Anda di halaman 1dari 34

30

dalam pendidikan antara wanita dengan pria


. Di dalamnya, beliau menuliskan sebuah surat
yang ditujukan kepada Nn. Zeehandelaar (6 November 1889).
3
Dalam suratnya, Kartini
menggambarkan penderitaan perempuan Jawa akibat
kungkungan adat, yang tidak bisa
bebas duduk di bangku sekolah, harus dipingit,
dinikahkan dengan laki-laki tidak dikenal,
dan harus bersedia di madu. Bagi Kartini,
lengkap sudah penderitaan perempuan Jawa,
dunianya hanya sebatas tembok rumah. Ini me
rupakan sekelumit cerita tentang latar
belakang munculnya emansipasi wanita di negeri ini.
Emansipasi adalah kata-kata yang paling ak
rab di telinga kita
jika yang dibicarakan
adalah hal ihwal tentang wanita. Istilah sa
ngat popular pada era
globalisasi saat ini,
terutama setelah munculnya gerakan
Women’s Liberation
atau gerakan Feminisme, suatu
gelombang protes kaum wanita ya
ng menuntut emansipasi wanita.
Emansipasi berasal dari bahasa latin “
emancipation
” yang artinya pembebasan dari
tangan kekuasaan. Di zaman Romawi dulu,
membebaskan seorang anak yang belum
dewasa dari kekuasaan orang tua, sama
halnya dengan mengangkat hak dan derajatnya.
Adapun makna emansipasi wanita adalah pe
rjuangan sejak abad ke-14 M dalam rangka
memperoleh persamaan hak dan kebe
basan seperti hak kaum laki-laki.
4
Jadi para penyeru
emansipasi wanita menginginkan agar para wan
ita disejajarkan dengan kaum pria disegala
3
Ibid, hal 96-99
4
Wikipedia Indonesia, Diakses pada tanggal 01
april 2010 http://wikiped
ia.Org/wiki/emansipasi.
31
bidang kehidupan, baik dalam pendidika
n, pekerjaan, perekonomian maupun dalam
pemerintahan
Pengertian dari kata ‘emansipasi’ yang
paling populer adalah suatu usaha untuk
menuntut persamaan hak-hak kaum wanita terhad
ap hak-hak kaum pria di segala bidang
kehidupan. Khusus berkenaan
dengan negara-negara Islam ini, kaum feminisme
menganggap bahwa Islam dan negara-negara te
rsebut telah membelenggu hak-hak kaum
wanitanya.
5
Emansipasi adalah lepas dari ikatan dan tekanan, yang artinya
bebas memilih dan
menentukan jalan hidupnya. Menurut KBBI (Kam
us Besar Bahasa Indonesia), emansipasi
berarti
persamaan hak dalam berbagai aspek kehi
dupan masyarakat seperti persamaan hak
kaum wanita dan pria.
6
Dalam Islam sendiri gerakan emansipasi wa
nita telah berlangsung sejak empat belas
abad yang lalu, namun tidak disadari oleh se
jumlah kalangan yang sampai saat ini tetap
berkoar-koar menuntut emansipasi wanita. Apakah mereka lupa
bahwa sebelum Islam
datang wanita tidak memiliki hak sama sekali di hadapan lelaki.
Kapasitas mereka hanyalah
sebagai barang dagangan yang bisa dipindahkan
dari lelaki satu ke lelaki yang lain.
Kelahiran mereka tak ubahnya seperti penyak
it kusta yang menyerang tubuh bagi keluarga
5
Ibid,.
6
Departeman pendidikan dan Kebudayaan, kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta;Balai Pustaka,
1994), cet ke-3.edisi ke-2.
32
mereka. Kelahiran anak wanita adalah suatu
bencana dan aib yang sangat besar pada saat
itu.
Dalam hal ini, dalam Al-Qur’an secara gamblang menjelaskan:
“Dan apabila
seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak
perempuan, hitam (merah
padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia
menyembunyikan diriny
a dari orang banyak,
disebabkan buruknya berita yang
disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya
dengan menanggung kehinaan ataukah akan
menguburnya ke dalam tanah (hidup-hidup)?
Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mere
ka tetapkan itu”. (An-Nahl: 58-59).
Demikianlah Islam telah memperjuangkan hak-
hak wanita dan menjadikan emansipasi
wanita menjadi bagian yang tak terpisahkan
dari kehidupan beragama. Oleh karena itu
emansipasi dalam Islam adalah hal yang wa
jar guna membangun pola kehidupan yang lebih
baik.
B. Emansifasi Dalam Pandangan Islam
Emansipasi dalam kehidupan manusia me
nurut pandangan Islam adalah sesuatu
yang wajar dan harus te
rjadi, agar berkembangnya budaya
dan pola kehidupan manusia di
alam semesta ini, karena manusia diciptak
an oleh Allah SWT, dipermukaan bumi ini
mempunyai hak dan kemerdekaan yang sama. emansipasi
wanita sebenarnya telah
termaktub dalam Al-Qur’an semenjak 1.400
tahun, Islamlah ya
g terlebih dahulu
33
mengangkat derajat wanita dari masa pencam
pakan wanita di era Jahiliyah ke masa
kemulian wanita.
Dalam tafsir Ibnu Katsir yang diriwayatkan
dari Ibnu Abbas ra,
ada seorang wanita
bertanya:” mengapa dalam Al-Qur’an disebutka
n para lelaki semant
ara wanita tidak”.
Maka turunlah salah satu ayat yang arti
nya: “ sesungguhya laki-laki dan perempuan yang
muslimah, laki-laki dan perempuan yang m
ukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap
dalam kataatannya, laki-laki dan perempuan
yang benar, laki-laki dan perempuan yang
bersedekah, laki-laki dan perempuan yang khus
uk, laki-laki dan perempuan yang berpuasa,
laki-laki dan perempuan yang memelihar kehormatannya, laki-
laki dan perempuan yang
banyak menyebut nama Allah, Allah telah me
nyediakan untuk mereka ampunan dan pahala
yang besar. Dari ayat ini kita
dapat melihat betapa Islam tidak membedakan antara lelaki
dan wanita.
7
Islam mempunyai falsafah khusus mengenai
hubungan hak antar lelaki dan wanita,
karena keduanya mempunyai kedudukan yang sa
ma. Namun pengertian sama dan setara
dalam Islam berbeda dengan apa yang di tunt
ut wanita-wanita barat, di mana mereka
menginginkan persamaan dan keidentikan antara pria dan
wanita dalan segala hal. Titik
tolak yang digunakan mereka dalam masalah-masa
lah ini ialah hak-hak
mereka harus sama,
identik, sebanding.
7
Tafsir Qur’anul Karim,.Ibnu Katsir
34
Di dalam Islam wanita juga mempunyai
hak dan kesempatan berkarir dengan tidak
melalaikan fungsi dan kedudukan sebagi wanita. Islam juga
memberikan dorongan yang
kuat agar para muslimah mampu berkarir di
segala bidang. Islam membebaskan wanita dari
belenggu kebodohan, ketertingga
lan, dan perbudakan.
8
Sayyid Quttub berkata:” Islam memberik
an kebebasan penuh kepada individu
dalam batas-batas yang tidak membahayakan
dan tidak menghalangi kelompok. Islam juga
memberikan hak-hak kepada kelompok-
kelompok, dan pada saat yang sama
membebaninya dengan tanggung jawab sebagai timba
l balik hak itu. Oleh karena itu, hidup
dapat terus berlangsung lurus ke depan bahka
n mencapai tujuan tertinggi yang sama-sama
dilakukan individu dan kelompok”
9
. Oleh karena itu diperlukan sebuah upaya untuk
menjelaskan esensi agama kepada masyarakat
dan memperkenalkan suatu perubahan dalam
pemahaman mereka mengenai peran agama
dalam masyarakat. Sehingga emansipasi
sebagaimana yang telah diletakan Islam yang
termaktub dalam Al-Qur’an. Qurais Shihab
menjelaskan emansipasi dalam ajaran Islam
pada hakekatnya memberikan perhatian yang
besar serta kedudukan terhormat pada wanita.
10
Bagi Islam sendiri wa
nita yang baik yaitu
wanita yang menjalankan kehidupannya seop
timal mengkin berdasarkan Al-Qur’an dan
Hadist. Di mana mampu menjal
ankan fungsi, hak, dan kewajibannya, baik sebagai hamba ,
8
Lily Zakiyah Munir.,
Memposisikan Kodrat dan Perubahan dalam Perspektif Islam
, Mizan,
Bandung, 1999
9
Sayyid Qutub,
Al-Adallah Al-Ijma ‘iyyah fiil Islam
, kairo: Dar Ihya Al-arabiyyah,1954, cet, ke4,
hal. 73.
10
Abdul aziz Dahlan.,
Ensiklopedi Islam
, Jakarta :Ichtiar Baru Van Hoeve., 1996.,Jilid 6
35
sebagai seorang istri, sebagai ibu, seda
ngkan dari segi penciptaanya, Al-Qur’an
menerangkan bahwa wanita dan pria adalah
sama-sama ciptaan Allah dan berada dalam
derajat yang sama, tidak ada isyarat bahwa
pria lebih tinggi dera
jatnya dari wanita.
Jadi, bagaimanpun Islam memberikan hak dan kesempatan yang
sama kepadawanita, namun Islam memberikan batasan, dengan
tidak melalaikan fungsi dan kedudukannya sebagi wanita secara
alamiyahC.PropogandaEmansifasiTerhadap Poligami
Sejak awal tahun 1950-an Soekarno telah masuk dalam fase
baru perkembangan
pemikiran politiknya, yaitu menguatkan konse
p-konsep Marxisme di dalam dirinya .
baginya, perjuangan perempuan yang lebih pent
ing adalah penghancuran Kapitalisme. Hal
inilah yang ia tekankan ke
pada kaum perempuandengan menegaskan bahwa” kesetaraan
antara laki-laki dan perempuan tidak cukup.
11
Oleh karena itu
dalam sebuah bukunya
Fatmawati menulis:
“Setelah bayiku berumur dua hari, waktu aku sedang berbaring, pagi-pagi benar
datanglah Bung
Karno. Bung karno duduk didepanku dan kemudian berkata ”Fat, aku minta
izinmu, aku akan kawin dengan
Hartini.’’Aku dengarkan saja apa yang Bung Karno utarakan tadi dengan
seksama dan tenang. “ Boleh saja,”
kataku menjawab, tetapi Fatminta di kembalikan kepada orangtuanya. Aku tidak
mau di madu dan anti
11
GadisArivia,.Filsafat Berspektif Feminist, YPJ, Jakarta, 2003
36
poligami,” “Tetapi aku cinta padamu dan cinta pada Hartini ,”demikian Bung
Karno, “Oo, tak bisa begitu!”
kataku.
12

Perkawinan Sukarno dengan Hartini


pada tahuan 1954 merupakan tamparan yang
sangat keras bagi kelompok perempuan. Hubungan sukarno
dengan gerakan perempuan
menjadi tegang. Popularitas Sukarno jatuh de
ngan ide-ide perempuan di dalam bukunya
“Sarinah” dipertanyakan, ketegangan pun terjad
i di antara kelompok perempuan. Nani
Suwondo dari Perwari yang mendukung Fa
tmawati untuk meninggalkan istana
menyesalkan tindakan Gerwani yang tidak memprotes
perkawinan Soekarno dengan
Hartini. Gerwani dituduh lebih berat me
mbela politik dan bukan kepentingan kaum
perempuan dan bukan kepentingan kaum perempuan.
13
Akibat dari kejadian ini amatlah
jelas, di mana mulai munculnya golongan wa
nita yang mencoba memperjuangkan hak-hak
perempuan agar kaum perempuan dapat di lihat
setara dengan jenis ma
nusia lainnya, atau
sekarang lebih dikena
l dengan emansifasi.
Bersamaan dengan mengalir derasnya arus
gerakan emansipasi wanita atau
feminisme yang kemudian menciptakan suasan
a yang lebih tepat disebut dengan euforia
gender, praktik poligami digugat lebih keras lagi
. Para feminis memprotes praktik poligami
karena dianggap tidak sesuai dengan prinsi
p keadilan gender yang mereka perjuangkan
selama ini, karena mempunyai sisi-sisi yang membuka peluang
besar untuk menempatkan
perempuan pada posisi suboordinat.
12
Soekarno dan Gerakan Perempuan, Dialog dengan Sejarah, kompas, Jakarta,
2001.
13
Ibid,.
37
Ringkasnya, propaganda terhadap poligami
sebenarnya bukan sesuatu yang baru
ada sekarang tetapi sudah la
ma, yakni sejak abad ke-19 M.
14
Dalam sebuah kitab
disebutkan bahwa poligami merupakan salah sa
tu ajaran Islam yang
sering dikecam oleh
kaum misionaris. Dr. Musthafa al-Khalid
i dan Dr. Umar Umar Farrukh menerangkan,
bahwa poligami telah menjadi sasaran hinaan
atau kritikan oleh kaum orientalis,
15
Orientalis Noel J. Coulson mengatakan, bahwa
keadilan di antara isteri mustahil dipenuhi,
dan karena itu, poligami harus dilarang sama sekali.
16
Jadi, ketika poligami yang te
rjadi di masyarakat menga
ndung banyak permasalahan
menyebabkan problem sosial yang terjadi di
masyarakat disebabkan kesalahan penerapan
dalam praktek atau pola kehidupan, sehingga ap
a yang sebenarnya ingin disampaikan oleh
ajararan poligami yang diusung oleh agama menjadi tidak tepat
dan tidak terarah.
D. Ketentuan Poligami Dalam Hukum
Positif yang Digugat kaum feminis
Kritik kaum feminis terhadap hukum di Indonesia baru saja
dimulai. Para feminis
telah lama menyuarakan soal diskriminasi te
rhadap perempuan diberbagai bidang termasuk
hukum. Kini, studi feminisme yang terbaru ad
alah bukan saja berhenti pada penyuaran
yang diskriminatif, akan tetapi, mempermasala
hkan subjek hukum itu sendiri yang selalu
dianggap netral. Sikap netralis
inilah yang kini mennjadi probl
em bagi para feminis yang
14
Shabir Tha’imah,
Akhthar al-Ghazw al-Fikri ‘Ala al-‘Alam al-Islami
. Beirut : ‘Alam al-Kutub,
1984. h.53.
15
W. Wilson Cash, dalam bukunya
The Moslem World in Revolution
(London : 1926), hal. 98.
16
Noel J. Coulson, “
Konsep Tentang Kemajuan dan Hukum Islam
, lihat dalam Ahmad Ibrahim dkk ,
Islam di Asia Tenggara
, Jakarta : LP3ES, 1990, hal.170.
38
bergeliat dibidang hukum dan feminis. Denga
n menilai, bahwa hukum tidak mau melihat
subyek hukum sebagai yang bertubuh atau berj
ender, disinilah mereka menilai sebagai
persoalannya. Apakah konsep
the person in law?
Di balik hukum yang memproklamirkan
diri sebagai sebyek yang netral, tetap tidak
dapat dipungkiri pengalaman hukum sejak awal
adalah pengalaman pria. Diluar pengalaman pria tidak ada
konsep
the person in law,
maka
konsekuensinya hukum tidak pernah memuat pengalaman
wanita.
17
Sebagai tindak lanjut ‘perlawanan’ terh
adap praktek poligami, Jaringan Kerja
Prolegnas Perempuan sudah menyusun revisi
UU Perkawinan. Ada hal- hal yang menjadi
prioritas perubahan UU Perkawinan. yaitu ha
rus ada penyelarasan antara Pasal 4, Pasal 3
dan Pasal 1 UU Perkawinan.
Selanjutnya masalah usia kawin juga menj
adi agenda revisi. Anak perempuan boleh
menikah pada umur 16 tahun,yang merupakan
pernikahan di bawah umur. Karena dalam
UU Perlindungan Anak (UU No. 23 Tahun 2002) di
sebutkan usia anak dibawah 18 tahun.
Di tambah lagi permasalahan tanggung jawab anak di luar
nikah. Di mana
pertanggungjawaban terhadap anak luar nikah
tidak bisa dibebankan kepada ibunya saja,
bapak biologis juga harus bertanggungjawa
b. Sebab yang di maksud orang tua dalam UU
Perlindungan Anak adalah ayah dan ibu kandung.
17
Ngaire Naffine danRosemary j. owens, sexing the subjek law.the law book
Co.Ltd., Sydney,1997.
39
Dan yang terakhir adalah kebijakan soal
nafkah. Terkait dengan pembakuan peran
gender, di mana perempuan disuboordinasikan
perannya sebagai makhluk domestik, karena
peran laki-laki sebagai kepala rumah tangga
tidak bisa dibakukan,
jadi terkait dengan
kemampuan, komitmen, dan kesepakatan antara
kedua belah pihak. Tidak bisa ditentukan
sendiri oleh pihak laki-laki. Faktanya,
banyak perempuan yang menjadi kepala rumah
tangga tapi tidak diakui oleh negara.
18
Salah satu kemardekaan dalam perl
indungan hukum terhadap perempuan di
Indonesia adalah terbelenggunya perempuan da
lam kerangka kerja budaya Indonesia yang
masih tradisional di mana bias jender di dalam masyarakat ini di
terima secara luas.
Undang-undang perkawianan yang menekan kewa
jiban suami istri terdapat dalam KUH
PERDATA dan UU No. 1 Tahun 1974 yang mengatakan:
19
Pasal 105, paragraf 1: setiap suami adalah kepa
la keluarga dalam penyatuan suami istri.
Pasal 106, paragraf 1: setiap istri harus patuh kepada suami.
Pasal 106, paragraf 2: sudah merupakan keha
rusan bagi istri untuk hidup dengan suami.
Pasal 124, paragraf 1: suami mempunyai ke
kuasan untuk bertindak atas aset-aset
perkawinan dan kepemilikan, termasuk seluruh
kepemilikan pribadi istri dan yang dimiliki
saat menikah.
18
Aktivis Perempuan Siap Intervensi Penguj
ian Aturan Poligami, Artikel diakses tgl.
12/25/2009http// Hukunonline. Com
19
Dikutip dari Buku Fakta Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan tahun 2000,
hal. 81.
40
Pasal 124, paragraf 2: suami mempunyai hak
untuk menjual, mengganti kepemilikan, serta
mengganti tanggung jawab sset-aset kepemilikan tanpa
keterlibatan istri.
Pasal 124, paragraf 3: tidak diizinkan unt
uk tidak menggerakan atau menggerakan
kepemilikan dalam perkawinan kecuali dalam ke
adaan untuk memberikan posisi atau status
kepada anaak-anak mereka.
Pasal 124, paragraf 4: tidak
diperbolehkan untuk mengge
rakan barang apapun walaupun
sudah ada kesepakatan bahwa istri masih ak
an menikmati kkeuntungan dari kepemilikan.
Pasal 140, paragraf 3: walaupun ada penyatuan, di
dalam persetujuan perkawinan dapat di
definisikan kredit tidak bergerak yang di te
rima milik perempuan, dan yang ada pada saat
perkawinan , tanpa ada persetujuan dari pihak
istri, tiidak dapat di
gerakkan atau dialihkan.
Dalam UU tahuan 1974, aturan berdasarkan disk
riminasi jender terlihat seperti:
Pasal 31 paragraf 3 : laki-laki adalah kepa
la rumah tangga dan perempuam sebagai ibu
rumah tangga.
Pasal 34 paragraf 1 dan 2: laki-laki mem
punyai kewajiban untuk
menyedikan keperluan
rumah tangga, karena ia menyanggupi, dan
perempuan mempunyai kewajiban mengatur
rumah tangga sebaik mungkin.
Dari sinilah beberapa produk hukum ya
ng dianggap, mengekang kebebasan
perempuan. Jelas pengaturan UU semacam ini sangat merugikan
perempuan walaupun di
41
beberapa pasal bahasa yang dipakai se
cara tidak langsung menunjukan subordinansi
terhadap perempuan. Hal ini
terjadi bukan secara sengaja,
karena adaya korelasi hubungan
yang kuat bagaimana hukum yang di
atur merupakan hasil reflek
si masyarakat tersebut.
Dalam hal ini kita mengutip Catherin Ma
ckinon, seorang ahli hukum dari Amerika dan
feminis yang memergoki bahwa hukum se
benarnya melihat dan memperlakukan
perempuan sabagaimana kaum pria memandang dan
memperlakukan perempuan.
20
Di dalam UU No. 1 Tahun 1974, dikatakan
bahwa kewajiban seorang suami adalah
menyedikan/mencukupi segala kebutuhan ruma
h tangga sedangkan kewajiban seorang istri
adalah mengatur rumah tangga. Pernyataan semacam ini dalam
sebuah UU mempunyai
implikasi yang besar bagi seorang istri.
21
Artinya, ia akan menda
pat kelumpuhan di depan
hukum. Kelumpuhan yang jelas-jelas dialami
adalah identitas legal dalam penguturan
properti, dan karena diandaikan laki-laki
wajib menyedikan keseluruhan kebutuhan rumah
tangga maka perempuan tidak perlu ikut campur dalam dunia
publik atau melakukan
kontrak-kontra yang berhubungan dengan dunia
publik. Dengan demikian, bila terjadi
persoalan yang tidak menguntungan bagi sebuah
rumah tangga sebut saja terjadi hutang-
piutang yang besar, maka, perempuan yang tidak tahu sama
sekali mengenai aktivitas
suami di dunia publik dan kemudian ikut menanggung beban
tersebut.
20
M. Margaret Conway,dll.,
women and Public policy in revolution in Progress
, CQ Press,
Wasington Dc,1999, hal. 130.
21
Harian Kompas.
Program Jurnal Perempuan
, tahun 2001.
42
Sebaliknya, tidak berlaku bila
sang istri hamil dan mem
butuhkan biaya persalinan,
tidak ada ketentuan bahwa sang suami dapa
t dituntut pertanggungjawabannya.kasus ini
semakin lemah bila tidak ada ikatan perkaw
inan. Artinya, seorang perempuan yang hamil
di luar pernikahan harus
menaggung sendiri segala biaya
yang dikeluarkan, tidak ada
penuntutan terhadap laki-laki.
Jadi, dapat kita simpulkan pergerakan
perempuan adalah hasil fakta yang tidak
dapat diingkari sehingga tidak dapat dikekang
sekalipun oleh hukum. Di mana dari fakta-
fakta yang ada terlihat secara jelas merugi
kan bahkan membahayakan kehidupan seorang
perempuan. Di mana secara keseluruhan interpretasi kaum
feminis terhadap UU,
merefleksikan sebuah masyarakat yang melih
at perempuan sebagai makhluk kelas dua
setelah kaum lelaki.
BAB IV
ANALISIS HUKUM POLIGAMI
A. KELEMAHAN POLIGAMI
Siapa bilang poligami itu tanpa kelemahan dan masalah, serta
poligami itu akan selalu
benar. Maka benar dalam sebuah buku yang be
rjudul “ Poligami Berkah atau Musibah,
terdapat tulisan, setiap per
buatan yang berasal dari manusia biasa akan bercampur dengan
banyak kelemahan, kecuali para Nabi.
1
Oleh karena itu, poligami yang dilakukan manusia,
secara pasti di sana akan te
rdapat nilai negative dalam praktek yang dilakukan oleh laki-
laki sehingga menyebabkan adanya kelemahan
dalam poligami. Dan itu pantas kalau ada
kelompok yang menentang praktek poligami.
Sesungguhnya, Indonesia sebagai negara ya
ng berpenduduk mayoritas Muslim sudah
menerapkan aturan yang ketat dalam poligami,
hanya saja dalam implementasinya sangat
lemah. Inilah masalahnya. Menurut Undang-
undang Perkawinan, suami boleh poligami
kalau mampu berlaku adil dan ada izin dari iste
ri, dan izin itu bisa diperoleh dengan tiga
syarat: kalau isteri mandul, is
teri sakit berkepanjangan, isteri tidak dapat melaksanakan
kewajiban sebagai isteri. Saya
ngnya, peraturan ini tidak berjal
an efektif, mungkin karena
tidak ada polisi yang mengawasi suami polig
ami. Kebanyakan suami poligami tidak
mampu berlaku adil. Kebanyakan mereka
melakukannya tanpa izin isteri sehingga
1
Karim Hilmi Farhat Ahmad, Poligami Berkah atau Musibah, Jakarta: senayan
Publising, 2007, cet,
ke 1, hal. 95
44
poligaminya dilakukan secara
siri
(sembunyi), tanpa pencatatan resmi. Kebanyakan suami
berpoligami bukan karena isterinya tidak pun
ya anak, atau sakit atau tidak melakukan
kewajiban, melainkan semata karena tidak
mampu mengekang keinginan syahwatnya.
Lagi-lagi soal biologis, Kare
na itu, manejemen qalbu saja
ternyata tidak cukup, harus
diiringi dengan menejemen syahwat.
Mengapa semua alasan yang membolehkan suami berpoligami
hanya dilihat dari
perspektif kepentingan suami, tidak se
dikit pun mempertimba
ngkan perasaan dan
kepentingan perempuan. Bagaimana jika suami tidak mampu
menjalankan kewajibannya.
Bagaimana jika suami cacat atau ditimpa penya
kit. Bagaimana jika suami mandul. Apakah
Pengadilan Agama juga akan memberi izin ke
pada istri menikah la
gi. Ketentuan tentang
poligami dalam UUP jelas menunjukkan posisi inferior dan
subordinat perempuan di
hadapan laki-laki. Dan ini sungguh bertenta
ngan dengan esensi Islam yang mengedepankan
nilai-nilai kemanusiaan, keadila
n, kesetaraan dan kemaslahatan.
2
Berbicara tentang poligami, maka yang se
ring kali muncul dalam pembahasan dan
pengkajiannya adalah dari aspek keag
amaan yang dimunculkan sebagai payung hukum
boleh tidaknya poligami dilakukan. Namun jara
ng sekali dibahas dari aspek yang lainnya
misalnya sosiologi, psikologi, at
au ekonomi serta pengaruhnya
terhadap institusi keluarga.
2
Siti Musdah Mulia,
Islam Menggugat Poligami
, Jakarta :PT: Gramedia. 2005
45
Salah satu kelemahan dari yang ditimbulkan
oleh poligami adalah adanya pertengkaran
dan cekcok antara anak-anak yang mengakibatkan
keluarga berantakan. Terkadang muncul
permasalahan antara dua orang istri. Inilah
Kasus-kasus poligami yang kebanyakan terjadi
saat ini jika ditinjau dari perspektif keadilan sangat sulit sekali
di mana walaupun suami
tersebut mampu dalam segi materiilnya tetapi belum mampu
dalam segi moril dalam
pembagian terhadap istri-istrinya. Sehingga da
lam hal ini masih diperlukan pemikiran lebih
dalam lagi serta pertimbangan-pertimbanga
n yang lebih matang dalam pengambilan sikap
suatu tindakan. Akan tetapi permasalahannya
juga sering timbul dan tidak sedikit yang
menjadi meruncing, apalagi dari kasus-kasus
tersebut timbul perkara dan masalah yang
baru.
Harus pula diketahui bahwa poligami dala
m Islam bukan menghidupsuburkan tirani dan
dominasi kaum laki-laki dan perbudakan atas
perempuan, tetapi sebagai jalan keluar dari
kesulitan yang dialami oleh keluarga. Jadi
, poligami dalam Islam dilakukan bukan hanya
untuk kepentingan dan kebaikan suami saja, teta
pi juga untuk istri
dan seluruh keluarga.
Poligami bukanlah penghancur perkawinan, te
tapi merupakan sumber perlindungan bagi
monogami. Karena dengan diperbolehkannya
poligami, maka berbagai bentuk
penyelewengan laki-laki dengan urusan cinta terselubung yang
akan mengancam
perkawinan dapat diatasi.
46
Kesimpulannya. Bagaimanapun juga polig
ami yang ada di masyarakat, walaupun
banyak sisi negatifmya, maka poligami tid
ak dapat di larang begitu saja. Namun
pemberian izin untuk poligami harus benar-b
enar diperhatikan, pemberian izin yang
dikeluarkan harus memenuhi syarat sese
orang untuk melangsungkan poligami. Hukum
tetap harus ditegakan dengan
memperhatikan azas keadilan
, jangan sampai keputusan
yang diambil akan menyengsarakan pihak-
pihak yang terkait dengan keputusan
poligami tersebut.
B. Kritik Pemahaman Fe
minisme Tentang Poligami
Perkembangan pemikiran keIslaman sepa
njang sejarahnya telah menunjukkan adanya
varian-varian yang khas sesuai dengan sema
ngat zamannya. Varian
-varian itu berupa
semacam metode, visi, dan kerangka berpikir
yang berbeda-beda antara satu pemikiran
dengan pemikiran lainnya.
Ajaran dan semangat Islam akan bersifat un
iversal (melintasi batas-batas zaman, ras,
dan agama), rasional (akal dan hati nurani ma
nusia sebagai partner dialog), dan necessary
(suatu keniscayaan dan keharu
san yang fitri), tetapi respon
historis manusia di mana
tantangan zaman yang mereka hadapi sangat berb
eda dan bervariasi, maka secara otomatis
akan menimbulkan corak dan pemahaman yang berbeda pula.
47
Namun dewasa ini, muncul kesulitan-kesu
litan yang dihadapi pemikir-pemikir hukum
Islam, kesulitan itu pun menjadi lebih akut oleh kenyataan
bahwa penggunaan metode
muslim klasik tidak dapat dengan mu
dah menggantikan tugas menanggulangi
ketidakcukupan Ilmu-Ilmu Barat. Ini karena
ilmu-ilmu klasik dengan sendirinya tidak
memadai untuk mengarahkan aktivitas-aktivita
s ilmiah modern. Ketidakcukupan ini telah
menjadi sorotan sejumlah pakar muslim khususnya pada
permasalahan poligami. Yang
banyak menimbulkan polemik di kalangan masy
arakat kita. Oleh ka
rena itu diperlukan
suatu upaya merekontruksi hukum poligami, guna
menjawab kritik-kritik yang diajukan
kaum feminis tentang poligami.
Ketika berbicara tentang upaya melakukan st
udi rekonstruksi te
rhadap suatu konsep,
tentu yang paling pertama diketahui adalah pengertian
rekonstruksi itu sendiri.
Rekonstruksi atau reconstructie
(Perancis), reconstruction (I
nggris) berarti sebuah usaha
atau proses pembangunan kembali, pe
nyusunan atau perangkaian kembali.
Dalam sebuah acara Diskusi di Hotel Indonesia yang di muat
dalam The Jakarta Post
pada tanggal 28 Maret 2008, Prof. Dr. Siti Mu
sdah Mulia menyatakan “ penghalalan
homoseksual dan pengharaman poligami dala
m rangka mencari solusi atas perbuatan
poligami yang menindas hak-hak kaum wanita”
3
3
Siti Musdah Mulia. Diskusi Lesehan Ramadhan, The Jakarta Post, edisi 28 Maret
2008.
48
Terkait dengan pemikiran Ibu Musdah Mulia,
saya penulis sendiri memiliki pemikiran
yang berbeda. Di mana dengan berpegang pa
da ayat Al-Qur`an An-Nissa ayat 4:

Kerapkali wanita terjebak dalam memahami “emansipasi wanita” hingga kebablasan. Karena
pemahaman yang salah justru membuat posisinya kontradiktif dengan tuntunan yang
dipelopori oleh Raden Ajeng Kartini

Emansipasi yang dinahkodai oleh Raden Ajeng Kartini lebih menekankan pada tuntutan agar
wanita saat itu memperoleh pendidikan yang memadai, sehingga perempuan bisa dihargai
seperti halnya para kaum pria. Wanita pada saat itu hanya bergelar KDS (kasur, dapur,
sumur) sehingga Ajeng Kartini terpanggil untuk menyuarakan adanya emansipasi yang
tentunya tidak keluar dari koridor syari’ah.

Dalam terma “emansipasi wanita” sering disalah artikan oleh kalangan hawa, dan tak jarang
menghasilkan pengertian yang berbenturan dengan ketentuan dalam al-Qur’an. Kesetaraan
jender yang kebablasan, seperti mengejar karir setinggi-tingginya hingga mengabaikan
kodratnya sebagai wanita, semisal melayani suami, mengurus anak dan hal-hal lain yang
biasanya menjadi tanggung jawab seorang wanita. Hal itu adalah kesalahpahaman yang perlu
diluruskan dan tentunya adalah tanggung jawab kita sebagai penuntut ilmu agama.

Raden Ajeng Kartini dipersunting oleh seorang bupati yang menganut poligami, tapi Kartini
tetap saja Kartini. Tidak pernah mempermasalahkan suaminya yang beristri lebih dari satu,
mungkin karena suaminya adalah suami yang bisa bertanggung jawab dan dapat
memberikan hak-hak yang seharusnya diberikan. Jadi emansipasi bukan berarti melarang pria
untuk berpoligami. Karna Kartini sendiri dipoligami.
Emansipasi yang disuarakan Kartini didukung oleh dalil-dalil al-Qur’an yang telah memberi
ruang kebebasan bagi kaum hawa dalam beraksi dan berkreasi, selagi tidak melangkahi
kodrat kewanitaannya, dimana hal ini sudah terpampang jelas dalam beberapa ayat al-
Qur’an.Sekarang banyak Kartini-Kartini baru yang sering menuntut jender, tapi tidak setuju
dengan adanya poligami. Siapakah yang ia tiru? Kalau Kartini, Kartini yang mana?

Banyak wanita muslimah terpancing dengan adanya data perbandingan jumlah antara laki-
laki dan wanita. Dimana total secara keseluruhan terlihat bahwa laki-laki lebih bayak dari
pada wanita, sehingga banyak dari kalangan wanita muslimah menetang diberlakukannya
poligami dengan berdalih hal semacam ini, seakan-akan mereka tidak setuju dengan
peraturan dalam agamanya sendiri, Islam yang memperbolehkan adanya poligami, dengan
catatan “harus adil”. Hal ini berlandaskan dalil-dalil qot’i (tidak terbantah). Anehnya, data
populasi penduduk tersebut bersumber dari hasil penelitian CIA. Taukan anda, siapa CIA?

Wanita boleh-boleh saja menuntut sang suami apabila terlihat suasana ketidak adilan dalam
hubungan rumah tangga, bahkan bisa menggugat cerai. Saya harap kepada seluruh wanita
bisa melestarikan cita-cita mulia Raden Ajeng Kartini, yaitu ingin semua wanita menjadi
terpelajar dan pintar, bukan malah kurang ajar dan sok pintar alias bodoh dan mudah
dibodohi. Belajar tidak harus disekolah, di rumahpun jadi, dengan membeli buku dan
membacanya, atau mengakses langsung dari internet. Tapi yang perlu diperhatikan, jangan
terlalu percaya seratus persen kepada syaikh google karena di situ banyak juga tulisan atau
data-data yang tidak bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

Bicara masalah perbandingan total antara laki-laki dan wanita yang telah terpampang jelas di
google, yang saya rasa sangat propokatif dan tidak masuk akal. Di situ saya lihat jumlah total
antara laki-laki dan wanita di Afrika 100-100, yang saya tahu dari hasil penelitian melalui
bertanya kepada teman-teman dari Afrika seperti Somalia, Negeria, Benein dll. Ternyata
praktek poligami bagi mayoritas penduduk Afrika merupakan hal yang lumrah atau bahkan
suatu keharusan mengingat banyaknya stok wanita. Bayangkan saja, teman saya ada yang
memiliki saudara 50 dari empat ibu, dan dari lima puluh tersebut hanya 16 yang cowok. Ada
juga teman yang satunya mempunyai saudara 30 dari tiga ibu, dan hanya enam yang
berkelamin cowok, dan masih banyak juga yang belum saya sebut. Ala kulli hal poligami di
situ bukan merupakan hal yang tabu. Di Indonesia saja, tepatnya di tempat kelahiran saya
dan sekitarnya, terlihat adanya kelahiran anak perempuan selalu mendominasi. Mungkin
ditempat kelahiran anda sama seperti dikampung saya, saya yakin sama.

Pada umumnya seorang Muslim itu meni


kah dengan satu iste
ri yang menjadi
penentram dan penghibur hatin
ya, pendidik dalam rumaht
angganya dan tempat untuk
menumpahkan isi hatinya. Dengan demikian
terciptalah suasana tenang, mawaddah dan
rahmah, yang merupakan sendi-sendi kehidup
an suami isteri menurut pandangan Al
Qur'an.
1
Oleh karena itu di dunia ini Alla
h menciptakan segala sesuatunya dengan
berpasang-pasangan, hal ini sesuai dengan fi
rman Allah di dalam Al-Qur'an surat Adz-
Dzariyat ayat 49 :
Gμ%‹ˆ
®L#Æ
!ÊÙ¹⌧
†@Þ
„ `a
®8Ý9`G݈`X
Ýʏ `Ό
IˆÉoŽ⌧mŒ"
)
‫الذ‬
‫ت‬
‫اريا‬
٤٩
(
"Dan segala sesuatu kami ciptakan be
rpasang-pasangan supaya kamu mengingat
kebesaran Allah". (Adz-Dzariyat ayat 49)
1
Sidi Ghazalba,
Menghadapi Soal-Soal Perkawinan
, (Jakarta: Pustaka Antara, 1975).
2
Dari makhluk yang diciptakan oleh A
llah berpasang-pasangan inilah Allah
menciptakan manusia berkembang biak dan
berlangsung dari generasi ke generasi
berikutnya
2
, sebagaimana yang tercantum dalam surat An-Nisa' ayat 1.
‡R[kˆ ”¡e
ȅ…A
‰Æ
“"
É1ʒ‹s
uμŽ
ʌ
„ ŒU
GμP%
ƒ Þᔠ5
†`kμ„ ‹ˆ
„ `a‹ˆ
‡RÝDμ%
`N`F݈`X
}D‹ˆ
‹.ËRÝDμ%
AŠ`G³s
Apoμ>⌧
☯ÊV{ 6‹ˆ

‰Æ
…"‹ˆ
Ž
uμŽ
I‰Ê‹ÊV{Œ"
¤μ
3„Üs)U‹ˆ

…I
Ž
I⌧
Ü1ÊÞm„ ̍
)

@lμ‹s

‫النساء‬
:
١
(
”Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang
Telah menciptakan
kamu dari seorang diri, dan dari padanya
Allah menciptakan iste
rinya; dan dari pada
keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak.
dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan)
nama-Nya kamu
saling meminta satu sama lain, da
n (peliharalah) hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu''.
( An-Nisa' Ayat 1)
Dari ayat ini jelas bahwa Islam menga
tur manusia dalam hidup berjodoh-jodohan
itu melalui pintu perkawinan yang ketentuann
ya dirumuskan dalam wujud aturan-aturan
yang disebut Hukum Perkawinan Dalam Islam.
3
Dewasa ini sering terdengar akan
banyaknya permasalahan poligami yang terjadi
di sekitar kita, adalah kasus Abdullah
Gymnastiar atau Aa Gym yang begitu menghe
bohkan tepatnya di tahun 2006, ketika beliau
memutuskan untuk beristri lebih
dari satu atau poligami. Da
ri sinilah pro kontra wancana
sekitar poligami semakin jelas mencuat keperm
ukaan. Sebenarnya terd
apat keunikan dalam
2
Abidin, Slamet, dan Aminuddin H,,
Fiqh Munakahat
, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), cet. Ke-
1, jilid 1 dan 2.
3
Abdurrahman Ghazali ,
fiqh Munakaha
t
, (Jakarta:Kencana, 2006), cet.ke2.
3
poligami yang diajarkan Islam, di mana dalam
poligami dibatasi hanya sampai empat orang
istri saja. Hal ini tidak lain memiliki manfaat bagi wanita,
sebagai ganti dalam perceraian.
Karna perbuatan yang halal, akan tetapi
di benci Allah adalah perceraian.
Pada dasarnya seorang pria hanya boleh
mempunyai seorang istri. Akan tetapi
seorang suami yang ingin berist
ri lebih dari satu diperbol
ehkan bila dikehendaki oleh
pihak-pihak yeng bersangkutan dan Pengad
ilan Agama telah memberika izin. Dasar
pemberian izin poligami oleh Pengadilan Ag
ama diatur dalam pasal 57 pada Kompilasi
Hukum Islam (KHI).
4
Pengadilan Agama dapat memberikan izin kepada seorang suami
yang akan beristri lebih dari satu apabila:
5
1. Istri tidak dapat manjalanka
n kewajibannya sebagai istri.
2. Istri mendapat cacat badan atau pe
nyakit yang tidak dapat disembuhkan.
3. Istri tidak dapat melahirkan keturunan
Suatu perkawinan yang dilakukan oleh se
seorang, baik poligam
i maupun monogami
hendaknya memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk membentuk
keluarga yang bahagia dan
kekal. Oleh karena itu, suami isteri perl
u saling membantu dan melengkapi, agar masing-
4
Abdurrahman, H.,
Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (J
akarta:CV.Akademika
Presindo, 1995),
cet.ke-2.
5
Ali, Zainudin,
Hukum Perdata Islam di Indonesia
.
4
masing dapat mengembangkan kepribadiannya
membantu dan mencapai kesejahteraan
spiritual dan material.
6
Di zaman yang modern ini, di mana semua orang memiliki
kedudukan yang sama,
zamannya emansipasi wanita atas dasar men
cari ridho Allah. Emansipasi dalam kehidupan
manusia menurut pandangan Islam adalah sesu
atu yang wajar dan ha
rus terjadi, agar
berkembangnya budaya dan pola kehidupan manusia
di alam semesta ini, karena manusia
diciptakn oleh Allah SWT, dipermukaan bum
i ini mempunyai hak dan kemerdekaan yang
sama. Hal telah tercantum dalm surat An-Nahl :97
7
ÚG%
y#μ☺É
☯Œ ¡VŸ
GμP%
#oyŒn
݈ˆ
¹ŒC5Ï
‹‰ÎK‹ˆ
⌦Gμ%݌É%
¢Í…Aq³mٌÉA„ Œß
A†‰‹m`
A‡³OlŒÁ
Ù2ÅN…@e²uÚM
 ‹AŒ‹ˆ
1ÎKoÚFˆ
GV{ځˆ
%
‰Í5y
I‰Î `☺Ý΍e
̧¶®
“Barangsiapa yang mengerjakan amal
saleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan
kepadanya
kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan
kami beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan.(An-Nahl:97)
Ditambah lagi mengingat kedudukan wanita
, peran dan fungsinya dalam kehidupan
keluarga maupun bangsa amat penting, seba
b dari merekalah anak-anak tumbuh dan
tergantung. Kepada merekalah baik dan buruk ka
rakter anak-anak, oleh karena itu, tidak
6
UU RI No. 1 Tahun 1974, (Bandung: Citra Umbara, 2007).
7
Pandangan Islam Tentang Poligami. Artikel di
akses. Tgl 12/11/2009Http// hidayatullah. Com.
5
berlebihan seorang ahli hikmah menggambarka
n kaum wanita sebagai tiang atau soko guru
suatu bangsa dalam sebuah ungkapan :
"Wanita adalah Tiang bangsa, jika mereka bai
k maka baiklah bangsa itu dan jika mereka
buruk (rusak moralnya) maka buruklah bangsa itu".
Ungkapan tersebut sangat besar maknanya
, kita bisa melihat bangsa mana yang
buruk perannya dipermukaan bumi ini, pastinya
tidak terlepas dari perilaku buruk kaum
wanitanya di dalam bangsa tersebut.
8
Dalam kehidupan manusia, banyak kita temui wanita-
wanita karier yang berprestasi leng
ah terhadap urusan keluarganya,
Dalam penerapan emansipasi pada dewa
sa ini, dapat terlihat dua segi :
Pertama : Segi positif yaitu dalam penerapa
nnya mempunyai sasaran ya
ng tepat dan terarah
sesuai dengan peraturan ag
ama dan moral yang berlaku.
Kedua : Segi negatif yaitu kesalahan penerapan dalam praktek
atau pola kehidupan yang
tidak sesuai dengan akal sehat yang te
ntunya tidak dibenarkan oleh agama.
Karena pengertian emansipasi itu bervaria
si, masing-masing kelompok wanita atau
individu mereka punya pandangan dari sudut ke
pentingan yang berbeda-beda. Sebenarnya,
emansipasi itu tidak sekedar persamaan hak at
au kewajiban dengan kaum pria dalam arti
kata yang sempit, akan tetapi harus diim
bangi dengan berpegang
teguh pada konsep
8
Gadis Arivia.
Lingkungan yang Berhubungah dengan Perempuan
, (Jurnal Perempuan Edisi 21,
2002.)
6
beragama, agar dapat menjadi pegangan da
lam menjalan apa yang disebut dengan
emansipasi wanita, sehinga tidak menimbulka
n emansifasi yang kebablasan. Oleh karena
itu, ketika permasalahan poligami meledak ke
permukaan, muncullah pr
o dan kontra tentang
poligami, ketika kaum feminis yang secara
tegas menolak dan meminta pembatalan
terhadap aturan hukum yang
telah tercantum dalam UU
Perkawinan yang dalamnya
mengatur poligami.
Maka menelusuri konsep poligami dari
persepektif perubahan zaman menjadi
penting, mengingat sebagian kalangan ada
yang menganggap praktek poligami mendapat
legitimasi budaya dan agama. Pertanyaanya adalah, apakah
benar Islam melegitimasi
praktek poligami yang dinilai hanya mengunt
ungkan kaum lelaki dan melanggar konsep
keadilan bagi wanita. Ataukah tradisi poligami yang telah
membudaya Dalam Perspektif-
tengah masyarakat itu tidak sesu
ai dengan konsep agama Islam.
Jadi, walaupun banyak perbedaan pendapa
t mengenai masalah tersebut, namun
poligami merupakan bagian masalah ajaran ag
ama. Berdasarkan hal ini maka penulis
merasa tertarik untuk megangkat skripsi in
i dengan judul "Rekonstruksi Hukum Poligami
Dalam Perspektif Emansipasi Wanita.”
B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diur
aikan diatas dan juga mengingat bahwa
begitu luas pembahasan mengenai perkawinan, maka pada
bahasan skripsi ini akan dibatasi
7
hanya mengenai permasalahannya keberada
n hukum poligami yang terkait dengan judul
"Rekontruksi Hukum Poligami Dalam Perspe
ktif Emansipasi Wanita" dengan dasar-
dasarnya sebagaimana yang tela
h terjadi di masa kini di
mana hukum poligami harusnya
disesuaikan dengan keadaan zaman, dan tid
ak bertahan pada satu pendapat yang
mengatakan poligami itu sunnah.
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam skripsi in
i, dalam bentuk pertanyaan sebagai
beriktut :
1. Bagaimana perspektif hukum Fiqh dan hukum Positf di
Indonesia terhadap
Poligami ?
2. Bagaimanakah Pemahaman kontektual terhadap ayat
poligami?
3. Bagaimanakah menyelaraskan hukum polig
ami antara hukum Fiqh, Positif dan
HAM terhadap dunia modern?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana pandangan Hukum Fiqh dan
Hukum Positif terhadap
poligami.
8
b. Agar masyarakat lebih mengetahui lebih
mendalam terhadap konteks ayat poligami,
ditengah zaman modernisasi.
c. Agar tidak terjadi tumpang tindih
antar hukum yang satu dengan yang lainnya,
sehingga membingungkan masyarakat terhadap ketetapan suatu
hukum.
2. Manfaat Penelitian
a. Menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai hukum yang telah diturunkan
Allah berlaku sepanjang zaman, hukum itu bers
ifat kekal dan abadi. Karena bersal
dari Dzat Yang Maha Tinggi.
b. Penulisan ini berguna untuk memperlu
as cakrawala pemikiran Fiqh tenteng hokum
poligami bagi laki-laki dan perumpua
n dengan harapan dapat berguna dan
bermanfaat kepada penulis send
iri, masyarakat pada umumnya.
E. Metode Penelitian
Metode dalam suatu penelitian mutlak di
perlukan agar penelitian yang dilakukan
dapat tersusun dengan terperinci dan
sistimatis, sehingga mudah dipahami.
Metode berfungsi sebagai cara untuk mengerjakan sesuatu guna
mendapatkan hasil
yang memuaskan, di samping itu metode merupa
kan cara bertindak supaya penelitian itu
terarah dan menghasilkan hasil yang maksimal.
Adapun dalam skripsi ini met
ode yang digunakan adalah:
9
1.
Jenis Penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini digunakan jenis penelitian
literer,
yaitu mengunakan
data berupa buku dan karya
tulis lainnya yang berhubungan
dengan karya tulis ini.
2.
Sifat Penelitian
Penyusunan skripsi ini bersifat
deskriptik analitik,
yakni penggabungan antara
deskipsi masalah dan sekaligus analis
inya dilakukan secara bersama-sama.
3.
Pengumpulan Data
a.
Data yang digunakan adalah jenis data
kualitatif
, karena yang menjadi objek
penelitian merupakan konsep-konsep dala
m pemikiran seseorang atau banyak
orang.
b.
Dalam menyusun skripsi ini,
penulis melakukan sepenuhnya
study kepustakaan
atau
library research
, yaitu penulisan yang bersandar pada data-data pustaka.
Data yang penulis pakai terbagi dua, yaitu data
primer
dan data
sekunder
. Data
primer
dalam penulisan ini adalah kitab
fiqh
yang berhubungan dengan
poligami. Sedangkan data
sekunder,
yaitu buku-buku yang terkait dengan
poligami dan pembahasan yang terkait dengan pembahasan itu

Anda mungkin juga menyukai