Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KEGIATAN EDUKASI REMAJA DAN PRANIKAH

PADA Nn. A USIA 15 TAHUN DENGAN PERSONAL HYGIENE


DI DESA PECORO-RAMBIPUJI
KABUPATEN JEMBER
TAHUN 2022

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Praktik


Asuhan Kebidanan Holistik Remaja & Pranikah

Disusun Oleh :
Safira Salsabila Sirin P17312225130

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG JURUSAN
KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KEGIATAN EDUKASI REMAJA DAN PRANIKAH


“Pada Nn. A Usia 15 Tahun Dengan Personal Hygiene
di Desa Pecoro-Rambipuji Kabupaten Jember Tahun 2022’’

Tanggal 29 September 2022

ini telah diperiksa dan disahkan pada tanggal :


29 September 2022

Mahasiswa

Safira Salsabila Sirin


NIM. P17312225130

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

Riza Umami, SST., M.Keb Meisya Ika RD, S.Tr.Keb


NIP. 198412192019022001

Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Ika Yudianti, SST., M.Keb


NIP. 198007272003122002
Nn. A Usia 15 Tahun Dengan Personal Hygiene

Safira Salsabila Sirin


Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang, Indonesia
Email: Sasaafr17@gmail.com

ABSTRAK
Penyuluhan kesehatan reproduksi merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan
memberikan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi. Menurut Notoatmojo (2003) dengan
penyuluhan kesehatan akan menambah pengetahuan individu mengenai kesehatan termasuk
keuntungan dan kerugiannya. Sehingga akan menimbulkan sikap individu yang berupa sikap
positif atau negatif. Sikap positif yaitu sikap yang mendukung kesehatan dan sikap negatif adalah
sikap yang tidak mendukung kesehatan.
Remaja usia 15 tahun berinisial Nn. A mengatakan bahwa pernah mengalami keputihan
berwarna putih kental sedikit gatal dan tidak berbau. Namun saat dilakukan anamnesis Nn. A
mengatakan bahwa keluhan yang dirasakan Nn. A terjadi sekitar 1 bulan terakhir. Nn. A juga
mengatakan jika dirinya sering lupa cara menjaga kebersihan organ reproduksinya. Pada pemeriksaan
fisik klien didapatkan keadaan umum composmentis, kesadaran composmentis, BB saat ini 41 kg, TB
152 cm dan IMT 17,8. Penatalaksanaan yang diberikan yaitu pemberian edukasi tentang cara menjaga
personal hygiene sampai dengan cara penanganannya.
Kata Kunci : Kesehatan Reproduksi Remaja, Remaja

ABSTRACT
Reproductive health counseling is a series of activities aimed at providing knowledge about
reproductive health. According to Notoatmojo (2003), health education will increase individual
knowledge about health, including its advantages and disadvantages. So that it will lead to individual
attitudes in the form of positive or negative attitudes. A positive attitude is an attitude that supports
health and a negative attitude is an attitude that does not support health.
The 15 year old teenager with the initials Ms. A said that he had experienced thick white
vaginal discharge, slightly itchy and odorless. However, when taking the history, Ms. A said that the
complaints that Ms. A occurred about the last11 months. Ms. A also said that he often forgot how to
keep his reproductive organs clean. On physical examination, the client found general condition
composmentis, composmentis consciousness, current weight 41 kg, TB 152 cm and BMI 17.8. The
management provided is providing education about how to maintain personal hygiene to how to
handle it.
Keywords :Adolescent Reproductive Health, Adolescents
Pendahuluan
Masa remaja adalah masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju
kemasa dewasa. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahaun 2014, remaja
adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah
(Diananda Amita, 2018). Penyuluhan kesehatan reproduksi merupakan serangkaian kegiatan
yang bertujuan memberikan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi. Menurut
Notoatmojo (2003) dengan penyuluhan kesehatan akan menambah pengetahuan individu
mengenai kesehatan termasuk keuntungan dan kerugiannya. Sehingga akan menimbulkan
sikap individu yang berupa sikap positif atau negatif. Sikap positif yaitu sikap yang
mendukung kesehatan dan sikap negatif adalah sikap yang tidak mendukung kesehatan.
Perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat nampak pada saat masa
pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial. Diantara
perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah
pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang dan tinggi). Untuk itu, siswa sangat
perlu mendapatkan perhatian khusus dalam menjaga kesehatannya terutama kesehatan
reproduksi remaja. Organ reproduksi telah berfungsi (ditandai dengan haid pada wanita
dan mimpi basah pada pria) dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh (Sarwono
S.W, 2005: 52). Kenyataannya siswa menghadapi kebingungan dengan apa yang dialami.
Hal ini dapat menimbulkan masalah besar pada diri siswa. Sedangkan siswa adalah harapan
bangsa. Sehingga tidak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang
akan ditentukan pada keadaan saat ini. Siswa yang sehat dan berkualitas menjadi
perhatian serius bagi orang tua, praktisi pendidikan ataupun siswa itu sendiri.
Data Survei yang dilakukan World Health Organization (WHO) di berapa Negara
remaja puteri berusia 10-14 tahun mempunyai permasalahan terhadap reproduksinya. Pada
tahun 2010 angka kejadian infeksi saluran reproduksi (ISR) tertinggi di dunia adalah pada
usia remaja yang mencapai 35%-42%. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun
2015 sebagaimana dikutip oleh Surmiasih (2019), sebanyak 43,3 juta jiwa remaja berusia 15-
24 tahun berperilaku hygiene tidak sehat.
Edukasi Kesehatan Reproduksi pada remaja putri perlu diutamakan karena erat
hubungannya dengan sifat organ reproduksi yang sensitif dan membutuhkan pembiasaan
khusus perilaku personal hygiene. Edukasi Kesehatan Reproduksi pada Remaja tidak semata-
mata bertujuan mencegah penyakit atau gangguan lainnya tetapi juga berkaitan dengan
pembiasaan seseorang memiliki perilaku personal hygiene atau kebersihan diri terhadap
system, fungsi, dan proses reproduksi. Edukasi Kesehatan Reproduksi pada Remaja putri
masih jarang dibicarakan oleh masyarakat karena ada kesan ‘tabu’ apabila masalah tersebut
dibicarakan secara terbuka, bahkan melalui proses pendidikan kesehatan di sekolah pun
masih ada kesan sama. Pengetahuan dan perawatan yang baik merupakan faktor penentu
dalam memelihara kesehatan reproduksi (Ratna, 2010). Demikian pula persepsi yang salah
atau kurang menyebabkan perilaku kesehatan yang dilakukan remaja tidak maksimal
dalam perawatan organ reproduksi (Surmiasih,2019).
Dengan di berikannya penyuluhan yang tepat kepada Nn. A tentang “Kesehatan
Reproduksi Pada Remaja“ maka di harapkan akan adanya perubahan perilaku remaja
terhadap kesehatan reproduksinya sehingga remaja akan semakin memperhatikan kesehatan
reproduksinya dengan cara selalu menjaga personal hygiennya.

Kasus
Remaja usia 15 tahun berinisial Nn. A mengatakan bahwa pernah mengalami
keputihan berwarna putih kental sedikit gatal dan tidak berbau. Namun saat dilakukan
anamnesis Nn. A mengatakan bahwa keluhan yang dirasakan Nn. A terjadi sekitar 1 bulan
terakhir. Nn. A juga mengatakan jika dirinya sering lupa cara menjaga kebersihan organ
reproduksinya. Nn. A beraktivitas sebagai salah satu pelajar di SMA Negeri 1 Rambipuji
Jember dan disore hari diisi dengan kegiatan ekstrakulikuler dihari tertentu, selain itu Nn. A
juga membantu mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu, mencuci piring dan lainnya.
Nn. A mengatakan menarche saat kelas 3 SMP (14 tahun), menstruasi berlangsung
sekitar 6-7 hari dan rutin setiap bulannya, serta banyak darah haid sekitar 3-4 kali ganti
pembalut perharinya. Nn. A mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit menular maupun
kronis baik dari dirinya sendiri maupun keluarga. Nn. A makan 3x sehari dengan porsi sedang
dengan lauk (telur, ikan, ayam, dll), dan sayuran hijau ( bayam, sawi, brokoli, dll) Minum 7-
8 gelas/hari dengan air putih. Nn. A tidur malam sekitar 6-7 jam dan jarang tidur siang. Klien
mandi 2 kali/hari, sikat gigi 2 kali/hari. Klien mengatakan tidak merokok dan di keluarganya
yang merokok yaitu ayah dan kakak laki-lakinya. Nn. A juga mengaku bahwa dirinya jarang
olahraga. Pada pemeriksaan fisik klien didapatkan keadaan umum composmentis, kesadaran
composmentis, BB saat ini 41 kg, TB 152 cm dan IMT 17,8.
Dari hasil anemnesis Nn. A usia 15 tahun dengan personal hygien pada remaja.
Penatalaksanaan yang diberikan yaitu memberitahu hasil pemeriksaan dan menjelaskan pada
remaja tentang cara menjaga kebersihan organ reproduksinya, seperti mandi sehari 2x,
keramas 3x seminggu, menggosok gigi pagi dan malam, menjaga kebersihan kuku,
mengganti celana dalam minimal sehari 2x, menggunakan celana dalam yang berbahan
menyerap keringat dan tidak menggunakan celana dalam yang ketat, bagi perempuan
Bersihkan organ intim dari depan ke belakang, bukan sebaliknya, terutama bagi wanita.
Membersihkan organ intim dari belakang ke depan akan menyebabkan terbawanya bakteri
anus ke vagina/penis yang menjadi pemicu infeksi.

Pembahasan
Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu
keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas daripenyakit atau kecacatan
dalamsegala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Hal
ini terkait pada suatu keadaan yaitu manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta
mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman. Kesehatan
reproduksi terkait dengan siklus hidup, yang setiap tahapannya mengandung risiko yang
terkait dengan kesakitan dan kematian (BKKBN, 2013).
Edukasi Kesehatan Reproduksi pada remaja putri perlu diutamakan karena erat
hubungannya dengan sifat organ reproduksi yang sensitif dan membutuhkan pembiasaan
khusus perilaku personal hygiene. Edukasi Kesehatan Reproduksi pada Remaja tidak semata-
mata bertujuan mencegah penyakit atau gangguan lainnya tetapi juga berkaitan dengan
pembiasaan seseorang memiliki perilaku personal hygiene atau kebersihan diri terhadap
system, fungsi, dan proses reproduksi.
Saat dilakukan anamnesis Nn. A mengatakan bahwa pernah mengalami keputihan
berwarna putih kental sedikit gatal dan tidak berbau, Nn. A juga mengatakan jika dirinya
sering lupa cara menjaga kebersihan organ reproduksinya. Keluhan tersebut mengarah pada
bahwa remaja tersebut kurang menjaga kebersihan organ reproduksinya dan belum mengerti
tentang bagaimana cara menjaga kebersihan organ reproduksi.
Setelah dilakukan anamnesis, Nn. A diberikan penjelasan tentang cara menjaga
kebersihan organ reproduksinya, seperti mandi sehari 2x, keramas 3x seminggu, menggosok
gigi pagi dan malam, menjaga kebersihan kuku, mengganti celana dalam minimal sehari 2x,
menggunakan celana dalam yang berbahan menyerap keringat dan tidak menggunakan celana
dalam yang ketat, bagi perempuan Bersihkan organ intim dari depan ke belakang, bukan
sebaliknya, terutama bagi wanita. Membersihkan organ intim dari belakang ke depan akan
menyebabkan terbawanya bakteri anus ke vagina/penis yang menjadi pemicu infeksi.
Kesimpulan
Pada pengkajian kasus Nn. A umur 15 tahun dengan data subjektif mengeluh sering
keputihan berwarna putih kental sedikit gatal dan tidak berbau. Nn. A juga mengatakan jika
dirinya sering lupa cara menjaga kebersihan organ reproduksinya. Pada data objektif
didapatkan keadaan umum composmentis, kesadaran composmentis, BB saat ini 41 kg, TB
152 cm dan IMT 17,8. Sehingga dengan demikian, diagnosanya yaitu Nn. A usia 15 tahun
dengan personal hygiene pada remaja. Selanjutnya diberikan edukasi kepada Nn. A seperti
cara menjaga personal hygiene sampai dengan cara penanganannya. Diharapkan setelah
mendapatkan edukasi tersebut Nn. A mengetahui dan memahami seputar personal hygiene
terutama cara menjaga kebersihan organ reproduksi, sehingga ia bisa menangani dengan
tepat.

Datar Pustaka
Ayu, Ira.M. (2020) Program Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja di
SMK “X” Tangerang Raya.Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat(PKM).
P-ISSN:2615-0912. EISSN:2622-6030. Volume 3.Nomor1, April 2020. Hal 87-95.
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kreativitas/index.
Ekawati, D. et al. (2021) “Efektivitas Penyuluhan Tentang Perubahan Fisik pada Masa
Pubertas Terhadap Peningkatan Pengetahuan Siswa di SDN No.29 Cini Ayo
Jeneponto,” Jurnal Inovasi Penelitian, 2(7), hal. 2057–2064.
http://ners.unair.ac.id/site/index.php/news-fkp-unair/30-lihat/1139-pentingnya menjaga-
kesehatan-organ-reproduksi-terutama-bagi-kalangan-remaja (diakses pada tanggal 20
September 2022 pukul 17.38WIB)
https://promkes.kemkes.go.id/pentingnya-menjaga-kebersihan-alat-reproduksi (diakses pada
tanggal 20 September 2022 pukul 17.38WIB)
Lampiran Jurnal

Telaah Artikel
Pada artikel internasional yang ditulis oleh Ruby Khatoon.,et al pada tahun 2017
dengan judul “Impact of school health education program on personal hygiene among school
children of Lucknow district” dengan nomor doi 10.4103/2249-4863.214973 dan di publikasi
pada Januari 2017 pada jurnal “Kedokteran Keluarga dan Perawatan Primer ” disebutkan
Pendidikan higiene berbasis sekolah sangat penting untuk mengurangi tingkat penyakit
menular. Anak-anak lebih reseptif untuk belajar dan sangat mungkin untuk mengadopsi
perilaku sehat di usia yang lebih muda. Mereka juga dapat menjadi agen perubahan dengan
menyebarkan apa yang telah mereka pelajari di sekolah kepada keluarga dan anggota
masyarakat.
Penelitian tersebut melibatkan 800 sample anak sekolah sorban dan daerah pedesaan
di distrik Lucknow selama 12 bulan. Hasil penenilitian, sebagian siswa-siswi secara
keseluruhan 60% anak-anak di negara berkembang telah berubah menjadi praktik higienis
yang baik dan tindakan perawatan diri melalui pendidikan kesehatan terbaik oleh guru dan
profesional perawatan kesehatan. Dalam penelitian kami, ditemukan bahwa pada pretest,
53,8% memiliki pengetahuan tentang kebersihan tubuh secara umum dan 62,0% dengan P-
value <0,0001. Metode penelitian ini menggunakan desain cross-sectional.
Hasil penelitian juga sudah sesuai dengan tujuan penelitian. Pada hasil penelitian
dijelaskan pengetahuan siswa-siswi tentang kebersihan tubuh. Pada pembahasan peneliti
menyajikan teori terlebih dahulu yang kemudian dilanjutkan dengan opini peneliti. Opini
yang disajikan peneliti cukup jelas dan tidak menimbulkan ambigu pada pembaca sehingga
pembaca dapat dengan jelas mendapatkan informasi mengenai hasil penelitian ini. Kemudian
peneliti membuat kesimpulan pada penelitian ini yang juga dalam bentuk narasi, kesimpulan
sudah disajikan dengan singkat dan jelas dan dapat menggambarkan isi dari penelitian ini.
Referensi yang digunakan peneliti beragam mulai dari buku sampai dengan artikel penelitian.
Referensi yang digunakan merupakan referensi yang terbaru dan relevan untuk dijadikan
sumber.
Lampiran Media

Lampiran Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai