Anda di halaman 1dari 78

ILMU

KESEHATA
N ANAK
KEJANG DEMAM
Anamnesis

Karakteristik
- Kejang yang disertai demam (suhu rektal >38C) pada anak usia 6
bulan 5 tahun.

Kejang Demam Sederhana: Kejang <15 menit, bentuk umum tonik


dan atau klonik tanpa gerakan fokal, kejang tidak berulang dalam 24
jam
- Kejang Demam Kompleks: Ada salah satu dari: Kejang >15 menit
atau kejang fokal/parsial/kejang umum didahului parsial atau kejang
berulang lebih dari sekali dalam 24 jam
- Jika kejang terjadi pada anak <6 bulan atau >5 tahun, pikirkan dahulu
epilepsi yang terjadi bersamaan dengan demam
- Kejang pada anak <1 bulan bukan kejang demam
Faktor risiko
- Riwayat keluarga positif (saudara atau orang tua)
- Pernah kejang demam sebelumnya (berulang)
- Usia <3 tahun paling banyak terjadi kejang demam
Pencetus
- Demam yang disebabkan karena infeksi, paling banyak karena virus
berupa ISPA. Otitis media akut, ISK, tonsillitis juga sering menyebabkan
kejang demam
RPD
- Pernah mengalami kejadian serupa

Pemeriksaan fisik

Suhu rektal >38C


Singkirkan adanya meningitis dengan periksa tanda-tanda meningeal:
Brudzinski neck sign, Brudzinski kontralateral, Kernig sign, Kaku kuduk.

Pemeriksaan penunjang

Singkirkan kemungkinan adanya infeksi otak atau gangguan metabolik


dengan cara:
- Darah rutin, elektrolit, dan gula darah (bisa dilakukan di puskesmas)
- Pungsi lumbal: <12 bulan sangat dianjurkan, 12-18 bulan dianjurkan,
>18 bulan tidak rutin (namun bila yakin klinis bukan meningitis maka
tidak perlu dilakukan)
- EEG dan CT Scan jarang dilakukan, hanya pada kasus KDK atau dengan
defisit neurologis

DD

Meningitis, Epilepsi disertai demam, Kejang disertai demam ec gangguan


metabolik/elektrolit

Treatment

Saat kejang
- Obat untuk orang tua adalah diazepam rektal 5 mg untuk anak
dengan BB < 10 kg dan diazepam rektal 10 mg untuk anak dengan BB
> 10 kg. Diazepam rektal dapat diulang 2 kali dalam interval 5 menit.
- Di RS: Diazepam IV 0,3 - 0,5 mg/kgBB perlahan dalam waktu 3 - 5
menit dengan dosis maksimal 20 mg. Jika masih tetap kejang, beri
Fenitoin IV 10-20 mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1 mg/menit atau <
50 mg/menit. Jika berhenti dosis selanjutnya Fenitoin 4-8 mg/kgBB/hari

dimulai 12 jam setelah dosis awal. Jika masih belum berhenti, rawat di
ruang intensif.
Anti piretik
- Parasetamol 10 - 15 mg/kgBB/kali diberi 4 kali sehari atau
- Ibuprofen 5 - 10 mg/kgBB/ kali 3 - 4 kali sehari
Anti konvulsan saat demam >38,5C diberi
- Diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam atau
- Diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg setiap 8 jam
Pemberian obat rumat dengan indikasi (salah satu dari):
1. Kejang lama > 15 menit
2. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang,
misalnya hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental,
hidrosefalus.
3. Kejang fokal
4. Pengobatan rumat dipertimbangkan bila:
- Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam.
- Kejang demam terjadi pada bayi < 12 bulan
- kejang demam > 4 kali per tahun
Jenis obat rumatan:
- Asam Valproat (1st choice) dengan dosis 15-40 mg/kgBB/hari
dibagi 2-3 dosis (efek samping: ganguan fungsi hati) atau
- Fenobarbital 3-4 mg/kgBB/hari dibagi dalam 1-2 dosis (efek
samping: gangguan perilaku dan sulit belajar)
- Lama pengobatan: Diberikan selama 1 tahun bebas kejang;
kemudian dihentikan bertahap dalam 1-2 bulan

Edukasi

Beri penurun panas jika demam >38,5C, jika kejang diberikan obat
Diazepam rektal maksimal 2 kali interval 5 menit, jika kejang >5 menit
langsung bawa ke dokter
Jika kejang catat durasinya, jenisnya, posisikan anak terlentang kepala
miring, bersihkan muntahan/ lendir dari mulut atau hidung, jangan
memasukkan sesuatu ke dalam mulut.
Bisa kemungkinan berulang terlebih jika ada riwayat keluarga, suhu
rendah saat kejang, cepatnya kejang setelah demam
Faktor risiko epilepsi pada KDK, kelainan saraf atau perkembangan
sebelum kejang demam, riwayat keluarga epilepsi. Obat rumatan tidak
mencegah kemungkinan epilepsi

ILMU
PENYAKIT
SARAF

BPPV

Definisi : sensasi abnormal dari gerakan yang muncul akibat perubahan


gerakan mendadak.
Patofisiologi : canalithiasis dan cupulolithiasis
Anamnesis :
-

Pusing berputar mendadak


Mual muntah
Dipicu oleh gerakan kepala mendadak (biasanya saat bangun dari tidur di
pagi hari)
Tidak ada gangguang pendengaran ataupun tinnitus

Pemeriksaan fisik :
-

Nistagmus horizontal
Dix Hall-pike positif muncul nystagmus
Dismetria : tunjuk jari, tunjuk hidung dengan mata tertutup
Disdiadokokinesis : membolak balikkan kedua telapak tangan bergantian
Romberg test
Buka mata langsung jatuh central vertigo
Saat menutup mata baru jatuh perifer
Romberg test dipertajam dengan menyilangkan kaki
Tandem gait
Pemeriksaan telinga : dalam batas normal

DD : Menierre disease, labyrinthitis, vertigo sentral


Pemeriksaan penunjang : tidak diperlukan
Management :
-

Pasien minta selalu ada yang mendampingi karena ada risiko terjatuh,
terutama dalam jangka waktu pengobatan (weeks to month)
Vestibulosupressant : betahistin mesilat 3 x 6-12 mg
Canalith repositioning : Epley maneuver

MENIERE DISEASE
Merupakan gangguan pada telinga tengah yang disebut juga idiopathic
endolymph hydrops. Hydrops endolymph terjadi akibat meningkatnya tekanan
sistem endolymphatic pada telinga tengah.
Anamnesis :
1.
2.
3.
4.

Fluctuating hearing loss


Occasional episodic vertigo
Tinnitus
Aural fullness (discomfort, fullness sensation)

Pada RPD :
-

Trauma?
Medikasi yang pernah atau sedang digunakan?
Hyperlipidemia?

Pemeriksaan fisik :
-

Nistagmus horizontal
Dix Hall-pike negatif
Dismetria : tunjuk jari, tunjuk hidung dengan mata tertutup positif pada
vertigo sentral
Disdiadokokinesis : membolak balikkan kedua telapak tangan bergantian
positif pada vertigo sentral
Romberg test positif saat menutup mata
Buka mata langsung jatuh central vertigo
Saat menutup mata baru jatuh perifer vertigo
Romberg test dipertajam dengan menyilangkan kaki
Tandem gait
Pemeriksaan telinga : otoskopi normal, ditemukan SNHL

DD : Stroke pada a.basillaris, BPPV, Labyrinthitis, Brain tumor


Pemeriksaan penunjang :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

GDS untuk ruleout DM


Laju endap darah untuk ruleout autoimun
CBC untuk ruleout anemia atau leukimia
Elektrolit serum untuk ruleout salt/water imbalance
Audiometry ditemukan low-frequency insufficiency
Caloric testing negatif pada telinga yang affected
Bila ada kecurigaan ke arah proses intrakranial, dapat dilakuakn Head CT
scan atau MRI

Management :
Prinsipnya adalah mengatasi simptom vertigo.
-

Vestibulosupressant : betahistin mesilat 3 x 6-12 mg


Antiemetic prn
Diuretic (hydrochlorothiazid) hanya diberikan untuk prevensi, pada
serangan vertigo akut tidak membantu symptom relieved.
Edukasi : mengurangi total body fluid volume (sama seperti hipertensi)

Trigeminal Neuralgia
Anamnesis :
- Karakteristik :
A. Serangan paroksismal nyeri mulai dari hitungan detik hingga 2
menit, mempengaruhi 1 atau lebih devisi n.trigeminalis dan
memenuhi kriteria B dan C
B. Nyeri memiliki karakteristik : (1) nyeri hebat, tajam, tumpul, atau
seperti ditikam; atau (2) muncul dari trigger area atau trigger
factor.
C. Nyeri berulang dengan bentuk yang sama pada tiap individu
D. Tidak ada bukti deficit neurologis
E. Tidak dihubungkan dengan gangguan lainnya

Nyeri kaya ditusuk,unilateral, distimulasi dg mengunyah, minum air


dingin/panas, senyum, sikat gigi atau sentuhan di area yang terpengaruh
n.trigeminalis, seringnya di deket mulut sama hidung. Lebih sering di sisi
kanan. Pasien bisa nunjuk sakitnya dimana, dan pasti ngeluh sakit
banget, pokoknya kaya kesengat gitu rasanya. Nah, pas kerasa sakit,
pasien biasanya kaya kedutan (kaya pak gusdur gitu, maapkeun saya
pak). Sehari bisa berkali-kali serangan nyeri, bahkan bisa ratusan kali.
Buat ngebedain sama migraine, TN tu jarang terjadi kalo pasiennya tidur.
DD : cluster, migraine, spasme hemifasial
Pemeriksaan
:
- N. cranialis semuanya dbn, gak ada gangguan neurologis ataupun
penurunan fungsi, yang jelas pasien bakal kesakitan kalo disentuh di area
yang merupakan trigger area.
- Px penunjang gak perlu, Cuma berdasarkan px fisik sama anamnesis aja
Terapi :
- Sebenernya bisa remisi spontan 6-12bln, ini ngebikin pasien
menghentikan pengobatan
- 1st line : karbamazepin 400-1200mg/hari terbagi dalam 3 dosis (sediannya
tablet 200mg)
- 2nd line : lamotigrin dan baclofen (gak ada di DOEN)
- Prognosis : dubia ad bonam. Sifatnya kronis,bisa bikin depresi + stress.
- Edukasi : kasih tau efek samping obat antikonvulsan (sedasi, ataksia,
berisiko ke hepar dan system hematologi), kasi tau juga buat gak terlalu
mikirin sakitnya biar gak stress karena banyak yang bunuh diri gara-gara
TN ini.

Cluster Headache
Anamnesis :
- Karakteristik :
A. Minimal 5 serangan yang memenuhi B-D
B. Nyeri unilateral orbital, supraorbital dan/atau temporal yang hebat
atau sangat hebat yang berlangsung 15-18 menit jika tidak diterapi
C. Nyeri kepala diikuti oleh 1 :
a. Injeksi konjungtiva dan/atau lakrimasi
b. Ipsilateral kongesti nasal dan /atau rinorea
c. Ipsilateral edem palpebral
d. Ipsilateral berkeringat di dahi dan wajah
e. Ipsilatelal miosis dan/atau ptosis
f. Restlessness atau agitasi
D. Frekuensi serangan 1/2hari hingga 8/hari
E. Tidak berhubungan dengan gangguan lain
Durasi serangan cepat dan periode serangannya jelas, misalnya pas waktu
tidur atau pagi-pagi, biasanya berhubungan dengan REM saat tidur.
Bedanya sama migraine, CH gak ada aura, jd gak ada tuh gejala mual,
muntah, fotofobia, atau pun fonofobia. Pasien bisa mengalami 1-2 periode
cluster pertahun, tiap periode berlangsung 2minggu-3bulan. Nyerinya
tajam, rasanya kaya mata mau didorong keluar, unilateral, periorbital,
retroorbital, region temporal, tapi bisa juga menjalar sampe dagu, leher,

region oksipital. Selama periode cluster, nyeri dirasa di tempat yang


sama. Nyeri bisa berlangsung 5menit-3jam per periode, sehari bisa 1-8x
serangan, periode ini bisa sampe 3-4bulan. Bisa ada periode bebas
serangan, 2bulan-20tahun. Tanyain aja semua gejala di kriteria itu (meler,
edem palpebral, miosis/ptosis, keringetan di muka). Pas serangan, pasien
jarang Cuma diem atau tidur, seringnya gak bisa diem, bahkan sampe
benturin kepala ke dinding saking sakitnya, guling-guling di lantai, teriakteriak.
Hal yang memacu : alkohol, rokok, cuaca panas, nonton tv, nitrogliserin,
stress, relaksasi, temperature yang ekstrim, rhinitis alergi, aktivitas
seksual.
DD : TN, Migrain, TTH
Pemeriksaan
:
- Px fisik :
o VS
: bradikardia
o N. cranial
: normal.
o Overaktivitas parasimpatis (rinorea, injeksi konjungtiva, lakrimasi),
paralisis simpatis ocular (ptosis, miosis, anhidrosis), wajah
memerah, tenderness pada kulit kepala dan wajah, leonine fascies
(kulit menebal dengan lipatan prominen, kerutan vertical di dahi,
teangiektasis nasal).
Inspeksi kondisi pasien secara umum,
biasanya keliatan stress berat, bisa nangis, teriak-teriak, bahkan
mencoba bunuh diri.
- Px penunjang : gak perlu. Cuma berdasarkan px fisik sama anamnesis aja
Terapi
:
- Abotif : oksigen (8L/menit selama 10menit), triptan (dipakenya
sumatriptan 6mg subkutan), ergot alkaloid, dan anestesi yang ada di
PKM Cuma oksigen doang
- Preventif/profilaksis : CCB (verapamil 240-480mg/hari, sediannya tablet
80mg), mood stabilizer (litium karbonat 200mg 1-3x/hari, sediannya tablet
200mg), antikonvulsan kalo preventif harus 2 minggu pengobatan ya,
tapering perlahan.
- Prognosis : bisa berulang, remisinya makin lama (12%), bisa juga berubah
jadi CH kronis (4-13%).
- Edukasi : hindari hal-hal yang bisa memacu serangan. Gangguan tidur,
emosi yang kuat, dan aktivitas fisik yang terlalu berlebihan bisa juga
memicu serangan. Rokok bisa menghambat pengobatan, hentikan! Obatobatan narkotika bisa memperparah CH, jd kronis.

Insomnia
Anamnesis :
- Karakteristik :
o Hal dibawah ini diperlukan untuk membuat diagnosis pasti :
Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan
tidur, atau kualitas tidur yang buruk;

Gangguan min 3x dlm seminggu selama min 1 bulan


Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur (sleeplessness)
dan peduli yang berlebihan terhadap akibatnya pada malam
hari dan sepanjang hari;
Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur
menyebabkan
penderitaan
yang
cukup
berat
dan
mempengaruhi fungsi dalam social dan pekerjaan.
o Adanya gejala gangguan jiwa lain seperti depresi, anxietas, dan
obsesi tidak menyebabkan diagnosis insomnia diabaikan. Semua
komorbiditas harus dicantumkan karena membutuhkan terapi
tersendiri.
o Kritera lama tidur tidak digunakan menentukan adanya
gangguan, oleh karena luasnya variasi individu. Lama gangguan
yang tidak memenuhi kriteria di atas tidak didiagnosis di sini, dapat
dimasukkan dalam Reaksi Stres Akut atau Gangguan Penyesuaian.
Beberapa informasi yang harus didapatkan seperti informasi yang
mendalam mengenai keluhan yang dirasakan sangat dibutuhkan untuk
membantu menegakan diagnosis, seperti apakah insomnia yang
dikeluhkan berhubungan dengan gangguan saat memulai tidur,
mempertahankan tidur, bangun tidur terlalu pagi, tidur yang tidak
menyegarkan atau kombinasinya. Apabila gangguan memulai tidur
berhubungan dengan restless leg syndrome sedangkan gangguan bangun
terlalu pagi berhubungan dengan gangguan depresi. Tambahan informasi
seperti onset, frekuensi, penyakit penyerta, faktor yang memperberat dan
memperingan juga dapat membantu dalam menegakkan diagnosis.
Apabila perjalannya panjang tanpa diikuti penyakit penyerta menandakan
insomnia primer yang kronik, sedangkan insomnia yang disertai penyakit
penyerta menandakan insomnia sekunder. Insomnia kronis adalah setiap
insomnia yang berlangsung lebih dari 6 bulan. Ditanyakan juga jadwal
tidur meliputi waktu tidur, latensi tidur, lamanya waktu tidur, waktu untuk
memulai kembali tidur, waktu bangun, waktu yang dihabiskan ditempat
tidur, waktu total tidur mesti dikaji. Apabila ditemukan pilihan waktu tidur
tidak sesuai dengan kenyataannya menandakan adanya gangguan tidur
irama sirkadian. Digali juga informasi mengenai aktivitas sehari-hari
seperti jadwal kerja, makan, olahraga, lama dan waktu tidur siang. Apabila
makan atau olahraga waktunya berdekatan dengan waktu tidur akan
mengganggu kemampuan untuk tidur dimalam hari. Pembahasan
mengenai rasa ngantuk sepanjang hari, menurunnya daya ingat dan
konsentrasi, depresi, cemas, mudah tersinggung, gangguaan dalam
bekerja atau dirumah juga perlu ditanyakan pada orang sekitar pasien
untuk memastikan keluhan yang disampaikan pasien. Kondisi tidur seperti
kondisi ruangan meliputi pencahayaan, suhu, tingkat kebisingan,
penggunaan TV, computer selama waktu menjelang tidur juga perlu
ditanyakan kerena akan mengurangi kemampuan untuk tidur. Ditanyakan
juga penanganan yang dilakukan sebelumnya dan efek yang ditimbulkan
melalui pengobatan tersebut. Beberapa penyakit yang timbul berbarengan
dengan insomnia perlu ditanyakan seperti penyakit medis (kardiovaskuler,

paru-paru, saraf, gastrointestinal, ginjal, endokrin), yang berhubungan


dengan gangguan psikiatri (depresi gangguan bipolar, cemas, panic
psikosis) dan penggunaan zat seperti nikotin, alcohol, kafein perlu
ditanyakan jumlah penggunaan, waktu dan frekuensinya.
DD : Reaksi Stres Akut, Gangguan Penyesuaian
Pemeriksaan
:
- Px fisik
: cari ada gangguan biologis apa gak, biasanya normal.
- Px penunjang : gak perlu, penegakkan diagnosis Cuma dari anamnesis.
Terapi
:
- Farmakoterapi :
o Benzodiazepine : diazepam 1x 1 tab 5 mg
o Fluoxetine tab 10 mg 1x1 tab
o Pengobatan insomnia dikasih 5 hari dulu, trs disuruh control lagi
buat evaluasi.
- Non farmakoterapi :
1.
Stimulus Conrol
Tujuan dari terapi ini adalah membantu penderita menyesuaikan onset
tidur dengan tempat tidur. Dengan metode ini, onset tidur dapat dapat
dipercepat. Malah dalam suatu studi menyatakan bahwa jumlah tidur
pada penderita insomnia dapat meningkat 30-40 menit. Metode ini
sangat tergantung kepada kepatuhan dan motivasi penderita itu
sendiri dalam menjalankan metode ini, seperti :
o Hanya berada ditempat tidur apabila penderita benar-benar
kelelahan atau tiba waktu tidur
o Hanya gunakan tempat tidur untuk tidur atau berhungan sexual.
o Membaca, menonton TV, membuat kerja tidak boleh dilakukan di
tempat tidur
o Tinggalkan tempat tidur jika penderita tidak bisa tidur, dan masuk
kembali jika penderita sudah merasa ingin tidur kembali
o Bangun pada waktu yang telah ditetapkan setiap pagi
o Hindari tidur di siang hari
2. Sleep Restriction
Dengan metode ini, diharapkan penderita menggunakan tempat tidur
hanya waktu tidur dan dapat memperpanjang waktu tidur, sehingga
diharapkan dapat meningkatkan kualitas tidur penderita. Pendekatan
ini dilakukan dengan alasan, berada di tempat tidur terlalu lama bisa
menyebabkan kualitas tidur terganggu dan terbangun saat tidur.
Metode ini memerlukan waktu yang lebih pendek untuk diterapkan
pada penderita berbanding metode lain, namun sangat susah untuk
memastikan penderita patuh terhadap instruksi yang diberikan.
Protocol sleep restriction seperti di bawah :
o Hitung rata-rata total waktu tidur pada penderita. Data didapatkan
melalui catatan waktu dan jumlah tidur yang dibuat penderita
sekurang-kurangnya 2 minggu
o Batasi jam tidur berdasarkan perhitungan jumlah waktu tidur
o Estimasi tidur yang efisien setiap minggu dengan menggunakan
rumus (jumlah jam tidur/jumlah waktu di tempat tidur x 100)

Tingkatkan jam tidur 15-20 menit jika efisiensi tidurr > 90%,
sebaliknya kurangi 15-20 menit jika < 80%, atau pertahankan
jumlah jam tidur jika efisiensi tidur 80-90%.
Setiap minggu
sesuaikan jumlah tidur berdasarkan perhitungan yang dilakukan.
o Jangan tidur kurang dari 5 jam. Tidur di siang hari diperbolehkan,
tetapi tidak melebihi 1 jam
o Pada usia lanjut, jumlah jam tidur dikurangi hanya apabila efisiensi
tidur kurang dari 75%
3. Sleep Hygiene
Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan dan merubah cara hidup
dan lingkungan penderita dalam rangka meningkatakan kualitas tidur
penderita itu sendiri. Terdapat beberapa hal yang perlu dihindari dan
dilakukan penderita untuk menerapkan sleep hygiene yang baik,
seperti dibawah :
o Hindari mengkonsumsi alkohol, kafein dan produk nikotin sebelum
tidur
o Meminimumkan suasana bising, pencahayaan yang terlalu terang,
suhu ruangan yang terlalu dingin atau panas
o Pastikan kamar tidur mempunyai ventilasi yang baik.
o Menggunakan bantal dan kasur yang nyaman dengan penderita
o Hindarimakanan dalam jumlah yang banyak sebelum tidur
o Elakkan membawa pikiran yang bisa mengganggu tidur sewaktu di
tempat tidur
o Lakukan senam secara teratur (3-4x/minggu), dan hindari
melakukan aktivitas yang berat sebelum tidur
4. Cognitive Therapy
Pendekatan dengan cognitive therapy adalah suatu metode untuk
mengubah pola pikir, pemahaman penderita yang salah tentang sebab
dan akibat insomnia. Kebanyakan penderita mengalami cemas ketika
hendak tidur dan ketakutan yang berlebihan terhadap kondisi mereka
yang sulit tidur. untuk mengatasi hal itu, mereka lebih sering tidur di
siang hari dengan tujuan untuk mengganti jumlah tidur yang tidak
efisien di malam hari.
Edukasi :
Pada Pasien :
o Edukasi untuk minum obat secara benar dan teratur.
o Psikoterapi suportif agar pasien dapat kembali beraktivitas normal.
Pada keluarga:
o Memberikan informasi dan edukasi tentang penyakit pasien, faktor
risiko, gejala, risiko kekambuhan dan prognosis.
o Mengingatkan pasien untuk selalu minum obat.
o Memberikan perhatian dan dukungan semangat terhadap pasien.
o Menemani pasien untuk kontrol berikutnya
o

Status Epileptikus

Status epileptikus aktivitas kejang secara klinis ataupun berdasarkan


elektrografik yang berlangsung >5menit atau kejang berulang tanpa fase
recovery di antara kejang.
Etiologi :
o Gangguan metabolic
o Sepsis
o Stroke
o Trauma kepala
o Obat
o Cardiac arrest
o Pada anak pertimbangkan kejang demam berkepanjangan atau
adanya infeksi CNS
Prognosis :
o Convulsive status epilepticus (pasien memang keliatan kejang)
Kematian : 20%
Sekuel gangguan neurologis : 11-26%
o Nonconvulsive status epilepticus (aktivitas kejang terlihat Cuma dari EEG)
Kematian : 18-65%
Tindakan kegawatdaruratan :
Timing
setelah
kejang)
0-2 menit

(menit
onset

0-10 menit

0-2 menit

5-15 menit
0-2 menit
0-5 menit

5 10 menit, Segera

Critical care treatment

Tujuan

Pastikan
patensi
airway,
posisikan kepala pasien

Patensi airway, cegah


snoring, administrasikan
O2
Oksigenasi dan ventilasi

Intubasi
(jika
airway
terganggu atau kecurigaan
peningkatan TIK)
Vital sign : SpO2, BP, HR, suhu

Beri vasopressor jika SBP


<90mmHg atau MAP <70
GDS dengan finger stick
Akses IV perifer
1. Inisial obat antiepilepsi
(OAE)

(benzodiazepine)
2. Resusitasi cairan
3. Resusitasi
nutrisi
(tiamin
100mg
IV
diberikan
sebelum
dekstrosa,
kemudian
baru berikan dekstrosa
50% 50 ml)
Berikan OAE lanjutan

Untuk
mengeksklusi
syok,
hipertermia,
aritmia
Untuk
mendapatkan
data VS dasar

Diagnosis hipoglikemia
Untuk rute medikasi
1. Hentikan kejang
2. Menjaga
euvolemia
3. Mengatasi
defisiensi
tiamin
dan hipoglikemia

Hentikan kejang

setelah inisial
diberikan
5-10 menit

OAE

5 menit

Pemeriksaan neurologis

Triase tes lab


1. Ambil darah vena

20-60 menit setelah


OAE kedua

Terapi SE refrakter

0-60 menit
15-60 menit
0-60 menit

Pasang kateter
EEG kontinyu
Tes diagnosis (CT/LP/MRI)

0-60 menit

Monitoring TIK

Evaluasi
apakah
ada
kemungkinan lesi massa
atau proses intracranial
akut
Mendiagnosis
kondisi
metabolic
yang
mengancam
1. Cek lab : CBC,
elektrolit,
toksikologi
Hentikan kejang, terapi
berdasarkan respon tiap
individu
Evaluasi sirkulasi
Evaluasi NCSE
Evaluasi
lesi
massa,
meningitis, ensefalitis

OAE inisial yang diberikan :


-

IV lorazepam 0,1mg/kg hingga 4mg per dosis


IM Midazolam 0,2mg/kg maks 10mg
o Anak : IM (>40kg) 10 mg; IM (13-40mg) 5mg
IV Diazepam 0,15mg/kg hingga 10mg per dosis
o Anak : 2-5 th 0,5mg/kg (rektal); 6-11 th 0,3mg/kg (rektal), >12 th
0,2mg/kg (rektal)

OAE lanjutan yang diberikan :


-

IV Fenitoin 20mg/kg dg kecepatan <50mg/menit


IV fenobarbital 20mg/kg dg kecepatan 50mg/menit

SE refrakter :
-

Midazolam 0,2mg/kg dalam infus 2mg/menit


Pentobarbital 5-15mg/kg dalam infus 50mg/menit
Propofol bolus IV loading dose 1-2mg/kg, kemudian dilanjutkan infus
20mcg/kg/menit

Myasthenia Gravis
MG penyakit autoimun yang menyerang reseptor postsinap asetilkolin NMJ di
otot skelet. Karakteristiknya berupa kelemahan dan capat lelah.
Anamnesis

KU : kelemahan otot, mudah lelah


Gejala yang perlu ditanya : adanya kelemahan otot ekstraokular/ptosis,
kelemahan ekstremitas lebih terasa di ekstremitas superior, biasanya
kelemahan bertambah parah pada sore atau malam hari,kelemahan lebih
terasa setelah bekerja dan berkurang jika istirahat, kelemahan bertahap
dari otot ekstraokular terus meluas wajah, badan, dan ekstremitas.
Pasienjuga bisa mengeluhkan kesulitan bicara, kesulitan menelan,
bermasalah dalam mengunyah, dan keterbatasan ekspresi wajah.
Factor yang memperberat : cahaya terang, surgery, imunisasi, stress
emosi, menstruasi, sakit, obat (aminoglikosida, cipro, klorokuin, litium,
fenitoin, beta bloker, statin)

Pemeriksaan :
-

VS : kalo masih awal-awal, biasanya masih baik-baik aja. Kalo udah


meluas sampe ekstremitas, kemungkinan ada kesulitan bernafas.
Px fisik :
Periksa kekuatan dan tonus otot yang dikeluhkan pasien
o Mata : suruh pasien untuk buka dan nutup mata untuk cek ptosis.
Pasien juga bisa mengeluhkan diplopia yang akan membaik kalo
salah satu mata ditutup.
o Otot-otot ekstremitas : cek fungsi dan kekuatan, mulai dari otot
wajah, leher, sampe ekstremitas.
Pemeriksaan neurologis : reflek (fisiologis + patologis, gak usah semua,
yang penting mewakili ekstremitas atas bawah), fungsi sensorik (tajem
tumpul sama sensibilitas aja), koordinasi (adiadokokinesis atau dismetri
aja yang gampang), dan keseimbangan (Romberg ato tandem gait)
DD : botulism, kompresi nervus kranialis oleh suatu massa, depresi
Px penunjang :
o Darah rutin untuk eksklusi penyakit metabolic
o Ice pack test tempelin ice pack ke otot yang dikeluhkan, tunggu 2
menit, liat hasilnya jadi lebih baik apa gak.
o antiacetylcholine receptor (AChR) antibody test gak ada di
puskesmas
o Imaging rontgen thoraks/CT/MRI untuk kecurigaan tumor atau
kelainan thymus lainnya
o Tes fungsi paru semacam spirometri, buat tau kondisi pasien
mempengaruhi fungsi parunya apa gak.
o Kesimpulannya, kalo settingnya PKM, Cuma bisa minta darah rutin
sama ice pack test.
Terapi :
o Farmakoterapi
:
Anticholinesterase inhibitor : tab piridostigmin 60mg s.3/4.dd
Kortikosteroid : Tab prednisone 5mg s.1.dd , bisa dinaikan
5mg tiap minggu, evaluasi
Imunosupresan : Tab azatioprin 50 mg, dosis 2,5-3mg/kg
estimasi BB 50kg s.1dd tab3
IV Ig mahal, gak ada di puskesmas
o Nonfarmakoterapi :

Plasmaferesis
Surgery kalo ternyata ditemukan massa/tumor
Prognosis : pada tahun pertama bisa ada keterkaitan otot-otot
ekstraokular, hal ini bisa dipercepat dengan adanya factor-faktor
yang dapat memperberat MG di atas. Dubia ad malam
Edukasi :
Kalau ada gejala-gejala gangguan nafas, segera periksa ke
dokter
Kalau ada gangguan menelan, usahakan makanan jangan
terlalu cair untuk mencegah aspirasi
Hindari hal-hal yang dapat memperberat gejala
Istirahat yang cukup
Jaga kesehatan dan hindari infeksi

Koma
Etiologi :
intra kranial : Trauma , Epilepsi , Neoplastik, Stroke (perdarahan dan iskemik yg
menyebabkan edem cerebri), Infeksi
ekstrakranial : Metabolik, Drugs, Toxins, Psikiatrik, Syok
ekstrakranial
Anamnesis :
1. Onset : mendadak pada SAH, stroke brainstem, ICH. Progresif pada SOP,
stroke iskemik
Characteristic : bila ada periode delerium mengarah ke metabolik atau
intoksikasi,
History:
Benturan kepala sebelum koma perdarahan intrakranial, jika dalam
6mgg SDH kronis
Sudden kolaps ICH, SAH
Gerakan berulang /twitching otot, inkontinensia epileksi/post ictal
Gradual SOP, metabolik, infeksi SSP
DM hipoglikemi/hiperglikemia
Psikatri drug overdose
Alkoholism/drug abuse intoksikasi
Infeksi virus encephalitis
Keganansan metastasis
2. RPD : faktor risiko mengarah ke etiologi riwayat kejang sebelumnya,
DM, hipertensi, nyeri kepala, obat-obatan yg diminum
Manajemen awal:
1. Suportif ABC : oksigen,iv, kateter
2. Ambil darah untuk pemeriksaan GDS,elektrolit, calsium, ABG, fungsi ginjal
dan liver
3. Berikan dextrose 50% (25 g) naloxon (0,4-1,2 mg) dan thiamin (100mg) iv
4. Urgent CT scan non contrast utk identifikasi perdarahan intrakranial,
herniasi otak, dan lesi lain yg perlu pembedahan segera.

Pemeriksaan fisik :
1. Ukur semua vital sign
2. Ukur GCS terutama dengan stimulus nyeri :
Jika terjadi lateralisasi mungkin lesinya di korteks (Tumor-trauma-stroke)
jika respon
bilateral lebih ke metabolik. Jika hilang semua respon
mengarah ke lesi di brainstem atau psikogenik unresponsiveness.
Dekortikasi menandakan lesi di atas mesencephalon . decereberasi
menunjukkan lesi di mesencephalon ke bawah.
3. Lihat pupil dan releks cahaya
Pupil miosis dan reaktif bilateral bisa karena metabolik, opioid, lesi di
diencephalon dan pons.
Dilatasi bilateral, fixed karena overdosis atropine/scopolamine, edema
serebri.
Dilatasi unilateral dan tidak reaktif karena penekanan n.III ec herniasi
uncal.
4. Cek reflek dolls eye
5. Pemeriksaan head to toe : tanda laserasi kepala, perdarahan basis cranii,
tanda-tanda meningeal, lidah tergigit epilepsi, leher, thorax, abdomen,
ekstremitas, pemeriksaan neurologis relevan.
6. Pola nafas : cheyne stokes (deep breathing with periodic apnea)
gangguan bihemispher, diencephal atau metabolik. Hiperventilasi lesi di
mesencephalon

POLIOMYELITIS
Anamnesis
Karakteristik
Acute flaccid paralysis lumpuh lengan + kaki, mendadak (<4 hari dari
lemah sampai lumpuh), riwayat trauma (-), usia <15 tahun
- Nyeri menjalar sesuai perjalanan n.ischiaicus
- Nyeri bisa diprovokasi batuk, bersin, mengejan
- Kelemahan tungkai bawah dengan parestesi/kesemutan & nyeri otot
- Gastrointestinal symptoms (mual, muntah, kram perut, diare)
- Demam, nyeri tenggorok, nyeri kepala, malaise
Faktor risiko
- Higienitas makanan kurang
- Postvaksinasi polio oral
- Ada pasien AFP di sekitar tempat tinggal
Pencetus : (-)
RPD :
Pemeriksaan fisik
- Demam, nuchal rigidity
- Kelemahan tungkai bawah bilateral asimetris
- Reflex fisologis normal/meningkat
- Reflex patologis tungkai (+)
- Arthritis sacroiliaka : kontrapatric sign (+)
Pemeriksaan penunjang : Gold standard : -

Diagnosis banding : Guillain Barre Syndrome, Hernia Nucleus Pulposus, Low


Back Pain
Treatment
- Konservatif : bedrest, NSAID, korset lumbal, fisioterapi, splinting,
elevasi tungkai
- Suportif :antipiretik (paracetamol 15-40 mg/kg BB), analgetik
- Operatif ??
Edukasi : dokter harus lapor dinkes !
Prognosis : dubia ad malam

INTOKSIKASI PSIKOAKTIF
Anamnesis
KU: penurunan kesadaran
RPS:
Penurunan kesadaran sejak jam.
Singkirkan:
1. Trauma post kecelakaan
2. riwayat DM dan penggunaan obat DM,
1. epilelpsi,
2. infeksi meningitis/enchepalitis (demam, nyeri kepala, fotofobi,
kaku kuduk)
3. gagal ginjal (koma uremikum: mual, muntah, kebingungan
sebelumnya, hipertensi, anemia, oliguria)
4. gagal liver (koma hepatikum: tanda2 cirrhosis)
Ada bau alkohol?, riwayat gangguan mood/depresi/bunuh diri (curiga
intoksikasi), penggunaan jarum suntik/narkoba.
Faktor resiko: penggunaan narkoba oral maupun suntik.
Pencetus: dosis berlebihan
RPD: Px Fisik:
KU: GCS<15
VS:
Kepala
Thorax
Abdomen
Ekstremitas
DD: korpal kornea, konjunctivitis, dry eye, ulkus kornea
Px: kadar zat dalam darah (goldstandart)
Tx: detoksifikasi

EPILEPSI
Anamnesis

Karakteristik

Kejang 2 kali tanpa provokasi sebelumnya (tanpa ada penyebab


langsung seperti hipoglikemia, keracunan, withdrawal alkohol, efek
langsung trauma, dll)
- Sebelum kejang dapat didahului dengan aura
- Kejang fokal (lokasi tertentu, dapat juga hanya melibatkan motorik
atau sensorik atau otonom) meliputi:
Kejang parsial simple (tanpa penurunan kesadaran)
Kejang parsial kompleks (dengan penurunan kesadaran)
Kejang parsial simple/kompleks dengan secondary generalization
- Kejang general (keseluruhan otak) meliputi:
Kejang tipe absan/petit mal/lena (melamun beberapa detik,
biasanya <30 detik, kemudian sadar lagi, namun pasien tidak
sadar kalau tadi melamun)
Kejang klonik (jerking movement/gerakan menyentak-nyentak
yang berulang biasanya per 2-3 detik)
Kejang tonik (otot kaku maksimal tanpa disertai jerking)
Kejang tonik-klonik/grand mal (didahului tonik, kemudian
menjadi klonik)
Kejang myoclonic (jerking hanya sekali)
Kejang atonik (tiba-tiba lemas)
Faktor risiko
- Riwayat kejang waktu bayi <1 bulan
- KDK
- Kelainan otak/vaskularisasi otak
- Riwayat rauma kepala yang hebat
- Tumor otak
- Riwayat infeksi otak
- Riwayat keluarga
- Riwayat penggunaan kokain
Pencetus
- Stres psikis/fisik
- Kurang tidur
- Menstruasi
- Cahaya/kerlip dari TV
- Eksposur alkohol atau obat yang lain
RPD
- Riwayat sebelumnya mengarah ke faktor risiko

Pemeriksaan fisik

Cari tanda-tanda sering kejang meliputi luka yang perlu jahitan (kejang
kemudian terluka), bekas gigitan pada lidah, dll.
Singkirkan kemungkinan penyakit lain, skrining pemeriksaan fisik
menyeluruh

Pemeriksaan penunjang

Neuroimaging: EEG (gold standard), CT Scan (untuk melihat ada lesi), MRI
Pungsi lumbal (menyingkirkan infeksi otak)

Diagnosis banding

Syncope
Kondisi psikiatrik (gangguan konversi)
Hipotensi ortostatik
Kejang ec gangguan elektrolit/metabolic
Kejang demam

Treatment

Dari dr. Ismail


Kejang parsial:

Kejang general

Epilepsi pada ibu hamil

Carbamazepine (1st choice)


Sodium valproate
Phenytoin
Phenytoin (1st choice)
Carbamazepin
Sodium valproate
Phenobarbital
Lamotrigin
Oxcarbazepin
Gabapentin
Levetiracetam

Dari Tatalaksana Epilepsi PERDOSSI, 2007


Jenis
bangkitan

OAE
pertama

Tonik-klonik

sodium
valproate
- lamotrigin
- topiramat
carbamazepi
n
sodium
valproate
- lamotrigin

- clobazam
levetiraceta
m
oxcarbazepi
n
- clobazam
- topiramat

Mioklonik

sodium
valproate
- topiramat

- clobazam
levetiraceta
m
- lamotrigin
- piracetam

Tonik

sodium
valproate

- clobazam
-

Absans

lini

OAE
kedua

lini

OAE
yang
dipertimbangka
n
- clonazepam
- phenobarbital
- phenytoin
- acetazolamide

- phenobarbital
- phenytoin

OAE
yang
dihindari

carbamazepi
ne
- gabapentin
oxcarbazepi
n
carbamazepi
ne
- gabapentin
oxcarbazepi
n
carbamazepi

- lamotrigin

levetiraceta
m
- topiramat

Atonik

sodium
valproate
- lamotrigin

- clobazam
levetiraceta
m
- topiramat

- phenobarbital
- acetazolamide

Parsial
dengan/tanpa
generalized

carbamazepi
ne
oxcarbazepin
e
sodium
valproate
- topiramat
- lamotrigin

- clobazam
- gabapentin
levetiraceta
m
- phenytoin
- tiagabine

- clonazepam
- phenobarbital
- acetazolamide

ne
oxcarbazepi
ne
carbamazepi
ne
oxcarbazepi
ne
- phenytoin

Obat diberikan dalam jangka waktu 5 tahun bebas kejang untuk orang
dewasa, 2 tahun bebas kejang untuk anak-anak dan gambaran EEG
normal. Kemudian di tapering off 25% dosis per bulan selama 3-6 bulan.
Dosis OAE
- Fenitoin: Dosis awal 5 mg/kg/hari dan dosis pemeliharaan 20
mg/kg/hari tiap 6 jam. Efek samping: depresi pada SSP, gangguan
keseimbangan tubuh, nystagmus, gingival hyperplasia.
- Fenobarbital: Dosis awal 1-3 mg/kg/hari dan dosis pemeliharaan 1020 mg/kg 1kali sehari. Efek samping: depresi pada, kelelahan, sedasi,
depresi, kemerahan pada kulit, SJS. Pada anak-anak dapat
menyebabkan hiperaktivitas.
- Karbamazepin: Dosis pada anak usia <6 tahun 10-20 mg/kg 3 kali
sehari, anak usia 6-12 tahun dosis awal 200 mg 2 kali sehari dan
dosis pemeliharaan 400-800 mg, anak usia >12 tahun dan dewasa
400 mg 2 kali sehari. Efek samping: diplopia, pusing, lemah,
mengantuk, mual, hiponatremia, SJS.
- Asam valproate: Dosis penggunaan asam valproat 10-15 mg/kg/hari
Efek samping: gangguan pencernaan (>20%), termasuk mual, muntah,
anorexia, peningkatan berat badan, pusing, gangguan keseimbangan
tubuh, tremor, gangguan kognitif yang ringan, hepatotoksik dan
hiperammonemia.

ENSEFALOPATI HIPERTENSI

Suatu sindrom klinis akut reversibel sebagai akibat kenaikan TD secara


tiba-tiba.
Tergolong ke dalam HT emergensi.

Hipertensi emergensi
TD Diastolik > 120 mmHg disertai dengan satu atau lebih kondisi akut berikut:
- Pendarahan intra pranial, ombotik CVA atau pendarahan subarakhnoid.
- Hipertensi ensefalopati
- Aorta diseksi akut
- Oedema paru akut
- Eklampsi
- Phaeochromocytoma
- Funduskopi KW III-IV
- Insufisiensi ginjal akut
- Infark miokard akut, angina unstable
- Sindroma kelebihan Katekholamin yang lain: Sindrome withdrawal obat anti
hipertensi, cedera kepala, luka bakar, dan interaksi obat.
Anamnesis:
Karakteristik: (ada gambaran disfungsi akut dari otak)
- Sakit kepala hebat
- Mual, muntah
- Gangguan penglihatan pandangan kabur, diplopia, hemianopsia,
- Penurunan kesadaran
- Bila tidak segera diobati bisa kejang sampai koma.
RPS:
- Riwayat HT berapa lama? Menggunakan obat anti HT apa? Terkontrol/
tidak?
- Usia >40 tahun
- Cari tanda kerusakan target organ:
o Gangguan neurologis:, nyeri kepala, perubahan status mental
o Gangguan ginjal: gross hematuria, penurunan UO
o Gangguan jantung: gejala CHF, edema pulmo, nyeri dada
Pemeriksaan fisik:
VS: TD >180/120 mmHg
Cari bukti adanya kerusakan target organ:
- Funduskopi: perdarahan dan eksudat pada fundus, papil edema
- Thorax: RBB
- Pemeriksaan neurologis: cari tanda kelainan fokal
- Ekstrimitas: edema

Px penunjang:
Darah lengkap: ureum, kreatinin, elektrolit, GDS
Urinalisis
EKG
CT-Scan
DD: Perdarahan intracerebral, perdarahan subarahnoid,

Manajemen:
Segera turunkan TD, selanjutnya pasien dirawat di ICU.
- Penurunan TD (sistole tidak <160mmHg, diastole tidak <100mmHg/
MAP tidak <120mmHg selama 48 jam pertama):
- Cari antiHT yang bekerja cepat, efektif, aman, dengan sedikit efek
samping, pilihannya:
Sodium nitroprusside (drug of choice) 0,5-1mcg/kgBB/menit. Efek
samping: mual, muntah, fotosensitif.
Labetalol 20-80 mg iv bolus setiap 10 menit, 2 mg/menit secara
infus. Efek samping: hipotensi orthostatic, bradikardi.
Diazoxide dosis awal 50 mg bolus, dapat diulang dengan 2575mg setiap 5 menit sampai TD yang diinginkan. Efek samping:
mual, muntah, distensi abdomen, hiperuricemia, aritmia.
Pasien digolongkan:
Nonrespons bila penurunan TD diastolik <10mmHg setelah 20 menit
pemberian obat
Respons bila TD diastolik mencapai <120mmHg atau MAP <150mmHg
dan adanya perbaikan simptom dan sign dari gangguan organ sasaran
yang dinilai secara klinis setelah 60 menit pemberian obat.
Inkomplit respons bila setelah 60 menit pemberian obat masih
>120mmHg atau MAP masih >150mmHg, tetapi jelas terjadi perbaikan
dari simptom dan sign dari organ sasaran.
Prognosis: bila ditangan cepat dan tepat bonam, namun jika lambat dan jelek
bisa terjadi kematian.

BELLS PALSY
Penyakit kelumpuhan saraf fasialis (N.VII) perifer, bersifat unilateral,
penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), akut dan tidak disertai oleh
gangguan pendengaran ataupun kelainan neurologis lainnya.
Bells Palsy terdiri dari 3 fase, yaitu:
- Fase akut (0-3minggu) Inflamasi N.VII berasal dari ganglion
geniculatum, biasanya akibat infeksi HSV.
- Fase subakut (4-9 minggu) inflamasi dan edema N.VII mulai
berkurang
- Fase kronik (>10 minggu) edema saraf menghilang, namun pada
pasien dengan infeksi berat, inflamasi pada saraf tetap ada sehingga
dapat menyebabkan atrofi dan fibrosis saraf.
Anamnesis:

Karakteristik:
- Kelumpuhan otot wajah pada satu sisi, yang terjadi secara tiba-tiba,
beberapa jam sampai beberapa hari (maksimal 7 hari)
Gejala klinik berhubungan dengan lokasi lesi:
a. Lesi diluar foramen stilomastoideus mulut tertarik kearah sisi mulut
yang sehat, makanan berkumpul diantara pipi dan gusi, sensasi dalam
di wajah menghilang, lipatan kulit dahi menghilang, kelopak mata sulit
menutup.
b. Lesi di canalis fasialis (melibatkan corda timpani) gejala (a)
ditambah hilangnya pengecapan lidah (2/3 ant) dan salivasi di sisi yang
terkena berkurang.
c. Lesi yang lebih tinggi dari canalis fasialis (melibatkan m.stapedius)
gejala (a), (b), ditambah dengan hiperakusis (telinga mendengar suara
jadi kebih keras, karena otot yang meregangkan gendang telinga
mengalami kelumpuhan).
d. Lesi yang lebih tinggi lagi (melibatkan ganglion genikulatum) gejala
(a), (b), (c) ditambah nyeri dibelakang dan diliang telinga.
e. Lesi di daerah MAI (melibatkan N. VIII) gejala (a), (b), (c), (d),
ditambah dengan tuli
RPS:
- Riwayat pekerjaan/ aktivitas yang dilakukan pada malam hari di ruang
terbuka
- Riwayat infeksi Herpes simpleks/ herpes zoster
Pemeriksan fisik:
N. Cranialis: N.VII lagoftalmus (+) saat mencoba untuk menutup, mata
akan berputar ke atas (fenomena Bell), lipatan nasolabialis mendatar pada
sisi lumpuh dan tertarik ke sisi yang sehat.
Pemeriksaan THT lengkap
Pemeriksaan lokalis daerah wajah
Px penunjang:
Pemeriksaan derajat kerusakan saraf fasialis menggunakan system HouseBrackman
Untuk menentukan topografi kerusakan saraf fasialis: tes Schimer,
pemeriksaan refleks stapedius. tes gustometri, dan tes salivasi.
DD: Ramsay Hunt Syndrome, Miller Fishr Syndrom
Terapi:
Kortikosteroid: untuk mencegah degenerasi saraf, mengurangi sinkinesis,
meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan inflamasi N.VII.
o Prednison dimulai dengan dosis 60 mg/hari selama 5 hari dan
diturunkan menjadi 40 mg/hari selama 5 hari berikutnya. Total
pemberian prednison 10 hari.
Jika penyebabnya diduga Virus Herpes Zooster, dapat diberikan Acyclovir
tab 800mg, S5dd, selama 10 hari, (untuk menghambat replikasi DNA
virus).
Fisioterapi dapat dilakukan pada stadium akut/ bersamaan dengan
pemberian kortikosteroid. Tujuannya untuk mempertahankan tonus otot

yang lumpuh. Fisioterapi sebaiknya diberikan setiap hari sampai terdapat


kontraksi aktif dari otot dan 2x seminggu sampai terjadinya penyembuhan
yang komplit.
Prognosis:
Umumnya baik, 85% kasus tercapai penyembuhan komplit, 10%
penyembuhan asimetri ringan otot wajah, dan 5% penyembuhan dengan
gejala sisa berat, muncul deformitas berupa:
o Regenerasi motoric inkomplit inkompetensi oralm epifora, hidung
tersumbat
o Regenerasi sensorik inkomplit disgeusia, ageusia/ disesthesia
o Regenerasi Aberrant selama regenerasi ada serabut saraf yang
tidak menyambung menyebabkan terjadinya gerakan involunter
yang mengikuti gerakan volunteer (sinkinesis)

Intracerebral Hemorrhage
Anamnesis
KU: penurunan kesadaran
RPS:
Penurunan kesadaran, seizure
Singkirkan:
3. Migrain
(nyeri
kepala
unilateral,
berdenyut,
sedang
berat,
nausea/vomit, fonofobia/fotofobia)
4. Stroke iskemik (babinski positif only)
5. Tumor (kronik progresif)
6. TRAUMA (akut post kecelakaan)
Faktor resiko: hipertensi, aneurisma intrakranial (a.serebri media atau a.arteri
karotis interna), TRAUMA, angiopati amiloid, malfomasi AV.
Pencetus: TRAUMA, hipertensi tidak terkontrol
RPD: hipertensi, merokok, hiperkolesterolemia, obesitas, DM.
Px Fisik:
KU: GCS<15
VS: TD>120/80 cenderung >160/90 mmhg, tachicardi, tachipnea, suhu
normal/meningkat
Kepala: pupil anisokor jika terjadi efek massa dari perdarahan, papilledema (+)
peningkatan ICP
Thorax: kardiomegali mungkin, gallop mungkin
Abdomen: dbn
Ekstremitas: hemiparesis atau hemianestesi (LATERALISASI)
RF meningkat, RP +, Gerak terbatas, Kekuatan <5, clonus (+)
Meningeal sign (-)
DD:
Dengan riwayat trauma: subdural hemorrhage, subarachnoid hemorrhage,
epidural hemorrhage
Tanpa riwayat trauma: iskemik stroke, subarachnoid hemorrhage.

Px: CT scan (hiperdens lobus)


Tx:
1. Airway dan oksigenasi
Jaga patensi arway karena ada penurunan kesadaran
Targetsaturasi oksigen >94%
NGT untuk menurunkan resiko aspirasi
2. Manajemen hipertensi
Dilaksanakan manajemen hipertensi jika MAP> sama dengan 130
Jika tekanan sistol >230 atau diastol >140 dalam dua kali pemeriksaan
selang 5 menit maka diberi nitropruside
Jika tekanan sistol 180-230 dan disatol 105-140 atau MAP>130 dalam dua
kali pemeriksaan selang 20 menit maka diberi labetalol atau esmolol, atau
diltiazem
Jika tekana sistol <180 dan diastol <105 maka TUNDA pemberian obat
anti hipertesi.
Jika tekakan sistol <90 pertahankan dengan loading cairan dan dopamin
atau norepinefrin
3. Manajemen peningkatan tekanan intrakranial
Osmoterapi mannitol 20% 0,25-0,5 gram tiap 4 jam maksimal 5 hari untuk
menurunkan rebound phenomenon
Furosemide 10 mg iv tiap 8 jam
JANGAN steroid
4. Waspada Kejang
5. Pemberian antipiretik
6. Pembedahan jika: perdarahan cerebellum >3 cm dengan deteriorasi
neurologik, perdarahan karena lesi struktural seperti aneurisma, AV
malformasi, pasien usia muda dengan perdarahan sedang atau luas >10
cm3.

Perdarahan subarachnoid
Anamnesis
KU: nyeri kepala terberat dalam hidup (thunderclap headache)
RPS:
Nyeri kepala terberat yang pernah ada, penurunan kesadaran, seizure, fotofobia,
diplopia.
Etiologi:
1. Trauma
2. spontan: av malformasi,aneurisma cerebral, neoplasma
Faktor resiko: hipertensi, aneurisma intrakranial (a.serebri media atau a.arteri
karotis interna), TRAUMA, angiopati amiloid, malfomasi AV.
Pencetus: TRAUMA, spontak karena ruptur aneurisma
RPD: hipertensi, merokok, hiperkolesterolemia, obesitas, DM.

Px Fisik:

KU: GCS<15
VS: TD>120/80 tachicardi, tachipnea, suhu normal
Kepala: papilledema
Thorax: dbn
Abdomen: dbn
Ekstremitas: dbn
St.neurologis: palsy n.III, n.VI
Meningeal sign (+)
DD: Dengan riwayat trauma: subdural hemorrhage, subarachnoid hemorrhage,
epidural hemorrhage
Tanpa riwayat trauma: iskemik stroke, stroke hemorrhagic
Px: CT scan (perdarahan/iperdense di cisterna) gold standart: angiografi
Lumbal puncture jika CT scan negatif
Tx:
NOTES

There are 3 major neurological complications post ruptured cerebral


aneurysm:
Re-bleeding
cerebral vasospasm leading to ischaemia
hydrocephalus
1. Airway dan oksigenasi
Jaga patensi arway karena ada penurunan kesadaran
Targetsaturasi oksigen >94%
NGT untuk menurunkan resiko aspirasi
2. Manajemen hipertensi
Nimodipin 60 mg tial 6 jam (Ca-channel blocker)
3. Manajemen peningkatan tekanan intrakranial
Osmoterapi mannitol 20% 0,25-0,5 gram tiap 4 jam maksimal 5 hari untuk
menurunkan rebound phenomenon
Furosemide 10 mg iv tiap 8 jam
4. Waspada Kejang
5. Pemberian antipiretik
6. TERAPI OKLUSI
This can be done either surgically (clipping at craniotomy) or using a
radiological endovascular technique with detachable coils (coiling).

Early occlusion prevents re-bleeding. Evacuation of subarachnoid blood


(at clipping) may also reduce the incidence of vasospasm.
Neurosurgical aneurysm clipping requires a craniotomy, performed under
general anaesthesia. It takes 4 8 hours, and has a procedural mortality rate of
1-3%.
Coiling is a minimally invasive percutaneous endovascular treatment. The
technique consists of packing the aneurysm with detachable coils, and is
performed under general anaesthesia. It avoids craniotomy, and recovery after
the procedure is more rapid.

PARKINSON DISEASE
Anamnesis
Karakteristik
Data penting dari anamnesis:
- Gejala gangguan tidur biasanya berupa rasa ngantuk siang hari
yang berlebihan
- REM behavior disorder (RBD) gerakan tubuh saat tidur REM :
menendang/ memukul/ menangis/ bicara saat pasien masih tidur
- Gejala gangguan otonom (konstipasi, disfungsi seksual, gangguan
keringat, dermatitis seboroik, hipersalivasi, urinary urgency)
- Perasaan lemas menyeluruh, malaise
- Depresi/anhedonia
- Lambat berfikir, mudah lupa
Data klinis :
- Tremor, terutama saat istirahat
- decrease in dexterity kurang koordinasi gerakan karena one hand
clumsiness, misal kesulitan memakai baju. Deskripsi pasien : pesan di
otak tak sampai ke tangan
- Arm-swing saat jalan berkurang (asimetris)
- Suara lembut & melemah
- Ekspresi muka berkurang
- Daya penghidu turun/hiposmia
- Gejala motorik :
Asimetris !, selalu lebih parah di 1 sisi
Temuan awal : resting tremor extremitas atas
Progressive bradikinesia, rigiditas, sulit berjalan
Postur aksial progresif menjadi fleksi (membungkuk)
Instabilitas postural late onset; muncul dalam 8 tahun atau
lebih, kalo muncul lebih awal berarti bukan Parkinson; biasanya
disebut sebagai cardinal sign ke-4
Untuk diagnosis, butuh setidaknya 2 dari 3 tanda cardinal :
- Resting tremor
Mulai dari jari dan jempol (pill-rolling tremor) atau wrist salah satu
extremitas

menyebar
ke
ipsilateral
extremitas

bawah/kontralateral ekstremitas atas general, asimetry is


usually maintained
Tremor hilang dengan aktivitas
- Rigiditas
Perasaan kaku saat bergerak, muncul resistance pada gerakan pasif
baik smooth (lead pipe) maupun oscilating (cogwheel)
- Bradikinesia
Bervariasi : sensasi lemah, loss of dexterity, fatigue, nyeri dengan
gerakan berulang
Facial bradikinesia : blink rate berkurang, ekspresi muka
berkurang/muka topeng (hypomimia), bicara lembat & halus &
monoton (hypophonia), artikulasi buruk/slurred speech, susah
understang, drolling (ngeces)
Trunkal bradikinesia : lambat/susah berdiri atau berjalan, smaller
steps, frozen feet
Hand : small efforthfull handwriting (micrographia),motorik halus
sulit (mengunci pintu, pegang sendok)
Faktor risiko
- Usia : Elderly, terutama usia >55 tahun
- Men = 1,5 x woman
- Terekspos pestisida, herbisida
- Konsumsi air sumur
- Lingkungan rural area
- Proximity to industrial plants or quarries
Pencetus : Pemeriksaan fisik :
Cek semua cardinal sign
- Resting tremor : tangan diletakkan santai di paha saat duduk, minta
pasien menghitung mundur dari 10 maka tremor hilang. Lengan lalu
dijulur ke depan (tes postural tremor) dan lakukan finger to nose test
(cek kinetik tremor)
- Rigiditas : lakukan gerakan pasif fleksi ekstensi wrist dan rasakan
resistensinya, minta pasien melakukan tapping (gerak volunteer aktif)
dengan tangan lain untuk memperjelas rigiditasnya
- Bradikinesia : minta pasien menulis (hypographia); amati ekspresi
wajah (hypomimia); hitung blink rate; soft speech (hypophonia); minta
pasien jalan amati speed, steps, arm swing; tes buka tutup tangan
sambil menyentuh jempol& telunjuk bergantian, cek tangan satu per
satu
Postural instability : pasien berdiri mata tertutup lalu tarik bahu pasien ke
belakang tiba-tiba, normal jika mampu regain balance dengan 1 atau 2
langkah ke belakang
Cek orthostatic hypotension
Periksa gejala nonmotorik : konstipasi, retensi urin, disfungsi ereksi
Periksa gejala pulmoner akibat postur pasien yang membungkuk
Pemeriksaan penunjang :
MMSE
Nonmotor symptom scale (NMSS)
Hoehn and Yahr scale motor symptom scale

no specific lab biomarker


imaging unremarkable
Diagnosis Banding : Alzheimer disease, vascular dementia, essesntial tremor,
Huntington disease
Treatment
terapi gejala motoric biasanya efektif selama 4-6 tahun
- Dopamine agonis :
levodopa (1st line tx) 300-600 mg/hari dibagi 3-4dd, bisa dicoupled dengan carbidopa
pramipexole 1,5-4,5 mg/hari dibagi 3dd
- COMT (untuk advance state) : entacapone, adjunctive dengan levodopa
+ carbidopa, dosis 200 mg bersama setiap dosis levopopa/carbidopa,
max 1600 mg/hari
- MAOI (untuk early state)
selegiline 5mg setiap pagi 1dd, max 10 mg/hari, adjuctive dgn
levodopa
rasagiline: monoterapi 1mg/hari; adjuctive 0,5-1 mg/hari dgn
levodopa
- Anticholinergic (2nd line tx) untuk gejala tremor saja : trihexyphenidil
5-10 mg/hari dibagi 3-4dd, sediaan tab 2 mg dan 5 mg
terapi gejala nonmotorik
- sildenafil citrate (Viagra) disfungsi ereksi
- polyetilen glycol konstipasi
- metilfenidat fatigue (hati-hati bisa menimbulkan adiksi)
- modafinil somnolen berlebih siang hari
Edukasi:
Pengobatan
hanya
menmperlambat
progresi
penyakit,
bukan
menghilangkan penyakit
Diet tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Supportif lain termasuk aspek psikologis
Prognosis : dubia ad malam
- Tanpa terapi, kematian dalam 5 tahun 25%, dalam 10 tahun 65%,
dalam 15 tahun 89%
- Dengan terapi levodopa, mortality drop 50% & usia bertambah
beberapa tahun

DEMENSIA
Anamnesis
Karakteristik
- Termasuk dalam gangguan mental organic (GMO).
- Demensia merupakan sindroma akibat gangguan otak kronis progresif
berupa gangguan fungsi luhur kortikal multiple (daya ingat/memori,
daya pikir/intellect, orientasi, daya tangkap/komprehensi, berhitung,
kemampuan belajar, berbahasa, daya nilai/judgement)
- Diawali dengan kemerosotan /deteriorasi pengendalian emosi, perilaku
sosial atau motivasi hidup
- Pedoman diagnosis berdasarkan PPDGJ-III

Adanya penurunan daya ingat dan daya piker yang sampai


menggaggu aktivitas harian (mandi, makan, berpakaian, buang
air dsb)
Tak ada gangguan kesadaran
Gejala tersebut nyata >6 bulan
- Kalau DSM IV :
Deficit kognitif multiple berupa gangguan memori + 2 atau lebih
gejala : aphasia, apraxia, agnosia, gangguan executive
functioning
Menyebabkan gangguan aktivitas harian, soaial, dan okupasional
Tanda neurologis fokal atau radiologis untuk cerebrovascular
disease (untuk demensia vaskuler)
- Terbagi dalam : Alzheimer demensia (50% case), vascular demensia,
demensia dengan Lewy Bodies, demensia pada Huntington disease,
demensia lobus frontotemporal
Faktor risiko :
- Usia tua (faktor utama)
- Riwayat keluarga dengan demensia
- Hipertensi, merokok, hiperkolesterolemia, DM, CVD demensia
vaskuler
Pencetus : Pemeriksaan fisik :
Kesadaran compos mentis (kalau ada penurunan kesadaran delirium)
Periksa gejala depresi mayor (suicide attempt, gangguan mood)
Nilai adanya halusinasi, delusi, psikosis, paranioa
Periksa gejala motoric : tremor, gait impairment, myoclonus, chorea
Pemeriksaan penunjang :
MMSE (harus dicek !)
Montreal Cognitive Assessment (MoCA)
Depression assessment screen : kriteria DSM IV, Geriatric Depresion Scale
(GDS), Cornell Scale
Imaging untuk rule out kausa organic lain
Gold standard : PPDGJ / DSM IV
Diagnosis Banding : gangguan depresif, delirium, retardasi mental
Treatment : supportive & simptomatik
- Neuroprotective agent : gabapentin, nimodipin
- Nutritional supplements : creatin
- Kontrol faktor risiko yang modifiable (terutama FR demensia vaskuler)
- Obati gejala dengan pengobatan spesifik (antidepresan, dopamine
precursor, antipsikotik, benzodiazepine)
Edukasi :
- support keluarga dan lingkungan
- healthy life style
Prognosis : dubia

Hernia nucleus pulposus and sindrom radikuler


lainnya
Predileksi : lumbar 4/5, lumbar 5/S1, C6/C7
Anamnesis
1. Nyeri pinggang yang menalar hingga maleolus lateral , muncul tiba-tiba.
Jika mengenai radiks lain, maka sesuar dermatomnya.
2. Memberat dengan batuk, bersin, duduk tungkai diluruskan (pada lumbar
HNP) atau diperberat dengan fleksi leher pada cervical HNP. Diperingan
dengan bed rest
3. Nyeri khas neuropati = tebel-tebel, kesemutan, kesetrum
4. Gangguan BAK (rentensi/inkontinensia urin ), keluhan bilateral hanya
terjadi pada HNP tipe sentral ( prolaps bangian tengah sehingga menekan
semua radix cauda equina termasuk saraf untuk kontrol spingter ). Kalau
tipe posterolateran hanya mengenai radix yang keluar foramen sehingga
keluhan unilateral.
5. Bisa dengan kelemahan otot, namun tidak pernah sampai lumpuh total.
6. Riwayat terjatuh atau mengangkat barang berat.
DD : apapun yang menyebabkan kompresi spinal cord dan radix (tumor, infeksi,
spondylosis, hematom/perdarahan, kista)
tumor, abses spinal, infeksi kronis (keduanya memberikan gejala yg gradual,
bed rest tidak mengurangi gejala, malah memperberat)
Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi ROM. Pada pemeriksaan ROM spinal, akan bertambah nyeri saat
fleksi ke depan dan ke lateral sesuai penekanan radix. Jika nyeri muncul
saay ekstensi ke belakang dx lebih mengarah ke spondylolisthesis,
spondylosis, atau stenosis foramen intervertebra.
2. Palpasi vertebra : ada tidak tenderness, frkatur, ketidakrataan pd
spondilolistesis, nyeri ketok proc spinosus pada spondilitis
3. Laseque (+) pada lumbar HNP : caranya dengan memfleksikan secara
lurus tungkai ke atas,positif jika sudut <70 derajat sudah nyeri . org tua
batasnya 60 derajat. Jika nyeri pada tungkai yg sehat OConnel test (+) ->
spesifik pada HNP
4. Tes bragard : tes lasegue plus dorsofleksi ankle
5. Tes sicard : tes lasegue plus dorsoflesi ibu jari
6. Pemeriksaan motorik dan sensori s semua diperiksa termasuk refleks
fisiologis dan patologis. Refleks achilles menilai radix S1
7. Patrick test => sacroiliitis, contrapatric test => coxitis
Sindrom S1 (HNP L5-S1) => nyeri, parastesia, penurunan sensoris pada
aspek lateral kaki. Refleks achiles hilang/menurun.
Sindrom L5 (HNP 4-5) => nyeri, parastesia, penurunan sensorid pada dorsum
kaki, dan lateral betis. Bisa ada drop foot (steppage gait)

Sindrom L3/L4 => nyeri dan kelainan pada anterior tungkai atas dan medial
tungkai bawah. Refleks lutut bisa menghilang, lasegue negatif tapi reserve
lasegue positif (hiperekstensi sendi coxae dengan flexi lutut)
Penunjang : gold standard HNP : MRI
Xray utk menyingkirkan spondilolostesis, fraktur,
Treatment
Rujuk jika ada red flag -> perlu bedah

Terapi konservatif -> 90% membaik dalam 6 minggu, sisanya perlu pembedahan
1. Bed rest in flat position (hard board) 2-4 hari
2. Analgesik : NSAID, parasetamol
Edukasi : hindari angkat2 berat, jika mau ambil barang tungkai yg ditekuk,
punggung tetap lurus. Bisa dengan kompres hangat utk meredakan nyeri akut.

TIA

Anamnesis
O : kurang dari 24 jam
L : dapat berupa parese, pelo, perot, memori, vertigo
D : harus dalam satu jam
C : tergantung lokasi iskemi
A:R:Faktor risiko :
HT, DM, dislipidemia, sakit jantung, kejang, infeksi CNS, koagulopati yang ke
arah trombosis, rokok
RPD :
stroke, TIA sebelumnya, singkirkan kemungkinan trauma
Px :
1 vital sign
2 GCS
3 motorik
4 sensoris
5 refleks fisiologis dan patologis
6 cranial nerve
7 meningeal sign
8 memori
9 cerebelum : keseimbangan, adhiadokokinesia, dismetria
10
skrining sistem lain
DD : stroke iskemi, syncope, absance seizure, hipoglikemia
Penunjang :
1 CBC
1 GDS - singkirkan hipoglikemi, cek DM
1 profil lipid
1 elektrolit darah
1 EKG - pencetus dari jantung
Gold standar :
1 CT scan tanpa kontras - tahu area iskemi
1 CT angiography
Tx
tx sama dengan stroke iskemik (liat topik stroke)
aspirin 50-325 mg/hari PO dalam jangka 48 jam dari TIA, lalu 75-100 mg/hari PO
Edukasi
1 kendalikan faktor risiko : HT, dislipidemia, DM
1 hentikan rokok dan alkohol
1 olahraga teratur
Prognosis : dubia

Primary Hipersomnia

Anamnesis (berdasarkan DSM IV TR)


berlangsung setidaknya 1 bulan (atau kurang bila rekuren) ditandai dengan
memanjangnya episode tidur atau bertambahnya jumlah tidur hampir setiap hari
berefek siknifikan pada sosial, pekerjaan
tidak berkaitan dengan episode insomnia ataupun kurang tidur sebelumnya dan
tidak ada gangguan tidur lainnya seperti narkolepsi (kalo ini ada : cataplexy,
sleep paralysis, sleep-onset REM), OSA, parasomnia
tidak ada mental disorder (gali adakah depresi)
tidak berkaitan dengan penggunaan obat atau kondisi medis tertentu
Faktor risiko : RPD : RPK : Px :
1 keadaan umum : lelah hingga tertidur
1 fisik dbn,
1 eksklusi kemungkinan OSA dengan cek :
1 adakah obesitas
1 makroglosia
1 micrognathia
1 sumbatan hidung
1 tonsil membesar
1 eksklusi adanya trauma kepala
1 ekslusi tanda drug abuse
1 Mental Status Examination : dapat terjadi perubahan ringan pada atensi,
konsentrasi, dan short-term memory
DD : narkolepsi, depresi, OSA, drug abuse
Penunjang : Polysomnography (PSG) and Multiple Sleep Latency Test (MSLT)
Tx :rujuk ke psikiatri
Prognosis :dubia

Infark Cerebri
Anamnesis
O : mendadak
L : bergantung dari pembuluh yang terkena
1 a. cerebri anterior (capsula interna dan nukleus basalis, orbital, frontal, parietal) :
motoris dan sensoris tungkai kontraleteral terganggu, inkotinensia urin,
gangguan mental dan memori
1 a. cerebri media (capsula interna dan nukleus basalis, temporal, frontal, parietal)
: aphasia, motor speech disorder, gangguan motoris dan sensoris tangan kaki
wajah kontralateral, hemianopia homonim

1 a. cerebri posterior (midbrain, thalamus, plexus choroidalis, temporal, oksipital) :


hemianopia homonim, color anomia,
visual hallucinations, fotofobia,
contralateral hemiplegia, chorea, hemiballismus, ataxia
1 a. basilaris : vertigo, ataxia, visual field loss, diplopia
1 a. lenticulostriata (salah satu lacunar infarct) : pure motor hemiplegia kelumpuhan di wajah tangan kaki kontralateral disertai dysarthria
D : lebih dari satu jam
C : bedakan perdarahan dan iskemi, singkatnya dengan algoritma Gadjah Mada ada penurunan kesadaran atau nyeri kepala hebat berarti perdarahan
A:R:Faktor risiko : HT, sakit jantung, DM, dislipidemia, rokok
RPD : pernah stroke atau TIA sebelumnya, singkirkan kemungkinan trauma
RPK : faktor risiko di keluarga
Px
1 vital sign
1 GCS
1 motorik
1 sensoris
1 refleks fisiologis dan patologis
1 cranial nerve
1 meningeal sign
1 memori
1 cerebelum : keseimbangan, adhiadokokinesia, dismetria
1 skrining sistem lain
DD : trauma, massa tumor intrakranial, gangguan metabolik seperti hipoglikemi
dan gangguan elektrolit
Penunjang :
1 CBC
1 GDS - singkirkan hipoglikemi, cek DM
1 profil lipid
1 elektrolit darah
1 EKG - pencetus dari jantung (tromboemboli)
Gold standar : CT scan tanpa kontras
Tx :
stroke pada umumnya :
airway & breathing - kalo penkes lakukan intubasi, oksigenasi adekuat hingga
saturasi >95%
bila kejang : diazepam IV
jaga suhu tubuh serta analgesik : paracetamol
edem cerebri : manitol 1.5-2 g/kg drip IV dalam 30-60 menit
stroke perdarahan, ditambah :
elevasi bed 30 derajat

sistole 150 - 220 mm Hg, diturunkan hingga sistole 140 mmHg masih aman agar
tidak terjadi rebleeding : nicardipin 0,5-6 mcg/kg/menit IV drip hingga tensi
tercapai dalam 24 pertama dari onset, awasi tensi
stroke iskemik, ditambah :
aspirin 325 mg PO
hanya bila sistole diatas 220 mm Hg atau diastole diatas 120 mm Hg, turunkan
tensi perlahan hingga 15% dalam 24 jam pertama dari onset : nicardipin 0,5-6
mcg/kg/menit IV drip hingga tensi tercapai, awasi tensi
rujuk :
stroke iskemik : kurang dari 3 jam masih mungkin r-tPA bila tidak ada
kontraindikasi
stroke perdarahan : rujuk untuk kemungkinan evakuasi hematom
umumnya rujuk untuk penanganan intensif dan fisioterapi post stroke
Edukasi : kendalikan faktor risiko, fisioterapi post stroke dibantu petugas medis
lalu mandiri
Prognosis : outcome lebih buruh yang perdarahan

ILMU
PENYAKIT
MATA
HORDEOLUM

Merupakan infeksi yg umumnya karena Staphylococcus aureus pada gland.Zeis


atau gland.Meibom.
Anamnesis :
-

Rekurensi? Kronik?
Nyeri, panas, bengkak pada eyelid. Tambah nyeri bila menunduk.
Dapat juga mengeluhkan astigmatism dan blurring vision akibat central
corneal flattening pada hordeolum yang ukuran besar
RPD : riw. Blefaritis, rosacea

Pemeriksaan fisik lokalis :


Nodul yang nyeri jika disentuh pada eyelid margin. Nodul bisa single/multiple,
unilateral/bilateral.
DD : chalazion, BCC atau SCC pada eyelid
Pada chalazion umumnya kasus kronik dan tidak ada nyeri tekan. Pada SCC atau
BCC kasusnya rekuren ataupun resisten cek histologis
Management :
-

Self limited 1-2 minggu


Eyelid hygiene
Kompres hangat 10-15 menit, 3-4x sehari
Topikal antibiotik (kloramfenikol 1% tetes atau salep 4x sehari
selama 7 hari) bila ada draining pus dari lesi atau bila disertai
blefarokonjungtivitis
Oral AB (Amoksisilin 3x500mg selama 5-7 hari) bila disertai selulitis

Hifema
Anamnesis
:
- Karakteristik : darah di bilik mata depan,darah bisa berasal dari arteri dan
cabangnya pada korpus siliaris, arteri koroidalis, atau vasa iris pada
sekeliling pupil. Ada 2 jenis :
o Hifema primer : sesaat setelah terjadi trauma
o Hifema sekunder : terjadi sesudah hari ke 3, antara hari 3-5, atau
setelah perdarahan pertama teresorbsi.
Dari hifema bisa juga menyebabkan glaucoma sekunder karena tersumbat
darah. Selain itu hifema juga bisa mengakibatkan pewarnaan kornea
kornea jadi keruh penurunan penglihatan.
Pasien datang dengan keluhan perdarahan atau adanya darah di bagian
tengah mata.
Keluhan bisa disertai nyeri pada mata, gangguan
penglihatan, dan sensitive cahaya. Tanya riwayat trauma di mata. Hifema
juga bisa disebabkan oleh tindakan invasive di mata, jadi tanyain juga
riwayat operasi di mata. Meskipun jarang, ada juga hifema spontan.
Spontaneous hyphemas biasanya karena neovaskularisasi
(diabetes
mellitus,
iskemik,
pembentukan
sikatrik),
ocular
neoplasma
(retinoblastoma),
uveitis,
dan
vascular
anomali
(juvenile
xanthogranuloma). Tanyakan juga riwayat sakit mata, terutama yang bisa

menyebabkan peningkatan TIO. Semua yang bisa menyebabkan hifema


spontan juga jangan lupa dikorek informasinya. Karena hifema bisa bikin
glaukom dan pewarnaan kornea, tanyain juga ada penurunan penglihatan
apa gak, ada gejala-gejala glaucoma apa gak. Tanyain juga progresifitas
keluhan perdarahan kalau pasien datang setelah hari ke 3, untuk
antisipasi perdarahan sekunder.
DD : herpes simpleks keratitis, manifestasi sickle cell disease, komplikasi
galukoma, xanthogranuloma juvenile
Pemeriksaan
:
- Px fisik :
o Pemeriksaan oftamologis menyeluruh :
Visus bisa ada penurunan visus, bisa juga normal
Segmen anterior sebisa mungkin bisa menilai grade
hifema
Grade I : Darah mengisi kurang dari sepertiga COA (58%)
Grade II : Darah mengisi sepertiga hingga setengah COA
(20%)
Grade III : Darah mengisi hampir total COA (14%)
Grade IV : Darah memenuhi seluruh COA (8%)
Dari segmen anterior juga dinilai ada tidaknya rumbai-rumbai
vascular yang ada di batas pupil, mengindikasikan hifema
spontan. Kalau pasien datang setelah hari ke 3 nilai tanda
perdarahan sekunder, darah makin banyak apa gak. Nilai
kornea, adakah pewarnaan kornea atau tidak. Nilai juga iris,
ada tidaknya sinekia.
Segmen posterior tergantung etiologi, bisa normal. Cari
tanda-tanda yang mengarah pada hifema sekunder (DM,
tanda iskemik, pembentukan neovaskularisasi). Cari juga
tanda-tanda peningkatan TIO, CD rasionya.
TIO : peningkatan TIO lebih sering terjadi pada hifema grade
3-4.
- Px
penunjang
:
untuk
menemukan
etiologi
(kalau
belum
jelas)/menyingkirkan diagnosis banding.
o Tonometri : periksa TIO
o USG mata / Ct scan : untuk melihat adanya tumor intraocular.
o Angiografi iris : untuk melihat adanya neovaskularisasi, jarang
dilakukan
o Skrining sickle cell biasanya terjadi hifema juga
Karena kita settingnya di PKM, semua penunjang ini gak perlu ya.
Penegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis sama Px fisik aja.
Terapi
Tergantung jumlah perdarahan, TIO, serta kejernihan kornea.
- Hifema < volume COA, dapat dikelola dengan tirah baring posisi kepala
elevasi 60 derajat, nanti bisa terserap spontan.
- Bisa juga diberi koagulansia untuk menghentikan perdarahan. Koagulan
yang dipake adalah asam traneksamat, 25mg/kgbb 3x sehari selama 6
hari.

Midriatik diberikan untuk mencegah blok pupil dan mengistirahatkan iris.


Bisa dipake sulfas atropine 1%, 3 tetes.
Untuk menurunkan TIO dan cegah glaukoma, berikan asetazolamid
Monitoring TIO, pewarnaan kornea, dan perdarahan sekunder perlu
dilakukan secara berkala untuk mengetahui kemunculan komplikasi.
Steroid sistemik atau topical diberikan untuk cegah uveitis.
Operatif dengan indikasi :
o TIO tetap tinggi setelah pemberian farmakoterapi (>35mmhg
selama 7 hari atau 50mmhg selama 5 hari)
o Terjadi pewarnaan kornea
o Terdapat sinekia posterior
Teknik operasi dengan parasentesis sederhana, yaitu mengeluarkan darah
dari COA dengan spuit injeksi yang sebelumnya sudah dianastesi terlebih
dahulu. Kalau sudah ada jendalan, bisa dilakukan irigasi aspirasi dan insisi
luas.
Awasi komplikasi : sinekia, pewarnaan kornea, peningkatan TIO!!!
Prognosis : visus akhir pasien bergantung pada ada tidaknya kerusakan
bagian lain pada mata, apakah terjadi perdarahan sekunder, serta apakah
terjadi komplikasi lain seperti glaucoma atau kejadian perdarahan
sekunder. >75% visus akhir >20/40. Besar hifema tidak mempengaruhi
prognosis hifema. Visus akhir lebih sering berkaitan dengan ada tidaknya
gangguan mata lain, terutama kerusakan di segmen posterior.
Edukasi :
o Istirahat tirah baring
o Perhatikan tanda peningkatan TIO mual muntah, nyeri kepala

Hipopion
Anamnesis
:
- Karakteristik : Hipopion didefinisikan sebagai pus steril yang terdapat pada
bilik mata depan. Hipopion dapat terlihat sebagai lapisan putih yang
mengendap di bagian bawah bilik mata depan karena adanya
gravitasi. Komposisi dari pus biasanya steril, hanya terdiri dari
lekosit t a n p a a d a n y a m i k r o o r g a n i s m e p a t o g e n , s e p e r t i
b a k t e r i , j a m u r m a u p u n v i r u s , k a r e n a hipopion adalah reaksi
inflamasi terhadap toxin dari
mikroorganisme patogen, dan bukan
mikroorganisme itu sendiri. Hipopion merupakan reaksi infl amasi di
bilik mata depan. Karena itu semua penyakit yang berhubungan
dengan uveitis anterior dapat menyebabkan terjadinya hipopion.
Hipopion dapat timbul setelah operasi atau trauma, bisa
disebabkan karena adanya infeksi, misalnya keratitis, ulkus
kornea, uveitis anterior.
Gejala subyektifnya adalah rasa sakit, iritasi, gatal dan fotofobia
pada mata. Bisa juga mengalami penurunan visus atau lapang
pandang, tergantung dari beratnya penyakit utama yang diderita.
Tanyakan riwayat infeksi, pemakaian lensa kontak, trauma,
pemakaian obat serta riwayat operasi.
DD :

pseudohipopion : pada retinoblastoma, ghost cell glaucoma,


metastasis Ca.

Pemeriksaan
:
- Px fi sik :
o Visus : bisa normal, bisa juga turun
o Segmen anterior cari etiologi hipopion (tanda keratitis,
uveitis, ulkus). Adakah eksudat dan sinekia.
o Segmen
posterior

biasanya
normal,
bisa
untuk
menyingkirkan penyebab penurunan visus akibat gangguan
di segmen posterior
o TIO jika curiga glaucoma
o Pasien disuruh duduk, terus lihat ke arah bawah, sinari mata
pasien dari bagian atas-depan iris untuk menilai hipopion.
- Px penunjang :
o Slit lamp : untuk mencari etiologi (keratitis, uveitis, ulkus),
melihat lapisan berwarna putih pada bagian inferior COA.
o Karea
slit
lamp
bukan
kompetensi
dr.umum,
jadi
penegakkan diagnosis Cuma berdasarkan anamnesis sama
pemeriksaan fi sik.
Terapi
:
- Penatalaksanaan tergantung berat ringannya penyakit. WBC biasanya
akan di reasorbsi, tetapi bila hipopion memberikan gambaran berat, maka
bisa dilakukan drainase.
- Terapi spesifik tergantung penyakit utama.
- Kortikosteroid bisa diberikan untuk inflamasi, tapi pastikan tidak ada
keterkaitan kornea.
- Cycloplegic dapat diberikan untuk mengurangi nyeri dan mencegah
sinekia. Bisa diberikan sulfas atropine 1%.
- Awasi komplikasi : glaucoma sekunder, katarak, retinitis proliferans, dan
ablasi retina
- Prognosis : prognosis tergantung penyakit penyebab.
WBC dapat
direasorbsi sepenuhnya.
- Edukasi :
o Hindari menyentuh mata yang sakit
o Jaga kebersihan mata

BLEPHARITIS
Anamnesis
Karakteristik
- Sudden onset, nyeri/perih, visus normal, gatal, (gejala iritatif)
- Mata bisa merah, discar bisa ada, nrocos, rasa mengganjal, bisa
fotofobia
Faktor risiko : kontak lens, naik motor, kebiasaan kucek mata
Pencetus : RPD : Pemeriksaan fisik :
- bisa ada demam

kelopak mata : merah, edem, bisa berkrusta


bulu mata : madarosis (rontok), poliosis (uban), trichiasis (misdirection
& scarring), krusta di orificium gld. Meibom, tylosis (lid iregularity),
teleangiectasis, ada debris
- konjungtiva: injeksi konjungtiva
- kornea : erosi epitel punctate, infiltrate marginal, marginal ulcers,
pannus,
Pemeriksaan penunjang : slit lamp, kultur bakteri
Gold standard : kultur bakteri
Differential diagnosis : keratokonjunctivitis, hordeolum, keratitis, dry eye
syndrome
Treatment :
- eye lid hygiene : kompres hangat
- artificial tear (prn)
- antibiotic : ED chloramphenicol 0,5% 3-4dd gtt 2, atau ED gentamycin
3%. Lebih disarankan bentuk sediaan salep mata (bacitracin,
erythromycin, sulfacetamid 1-2 minggu), boleh salep antibiotic +
kortikosteroid
Edukasi : istirahat, jangan kucek mata
Prognosis : bonam

KORPAL KONJUNCTIVA
Anamnesis
KU: post kelilipan di mata kanan atau kiri
RPS:
Kelilipan terjadi akut (hitungan menit atau jam), UNILATERAL biasanya, dikucekkucek, terasa mengganjal, nerocos, mata merah (+).
Nyeri di mata (-),
pandangan kabur (-), gatal (-).
Faktor resiko: kelilipan korpal (logam dan non logam).
Non-logam ada 2: inert (tidak menimbulkan reaksi jaringan/ringan, contoh:
plastik, kaca, batu), reaktif (menimbulkan reaksi jaringan, contoh: tumbuhtumbuhan, bulu ulat, bulu mata).
Logam (besi, tembaga) menimbulkan reaksi jaringan karena deposisi nya pada
konjuntiva (atau kornea, lensa, retina).
Pencetus: kontak dengan korpal tersebut
RPD: Px Fisik: visus, segmen anterior, segmen posterior
OD
OS
6/6
Visus
6/6
+
Persepsi warna +
+
Proyeksi
+
cahaya
Tenang
Kelopak mata
Tenang
Injeksi
konjuntiva
(+/-), Konjuntiva
tenang
korpal (+)
Jernih
Sklera
Jernih
Jernih
Kornea
Jernih
Dalam, sel (-),
COA
Dalam, sel (-)

Coklat, teratur
Bulat, sentral, 3mm, RC +/+

Iris
Pupil

Jernih
Cemerlang

Lensa
Fundus reflex

Coklat, teratut
Bulat, sentral, 3mm, RC
+/+
Jernih
Cemerlang

DD: korpal kornea, konjunctivitis, dry eye, ulkus kornea


Px Penunjang: slit lamp (eksklusi keterlibatan kornea akibat korpal) ; Gold
standar : Tx: ekstraksi korpal
Cara: 1. gunakan kapas basah yang telah ditetesi pantokain 0,5%.
2. lakukan ekatraksi, jika gagal maka rujuk (jangan sampai mendorong
korpal ke kornea)
3. tetes mata antibiotik (chloramphenicol 0.5% gtt.I 4x/dhari 3-5 hari)
Edukasi: hindari menggosok-gosok mata dengan tangan, cuci tangan, tetes mata
teratur

KONJUNGTIVITIS
Anamnesis : KU: mata merah
RPS: Mata merah sejak hari sampai dengan minggu. BILATERAL. Mengeluarkan
sekret, gatal (+/-), pandangan kabur (-), nyeri (-), riwayat trauma (-).
Bakteri
: sekret mukopurulent, sedikit gatal, nerocos sedikit, radang
tenggorokan jarang
Virus : sekret watery, sedikit gatal, nerocos banyak, radang tenggorokan jarang
Alergi : sekret watery-mucoid, prominent gatal, nerocos sedikit, radang
tenggorokantidak pernah
Gonorrhea : onset hari ke 2-5 (maksimal 1 minggu setelah kelahiran), sekret
mukopurulen kehijauan, sangat banyak, ibu riwayat gonorrhea
Chlamydia : onset setelah hari ke 5 (rata-rata 1 minggu setelah kelahiran),
sekret mukopurulen, banyak, ibu riwayat chlamydia
Faktor resiko: KONTAK
Pencetus: kontak dengan KAUSA ATAU ALLERGEN
RPD: ASMA (KONJUNGTIVITIS ALERGI), IBU GONORRHEA ATAU CHLAMYDIA
Px Fisik: visus, segmen anterior, segmen posterior
OD
6/6
Visus
+
Persepsi warna
+
Proyeksi cahaya
Tenang
Kelopak mata
Injeksi konjuntiva
Konjuntiva
Jernih
Sklera
Jernih
Kornea
Dalam, sel (-),
COA
Coklat, teratur
Iris
Bulat, sentral, 3mm, RC Pupil

OS
6/6
+
+
Tenang
Injeksi konjunctiva
Jernih
Jernih
Dalam, sel (-)
Coklat, teratut
Bulat, sentral, 3mm, RC

+/+
Jernih
Cemerlang
Konjungtivitis bakteri
Adenopati preaurikular Eksudat
monosit
dominan
Reaksi folikular +
Papiler Membran Pseudomembran
+
(inf.berat)

Lensa
Fundus reflex
Konjungtivitis viral
Adenopati preaurikular Eksudat PMN dominan
Reaksi folikular +
Papiler +
Membran +
Pseudomembran + (gonorrhea
saja)

+/+
Jernih
Cemerlang
Konjungtivitis alergi
Adenopati preaurikular Eksudat
eosinofil
dominan
Reaksi folikular Papiler Membran Pseudomembran -

Px: Penunjang: SWAB, slit lamp


Diagnosis banding: Konjungtivitis, keratitis, Episkleritis, Skleritis, Glaukoma
sudut terbuka, uveitis.

Diagnosis banding spesifik: konjungtivitis viral/bakteri/alergi.

aafp, 2003

Tx:
1. Konjungtivitis viral : artificial tear (cendo lyters gtt.I 3-4x/d prn akan
membaik maksimal 2 minggu jika daya tahan tubuh baik), kompres dingin.

2. Konjungtivitis bakteri
: antibiotik ed (ed chloramphenicol 0.5% gtt.I
6x/d minimal 3 hari)
3. Konjungtivitis alergi
: sodium cromoglycat eye drop 2% gtt.I 4x/d
4. Konjungtivitis chlamydia: tetrasiklin eye ointment 4x/d plus doksisiklin
2x100 mg/d 7d atau eritromycin 4x500 mg/d 7d)
5. Konjungtivitis gonorrhea: ceftriaxon single dose 50mg/kg (max 1 g) plus
gentamycin eye ointment/eye drop 0.3% gtt.I 4x/d 7d, irigasi saline
Edukasi: cuci tangan, hindari menggosok-gosok mata dengan tangan, menjaga
daya tahan tubuh, hindari alergen (k/p).

MATA KERING/ DRY EYE/ KERATOKONJUNGTIVITIS


SIKA
Penyebab: menurunnya produksi air mata atau penguapan yang berlebihan.
Anamnesis:
Karakteristik:
- Mata terasa kering, seperti ada benda asing/ pasir.
- Mata merah, gatal, terasa nyeri atau panas, iritasi gtu
- Mata berair (mucoid discharge)
- Fotofobia
- Gejala memburuk menjelang sore (setelah terpapar sinar dalam jangka
waktu lama) atau saat mata terpapar AC, setelah membaca/ berkerja
depan computer dalam jangka waktu lama
- Penglihatan kadang kabur, membaik dengan kedipan
- Riwayat penyakit Sjogren: ditandai mata kering, mulut kering, dan radang
sendi.
Faktor resiko:
- Usia tua
- Pria-wanita 1:1, namun setelah menopause wanita lebih sering (reseptor
estrogen juga terletak di kelenjar lakrimal dan meibom jd bs
mempengaruhi sekresinya)
- Pemakaian obat-obatan (yg menyebabkan berkurangnya produksi air
mata) ex: antihistamin, pil KB, obat diuretic, B blocker
Pemeriksaan fisik:
- Visus: 6/6 sampai 2/6
- Segmen anterior mata: hiperemis konjungtiva bulbi, injeksi konjungtiva,
kornea pemukaannya bisa ga rata, ada debris/ punctat, pewarnaan (defek
epital) kornea (tergantung keparahannya)
- Lainnya biasanya dbn

Px penunjang: (semuanya ga sensitive, soalnya Dx dry eye itu Dx secara


klinis)
- The Schirmer test
Utk mengukur produksi air mata. Caranya menggunakan lembaran strip
kertas saring, diselipkan ke dalam cul de sac konjungtiva inferior pada
batas 1/3 tengah palpebral inferior. Kedua mata diuji dalam waktu
bersamaan selama 5 menit. Nanti kertas akan basah dan diukur
panjangnya. Jadi aktivitas sekresinya dirangsang oleh iritasi kertas saring
tsb.
Normalnya (-): hasil >10mm dari kertas saring yang basah selama 5
menit. Jika <10mm ada hipolakrimasi, jika <5mm Sindrom Sjogren.
DD: konjungtivitis, keratitis, blepharitis
Terapi:
- Level 1: edukasi, modifikasi lingkungan hidup, menggunakan air mata
buatan = Cendo Lyteers 15 ml S4dd, tears naturale S4dd, kompres
hangat, pijat kelopak mata.
- Level 2: non preserved air mata buatan (4x sehari sampai setiap jam),
NSAID (topical kortikosteroid, topical cyclosporine A 0,05%), tetrasiklin
(utk meibomitis)
- Level 3: autologus serum, oklusi punctate permanen
- Level 4: NSAID sistemik, surgery (lid surgery, tarsorhaphy)
Edukasi:
- Meminimalkan kekeringan pada mata: hindari ruangan yang terlalu panas,
berangin, berasap, mengurangi pemakaian AC, lensa kontak, cukup tidur.
Prognosis: bonam
Komplikasi: penipisan kornea, ulkus, perforasi.

Buta Senja/Nyctalopia/Night Blindness

Introduksi
ini merupakan gejala berkurangnya penglihatan di malam hari karena
pencahayaan kurang
underlying dapat berupa katarak, glaukoma, defisiensi vitamin A, retinotis
pigmentosa
yang paling sering istilah ini dipakai untuk defisiensi vitamin A
XN (buta senja) merupakan tahap paling awal dari xeroftalmia yang terjadi
karena defisiensi vitamin A
pada tahap ini, mata tampak masih normal
tahap selanjutnya :
X1 -xerosis konjunctiva : konjunctiva palpebra tampak kering, keriput, kasar
X1A : tanpa bercak bitot
X1B : dengan bercak bitot
X2 - xerosis kornea : kekeringan mulai sampai ke kornea, tampak kasar, keriput
X3 - keratomalaci dan ulcerasi kornea : kornea menjadi lunak dan ada ulcerasi
X3A : kurang dari 1/3 kornea
X3B : lebih dari 1/3 kornea
XS -xeropthalmia scars : kornea memutih dapat hingga bola mata mengepis
hingga tahap X2 masih dapat membaik dalam 3 minggu dengan pemberian
vitamin A
Anamnesis
O : perlahan
L : simetris kedua mata
D & C : terjadi saat cahaya mulai remang-remang setelah sebelumnya terang,
sehingga dominan terjadi di malam hari, sering menabrak-nabrak benda di
sekitar, dst
A:R:Faktor risiko : gizi buruk, hamil dengan intake buruk, malabsorbsi
Px
1 BB dan TB : bisa normal bisa gizi buruk
1 Vital Sign : dbn
1 Visus : dbn
1 Segmen anterior posterior : dbn
1 Lapang pandang : dbn
1 Gerakan otot ekstraocular : dbn
1 TIO : dbn
1 Skrining kondisi general : kulit kering, rambut kering
Penunjang :
1 Dark Adaptation Threshold (DAT)
1 serum retinol rendah
Tx
suplemen vitamin A :
< 6 months: 50,000 units qDay for 2 days; repeat once with single dose after 2
weeks

6-12 months: 100,000 units qDay for 2 days; repeat with single dose after 2
weeks
>1 year except females of reproductive age: 200,000 units qDay for 2 days;
repeat with single dose after 2 weeks
females of reproductive age: 5000-10,000 units/day; 10,000 units/day maximum
or 25,000 units once weekly for 4 weeks
Edukasi : diet tinggi vitamin A : wortel, mangga, bayam, sayuran lain
Prognosis : X3 sampai XS prognosis buruk

PERRDARAHAN SUBKONJUNGTIVA
Hifema: adanya darah di COA
Anamnesis:
- Mata merah, berair, ada rasa mengganjal disertai pusing
- Unilateral
- Biasanya ada riwayat trauma
- Onsetnya (munculnya berapa lama setelah trauma)
- Penglihatan biasanya ttp normal tp bisa juga kabur
- Seringnya tidak nyeri
- Sudah diberi obat apa sebelumnya?
- Riwayat HT, batuk kronis, operasi mata sebelumnya?
Pemeriksaan fisik:
- Visus: 6/6 bisa menurun jika kornea terwarnai
- Segmen anterior: tampak perdarahan di konjungtiva bulbi, bisa merah tua/
merah terang, cek kejernihan kornea (karena kornea bisa sampai
terwarnai), reflex pupil.
- TIO: dbn
Px penunjang:
- Slit lamp
- Darah lengkap: memastikan ada tidaknya gangguan pembekuan darah
(pada yg memiliki riwayat perdarahan subkonujngtiva berulang
DD: konjungtivitis, konjungtivitis hemorrhagic akut, skleritis.
Manajemen:
- Terabsorbsi spontan 1-2 minggu
- Jika hifema < COA dan kornea jernih tirah baring, posisi kepala
elevasi 60.
- Asam traxenamat 3x500 mg (antifibrinolitik)
- Sulfas Atrofin 1% eye drop (efek midriatik)
- Asetazolamid 250mg 1-4x sehari atau 500mg 2x sehari bila TIO
meningkat, untuk mencegah glaukom
- Nafazolin HCL 4x1 tetes/ hari (vasokonstriktor)
- Kontrol 3 minggu lagi
- Jika perdarahan subkonjungtiva sifatnya menetap/ berulang kambuhkambuhan gejala awal limfoma adnexa okuler
- Operasi bila:
TIO tetap tinggi >35mmHg selama 7 hari

Terjadi
pewarnaan
hemosiderosis)

kornea

(penimbunan

pigmen

darah,

Edukasi:
- Hindari pemakaian aspirin, ibuprofen, NSAID dkk untuk sementara waktu
- Menjelaskan kondisi ini membaik dengan sendirinya, perdarahan dapat
diserap dalam 1-2 minggu.
- Kontrol ulang setelah 1 lagi atau segera kembali jika pertambahan
bertambah luas.

ILMU
PENYAKIT
DALAM

SPONDILITIS TB (POTTS DISEASE)


Anamnesis

Karakteristik
- Diawali gejala-gejala TB biasa seperti demam ringan, keringat malam
hari, turun nafsu makan
- Setelah kurang lebih 4 bulan dari gejala awal TB pasien mulai
mengeluhkan nyeri punggung, sulit berdiri (sudah menekan medulla
spinalis), kifosis, teraba benjolan di vertebra (gibus)

Keluhan biasanya bersifat subkronis


Spondilitis TB paling banyak terdapat di daerah thoracal, biasa
mengenai dua corpus vertebra, diskus bisa menjadi hancur terutama
pada anak-anak
- Ada lima stadium dari spondylitis TB:
Fase implantasi (6-8 minggu)
Fase destruksi awal (3-6 minggu) terjadi penyempitan ringan
diskus
Fase destruksi lanjut (2-3 bulan) terjadi kolaps vertebra, masa
kaseosa, pus cold abscess, wedging
Fase gangguan neurologis terjadi paraplegia
Fase deformitas residua (3-5 tahun) permanen
Faktor risiko
- TB paru/primer yang tidak terdeteksi atau tidak diobati
Pencetus (-)
RPD
- Riwayat kontak dengan penderita TB

Pemeriksaan fisik

Cari penonjolan pada vertebra, ada kifosis


atau tidak
Cari kemungkinan keterlibatan neurologis,
gangguan motorik hingga sensoris

Pemeriksaan penunjang

Darah rutin (leukositosis)


X-ray/MRI vertebra thoracal AP dan lateral,
cari:
- Destruksi litik bagian anterior
- Wedging anterior
- Kolaps corpus vertebra
- Sklerotik reaktif karena proses litik
Tuberculin skin test
Bone scanning
Biopsi tulang (gold standard)

Tumor spinal
Abses spinal
Metastasis kanker
Multiple myeloma

DD

Treatment

OAT kategori sesuai indikasi (kasus baru kategori I)

Pembedahan untuk mengambil produk infeksi

BRONCHITIS AKUT (4A)


Anamnesis
Karakteristik
- Coryza (rhinitis) atau gejala pharyngitis dengan batuk
- Batuk awalnya kering lalu menjadi produktif (mukoid/ mukopurulen)
- Mayoritas batuk<2 minggu, tapi ada yang yang lebih
- Bisa ada demam, sesak nafas, nyeri otot, dan sakit dada
Pencetus :

RPD : -

Pemeriksaan fisik
- Ditemukan ronki kasar
- Bisa dengan wheezing
Pemeriksaan penunjang :Darah rutin (leukositosis), foto thorax (untuk ekslusi
penyebab lain)
Gold standard : Diagnosis banding : Asthma bronkial, Pneumonia, Influenza, TB, Gagal jantung.
Treatment
- Non-farmakologi : istirahat, dianjurkan banyak minum dan menghindari
paparan asap rokok dan iritan inhalan lain (berhubungan dengan
tempat kerja)
- Farmakologi :
o Antipiretik jika dibutuhkan : Parasetamol tab 3 x 500 mg
(Sprn)
o Antitusif jika batuk sangat mengganggu : Dextromethorphan
tab 3 x 15 mg (Sprn), Dextromerthorphan syr. 10mg/5 ml
o Bronkodilator jika ada sesak nafas : Salbutamol tab 3 x 2 mg
o Antibiotik jarang diperlukan karena kebanyakan disebabkan oleh
virus
Edukasi : kontrol lagi setelah 5 hari

CHOLECYSTITIS AKUT (3B)


Anamnesis
Karakteristik
- Nyeri epigastrium atau perut kanan atas yang dapat menjalar ke
daerah scapula kanan
- Nyeri awalnya bisa bersifat colic tapi selalu akan menjadi konstan
- Nausea, vomit, demam

Faktor risiko:
- Wanita
- Obesitas atau penurunan BB cepat
- Hormonal therapy pada wanita
- Usia 40 tahun ke atas

Pencetus :
- Makanan berlemak

Pemeriksaan fisik
- Nyeri tekan di RUQ atau epigastric
- Murphy sign (+)
- Teraba massa kandung empedu
- Ikterik jika ada obstruksi ekstrahepatal
Pemeriksaan penunjang :leukositosis, peningkatan SGOT/SGPT
Gold standard :
- USG hati (initial imaging test) penebalan dinding kandung empedu,
sering ditemukan pula sludge atau batu
Diagnosis banding : peptic ulcer perforasi, pancreatitis akut, angina pectoris,
appendicitis akut retrocaecal
Treatment
- Non-farmakologi: tirah baring, hindari makanan berminyak (dari Buku
Pelayanan Medik dan Medscape bahkan dikatakan dipuasakan)
- Farmakologi :
o Antipiretik dan analgesic jika dibutuhkan : Parasetamol tab 3 x
500 mg (Sprn)
o Antiemetic jika mual dan muntah : Domperidone tab 3 x
10mg, Metoclopramide tab 3 x 10 mg
o Antibiotik diberikan parenteral (rujuk)
Edukasi :

Dirujuk karena kemungkinan terjadi komplikasi yang membahayakan


seperti Gangren/ empyema kandung empedu, perforasi kandung empedu,
peritonitis umum, abses hepar
Saat belum terjadi komplikasi prognosisnya baik tapi tidak jika sudah
terjadi komplikasi
Penyakit ini bisa disebabkan oleh adanya sumbatan pada saluran empedu
(oleh batu)atau tanpa batu (stasis empedu karena trauma, puasa dalam
waktu lama, long term Total Parenteral Nutrition)

GASTRITIS (4A)
Anamnesis
Karakteristik
- Perihatau rasa tidak nyaman di ulu hati
- Nyeri epigastrium, perut kembung, mual, muntah tidak selalu ada
Faktor risiko:
- Penggunaan aspirin atau NSAID dosis tinggi
- Penggunaan corticosteroid oral
- Konsumsi alkohol
Pencetus :
- Makanan pedas
- Terlambat makan
RPK : Keluhan serupa dalam keluarga pikirkan infeksi H. pylori
Pemeriksaan fisik
- Nyeri tekan epigastric
Pemeriksaan penunjang :
- Darah rutin ( menilai anemia, kecurigaan terjadi perdarahan lambung)
- Fungsi hati (SGOT/ SGPT, eksklusi masalah di hepar)
- Fungsi pancreas (amylase lipase, eksklusi pankreatitis)
Gold standard :
- Endoscopy ( gastritis erosive)
Diagnosis banding : peptic ulcer, gastroenteritis, pankreatitis, kanker gaster,
cholecystitis, crohn disease
Treatment
- Non-farmakologi : tirah baring, membiasakan diri makan teratur,
hindari makanan merangsang (pedas dan asam), stop penggunaan
NSAID atau corticosteroid (jika terpaksa konsumsi, diminum dengan
makanan)
- Farmakologi :
o Antasida (Al-Hidroksid 200 mg, Mg (OH) 2 150 mg) tab 3
x1 ( 1 jam sebelum makan)
o Ranitidintab 2 x 150 mg
o Omeprazoltab 1 x 40 mg
o Antiemetic jika mual dan muntah : Domperidone tab 3 x
10mg, Metoclopramide tab 3 x 10 mg

Edukasi :
- Jika ada tanda-tanda perdarahan (hematemesis, melena) segera periksa
lagi. Rujuk jika kecurigaan mengarah ulkus peptikum karena risiko
perforasi.

RABIES
Patofisiologisnya adalah neurotoksisitas, bukan sitotoksisiyas, sehingga kematian
dapat terjadi pada global neurogenic & organ dysfunction.
Anamnesis :
-

Perilaku hewan yang aneh di lingkungan rumah (misalnya lebih agresif)


Status vaksinasi hewan
Pada periode inkubasi : asymptomatic (20-90 hari).
Mungkin lupa apa yang menularkannya karena riwayat yg lama. <50 hari
kalau digigit di leher atau lukanya multiple, dalam dan luas.
Pada periode prodromal : virus masuk ke Sistem Saraf Pusat (2-10 hari).
Gejala tak spesifik flu-like syndrome, disertai agitasi, anxiety.
Periode acute neurologic : furious rabies (2-7 hari).
Fasikulasi otot, priapismus, kejang fokal ataupun umum. Disertai agitasi,
hiperaktivitas, menggigit dan halusinasi selama 5 menit, yang
dipicustimulus visual, auditory, taktil atau spontaneous. Fase ini berakhir
dgn cardiorespiratory arrest, atau paralysis.

Pemeriksaan fisik :
-

KU : delirium, tampak psikosis


VS : nadi dan TD meningkat, hiperventilasi
Facial palsy, lalu hipersalivasi
Lakrimasi
Paralysis (tipenya dapat menyerupai GBS)

DD : encephalitis, GBS, tetanus, Herpes Simplex encephalitis


Management :
-

Klo datang dengan sudah digigit maka bersihkan luka dengan cepat
sampai benar2 bersih
Imunisasi pasif HRIG 20 IU /kg intramuskular di luka secukupnya dan
lalu sisanya disuntikkan di gluteal, diberikan selama 7 hari setelah vaksin
Imunisasi aktif vaksin Rabies 1 ml pada hari 0,3,7,14 disuntikkan
intramuskular di deltoid. Hanya hari 0,3 saja pada yang sudah di vaksin
sebelumnya

TETANUS
Anamnesis
KU: luka karena benda berkarat
RPS:
Apakah dijumpai luka tusuk, luka kecelakaan/patah tulang terbuka, luka
dengan nanah atau gigitan binatang?

Apakah pernah keluar nanah dari telinga?


Apakah pernah menderita gigi berlubang?
Apakah sudah pernah mendapat imunisasi DT atau TT, kapan imunisasi yang
terakhir?
Selang waktu antara timbulnya gejala klinis pertama (trismus atau spasme
lokal) dengan spasme yang pertama (period of onset)? inkubasi tetanus
umumnya 3-21 hari (1-28 hari).
5. General Tetanus
Trismus/lock jaw kekakuan pada leher, kesulitan menelan
spasme pada otot abdomen.
Gambaran klinis lainnya meliputi iritabilitas, gelisah, hiperhidrosis dan disfagia
dengan hidrofobia, hipersalivasi dan spasme otot punggung.
Spasme dapat berlangsung hingga 3-4 minggu. Pemulihan sempurna
memerlukan waktu hingga beberapa bulan.
2. Localized tetanus (Tetanus lokal)
Pada ektremitas dengan luka yang terkontaminasi serta memiliki derajat yang
bervariasi. Bisa sebagai bentuk awal tetanus general.
3. Cephalic tetanus (Tetanus sefalik)
Setelah trauma kepala atau terjadi setelah infeksi telinga tengah. Gejala terdiri
dari disfungsi saraf kranialis motorik (seringkali pada saraf fasialis).
Gejala dapat berupa tetanus lokal hingga tetanus umum. Bentuk tetanus ini
memiliki masa inkubasi 1-2 hari. Prognosis biasanya buruk.
4. Tetanus neonatorum
Penyebab yang sering adalah penggunaan alat-alat yang terkontaminasi untuk
memotong tali pusat pada ibu yang belum diimunisasi. Masa inkubasi sekitar 310 hari. Neonatus biasanya gelisah, rewel, sulit minum ASI, mulut mencucu
dan spasme berat.
Faktor resiko:
1. Luka tusuk, patah tulang, komplikasi kecelakaan, gigitan binatang, luka bakar
yang luas.
2. Luka operasi, luka yang tidak dibersihkan (debridement) dengan baik.
3. Otitis media, karies gigi, luka kronik.
4. Pemotongan tali pusat yang tidak steril, pembubuhan puntung tali pusat
dengan kotoran binatang, bubuk kopi, bubuk ramuan, dan daun-daunan
Pencetus: pajanan dengan c. tetani
RPD: Px Fisik:
1. KU:
a. Risus sardonikus, terjadi sebagai akibat kekakuan otot mimik sehingga
tampak dahi mengkerut, mata agak tertutup dan sudut mulut tertarik
keluar dan kebawah.

b. Opistotonus adalah kekakuan otot yang menunjang tubuh seperti: otot


punggung, otot leher, otot badan dan trunk muscle. Kekakuan yang
sangat berat dapat menyebabkan tubuh melengkung seperti busur.
2. Vital sign: hipertensi, tachicardi, tachipneu, alternate with hipotensi dan
bradikardi (kasus berat), suhu >38
3. Abdomen: rigiditas
4. Nervus cranialis:
a. Nervus V: Trismus adalah kekakuan otot mengunyah (otot maseter)
sehingga sukar untuk membuka mulut.
b. Nervus IX dan X: Uji spatula dilakukan dengan menyentuh dinding
posterior faring dengan menggunakan alat dengan ujung yang lembut
dan steril. Hasil tes positif, jika terjadi kontraksi rahang involunter
(menggigit spatula) dan hasil negatif berupa refleks muntah.

DD:
1. Meningitis, meningoensefalitis, ensefalitis. Pada ketiga diagnosis tersebut
tidak dijumpai trismus, risus sardonikus. Namun dijumpai gangguan
kesadaran dan terdapat kelainan likuor serebrospinal.
2. Tetani disebabkan oleh hipokalsemia. Secara klinis dijumpai adanya

spasme karpopedal.
Spasm of the feet and hands observed in hyperventilation, calcium
deprivation, and tetany: flexion of the hands at the wrists and of the
fingers at the metacarpophalangeal joints and extension of the fingers at
the phalangeal joints; the feet are dorsiflexed at the ankles and the toes
plantar flexed.
3. Rabies : dijumpai gejala hidrofobia dan kesukaran menelan,
sedangkan pada anamnesis terdapat riwayat digigit binatang pada waktu
epidemi.
4. Trismus akibat proses lokal yang disebabkan oleh mastoiditis, otitis media
supuratif kronis (OMSK) dan abses peritonsilar. Biasanya asimetri
Px Penunjang: tidak spesifik

Gold standart (tidak ada).


1. Kultur khusus untuk kuman anaerobik. Selain mahal, hasil biakan yang
positif tanpa gejala klinis tidak mempunyai arti. Hanya sekitar 30% kasus
C. tetani yang ditemukan pada luka dan dapat diisolasi dari pasien yang
tidak mengalami tetanus.
2. Nilai hitung leukosit dapat tinggi.
3. Pemeriksaan cairan serebrospinal dapat menunjukkan hasil yang normal.
4. Kadar antitoksin di dalam darah 0,01 U/mL atau lebih, dianggap sebagai
imunisasi dan bukan tetanus.
5. Kadar enzim otot (kreatin kinase, aldolase) di dalam darah dapat
meningkat.
Tx:
1. ABC
a. O2 jika sianosis atau kejang dengan masker 5L/menit, s/d trakeostomi
b. iv untuk obat dan rehidrasi (kemungkinan dehidrasi tinggi)
c. NGT untuk mencegah resiko aspirasi
d. kateter urin output
2. Penanganan spasme
Hentikan spasme: 5 mg per rektal untuk BB<10 kg dan 10 mg per rektal
untuk anak dengan BB 10 kg, atau dosis diazepam intravena untuk anak
0,3 mg/kgBB/kali.
Rumatan: infus diazepam 8-10 mg/hari (s/d hari ke-5 atau 7). Lalu
turunkan bertahap tiap 2 hari dosis sebesar 20%nya. Tanda klinis
membaik bila tidak dijumpai spasme spontan, badan masih kaku,
kesadaran membaik (tidak koma), tidak dijumpai gangguan pernapasan.
KONSUL ICU JIKA TIDAK MEMBAIK DENGAN DIAZEPAM.
3. Anti serum skin test dlu untuk ATS
ATS: 100.000 IU dengan 50.000 IU im dan 50.000 IU iv. (hati-hati;
anafilaksis)
Atau
HTIG (3.000-6.000 IU, bayi 500 iu) secara intramuskular (IM) dalam dosis
tunggal 250 iu/ampul
Plus TT vaksin 0,5ml sisi lain
4. Antibiotik metronidazol
Pertama kali bolus iv 15mg/kg dilanjutkan maintenance dilanjutkan dosis
30 mg/kgBB/hari iv atau po dengan interval setiap 6 jam selama 7-10 hari.
Lini kedua dapat diberikan penisilin prokain 50.000-100.000 U/kgBB/hari
selama 7-10 hari, atau tetrasiklin 50 mg/kgBB/hari (untuk anak berumur
lebih dari 8 tahun)
5.
Suportif;magnesium iv 5gr bolus, dilanjutkan maintenance 2g/jam
(pantau UO, reflek patela, RR) sampai spasme meghilang. Paracetamol,
antihipertensi .
Prevensi/profilaksis:
ATS : 3000IU im atau HTIG: 250IU im
Edukasi: prognosis

ADIKSI NARKOBA
Opiate (heroin, morfin, ganja):
- Perasaan senang dan bahagia, acuh tak acuh, malas bergerak,
mengantuk, rasa mual, bicara cadel, pupil miosis, gangguan daya ingat
Ganja:
- Rasa senang dan bahagia, santai dan lemah, acuh tak acuh, mata merah,
nafsu makan meningkat, mulut kering, sering mengantuk, kurang
konsentrasi, depresi
Amfetamin:
- Kewaspadaan meningkat, bergairah, rasa senang, bahagia, pupil midriasis,
takikardi, TD meningkat, insomnia, hilang nafsu makan
Kokain:
- Takikardi, agitasi, euphoria, banyak bicara, kejang, pupil midriasi, TD
meningkat, nistagmus horizontal
Alcohol:
- Bicara cadel, jalan sempoyongan, wajah kemerahan, banyak bicara,
gangguan pemusatan perhatian
Benzodiazepine:
- Bicara cadel, jalan sempoyongan, wajah kemerahan, banyak bicara,
mudah marah, gangguan pemusatan perhatian
Anamnesis:

Sulit tidur, gelisah saat mau tidur, ada perubahan pola tidur dan makan
Ada penurunan BB
Mata merah, mulut kering, bibir berwarna kecoklat-hitaman
Perilakunya tidak wajar, bicara kacau, daya ingatnya menurun
Lebih mudah marah, iritabel, mood swing
Alcohol? Merokok? Sejak kapan?
Riwayat mengkonsumsi obat-obatan?

Pemeriksaan fisik:
- VS: HT, takikardi
- Mata: pupil miosis/ midriasis
- Thorax-Abdomen: bisa normal sampai hepatomegali
- Ekstrimitas: tremor, inkoordinasi
Px penunjang:
- Cek urin: strip tes narkoba
- Darah lengkap
DD: Intoksikasi narkoba, withdrawal narkoba
Manajemen:
- Psikoterapi
- Rujuk Sp.KJ
Prognosis: dubia

HIV AIDS TANPA DAN DENGAN KOMPLIKASI


Anamnesis:
Karakterstik:
- Penurunan BB, lemas, nafsu makan menurun
- Keringat malam hari, pembengkakan kelenjar getah bening,
- Ada diare > 1 bulan, demam > 1 bulan yang tidak tau penyebabnya,
batuk lama, sesak, riwayat ISPA berulang
- Riwayat herpes zoster, luka disekitar bibir dan bercak putih di rongga
mulut, ulkus mulut berulang, ruam kulit yang gatal, infeksi jamur di kuku
- Nyeri kepala terus menerus, kejang, menurunnya fungsi kognitif
- Status fungsional (msh bs bekerja, aktivitas sehari-hari)
Factor resiko:
- Pejaja seks laki-laki/ perempuan
- Pengguna napza suntik, tato, tindik
- Laki-laki yang berhubungan seks dengan sesame laki-laki
- Pernah seks dgn PSK
- Pernah/ sedang mengidap ISK
- Pernah mendapat transfuse darah
Pemeriksaan:
- Status gizi: TB, BB
- TV: TD, HR, RR, T
- K/L: CA +/+, limfadenopathy (+)

Mulut: bercak putih di rongga mulut (candidiasis oral)


Thorax: cari tanda pneumonia & TB
Abdomen: hepatomegaly
Anogenital: cek lesi genital (herpes simpleks), discharge vagina/ urethra
Neurologis: tanda neuropati, kelemahan otot

Px penunjang:
- Darah lengkap:
hitung total limfosit count (TLC)
CD4
- Cek antibody HIV A1, A2, A3 (Western blot, Immunoassay enzim HIV)
- Foto thorax bila ada gejala
DD: HIV AIDS

Manajemen:
- VCT
(kunjungan berikutnya berjarak 2 minggu dari kunjungan terakhir)
- Kunjungan klinik ke-2
Terapi cotrimoxazole profilaksis 960mg (utk mencegah serangan
PCP&toxoplasmosis utk semua stadium klinis dan CD4

<200/mm3 atau stadium klinis tanpa memandang jumlah CD4),


pemberian 1 tablet forte/ 2 tablet sekali sehari.
Kunjungan klinik ke-3 mulai beri ARV bila terapi cotri sdh stabil.
Jika ada infeksi oportunistik (IO), obati dulu IOnya sebelum memulai
terapi ARV.
Pemberian dosis awal nevirapine (NVP) 200mg sekali sehari.
Kunjungan klinik ke-4 penambahan dosis NVP menjadi 200mg 2 kali
sehari
Dukungan psikososial

Komplikasi = Infeksi oprtunistik, atau penyakit yang masuk kedalam kriteria


Stadium Klinis 4.

Limfadenitis
Anamnesis
O : akut atau subakut atau kronik (limfadenitis TB)
L : tergantung lokasi infeksi, mencari keluhan lain yang sekiranya dapat menjadi
sumber infeksi
C : terasa nyeri, dapat disertai demam, teraba hangat
T : sudahkah diberi antibiotik sebelumnya
RPD :
riwayat infeksi lokal maupun sistemik
Px
11
Status lokalis : lunak, bisa ada fluktuasi, hangat, eritem, nyeri tekan, bisa
asimetris, bisa multipel regional maupun multi regio, bentuk regular atau
irregular
12
Skrining lokasi limfonodi lainnya, adakah yang berkarakteristik sama
13
Skrining sistem lain yang menjadi sumber infeksi
DD : limfadenopati, abses, tumor (lipoma, malignancy, dst)
Penunjang :
2 CBC - ke arah infeksi
2 aspirasi jarum halus lalu dilihat histopatologis (tidak rutin dilakukan, biasanya
bila curiga ke arah TB)
Tx :
antibiotik (dosis dan jenis bergantung infeksi yang mendasari
antiinflamasi - analgesik : NSAID oral

PPOK dengan/tanpa eksaserbasi akut


Anamnesis
O : kronik / kronik eksaserbasi akut
L:D : > 3 bulan dalam 2 tahun terakhir
C : sesak nafas yang progresif, persisten, batuk kronis bersputum, eksaserbasi
akut dapat disertai demam

A : rokok, aktivitas, kalo udah berat bisa muncul waktu istirahat


R : istirahat
T : obat batuk tidak berpengaruh ngaruh
Faktor risiko : rokok, paparan asap mesin, pabrik, dapur
RPD : bisa mengidap asma sejak kecil hingga sekarang, sakit paru sebelumnya
RPK : keluarga ada yang PPOK
Px :
2 Keadaan umum : pasien tampak lemah dan posisi bisa tripod, tampak adanya
kesulitan bernapas
2 VS : T dapat demam saat eksaserbasi akut, HR dan RR
2 Thorax :
I : bentuk dada sepeti tong, penggunaan otot bantu pernapasan, retraksi dinding
dada
Pa : fremitus taktil , pengembangan paru , sela iga melebar
Pe : hipersonor, perbesaran ventrikel kanan, batas paru turun
A : bronchial, pemanjangan ekspirasi, mengi saat ekspirasi
2 Kepala dan Leher : nasal flare, bibir cyanotic, JVP , pakai otot bantu pernapasan
2 Abd : hepatomegali (pada CPC)
2 Ekst : jari tabuh, edema tungkai (pada CPC)
DD : asma, TB, bronkiektasis, CHF
Px penunjang :
2 CBC - eksaserbasi akut hasilnya bisa ke arah infeksi
2 spirometri -- toleransi terhadap bronkodilator FEV1 < 12 %, FEV1/FVC < 70%
2 rontgen dada PA - tanda trapping (hiperlusen, sela iga melebar, tinggi diafragma
di bawah costa 6-7 anterior
2 AGD : PO2 dan PCO2 normal dan tidak ada cyanosis tapi pasien sesak --pink
puffer; kalo PO2 rendah PCO2 tinggi, pasien tidak sesak tapi cyanotic --blue
bloater
2 EKG : p pulmonal, RVH
Penanganan eksaserbasi akut :
SABA + antikolinergik + glukokortikoid (prednisolon 40 mg PO selama 14 hari) +
O2 2-3 L/menit
Edukasi : vitamin dan sayuran antioksidan, hentikan rokok

DM tipe 1 dan Diabetes Ketoasidosis


Anamnesis
keluhan berupa keluhan klasik DM pada onset usia muda : poliuria, polidipsi,
polifagia, unexplained weight loss
gejala lain yang mungkin : fatigue, nausea, pandangan kabur
tanyakan ke arah komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular
seringnya datang dengan keluhan ketoasidosis :
lemah seluruh tubuh

mual muntah, nyeri perut difus, anorexia


riwayat tidak menyuntikkan insulin
disertai infeksi pemicu
kesadaran menurun
napas cepat dan dalam
Px Fisik
2 kondisi non DKA : hasil Px dbn
2 kondisi DKA
Vital Sign : napas cepat dan dalam, takikardi lemah, hipotensi, demam bila ada
infeksi
GCS turun
Kepala dan leher : napas bau keton, mukosa kering, bibir kering
Thorax : penggunaan otot bantu napas, retraksi dinding dada
Abdomen : turgor kulit menurun, diffuse tenderness
Ekstremitas : WPK >2 detik, refleks fisiologis menurun, kulit kering
DD : HHS, alkoholic ketoacidosis, hipoglikemi
Px penunjang
2 GDS > 300 mg/dl
2 AGD : ke arah asidosis metabolik (pH turun, HCO3 turun)
2 elektrolit darah (nantinya akan dikoreksi)
2 urine dipstick : keton positif
2 ECG : karena bisa ada gangguan elektrolit
Tx
Apabila menggunakan kombinasi basal insulin dan rapid acting insulin :
1. hitung kebutuhan insulin harian dahulu :
anak prepubertas : 0.7-1.0 IU/kg/day
pubertas : 1-2 U/kg/day
perkiraan ini selanjutnya dapat disesuaikan lagi
2. distribusi dosis :
basal insulin (malam hari atau pagi hari) - 50% dari total
rapid acting insulin 50% dibagi jadi 3-4 kali sebelum makan (bergantung jadwal
makan ingin dibagi menjadi 3 atau 4 kali sehari -- sebaiknya DM makan sering sedikit)
Untuk DKA hanya poin 1 dan 2 lalu rujuk. Urutan :
1. Koreksi cairan dengan resusitasi
Normal saline :
1-3 L pada jam pertama
1 L pada jam kedua
1 L pada 2 jam setelahnya
apabila gula darah kurang dari 180 mg/dl, normal saline diganti dengan dextrose
5-10% dengan 1/2 saline
2. Koreksi hiperglikemi dengan insulin

infusion pump : 0,1 U/kg/h


drip : 60 unit regular insulin pada 500 ml normal saline, 50 ml/jam (6 unit/jam)
hingga level di bawah 180 mg/dl lalu diturunkan 16-25 ml/jam (2-3 unit/jam)
hingga kondisi ketoasidosis hilang
penurunan optimal gula darah : 100 mg/dl/jam
3. Koreksi gangguan elektrolit, terutama kehilangan kalium
4. Koreksi keseimbangan asam basa
5. Treatment infeksi yang mendasari bila ada
Edukasi :
menyuntikkan insulin sesuai dosis dan jadwal
mengajarkan gejala hipo dan hiperglikemi
edukasi lokasi dan cara penyuntikan insulin yang benar

ILMU
KESEHATA
N
JIWA

GANG. AFEKTIF BIPOLAR


Bersifat episode berulang. Terkadang mania atau hipomania, terkadang depresi.
Khas : ada penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik bisa
berlangsung 2 minggu sampai 4-5 bulan. Episode depresi berlangsung sekitar 6
bulan, tp jarang sampai 1 tahun.

There is no simple mania disorder, because depressive symptom


eventually occur in life. Therefore, one episode of hipomania or mania
defines bipolar disorder
Yang mencakup gang.bipolar :
-

Gang. Afektif bipolar, episode kini hipomanik


Gang. Afektif bipolar, episode kini manik (dengan atau tanpa gejala
psikotik)
Gang. Afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang
Gang. Afektif bipolar, episode kini depresif berat (dengan atau tanpa
gejala psikotik)

Prinsipnya : harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif di masa


lampau (manik, depresi, hipomanik, campuran). Bila ada waham atau halusinasi
maka dikatakan dengan gejala psikotik.
Gejala utama depresi : (kunci utama anamnesis bila ingin menegakkan
depresi) berlangsung minimal 2 minggu, yaitu :
1. AFEK DEPRESIF
2. HILANG MINAT
3. BERKURANG ENERGI dan MENURUN AKTIVITAS
Untuk praktisnya, bedakan depresi ringan-sedang-berat, lihat HENDAYA nya.
Gejala manik : grandiosity, berkurang waktu tidurnya, banyak bicara, racing
thoughts or filght of ideas, mudah dialihkan perhatiannya berlangsung
minimal 1 minggu. Pada hipomanik berlangsung minimal 4 hari.
JANGAN LUPA PIKIRKAN KEMUNGKINAN GANG.ORGANIK maka lakukan
pemeriksaan tanda vital, pemeriksaat fisik, dan laboratorium darah rutin, GDS,
dan thyroid test bila perlu.
DD : Gang. Cemas, Gang. Depresi, Hiper/Hipothyroid
Management :
Terapi pada bipolar adalah langsung pada fase episode saat itu dan tergantung
pada keparahannya.
Dirawat inap bila :
-

Membahayakan diri sendiri dan orang lain


Total inability of function
Total loss of control

Farmakoterapi :
-

Profilaksis dan treatment u/ manik Lithium tab 300mg 4dd


Di puskesmas bisa diberikan Valproate (750mg/hari dalam dosis terbagi)
atau Carbamazepine (200mg 2dd)
Untuk akut depresif antidepressant (Amitriptilin 25mg/hari) dan ECT
Atypical antipsikotik dapat diberikan pada dua kondisi tersebut (manik
ataupun depresif akut)

Obsessive Compulsive disorder

Anamnesis:
1. Ada pikiran dan tindakan yang berulang, tak bisa dihilangkan, tidak
dikehendaki
2. Tidak menyenangi kondisi tersebut
3. Berusaha menghindari kondisi tersebut tapi tidak bisa, meskipun ada yg
bs dilawan
4. Sering diikuti perasaan cemas/depresi bila tidak dituruti dorongan
tersebut. bila diturutin tidka memberi kebahagian
5. Hampir setiap hari min 2 minggu
6. Mengganggu aktivitas sering terlambat datang kantor, terlambat
pulang
Px
: vital sign, head to toe
Tx
: golongan trisiklik clomipramine 1 x 25 mg malam hari, efek samping
mulut kering dan konstipasi
Golongan SSRI fluoxetine 1 x 20 mg cap
Durasi 1 minggu
Edukasi : cognitive behaviour therapy , but how? Suppor keluarga.

Post traumatic stress disorder


Anamnesis:
1. Onset dalam kurun 6 bulan setelah kejadian traumatik
2. Ada bayang-bayang atau mimpi dr kejadian tersebut (flashback)
3. Disertai gangguan autonom (berdebar, berkeringat), gangguan afek
(sedih) dan gangguan tingkah laku
DD :
1. reaksi stress akut ( terjadi segera setelah kejadian , hilang dalam 3 hari, gejala
dapat dihilangkan bila dialihkan dari stressor).
2. Gangguan penyesuaian ( ada faktor berat gejala-kepribadian/riwayat sebelumkondisi stress yg tanpa ketiga itu tidak mungkin ada gangguan, ada disabilitas
dalam kegiatan sehari-hari, onset 1 bulan-6 bulan )
Tx : farmakoterapi :
Psikoterapi : berempati, memberi perhatian, terapi ventilasi (pasien diminta
mengemukakan semua kecemasan dan depresinya), dibimbing menghadai
gejalanya,

SKIZOPHRENIA
Anamnesis
Karakteristik
Gangguan jiwa berat, berlangsung lama, berupa gangguan pikiran
(thought), pembicaraan (speech), dan perilaku (behavior)
Diagnosis didasarkan pada PPDGJ (F20)
- 1 gejala berikut (kalau gejala tidak jelas, harus ada 2 atau lebih)
Tought of echo isi pikir bergema/berulang dikepalanya

Tought of insertion or withdrawal isi pikiran asing masuk ke


kepalanya atau diambil keluar dari kepalanya
Tought of broadcasting isi pikirnya tersiar sehingga orang lain
tahu
Delusion of control waham kalau dirinya dikendalikan
kekuatan dari luar
Delusion of influence waham dirinya dipengaruhi kekuatan
dari luar
Delusion of passivity waham dirinya tak berdaya & pasrah
pada kekuatan dari luar
Delusion of perception pengalaman inderawi tak wajar
(mukjizat, mistik)
Halusinasi auditorik (suara yang mengomentari perilaku pasien,
mendiskusikan pasien, suara dari bagian tubuh tertentu)
Waham menetap lain sesuai budaya setempat yang tak wajar &
mustahil misal kemampuan mengendalikan cuaca, komunikasi
dengan makhluk halus dll
- ATAU minimal 2 gejala berikut yang jelas
Halusinasi menetap pancaindera lain dengan waham tidak
jelas/ide berlebihan/terjadi berminggu-minggu atau berbulanbulan terus menerus
Arus pikir terputus/tersisipi muncul neologisme/inkoherensi
Perilaku
katatonik

gaduh
gelisah/posturing
posisi
tertentu/negativism (melawan
tahanan)/fleksibilitas
cerea
(posturing posisi yang diatur pemeriksa), mutism, stupor
Gejala
negative
:
apatis,
jarang
bicara,
emosi
tumpul/inappropriate harus bukan karena depresi/obat
- Berlangsung 1 bulan atau lebih
- Perubahan konsisten pada beberapa perilaku, hilang minat, hidup
tanpa tujuan, larut dalam diri sendiri, menarik diri dari sosial
Kalau DSM V
- Ada 2 gejala berikut : delusi, halusinasi, bicara kacau, perilaku
kacau/katatonik, gejala negative
- Setidaknya 1 dari halusinasi/delusi/bicara kacau harus ada
- Gejala minimal 1 bulan, bisa lebih dari 6 bulan juga
Faktor risiko
- Riwayat keluarga dengan gangguan jiwa berat
- Depresi berat
- Coping mechanism jelek
Pencetus : stressor psikologis berat
PRD : bisa ada riwayat serupa sebelumnya
Pemeriksaan fisik : Biasanya normal
Pemeriksaan penunjang : MMSE
Gold standard : DSM V / PPDGJ
Diagnosis Banding : gangguan psikotik, delirium, intoksikasi zat, skizoafektif
Treatment
Mondok di RS untuk diagnosis, stabilisasi pengobatan, pengamanan pasien
Psikososial terapi
Antipsikotik

Chlorpromazine 150-600 mg/hari


Haloperidol 0,5-15 mg/hari
mg, 5mg/ml
- Risperidon 4-8 mg/hari
Sedative hipnotik (bila perlu)
- Diazepam 2-10 mg/hari PO
- Diazepam 2-10 mg/hari
max 30mg/8 jam
Edukasi
Support keluarga dan lingkungan
Pengobaan rutin
Prognosis : dubia

2-4dd sediaan 25 mg, 100mg


2-3dd sediaan 0,5 mg, 1,5 mg, 5
1-2dd sediaan 1 mg, 2 mg, 3 mg
2-4dd sediaan 2-5 mg tab,
6-8dd sediaan
10
mg/2

cc

GANGGUAN WAHAM
Anamnesis
Karakteristik
Diagnosis didasarkan pada PPDGJ (F22)
- Waham sebagai gejala yang mencolok, minimal 3 bulan, harus
bersifat pribadi (bukan budaya setempat)
- Gejala depresif (menetap/intermiten) dgn waham yang menetap
- Tak ada bukti penyakit otak
- Halusinasi auditorik (-)/hanya sementara/kadang-kadang
- Riwayat gejala skizophrenia (-)
Termasuk : paranoid, psikosis paranoid, parafrenia
Kalau DSM IV-TR
- Delusi nonbizzare minimal 1 bulan (eg. Diikuti, terinfeksi, diracun,
LDR)
- Tidak memenuhi kriteria skizofrenia
- Perilaku tidak begitu aneh, aktifitas sedikit terganggu
- Jika muncul gangguan mood, durasinya harus < periode waham
- Bukan karena efek zat/obat
Faktor risiko : instabilitas emosi
Pencetus : stressor psikologis hebat
Pemeriksaan fisik : biasanya normal semua
Pemeriksaan penunjang : MMSE
Gold standard : DSM IV TR / PPDGJ
Treatment :
- antipsikotik (haloperidol/chlorpromazine) + antidepresan (fluoxetine
20 mg 1dd, sediaan 10 mg, 20mg)
- cognitive behavior therapy
Edukasi & Prognosis : support keluarga dan lingkungan

GANGGUAN PSIKOTIK
Anamnesis
Karakteristik
Diagnosis didasarkan pada PPDGJ (F23)
- Urutan prioritas :

Onset akut 2 minggu/kurang dari gejala muncul sampai


mengganggu beberapa aspek kehidupan,
Sindrom khas (polimorfik/berubah-ubah cepat, schizophrenialike)
Stres akut berkaitan
Tidak diketahui berapa lama gangguan berlangsung
- Tidak memenuhi kriteria manik/depresif
- Penyebab organic (-), intoksikasi alcohol/obat (-)
DSM tidak ada. Kalau di Medscape :
- Satu atau lebig gejala begikut dengan onset tak jelas : halusinasi,
delusi, perilaku/postur aneh, bicara kacau
- Gejala tambahan yang biasanya ada : gejala afektif, disorientasi,
gangguan atensi, katatonik
- Gejala lain: emosi labil, perilaku/pakaian aneh, teriak-teriak/mutism,
gangguan memori kejadian yang baru
Faktor risiko : instabilitas emosi
Pencetus : stressor psikologis hebat
RPD : Pemeriksaan fisik : biasanya normal semua
Pemeriksaan penunjang : MMSE
Gold standard : DSM IV/ PPDGJ
Treatment :
- Gejala minimal : Hilangkan stressor
- Psikoterapi
- antipsikotik (haloperidol/risperidon) tak >1 bulan
Edukasi: support keluarga dan lingkungan
Prognosis : dubia

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF
Anamnesis
Karakteristik
Diagnosis didasarkan pada PPDGJ (F25)
- Gangguan skizofren dan afektif sama-sama menonjol di saat yang
sama/bergantian tapi masih dalam 1 episod penyakit yang sama,
tidak memenuhi kriteria skizofren atau manik atau depresif
- Tidak bisa dipakai pada pasien skizofren aau gangguan afektif
dalam episode penyakit yang berbeda
- Bila pasien skizofren menunjukkan gejala depresi setelah episode
psikotik disebut depresi pasca skizofrenia (F25.4)
Kalau DSM V
- Ada episode gangguan mood mayor (depresi/manik) tapi masuk
kriteria skizofren juga. Episode depresi harus mencakup mood
depresif
- Kalau tidak ada gangguan mood mayor, harus ada delusi/halusinasi
selama 2 minggu atau lebih
- Gejala gangguan mood mayor yang ada harus ada sepanjang durasi
penyakit
- Tak ada riwayat konsumsi obat/zat

Faktor risiko : instabilitas emosi


Pencetus : stressor psikologis hebat
RPD : Pemeriksaan fisik : biasanya semuanya normal
Pemeriksaan penunjang : MSE
Gold standard : DSM/PPDGJ
Treatment :
- Psikoterapi
- Antipsikotik (chlorpromazine/haloperidol) dikombinasi dengan :
Mood stabilizer kalau suptipenya manik
Lithium 900-2400 mg/hari dibagi 3-4dd, sediaan 300 mg,
carbamazepine 200 mg 2dd, sediaan 100 mg, 200 mg, bisa
naik dosis, max 1600 mg/hari
asam valproat 250 mg 3dd, sediaan 125mg, 250mg, max 60
mg/kg/hari
Antidepresan kalau subtypenya depresi
fluoxetine 20mg 1dd
Edukasi : dukungan keluarga dan lingkungan
Prognosis : dubia

GANGGUAN ANXIETAS MENYELURUH (F.41.1)


Anamnesis

Karakteristik
- Gejala cemas:
Khawatir dan waspada berlebih (khawatir akan nasib buruk, sulit
konsentrasi, seperti di ujung tanduk)
Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak bisa
santai)
Hiperaktif autonom (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar, sesak nafas, keluhan lambung, mulut kering)
- Gejala di atas berlangsung hampir setiap hari (tidak terbatas pada
situasi/kondisi tertentu) dan merupakan gejala utama/primer
- Durasi keluhan mulai dari beberapa minggu hingga beberapa bulan,
namun biasanya >1 bulan
Faktor risiko
- Wanita
- Usia muda
Pencetus (-)
RPD (-)

Pemeriksaan fisik

Dapat ditemukan tanda hiperaktif otonom berupa takikardia, takipnea,


tremor, tangan berkeringat.
Disingkirkan kemungkinan kelainan organik

Pemeriksaan penunjang

Singkirkan kemungkinan adanya penyebab organik:

Darah rutin dan kimia darah


Tes fungsi tiroid
Urinalisis
Tes urin untuk mengetahui penggunaan obat-obat terlarang

DD

Hipertiroid (goiter, Grave disease, tiroiditis), intoksikasi obat (intoksikasi


alkohol), kelainan jantung (atrial fibrilasi, atrial takikardia), asma

Treatment

Diazepam 2-5 mg/8-12 jam


Clobazam 10 mg/12 jam

GANGGUAN PANIK (F.41.0)


Anamnesis

Karakteristik
- Gejala cemas:
Khawatir dan waspada berlebih (khawatir akan nasib buruk, sulit
konsentrasi, seperti di ujung tanduk)
Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak bisa
santai)
Hiperaktif autonom (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar, sesak nafas, keluhan lambung, mulut kering)
- Gejala cemas tingkat berat yang mendadak terjadi, diantara
serangan panik biasanya pasien tenang
- Gejala panik tidak terbatas pada kondisi/situasi yang sudah dikenal,
berlangsung kira-kira 5-20 menit
- Beberapa serangan berlangsung dalam satu bulan
Faktor risiko
- Wanita
- Usia muda
Pencetus (-)
RPD (-)

Pemeriksaan fisik

Dapat ditemukan tanda hiperaktif otonom berupa takikardia, takipnea,


tremor, tangan berkeringat.
Disingkirkan kemungkinan kelainan organik

Pemeriksaan penunjang

DD

Singkirkan kemungkinan adanya penyebab organik:


- Darah rutin dan kimia darah
- Tes fungsi tiroid
- Urinalisis
- Tes urin untuk mengetahui penggunaan obat-obat terlarang

Hipertiroid (goiter, Grave disease, tiroiditis), intoksikasi obat (intoksikasi


alkohol), kelainan jantung (atrial fibrilasi, atrial takikardia), asma

Treatment

Imipramin 25-75 mg/8-24 jam (awali dengan dosis kecil)


Alprazolam 0,5-1 mg sebelum tidur atau 0,5 mg/8 jam

GANGGUAN CAMPURAN ANXIETAS DAN DEPRESI


(F.41.2)
Anamnesis

Karakteristik
- Gejala cemas:
Khawatir dan waspada berlebih (khawatir akan nasib buruk, sulit
konsentrasi, seperti di ujung tanduk)
Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak bisa
santai)
Hiperaktif autonom (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar, sesak nafas, keluhan lambung, mulut kering)
- Gejala depresi:
Afek depresif
Kehilangan minat dan kegembiraan
Kurang energi/gampang lelah
Gejala lain meliputi konsentrasi berkurang, tidak percaya diri,
rasa salah/tak berguna, pesimis, ingin bunuh diri, tidur
terganggu, nafsu makan berkurang
- Terdapat gejala kedua-duanya tapi seimbang dan tidak cukup berat
untuk jadi diagnosis cemas atau depresi sendiri
- Jika gejala-gejala depresi atau cemas cukup untuk bisa ditegakkan
menjadi diagnosis sendiri, maka diagnosis gangguan campuran ini
tidak digunakan lagi
Faktor risiko
- Sosio-ekonomi rendah
- Kepribadian pesimis, dependen, suka menyingkir
- Trauma saat kecil
- Stress
Pencetus (-)
RPD (-)

Pemeriksaan fisik

Dapat ditemukan tanda hiperaktif otonom berupa takikardia, takipnea,


tremor, tangan berkeringat saat cemas.
Disingkirkan kemungkinan kelainan organik

Pemeriksaan penunjang

Singkirkan kemungkinan adanya penyebab organik:


- Darah rutin dan kimia darah
- Tes fungsi tiroid

Urinalisis
Tes urin untuk mengetahui penggunaan obat-obat terlarang

DD

Hipertiroid (goiter, Grave disease, tiroiditis), intoksikasi obat (intoksikasi


alkohol), kelainan jantung (atrial fibrilasi, atrial takikardia), asma
Gangguan penyesuaian
Gangguan depresi

Treatment

Behavioral therapy
Farmakoterapi tergantung gejala yang lebih mengganggu bagi penderita
Imipramin 25-75 mg/8-24 jam (awali dengan dosis kecil) -> untuk depresif
Diazepam 2-5 mg/8-12 jam -> untuk cemas

Anda mungkin juga menyukai