Anda di halaman 1dari 28

SISTEM PENYIMPANAN OBAT DI GUDANG INSTALASI

FARMASI RUMAH SAKIT UMUM BANJAR PATROMAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah

Diajukan Untuk Melakukan Penelitian Sebagai Syarat Memperoleh Gelar


Ahli Madya Farmasi Pada Program Studi D III Farmasi

Oleh :
HENI KUSDANA
NIM. 1714277008

PROGRAM STUDI D III FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMADIYAH
CIAMIS
2019
PERSETUJUAN
JUDUL : SISTEM PENYIMPANAN OBAT DI GUDANG INSTALASI
FARMASI RUMAH SAKIT UMUM BANJAR PATROMAN
NAMA : HENI KUSDANA
NIM : 1714277008

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui oleh pembimbing


Program Studi D III Farmasi
Untuk Diujiankan

Menyetujui

Pembimbing I

Ciamis, ...................................
NIK/NIP

Pembimbing II

Ciamis, ....................................
NIK/NIP

Mengetahui,
Ketua
Program Studi D III Farmasi

NIK/NIP
PENGESAHAN

JUDUL : SISTEM PENYIMPANAN OBAT DI GUDANG INSTALASI


FARMASI RUMAH SAKIT UMUM BANJAR PATROMAN
NAMA : HENI KUSDANA
NIM : 1714277008

Proposal KTI ini telah dipertahankan dan diperbaiki sesuai dengan


masukan Dewan Penguji Program Studi D III Farmasi
Pada tanggal ....................................

Mengesahkan,

Penguji I Penguji II Penguji III

.................................... .................................... ....................................


NIK/NIP NIK/NIP NIK/NIP

Mengetahui

Wakil ketua I ketua


Stikes Muhammadiyah Ciamis Program Studi D III Farmasi,

............................................... ...............................................
NIK/NIP NIK/NIP
PERSETUJUAN

JUDUL : SISTEM PENYIMPANAN OBAT DI GUDANG INSTALASI


FARMASI RUMAH SAKIT UMUM BANJAR PATROMAN
NAMA : HENI KUSDANA
NIM : 1714277008

Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui oleh pembimbing


Program Studi D III Farmasi
Untuk Diujiankan

Menyetujui

Pembimbing I

Ciamis, ...................................
NIK/NIP

Pembimbing II

Ciamis, ....................................
NIK/NIP

Mengetahui,
Ketua
Program Studi D III Farmasi

NIK/NIP
PENGESAHAN

JUDUL : SISTEM PENYIMPANAN OBAT DI GUDANG INSTALASI


FARMASI RUMAH SAKIT UMUM BANJAR PATROMAN
NAMA : HENI KUSDANA
NIM : 1714277008

KTI ini telah dipertahankan dan diperbaiki sesuai dengan masukan


Dewan Penguji Program Studi D III Farmasi
Pada tanggal ....................................

Mengesahkan,

Penguji I Penguji II Penguji III

.................................... .................................... ....................................


NIK/NIP NIK/NIP NIK/NIP

Mengetahui

Wakil ketua I ketua


Stikes Muhammadiyah Ciamis Program Studi D III Farmasi,

............................................... ...............................................
NIK/NIP NIK/NIP
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa kti yang berjudul “Sistem Penyimpanan Obat


Di Gudang Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Banjar Patroman” ini,
sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian didalamnya yang
merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan
yang berlaku dalam penulisan karya tulis ilmiah
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung sanksi yang telah
ditentukan institusi stikes muhammadiyah ciamis apabila di kemudian hari
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya
ini.

Ciamis, 20 november 2019


Yang membuat pernyataan

Heni kusdana
1714277008
INTISARI
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, dengan mengucap syukur dan atas


rahmat Allah yang Maha Kuasa, sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini dengan judul “SISTEM PENYIMPANAN OBAT DI
GUDANG INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM BANJAR
PATROMAN”.
Karya tulis ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan d iii farmasi dan memenuhi syarat gelar ahli
madya farmasi di sekolah tinggi ilmu kesehatan muhammadiyah ciamis.
Meskipun dalam pengerjaan karya tulis ilmiah ini mengalami
beberapa hambatan, pada kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini yaitu kepada yang
terhormat :
1. Kedua orang tua saya serta Suami tercinta yang selalu membantu,
memberikan dorongan dan doa tanpa henti untuk penulis agar dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
2. Bapak panji wahlanto, s.farm.,apt selaku ketua program studi d iii
farmasi stikes muhammadiyah ciamis dan sebagai pembimbing i yang
telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan karya
tulis ilmiah.
3. Xxxxx selaku pembimbing ii i yang telah memberikan arahan dan
bimbingan dalam penyusunan karya tulis ilmiah.
4. Seluruh staf dosen dan karyawan stikes muhammadiyah ciamis yang
telah memberikan bimbingan dan masukan sejak penulis mengikuti
perkuliahan.
5. Sahabat-sahabatku seperjuangan Program Studi D3 Farmasi yang
saling memberikan dukungan semangat.
6. Keluarga Besar Rumah Sakit Banjar Patroman Dan semua pihak yang
membantu dalam terselesainya karya tulis ini.
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya kesehatan adalah kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan
pemeliharaan peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif), yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi
pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan di Indonesia,
termasuk rumah sakit (Satibi, 2016).
Menurut undang-undang RI No 44 tahun 2009 Rumah Sakit adalah
institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Salah satu kewajiban rumah
sakit yaitu membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien,
Sehingga kewajiban ini menuntut rumah sakit untuk terus melakukan upaya
dalam memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan. Rumah
Sakit salah satunya juga harus memenuhi persyaratan kefarmasian,
Persyaratan kefarmasian sebagaimana yang dimaksud yaitu harus
menjamin ketersediaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang bermutu,
bermanfaat, aman dan terjangkau.
Pelayanan farmasi merupakan pelayanan penunjang sekaligus
menjadi revenue center utama bagi rumah sakit karena hampir 90%
pelayanan kesehatan di rumah sakit menggunakan perbekalan farmasi
(obat-obatan, bahan kimia, bahan radiologi, bahan alat kesehatan, alat
kedokteran dan gas medik) dan 50% dari seluruh pemasukan rumah sakit
berasal dari pengelolaan perbekalan farmasi (Suciati dkk., 2006)
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 72 tahun
2016 meyatakan bahwa standar pelayanan kefarmasian adalah tolok ukur
yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam
menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Oleh sebab itu, pelayanan
kefarmasian menjadi suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Pelayanan kefarmasian menjadi bagian integral dari pelayanan di rumah
sakit yang turut berperan dalam menentukan kualitas pelayanan para medik
(dokter, perawat, bidan, obat-obatan, alat penunjang kesehatan, dan lain
sebagainya) terhadap para pasien rumah sakit.
Menurut penelitian Puslitbang Biomedis dan Farmasi tahun 2006,
masih terdapat banyak gudang penyimpanan obat di puskesmas dan rumah
sakit di Indonesia yang kurang memenuhi persyaratan seperti tidak
menggunakan sistem alfabetis dalam penataannya, tidak menggunakan
sistem First In First Out (FIFO) atau First Expired First Out (FEFO) dan
penggunaan kartu stok yang belum memadai. Penyimpanan yang kurang
baik seperti yang diungkapkan diatas tentunya dapat membawa kerugian
yang cukup besar bagi rumah sakit. Karena hampir 40-50% pengeluaran
rumah sakit ditujukan untuk kebutuhan logistik terutama obat-obatan dan
alat kesehatan.
. Komite Akreditasi Rumah Sakit dalam Standar Akreditasi Rumah
Sakit Tahun 2010 juga menyebutkan bahwa obat-obatan yang ada di rumah
sakit harus disimpan dengan baik dan aman. Ini dilakukan untuk menjamin
efisiensi penyimpanan obat dan termasuk kedalam salah satu kriteria dalam
penilaian akreditasi RS.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun


2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Pasal 3 ayat (2)
menyebutkan bahwa Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai sebagaimana dimaksud meliputi: perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian,
pencatatan dan pelaporan. Dalam karya tulis ini, peneliti berfokus pada
topik penyimpanan obat (medicine retention). Penyimpanan obat adalah
suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan
obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian
serta gangguan dari fisik yang dapat merusak mutu obat dan perbekalan
kesehatan (Dirjen BinFar dan AlKes, 2010).
Rumah Sakit Patroman Medical Centre merupakan salah satu rumah
sakit swasta yang ada di Kota Banjar. Rumah Sakit Patroman Medical
Centre didukung oleh unit Instalasi Farmasi yang bertanggung jawab dalam
mengelola dan menyelenggarakan kegiatan yang mendukung ketersediaan
obat dan alat kesehatan. Unit instalasi farmasi bertanggung jawab
melaksanakan fungsi-fungsi logistik obat dan alat kesehatan, mulai dari
perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan
penghapusan obat dan alat kesehatan.
Penyimpanan obat di Gudang Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Patroman Medical Centre juga sangat diperhatikan karena tidak semua
obat di perlakukan sama dalam penyimpanannya. Sistem penyimpanan
obat yang tidak sesuai dapat mengakibatkan obat cepat rusak dan
kedaluarsa. Sistem penyimpanan sangat berperan penting dalam menjaga
mutu dan kualitas obat karena sistem penyimpanan obat merupakan suatu
kegiatan melaksanakan pengamanan terhadap obat-obat dan perbekalan
kesehatan yang diterima, agar aman (tidak hilang), terhidar dari kerusakan
fisik maupun kimia, dan mutu obat tetap terjamin.
Penyimpanan obat pada umumnya disimpan pada suhu kamar, untuk
tablet dan kapsul disimpan pada suhu kamar antara 15-300C, obat yang
juga memerlukan suhu dingin disimpan pada lemari pendingin antara suhu
2-8oC dan untuk obat narkotika dan psikotropika di simpan dalam lemari
khusus narkotika dan selalu terkunci.
Sebagai rumah sakit yang memiliki misi memberikan pelayanan
kesehatan yang berkualitas prima dan aman untuk mencapai kepuasan
pasien dan keluarganya, rumah sakit Patroman Medical Centre harus
mampu menjaga kualitas pelayanannya, termasuk kualitas pelayanan
farmasi. Penelitian ini diharapkan bisa membantu dalam meningkatkan
kualitas pelayanan farmasi khususnya dalam kegiatan penyimpanan obat
di rumah Sakit Patroman Medical Centre.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana sistem penyimpanan obat di Gudang Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Patroman Medical Centre di gudang penyimpanan obat
Instalasi farmasi di Rumah Sakit Patroman Medical Centre.

C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Bagaimana sistem penyimpanan obat di Gudang
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Patroman Medical Centre mulai di gudang
penyimpanan obat Instalasi farmasi di Rumah Sakit Patroman Medical
Centre.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Peneliti
Dapat memperoleh pengetahuan, wawasan, pengalaman, dalam
mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang terjadi pada
penyimpanan obat di rumah sakit Patroman Medical Centre.
2. Manfaat Bagi Rumah Sakit Patroman Medical Centre.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pengambil
keputusan sebagai bahan masukan untuk pengembangan dan
penyempurnaan sistem penyimpanan obat di gudang farmasi Rumah
Patroman Medical Centre menjadi lebih efektif, sehingga meningkatkan
kualitas pelayanan rumah sakit
3. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai referensi dan untuk penelitian selanjutnya
terkait sistem penyimpanan obat di gudang Instalasi farmasi rumah
sakit Patroman Medical Centre.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sistem penyimpanan obat
di Gudang instalasi Farmasi Rumah Sakit Patroman Medical Centre pada
bulan desember tahun tahun 2019 dan bulan januari tahun 2020.
Penelitian ini dilaksanakan di Gudang instalasi Farmasi Rumah Sakit
Patroman Medical Centre dengan observasi langsung, wawancara
mendalam dan telaah dokumen. Informan dalam penelitian ini terdiri dari
Kepala Instalasi farmasi, Petugas Gudang Farmasi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Rumah sakit
1. Pengertian rumah sakit
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 72 tahun 2016 Rumah
Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelanggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang meliputi
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Upaya diselegarakan
dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif),
pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan
pemeliharaan kesehatan (Rehabilitasi) yang diselenggarakan secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Sedangkan Menurut undang-undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Rumah Sakit harus tetap mampu meningkatkan pelayanan kesehatan yang
lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Menurut undang-undang Nomor 44 tahun 2009, Berikut merupakan
tugas dari Rumah sakit secara umum, yaitu :
1) Melaksanakan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis,
2) Melaksanakan pelayanan medis tambahan, pelayanan
penunjang medis tambahan,
3) Melaksanakan pelayanan kedokteran kehakiman,
4) Melaksanakan pelayanan medis khusus,
5) Melaksanakan pelayanan rujukan kesehatan,
6) Melaksanakan pelayanan kedokteran gigi,
7) Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan,
8) Melaksanakan pelayanan rawat jalan atau rawat darurat dan
rawat tinggal (observasi), Melaksanakan pelayanan rawat inap,
9) Melaksanakan pelayanan administratif,
10) Melaksanakan pendidikan para medis,
11) Membantu pendidikan tenaga medis umum,
12) Membantu pendidikan tenaga medis spesialis,
13) Membantu penelitian dan pengembangan kesehatan,
14) Membantu kegiatan penyelidikan epidemiologi.

Dalam Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah


Sakit pasal 5 menjelaskan fungsi rumah sakit antara lain yaitu:
1) Menyelenggarakan pelayanan pengobatan dan pemulihan
sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
2) Pemeliharaan dan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai
dengan kebutuhan medis.
3) Peneyelenggaraan pendidik dan pelatih sumber daya manusia
dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian
pelayanan kesehatan.
4) Peneyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta
penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka pningkatan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan
bidang kesehatan.

3. Jenis Dan Klasifikasi Rumah Sakit


Berdasarkan kepemilikannya rumah sakit di indonesia dibedakan ke
dalam dua jenis (UU Nomor 44 tahun 2009) yakni :
1) Rumah sakit Publik, yaitu rumah sakit yang dikelola oleh
pemerintah (termasuk pemerintah daerah) dan badan hukum lain
yang bersifat nirlaba. Rumah sakit publik meliputi :
a. Rumah sakit milik departemen kesehatan.
b. Rumah sakit milik pemerintah daerah provinsi.
c. Rumah sakit milik pemerintah daerah kabupaten atau kota.
d. Rumah sakit milik tentara nasional Indonesia.
e. Rumah sakit milik kepolisian republik indonesia.
f. Rumah sakit milik departemen diluar depatemen kesehatan
(termasuk milik badan usaha milik negara seperti
pertamina).

2) Rumah sakit privat, yaitu rumah sakit yang dikelola oleh badan
hukum dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas
atau persero. Rumah sakit privat meliputi :
a. Rumah sakit milik yayasan.
b. Rumah sakit milik perusahaan.
c. Rumah sakit milik penanam modal (dalam negeri dan luar
negeri).
d. Rumah sakit milik badan hukum lain.

Di Indonesia, Rumah sakit dapat juga dibedakan berdasarkan


jenis pelayanannya menjadi tiga pelayanan, yaitu :
1) Rumah Sakit Umum
Rumah Sakit umum adalah rumah sakit yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat untuk semua jenis
penyakit, mulai dari pelayanan kesehatan dasar sampai dengan
pelayanan sub spesialistis sesuai dengan kemampuannya.
2) Rumah Sakit Jiwa
3) Rumah Sakit Khusus
Rumah Sakit khusus adalah Rumah sakit yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
untuk jenis penyakit tertentu atau berdasarkan disiplin ilmu
tertentu. Sebagai contoh rumah sakit khusus, yaitu rumah sakit
khusus mata, paru, rehabilitasi, jantung, kanker dan sebagainya.
Peraturan Menkes Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 tentang
Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pasal 6, 10 dan 14, berdasarkan bentuk
layanan kesehatan dan kemampuan pelayanan adalah sebagai berikut:
1) Rumah Sakit kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4 pelayanan medic spesialis
dasar, 5 pelayanan spesialispenunjang medik, 12 pelayanan
medic spesialis lain dan 13 pelayanan medik sub spesialis.
Mempunyai tempat tidur minimal 400 tempat tidur.
2) Rumah Sakit kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4 pelayanan medik spesialis
dasar, 4 pelayanan spesialis penunjang medik, 8 pelayanan
medik spesialis lain dan 2 pelayanan medik sub spesialis.
Mempunyai tempat tidur minimal 200 tempat tidur
3) Rumah Sakit kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 2 pelayanan medik spesialis
dasar, mempunyai tempat tidur minimal 100 tempat tidur.
4) Rumah Sakit kelas D harus mempunyaifasilitas dan kemampuan
pelayanan medic paling sedikit 2 pelayanan medic spesialis
dasar. Mempunyai tempat tidur minimal 50 tempat tidur.

B. Instalasi Farmasi
Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang
menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah
Sakit. Para petugas yang melayani di instalasi farmasi RS, seperti apoteker
dan tenaga teknis kefarmasian. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah
lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker.
Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker
dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi,
Ahli Madya Farmasi, dan Analis Farmasi (Permenkes RI, 2016)
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun
2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Pasal 3 ayat (2)
menyebutkan bahwa Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai sebagaimana dimaksud meliputi: perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian,
pencatatan dan pelaporan.
Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan
dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi
kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk
pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
Farmasi rumah sakit bertanggung jawab terhadap semua barang farmasi
yang beredar di rumah sakit tersebut (Depkes RI, 2004).
Tugas utama IFRS adalah pengelolaan mulai dari perencanaan,
penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan langsung kepada
penderita sampai dengan pengendalian semua perbekalan kesehatan yang
beredar dan digunakan dalam rumah sakit baik untuk penderita rawat
tinggal, rawat jalan maupun untuk semua unit termasuk poliklinik rumah
sakit. Berkaitan dengan pengelolaan tersebut, IFRS harus menyediakan
terapi obat yang optimal bagi semua penderita dan menjamin pelayanan
yang bermutu tertinggi dan yang paling bermanfaat dengan biaya minimal.
Menurut Permenkes No. 72 Tahun 2016 Tugas Instalasi Farmasi,
meliputi:
1. menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi
seluruh kegiatan Pelayanan Kefarmasian yang optimal dan profesional
serta sesuai prosedur dan etik profesi;
2. melaksanakan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang efektif, aman, bermutu dan efisien;
3. melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai guna
memaksimalkan efek terapi dan keamanan serta meminimalkan risiko;
4. melaksanakan Komunikasi, Edukasi dan Informasi (KIE) serta
memberikan rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien;
5. Berperan aktif dalam Komite/Tim Farmasi dan Terapi;
6. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan
Pelayanan Kefarmasian;
7. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium Rumah Sakit.

C. Obat
Obat adalah benda yang bisa difungsikan untuk merawat penyakit,
membebaskan gejala atau memodifikasi proses kimia dalam tubung
masing- masing. Obat merupakan zat yang digunakan untuk diagnosis,
mengurangi rasa sakit dan mengobati atau mencegah peyakit yang terjadi
atau dialami oleh manusia maupun hewan.
Berdasarkan Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI,
2005. Obat adalah paduan bahan-bahan yang siap untuk digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi
dalam upaya penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.

D. Penyimpanan obat
1. Pengertian penyimpanan obat
Menurut Kemenkes RI tahun 2010 tentang Materi Pelatihan
Manajemen Kefarmasian Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota, penyimpanan
adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara
menempatkan obat dan perbekalan kesehatan yang diterima pada tempat
yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak
mutu obat dan perbekalan kesehatan.
Tujuan dari penyimpanan obat adalah untuk Menjaga ketersediaan
jumlah (kuantitas) obat dan menjaga mutu (kualitas) obat, Menghindari
penyalahgunaan dan penggunaan yang salah, Menjaga kelangsungan
persediaan dan Memudahkan pencarian dan pengawasan.

2. Kegiatan penyimpanan obat


Dalam hal kegiatan penyimpanan obat, ada beberapa hal yang harus
di perhatikan yaitu :
1) Pengaturan tata ruang Gudang Obat
Menurut Kemenkes RI Tahun 2010 tentang Materi Pelatihan
Manajemen Kefarmasian Instalasi Farmasi Kabupaten / Kota
Pengaturan Tata Ruang berfungsi Untuk mendapatkan
kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan,pencarian dan
pengawasan obat, maka diperlukan pengaturan tata ruang
gudang dengan baik. Pengaturan tata ruang selain harus
memperhatikan kebersihan dan menjaga gudang dari kebocoran
dan hewan pengerat juga harus diperhatikan ergonominya.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang
gudang adalah sebagai berikut :
a. Kemudahan bergerak
Untuk kemudahan bergerak, maka gudang perlu ditata.
Gudang jangan menggunakan sekat-sekat karena akan
membatasi pengaturan ruangan. Jika digunakan sekat,
perhatikan posisi dinding dan pintu untuk mempermudah
gerakan.
Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran obat,
ruang gudang dapat ditata berdasarkan sistem Arus garis
lurus, Arus U dan Arus L.
b. Sirkulasi udara yang baik
Salah satu faktor penting dalam merancang gudang adalah
adanya sirkulasi udara yang cukup di dalam ruangan
gudang.Sirkulasi yang baik akan memaksimalkan stabilitas
obat sekaligus bermanfaat dalam memperbaiki kondisi kerja
petugas. Idealnya dalam gudang terdapat AC, namun
biayanya akan menjadi mahal untuk ruang gudang yang luas.
Alternatif lain adalah menggunakan kipas
angin/ventilator/rotator. Perlu adanyapengukur suhu di
ruangan penyimpanan obat dan dilakukan pencatatan suhu
c. Rak dan palet
Penempatan rak yang tepat dan penggunaan pallet akan
dapat meningkatkan sirkulasi udara dan pemindahan obat.
Penggunaan pallet memberikan keuntungan Sirkulasi udara
dari bawah dan perlindungan terhadap banjir, serangan
serangga (rayap), Melindungi sediaan dari kelembaban,
Memudahkan penanganan stok, Dapat menampung obat lebih
banyak dan harga Pallet lebih murah dari pada rak.
d. Kondisi penyimpanan khusus
 Vaksin dan serum memerlukan Cold Chain khusus dan
harus dilindungi dari kemungkinan putusnya aliran listrik
(harus tersedianya generator).
 Narkotika dan bahan berbahaya harus disimpan dalam
lemari khusus dan selalu terkunci sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
 Bahan-bahan mudah terbakar seperti alkohol, eter dan
pestisidaharus disimpan dalam ruangan khusus, sebaiknya
disimpan dibangunan khusus terpisah dari gudang induk.
e. Pencegahan kebakaran
Perlu dihindari adanya penumpukan bahan-bahan yang
mudah terbakar seperti dus, karton dan lain-lain. Alat
pemadam kebakaran harus diletakkan pada tempat yang
mudah dijangkau dan dalam jumlah yang cukup. Contohnya
tersedia bak pasir, tabung pemadam kebakaran, karung goni,
galah berpengait besi.
2) Cara penyimpanan obat
a. Obat disusun menurut bentuk sediaan dan alfabetis.
b. Gunakan prinsip First Expired date First Out (FEFO) dan First
InFirst Out (FIFO)
c. Susun obat dalam kemasan besar di atas pallet secara rapi
dan teratur.
d. Gunakan lemari khusus untuk menyimpan narkotika dan
psikotropika
e. Simpan obat yang stabilitasnya dapat dipengaruhi oleh
temperatur, udara, cahaya dan kontaminasi bakteri pada
tempat yang sesuai. Perhatikan untuk obat yang perlu
penyimpanan khusus
f. Cantumkan nama masing-masing obat pada rak dengan rapi.
g. Apabila persediaan obat cukup banyak, maka biarkan obat
tetap dalam box masing-masing
h. Untuk obat kemasan kecil dan jumlahnya sedikit disimpan
dalam rak dan pisahkan antara obat dalam dan obat untuk
pemakaian luar dengan memperhatikan keseragaman nomor
batch.
Adapun Komponen yang harus diperhatikan dalam penyimpanan
obat Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 72 tahun
2016antara lain:
a. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan
Obat diberi label yang secara jelas terbaca memuat nama,
tanggal pertama kemasan dibuka, tanggal kadaluwarsa dan
peringatan khusus.
b. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan
kecuali untuk kebutuhan klinis yang penting.
c. Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit
perawatan pasien dilengkapi dengan pengaman, harus diberi
label yang jelas dan disimpan pada area yang dibatasi ketat
(restricted) untuk mencegah penatalaksanaan yang kurang
hati-hati.
d. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang dibawa oleh pasien harus disimpan secara khusus
dan dapat diidentifikasi.
e. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk
penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan
kontaminasi.
3) Prosedur Penyimpanan Obat
Umumnya prosedur penyimpanan dilakukan dengan
memperhatikan syarat penyimpanan dari suatu barang farmasi
yang dikeluarkan oleh produsen barang tersebut, seperti barang
yang harus disimpan pada suhu kamar, suhu dingin dan tahan
panas. Selain itu khusus dalam penyimpanan obat-obatan
narkotik dan barang farmasi yang mempunyai nilai investasi tinggi
(mahal) harus menggunakan lemari khusus dan terkunci.
Prosedur penyimpanan obat antara lain mencakup sarana
penyimpanan, pengaturan persediaan berdasarkan bentuk/ jenis
obat yang disimpan, serta sistem penyimpanan.

Obat harus selalu disimpan di ruang penyimpanan yang layak.


Bila obat rusak, mutu obat menurun dan memberi pengaruh buruk
bagi penderita. Beberapa ketentuan mengenai sarana
penyimpanan obat antara lain (Dirjen Kefarmasian dan Alat
kesehatan RI, 2010) :
a. Persyaratan gudang
 cukup luas minimal 3 x 4 m2
 ruangan kering tidak lembab
 ada ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab /
panas.
 perlu cahaya yang cukup, namun jendela harus
mempunyai pelindung untuk menghindarkan adanya
cahaya langsung dan berteralis
 lantai dibuat dari tegel / semen yang tidak memungkinkan
bertumpuknya debu dan kotoran lain. Bila perlu diberi alas
papan (palet).
 dinding dibuat licin
 hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam
 gudang digunakan khusus untuk penyimpanan obat
 mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda
 tersedia lemari/laci khusus untuk narkotika dan
psikotropika yang selalu terkunci
 sebaiknya ada pengukur suhu ruangan
b. kondisi penyimpanan
Untuk menjaga mutu obat perlu diperhatikan
faktor-faktor sebagai berikut :
 Kelembaban
Udara lembab dapat mempengaruhi obat-obatan yang
tidak tertutup sehingga mempercepat kerusakan. Untuk
menghindari udara lembab tersebut maka perlu dilakukan
upaya-upaya berikut :
- ventilasi harus baik, jendela dibuka
- simpan obat ditempat yang kering
- wadah harus selalu tertutup rapat, jangan dibiarkan
terbuka
- bila memungkinkan pasang kipas angin atau AC.
Karena makin panas udara di dalam ruangan maka
udara semakin lembab
- biarkan pengering tetap dalam wadah tablet dan
kapsul
- kalau ada atap yang bocor harus segera diperbaiki
 sinar matahari
Kebanyakan cairan, larutan dan injeksi cepat rusak
karena pengaruh sinar matahari. Sebagai contoh : Injeksi
Klorpromazin yang terkena sinar matahari, akan berubah
warna menjadi kuning terang sebelum tanggal
kadaluwarsa. Cara mencegah kerusakan karena sinar
matahari :
- gunakan wadah botol atau vial yang berwarna gelap
(coklat)
- jangan letakkan botol atau vial di udara terbuka
- obat yang penting dapat disimpan di dalam lemari
- jendela-jendela diberi gorden
- kaca jendela dicat putih.
 Temperratur / panas
Obat seperti salep, krim dan supositoria sangat sensitif
terhadap pengaruh panas, dapat meleleh. Oleh karena itu
hindarkan obat dari udara panas. Sebagai contoh : Salep
Oksi Tetrasiklin akan lumer bila suhu penyimpanan tinggi
dan akan mempengaruhi kualitas salep tersebut.
Ruangan obat harus sejuk, beberapa jenis obat harus
disimpan di dalam lemari pendingin pada suhu 4 – 8
derajat celcius, seperti :
- Vaksin
- Sera dan produk darah
- Antitoksin
- Insulin
- Injeksi antibiotika yang sudah dipakai (sisa)
- Injeksi oksitosin

4) Pencatatan kartu stock


Suatu unit informasi untuk memeriksa kesesuaian antara
catatan dengan keadaan fisik. Fungsi pencatatan kartu stok
adalah:
a. Kartu stok digunakan untuk mencatat mutasi obat
(penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak atau kedaluwarsa)
b. Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukkan mencatat data
mutasi 1 (satu) jenis obat yang berasal dari 1 (satu) sumber
anggaran.
c. Tiap baris data hanya diperuntukkan mencatat 1 (satu)
kejadian mutasi obat.
d. Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan,
perencanaan pengadaan distribusi dan sebagai pembanding
terhadap keadaan fisik obat dalam tempat penyimpanannya

E. Gudang
F. Sistem
Sistem adalah gabungan dari elemen-elemen (subsistem) di dalam
suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi.
Didalam suatu sistem terdapat elemen-elemen atau bagian-bagian dimana
didalam nya juga membentuk suatu proses dalam suatu kesatuan, maka
disebut sub sistem (bagian dari sistem). Selanjutnya subsistem tersebut
juga terjadi suatu proses berfungsi sebagai sebagai suatu kesatuan sendiri
sebagai suatu kesatuan sendiri sebagai bagian dari subsistem tersebut.
Sistem terbentuk dari elemen atau bagian yang saling berhubungan dan
saling mempengaruhi. Apabila salah satu bagian atau subsistem tidak
berjalan dengan baik, maka akan mempengaruhi bagian yang yang lain.
Secara garis besarnya elemen-elemen dalam sistem itu sebagai berikut
(Notoatmodjo, 2011) :

1. Masukan (Input), Adalah sub elemen-sub elemen yang diperlukan


sebagai masukan untuk berfungsinya sistem
2. Proses, Adalah suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah
masukan sehingga menghasilkan sesuatu (keluaran) yang
direncanakan
3. Keluaran (output), Hal yang dihasilkan oleh proses
4. Dampak (impact), Akibat yang dihasilkan oleh keluaran setelah
beberapa waktu lamanya
5. Umpan balik (Feed Back), Merupakan hasil dari proses yang
sekaligus sebagai masukan untuk sistem tersebut
6. Lingkungan (Environment), Merupakan dunia di luar sistem yang
mempengaruhi sistem tersebut

G.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
B. Variabel Dan Definisi
C. Bahan Dan Alat
D. Pengumpulan Data
E. Prosedur Penelitian
F. Pengolahan Data Dan Analisis Data
G. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Anda mungkin juga menyukai