Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN


CPD (CEPHALOPELVIC DISPROPORTION)
DI RUANG BERSALIN RSD Dr. SOEBANDI JEMBER

Disusun Oleh :

Safira Salsabila Sirin


NIM.P17312225130

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Stase Kegawatdaruratan Maternal Neonatal dengan Judul Asuhan


Kebidanan Persalinan Patologis dengan Suspec CPD di Ruang Bersalin RSD Dr. Soebandi
Telah disetujui dan disahkan pada tanggal April 2023

Persepti,

Safira Salsabila Sirin


NIM: P17312225130

Menyetujui,

Perseptor Akademik Perseptor Klinik

Susilawati, SST.,M.Kes Wiwin H,S.Tr.Keb


NIP. NIP.
TINJAUAN TEORI

A. Definisi CPD (Cephalopelvic Disproportion)

CPD (Cephalopelvic Disproportion) merupakan ketidaksesuaian antara panggul


ibu dan janin yang merupakan penyebab tertinggi masalah persalinan mancet (Chen,
Yang, Zheng, Chen, et al., 2022). CPD (Cephalopelvic Disproportion) merupakan
ketidakseimbangan ukuran janin relatif terhadap panggul ibu yang mengakibatkan
kegagalan untuk berkembang.

CPD (Cephalopelvic Disproportion) didasarkan pada persalinan yang berlarut-


larut atau terhentinya persalinan selama fase aktif yang diakibatkan karena
ketidaksesuaian ukuran janin dan panggul ibu, malposisi maupun malpresentasi janin
(Srisukho et al., 2020). CPD (Cephalopelvic Disproportion) merupakan suatu kondisi
dimana ukuran pelvis tidak cukup besar untuk mengakomodasi keluarnya janin
melalui pelvis yang mengakibatkan janin tidak dapat memasuki panggul. Dalam hal
tersebut untu mengeluarkan janin maka dilakukan suatu pembedahan yang disebut
sectio caesar (SC) (Sofyan, 2019).

B. Etiologi CPD (Cephalopelvic Disproportion)


Menurut (Mardliyataini et al., 2022) menjelaskan bahwa penyebab yang
menimbulkan kelainan panggul dibagi sebagai berikut :
1. Kelainan karena ganguan pertumbuhan
a. Panggul sempit seluruh : Semua ukuran kecil
b. Panggul picak : Ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang biasa
c. Panggul sempit picak : Semua ukuran kecil tetapi terlebih ukuran muka
belakang
d. Panggul corong : Pintu atas panggul biasa, pintu bawah panggul sempit
e. Panggul belah : Symphyse terbuka
2. Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya
a) Panggul rachitis : Panggul picak, panggul sempit, seluruh panggul sempit
picak dan lain-lain.
b) Panggul osteomalacci : Panggul sempit melintang
c) Radang articulatio : Panggul sempit miring
3. Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang
a) Kifosis didaerah tulang pinggang menyebabkan panggul corong
b) Sciliose didaerah tulang panggung menyebabkan panggul sempit miring
4. Kelainan panggul disebabkan kelainan anggota bawah Coxitis, luxatio, atrofia.

C. Manifestasi CPD (Cephalopelvic Disproportion)


Menurut Sofyan (2019) menjelaskan bahwa manifestasi atau tanda gejala pada
CPD (Cephalopelvic Disproportion) diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Abdomen : Pada pemeriksaan ditemukan bahwa ukuran janin besar, kepala janin
menonjol di simphisis pubis
2. Pelvis : pada pmeriksaan ditemukan servik mengecil setelah pemecah ketuban,
oedem servik, penempatan kepala tidak baik lagi di servik, kepala belum
dipegang pintu atas panggul, ditemukan caput, ditemukan molage, ditemukan
kepala defelsi, ditemukan asinklitismus
3. Lain -lain : Ibu ingin mengedan sebelum pembukaan lengkap, hillisMuller Test
negatif.

D. Komplikasi CPD (Cephalopelvic Disproportion)


Menurut Sofyan (2019) menjelaskan bahwa komplikasi yang disebabkan oleh
CPD (Cephalopelvic Disproportion) dibagi menjadi dua yaitu komplikasi pada ibu dan
komplikasi pada janin. Adapun penjelasan dari masing-masing adalah sebagai
berikut :
1. Komplikasi Pada Ibu
a) Persalinan lama
b) Ketuban pecah dini
c) Tali pusat menumbung
d) Moulage kepala berlangsung lama
e) Inersi uteri
f) Ruptur uteri
g) Simfisiolisis
h) Infeksi intrapartal
2. Komplikasi Pada Janin
a) Kematian janin intrapartall
b) Prolapsus funikuli
c) Perdarahan intrakranial
d) Kaput suksadaneum dan sefalohematoma yang besar
e) Robekan pada tentorium serebri akibat moulage
f) Fraktur pada tulang kepala akibat tekanan

E. Pathofisiologi

Tulang – tulang panggul terdiri dari os koksa, os sakrum, dan os koksigis. Os


koksa dapat dibagi menjadi os ilium, os iskium, dan os pubis. Tulang – tulang ini satu
dengan lainnya berhubungan. Di depan terdapat hubungan antara kedua os pubis
kanan dan kiri, disebut simfisis. Dibelakang terdapat artikulasio sakro- iliaka yang
menghubungkan os sakrum dengan os ilium.
Pada wanita, di luar kehamilan artikulasi ini hanya memungkinkan pergeseran
sedikit, tetapi pada kehamilan dan waktu persalinan dapat bergeser lebih jauh dan
lebih longgar, misalnya ujung koksigis dapat bergerak kebelakang sampai sejauh
lebih kurang 2,5 cm. Hal ini dapat dilakukan bila ujung os koksigis menonjol ke
depan pada saat partus, dan pada pengeluaran kepala janin dengan cunam ujung os
koksigis itu dapat ditekan ke belakang. Secara fungsional, panggul terdiri dari dua
bagian yaitu pelvis mayor dan pelvis minor.

Pelvismayor adalah bagian pelvis yang terletak diatas linea terminalis, disebut
juga dengan false pelvis. Bagian yang terletak dibawah linea terminalis disebut pelvis
minor atau true pelvis. Pada ruang yang dibentuk oleh pelvis mayor terdapat organ –
organ abdominal selain itu pelvis mayor merupakan tempat perlekatan otot – otot dan
ligamen ke dinding tubuh. Sedangkan pada ruang yang dibentuk oleh pelvis minor
terdapat bagian dari kolon, rektum, kandung kemih, dan pada wanita terdapat uterus
dan ovarium.
Selama kehamilan, serviks (leher rahim atau saluran tempat jalan keluarnya
bayi dari rahim menuju vagina) dalam kondisi tertutup dan dipenuhi oleh lendir
(mukus) untuk melindunginya dari infeksi. Pada tahap pertama persalinan, kontraksi
membuat serviks terbuka secara bertahap. Serviks mulai melentur sehingga dapat
terbuka dan melebar sampai 10 cm. Tahap ini merupakan tahap yang paling panjang
dari persalinan. Dapat berlangsung selama beberapa jam bahkan hari sebelum
menjalani persalinan.
Fase di mana serviks mulai terbuka ini disebut dengan fase laten. Pada fase
laten, akan merasa kontraksi dan kadang juga tidak. Pada fase ini sebaiknya makan
dan minum untuk mempersiapkan energi yang akan dipakai selama proses persalinan.
Jika persalinan mulai pada malam hari, sebaiknya tenang dan tetap rileks. Gunakan
waktu untuk tidur jika bisa. Dan jika persalinan baru dimulai saat siang hari, cobalah
untuk tetap aktif. Bergerak aktif akan membantu bayi turun ke bawah rahim dan juga
membantu serviks untuk melebar
.
F. Penatalaksanaan CPD (Cephalopelvic Disproportion)
Patofisiologi terjadinya penyakit ini berhubungan dengan penyebab CPD itu
sendiri yaitu kapasitas panggul atau ukuran panggul yang sempit dan ukuran janin
yang terlalu besar. Pasien dengan indikasi CPD (Cephalopelvic Disproportion) dengan
CV <8 ½ perlu dilakukan pembedahan yang biasa disebur sectio caesarea.
Sectio caesar (SC) merupakan pembedahan dengan tujuan untuk melahirkan
bayi yang dilakukan dengan cara membuka perut dan dinding uterus atau vagina.
Pasien post SC akan beradaptasi dengan keadaan akibat post anastesi dan luka post
SC. Pada post SC yang telah dilakukan anastesi memiliki dampak pada penurunan
medulla oblongata yang mengakibatkan penurunan pada refleks batuk yang
berdampak pada akumulasi secret. Berdasarkan dampak masalah tersebut tersebut
menyebabkan kebersihan jalan napas menjadi tidak efektif, selain itu dapat
mengakibatkan penurunan kerja otot eliminasi dan penurunan perostaltik usus
sehingga mengakibatkan konstipasi.
Pada pasien yang memiliki CV <8 ½ - 10 cm yang telah melakukan persalinan
maka akan mengalami periode post partum atau nifas. Pada periode ini akan
menyebabkan beberapa perubahan fisiologi diantaranya distensi kandung kemih yang
dapat mengakibatkan oedema dan memar di bagian uretra. Keadaan tersebut
menyebabkan terjadinya penurunan sensivitas dan sensasi kandung kemih dan
gangguan eliminasi urin. Namun apabila pada pasien dengan yang memiliki CV<8 ½ -
10 cm tidak dapat melakukan persalinan dengan normal maka dapat dilakukan
tindakan pembedahan yaitu sectio caesarea (SC) (Sofyan, 2019)

G. Managemen Konsep Asuhan Kebidanan Post Sectio Sesarea Atas Indikasi CPD
(Cephalo Pelvic Disproportion)
I. Pengkajian Data
Adalah langkah pengumpulan semua informasi yang akurat dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Langkah ini menentukan
proses interperasi data tahap selanjutnya sehingga harus komperhensif. Hasil
pemeriksaan menggambarkan kondisi atau masukan klien yang sebenarnya harus
valid (Varney, 2008).
I. Data subyektif
Adalah data yang didapat dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu
situasi data kejadian. Data tersebut tidak dapat ditentukan oleh perawatan secara
independen tetapi melalui suatu interaksi atau komunikasi (Ambarwati, 2008).
a) Biodata atau identitas klien dan suami. Yang perlu dikaji adalah nama,
umur, agama, suku, pendidikan, pekerjaan dan alamat. Gunanya adalah
untuk membedakan antara pasien yang satu dengan pasien yang lainnya.
b) Keluhan Utama. Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan
pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan (Sulistyawati, 2012).
Keluhan ibu mengatakan merasa nyeri di bekas luka operasi dan ibu
belum bisa miring ke kiri atau ke kanan.
c) Riwayat Perkawinan. Yang ditanyakan status perkawinan, umur waktu
menikah, berapa lama menikah baru hamil.

d) Riwayat Menstruasi. Yang ditanyakan disini adalah kapan pertama kali


haid, berapa lama dan apakah ada merasakan nyeri saat haid.
e) Riwayat Kesehatan. Riwayat kesehatan yang lalu: kemungkinan klien
pernah mengalami diabetes mellitus tidak terkontrol, infeksi, hipertensi,
preeklamsi, rupture uteri, antifosfolipid sindrom, hipotensi. Riwayat
kesehatan sekarang: kemungkinan klien mengalami diabetes mellitus tidak
terkontrol, infeksi, hipertensi, preeklamsi, rupture uteri, antifosfolipid
sindrom, hipotensi akut. Riwayat kesehatan keluarga: kemungkinan ada
anggota keluarga menderita penyakit keturunan: diabetes mellitus,
hipertensi, hemoglobinopati, penyakit rhesus dll.
f) Riwayat Kontrasepsi. Klien pernah menggunakan kontrasepsi atau tidak.

g) Riwayat Obstetrik. Ditanyakan tentang:


Kehamilan yang lalu yaitu untuk mengetahui ibu pernah hamil berapa kali,
apakah ibu pernah merasakan mual muntah, perdarahan dan lain-lain.
Persalinan yang lalu untuk mengetahui apakah klien pernah mengalami
persalinan spontan atau dengan tindakan, persalinan aterm atau post term.
Nifas yang lalu, kemungkinan adanya involusi uterus, lochea dan laktasi
berjalan dengan normal atau disertai komplikasi.
h) Riwayat Kehamilan sekarang
Untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu selama hamil ada atau tidaknya
penyakit serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakit tersebut.

i) Riwayat persalinan sekarang


Komplikasi persalinan ibu dan bayi pada kasus ini riwayat persalinan
sekarang adalah sectio caesarea.
j) Kebiasaan selama masa nifas :
1) Pola nutrisi
Setelah diperiksa peristaltik pada 6 jam pasca bedah, bila positif
maka dapat diberikan minum hangat sedikit dan kemudial lebih
banyak terutama bila mengalami anesthesi spinal dan pasien tidak
muntah. Pasien dapat makan lunak atau biasa pada hari pertama,
infus dapat diangkat 24 jam pasca bedah, bila pasien telah flatus maka
ia dapat makan (Sulistyawati, 2012).
2) Pola eliminasi
Pada ibu nifas post sectio caesareaBAK melalui kateterisasi pada ibu
masih berbaring ditempat tidur untuk beberapa hari, sedangkan BAB
menggunakan pispot.
3) Pola istirahat
Pada ibu nifas post sectio caesareakarena lelah sehabis bersalin, ibu
harus beristirahat tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan.
Kemudian boleh miring ke kanan dan ke kiri untuk mencegah
terjadinya thrombosis dan tromboemboli. Pada hari ke 2
diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan dan hari ke
4 atau 5 sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas mempunyai
variasi, bergantung pada komplikasi persalinan, nifas, dan sembuhnya
luka-luka (Sulistyawati, 2012).

4) Keadaan psikologis
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya, keadaan
mental ibu nifas post sectio caesareaadalah cemas, sulit tidur, merasa
bersalah, mudah tersinggung, pikiran negatif terhadap bayinya.
5) Sosial budaya
Untuk mengetahui bagaimana dukungan keluarga, status rumah
tinggal, pantangan makanan, kebiasaan adat istiadat yang dilakukan.

II. Data Obyektif.


Dikumpulkan dari hasil pemeriksaan umum dan khusus.
a. Pemeriksaan Umum. Yang menjadi data fokus pada kasus ini adalah proses
involusi uterus, karena setelah pembedahan dapat terjadi resiko terjadi
perdarahan.
b. Pemeriksaan Khusus.
1) Secara inspeksi, yaitu pemeriksan pandang yang dimulai dari kepala sampai
kaki. Yang menjadi data fokus pada kasus ini adalah proses pengeluaran
pervaginam, kuantitas darah, warna dan bau.
2) Secara Palpasi. Dengan menggunakan cara Leopold. Yang menjadi data
fokus pada kasus ini adalah apakah uterus berkontraksi dengan baik, TFU
setelah proses pembedahan.
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
Darah: Hb, hematokrit.
III. Interpretasi Data.
Interpretasi data dasar merupakan rangkaian menghubungkan data yang
diperoleh dengan konsep teori, prinsip relevan untuk mengetahui kesehatan pasien.
Pada langkah ini data diinterpretasikan menjadi diagnosa, masalah, kebutuhan
(Prawirohardjo, 2005).
a. Diagnosa kebidanan
1. Data subyektif
Menurut Saifuddin (2012), data subyektif meliputi:
1) Ibu mengatakan keadaan setelah post sectio caesarea.
2) Ibu mengatakan kecemasan atau rasa ketidaknyamanan setelah post sectio
caesarea.
2. Data obyektif
Menurut Saifuddin (2012), data obyektif meliputi:
1) Keadaan umum, Kesadaran ibu setelah dilakukan tindakan sectio
caesarea adalah sedang.
2) Kesadaran ibu setelah dilakukan tindakan sectio caesarea, adalah
composmentis.
3) Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah
Ibu nifas post sectio caesarea tekanan darah teratur apa tidak. Tekanan
darah ibu post sectio caesarea 110/90- 130/80 mmHg.

b) Suhu
Ibu nifas post sectio caesarea suhu tubuhnya normal atau tidak. Suhu
pada ibu post sectio caesarea 36°-38°C.

c) Nadi
Ibu nifas post sectio caesarea nadinya normal atau tidak. Nadi pada
ibu post sectio caesarea adalah 50-90 x/menit.

d) Respirasi
Ibu nifas post sectio caesarea respirasinya ibu post sectio caesarea
16-26 x/menit.
4) TFU pada ibu nifas post sectio caesarea dalam 1 hari masih setinggi pusat
(Ambarwati, 2008).
5) Perut terdapat luka jahitan berbentuk jelujur.
6) Kontraksi uterus kuat, sedang, atau lemah. Kontraksi uerus kuat.
7) Pemeriksaan haemoglobin perlu dilakukan karena biasanya setelah
melakukan operasi terjadi penurunan haemoglobin sebanyak 2 gr%
(saifuddin, 2012).
b. Masalah
Adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien dan hasil dari
pengkajian (Varney, 2010). Dalam kasus ini nifas post sectio caesarea
adalah cemas, sulit tidur, merasa bersalah, mudah tersinggung, pikiran
negatif terhadap bayi, (Varney, 2010).

c. Antisipasi Masalah Potensial


Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial yang sudah
diidentifikasi (Varney,2010). Diagnosa yang kemungkinan terjadi pada
kasus ini adalah infeksi nifas, perdarahan. Dasar komplikasi pada ibu
post SC dapat terjadi bila uterus tidak berkontraksi dengan baik.

d. Tindakan Segera
Dalam langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses
manajemen kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan
segera oleh bidan atau dokter dan atau unuk dikonsultasikan atau ditangani
bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien
(Varney, 2010). Antisipasi pertama yang dilakukan pada ibu post sectio
caesarea antara lain kolaborasi dengan SpOG, pemberian antibiotik
profilaksis (Wiknjosastro, 2006).
e. Rencana Asuhan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan
oleh langkah-langkah sebelumnya atau diagnosa yang telah diidentifikasi
atau diantisipasi (Manuaba, 2006). Adapun rencana asuhan yang
diberikan adalah:
a. Periksa tanda-tanda vital.
b. Nutrisi.
c. Perawatan Luka.
d. Observasi kontraksi uterusdan PPV
e. Observasi tetesan infus RL dan D5%
f. Motivasi ibu untuk menyusui bayinya
g. Observasi Proses Laktasi.
h. Jelaskan tanda-tanda bahaya masa nifas.
i. Anjurkan ibu untuk melakukan personal hygiene.

IV. Pelaksanaan Asuhan


Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan yang menyeluruh seperti
yang telah diuraikan pada langkah kelima dan dilakukan secara efisien dan aman
(saifuddin, 2012).
V. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan kebidanan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar
telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah di identifikasikan di dalam
diagnosa dan masalah dengan hasil keadaan umum dan tanda-tanda vital sing keadaan
luka post sectio caesarea tidak ada tanda-tanda infeksi mobilisasi dengan baik
(Saifuddin, 2012). Evaluasi asuhan kebidanan pada ibu post section caesarea antara
lain keadaan umum baik dan tanda-tanda vital normal, tidak ada tanda-tanda innfeksi
pada luka post operasi (Saifuddin, 2012).
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, 2008. KDPK kebidanan teori dan aplikasi. Yogjakarta: Nuha medika.
Ambarwati, 2010. KDPK kebidanan teori dan aplikasi. Yogjakarta: Nuha medika.
Estiwadani, 2008. Konsep Kebidanan, Yogyakarta: Vitra Maya

Grant & Massey, 1999. Nurshing Leadership Management & Research


Hakimi, 2010. Ilmu kebidanan patologi dan fisiologi kebidanan. Yogjakarta: YME. Hidayat,
A. (2010). Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data.

Jakrta: Salemba Medika


Hidayat, A. (2011). Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data.

Jakrata: Salemba Medika


Hasibuan, 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: BuMI Aksara
Http://www.dinkes-NTT-profil-kesehatan, 2014
Jitowiyono dkk, 2010. Asuhan Keperawatan, Jakarta: EGC
Lockhart, 2014. Asuhan Kebidanan Kehamilan Fisiologis dan Patologis, Tangerang
Selatan: Bina Rupa Aksara
Manuaba. (2006). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan Kb. Jakarta: EGC Mochtar.
1998. Sinopsi obstetric jilid 1. Jakarta: EGC.

Musrifatul, 2008. Ketrampilan Dasar Praktek Klinik untuk Kebidanan, Jakarta: Bina
Pustaka
Medforth, 2011. Asuha Kebidanan Patologi, Jakarta: EGC Medforth, 2011. Asuha
Kebidanan Patologi, Jakarta: EGC Martinus, 1997. Perawatan Luka, Jakarta: Nuha
Medika
Moleong, 2009. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakaya Neonatal,
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Maryunani, 2004. Perawatan Luka Terlengkap & Terkini, Jakarta: In Media Notoatmojo, S.
(2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmojo, S.
(2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nursalam, 2011.
Manajemen Keperawatan Edisi ke 3, Jakarta: Salemba Medika Oxorn, 2010. Ilmu
Kebidanan Patologi & Fisiologi Persalinan, Yogyakarta: Yayasan Essentia Medika.
Prawirohardjo, S. (2005). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Riyanto, 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan, Yogyakarta: Nuha Medika
Sulistiawaty 2012. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan, Jakarta: Salemba Medika
Saifuddin.(2012).Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Jakarta

Sarwono, 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal,
Jakarta: EGC
Varney, 2007. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal, Jakarta: EGC
Varney, 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal, Jakarta: EGC
Varney, 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal, Jakarta: EGC
Wikinjosastro, 1999. Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina
Williams, 1980. Social Lifo of Small Urban Spaces, Michigan: Edward Brothers Inc

Yulianti, 2005. Buku Saku Manajemen Komplikasi Kehamilan & Persalinan,


Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai