc
- Memantau
perdarahan
- Memberi cairan RL ke-3
adekuat
116
- Memantau vital sign TD /71 mmHg, N
melalui bidside 82x/m
monitor
- Terapi antihipotensi Efedrin per IV
- Memberi cairan RL ke-4
infuse
126
- Memantau vital sign TD /78mmHg, N
melalui bedsite 82x/m
monitor
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan tinjauan pustaka asuhan keperawatan pada kasus SC kami
mendapat hasil diagnosa keperawatan yaitu :
1. Cemas berhubungan dengan krisis situasi, akan dilakukan tindakan operasi
2. Gangguan balance cairan berhubungan dengan perdarahan
3. Resiko aspirasi berhubungan dengan efek anestesi
C. Intervensi Keperawatan
Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan
sesuai dengan kriterianya, maka kami membuat rencana berdasarkan acuan pada
tinjauan teoritis yang ada pada tinjauan pustaka, rencana tindakan di buat selama
proses pembedahan dari mulai pasien masuk ke ruang induksi sampai pasien
keluar dari ruang RR. Dari diagnosa ini intervensi dapat diterapkan pada kasus
karena berkat kerjasama yang baik antara perawat, keluarga, dan klien. Dalam
menyusun tindakan yang akan dilakukan ini disesuaikan dengan diagnosa yang
ditemukan sehingga mendapatkan tujuan yang diinginkan.
Pada intra operasi balance cairan sangat di monitor demi mempertahankan
status cairan, karena pada saat operasi berlangsung perdarahan yang terjadi
lumayan banyak ± 600 cc.
Setelah selesai operasi yang berjalan ± 90 menit berlangsung klien
dipindahkan ke ruang RR (recovery room), disini pasien dinilai apakah sudah
boleh dipindahkan dan dirawat di bangsal dengan cek respon pasien melalui
Bromage Score. Dimana nilai normal untuk bromage score < 2. Sedangkan nilai
bromage score adalah 1, maka pasien boleh dipindahkan dan dirawat dibangsal.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Wiknjosastro, 2005).
Sebelum pasien dilakukan tindakan operasi perlu dipersiapkan beberapa
hal antara lain kesiapan dari pasien ( fisik, mental dan spiritual ), informed
consent, surat ijin operasi, dan pemeriksaan penunjang yang mendukung
tindakan operasi. Sesampainya di ruang operasi pasien akan dilakukan tindakan
anestesi terlebih dahulu sebelum operasi SC. Pada saat operasi berlangsung
perlu diperhatikan untuk TTV pada bed side monitor, cairan dan perdarahan
yang terjadi sebagai indikator apakah keadaan pasien baik-baik saja atau tidak.
Operasi SC selesai pasien akan dipindahkan ke RR (recovery room),
sampai pasien diperbolehkan untuk dirawat di bangsal perlu dikaji untuk
pengetahuan pasien mengenai efek anestesi dan kapan diperbolehkan aktifitas
kembali serta makan dan minum.
B. SARAN