KESEHATA
N ANAK
KEJANG DEMAM
Anamnesis
Karakteristik
- Kejang yang disertai demam (suhu rektal >38C) pada anak usia 6
bulan 5 tahun.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
DD
Treatment
Saat kejang
- Obat untuk orang tua adalah diazepam rektal 5 mg untuk anak
dengan BB < 10 kg dan diazepam rektal 10 mg untuk anak dengan BB
> 10 kg. Diazepam rektal dapat diulang 2 kali dalam interval 5 menit.
- Di RS: Diazepam IV 0,3 - 0,5 mg/kgBB perlahan dalam waktu 3 - 5
menit dengan dosis maksimal 20 mg. Jika masih tetap kejang, beri
Fenitoin IV 10-20 mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1 mg/menit atau <
50 mg/menit. Jika berhenti dosis selanjutnya Fenitoin 4-8 mg/kgBB/hari
dimulai 12 jam setelah dosis awal. Jika masih belum berhenti, rawat di
ruang intensif.
Anti piretik
- Parasetamol 10 - 15 mg/kgBB/kali diberi 4 kali sehari atau
- Ibuprofen 5 - 10 mg/kgBB/ kali 3 - 4 kali sehari
Anti konvulsan saat demam >38,5C diberi
- Diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam atau
- Diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg setiap 8 jam
Pemberian obat rumat dengan indikasi (salah satu dari):
1. Kejang lama > 15 menit
2. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang,
misalnya hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental,
hidrosefalus.
3. Kejang fokal
4. Pengobatan rumat dipertimbangkan bila:
- Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam.
- Kejang demam terjadi pada bayi < 12 bulan
- kejang demam > 4 kali per tahun
Jenis obat rumatan:
- Asam Valproat (1st choice) dengan dosis 15-40 mg/kgBB/hari
dibagi 2-3 dosis (efek samping: ganguan fungsi hati) atau
- Fenobarbital 3-4 mg/kgBB/hari dibagi dalam 1-2 dosis (efek
samping: gangguan perilaku dan sulit belajar)
- Lama pengobatan: Diberikan selama 1 tahun bebas kejang;
kemudian dihentikan bertahap dalam 1-2 bulan
Edukasi
Beri penurun panas jika demam >38,5C, jika kejang diberikan obat
Diazepam rektal maksimal 2 kali interval 5 menit, jika kejang >5 menit
langsung bawa ke dokter
Jika kejang catat durasinya, jenisnya, posisikan anak terlentang kepala
miring, bersihkan muntahan/ lendir dari mulut atau hidung, jangan
memasukkan sesuatu ke dalam mulut.
Bisa kemungkinan berulang terlebih jika ada riwayat keluarga, suhu
rendah saat kejang, cepatnya kejang setelah demam
Faktor risiko epilepsi pada KDK, kelainan saraf atau perkembangan
sebelum kejang demam, riwayat keluarga epilepsi. Obat rumatan tidak
mencegah kemungkinan epilepsi
ILMU
PENYAKIT
SARAF
BPPV
Pemeriksaan fisik :
-
Nistagmus horizontal
Dix Hall-pike positif muncul nystagmus
Dismetria : tunjuk jari, tunjuk hidung dengan mata tertutup
Disdiadokokinesis : membolak balikkan kedua telapak tangan bergantian
Romberg test
Buka mata langsung jatuh central vertigo
Saat menutup mata baru jatuh perifer
Romberg test dipertajam dengan menyilangkan kaki
Tandem gait
Pemeriksaan telinga : dalam batas normal
Pasien minta selalu ada yang mendampingi karena ada risiko terjatuh,
terutama dalam jangka waktu pengobatan (weeks to month)
Vestibulosupressant : betahistin mesilat 3 x 6-12 mg
Canalith repositioning : Epley maneuver
MENIERE DISEASE
Merupakan gangguan pada telinga tengah yang disebut juga idiopathic
endolymph hydrops. Hydrops endolymph terjadi akibat meningkatnya tekanan
sistem endolymphatic pada telinga tengah.
Anamnesis :
1.
2.
3.
4.
Pada RPD :
-
Trauma?
Medikasi yang pernah atau sedang digunakan?
Hyperlipidemia?
Pemeriksaan fisik :
-
Nistagmus horizontal
Dix Hall-pike negatif
Dismetria : tunjuk jari, tunjuk hidung dengan mata tertutup positif pada
vertigo sentral
Disdiadokokinesis : membolak balikkan kedua telapak tangan bergantian
positif pada vertigo sentral
Romberg test positif saat menutup mata
Buka mata langsung jatuh central vertigo
Saat menutup mata baru jatuh perifer vertigo
Romberg test dipertajam dengan menyilangkan kaki
Tandem gait
Pemeriksaan telinga : otoskopi normal, ditemukan SNHL
Management :
Prinsipnya adalah mengatasi simptom vertigo.
-
Trigeminal Neuralgia
Anamnesis :
- Karakteristik :
A. Serangan paroksismal nyeri mulai dari hitungan detik hingga 2
menit, mempengaruhi 1 atau lebih devisi n.trigeminalis dan
memenuhi kriteria B dan C
B. Nyeri memiliki karakteristik : (1) nyeri hebat, tajam, tumpul, atau
seperti ditikam; atau (2) muncul dari trigger area atau trigger
factor.
C. Nyeri berulang dengan bentuk yang sama pada tiap individu
D. Tidak ada bukti deficit neurologis
E. Tidak dihubungkan dengan gangguan lainnya
Cluster Headache
Anamnesis :
- Karakteristik :
A. Minimal 5 serangan yang memenuhi B-D
B. Nyeri unilateral orbital, supraorbital dan/atau temporal yang hebat
atau sangat hebat yang berlangsung 15-18 menit jika tidak diterapi
C. Nyeri kepala diikuti oleh 1 :
a. Injeksi konjungtiva dan/atau lakrimasi
b. Ipsilateral kongesti nasal dan /atau rinorea
c. Ipsilateral edem palpebral
d. Ipsilateral berkeringat di dahi dan wajah
e. Ipsilatelal miosis dan/atau ptosis
f. Restlessness atau agitasi
D. Frekuensi serangan 1/2hari hingga 8/hari
E. Tidak berhubungan dengan gangguan lain
Durasi serangan cepat dan periode serangannya jelas, misalnya pas waktu
tidur atau pagi-pagi, biasanya berhubungan dengan REM saat tidur.
Bedanya sama migraine, CH gak ada aura, jd gak ada tuh gejala mual,
muntah, fotofobia, atau pun fonofobia. Pasien bisa mengalami 1-2 periode
cluster pertahun, tiap periode berlangsung 2minggu-3bulan. Nyerinya
tajam, rasanya kaya mata mau didorong keluar, unilateral, periorbital,
retroorbital, region temporal, tapi bisa juga menjalar sampe dagu, leher,
Insomnia
Anamnesis :
- Karakteristik :
o Hal dibawah ini diperlukan untuk membuat diagnosis pasti :
Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan
tidur, atau kualitas tidur yang buruk;
Tingkatkan jam tidur 15-20 menit jika efisiensi tidurr > 90%,
sebaliknya kurangi 15-20 menit jika < 80%, atau pertahankan
jumlah jam tidur jika efisiensi tidur 80-90%.
Setiap minggu
sesuaikan jumlah tidur berdasarkan perhitungan yang dilakukan.
o Jangan tidur kurang dari 5 jam. Tidur di siang hari diperbolehkan,
tetapi tidak melebihi 1 jam
o Pada usia lanjut, jumlah jam tidur dikurangi hanya apabila efisiensi
tidur kurang dari 75%
3. Sleep Hygiene
Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan dan merubah cara hidup
dan lingkungan penderita dalam rangka meningkatakan kualitas tidur
penderita itu sendiri. Terdapat beberapa hal yang perlu dihindari dan
dilakukan penderita untuk menerapkan sleep hygiene yang baik,
seperti dibawah :
o Hindari mengkonsumsi alkohol, kafein dan produk nikotin sebelum
tidur
o Meminimumkan suasana bising, pencahayaan yang terlalu terang,
suhu ruangan yang terlalu dingin atau panas
o Pastikan kamar tidur mempunyai ventilasi yang baik.
o Menggunakan bantal dan kasur yang nyaman dengan penderita
o Hindarimakanan dalam jumlah yang banyak sebelum tidur
o Elakkan membawa pikiran yang bisa mengganggu tidur sewaktu di
tempat tidur
o Lakukan senam secara teratur (3-4x/minggu), dan hindari
melakukan aktivitas yang berat sebelum tidur
4. Cognitive Therapy
Pendekatan dengan cognitive therapy adalah suatu metode untuk
mengubah pola pikir, pemahaman penderita yang salah tentang sebab
dan akibat insomnia. Kebanyakan penderita mengalami cemas ketika
hendak tidur dan ketakutan yang berlebihan terhadap kondisi mereka
yang sulit tidur. untuk mengatasi hal itu, mereka lebih sering tidur di
siang hari dengan tujuan untuk mengganti jumlah tidur yang tidak
efisien di malam hari.
Edukasi :
Pada Pasien :
o Edukasi untuk minum obat secara benar dan teratur.
o Psikoterapi suportif agar pasien dapat kembali beraktivitas normal.
Pada keluarga:
o Memberikan informasi dan edukasi tentang penyakit pasien, faktor
risiko, gejala, risiko kekambuhan dan prognosis.
o Mengingatkan pasien untuk selalu minum obat.
o Memberikan perhatian dan dukungan semangat terhadap pasien.
o Menemani pasien untuk kontrol berikutnya
o
Status Epileptikus
(menit
onset
0-10 menit
0-2 menit
5-15 menit
0-2 menit
0-5 menit
5 10 menit, Segera
Tujuan
Pastikan
patensi
airway,
posisikan kepala pasien
Intubasi
(jika
airway
terganggu atau kecurigaan
peningkatan TIK)
Vital sign : SpO2, BP, HR, suhu
(benzodiazepine)
2. Resusitasi cairan
3. Resusitasi
nutrisi
(tiamin
100mg
IV
diberikan
sebelum
dekstrosa,
kemudian
baru berikan dekstrosa
50% 50 ml)
Berikan OAE lanjutan
Untuk
mengeksklusi
syok,
hipertermia,
aritmia
Untuk
mendapatkan
data VS dasar
Diagnosis hipoglikemia
Untuk rute medikasi
1. Hentikan kejang
2. Menjaga
euvolemia
3. Mengatasi
defisiensi
tiamin
dan hipoglikemia
Hentikan kejang
setelah inisial
diberikan
5-10 menit
OAE
5 menit
Pemeriksaan neurologis
Terapi SE refrakter
0-60 menit
15-60 menit
0-60 menit
Pasang kateter
EEG kontinyu
Tes diagnosis (CT/LP/MRI)
0-60 menit
Monitoring TIK
Evaluasi
apakah
ada
kemungkinan lesi massa
atau proses intracranial
akut
Mendiagnosis
kondisi
metabolic
yang
mengancam
1. Cek lab : CBC,
elektrolit,
toksikologi
Hentikan kejang, terapi
berdasarkan respon tiap
individu
Evaluasi sirkulasi
Evaluasi NCSE
Evaluasi
lesi
massa,
meningitis, ensefalitis
SE refrakter :
-
Myasthenia Gravis
MG penyakit autoimun yang menyerang reseptor postsinap asetilkolin NMJ di
otot skelet. Karakteristiknya berupa kelemahan dan capat lelah.
Anamnesis
Pemeriksaan :
-
Plasmaferesis
Surgery kalo ternyata ditemukan massa/tumor
Prognosis : pada tahun pertama bisa ada keterkaitan otot-otot
ekstraokular, hal ini bisa dipercepat dengan adanya factor-faktor
yang dapat memperberat MG di atas. Dubia ad malam
Edukasi :
Kalau ada gejala-gejala gangguan nafas, segera periksa ke
dokter
Kalau ada gangguan menelan, usahakan makanan jangan
terlalu cair untuk mencegah aspirasi
Hindari hal-hal yang dapat memperberat gejala
Istirahat yang cukup
Jaga kesehatan dan hindari infeksi
Koma
Etiologi :
intra kranial : Trauma , Epilepsi , Neoplastik, Stroke (perdarahan dan iskemik yg
menyebabkan edem cerebri), Infeksi
ekstrakranial : Metabolik, Drugs, Toxins, Psikiatrik, Syok
ekstrakranial
Anamnesis :
1. Onset : mendadak pada SAH, stroke brainstem, ICH. Progresif pada SOP,
stroke iskemik
Characteristic : bila ada periode delerium mengarah ke metabolik atau
intoksikasi,
History:
Benturan kepala sebelum koma perdarahan intrakranial, jika dalam
6mgg SDH kronis
Sudden kolaps ICH, SAH
Gerakan berulang /twitching otot, inkontinensia epileksi/post ictal
Gradual SOP, metabolik, infeksi SSP
DM hipoglikemi/hiperglikemia
Psikatri drug overdose
Alkoholism/drug abuse intoksikasi
Infeksi virus encephalitis
Keganansan metastasis
2. RPD : faktor risiko mengarah ke etiologi riwayat kejang sebelumnya,
DM, hipertensi, nyeri kepala, obat-obatan yg diminum
Manajemen awal:
1. Suportif ABC : oksigen,iv, kateter
2. Ambil darah untuk pemeriksaan GDS,elektrolit, calsium, ABG, fungsi ginjal
dan liver
3. Berikan dextrose 50% (25 g) naloxon (0,4-1,2 mg) dan thiamin (100mg) iv
4. Urgent CT scan non contrast utk identifikasi perdarahan intrakranial,
herniasi otak, dan lesi lain yg perlu pembedahan segera.
Pemeriksaan fisik :
1. Ukur semua vital sign
2. Ukur GCS terutama dengan stimulus nyeri :
Jika terjadi lateralisasi mungkin lesinya di korteks (Tumor-trauma-stroke)
jika respon
bilateral lebih ke metabolik. Jika hilang semua respon
mengarah ke lesi di brainstem atau psikogenik unresponsiveness.
Dekortikasi menandakan lesi di atas mesencephalon . decereberasi
menunjukkan lesi di mesencephalon ke bawah.
3. Lihat pupil dan releks cahaya
Pupil miosis dan reaktif bilateral bisa karena metabolik, opioid, lesi di
diencephalon dan pons.
Dilatasi bilateral, fixed karena overdosis atropine/scopolamine, edema
serebri.
Dilatasi unilateral dan tidak reaktif karena penekanan n.III ec herniasi
uncal.
4. Cek reflek dolls eye
5. Pemeriksaan head to toe : tanda laserasi kepala, perdarahan basis cranii,
tanda-tanda meningeal, lidah tergigit epilepsi, leher, thorax, abdomen,
ekstremitas, pemeriksaan neurologis relevan.
6. Pola nafas : cheyne stokes (deep breathing with periodic apnea)
gangguan bihemispher, diencephal atau metabolik. Hiperventilasi lesi di
mesencephalon
POLIOMYELITIS
Anamnesis
Karakteristik
Acute flaccid paralysis lumpuh lengan + kaki, mendadak (<4 hari dari
lemah sampai lumpuh), riwayat trauma (-), usia <15 tahun
- Nyeri menjalar sesuai perjalanan n.ischiaicus
- Nyeri bisa diprovokasi batuk, bersin, mengejan
- Kelemahan tungkai bawah dengan parestesi/kesemutan & nyeri otot
- Gastrointestinal symptoms (mual, muntah, kram perut, diare)
- Demam, nyeri tenggorok, nyeri kepala, malaise
Faktor risiko
- Higienitas makanan kurang
- Postvaksinasi polio oral
- Ada pasien AFP di sekitar tempat tinggal
Pencetus : (-)
RPD :
Pemeriksaan fisik
- Demam, nuchal rigidity
- Kelemahan tungkai bawah bilateral asimetris
- Reflex fisologis normal/meningkat
- Reflex patologis tungkai (+)
- Arthritis sacroiliaka : kontrapatric sign (+)
Pemeriksaan penunjang : Gold standard : -
INTOKSIKASI PSIKOAKTIF
Anamnesis
KU: penurunan kesadaran
RPS:
Penurunan kesadaran sejak jam.
Singkirkan:
1. Trauma post kecelakaan
2. riwayat DM dan penggunaan obat DM,
1. epilelpsi,
2. infeksi meningitis/enchepalitis (demam, nyeri kepala, fotofobi,
kaku kuduk)
3. gagal ginjal (koma uremikum: mual, muntah, kebingungan
sebelumnya, hipertensi, anemia, oliguria)
4. gagal liver (koma hepatikum: tanda2 cirrhosis)
Ada bau alkohol?, riwayat gangguan mood/depresi/bunuh diri (curiga
intoksikasi), penggunaan jarum suntik/narkoba.
Faktor resiko: penggunaan narkoba oral maupun suntik.
Pencetus: dosis berlebihan
RPD: Px Fisik:
KU: GCS<15
VS:
Kepala
Thorax
Abdomen
Ekstremitas
DD: korpal kornea, konjunctivitis, dry eye, ulkus kornea
Px: kadar zat dalam darah (goldstandart)
Tx: detoksifikasi
EPILEPSI
Anamnesis
Karakteristik
Pemeriksaan fisik
Cari tanda-tanda sering kejang meliputi luka yang perlu jahitan (kejang
kemudian terluka), bekas gigitan pada lidah, dll.
Singkirkan kemungkinan penyakit lain, skrining pemeriksaan fisik
menyeluruh
Pemeriksaan penunjang
Neuroimaging: EEG (gold standard), CT Scan (untuk melihat ada lesi), MRI
Pungsi lumbal (menyingkirkan infeksi otak)
Diagnosis banding
Syncope
Kondisi psikiatrik (gangguan konversi)
Hipotensi ortostatik
Kejang ec gangguan elektrolit/metabolic
Kejang demam
Treatment
Kejang general
OAE
pertama
Tonik-klonik
sodium
valproate
- lamotrigin
- topiramat
carbamazepi
n
sodium
valproate
- lamotrigin
- clobazam
levetiraceta
m
oxcarbazepi
n
- clobazam
- topiramat
Mioklonik
sodium
valproate
- topiramat
- clobazam
levetiraceta
m
- lamotrigin
- piracetam
Tonik
sodium
valproate
- clobazam
-
Absans
lini
OAE
kedua
lini
OAE
yang
dipertimbangka
n
- clonazepam
- phenobarbital
- phenytoin
- acetazolamide
- phenobarbital
- phenytoin
OAE
yang
dihindari
carbamazepi
ne
- gabapentin
oxcarbazepi
n
carbamazepi
ne
- gabapentin
oxcarbazepi
n
carbamazepi
- lamotrigin
levetiraceta
m
- topiramat
Atonik
sodium
valproate
- lamotrigin
- clobazam
levetiraceta
m
- topiramat
- phenobarbital
- acetazolamide
Parsial
dengan/tanpa
generalized
carbamazepi
ne
oxcarbazepin
e
sodium
valproate
- topiramat
- lamotrigin
- clobazam
- gabapentin
levetiraceta
m
- phenytoin
- tiagabine
- clonazepam
- phenobarbital
- acetazolamide
ne
oxcarbazepi
ne
carbamazepi
ne
oxcarbazepi
ne
- phenytoin
Obat diberikan dalam jangka waktu 5 tahun bebas kejang untuk orang
dewasa, 2 tahun bebas kejang untuk anak-anak dan gambaran EEG
normal. Kemudian di tapering off 25% dosis per bulan selama 3-6 bulan.
Dosis OAE
- Fenitoin: Dosis awal 5 mg/kg/hari dan dosis pemeliharaan 20
mg/kg/hari tiap 6 jam. Efek samping: depresi pada SSP, gangguan
keseimbangan tubuh, nystagmus, gingival hyperplasia.
- Fenobarbital: Dosis awal 1-3 mg/kg/hari dan dosis pemeliharaan 1020 mg/kg 1kali sehari. Efek samping: depresi pada, kelelahan, sedasi,
depresi, kemerahan pada kulit, SJS. Pada anak-anak dapat
menyebabkan hiperaktivitas.
- Karbamazepin: Dosis pada anak usia <6 tahun 10-20 mg/kg 3 kali
sehari, anak usia 6-12 tahun dosis awal 200 mg 2 kali sehari dan
dosis pemeliharaan 400-800 mg, anak usia >12 tahun dan dewasa
400 mg 2 kali sehari. Efek samping: diplopia, pusing, lemah,
mengantuk, mual, hiponatremia, SJS.
- Asam valproate: Dosis penggunaan asam valproat 10-15 mg/kg/hari
Efek samping: gangguan pencernaan (>20%), termasuk mual, muntah,
anorexia, peningkatan berat badan, pusing, gangguan keseimbangan
tubuh, tremor, gangguan kognitif yang ringan, hepatotoksik dan
hiperammonemia.
ENSEFALOPATI HIPERTENSI
Hipertensi emergensi
TD Diastolik > 120 mmHg disertai dengan satu atau lebih kondisi akut berikut:
- Pendarahan intra pranial, ombotik CVA atau pendarahan subarakhnoid.
- Hipertensi ensefalopati
- Aorta diseksi akut
- Oedema paru akut
- Eklampsi
- Phaeochromocytoma
- Funduskopi KW III-IV
- Insufisiensi ginjal akut
- Infark miokard akut, angina unstable
- Sindroma kelebihan Katekholamin yang lain: Sindrome withdrawal obat anti
hipertensi, cedera kepala, luka bakar, dan interaksi obat.
Anamnesis:
Karakteristik: (ada gambaran disfungsi akut dari otak)
- Sakit kepala hebat
- Mual, muntah
- Gangguan penglihatan pandangan kabur, diplopia, hemianopsia,
- Penurunan kesadaran
- Bila tidak segera diobati bisa kejang sampai koma.
RPS:
- Riwayat HT berapa lama? Menggunakan obat anti HT apa? Terkontrol/
tidak?
- Usia >40 tahun
- Cari tanda kerusakan target organ:
o Gangguan neurologis:, nyeri kepala, perubahan status mental
o Gangguan ginjal: gross hematuria, penurunan UO
o Gangguan jantung: gejala CHF, edema pulmo, nyeri dada
Pemeriksaan fisik:
VS: TD >180/120 mmHg
Cari bukti adanya kerusakan target organ:
- Funduskopi: perdarahan dan eksudat pada fundus, papil edema
- Thorax: RBB
- Pemeriksaan neurologis: cari tanda kelainan fokal
- Ekstrimitas: edema
Px penunjang:
Darah lengkap: ureum, kreatinin, elektrolit, GDS
Urinalisis
EKG
CT-Scan
DD: Perdarahan intracerebral, perdarahan subarahnoid,
Manajemen:
Segera turunkan TD, selanjutnya pasien dirawat di ICU.
- Penurunan TD (sistole tidak <160mmHg, diastole tidak <100mmHg/
MAP tidak <120mmHg selama 48 jam pertama):
- Cari antiHT yang bekerja cepat, efektif, aman, dengan sedikit efek
samping, pilihannya:
Sodium nitroprusside (drug of choice) 0,5-1mcg/kgBB/menit. Efek
samping: mual, muntah, fotosensitif.
Labetalol 20-80 mg iv bolus setiap 10 menit, 2 mg/menit secara
infus. Efek samping: hipotensi orthostatic, bradikardi.
Diazoxide dosis awal 50 mg bolus, dapat diulang dengan 2575mg setiap 5 menit sampai TD yang diinginkan. Efek samping:
mual, muntah, distensi abdomen, hiperuricemia, aritmia.
Pasien digolongkan:
Nonrespons bila penurunan TD diastolik <10mmHg setelah 20 menit
pemberian obat
Respons bila TD diastolik mencapai <120mmHg atau MAP <150mmHg
dan adanya perbaikan simptom dan sign dari gangguan organ sasaran
yang dinilai secara klinis setelah 60 menit pemberian obat.
Inkomplit respons bila setelah 60 menit pemberian obat masih
>120mmHg atau MAP masih >150mmHg, tetapi jelas terjadi perbaikan
dari simptom dan sign dari organ sasaran.
Prognosis: bila ditangan cepat dan tepat bonam, namun jika lambat dan jelek
bisa terjadi kematian.
BELLS PALSY
Penyakit kelumpuhan saraf fasialis (N.VII) perifer, bersifat unilateral,
penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), akut dan tidak disertai oleh
gangguan pendengaran ataupun kelainan neurologis lainnya.
Bells Palsy terdiri dari 3 fase, yaitu:
- Fase akut (0-3minggu) Inflamasi N.VII berasal dari ganglion
geniculatum, biasanya akibat infeksi HSV.
- Fase subakut (4-9 minggu) inflamasi dan edema N.VII mulai
berkurang
- Fase kronik (>10 minggu) edema saraf menghilang, namun pada
pasien dengan infeksi berat, inflamasi pada saraf tetap ada sehingga
dapat menyebabkan atrofi dan fibrosis saraf.
Anamnesis:
Karakteristik:
- Kelumpuhan otot wajah pada satu sisi, yang terjadi secara tiba-tiba,
beberapa jam sampai beberapa hari (maksimal 7 hari)
Gejala klinik berhubungan dengan lokasi lesi:
a. Lesi diluar foramen stilomastoideus mulut tertarik kearah sisi mulut
yang sehat, makanan berkumpul diantara pipi dan gusi, sensasi dalam
di wajah menghilang, lipatan kulit dahi menghilang, kelopak mata sulit
menutup.
b. Lesi di canalis fasialis (melibatkan corda timpani) gejala (a)
ditambah hilangnya pengecapan lidah (2/3 ant) dan salivasi di sisi yang
terkena berkurang.
c. Lesi yang lebih tinggi dari canalis fasialis (melibatkan m.stapedius)
gejala (a), (b), ditambah dengan hiperakusis (telinga mendengar suara
jadi kebih keras, karena otot yang meregangkan gendang telinga
mengalami kelumpuhan).
d. Lesi yang lebih tinggi lagi (melibatkan ganglion genikulatum) gejala
(a), (b), (c) ditambah nyeri dibelakang dan diliang telinga.
e. Lesi di daerah MAI (melibatkan N. VIII) gejala (a), (b), (c), (d),
ditambah dengan tuli
RPS:
- Riwayat pekerjaan/ aktivitas yang dilakukan pada malam hari di ruang
terbuka
- Riwayat infeksi Herpes simpleks/ herpes zoster
Pemeriksan fisik:
N. Cranialis: N.VII lagoftalmus (+) saat mencoba untuk menutup, mata
akan berputar ke atas (fenomena Bell), lipatan nasolabialis mendatar pada
sisi lumpuh dan tertarik ke sisi yang sehat.
Pemeriksaan THT lengkap
Pemeriksaan lokalis daerah wajah
Px penunjang:
Pemeriksaan derajat kerusakan saraf fasialis menggunakan system HouseBrackman
Untuk menentukan topografi kerusakan saraf fasialis: tes Schimer,
pemeriksaan refleks stapedius. tes gustometri, dan tes salivasi.
DD: Ramsay Hunt Syndrome, Miller Fishr Syndrom
Terapi:
Kortikosteroid: untuk mencegah degenerasi saraf, mengurangi sinkinesis,
meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan inflamasi N.VII.
o Prednison dimulai dengan dosis 60 mg/hari selama 5 hari dan
diturunkan menjadi 40 mg/hari selama 5 hari berikutnya. Total
pemberian prednison 10 hari.
Jika penyebabnya diduga Virus Herpes Zooster, dapat diberikan Acyclovir
tab 800mg, S5dd, selama 10 hari, (untuk menghambat replikasi DNA
virus).
Fisioterapi dapat dilakukan pada stadium akut/ bersamaan dengan
pemberian kortikosteroid. Tujuannya untuk mempertahankan tonus otot
Intracerebral Hemorrhage
Anamnesis
KU: penurunan kesadaran
RPS:
Penurunan kesadaran, seizure
Singkirkan:
3. Migrain
(nyeri
kepala
unilateral,
berdenyut,
sedang
berat,
nausea/vomit, fonofobia/fotofobia)
4. Stroke iskemik (babinski positif only)
5. Tumor (kronik progresif)
6. TRAUMA (akut post kecelakaan)
Faktor resiko: hipertensi, aneurisma intrakranial (a.serebri media atau a.arteri
karotis interna), TRAUMA, angiopati amiloid, malfomasi AV.
Pencetus: TRAUMA, hipertensi tidak terkontrol
RPD: hipertensi, merokok, hiperkolesterolemia, obesitas, DM.
Px Fisik:
KU: GCS<15
VS: TD>120/80 cenderung >160/90 mmhg, tachicardi, tachipnea, suhu
normal/meningkat
Kepala: pupil anisokor jika terjadi efek massa dari perdarahan, papilledema (+)
peningkatan ICP
Thorax: kardiomegali mungkin, gallop mungkin
Abdomen: dbn
Ekstremitas: hemiparesis atau hemianestesi (LATERALISASI)
RF meningkat, RP +, Gerak terbatas, Kekuatan <5, clonus (+)
Meningeal sign (-)
DD:
Dengan riwayat trauma: subdural hemorrhage, subarachnoid hemorrhage,
epidural hemorrhage
Tanpa riwayat trauma: iskemik stroke, subarachnoid hemorrhage.
Perdarahan subarachnoid
Anamnesis
KU: nyeri kepala terberat dalam hidup (thunderclap headache)
RPS:
Nyeri kepala terberat yang pernah ada, penurunan kesadaran, seizure, fotofobia,
diplopia.
Etiologi:
1. Trauma
2. spontan: av malformasi,aneurisma cerebral, neoplasma
Faktor resiko: hipertensi, aneurisma intrakranial (a.serebri media atau a.arteri
karotis interna), TRAUMA, angiopati amiloid, malfomasi AV.
Pencetus: TRAUMA, spontak karena ruptur aneurisma
RPD: hipertensi, merokok, hiperkolesterolemia, obesitas, DM.
Px Fisik:
KU: GCS<15
VS: TD>120/80 tachicardi, tachipnea, suhu normal
Kepala: papilledema
Thorax: dbn
Abdomen: dbn
Ekstremitas: dbn
St.neurologis: palsy n.III, n.VI
Meningeal sign (+)
DD: Dengan riwayat trauma: subdural hemorrhage, subarachnoid hemorrhage,
epidural hemorrhage
Tanpa riwayat trauma: iskemik stroke, stroke hemorrhagic
Px: CT scan (perdarahan/iperdense di cisterna) gold standart: angiografi
Lumbal puncture jika CT scan negatif
Tx:
NOTES
PARKINSON DISEASE
Anamnesis
Karakteristik
Data penting dari anamnesis:
- Gejala gangguan tidur biasanya berupa rasa ngantuk siang hari
yang berlebihan
- REM behavior disorder (RBD) gerakan tubuh saat tidur REM :
menendang/ memukul/ menangis/ bicara saat pasien masih tidur
- Gejala gangguan otonom (konstipasi, disfungsi seksual, gangguan
keringat, dermatitis seboroik, hipersalivasi, urinary urgency)
- Perasaan lemas menyeluruh, malaise
- Depresi/anhedonia
- Lambat berfikir, mudah lupa
Data klinis :
- Tremor, terutama saat istirahat
- decrease in dexterity kurang koordinasi gerakan karena one hand
clumsiness, misal kesulitan memakai baju. Deskripsi pasien : pesan di
otak tak sampai ke tangan
- Arm-swing saat jalan berkurang (asimetris)
- Suara lembut & melemah
- Ekspresi muka berkurang
- Daya penghidu turun/hiposmia
- Gejala motorik :
Asimetris !, selalu lebih parah di 1 sisi
Temuan awal : resting tremor extremitas atas
Progressive bradikinesia, rigiditas, sulit berjalan
Postur aksial progresif menjadi fleksi (membungkuk)
Instabilitas postural late onset; muncul dalam 8 tahun atau
lebih, kalo muncul lebih awal berarti bukan Parkinson; biasanya
disebut sebagai cardinal sign ke-4
Untuk diagnosis, butuh setidaknya 2 dari 3 tanda cardinal :
- Resting tremor
Mulai dari jari dan jempol (pill-rolling tremor) atau wrist salah satu
extremitas
menyebar
ke
ipsilateral
extremitas
DEMENSIA
Anamnesis
Karakteristik
- Termasuk dalam gangguan mental organic (GMO).
- Demensia merupakan sindroma akibat gangguan otak kronis progresif
berupa gangguan fungsi luhur kortikal multiple (daya ingat/memori,
daya pikir/intellect, orientasi, daya tangkap/komprehensi, berhitung,
kemampuan belajar, berbahasa, daya nilai/judgement)
- Diawali dengan kemerosotan /deteriorasi pengendalian emosi, perilaku
sosial atau motivasi hidup
- Pedoman diagnosis berdasarkan PPDGJ-III
Sindrom L3/L4 => nyeri dan kelainan pada anterior tungkai atas dan medial
tungkai bawah. Refleks lutut bisa menghilang, lasegue negatif tapi reserve
lasegue positif (hiperekstensi sendi coxae dengan flexi lutut)
Penunjang : gold standard HNP : MRI
Xray utk menyingkirkan spondilolostesis, fraktur,
Treatment
Rujuk jika ada red flag -> perlu bedah
Terapi konservatif -> 90% membaik dalam 6 minggu, sisanya perlu pembedahan
1. Bed rest in flat position (hard board) 2-4 hari
2. Analgesik : NSAID, parasetamol
Edukasi : hindari angkat2 berat, jika mau ambil barang tungkai yg ditekuk,
punggung tetap lurus. Bisa dengan kompres hangat utk meredakan nyeri akut.
TIA
Anamnesis
O : kurang dari 24 jam
L : dapat berupa parese, pelo, perot, memori, vertigo
D : harus dalam satu jam
C : tergantung lokasi iskemi
A:R:Faktor risiko :
HT, DM, dislipidemia, sakit jantung, kejang, infeksi CNS, koagulopati yang ke
arah trombosis, rokok
RPD :
stroke, TIA sebelumnya, singkirkan kemungkinan trauma
Px :
1 vital sign
2 GCS
3 motorik
4 sensoris
5 refleks fisiologis dan patologis
6 cranial nerve
7 meningeal sign
8 memori
9 cerebelum : keseimbangan, adhiadokokinesia, dismetria
10
skrining sistem lain
DD : stroke iskemi, syncope, absance seizure, hipoglikemia
Penunjang :
1 CBC
1 GDS - singkirkan hipoglikemi, cek DM
1 profil lipid
1 elektrolit darah
1 EKG - pencetus dari jantung
Gold standar :
1 CT scan tanpa kontras - tahu area iskemi
1 CT angiography
Tx
tx sama dengan stroke iskemik (liat topik stroke)
aspirin 50-325 mg/hari PO dalam jangka 48 jam dari TIA, lalu 75-100 mg/hari PO
Edukasi
1 kendalikan faktor risiko : HT, dislipidemia, DM
1 hentikan rokok dan alkohol
1 olahraga teratur
Prognosis : dubia
Primary Hipersomnia
Infark Cerebri
Anamnesis
O : mendadak
L : bergantung dari pembuluh yang terkena
1 a. cerebri anterior (capsula interna dan nukleus basalis, orbital, frontal, parietal) :
motoris dan sensoris tungkai kontraleteral terganggu, inkotinensia urin,
gangguan mental dan memori
1 a. cerebri media (capsula interna dan nukleus basalis, temporal, frontal, parietal)
: aphasia, motor speech disorder, gangguan motoris dan sensoris tangan kaki
wajah kontralateral, hemianopia homonim
sistole 150 - 220 mm Hg, diturunkan hingga sistole 140 mmHg masih aman agar
tidak terjadi rebleeding : nicardipin 0,5-6 mcg/kg/menit IV drip hingga tensi
tercapai dalam 24 pertama dari onset, awasi tensi
stroke iskemik, ditambah :
aspirin 325 mg PO
hanya bila sistole diatas 220 mm Hg atau diastole diatas 120 mm Hg, turunkan
tensi perlahan hingga 15% dalam 24 jam pertama dari onset : nicardipin 0,5-6
mcg/kg/menit IV drip hingga tensi tercapai, awasi tensi
rujuk :
stroke iskemik : kurang dari 3 jam masih mungkin r-tPA bila tidak ada
kontraindikasi
stroke perdarahan : rujuk untuk kemungkinan evakuasi hematom
umumnya rujuk untuk penanganan intensif dan fisioterapi post stroke
Edukasi : kendalikan faktor risiko, fisioterapi post stroke dibantu petugas medis
lalu mandiri
Prognosis : outcome lebih buruh yang perdarahan
ILMU
PENYAKIT
MATA
HORDEOLUM
Rekurensi? Kronik?
Nyeri, panas, bengkak pada eyelid. Tambah nyeri bila menunduk.
Dapat juga mengeluhkan astigmatism dan blurring vision akibat central
corneal flattening pada hordeolum yang ukuran besar
RPD : riw. Blefaritis, rosacea
Hifema
Anamnesis
:
- Karakteristik : darah di bilik mata depan,darah bisa berasal dari arteri dan
cabangnya pada korpus siliaris, arteri koroidalis, atau vasa iris pada
sekeliling pupil. Ada 2 jenis :
o Hifema primer : sesaat setelah terjadi trauma
o Hifema sekunder : terjadi sesudah hari ke 3, antara hari 3-5, atau
setelah perdarahan pertama teresorbsi.
Dari hifema bisa juga menyebabkan glaucoma sekunder karena tersumbat
darah. Selain itu hifema juga bisa mengakibatkan pewarnaan kornea
kornea jadi keruh penurunan penglihatan.
Pasien datang dengan keluhan perdarahan atau adanya darah di bagian
tengah mata.
Keluhan bisa disertai nyeri pada mata, gangguan
penglihatan, dan sensitive cahaya. Tanya riwayat trauma di mata. Hifema
juga bisa disebabkan oleh tindakan invasive di mata, jadi tanyain juga
riwayat operasi di mata. Meskipun jarang, ada juga hifema spontan.
Spontaneous hyphemas biasanya karena neovaskularisasi
(diabetes
mellitus,
iskemik,
pembentukan
sikatrik),
ocular
neoplasma
(retinoblastoma),
uveitis,
dan
vascular
anomali
(juvenile
xanthogranuloma). Tanyakan juga riwayat sakit mata, terutama yang bisa
Hipopion
Anamnesis
:
- Karakteristik : Hipopion didefinisikan sebagai pus steril yang terdapat pada
bilik mata depan. Hipopion dapat terlihat sebagai lapisan putih yang
mengendap di bagian bawah bilik mata depan karena adanya
gravitasi. Komposisi dari pus biasanya steril, hanya terdiri dari
lekosit t a n p a a d a n y a m i k r o o r g a n i s m e p a t o g e n , s e p e r t i
b a k t e r i , j a m u r m a u p u n v i r u s , k a r e n a hipopion adalah reaksi
inflamasi terhadap toxin dari
mikroorganisme patogen, dan bukan
mikroorganisme itu sendiri. Hipopion merupakan reaksi infl amasi di
bilik mata depan. Karena itu semua penyakit yang berhubungan
dengan uveitis anterior dapat menyebabkan terjadinya hipopion.
Hipopion dapat timbul setelah operasi atau trauma, bisa
disebabkan karena adanya infeksi, misalnya keratitis, ulkus
kornea, uveitis anterior.
Gejala subyektifnya adalah rasa sakit, iritasi, gatal dan fotofobia
pada mata. Bisa juga mengalami penurunan visus atau lapang
pandang, tergantung dari beratnya penyakit utama yang diderita.
Tanyakan riwayat infeksi, pemakaian lensa kontak, trauma,
pemakaian obat serta riwayat operasi.
DD :
Pemeriksaan
:
- Px fi sik :
o Visus : bisa normal, bisa juga turun
o Segmen anterior cari etiologi hipopion (tanda keratitis,
uveitis, ulkus). Adakah eksudat dan sinekia.
o Segmen
posterior
biasanya
normal,
bisa
untuk
menyingkirkan penyebab penurunan visus akibat gangguan
di segmen posterior
o TIO jika curiga glaucoma
o Pasien disuruh duduk, terus lihat ke arah bawah, sinari mata
pasien dari bagian atas-depan iris untuk menilai hipopion.
- Px penunjang :
o Slit lamp : untuk mencari etiologi (keratitis, uveitis, ulkus),
melihat lapisan berwarna putih pada bagian inferior COA.
o Karea
slit
lamp
bukan
kompetensi
dr.umum,
jadi
penegakkan diagnosis Cuma berdasarkan anamnesis sama
pemeriksaan fi sik.
Terapi
:
- Penatalaksanaan tergantung berat ringannya penyakit. WBC biasanya
akan di reasorbsi, tetapi bila hipopion memberikan gambaran berat, maka
bisa dilakukan drainase.
- Terapi spesifik tergantung penyakit utama.
- Kortikosteroid bisa diberikan untuk inflamasi, tapi pastikan tidak ada
keterkaitan kornea.
- Cycloplegic dapat diberikan untuk mengurangi nyeri dan mencegah
sinekia. Bisa diberikan sulfas atropine 1%.
- Awasi komplikasi : glaucoma sekunder, katarak, retinitis proliferans, dan
ablasi retina
- Prognosis : prognosis tergantung penyakit penyebab.
WBC dapat
direasorbsi sepenuhnya.
- Edukasi :
o Hindari menyentuh mata yang sakit
o Jaga kebersihan mata
BLEPHARITIS
Anamnesis
Karakteristik
- Sudden onset, nyeri/perih, visus normal, gatal, (gejala iritatif)
- Mata bisa merah, discar bisa ada, nrocos, rasa mengganjal, bisa
fotofobia
Faktor risiko : kontak lens, naik motor, kebiasaan kucek mata
Pencetus : RPD : Pemeriksaan fisik :
- bisa ada demam
KORPAL KONJUNCTIVA
Anamnesis
KU: post kelilipan di mata kanan atau kiri
RPS:
Kelilipan terjadi akut (hitungan menit atau jam), UNILATERAL biasanya, dikucekkucek, terasa mengganjal, nerocos, mata merah (+).
Nyeri di mata (-),
pandangan kabur (-), gatal (-).
Faktor resiko: kelilipan korpal (logam dan non logam).
Non-logam ada 2: inert (tidak menimbulkan reaksi jaringan/ringan, contoh:
plastik, kaca, batu), reaktif (menimbulkan reaksi jaringan, contoh: tumbuhtumbuhan, bulu ulat, bulu mata).
Logam (besi, tembaga) menimbulkan reaksi jaringan karena deposisi nya pada
konjuntiva (atau kornea, lensa, retina).
Pencetus: kontak dengan korpal tersebut
RPD: Px Fisik: visus, segmen anterior, segmen posterior
OD
OS
6/6
Visus
6/6
+
Persepsi warna +
+
Proyeksi
+
cahaya
Tenang
Kelopak mata
Tenang
Injeksi
konjuntiva
(+/-), Konjuntiva
tenang
korpal (+)
Jernih
Sklera
Jernih
Jernih
Kornea
Jernih
Dalam, sel (-),
COA
Dalam, sel (-)
Coklat, teratur
Bulat, sentral, 3mm, RC +/+
Iris
Pupil
Jernih
Cemerlang
Lensa
Fundus reflex
Coklat, teratut
Bulat, sentral, 3mm, RC
+/+
Jernih
Cemerlang
KONJUNGTIVITIS
Anamnesis : KU: mata merah
RPS: Mata merah sejak hari sampai dengan minggu. BILATERAL. Mengeluarkan
sekret, gatal (+/-), pandangan kabur (-), nyeri (-), riwayat trauma (-).
Bakteri
: sekret mukopurulent, sedikit gatal, nerocos sedikit, radang
tenggorokan jarang
Virus : sekret watery, sedikit gatal, nerocos banyak, radang tenggorokan jarang
Alergi : sekret watery-mucoid, prominent gatal, nerocos sedikit, radang
tenggorokantidak pernah
Gonorrhea : onset hari ke 2-5 (maksimal 1 minggu setelah kelahiran), sekret
mukopurulen kehijauan, sangat banyak, ibu riwayat gonorrhea
Chlamydia : onset setelah hari ke 5 (rata-rata 1 minggu setelah kelahiran),
sekret mukopurulen, banyak, ibu riwayat chlamydia
Faktor resiko: KONTAK
Pencetus: kontak dengan KAUSA ATAU ALLERGEN
RPD: ASMA (KONJUNGTIVITIS ALERGI), IBU GONORRHEA ATAU CHLAMYDIA
Px Fisik: visus, segmen anterior, segmen posterior
OD
6/6
Visus
+
Persepsi warna
+
Proyeksi cahaya
Tenang
Kelopak mata
Injeksi konjuntiva
Konjuntiva
Jernih
Sklera
Jernih
Kornea
Dalam, sel (-),
COA
Coklat, teratur
Iris
Bulat, sentral, 3mm, RC Pupil
OS
6/6
+
+
Tenang
Injeksi konjunctiva
Jernih
Jernih
Dalam, sel (-)
Coklat, teratut
Bulat, sentral, 3mm, RC
+/+
Jernih
Cemerlang
Konjungtivitis bakteri
Adenopati preaurikular Eksudat
monosit
dominan
Reaksi folikular +
Papiler Membran Pseudomembran
+
(inf.berat)
Lensa
Fundus reflex
Konjungtivitis viral
Adenopati preaurikular Eksudat PMN dominan
Reaksi folikular +
Papiler +
Membran +
Pseudomembran + (gonorrhea
saja)
+/+
Jernih
Cemerlang
Konjungtivitis alergi
Adenopati preaurikular Eksudat
eosinofil
dominan
Reaksi folikular Papiler Membran Pseudomembran -
aafp, 2003
Tx:
1. Konjungtivitis viral : artificial tear (cendo lyters gtt.I 3-4x/d prn akan
membaik maksimal 2 minggu jika daya tahan tubuh baik), kompres dingin.
2. Konjungtivitis bakteri
: antibiotik ed (ed chloramphenicol 0.5% gtt.I
6x/d minimal 3 hari)
3. Konjungtivitis alergi
: sodium cromoglycat eye drop 2% gtt.I 4x/d
4. Konjungtivitis chlamydia: tetrasiklin eye ointment 4x/d plus doksisiklin
2x100 mg/d 7d atau eritromycin 4x500 mg/d 7d)
5. Konjungtivitis gonorrhea: ceftriaxon single dose 50mg/kg (max 1 g) plus
gentamycin eye ointment/eye drop 0.3% gtt.I 4x/d 7d, irigasi saline
Edukasi: cuci tangan, hindari menggosok-gosok mata dengan tangan, menjaga
daya tahan tubuh, hindari alergen (k/p).
Introduksi
ini merupakan gejala berkurangnya penglihatan di malam hari karena
pencahayaan kurang
underlying dapat berupa katarak, glaukoma, defisiensi vitamin A, retinotis
pigmentosa
yang paling sering istilah ini dipakai untuk defisiensi vitamin A
XN (buta senja) merupakan tahap paling awal dari xeroftalmia yang terjadi
karena defisiensi vitamin A
pada tahap ini, mata tampak masih normal
tahap selanjutnya :
X1 -xerosis konjunctiva : konjunctiva palpebra tampak kering, keriput, kasar
X1A : tanpa bercak bitot
X1B : dengan bercak bitot
X2 - xerosis kornea : kekeringan mulai sampai ke kornea, tampak kasar, keriput
X3 - keratomalaci dan ulcerasi kornea : kornea menjadi lunak dan ada ulcerasi
X3A : kurang dari 1/3 kornea
X3B : lebih dari 1/3 kornea
XS -xeropthalmia scars : kornea memutih dapat hingga bola mata mengepis
hingga tahap X2 masih dapat membaik dalam 3 minggu dengan pemberian
vitamin A
Anamnesis
O : perlahan
L : simetris kedua mata
D & C : terjadi saat cahaya mulai remang-remang setelah sebelumnya terang,
sehingga dominan terjadi di malam hari, sering menabrak-nabrak benda di
sekitar, dst
A:R:Faktor risiko : gizi buruk, hamil dengan intake buruk, malabsorbsi
Px
1 BB dan TB : bisa normal bisa gizi buruk
1 Vital Sign : dbn
1 Visus : dbn
1 Segmen anterior posterior : dbn
1 Lapang pandang : dbn
1 Gerakan otot ekstraocular : dbn
1 TIO : dbn
1 Skrining kondisi general : kulit kering, rambut kering
Penunjang :
1 Dark Adaptation Threshold (DAT)
1 serum retinol rendah
Tx
suplemen vitamin A :
< 6 months: 50,000 units qDay for 2 days; repeat once with single dose after 2
weeks
6-12 months: 100,000 units qDay for 2 days; repeat with single dose after 2
weeks
>1 year except females of reproductive age: 200,000 units qDay for 2 days;
repeat with single dose after 2 weeks
females of reproductive age: 5000-10,000 units/day; 10,000 units/day maximum
or 25,000 units once weekly for 4 weeks
Edukasi : diet tinggi vitamin A : wortel, mangga, bayam, sayuran lain
Prognosis : X3 sampai XS prognosis buruk
PERRDARAHAN SUBKONJUNGTIVA
Hifema: adanya darah di COA
Anamnesis:
- Mata merah, berair, ada rasa mengganjal disertai pusing
- Unilateral
- Biasanya ada riwayat trauma
- Onsetnya (munculnya berapa lama setelah trauma)
- Penglihatan biasanya ttp normal tp bisa juga kabur
- Seringnya tidak nyeri
- Sudah diberi obat apa sebelumnya?
- Riwayat HT, batuk kronis, operasi mata sebelumnya?
Pemeriksaan fisik:
- Visus: 6/6 bisa menurun jika kornea terwarnai
- Segmen anterior: tampak perdarahan di konjungtiva bulbi, bisa merah tua/
merah terang, cek kejernihan kornea (karena kornea bisa sampai
terwarnai), reflex pupil.
- TIO: dbn
Px penunjang:
- Slit lamp
- Darah lengkap: memastikan ada tidaknya gangguan pembekuan darah
(pada yg memiliki riwayat perdarahan subkonujngtiva berulang
DD: konjungtivitis, konjungtivitis hemorrhagic akut, skleritis.
Manajemen:
- Terabsorbsi spontan 1-2 minggu
- Jika hifema < COA dan kornea jernih tirah baring, posisi kepala
elevasi 60.
- Asam traxenamat 3x500 mg (antifibrinolitik)
- Sulfas Atrofin 1% eye drop (efek midriatik)
- Asetazolamid 250mg 1-4x sehari atau 500mg 2x sehari bila TIO
meningkat, untuk mencegah glaukom
- Nafazolin HCL 4x1 tetes/ hari (vasokonstriktor)
- Kontrol 3 minggu lagi
- Jika perdarahan subkonjungtiva sifatnya menetap/ berulang kambuhkambuhan gejala awal limfoma adnexa okuler
- Operasi bila:
TIO tetap tinggi >35mmHg selama 7 hari
Terjadi
pewarnaan
hemosiderosis)
kornea
(penimbunan
pigmen
darah,
Edukasi:
- Hindari pemakaian aspirin, ibuprofen, NSAID dkk untuk sementara waktu
- Menjelaskan kondisi ini membaik dengan sendirinya, perdarahan dapat
diserap dalam 1-2 minggu.
- Kontrol ulang setelah 1 lagi atau segera kembali jika pertambahan
bertambah luas.
ILMU
PENYAKIT
DALAM
Karakteristik
- Diawali gejala-gejala TB biasa seperti demam ringan, keringat malam
hari, turun nafsu makan
- Setelah kurang lebih 4 bulan dari gejala awal TB pasien mulai
mengeluhkan nyeri punggung, sulit berdiri (sudah menekan medulla
spinalis), kifosis, teraba benjolan di vertebra (gibus)
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Tumor spinal
Abses spinal
Metastasis kanker
Multiple myeloma
DD
Treatment
RPD : -
Pemeriksaan fisik
- Ditemukan ronki kasar
- Bisa dengan wheezing
Pemeriksaan penunjang :Darah rutin (leukositosis), foto thorax (untuk ekslusi
penyebab lain)
Gold standard : Diagnosis banding : Asthma bronkial, Pneumonia, Influenza, TB, Gagal jantung.
Treatment
- Non-farmakologi : istirahat, dianjurkan banyak minum dan menghindari
paparan asap rokok dan iritan inhalan lain (berhubungan dengan
tempat kerja)
- Farmakologi :
o Antipiretik jika dibutuhkan : Parasetamol tab 3 x 500 mg
(Sprn)
o Antitusif jika batuk sangat mengganggu : Dextromethorphan
tab 3 x 15 mg (Sprn), Dextromerthorphan syr. 10mg/5 ml
o Bronkodilator jika ada sesak nafas : Salbutamol tab 3 x 2 mg
o Antibiotik jarang diperlukan karena kebanyakan disebabkan oleh
virus
Edukasi : kontrol lagi setelah 5 hari
Faktor risiko:
- Wanita
- Obesitas atau penurunan BB cepat
- Hormonal therapy pada wanita
- Usia 40 tahun ke atas
Pencetus :
- Makanan berlemak
Pemeriksaan fisik
- Nyeri tekan di RUQ atau epigastric
- Murphy sign (+)
- Teraba massa kandung empedu
- Ikterik jika ada obstruksi ekstrahepatal
Pemeriksaan penunjang :leukositosis, peningkatan SGOT/SGPT
Gold standard :
- USG hati (initial imaging test) penebalan dinding kandung empedu,
sering ditemukan pula sludge atau batu
Diagnosis banding : peptic ulcer perforasi, pancreatitis akut, angina pectoris,
appendicitis akut retrocaecal
Treatment
- Non-farmakologi: tirah baring, hindari makanan berminyak (dari Buku
Pelayanan Medik dan Medscape bahkan dikatakan dipuasakan)
- Farmakologi :
o Antipiretik dan analgesic jika dibutuhkan : Parasetamol tab 3 x
500 mg (Sprn)
o Antiemetic jika mual dan muntah : Domperidone tab 3 x
10mg, Metoclopramide tab 3 x 10 mg
o Antibiotik diberikan parenteral (rujuk)
Edukasi :
GASTRITIS (4A)
Anamnesis
Karakteristik
- Perihatau rasa tidak nyaman di ulu hati
- Nyeri epigastrium, perut kembung, mual, muntah tidak selalu ada
Faktor risiko:
- Penggunaan aspirin atau NSAID dosis tinggi
- Penggunaan corticosteroid oral
- Konsumsi alkohol
Pencetus :
- Makanan pedas
- Terlambat makan
RPK : Keluhan serupa dalam keluarga pikirkan infeksi H. pylori
Pemeriksaan fisik
- Nyeri tekan epigastric
Pemeriksaan penunjang :
- Darah rutin ( menilai anemia, kecurigaan terjadi perdarahan lambung)
- Fungsi hati (SGOT/ SGPT, eksklusi masalah di hepar)
- Fungsi pancreas (amylase lipase, eksklusi pankreatitis)
Gold standard :
- Endoscopy ( gastritis erosive)
Diagnosis banding : peptic ulcer, gastroenteritis, pankreatitis, kanker gaster,
cholecystitis, crohn disease
Treatment
- Non-farmakologi : tirah baring, membiasakan diri makan teratur,
hindari makanan merangsang (pedas dan asam), stop penggunaan
NSAID atau corticosteroid (jika terpaksa konsumsi, diminum dengan
makanan)
- Farmakologi :
o Antasida (Al-Hidroksid 200 mg, Mg (OH) 2 150 mg) tab 3
x1 ( 1 jam sebelum makan)
o Ranitidintab 2 x 150 mg
o Omeprazoltab 1 x 40 mg
o Antiemetic jika mual dan muntah : Domperidone tab 3 x
10mg, Metoclopramide tab 3 x 10 mg
Edukasi :
- Jika ada tanda-tanda perdarahan (hematemesis, melena) segera periksa
lagi. Rujuk jika kecurigaan mengarah ulkus peptikum karena risiko
perforasi.
RABIES
Patofisiologisnya adalah neurotoksisitas, bukan sitotoksisiyas, sehingga kematian
dapat terjadi pada global neurogenic & organ dysfunction.
Anamnesis :
-
Pemeriksaan fisik :
-
Klo datang dengan sudah digigit maka bersihkan luka dengan cepat
sampai benar2 bersih
Imunisasi pasif HRIG 20 IU /kg intramuskular di luka secukupnya dan
lalu sisanya disuntikkan di gluteal, diberikan selama 7 hari setelah vaksin
Imunisasi aktif vaksin Rabies 1 ml pada hari 0,3,7,14 disuntikkan
intramuskular di deltoid. Hanya hari 0,3 saja pada yang sudah di vaksin
sebelumnya
TETANUS
Anamnesis
KU: luka karena benda berkarat
RPS:
Apakah dijumpai luka tusuk, luka kecelakaan/patah tulang terbuka, luka
dengan nanah atau gigitan binatang?
DD:
1. Meningitis, meningoensefalitis, ensefalitis. Pada ketiga diagnosis tersebut
tidak dijumpai trismus, risus sardonikus. Namun dijumpai gangguan
kesadaran dan terdapat kelainan likuor serebrospinal.
2. Tetani disebabkan oleh hipokalsemia. Secara klinis dijumpai adanya
spasme karpopedal.
Spasm of the feet and hands observed in hyperventilation, calcium
deprivation, and tetany: flexion of the hands at the wrists and of the
fingers at the metacarpophalangeal joints and extension of the fingers at
the phalangeal joints; the feet are dorsiflexed at the ankles and the toes
plantar flexed.
3. Rabies : dijumpai gejala hidrofobia dan kesukaran menelan,
sedangkan pada anamnesis terdapat riwayat digigit binatang pada waktu
epidemi.
4. Trismus akibat proses lokal yang disebabkan oleh mastoiditis, otitis media
supuratif kronis (OMSK) dan abses peritonsilar. Biasanya asimetri
Px Penunjang: tidak spesifik
ADIKSI NARKOBA
Opiate (heroin, morfin, ganja):
- Perasaan senang dan bahagia, acuh tak acuh, malas bergerak,
mengantuk, rasa mual, bicara cadel, pupil miosis, gangguan daya ingat
Ganja:
- Rasa senang dan bahagia, santai dan lemah, acuh tak acuh, mata merah,
nafsu makan meningkat, mulut kering, sering mengantuk, kurang
konsentrasi, depresi
Amfetamin:
- Kewaspadaan meningkat, bergairah, rasa senang, bahagia, pupil midriasis,
takikardi, TD meningkat, insomnia, hilang nafsu makan
Kokain:
- Takikardi, agitasi, euphoria, banyak bicara, kejang, pupil midriasi, TD
meningkat, nistagmus horizontal
Alcohol:
- Bicara cadel, jalan sempoyongan, wajah kemerahan, banyak bicara,
gangguan pemusatan perhatian
Benzodiazepine:
- Bicara cadel, jalan sempoyongan, wajah kemerahan, banyak bicara,
mudah marah, gangguan pemusatan perhatian
Anamnesis:
Sulit tidur, gelisah saat mau tidur, ada perubahan pola tidur dan makan
Ada penurunan BB
Mata merah, mulut kering, bibir berwarna kecoklat-hitaman
Perilakunya tidak wajar, bicara kacau, daya ingatnya menurun
Lebih mudah marah, iritabel, mood swing
Alcohol? Merokok? Sejak kapan?
Riwayat mengkonsumsi obat-obatan?
Pemeriksaan fisik:
- VS: HT, takikardi
- Mata: pupil miosis/ midriasis
- Thorax-Abdomen: bisa normal sampai hepatomegali
- Ekstrimitas: tremor, inkoordinasi
Px penunjang:
- Cek urin: strip tes narkoba
- Darah lengkap
DD: Intoksikasi narkoba, withdrawal narkoba
Manajemen:
- Psikoterapi
- Rujuk Sp.KJ
Prognosis: dubia
Px penunjang:
- Darah lengkap:
hitung total limfosit count (TLC)
CD4
- Cek antibody HIV A1, A2, A3 (Western blot, Immunoassay enzim HIV)
- Foto thorax bila ada gejala
DD: HIV AIDS
Manajemen:
- VCT
(kunjungan berikutnya berjarak 2 minggu dari kunjungan terakhir)
- Kunjungan klinik ke-2
Terapi cotrimoxazole profilaksis 960mg (utk mencegah serangan
PCP&toxoplasmosis utk semua stadium klinis dan CD4
Limfadenitis
Anamnesis
O : akut atau subakut atau kronik (limfadenitis TB)
L : tergantung lokasi infeksi, mencari keluhan lain yang sekiranya dapat menjadi
sumber infeksi
C : terasa nyeri, dapat disertai demam, teraba hangat
T : sudahkah diberi antibiotik sebelumnya
RPD :
riwayat infeksi lokal maupun sistemik
Px
11
Status lokalis : lunak, bisa ada fluktuasi, hangat, eritem, nyeri tekan, bisa
asimetris, bisa multipel regional maupun multi regio, bentuk regular atau
irregular
12
Skrining lokasi limfonodi lainnya, adakah yang berkarakteristik sama
13
Skrining sistem lain yang menjadi sumber infeksi
DD : limfadenopati, abses, tumor (lipoma, malignancy, dst)
Penunjang :
2 CBC - ke arah infeksi
2 aspirasi jarum halus lalu dilihat histopatologis (tidak rutin dilakukan, biasanya
bila curiga ke arah TB)
Tx :
antibiotik (dosis dan jenis bergantung infeksi yang mendasari
antiinflamasi - analgesik : NSAID oral
ILMU
KESEHATA
N
JIWA
Farmakoterapi :
-
Anamnesis:
1. Ada pikiran dan tindakan yang berulang, tak bisa dihilangkan, tidak
dikehendaki
2. Tidak menyenangi kondisi tersebut
3. Berusaha menghindari kondisi tersebut tapi tidak bisa, meskipun ada yg
bs dilawan
4. Sering diikuti perasaan cemas/depresi bila tidak dituruti dorongan
tersebut. bila diturutin tidka memberi kebahagian
5. Hampir setiap hari min 2 minggu
6. Mengganggu aktivitas sering terlambat datang kantor, terlambat
pulang
Px
: vital sign, head to toe
Tx
: golongan trisiklik clomipramine 1 x 25 mg malam hari, efek samping
mulut kering dan konstipasi
Golongan SSRI fluoxetine 1 x 20 mg cap
Durasi 1 minggu
Edukasi : cognitive behaviour therapy , but how? Suppor keluarga.
SKIZOPHRENIA
Anamnesis
Karakteristik
Gangguan jiwa berat, berlangsung lama, berupa gangguan pikiran
(thought), pembicaraan (speech), dan perilaku (behavior)
Diagnosis didasarkan pada PPDGJ (F20)
- 1 gejala berikut (kalau gejala tidak jelas, harus ada 2 atau lebih)
Tought of echo isi pikir bergema/berulang dikepalanya
gaduh
gelisah/posturing
posisi
tertentu/negativism (melawan
tahanan)/fleksibilitas
cerea
(posturing posisi yang diatur pemeriksa), mutism, stupor
Gejala
negative
:
apatis,
jarang
bicara,
emosi
tumpul/inappropriate harus bukan karena depresi/obat
- Berlangsung 1 bulan atau lebih
- Perubahan konsisten pada beberapa perilaku, hilang minat, hidup
tanpa tujuan, larut dalam diri sendiri, menarik diri dari sosial
Kalau DSM V
- Ada 2 gejala berikut : delusi, halusinasi, bicara kacau, perilaku
kacau/katatonik, gejala negative
- Setidaknya 1 dari halusinasi/delusi/bicara kacau harus ada
- Gejala minimal 1 bulan, bisa lebih dari 6 bulan juga
Faktor risiko
- Riwayat keluarga dengan gangguan jiwa berat
- Depresi berat
- Coping mechanism jelek
Pencetus : stressor psikologis berat
PRD : bisa ada riwayat serupa sebelumnya
Pemeriksaan fisik : Biasanya normal
Pemeriksaan penunjang : MMSE
Gold standard : DSM V / PPDGJ
Diagnosis Banding : gangguan psikotik, delirium, intoksikasi zat, skizoafektif
Treatment
Mondok di RS untuk diagnosis, stabilisasi pengobatan, pengamanan pasien
Psikososial terapi
Antipsikotik
cc
GANGGUAN WAHAM
Anamnesis
Karakteristik
Diagnosis didasarkan pada PPDGJ (F22)
- Waham sebagai gejala yang mencolok, minimal 3 bulan, harus
bersifat pribadi (bukan budaya setempat)
- Gejala depresif (menetap/intermiten) dgn waham yang menetap
- Tak ada bukti penyakit otak
- Halusinasi auditorik (-)/hanya sementara/kadang-kadang
- Riwayat gejala skizophrenia (-)
Termasuk : paranoid, psikosis paranoid, parafrenia
Kalau DSM IV-TR
- Delusi nonbizzare minimal 1 bulan (eg. Diikuti, terinfeksi, diracun,
LDR)
- Tidak memenuhi kriteria skizofrenia
- Perilaku tidak begitu aneh, aktifitas sedikit terganggu
- Jika muncul gangguan mood, durasinya harus < periode waham
- Bukan karena efek zat/obat
Faktor risiko : instabilitas emosi
Pencetus : stressor psikologis hebat
Pemeriksaan fisik : biasanya normal semua
Pemeriksaan penunjang : MMSE
Gold standard : DSM IV TR / PPDGJ
Treatment :
- antipsikotik (haloperidol/chlorpromazine) + antidepresan (fluoxetine
20 mg 1dd, sediaan 10 mg, 20mg)
- cognitive behavior therapy
Edukasi & Prognosis : support keluarga dan lingkungan
GANGGUAN PSIKOTIK
Anamnesis
Karakteristik
Diagnosis didasarkan pada PPDGJ (F23)
- Urutan prioritas :
GANGGUAN SKIZOAFEKTIF
Anamnesis
Karakteristik
Diagnosis didasarkan pada PPDGJ (F25)
- Gangguan skizofren dan afektif sama-sama menonjol di saat yang
sama/bergantian tapi masih dalam 1 episod penyakit yang sama,
tidak memenuhi kriteria skizofren atau manik atau depresif
- Tidak bisa dipakai pada pasien skizofren aau gangguan afektif
dalam episode penyakit yang berbeda
- Bila pasien skizofren menunjukkan gejala depresi setelah episode
psikotik disebut depresi pasca skizofrenia (F25.4)
Kalau DSM V
- Ada episode gangguan mood mayor (depresi/manik) tapi masuk
kriteria skizofren juga. Episode depresi harus mencakup mood
depresif
- Kalau tidak ada gangguan mood mayor, harus ada delusi/halusinasi
selama 2 minggu atau lebih
- Gejala gangguan mood mayor yang ada harus ada sepanjang durasi
penyakit
- Tak ada riwayat konsumsi obat/zat
Karakteristik
- Gejala cemas:
Khawatir dan waspada berlebih (khawatir akan nasib buruk, sulit
konsentrasi, seperti di ujung tanduk)
Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak bisa
santai)
Hiperaktif autonom (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar, sesak nafas, keluhan lambung, mulut kering)
- Gejala di atas berlangsung hampir setiap hari (tidak terbatas pada
situasi/kondisi tertentu) dan merupakan gejala utama/primer
- Durasi keluhan mulai dari beberapa minggu hingga beberapa bulan,
namun biasanya >1 bulan
Faktor risiko
- Wanita
- Usia muda
Pencetus (-)
RPD (-)
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
DD
Treatment
Karakteristik
- Gejala cemas:
Khawatir dan waspada berlebih (khawatir akan nasib buruk, sulit
konsentrasi, seperti di ujung tanduk)
Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak bisa
santai)
Hiperaktif autonom (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar, sesak nafas, keluhan lambung, mulut kering)
- Gejala cemas tingkat berat yang mendadak terjadi, diantara
serangan panik biasanya pasien tenang
- Gejala panik tidak terbatas pada kondisi/situasi yang sudah dikenal,
berlangsung kira-kira 5-20 menit
- Beberapa serangan berlangsung dalam satu bulan
Faktor risiko
- Wanita
- Usia muda
Pencetus (-)
RPD (-)
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
DD
Treatment
Karakteristik
- Gejala cemas:
Khawatir dan waspada berlebih (khawatir akan nasib buruk, sulit
konsentrasi, seperti di ujung tanduk)
Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak bisa
santai)
Hiperaktif autonom (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar, sesak nafas, keluhan lambung, mulut kering)
- Gejala depresi:
Afek depresif
Kehilangan minat dan kegembiraan
Kurang energi/gampang lelah
Gejala lain meliputi konsentrasi berkurang, tidak percaya diri,
rasa salah/tak berguna, pesimis, ingin bunuh diri, tidur
terganggu, nafsu makan berkurang
- Terdapat gejala kedua-duanya tapi seimbang dan tidak cukup berat
untuk jadi diagnosis cemas atau depresi sendiri
- Jika gejala-gejala depresi atau cemas cukup untuk bisa ditegakkan
menjadi diagnosis sendiri, maka diagnosis gangguan campuran ini
tidak digunakan lagi
Faktor risiko
- Sosio-ekonomi rendah
- Kepribadian pesimis, dependen, suka menyingkir
- Trauma saat kecil
- Stress
Pencetus (-)
RPD (-)
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Urinalisis
Tes urin untuk mengetahui penggunaan obat-obat terlarang
DD
Treatment
Behavioral therapy
Farmakoterapi tergantung gejala yang lebih mengganggu bagi penderita
Imipramin 25-75 mg/8-24 jam (awali dengan dosis kecil) -> untuk depresif
Diazepam 2-5 mg/8-12 jam -> untuk cemas