Anda di halaman 1dari 32

KEJANG PADA ANAK

Dr. Irma Rezky Ratu, T, SpA

Definisi

Kejang demam : kejang disebabkan karena demam


(suhu
100,4 0F atau 38 0C), tanpa disertai
infeksi SSP, kelainan metabolik atau riwayat kejang
tanpa demam dan terjadi pada bayi dan anak usia 6
60 bulan.

Terbagi : kejang demam simpleks dan kompleks


Kejang Demam
simpleks

Kejang demam
kompleks

Kejang bersifat umum

Kejang fokal

Kejang < 15 menit

Kejang 15 menit

Tidak berulang dalam 24


Berulang dalam 24 jam
jam : clinical practice guideline for the long-term management of the child with simple
Febrile seizures
febrile seizure. American academy of pediatrics. 2008

Kejang demam merupakan penyebab kejang tersering


pada anak
2 5 % anak usia < 5 tahun insiden 15%
Usia tersering : 6 bulan 5 tahun (puncak pada usia 18
24 tahun)
65 90% adalah kejang demam simpleks

Faktor resiko

Kejang demam pertama kali :

developmental delay,

Beberapa vaksinasi DPT, MMR

Defisiensi zat besi dan zinc

riwayat keluarga dengan kejang demam,

perawatan di PBRT > 28 hari


jika ada 2 fc resiko 28% beresiko menderita setidaknya 1x
episode kejang demam

Reese CG, Oehler K, Tingle LE. Febrile seizures : risks, evaluation, and prognosis. American family
physician. 2012;85(2):149-153

Faktor resiko

Kejang demam berulang

Usia kejang pertama < 18 bulan (kejang pertama < 1 tahun


resiko berulang 50-65% dan 20% pada anak yang lebih besar),
lama demam (durasi demam yang lebih singkat sebelum kejang
beresiko tinggi untuk berulang 1 jam resiko berulang
meningkat)

riwayat keluarga dengan epilepsi,


riwayat keluarga dengan kejang demam,

tingginya suhu (suhu yang rendah resiko berulang lebih tinggi)

Faktor resiko

Kejang tanpa demam berulang


Kejang demam kompleks
Durasi demam 1 jam (resiko meningkat)
Riwayat keluarga dengan epilepsi

Abnormalitas neurodevelopmental (CP, hidrosefalus)

Gangguan
membran sel

Gangguan
keseimbangan ion

Gangguan
pompa Na - K

Depolarisasi
Potensial aksi
Pelepasan neurotransmiter
di ujung akson
Reseptor GABA & As.
Glutamat
di pre sinap
Eksitasi > Inhibisi
Depolarisasi
sinap

post

KEJANG

KEJANG
Kardiovaskuler

Respirasi

Metabolisme

Suplai O2

Konsumsi O2

( 30
menit )

Hipertensi
- Takikardi
Kardiak output

CBF

Glukosa uptake

Hipoksia
ATP

( 30 60 menit )

- Autoregulasi
rusak
- Hipotensi
- CPP
- CBF

Asam laktat
Udem serebri
Glutamat ekstra sel
Sintesa makromolekul,
lipid
Sel mati

TIK
Hipertermi
Kejang
Free radikal

Penyebab terjadinya kejang

Non Cerebral
(selama
kejang
sadar)

Tetanus
Keracuna
n
Botulismu
Ekstrakrani
s
al
Tetani
Infeksi

KD simpleks

KD Kompleks

Intrakranial
KEJANG
Akut
sesaat
Cerebral
(selama
kejang
tak sadar)

Kronik
berulang

Gg metabolik
Gg elektrolit
Gg kardiovaskuler
Keganasan
Malformasi
Keracunanbahan toksik
Withdrawl obat
Epilepsi :
- umum / general
- partial
- tak terklasifikasi

Pemeriksaan untuk mencari etiologi


kejang

Anamnesa
Tingkat kesadaran, pemeriksaan fisik (LK ) , Pemeriksaan
neurologis lengkap.
Pemeriksaan penunjang
Darah rutin, urin rutin, elektrolit, gula darah.
kultur darah, fungsi hati, fungsi ginjal atas indikasi.
Pungsi lumbal
CT Scan kepala jika ada tanda peninggian tekanan
intrakranial, gejala neurologis fokal, penurunan kesadaran,
riwayat trauma kepala.
EEG
Funduskopi

Pemeriksaan
laboratorium

Pemeriksaan darah tepi lengkap dapat


dilakukan untuk membantu mengetahui
etiologi demam (Level II-2, rekomendasi B).
Pemeriksaan elektrolit dan glukosa darah
dilakukan bila anak mengalami diare,
muntah atau hal lain yang dapat
mengganggu keseimbangan elektrolit atau
gula darah. (level II-2 dan level III,
rekomendasi D).

Gerber dan Berliner, The child with a simple febrile seizure.


Appopropriate diagnostic evaluation. Archs Dis Child
1981;135:431-3
AAP, The neurodiagnostic evaluation of the child with a first
simple febrile seizures. Pediatr 1996;97:769-95

Pungsi Lumbal

Indikasi
1. Kejang
2. Paresis dan paralisis
3. Koma ( penurunan kesadaran )
4. Ubun-ubun besar membonjol
5. Kaku kuduk dengan penurunan kesadaran
6. TBC milier
7. Sepsis
8. Mastoiditis kronis curiga meningitis

Pungsi Lumbal

Kontra Indikasi
1. Syok
2.
3.
4.
5.

Infeksi didaerah tempat pungsi


Depresi pernafasan
Kelainan pembekuan darah
Tekanan intra kranial meningkat
Mutlak ; SOL, Tumor
Relatif : TIK meningkat karena infeksi SSP
dilakukan penurunan TIK lebih dahulu baru
dilakukan pungsi lumbal

Indikasi LP Kejang Demam

Umur
Umur

Kejang demam kompleks


Kejang pertama diatas 3 tahun
Sebelumnya mendapat antibiotik

< 1 tahun harus


1 18 bulan dianjurkan

Post ictal berkepanjangan


Gangguan neurologis paska kejang

Pada bayi kecil, sulit untuk menentukan meningitis atau bukan


hanya dari pemeriksaan neurologis. Anjuran mengenai pungsi
lumbal pada kejang demam adalah:
Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan
pungsi lumbal
Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan untuk melakukan pungsi
lumbal
Bayi lebih dari 18: pungsi lumbal tidak dilakukan secara
rutin. Pungsi lumbal dilakukan bila secara klinis dicurigari
mengalami meningitis atau bila ada keragu-raguan.

AAP, The neurodiagnostic evaluation of the child with a first simple febrile seizures.
Pediatrics 1996;97:769-95

Elektroensefalografi

Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat


memprediksi berulangnya kejang, atau memperkirakan
kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang
demam. Oleh karenanya tidak direkomendasikan untuk
dilakukan pada anak dengan kejang demam. (Level III,
level II-2, recomendasi E)

AAP, The neurodiagnostic evaluation of the child with a first simple febrile
seizure.
Pediatr 1996;97:769-95
Millichap JG. Management of febrile seizures: current concepts and
recommendations for phenobarbital and electroencephalogram. Clin
Electroencephalogr 1991;22:5-10

Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan


kejang demam yang tidak khas, misalnya:
Kejang demam pada anak berumur kurang dari 6 bulan
atau lebih dari 5 tahun
Diragukan apakah kejang didahului demam atau demam
terjadi setelah kejang
Diragukan apakah anak benar mengalami demam pada
saat kejang

PENATALAKSANAAN KEJANG
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

mempertahankan oksigenasi otak yang adekuat


mengakhiri kejang sesegera mungkin
mencegah kejang berulang
cari faktor penyebab ( pem elektrolit,BGA,GDS Dll)
koreksi kelainan elektrolit dan metabolik
cegah komplikasi sistemik
obati penyebab kejang

Catatan :
Dalam menanggulangi kejang ,Jangan panik,Jangan memasukkan
apapun kedalam mulut,Bersihkan jalan nafas dan rongga mulut
dari benda asing. Miringkan kepala agar tidak tersedak jika
muntah,Longgarkan pakaian yang ketat

Antipiretik

Antipiretik tanpa antikonvulsan


mengurangi risiko berulangnya
rekomendasi C).

Antipiretik tetap dianjurkan untuk menurunkan demam dan


menenangkan anak dan orang tua (level III, rekomendasi B)

Kesepakatan Saraf Anak, 2004

pada saat demam tidak


kejang demam (level I,

Antikonvulsan pada saat demam (pencegahan


kejang intermiten)

Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg/hari setiap 68 jam pada saat demam menurunkan risiko
berulangnya kejang (level I, rekomendasi B).
Efek samping diazepam adalah sedasi, ataksia.

Antikonvulsan pada saat demam (pencegahan


kejang intermiten)

Phenobarbital, carbamazepine, phenytoin intermiten pada saat


demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam.

Knudsen.
Knudsen. Practical
Practical management
management approaches
approaches to
to simple
simple and
and complex
complex febrile
febrile seizures.
seizures. Dalam:
Dalam:
Baram
Baram TZ,
TZ, Shinnar
Shinnar S,
S, eds,
eds, Febrile
Febrile seizures.
seizures. San
San Diego:
Diego: Academic
Academic Press
Press 2002;p.1-20
2002;p.1-20

Antikonvulsan pada saat kejang demam

Pemberian diazepam rektal pada saat kejang sangat efektif


dalam menghentikan kejang.

Diazepam rektal diberikan segera saat kejang berlangsung,


dan dapat diberikan di rumah (level I, rekomendasi A).

Diazepam rektal yang dianjurkan adalah 0,3-0,5mg/kg


Untuk memudahkan dapat digunakan dosis:
5 mg untuk berat badan kurang dari 10 kg
10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg

Terapi Pencegahan

Intermiten
Diazepam
paracetamol

Jangka Panjang/continue
Phenobarbital (3-5 mg/kgBB)
Asam Valproat

Fenitoin
Karbamazepim

Tidak efektif

Antikonvulsan pada saat kejang demam

Bila kejang belum berhenti, dapat diulang dengan dosis


sama setelah 3-5 menit

Kesepakatan
Kesepakatan Saraf
Saraf Anak
Anak

Bila kejang berhenti, pengobatan selanjutnya tergantung


klasifikasi kejang demam

Pengobatan dengan antikonvulsan terus menerus


(Pengobatan rumat)

Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari


efektif dalam menurunkan risiko berulangnya kejang (level I).

Dosis fenobarbital adalah 4-5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis,


dengan maksimum 200 mg/hari. Dosis asam valproat adalah
15-40 mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis.

Efek samping yang harus diperhatikan adalah pemakaian


fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan
perilaku dan kesulitan belajar. Sedangkan pemakaian asam
valproat pada usia muda < 2 tahun dapat menyebabkan
gangguan fungsi hati.

Pengobatan dengan antikonvulsan terus menerus


(Pengobatan rumat)

Dengan meningkatnya pengetahuan bahwa kejang demam


benigna dan efek samping penggunaan obat terhadap kognitif
dan perilaku, pengobatan rumat hanya diberikan selama 1 tahun,
kecuali pada kasus yang sangat selektif (rekomendasi D).

Indikasi Pengobatan rumat adalah kejang demam


menunjukkan ciri sebagai berikut:

Kejang lama lebih dari 15 menit.


Anak mengalami kelainan neurologis yang nyata
sebelum atau sesudah kejang, misalnya hemiparesis,
paresis Todd, Cerebral Palsy, retardasi mental,
hidrosefalus, mikrosefali.
Kejang fokal atau parsial.

Konsensus 1980
Kesepakatan Saraf Anak

Indikasi Pengobatan rumat adalah kejang demam


menunjukkan ciri sebagai berikut:

Pengobatan rumat dipertimbangkan (boleh diberikan


atau tidak setelah didiskusikan dengan orang tua).
Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam.
Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
Kejang demam sering berulang, lebih dari 4x per tahun

Konsensus 1980
Kesepakatan Saraf Anak

Lama pengobatan rumat

Pengobatan rumat diberikan selama 1 tahun bebas kejang.

Soetomenggolo T. Buku Ajar Neurologi Anak. 1999


Konsensus 1980

Prognosis

Dalam penelitian kohort, pada usia 10 thn, ps yang


menderita KDS memiliki kemampuan akademik, intelektual
dan perilaku yang sam dengan anak tanpa KDS.
Mortalitas KDS sangat jarang
Penelitian di Denmark, angka mortalitas pada 2 thn paska
KDK (1.99)
Resiko epilepsi setelah KDS pertama 2% (resiko meningkat
pada KDK (6-8%)
Pada ps dengan frekuensi KDK 2x resiko epilepsi 17-22%
dan pada KDK 3x 49%.

Reese CG, Oehler K, Tingle LE. Febrile seizures : risks, evaluation, and prognosis. American family
physician. 2012;85(2):149-153

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai