Kerapkali wanita terjebak dalam memahami “emansipasi wanita” hingga kebablasan. Karena
pemahaman yang salah justru membuat posisinya kontradiktif dengan tuntunan yang
dipelopori oleh Raden Ajeng Kartini
Emansipasi yang dinahkodai oleh Raden Ajeng Kartini lebih menekankan pada tuntutan agar
wanita saat itu memperoleh pendidikan yang memadai, sehingga perempuan bisa dihargai
seperti halnya para kaum pria. Wanita pada saat itu hanya bergelar KDS (kasur, dapur,
sumur) sehingga Ajeng Kartini terpanggil untuk menyuarakan adanya emansipasi yang
tentunya tidak keluar dari koridor syari’ah.
Dalam terma “emansipasi wanita” sering disalah artikan oleh kalangan hawa, dan tak jarang
menghasilkan pengertian yang berbenturan dengan ketentuan dalam al-Qur’an. Kesetaraan
jender yang kebablasan, seperti mengejar karir setinggi-tingginya hingga mengabaikan
kodratnya sebagai wanita, semisal melayani suami, mengurus anak dan hal-hal lain yang
biasanya menjadi tanggung jawab seorang wanita. Hal itu adalah kesalahpahaman yang perlu
diluruskan dan tentunya adalah tanggung jawab kita sebagai penuntut ilmu agama.
Raden Ajeng Kartini dipersunting oleh seorang bupati yang menganut poligami, tapi Kartini
tetap saja Kartini. Tidak pernah mempermasalahkan suaminya yang beristri lebih dari satu,
mungkin karena suaminya adalah suami yang bisa bertanggung jawab dan dapat
memberikan hak-hak yang seharusnya diberikan. Jadi emansipasi bukan berarti melarang pria
untuk berpoligami. Karna Kartini sendiri dipoligami.
Emansipasi yang disuarakan Kartini didukung oleh dalil-dalil al-Qur’an yang telah memberi
ruang kebebasan bagi kaum hawa dalam beraksi dan berkreasi, selagi tidak melangkahi
kodrat kewanitaannya, dimana hal ini sudah terpampang jelas dalam beberapa ayat al-
Qur’an.Sekarang banyak Kartini-Kartini baru yang sering menuntut jender, tapi tidak setuju
dengan adanya poligami. Siapakah yang ia tiru? Kalau Kartini, Kartini yang mana?
Banyak wanita muslimah terpancing dengan adanya data perbandingan jumlah antara laki-
laki dan wanita. Dimana total secara keseluruhan terlihat bahwa laki-laki lebih bayak dari
pada wanita, sehingga banyak dari kalangan wanita muslimah menetang diberlakukannya
poligami dengan berdalih hal semacam ini, seakan-akan mereka tidak setuju dengan
peraturan dalam agamanya sendiri, Islam yang memperbolehkan adanya poligami, dengan
catatan “harus adil”. Hal ini berlandaskan dalil-dalil qot’i (tidak terbantah). Anehnya, data
populasi penduduk tersebut bersumber dari hasil penelitian CIA. Taukan anda, siapa CIA?
Wanita boleh-boleh saja menuntut sang suami apabila terlihat suasana ketidak adilan dalam
hubungan rumah tangga, bahkan bisa menggugat cerai. Saya harap kepada seluruh wanita
bisa melestarikan cita-cita mulia Raden Ajeng Kartini, yaitu ingin semua wanita menjadi
terpelajar dan pintar, bukan malah kurang ajar dan sok pintar alias bodoh dan mudah
dibodohi. Belajar tidak harus disekolah, di rumahpun jadi, dengan membeli buku dan
membacanya, atau mengakses langsung dari internet. Tapi yang perlu diperhatikan, jangan
terlalu percaya seratus persen kepada syaikh google karena di situ banyak juga tulisan atau
data-data yang tidak bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Bicara masalah perbandingan total antara laki-laki dan wanita yang telah terpampang jelas di
google, yang saya rasa sangat propokatif dan tidak masuk akal. Di situ saya lihat jumlah total
antara laki-laki dan wanita di Afrika 100-100, yang saya tahu dari hasil penelitian melalui
bertanya kepada teman-teman dari Afrika seperti Somalia, Negeria, Benein dll. Ternyata
praktek poligami bagi mayoritas penduduk Afrika merupakan hal yang lumrah atau bahkan
suatu keharusan mengingat banyaknya stok wanita. Bayangkan saja, teman saya ada yang
memiliki saudara 50 dari empat ibu, dan dari lima puluh tersebut hanya 16 yang cowok. Ada
juga teman yang satunya mempunyai saudara 30 dari tiga ibu, dan hanya enam yang
berkelamin cowok, dan masih banyak juga yang belum saya sebut. Ala kulli hal poligami di
situ bukan merupakan hal yang tabu. Di Indonesia saja, tepatnya di tempat kelahiran saya
dan sekitarnya, terlihat adanya kelahiran anak perempuan selalu mendominasi. Mungkin
ditempat kelahiran anda sama seperti dikampung saya, saya yakin sama.
Æ
"
uμ
IÊÊV{"
¤μ
3Üs)U
I
I⌧
Ü1ÊÞm Ì
)
@lμs
النساء
:
١
(
”Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang
Telah menciptakan
kamu dari seorang diri, dan dari padanya
Allah menciptakan iste
rinya; dan dari pada
keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak.
dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan)
nama-Nya kamu
saling meminta satu sama lain, da
n (peliharalah) hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu''.
( An-Nisa' Ayat 1)
Dari ayat ini jelas bahwa Islam menga
tur manusia dalam hidup berjodoh-jodohan
itu melalui pintu perkawinan yang ketentuann
ya dirumuskan dalam wujud aturan-aturan
yang disebut Hukum Perkawinan Dalam Islam.
3
Dewasa ini sering terdengar akan
banyaknya permasalahan poligami yang terjadi
di sekitar kita, adalah kasus Abdullah
Gymnastiar atau Aa Gym yang begitu menghe
bohkan tepatnya di tahun 2006, ketika beliau
memutuskan untuk beristri lebih
dari satu atau poligami. Da
ri sinilah pro kontra wancana
sekitar poligami semakin jelas mencuat keperm
ukaan. Sebenarnya terd
apat keunikan dalam
2
Abidin, Slamet, dan Aminuddin H,,
Fiqh Munakahat
, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), cet. Ke-
1, jilid 1 dan 2.
3
Abdurrahman Ghazali ,
fiqh Munakaha
t
, (Jakarta:Kencana, 2006), cet.ke2.
3
poligami yang diajarkan Islam, di mana dalam
poligami dibatasi hanya sampai empat orang
istri saja. Hal ini tidak lain memiliki manfaat bagi wanita,
sebagai ganti dalam perceraian.
Karna perbuatan yang halal, akan tetapi
di benci Allah adalah perceraian.
Pada dasarnya seorang pria hanya boleh
mempunyai seorang istri. Akan tetapi
seorang suami yang ingin berist
ri lebih dari satu diperbol
ehkan bila dikehendaki oleh
pihak-pihak yeng bersangkutan dan Pengad
ilan Agama telah memberika izin. Dasar
pemberian izin poligami oleh Pengadilan Ag
ama diatur dalam pasal 57 pada Kompilasi
Hukum Islam (KHI).
4
Pengadilan Agama dapat memberikan izin kepada seorang suami
yang akan beristri lebih dari satu apabila:
5
1. Istri tidak dapat manjalanka
n kewajibannya sebagai istri.
2. Istri mendapat cacat badan atau pe
nyakit yang tidak dapat disembuhkan.
3. Istri tidak dapat melahirkan keturunan
Suatu perkawinan yang dilakukan oleh se
seorang, baik poligam
i maupun monogami
hendaknya memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk membentuk
keluarga yang bahagia dan
kekal. Oleh karena itu, suami isteri perl
u saling membantu dan melengkapi, agar masing-
4
Abdurrahman, H.,
Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (J
akarta:CV.Akademika
Presindo, 1995),
cet.ke-2.
5
Ali, Zainudin,
Hukum Perdata Islam di Indonesia
.
4
masing dapat mengembangkan kepribadiannya
membantu dan mencapai kesejahteraan
spiritual dan material.
6
Di zaman yang modern ini, di mana semua orang memiliki
kedudukan yang sama,
zamannya emansipasi wanita atas dasar men
cari ridho Allah. Emansipasi dalam kehidupan
manusia menurut pandangan Islam adalah sesu
atu yang wajar dan ha
rus terjadi, agar
berkembangnya budaya dan pola kehidupan manusia
di alam semesta ini, karena manusia
diciptakn oleh Allah SWT, dipermukaan bum
i ini mempunyai hak dan kemerdekaan yang
sama. Hal telah tercantum dalm surat An-Nahl :97
7
ÚG%
y#μ☺É
☯ ¡V
GμP%
#oyn
Ý
¹C5Ï
ÎK
⌦Gμ%ÝÉ%
¢Í
Aq³mÙÉA ß
Am`
A³OlÁ
Ù2ÅN
@e²uÚM
A
1ÎKoÚF
GV{Ú
%
Í5y
IÎ `☺ÝÎe
̧¶®
“Barangsiapa yang mengerjakan amal
saleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan
kepadanya
kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan
kami beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan.(An-Nahl:97)
Ditambah lagi mengingat kedudukan wanita
, peran dan fungsinya dalam kehidupan
keluarga maupun bangsa amat penting, seba
b dari merekalah anak-anak tumbuh dan
tergantung. Kepada merekalah baik dan buruk ka
rakter anak-anak, oleh karena itu, tidak
6
UU RI No. 1 Tahun 1974, (Bandung: Citra Umbara, 2007).
7
Pandangan Islam Tentang Poligami. Artikel di
akses. Tgl 12/11/2009Http// hidayatullah. Com.
5
berlebihan seorang ahli hikmah menggambarka
n kaum wanita sebagai tiang atau soko guru
suatu bangsa dalam sebuah ungkapan :
"Wanita adalah Tiang bangsa, jika mereka bai
k maka baiklah bangsa itu dan jika mereka
buruk (rusak moralnya) maka buruklah bangsa itu".
Ungkapan tersebut sangat besar maknanya
, kita bisa melihat bangsa mana yang
buruk perannya dipermukaan bumi ini, pastinya
tidak terlepas dari perilaku buruk kaum
wanitanya di dalam bangsa tersebut.
8
Dalam kehidupan manusia, banyak kita temui wanita-
wanita karier yang berprestasi leng
ah terhadap urusan keluarganya,
Dalam penerapan emansipasi pada dewa
sa ini, dapat terlihat dua segi :
Pertama : Segi positif yaitu dalam penerapa
nnya mempunyai sasaran ya
ng tepat dan terarah
sesuai dengan peraturan ag
ama dan moral yang berlaku.
Kedua : Segi negatif yaitu kesalahan penerapan dalam praktek
atau pola kehidupan yang
tidak sesuai dengan akal sehat yang te
ntunya tidak dibenarkan oleh agama.
Karena pengertian emansipasi itu bervaria
si, masing-masing kelompok wanita atau
individu mereka punya pandangan dari sudut ke
pentingan yang berbeda-beda. Sebenarnya,
emansipasi itu tidak sekedar persamaan hak at
au kewajiban dengan kaum pria dalam arti
kata yang sempit, akan tetapi harus diim
bangi dengan berpegang
teguh pada konsep
8
Gadis Arivia.
Lingkungan yang Berhubungah dengan Perempuan
, (Jurnal Perempuan Edisi 21,
2002.)
6
beragama, agar dapat menjadi pegangan da
lam menjalan apa yang disebut dengan
emansipasi wanita, sehinga tidak menimbulka
n emansifasi yang kebablasan. Oleh karena
itu, ketika permasalahan poligami meledak ke
permukaan, muncullah pr
o dan kontra tentang
poligami, ketika kaum feminis yang secara
tegas menolak dan meminta pembatalan
terhadap aturan hukum yang
telah tercantum dalam UU
Perkawinan yang dalamnya
mengatur poligami.
Maka menelusuri konsep poligami dari
persepektif perubahan zaman menjadi
penting, mengingat sebagian kalangan ada
yang menganggap praktek poligami mendapat
legitimasi budaya dan agama. Pertanyaanya adalah, apakah
benar Islam melegitimasi
praktek poligami yang dinilai hanya mengunt
ungkan kaum lelaki dan melanggar konsep
keadilan bagi wanita. Ataukah tradisi poligami yang telah
membudaya Dalam Perspektif-
tengah masyarakat itu tidak sesu
ai dengan konsep agama Islam.
Jadi, walaupun banyak perbedaan pendapa
t mengenai masalah tersebut, namun
poligami merupakan bagian masalah ajaran ag
ama. Berdasarkan hal ini maka penulis
merasa tertarik untuk megangkat skripsi in
i dengan judul "Rekonstruksi Hukum Poligami
Dalam Perspektif Emansipasi Wanita.”
B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diur
aikan diatas dan juga mengingat bahwa
begitu luas pembahasan mengenai perkawinan, maka pada
bahasan skripsi ini akan dibatasi
7
hanya mengenai permasalahannya keberada
n hukum poligami yang terkait dengan judul
"Rekontruksi Hukum Poligami Dalam Perspe
ktif Emansipasi Wanita" dengan dasar-
dasarnya sebagaimana yang tela
h terjadi di masa kini di
mana hukum poligami harusnya
disesuaikan dengan keadaan zaman, dan tid
ak bertahan pada satu pendapat yang
mengatakan poligami itu sunnah.
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam skripsi in
i, dalam bentuk pertanyaan sebagai
beriktut :
1. Bagaimana perspektif hukum Fiqh dan hukum Positf di
Indonesia terhadap
Poligami ?
2. Bagaimanakah Pemahaman kontektual terhadap ayat
poligami?
3. Bagaimanakah menyelaraskan hukum polig
ami antara hukum Fiqh, Positif dan
HAM terhadap dunia modern?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana pandangan Hukum Fiqh dan
Hukum Positif terhadap
poligami.
8
b. Agar masyarakat lebih mengetahui lebih
mendalam terhadap konteks ayat poligami,
ditengah zaman modernisasi.
c. Agar tidak terjadi tumpang tindih
antar hukum yang satu dengan yang lainnya,
sehingga membingungkan masyarakat terhadap ketetapan suatu
hukum.
2. Manfaat Penelitian
a. Menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai hukum yang telah diturunkan
Allah berlaku sepanjang zaman, hukum itu bers
ifat kekal dan abadi. Karena bersal
dari Dzat Yang Maha Tinggi.
b. Penulisan ini berguna untuk memperlu
as cakrawala pemikiran Fiqh tenteng hokum
poligami bagi laki-laki dan perumpua
n dengan harapan dapat berguna dan
bermanfaat kepada penulis send
iri, masyarakat pada umumnya.
E. Metode Penelitian
Metode dalam suatu penelitian mutlak di
perlukan agar penelitian yang dilakukan
dapat tersusun dengan terperinci dan
sistimatis, sehingga mudah dipahami.
Metode berfungsi sebagai cara untuk mengerjakan sesuatu guna
mendapatkan hasil
yang memuaskan, di samping itu metode merupa
kan cara bertindak supaya penelitian itu
terarah dan menghasilkan hasil yang maksimal.
Adapun dalam skripsi ini met
ode yang digunakan adalah:
9
1.
Jenis Penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini digunakan jenis penelitian
literer,
yaitu mengunakan
data berupa buku dan karya
tulis lainnya yang berhubungan
dengan karya tulis ini.
2.
Sifat Penelitian
Penyusunan skripsi ini bersifat
deskriptik analitik,
yakni penggabungan antara
deskipsi masalah dan sekaligus analis
inya dilakukan secara bersama-sama.
3.
Pengumpulan Data
a.
Data yang digunakan adalah jenis data
kualitatif
, karena yang menjadi objek
penelitian merupakan konsep-konsep dala
m pemikiran seseorang atau banyak
orang.
b.
Dalam menyusun skripsi ini,
penulis melakukan sepenuhnya
study kepustakaan
atau
library research
, yaitu penulisan yang bersandar pada data-data pustaka.
Data yang penulis pakai terbagi dua, yaitu data
primer
dan data
sekunder
. Data
primer
dalam penulisan ini adalah kitab
fiqh
yang berhubungan dengan
poligami. Sedangkan data
sekunder,
yaitu buku-buku yang terkait dengan
poligami dan pembahasan yang terkait dengan pembahasan itu