Oleh:
Hans Natanael
Pembimbing:
Dr. dr. Rocky Wilar, Sp.A(K)
Bayi mulai
Pemeriksaan Pemantauan
dirawat di pertama Pelaporan
selesai
RSUP Prof. Pemantauan
dimulai
Dr. R. D.
Kandou
Manado
PENDAHULUAN
2
Paru-paru bayi baru lahir sangat rentan untuk mengalami infeksi baik
bakteri maupun virus, dan pneumonia neonatal merupakan salah satu
penyebab utama kesakitan dan kematian di seluruh dunia. Sebanyak 490.000
bayi berusia kurang dari 1 tahun meninggal karena pneumonia setiap tahunnya.
Meskipun angka tersebut mengalami penurunan dari perkiraan sebelumnya,
pneumonia neonatal masih menjadi hambatan bagi perkembangan kesehatan.
Angka kejadian pneumonia neonatal dilaporkan berkisar antara 1-35%, dengan
angka kejadian tersering 1% pada bayi cukup bulan, dan 10% pada bayi kurang
bulan. Insidensi bervariasi bergantung pada usia kehamilan, status intubasi,
level dan standar pelayanan neonatus, dan status sosio-ekonomi. Angka
kematian pada pneumonia secara umum berhubungan terbalik dengan usia
kehamilan dan berat badan lahir, lebih banyak pada onset dini dibandingkan
onset lambat, khususnya pada kelompok sosio-ekonomi rendah dan negara
berkembang.2
Menentukan diagnosis pneumonia pada pada bayi baru lahir cukup sulit.
Dibandingkan anak-anak yang berusia lebih tua, neonatus menunjukkan gejala
infeksi paru-paru yang lebih sedikit, pneumonia seringkali bermanifestasi
sebagai gejala sistemik yang mengenai berbagai organ. Pneumonia neonatal
merupakan infeksi paru-paru serius yang disebabkan oleh berbagai penyebab
mikroorganisme, khususnya bakteri, dengan potensi morbiditas dan mortalitas
yang tinggi dengan kasus fatalitas tertinggi pada negara berkembang.
Dampaknya dapat meningkat pada kasus onset dini. 1
Pneumonia dapat diperoleh melalui infeksi intrauterin (melalui jalur
plasenta atupun infeksi yang naik lewat jalan lahir), saat intrapartum (akibat
aspirasi) ataupun pasca melahirkan. Penyebab pneumonia pada neonatal yang
utama adalah bakteri, namun dapat juga disebabkan oleh virus ataupun jamur
yang menyebabkan kondisi inflamasi pada jaringan paru. Bakteri yang disebut-
sebut paling sering menjadi penyebab dari pneumonia onset awal adalah
Streptococcus grup B, sedangkan pneumonia onset lambat biasanya
disebabkan oleh bakteri gram negatif seperti E. coli ataupun Klebsiella spp. 1
Gejala klinis yang muncul dapat tidak spesifik dan tampak sebagai
distress pernapasan, demam, batuk, apnea, intake yang menurun, dan letargi.
Takipnea adalah gejala yang paling sering ditemukan pada neonatus dan
3
ditemukan pada 60-89% kasus pneumonia. Diagnosis pneumonia neonatal
ditegakkan berdasarkan anamnesis, klinis, dan pemeriksaan penunjang.4
Dasar tatalaksana pneumonia adalah pengobatan kausal dengan
antibiotik sesuai, serta tindakan suportif. Terapi pneumonia sering dikaitkan
dengan sepsis awal pada Neonatal Intensive Care Unit (NICU) yaitu antibiotik
intravena spektrum luas. Jenis antibiotika spektrum luas yang digunakan
umumnya bergantung protokol setempat. Pada beberapa kasus umumnya jenis
antibiotika yang digunakan bergantung pada jenis sensitivitas antibiotika
terhadap jenis kuman yang ditemukan dalam darah melalui hasil kultur. Masalah
yang meluas di seluruh dunia akhir-akhir ini adalah berkaitan dengan
meningkatnya angka resistensi kuman terhadap antibiotika jenis tertentu yang
seringkali menyebabkan kegagalan terapi pada pasien. Penundaan dalam
penanganan infeksi neonatal yang bahkan hanya beberapa jam saja dapat
berakibat fatal. Tertundanya diagnosis penyakit dan penatalaksanaan yang
terlambat, terbatasnya tenaga kesehatan, dan akses ke pusat kesehatan yang
terbatas memberikan kontribusi terhadap terjadinya kematian ini. 5
Berikut dibahas sebuah laporan kasus seorang bayi laki-laki yang dirawat
dengan Pneumonia Neonatal di NICU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou, Manado.
4
STATUS PEMERIKSAAN PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nomor Rekam Medik : 00.71.62.XX
Nama : By. Ny. N (G1)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal/Waktu Lahir : 4 Februari 2020, Pukul 11.30 WITA
Tempat Lahir : RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Alamat : Paniki Bawah
Kebangsaan : Indonesia
Suku Bangsa : Minahasa
Agama : Kristen Protestan
Anak ke :2
Berat lahir : 2000 gr
Panjang lahir : 42 cm
Tanggal MRS : 4 Februari 2020
Tanggal periksa : 4 Februari 2020
Usia Pasien : 0 hari
5
ANAMNESIS
Alloanamnesis dari orangtua pasien (ayah dan ibu Pasien) dan dari catatan
medis pasien.
KELUHAN UTAMA
Sesak nafas dan merintih sejak lahir.
*Keterangan : = Pasien
RIWAYAT PERSALINAN
Pasien lahir kurang bulan di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado, secara
sectio caesarea, dengan berat badan lahir 2000 gram, panjang badan lahir 42
cm, dan skor Apgar 6-8.
Lingkungan
Sejak lahir Pasien langsung dirawat di RS, ibu tinggal dengan anggota
keluarga sebanyak 1 orang dewasa dan 1 orang anak, rumah berupa
bangunan 1 lantai, dengan atap genting, dinding beton, lantai keramik
dengan 3 ruang kamar. Ventilasi dan pencahayaan rumah baik. Riwayat
memelihara binatang peliharaan disangkal. Kamar mandi dan WC
terletak di dalam rumah. Sumber penerangan listrik berasal dari PLN.
Sumber air minum berasal dari air kemasan isi ulang. Penanganan
sampah dengan cara dibuang. Lingkungan rumah merupakan hunian
dengan tingkat kepadatan rendah.
8
Kesan : Sosio-ekonomi menengah, lingkungan cukup baik (hygiene
dan sanitasi cukup, ventilasi baik, tingkat kepadatan rendah).
9
PEMERIKSAAN FISIK SAAT DIJADIKAN KASUS
Pemeriksaan dilakukan di ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) pada
tanggal 05 Februari 2020 pukul 07.00 WITA:
Keadaan umum bayi tampak sakit, aktivitas aktif menurun, refleks menurun
Berat badan lahir : 2.000 gram
Panjang badan lahir : 42 cm
Berat badan sekarang : 2.000 gram
Status gizi : BKB SMK
Lingkar Kepala : 31 cm
Denyut jantung : 142 kali/menit (reguler, isi cukup, kuat angkat)
Frekuensi pernapasan : 68 kali/menit (abdominal)
Suhu badan : 36,8oC (aksila)
SpO2 : 93%
10
Kepala Ubun-ubun besar terbuka (1x2 cm), datar, tidak tegang
Mata Katarak kongenital (-); sekret mata (-); konjungtiva anemis (-); sklera ikterik
(-)
Hidung Septum nasal di tengah; tidak terdapat sekret; pernapasan cuping hidung
(+)
Telinga Pinna auricula tulang rawan tebal telinga kaku, intak, membalik segera, liang
telinga lapang; sekret (-); tidak ada preauricular pit
Mulut Labiopalatoschizis (-); sianosis (-); trismus(-)
Gigi Belum erupsi
Leher Retraksi suprasternal (-); tulang klavikula intak
Dada Bentuk dan pergerakan simetris
Paru-paru Inspeksi : simetris, retraksi (+) subcostal
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor kanan = kiri
Auskultasi : suara pernapasan bronkial kanan = kiri; ronkhi -/-,
wheezing -/-
Jantung Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis tidak teraba, thrill (-)
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : bising (-), gallop (-)
Abdomen Inspeksi : cembung
Palpasi : teraba lembut, tidak teraba massa, hati & limpa tak
teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Genitalia Laki-laki; panjang penis 1,5 cm, testis +/+, rugae skrotum (+) minimal
Anus Ada
Punggung Tulang belakang intak; spina bifida (-); deformitas (-), lanugo menipis
Ekstremitas Deformitas (-); parese (-); tidak ada sianosis perifer; akral hangat, CRT ≤ 3”
Refleks rooting reflex (+), refleks menghisap (-), refleks palmar, refleks plantar (+)
RESUME
Bayi lahir di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado pada tanggal 4
Februari 2020 jam 11.30 WITA secara sectio cesarea. Ibu menjalani operasi
sectio cesarea karena didapatkan keadaan ketuban pecah dini (KPD) lebih dari
18 jam dan kehamilan ganda. Bayi lahir dari ibu G2P1A0, usia 28 tahun, usia
kehamilan 32-33 minggu dengan berat badan lahir 2000 gram dan panjang
badan lahir 42 cm. Skor Apgar saat lahir didapatkan 6-8. New Ballard Score
(NBS) didapatkan 34 minggu. Bayi lahir kurang bulan yaitu 32-33 minggu. Bayi
langsung menangis setelah lahir, namun tampak sesak dan merintih dengan
total skor Downes 3. Pasien diberikan oksigen nasal sebanyak 0.5 L/menit dan
diobservasi di ruang stabilisasi neonatus. Di ruang stabilisasi, dilakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital, pengukuran antropometri, pemeriksaan fisik
lengkap bayi baru lahir, disertai dengan pemberian injeksi vitamin K dan juga
11
tetes mata Kloramfenikol. Pada Pasien ditemukan adanya 3 faktor risiko sepsis,
yaitu 1 faktor risiko mayor berupa KPD > 18 jam disertai dengan 2 faktor risiko
minor yaitu usia gestasi < 37 minggu dan gemeli.
Pada awal perawatan tanggal 4 Februari 2020, dari pemeriksaan fisik
didapatkan berat badan 2.000 gr dengan panjang 42 cm. Keadaan umum bayi
tampak aktif menurun, refleks menurun, dan didapatkan bayi sesak serta
terdengar merintih. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan denyut
jantung 148 kali/menit (regular, kuat angkat), frekuensi pernapasan 70
kali/menit, dan suhu badan 37,6ºC, saturasi oksigen 92%. Pada pemeriksaan
fisik tidak didapatkan adanya kejang. Pada pemeriksaan kepala, didapatkan
adanya pernapasan cuping hidung. Pada pemeriksaan dada tidak didapatkan
bising. Dinding dada simetris dengan adanya retraksi subkostal, Pada skor
Downes didapatkan total skor 3 yang terdiri dari retraksi (1), air entry (0),
merintih terdengar dengan menggunakan stetoskop (1), peningkatan frekuensi
pernapasan (1), dan tidak ditemukan sianosis (0). Pemeriksaan ekstremitas
didapatkan akral hangat, capillary refill time (CRT) ≤3 detik, dan tidak
didapatkan sianosis. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hemoglobin
14,6 g/dL, hematokrit 36,1%, leukosit 18.700/mm 3, trombosit 342.000 /mm3,
eritrosit 3,84 x 106/uL, MCH 38,0 pg, MCHC 40,4 g/dL, MCV 94,0 fL, CRP < 6
mg/L, GDS 106 mg/dl, dan menunggu hasil kultur darah. Dari pemeriksaan
hitung jenis leukosit ditemukan eosinofil 0%, basofil 0%, neutrofil batang 1%,
neutrofil segmen 73%, limfosit 17%, dan monosit 9%, sehingga didapatkan IT
ratio adalah sebesar 0,01. Pada pemeriksaan radiologi toraks didapatkan
kesan: gambaran bercak infiltrat pada kedua lapangan paru. Pasien didiagnosis
awal dengan bayi kurang bulan sesuai masa kehamilan (BKB SMK), gawat
nafas ringan ec. Pneumonia Neonatal, dan suspek Sepsis Neonatorum. Bayi
diberi terapi oksigen nasal 0,5-1 liter per menit dan pasien diberikan minum
susu trophic feeding 8x5 ml melalui selang OGT, serta diberikan pula injeksi
antibiotika lini pertama, yaitu Ampicillin 100 mg / 12 jam secara intravena dan
Gentamisin 10 mg / 36 jam secara intravena. Pasien kemudian diobservasi di
NICU level 1.
DIAGNOSIS KERJA
- BKB SMK (Z 38.31)
12
- Pneumonia neonatal (P 23.9)
PERMASALAHAN
Diagnosis :
- Penyebab sesak pada neonatus
Tatalaksana
- Penggunaan oksigen dalam penanganan gawat nafas dan antibiotik
untuk penanganan penyakit dasar
Prognosis
- Hubungan bayi prematur dengan kejadian pneumonia neonatal
14
Palpasi : teraba lembut, hati & limpa tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Genitalia Laki-laki; panjang penis 1,5 cm, testis +/+, rugae skrotum (+)
Alat gerak Tidak ada sianosis perifer; akral hangat, CRT < 3”
Hasil Laboratorium:
Hb : 14,6 gr/dl
Ht : 36,1%
Leukosit : 18.700/mm3
Trombosit : 342.000/mm3
Diff. Count : 0/0/1/73/17/9
IT ratio : 0,02
CRP : < 6 mg/L
Asuhan gizi :
Susu 8x5 ml (TF) / OGT
D10% 93,2 ml
D40% 8,4 ml Kbh: 80
NaCl 3% 4 ml P: 1,5
KCl 2 ml
MgSO4 1 ml GIR: 6-8 ml/jam
Ca glukonas 10% 1,3 ml 5 mL/jam
AS6% 50 ml
15
6 Februari 2020 (perawatan hari ke-3, usia 2 hari)
S Demam (-), napas cepat (+)↓
O - Keadaan umum : tampak sakit, aktif (↓), refleks (↓)
- Denyut jantung : 146 x/menit
- Frekuensi pernapasan : 64 x/menit
- Suhu badan : 36.7 ºC (aksila)
- SpO2 : 95%
Kulit Ikterik (-) ; sianosis (-)
Kepala Ubun-ubun besar terbuka (1,5x2 cm), datar; konjungtiva
anemis (-); sklera ikterik (-), pernapasan cuping hidung (+)
Bentuk dan pergerakan simetris
Dada Inspeksi : simetris, retraksi (+) subcostal ↓
Paru-paru Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor kanan = kiri
Auskultasi : suara pernapasan bronkial kanan = kiri; ronkhi -/-,
wheezing -/-
Jantung Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis tidak teraba
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : bising (-), gallop (-)
Abdomen Inspeksi : cembung
Palpasi : teraba lembut, hati & limpa tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
16
Genitalia Laki-laki; panjang penis 1,5 cm, testis +/+, rugae skrotum (+)
Alat gerak Tidak ada sianosis perifer; akral hangat, CRT < 3”
A - BKB SMK (Z 38.31)
- Pneumonia neonatal (P 23.9)
P Medikamentosa :
- O2 nasal 0,5-1 liter per menit
- Injeksi Ampicillin 100 mg / 12 jam IV
- Injeksi Gentamicin 10 mg / 36 jam IV
- GDS / 24 jam
Asuhan gizi :
Susu 8 x 10 ml / OGT (kebutuhan 20 ml/kgBB/hari) naik bertahap
D10%. 99,3 ml
D40% 9,03 ml Kbh: 100
NaCl 3% 4 ml P: 2,5
KCl 2 ml
MgSO4 1 ml GIR: 8-9 ml/jam
Ca glukonas 10% 1,3 ml 5 mL/jam
As6% 83,3 ml
18
Laboratoriu
m
Kultur darah Staphylococcus epidermidis, sensitif Ampicillin
Hb : 14,2 gr/dl
Ht : 40,2%
Leukosit : 14.200/mm3
Trombosit : 360.000/mm3
Diff. Count : 5/0/0/60/24/11
IT ratio :0
CRP : < 6 mg/L
A - BKB SMK (Z 38.31)
- Pneumonia neonatal (P 23.9)
P Medikamentosa
- Injeksi Ampicillin 100 mg / 12 jam IV
- Injeksi Gentamicin 10 mg / 36 jam IV diberhentikan (sesuai hasil kultur
darah)
Asuhan nutrisi
Susu 8 x 30 ml / OGT, coba oral
Asuhan nutrisi
Susu ad libitum per oral
PROGNOSIS
- Ad Vitam : Bonam
- Ad Functionam : Bonam
- Ad Sanactionam : Bonam
20
BAGAN RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
4 Februari 2020 5-6 Februari 2020 7 Februari 2020 8-9 Februari 2020 10 Februari 2020
Masalah Neonatologi
Diagnosis :
Diagnosis
BKB SMK (Z 38.31)
Pneumonia neonatal (P 23.9)
Pemeriksaan Darah lengkap, Hitung Jenis Leukosit, CRP, Kultur Darah, Foto Thoraks
penunjang
Atasi penyebab
Tatalaksana Suportif
LoE
Cahide, dkk. Balkan Med J. 2016 (LoE 2a, rekomendasi B)
Shamsirzas et al. Am J Perinatol. 2018 (LoE 2a, rekomendasi B) 22
Rosane et al. Sao Paolo Med J. 2016 (LoE 2b, rekomendasi B)
Ghazvini et al. Tehran University Medical Journal TUMS Publications. 2018.
(LoE 3b, rekomendasi B)
PEMBAHASAN
Masa gestasi adalah periode perkembangan fetus sejak saat konsepsi
terjadi hingga saat kelahiran. Menurut American Academy of Pediatrics (AAP),
usia gestasi adalah waktu antara hari pertama haid terakhir dan hari kelahiran.
Hubungan antara usia gestasi dengan berat badan lahir mencerminkan
kecukupan pertumbuhan intrauterin. Penentuan usia gestasi dapat dilakukan
mulai dari masa antenatal hingga setelah persalinan. Pada masa antenatal
ditentukan dengan cara sederhana yaitu sejak hari pertama haid terakhir
(HPHT). Grafik pertumbuhan terhadap usia gestasi digunakan untuk
menentukan apakah berat badan lahir bayi sesuai usia kehamilan atau tidak.
Setelah persalinan, penentuan usia gestasi dilakukan dengan pemeriksaan
yang didasarkan pada kriteria perkembangan saraf yang spesifik serta berbagai
sifat fisik luar yang terus-menerus berubah seiring dengan berlanjutnya
kehamilan.11,32
Menurut hubungan berat lahir atau umur kehamilan (gestasi) maka bayi
dikelompokkan menjadi sesuai masa kehamilan (SMK), kecil masa kehamilan
(KMK), dan besar masa kehamilan (BMK). Dengan cara yang sama
berdasarkan umur kehamilan, bayi dapat digolongkan menjadi bayi kurang
bulan, bayi cukup bulan, atau bayi lebih bulan. Bayi kurang bulan merupakan
bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu. SMK
didefinisikan sebagai berat lahir di antara persentil 10 dan 90 untuk usia
gestasi.32,12
Pada kasus ini, berdasarkan skor New Ballard didapatkan total nilai 34,
yang menunjukkan umur kehamilan 34 minggu (Bayi Kurang Bulan [BKB]).
Dengan berat badan lahir 2000 gram maka menurut kurva Lubchenco bayi
berada di antara presentil 10-90 (Sesuai Masa Kehamilan [SMK]), sehingga
bayi didiagnosis sebagai BCB-SMK.
Kehamilan kembar (Gemelli) ialah suatu kehamilan dengan dua janin
atau lebih yang ada di dalam kandungan selama proses kehamilan. Bahaya
bagi ibu tidak begitu besar, tetapi wanita dengan kehamilan kembar
memerlukan perhatian dan pengawasan khusus bila diinginkan hasil yang
memuaskan bagi ibu janin (Wiknjosastro, 2007). Sedangkan menurut Mochtar
Rustam, kehamilan ganda atau kembar adalah kehamilan dengan dua jenis
janin atau lebih. Jadi, kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dengan dua
23
jenis janin atau lebih yang ada didalam kandungan selama proses
kehamilan.31,11
Kehamilan gemelli dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain 1).
Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah : bangsa, umur dan paritas sering
mempengaruhi kehamilan 2 telur, 2). Faktor obat-obat induksi ovulasi profertil,
domid dan hormon gonadotropin dapat menyebabkan kehamilan dizigotik dan
kembar lebih dari dua, 3). Faktor keturunan, dan 4). Faktor yang lain belum
diketahui.31,32
Salah satu faktor risiko dari pneumonia adalah bayi berat lahir rendah
(BBLR). Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat
lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan. BBLR memiliki
resiko mengalami pneumonia neonatal lebih besar daripada bayi dengan berat
badan normal. Pada bayi berat lahir rendah (BBLR), organ-organ tubuhnya
belum tumbuh dengan sempurna termasuk saluran pernapasannya. Hal ini
24
dapat menyebabkan terjadinya penyakit seperti pneumonia neonatal, sepsis
neonatorum, dan lain-lain. Pada umumnya, bayi berat lahir rendah (BBLR)
mempunyai daya tahan tubuh yang lemah dan mudah tertular berbagai
penyakit.8
Evaluasi
Total Diagnosis
1-3 sesak napas ringan
4-6 sesak napas sedang
≥7 sesak napas berat
Dikutip dari Wood DW, Downes’ JJ, Locks HI. A clinical score for the diagnosis of
respiratory failure. 201623
Setelah lahir, pasien mengalami nafas cepat dan pada skor Downes
didapatkan total skor 3 yang terdiri dari peningkatan frekuensi pernapasan (1),
retraksi (1), merintih terdengar dengan menggunakan stetoskop (1), tidak
ditemukan air entry (0) dan tidak ditemukan sianosis (0), yang artinya
didapatkan keadaan gawat nafas ringan.
25
Gawat nafas pada bayi dapat disebabkan oleh berbagai penyebab
seperti Transient Tachypnea of the Newborn (TTN), Meconium Aspiration
Syndrome (MAS), maupun pneumonia neonatal yang dapat dibedakan dari
faktor risiko ataupun pemeriksaan penunjang radiologis.13 Pada pasien ini
didapatkan faktor risiko terjadinya pneumonia neonatal yang terlihat dari
pemeriksaan penunjang gambaran rontgen paru didapatkan adanya bercak
infiltrat pada kedua lapang paru yang menyatakan adanya pneumonia neonatal
yang berasal dari transmisi ibu selama kehamilan.
Pneumonia neonatal merupakan infeksi paru-paru serius yang
disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, khususnya bakteri, mikroorganisme
dan sebagian kecil disebabkan oleh penyebab non-infeksi seperti aspirasi atau
benda asing yang akan menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan
pertukaran gas setempat, dengan potensi morbiditas dan mortalitas yang tinggi
dengan kasus fatalitas tertinggi pada negara berkembang. Dampaknya dapat
meningkat pada kasus onset dini.9,15
Angka kejadian pneumonia neonatal yang dilaporkan berkisar antara 1-
35%, dengan angka kejadian tersering 1% pada bayi cukup bulan, dan 10%
pada bayi kurang bulan. Insidensi pneumonia neonatal bervariasi bergantung
pada usia kehamilan, status intubasi, kriteria diagnosis, level dan standart
pelayanan neonatus, ras dan status sosioekonomi. Angka kematian pada
pneumonia secara umum berbanding terbalik dengan usia kehamilan dan berat
badan lahir, lebih banyak pada onset dini dibandingkan onset lambat, dan lebih
dikhususkan terjadi pada kelompok sosio-ekonomi rendah dan negara
berkembang.10,21,22
Berdasarkan waktu munculnya gejala, pneumonia neonatal dapat
diklasifikasikan sebagai pneumonia onset awal (muncul dalam 3-7 hari
kehidupan, seringkali dalam 48 jam pertama), atau pneumonia onset lambat
(antara 4-28 hari kehidupan). Pneumonia neonatal biasanya merupakan
pneumonia onset dini. Pneumonia neonatal dapat terjadi melalui beberapa jalur,
secara intrauterin (transplasental atau infeksi ascending), intrapartum (aspirasi),
atau paska melahirkan. Pneumonia pada neonatus sering terjadi akibat
transmisi vertikal ibu-anak yang berhubungan dengan proses persalinan. Infeksi
akibat kontaminasi dengan sumber infeksi dari ibu, misalnya aspirasi mekonium,
cairan amnion, atau dari serviks ibu. Infeksi juga dapat berasal dari kontaminasi
26
dengan sumber infeksi dari RS (hospital-acquired pneumonia), misalnya
perawat, dokter, atau pasien lain, atau dari alat kedokteran. Disamping itu,I
nfeksi dapat terjadi akibat kontaminasi dengan sumber infeksi dari masyarakat
(community-acquired pneumonia). 14, 17,19
Penyebab pneumonia neonatal yang utama adalah bakteri, namun dapat
juga disebabkan oleh virus ataupun jamur yang menyebabkan inflamasi jaringan
paru. Spektrum etiologi pneumonia neonatal meliputi Streptococcus group B,
Chlamydia trachomatis, dan bakteri Gram negatif seperti bakteri E.coli,
Pseudomonas, atau Klebsiela, disamping bakteri utama penyebab pneumonia
yaitu Streptococcus pneumonia, Haemophillus influenza tipe B, dan
Staphyllococcus aureus. Mikroorganisme penyebab pneumonia, akan
menginduksi kondisi inflamatorik pulmonal yang akan menyebabkan cedera
epitel saluran napas, bocornya cairan protein ke dalam alveoli dan
interstisial,yang akhirnya mengakibatkan defisiensi atau disfungsi surfaktan.
21,23,24
27
pada bayi berupa laju nafas cepat yang terjadi sejak sesaat setelah lahir, pada
pemeriksaan fisik ditemukan adanya pernapasan cuping hidung dan retraksi
subcostal. Pada hasil foto babygram didapatkan infiltrat pada kedua lapangan
paru sehingga mendukung diagnosis pneumonia neonatal awitan dini.
Foto rontgen thorax merupakan dasar diagnosis utama pneumonia.
Gambaran radiologis pada pneumonia neonatal bervariasi, dapat berupa
infiltrate retikulogranuler-noduler, atau gambaran lapangan paru yang berkabut
atau kabur. Pada pneumonia yang disebabkan oleh bakteri, gambaran
radiologis dapat berupa infiltrat parenkim yang kasar, tampak konsolidasi,
sedangkan gambaran garis-garis pada parahiler, gambaran paru yang berkabut
atau retikulonoduler biasanya dijumpai pada pneumonia yang disebabkan oleh
virus. Walaupun pada aplikasinya pada bayi dan anak yang kecil gambaran
radiologis sering tidak sesuai dengan gambaran klinis, serta sulit untuk
membedakan pneumonia karena bakteri ataupun virus. 1,25
Hitung leukosit dapat membantu membedakan pneumonia virus dan
bakteri. Pada pneumonia virus umumnya ditemukan leukosit dalam batas
normal atau sedikit meningkat (tidak melebihi 20,000/uL dengan limfositosis
predominan). Akan tetapi, pada pneumonia bakteri didapatkan leukositosis yang
berkisar antara 15,000 – 40,000/uL dengan neutrofil yang predominan. Pada
hitung jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri. 25
Dasar tatalaksana pneumonia adalah pengobatan kausal dengan
antibiotik sesuai, serta tindakan suportif. Pengobatan suportif meliputi terapi
oksigen, pemberian cairan intravena serta koreksi elektrolit. Penyakit penyerta
harus ditanggulangi dengan adekuat, komplikasi yang mungkin terjadi harus
dipantau dan diatasi. Eliminasi kuman merupakan pilihan utama dalam
manajemen pneumonia neonatal. Pada kenyataannya menentukan kuman
secara pasti tidaklah mudah dan membutuhkan waktu. Untuk memperoleh hasil
yang optimal, tatalaksana harus segera diberikan. Sehubungan dengan hal
tersebut, pemberian antibiotika secara empiris terpaksa cepat diberikan untuk
menghindarkan berlanjutnya perjalanan penyakit. Pemberian antibiotik empiris
6,16
harus memperhatikan pula pola kuman penyebab yang sering ditemukan.
Selain pola kuman hendaknya diperhatikan pula resistensi kuman.
Segera setelah didapatkan hasil kultur darah, jenis antibiotika yang dipakai
disesuaikan dengan kuman penyebab dan pola resistensinya. Pemberian
28
pengobatan pasien biasanya dengan memberikan antibiotik kombinasi yang
bertujuan untuk memperluas cakupan mikroorganisme pathogen yang mungkin
diderita pasien. Diupayakan kombinasi antibiotik tersebut mempunyai
sensitivitas yang baik, baik terhadap kuman Gram positif maupun Gram negatif
tergantung pada pola dan resistensi kuman di masing-masing rumah sakit.
Antibiotik yang menjadi pilihan adalah antibiotik lini pertama yang terdiri dari
golongan penisilin yang dikombinasikan dengan golongan aminoglikosida
(biasanya gentamisin) atau sefalosporin. WHO juga merekomendasikan
pemberian antibiotika lini pertama yaitu ampicillin disertai gentamicin. Lamanya
pengobatan bergantung pada jenis kuman penyebab. Pada Pasien yang
disebabkan oleh kuman Gram positif, pemberian antibiotik dianjurkan selama
10-14 hari sedangkan bila disebabkan kuman Gram negatif pengobatan dapat
diteruskan sampai 2-3 minggu.21,26,27
Pencegahan pneumonia dapat dengan pemberian imunisasi dimana
pneumonia diketahui dapat sebagai komplikasi dari campak, pertussis dan
varisela sehingga imunisasi dengan vaksin yang berhubungan dengan penyakit
tersebut akan membantu menurunkan insiden pneumonia. Pencegahan lain
dapat dilakukan dengan menghindari faktor paparan asap rokok dan polusi
udara, membatasi penularan terutama dirumah sakit, misalnya dengan
membiasakan cuci tangan dan penggunaan sarung tangan dan masker, isolasi
Pasien, menghindarkan bayi/anak kecil dari tempat keramaian umum,
pemberian ASI, menghindarkan bayi/anak dari kontak dengan Pasien infeksi
saluran napas. 1,28
Pada kasus ini, pasien mendapat terapi antibiotika empiris berupa injeksi
Ampicillin dan Gentamisin intravena dan setelah 5 hari pemberian antibiotika
terjadi perbaikan klinis maupun laboratorium. Hasil kultur darah pasien sendiri
positif yang mana ditemukan bakteri Staphylococcus Epidermidis pada biakan
darah. Hasil uji sensitifitas menunjukkan adanya sensitifitas terhadap antibiotik
lini pertama yang sudah diberikan.
Dari hasil penelitan Cahide dkk di mana 41.752 kelahiran dianalisis
dalam kurun waktu 3 tahun (tahun 2008 sampai dengan 2010). 71,9% dari
semua kelahiran adalah antara 37-42 minggu kehamilan (bayi aterm) dan
16.1% adalah antara 34-37 minggu (bayi late preterm). Dibandingkan dengan
bayi cukup bulan, bayi late preterm memiliki peningkatan masalah jangka
29
pendek. Tingkat kematian meningkat dengan menurunnya usia kehamilan.
Durasi rawat inap secara signifikan lebih tinggi pada bayi late preterm. Salah
satu penyebab permasalahan pada bayi late preterm adalah angka kejadian
pneumonia pada neonatus, di mana didapatkan 52 bayi (4,4%) pada bayi late
preterm 29 (Level of Evidence 2a, rekomendasi B).
Dari 453 kelahiran bayi kembar selama periode penelitian yang dilakukan
oleh Shamsirsaz et al, didapatkan 145 bayi lahir secara moderate preterm
(MPTB / Moderate Preterm Birth), 206 bayi secara late preterm (LPTB / Late
Preterm Birth) dan 102 bayi lahir aterm. Dibandingkan dengan neonatus aterm,
hasil komposit pernafasan neonatal (RDS & BPD) meningkat pada MPTB (risiko
relatif [RR] 24; interval kepercayaan 95% [CI] 3,0 hingga 193,6) dan LPTB (RR
13,7; 95% CI 1,8 hingga 101,8). Sedangkan pada hasil komposit bukan
pernapasan pada neonatal (Sepsis, Necrotizing Enterocolitis, RoP dan IVH),
dibandingkan dengan neonates aterm, lebih meningkat juga pada MPTB (RR
22,3; 95% CI 3,9- 127,8) dan LPTB (RR 5,5; 95% CI 1,1-27,6) 10 (Level of
Evidence 2a, rekomendasi B).
Menurut Rosane et al, didapatkan komplians paru dan resistensi paru
tidak normal pada 40% dan 59% dari sembilan puluh tujuh bayi yang baru lahir
(dengan berat lahir rata-rata 1113 gram dan usia kehamilan rata-rata 28
minggu). Kelainan tomografi ditemukan pada 72%; morbiditas pernapasan pada
53%. Analisis bivariat menunjukkan morbiditas pernapasan yang terkait dengan:
ventilasi mekanik, penggunaan oksigen yang berkepanjangan (lebih dari 28
hari), penggunaan oxtgen pada usia 36 minggu, sindrom gangguan
pernapasan, pneumonia neonatal dan paten ductus arteriosus. Analisis
multivariat memberikan RR 2.7 (interval kepercayaan: 0,7-100) untuk kepatuhan
paru-paru simultan dan kelainan tomografi dada. RR yang disesuaikan untuk
pneumonia neonatal dan ventilasi mekanik lebih besar 32 (Level of Evidence 2b,
rekomendasi B).
Dalam sebuah studi oleh Ghazvini et al, dari 32 bayi yang menderita
infeksi yang didapat di rumah sakit, 27 (84,4%) memiliki infeksi aliran darah,
sedangkan 5 (15,62%) bayi menderita infeksi saluran pernapasan bawah.
Dalam penelitian ini, sekitar 70% bayi yang terinfeksi prematur dan beratnya
kurang dari 2.500 gram. Parameter yang disebutkan di atas terbukti terkait
dengan banyak komplikasi risiko termasuk infeksi. Berat rata-rata dan usia
30
kehamilan neonatus yang selamat secara signifikan lebih tinggi daripada yang
meninggal33 (Level of Evidence 3b, rekomendasi B).
Prognosis pada Pasien ini adalah bonam. Pada prognosis ad vitam
dikatakan bonam, karena Pasien didapatkan adanya perbaikan klinis terhadap
terapi yang diberikan. Pada prognosis ad functionam adalah bonam karena
pada pemantauan Pasien hingga saat pulang tidak didapatkan adanya
komplikasi dari penyakit yang diderita. Pada prognosis sanationam juga bonam.
Daftar Pustaka
1. Stoll BJ, Shane AL. Infection of neonatal infant. Dalam: Kliegman RM,
penyunting. Nelson textbook of pediatric 20 th edition. Philadephia: Elsivier.
2016.h.908-2.
2. Ann LA, Linda LB, Bryan LO. Dalam: Neonatal Sepsis Clinical Presentation,
penyunting. WebMD LLC. 2016.
31
3. Mary, T. Dalam: Overview of Neonatal Infections, penyunting. Merck Sharp
& Dohme Corporation. 2015.
4. Ohlsson, A. Dalam: Intrapartum antibiotics for known maternal Group B
streptococcal colonization, penyunting. The Cochrane Database of
Systematic Reviews. 2018.
5. Bennett, J. Dalam: Mandell, Douglas, and Bennett's principles and practice
of infectious diseases, penyunting. Philadelphia, PA:
Elsevier/Saunders. Philadelphia: University of Pittsburgh. 2015.
6. Lodha, R; Kabra, SK; Pandey, RM. Dalam: Antibiotics for community-
acquired pneumonia in children. The Cochrane Database of Systematic
Reviews. 2016.
7. Mehta A, Pratap D, Kushwaha K.P, Singh A. A study of causes of
respiratory distress in neonates presenting within 72 hours. International
journal of pediatric research. 2017; 24-30.
8. Zhayoyun X, Xiong Y, Sun j, et al. Risk factor of mortality inneonates wih
severe bacterial pneumonia. Journal of ClinicalPediatrics. 2017;35(7):512-
515.
9. Reiterer F. Neonatal Pneumonia. Dalam: Resch B. Neonatal Bacterial
Infection. Austria. InTech. 2013; 2: 19-29.
10. Shamshirsaz AA et al. Dalam: Short-term neonatal outcomes in diamniotic
twin pregnancies delivered after 32 weeks and indications of late preterm
deliveries. Am J Perinatol. 2018 May;31(5):365-72
11. Mochtar, Rustam. 2015. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
12. Damanik SM. Klasifikasi bayi menurut berat lahir dan masa gestasi. Dalam:
Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A, penyunting. Buku ajar
neonatologi. Edisi 1. Jakarta : IDAI; 2008. h. 11-29.
13. Rusell AB, Isaacs D. Infection in the newborn. Dalam: Rennie JM,
Robertson NR, penyunting. Rennie & Roberton’s textbook of neonatology.
Edisi 5. London : Churchill Livingstone; 2012. h. 1013-31.
14. Dear PRF, FIFE A. Pneumonia. Dalam: Greenough A, Milner AD.(eds.).
Neonatal Respiratory Disorders. 2016; London: Arnold: 21 : 278-310.
15. Nissen MD. Congenital and Neonatal Pneumonia. Pediatrics Resp.
Reviews. 2017; 8 : 185-203.
32
16. Patel SJ, Saiman L. Antibiotic Resistance in Neonatal Intensive Care Unit
Pathogens: Mechanism, Clinical Impact, and Prevention Including Antibiotic
Stewardship. Clinical Perinatology. 2010; 37: 547-563.
17. Nissen MD. Congenital and neonatal pneumonia. Pediatrics Resp. Reviews
2017; 8:195-203.
18. Rudinger M, Friedrich W, Rustow B et al. Disturbed surfactant properties in
preterm infants with pneumonia. Biol Neonate 2015; 79:73-76.
19. Sectish TC, Prober CG. Pneumonia. Dalam: Behrman R, Kliegman R,
Jenson H, penyunting. Nelson textbook of paediatrics. Edisi ke-18.
Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007. h.3149-52.
20. Choudhuri AM, Narqis S, Mollah AH, Kabir LM, Sarkar RN. Determination
of risk factors of neonatal pneumonia. Mymensingh Med J. 2010. 19:323-9.
21. Ostapchuk M, Roberts DM, Haddy R. Community-Acquired Pneumonia in
Infants and Children. American Family Physician serial online 2014; 70:899-
908.
22. Duke T. Neonatal pneumonia in developing countries. Arch Dis Child Fetal
Neonatal. 2015; 90: F2011-F219
23. Said M. Pneumonia. Dalam: Raharjoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB,
penyunting. Buku ajar respirologi anak. Edisi ke-1. Jakarta: Badan penerbit
IDAI; 2008. h.350-56.
24. Correa AG, Starke JR. Bacterial pneumonia. Dalam: Boat T, Wilmott R,
Bush A, penyunting. Kendig’s Disorder of the Respiratory Tract in Children.
Edisi ke-7. London: Saunders; 2016. h.724-35.
25. Beyeng RTD, Purniti PS, Naning R. Validity of bacterial pneumonia score for
predicting bacteremia in children with pneumonia. Paediatr Indones.
2011;51:322-6.
26. Hammit LL, Murdoch DR, Scott AG, et al. Specimen collection for the
diagnosis of pediatric pneumonia. CID. 2012;54:132-9.
27. Christi MJ, Bibi S, Akram F, Pietroni MA. Ampicillin and gentamicin are a
useful first-line combination for the management of sepsisin under-five
children at an urban hospital in Bangladesh. J Health Popul Nut.
2012;30:487-90.
28. Rusell AB, Iscaacs D. Infection in the newborn. Dalam: Rennie JM,
Robertson NR, penyunting, Rennie & Robertson’s textbook of neonatology.
33
Edisi 5. London : Churchill Livingstone; 2012.h.1013-31
29. Cahide B, Tugba G, dan Fahri O. Dalam: Short-term outcomes and mortality
of late preterm infants. Balkan Med J. 2016 Mar; 33(2): 198–203.
30. Wiknjosastro,H. Ilmu Kandungan.Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo Jakarta. Bagian Obstetri dan Ginekologi FKUI Jakarta. 2007.
31. Manuaba, IGB. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC.
32. Rosane R, Maria V, Jose R, Pedro D. Marcia B, Jose M. Neonatal risk
factors for respiratory morbidity during the first year of life among premature
infants. Sao Paulo Med J. 2016; 124(2):77-8
DAFTAR SINGKATAN
34
BAK : Buang air kecil
BB : Berat badan
BBL : Berat badan lahir
BBLR : Berat badan lahir rendah
BCB : Bayi cukup bulan
BKB : Bayi kurang bulan
BMK : Besar masa kehamilan
BPD : Bronchopulmonary Dysplasia
BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
cm : centimeter
CI : Confidence Interval
CRP : C-Reactive Protein
CRT : Capillary Refill Time
dL : desiliter
Dr. : Doktor
GIR : Glucose Infusion Rate
gr : gram
Hb : Hemoglobin
HPHT : Hari pertama haid terakhir
Ht : Hematokrit
ICS : Intercostal space
IRRa : Incidence Rate Ratio
IT Ratio : Immature to Total Neutrophil Ratio
IV : intravenous
IVH : Intraventricular Hemorrhage
IVFD : intravenous fluid
Kbh : Kebutuhan harian
kg : kilogram
KGB : Kelenjar getah bening
kkal : kilo kalori
KPD : Ketuban pecah dini
L : liter
LK : Lingkar kepala
LMCS : Linea midclavicularis sinistra
35
LoE : Level of Evidence
LPB : Lapang pandang besar
LPSS : Linea parasternalis sinistra
LPTB : Late Preterm Birth
m : meter
MCH : Mean Corpuscular Hemoglobin
MCHC : Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration
MCV : Mean Corpuscular Volume
mEq : miliEquivalent
mg : miligram
mm : millimeter
MPTB : Moderate Preterm Birth
NBS : New Ballard Score
NGT : Naso Gastric Tube
NICU : Neonatal Intensive Care Unit
O2 : Oksigen
PB : Panjang badan
PLN : Perusahaan Listrik Negara
PM : Punctum maximum
po : per oral
Prof. : Profesor
Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat
RDS : Respiratory Distress Syndrome
RoP : Retinopathy of Prematurity
RR : Relative Risk
RS : Rumah sakit
RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat
SGOT : Serum glutamic oxaloacetic transaminase
SGPT : Serum glutamic pyruvic transaminase
SMA : Sekolah Menengah Atas
SMK : Sesuai Masa Kehamilan
SpO2 : Saturasi oksigen
SSP : Susunan saraf pusat
TD : Tekanan darah
36
TT : Tetanus Toxoid
TTN : Transcient Tachypnoe of the Newborn
U : Unit
USG : Ultrasonografi
WHO : World Health Organization
LAMPIRAN
STATUS ANTROPOMETRI
37
Anak ♂, usia 0 hari dgn BB: 2000g, PB: 42 cm
38
By. N Laki-laki
FOTO PASIEN
39
FOTO TORAKS
40