Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberi rahmat dan
berkat-Nya kepada kami sebagai penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tugas
Makalah Botani Farmasi dengan Judul “Piper Cubeba. L”

Adapun tujuan pembuatan makalah ini, yaitu untuk memenuhi Tugas Makalah Botani
Farmasi Pada Semester ganjil Tahun Ajaran 2018 - 2019 yang diberikan oleh Dosen bidang
studi. Dalam penulisan Makalah ini, kami banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan baik
secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu kepada semua pihak kami sebagai penulis
mengucapkan terima kasih.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, masih banyak terdapat
kesalahan dan keterbatasan oleh kemampuan dan waktu, sehingga memiliki kekurangan dan
belum mencapai kesempurnaan. Saran dan kritik yang membangun dari kawan-kawan sangat
penulis harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan Makalah ini. Semoga Makalah yang
sederhana ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan kita semua, Amin.

Jakarta , 19 Oktober 2018

Penulis

1|P a g e
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ 1


DAFTAR ISI........................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 3
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 3
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 4
1.3. Tujuan ......................................................................................................................... 4
1.4. Manfaat ....................................................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 5


2.1. Klasifikasi (Taksonomi) .............................................................................................. 5
2.2. Tujuan dan Manfaat Klasifikasi .................................................................................. 5
2.3. Tingkatan Taksonomi ................................................................................................. 6
2.4. Kingdom Plantae ......................................................................................................... 7
2.5. Ciri – Ciri Kingdom Plantae ....................................................................................... 7

BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................................... 8


3.1. Bangsa Piperales ......................................................................................................... 8
3.2. Piperaceae ................................................................................................................... 9
3.3. Piper Cubeba L ........................................................................................................... 9

BAB IV PENUTUP .............................................................................................................. 21


4.1. Kesimpulan ............................................................................................................... 21
4.2. Saran ......................................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 22


LAMPIRAN.......................................................................................................................... 23

2|P a g e
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di daerah tropis. Letak
geografis tersebut menyebabkan Indonesia memiliki tingkat keanekaragaman hayati
yang sangat tinggi. Keanekaragaman hayati tersebut mencakup keanekaragaman
interspesies, intraspesies, interpopulasi dan intrapopulasi. Keanekaragaman hayati
meliputi keanekaragaman flora dan fauna. Di Indonesia sendiri terdapat banyak sekali
jenis tanaman baik yang telah teridentifikasi maupun yang belum teridentifikasi serta
beberapa jenis tanaman endemik yang hanya dapat ditemukan di Indonesia, dan dari
sekian banyak jenis tanaman yang terdapat di Indonesia banyak sekali yang sudah
diketahui potensinya dan memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia.
Piper merupakan genus yang termasuk dalam anggota famili Piperaceae dan
anggotanya mencakup lebih dari 1000 spesies, dengan demikian genus Piper
memiliki tingkat keanekaragaman spesies yang sangat tinggi. Keanekaragaman
spesies Piper yang paling tinggi dapat dijumpai pada wilayah tropis. Sekitar 300
spesies merupakan spesies endemik di Asia Tenggara dan hanya terdapat 2 spesies
yang berasal dari Afrika. Sebagian besar spesies Piper tumbuh di daerah hutan hujan
tropis pada dataran rendah yang basah dan hangat. Beberapa spesies Piper memiliki
nilai penting dalam bidang ekonomi yaitu dimanfaatkan sebagai tanaman rempah -
rempah dan bahan baku untuk pembuatan jenis obat-obatan tertentu karena
kandungan fitokimianya. Meskipun sebagian besar spesies Piper tidak memiliki nilai
penting dalam bidang ekonomi, akan tetapi mereka diketahui memiliki peranan yang
sangat penting di habitatnya.
Suku Piperaceae terdiri atas 13 marga dan diperkirakan mencapai sekitar
2.658 nama jenis yang valid (The Plant List 2013). Suku Piperaceae termasuk anggota
tumbuhan berbunga berupa semak atau perdu, seringkali memanjat dengan
menggunakan akar lekat, mempunyai ciri khas yaitu daunnya kerap kali berbau
aromatis atau rasa pedas (van Steenis 1972). Bunganya majemuk, tersusun dalam
untaian, buah kecil, kering dan keras, tergolong buah batu.

3|P a g e
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai


berikut:

1.2.1. Bagaimana Klasifikasi Tanaman pada Piper Cubeba L. ?


1.2.2. Bagaimana Morfologi batang, akar, daun, bunga, buah dan biji dari Piper
Cubeba L. ?
1.2.3. Bagaimana cara budidaya tanaman kemukus (Piper Cubeba L.) ?
1.2.4. Bagaimana sejarah, penyebaran dan manfaat ekonomi pada Tanaman kemukus
?
1.2.5. Apa kandungan dan manfaat dari tanaman kemukus (Piper Cubeba L.) ?

1.3. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1.3.1. Untuk mengetahui Klasifikasi Tanaman Spermatophyta khususnya Bangsa


Piperales pada Spesies Piper Cubeba L
1.3.2. Untuk mengetahui morfologi dan struktur anatomi pada tanaman Piper
Cubeba L.
1.3.3. Untuk mengetahui cara pembudidayaan tanaman kemukus
1.3.4. Untuk mengetahui sejarah dan penyebaran tanaman Piper Cubeba L. di
Indonesia dan Benua lainnya
1.3.5. Untuk mengetahui kandungan apa saja dan manfaat yang dapat diberikan dari
tanaman Piper Cubeba L .

1.4. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini selain memenuhi
tugas dari dosen mata kuliah, juga bertujuan untuk memberi masukan ilmu
pengetahuan bagi masyarakat umum serta untuk penulis pribadi sehingga kedepannya
dapat lebih mengetahui mengenai jenis tanaman yang ada di Indonesia Khusus nya
secara spesifik mengenai Taksonomi, Klasifikasi, Deskripsi maupun Kandungan dan
Manfaat dari Tanaman Kemukus (Piper Cubebea L.)

4|P a g e
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi (Taksonomi)


Klasifikasi adalah suatu cara pengelompokan yang didasarkan pada ciri-ciri
tertentu. Semua ahli biologi menggunakan suatu sistem klasifikasi untuk
mengelompokkan tumbuhan ataupun hewan yang memiliki persamaan struktur,
kemudian setiap kelompok tumbuhan ataupun hewan tersebut dipasang-pasangkan
dengan kelompok tumbuhan atau hewan lainnya yang memiliki persamaan dalam
kategori lain. Hal itu pertama kali diusulkan oleh John Ray yang berasal dari Inggris.
Namun ide itu disempurnakan oleh Carl Von Linne (1707-1778), seorang ahli botani
berkebangsaan Swedia yang dikenal pada masa sekarang dengan Carolus Linnaeus.
Sistem klasifikasi Linnaeus tetap digunakan sampai sekarang karena sifatnya
yang sederhana dan fleksibel sehingga suatu organisme baru tetap dapat dimasukkan
dalam sistem klasifikasi dengan mudah. Nama-nama yang digunakan dalam sistem
klasifikasi Linnaeus ditulis dalam bahasa Latin karena pada zaman Linnaeus bahasa
Latin adalah bahasa yang dipakai untuk pendidikan resmi. Klasifikasi makhluk hidup
didasarkan pada persamaan perbedaan ciri dan manfaat yang dimiliki makhluk hidup.
Salah satu contoh klasifikasi pada tumbuhan berdasarkan manfaatnya yaitu tumbuhan
dikelompokkan menjadi tanaman obat-obatan, tanaman sandang, tanaman hias,
tanaman pangan dan lain-lain (Soepomo,1987)

2.2. Tujuan dan Manfaat Klasifikasi Makhluk Hidup

Tujuan dari klasifikasi makhluk hidup yaitu :

1. Mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan ciri-ciri yang


dimiliki.
2. Mengetahui ciri-ciri suatu jenis makhluk hidup untuk membedakannya
dengan makhluk hidup dari jenis lain
3. Mengetahui hubungan kekerabatan makhluk hidup
4. Memberi nama makhluk hidup yang belum diketahui namanya atau belum
memiliki nama.

Sedangkan manfaat dari klasifikasi makhluk hidup :

5|P a g e
1. Klasifikasi memudahkan kita dalam mmpelajari makhluk hidup yang sangat
beraneka ragam
2. Klasifikasi membuat kita mengetahui hubungan kekerabatan antarjenis
makhluk hidup
2.3. Tingkatan Taksonomi
Dalam sistem klasifikasi, makhluk hidup dikelompokkan menjadi suatu
kelompok besar kemudian kelompok besar ini dibagi menjadi kelompok-kelompok
kecil. Kelompok-kelompok kecil ini kemudian dibagi lagi menjadi kelompok yang
lebih kecil lagi sehingga pada akhirnya terbentuk kelompok- kelompok kecil yang
beranggotakan hanya satu jenis makhluk hidup. Tingkatan-tingkatan pengelompokan
ini disebut takson. Taksa (takson) telah distandarisasi di seluruh dunia berdasarkan
International Code of Botanical Nomenclature dan International Committee on
Zoological Nomenclature.
Urutan Taksonomi antara lain :
1. Kingdom. Kingdom merupakan tingkatan takson tertinggi makhluk
hidup. Kebanyakan ahli Biologi sependapat bahwa makhluk hidup di
dunia ini dikelompokkan menjadi 5 kingdom (diusulkan oleh Robert
Whittaker tahun 1969). Kelima kingdom tersebut antara lain : Monera,
Protista, Fungi, Plantae, dan Animalia.
2. Filum/Divisio (Keluarga Besar). Nama filum digunakan pada dunia
hewan, dan nama division digunakan pada tumbuhan. Filum atau
division terdiri atas organisme-organisme yang memiliki satu atau dua
persamaan ciri. Nama filum tidak memiliki akhiran yang khas
sedangkan nama division umumnya memiliki akhiran khas, antara lain
phyta dan mycota.
3. Kelas (Classis). Kelompok takson yang satu tingkat lebih rendah dari
filum atau division.
4. Ordo (Bangsa). Setiap kelas terdiri dari beberapa ordo. Pada dunia
tumbuhan, nama ordo umumnya diberi akhiran ales.
5. Famili. Famili merupakan tingkatan takson di bawah ordo. Nama
famili tumbuhan biasanya diberi akhiran aceae, sedangkan untuk
hewan biasanya diberi nama idea.
6. Genus (Marga). Genus adalah takson yang lebih rendah dariada famili.
Nama genus terdiri atas satu kata, huruf pertama ditulis dengan huruf

6|P a g e
kapital, dan seluruh huruf dalam kata itu ditulis dengan huruf miring
atau dibedakan dari huruf lainnya.

7. Spesies (Jenis). Spesies adalah suatu kelompok organisme yang


dapat melakukan perkawinan antar sesamanya untuk menghasilkan
keturunan yang fertile (subur).

2.4. Kingdom Plantae


Plantae adalah organisme multiseluler yang menghasilkan makanan dengan
proses fotosintesis. Kerajaan ini meliputi organisme yang berkisar dari lumut yang
kecil hingga pohon raksasa. Semua tumbuhan multiseluler dan eukariotik. Salah satu
ciri khas tumbuhan adalah adanya pigmen klorofil seperti a dan b dan karotenoid yang
membantu untuk mengubah sinar matahari menjadi energi kimia dengan proses
fotosintesis (Soepomo,1987).

2.5. Ciri – Ciri Kingdom Plantae


Berikut adalah daftar ciri-ciri kingdom plantae. Ciri-ciri inilah yang
membedakan kingdom plantae dengan kingdom fungi dan beberapa jenis alga antara
lain :
1. Multiseluler (memiliki banyak sel)
2. Terdapat dinding sel yang terbuat dari selulosa
3. Eukariotik
4. Mendapatkan makanan dengan cara fotosintesis yang dibantu dengan cahaya
matahari
5. Melakukan reproduksi secara seksual (putik dan benang sari) maupun aseksual
(cangkok, tunas, setek, dll)
6. Hidup di daratan atau perairan
7. Autrotrof (dapat membuat makanan sendiri)

Selain itu, plantae memiliki organ dan sistem organ. Memiliki daun untuk
mengumpulkan sinar matahari yang digunakan untuk membuat glukosa. Memiliki
akar untuk memperkokoh tumbuhan dan menyerap air. Alat reproduksi seksualnya
adalah bunga (Soepomo,1987).

7|P a g e
BAB III

PEMBAHASAN

(Piper Cubeba L.)

3.1. Bangsa Piperales


Bangsa Piperales kebanyakan berupa terna, hanya kadang – kadang berupa
tumbuh – tumbuhan dengan batang yang berkayu. Daun tunggal. Bunga amat kecil
berkelamin tunggal atau banci tanpa hiasan bunga, biasanya tersusun dalam bulir atau
amentum, terdiri dari 1 – 10 benang sari, bakal buah 1 – 4, apokarp atau sinkarp,
masing masing dengan 1 bakal biji yang atrop. Biji besar, mempunyai endosperm,
lembaga kecil, kadang – kadang disamping endosperm juga terdapat perisperm.

Dalam bangsa ini termasuk 3 suku yaitu :

1. Piperaceae
2. Saururaceae
3. Chlorantaceae

Yang terkenal adalah Suku : Piperaceae, Terna atau tumbuh – tumbuhan


berkayu sering kali memanjat dengan menggunakan akar – akar pelekat, dengan daun
– daun tunggal yang duduknya tersebar atau berkarang dengan atau tanpa daun – daun
penumpu. Bunga tersusun dalam bunga majemuk yang disebut bunga lada
(Amentum), masing – masing kecil tanpa hiasan bunga, berkelamin tunggal atau
banci dengan 1 – 10 benang sari, putik terdiri dari 1 – 6 dab buah (kebanyakan 3),
dengan 1 – 6 kepala putik. Beruang 1 dengan 1 bakal biji yang tegak pada dasar nya.
Buahnya buah batu atau buah buni, jadi dengan endosperm dan perisperm. Dalam biji
terdapat sel – sel minyak atsiri.

Batang dengan berkas – berkas pengangkutan yang pada penampang


melintang tampak tersebar atau tersusun dalam beberapa lingkaran

Suku Piperaceae meliputi kurang lebih 1.300 jenis yang terbagi dalam 10
marga. Hampir semua nya tumbuh di daerah tropika. Diantara nya : Piper Nigrum
(Lada Hitam), Piper Betle (Sirih), Piper Cubeba (Kemukus), Piper Retrofractum,
Piper Longum (Cabe Jawa), Semuanya berguna dalam obat – obatan.

8|P a g e
3.2. Piperaceae
Piperaceae merupakan salah satu Famili dalam kelas Magnoliopsida yang
banyak tersebar di wilayah tropis dan sub tropis. Salah satu genus dalam piperaceae
adalah Piper. Anggota genus ini terdiri dari hampir 3.000 spesies yang tersebar mulai
dari dataran rendah sampai dataran tinggi di daerah tropis Asia (Steenis, 1975;
Asmarayani & Purnomo, 2004). Beberapa spesies telah dimanfaatkan secara
tradisional oleh masyarakat sebagai bahan obat, komoditi pertanian untuk rempah,
dan insektisida pada lahan pertanian (Heyne, 1987; Parmar et al., 1997).
Tumbuhan Genus Piper memiliki khasiat obat. Masyarakat Indonesia
menggunakan tumbuhan Genus Piper sebagai obat tradisional (Asmarayani &
Purnomo, 2004). Kajian penelitian lebih lanjut menemukan bahwa metabolit sekunder
P. methysticum dapat memberikan efek narkotik dan bersifat sedatif (Agusta, 1998).
Buah P. longum dapat digunakan untuk mengobati kejang usus (Perry & Metzger,
1980). P. aduncum secara tradisional dimanfaatkan sebagai obat sakit perut, kencing
nanah, penolak serangga dan memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap Bacillus
subtilis, Micricoccus luteus dan Escherichia coli (Orjala et al., 1993). Ekstrak etanol
dan senyawa murni Piperina dari P. longum diketahui mampu mengobati tikus yang
terjangkit caesal amoebiasis (Ghosal et al., 1996). Dua puluh dua (22) spesies Piper
telah terdaftar dalam bahan ramuan obat dan rempah dunia, antara lain P. aduncum,
L., P. attenuatum Miq., P. baccatum Bl., P. bantamense Bl., P. betle, L., P. crassipes
Korth., P. caducibrachteatum C.DC., P. caninum Bl., P. cubeba, L.f., P. decumanum,
L., P. elongatum Vahl., P. fragile Benth., P. guinense Schum. & Thon., P. lanatum
Roxb., P. lolot C.DC., P. longifolium Ruiz & Pavon, P. longum, L., P. methysticum
Forst, P. nigrum, L., P. retrofractum Vahl., P. saigonense C.DC., dan P. sarmentosum
Roxb. (Asmarayani & Purnomo, 2004).

3.3. Piper Cubeba. L


3.3.1. Sistematika dan Klasfikasi Tumbuhan (Piper Cubeba L)
Kedudukan tanaman kemukus dalam sistem tumbuhan diklasifikasikan
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Teacheobionta (Tumbuhan Berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan Biji)

9|P a g e
Divisi : Magnoliophyta ( Tumbuhan Berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (Berkeping 2 / Dikotil)
Sub Kelas : Magnolidae
Ordo (Bangsa) : Piperales
Famili (Suku) : Piperaceae
Genus (Marga) : Piper
Spesies (Jenis) : Piper Cubeba
Nama Binomial : Piper Cubebe L.

Gambar 1.1 Tanaman Kemukus (Piper Cubeba L.)

10 | P a g e
Gambar 1.2 Biji/ Buah Kemukus

Merupakan tanaman yang berasal dari Indonesia. Pada saat ini,


sebagian besar kemukus dipanen di Jawa dan pulau-pulau lain di Indonesia,
tapi juga di beberapa negara Afrika (Sierra Leone, Kongo). Kemukus
merupakan tanaman rempah-rempah yang diekspor. Bagian tanaman yang
paling banyak digunakan adalah buah. Tangkai buahnya sedikit lebih besar
daripada buah lada, dan mempunyai permukaan yang beralur. Selain itu
kebanyakan buahnya berlubang. Kemukus dijual utuh dan sebaiknya
dihancurkan atau digiling sebelum digunakan.

3.3.2. Morfologi Tanaman Kemukus (Piper Cubeba L)


Tanaman kemukus tersusun dari batang, akar, daun, bunga, buah, dan biji
dengan rincian sebagai berikut
a. Batang
Tanama kemukus beruas yang memiliki system percabangan
sympodial. Batang nya tidak berkayu dan terasa lunak dengan
permukaan licin berdiameter sekitar 5 – 15 mm. Setiap batang nya
memiliki akar perekat hijau.

b. Akar
Tanaman kemukus tidak dapat tumbuh dengan baik apabila tidak
memiliki akar, jenis akar yang dimiliki berwarna kuning kecoklatan

11 | P a g e
c. Daun
Daun yang dimiliki kemukus adalah daun berjenis tunggal berbentuk
bulat telur yang pangkalnya seperti jantung dan ujungnya meruncing.
Daun tersebut memiliki bentuk tepi yang rata yang tumbuh secara
berselang – seling atau tersebar pada setiap batang. Bekas dudukan
sidaun sangat terlihat jelas dengan ukuran panjang sekitar 8 – 15,5 cm
dan lebarnya sekitar 3 – 10 cm berwarna hijau

d. Bunga
Bunga pada tanaman kemukus adalah jenis bunga majemuk yang
memiliki bentuk berbulir, memilikik ukuran panjang sekitar 3 – 10 cm
dengan tangkai berukuran 6 – 20 cm.
Bunga tersebut memiliki warna hijau, memiliki daun pelindung
berbentuk elips yang melekat pada tangkai bulir. Bunga kemukus
memiliki benang sari berjumlah 3 – 5 berwarna putih dan kuning
kehijauan.
Bulir yang dimiliki kemukus ada 2 yaitu, bulir jantan dan bulir betina
Bulir jantan memiliki daun pelindung berbentuk bulat memanjang
hingga bulat telur berbalik ukuran 1,5 – 2 cm
Bulir betina memiliki berbentuk agak melengkung dengan daun
pelindung berbentuk bulat memanjang berukuran sekitar 4-5 X 8 mm

e. Buah dan Biji


Buah yang dimiliki tanaman kemukus adalah berbentuk bulat pada
pangkalnya berkerut dan membulat. Buah tersebut bertangkai
berdiameter 6 – 8 mm yang panjang nya sekitar 2 – 5 mm berwarna
coklat kehitaman

3.3.3. Deskripsi Tumbuhan (Piper Cubeba L)


Tanaman Piper cubeba Linn adalah tanaman rempah yang berasal dari
family piperaceae. Nama lokal dari tanaman ini adalah kemukus (Jawa) dan
rinu (Sunda) (Heyne, 1987). Sistematika tanaman kemukus sesuai dengan
taksonominya Sinonim : Cubila Officinalis Miq.

12 | P a g e
Tanaman kemukus merupakan tanaman merambat dengan ketinggian
batang mencapai ± 15 meter (Heyne, 1987). Bentuk buah kemukus mirip
dengan buah lada, namun berbeda pada bagian ujung buah. Pada ujung buah
kemukus terdapat bagian yang menyerupai ekor sedangkan pada lada tidak
sehingga kemukus sering disebut sebagai lada berekor (tailed cubeb)
(Redgrove, 1933). Kemukus berbuah bulat dan daunnya hampir sama dengan
daun sirih. Buah kemukus kering berwarna coklat keabu abuan, berbau
aromatis, mempunyai rasa pahit dan getir (Ketaren, 1985). Kadar minyak atsiri
dari buah kemukus menurut Heyne (1987) adalah 10 – 18 persen dari berat
kering. Buah kemukus pada umumnya dipanen sebelum masak kemudian
dikeringkan. Kemukus sering dijual dalam bentuk kering yang masih memiliki
tangkai, sehingga sering disebut merica berekor. Biji kemukus berwarna putih,
keras dan berminyak.
Sedangkan menurut (Depkes RI, 1997) Piper Cubeba L. berupa
tumbuhan memanjat melilit, batang berkayu, cabang licin tidak berambut.
Daun berbentuk bundar agak lonjong, pangkal daun berbentuk jantung atau
membundar, ujung meruncing. Buah berbentuk hampir bulat, umumnya
bergaris tengah lebih kurang 5 mm, pada bagian pangkal terdapat tonjolan
panjang menyerupai tangkai, panjang tonjolan 5 mm samapi 10 mm, tebal
kurang dari 1 mm, kadang-kadang bagian pangkal didaerah tonjolan agak
cekung

3.3.4. Budidaya Kemukus (Piper Cubeba L)


Tanaman ini tidak banyak memerlukan syarat istimewa, tetapi lebih
menghendaki tempat-tempat yang beriklim lembab. Dapat dipakai sebagai
tanaman sela diantara tanaman kopi dan karet yang sudah tua. Untuk pohon
panjatan diantara tanaman kopi dapat dipakai tanaman kapok, bila ditanam
diantara tanaman karet lebih baik dipakai tanaman turi (Sesbania garndiflora)
atau tanaman gamal (Glyricidia spec.) yang tahan terhadap rayap sehingga
tidak menggangu terhadap tanaman karetnya.
Tanaman ini dapat hidup hingga 15 tahun lebih, ditanam melalui stek
dengan 7 ruas dari batang yang tidak terlalu tua atau terlalu muda, sementara
pohon panjatan yang baik adalah pohon turi (Sesbania Grandiflora) atau

13 | P a g e
tanaman gamal (Glyricidia Sp.). Media stek adalah tanah yang gembur dan
miskin pasir, lingkungan stek harus lembab, namun tidak becek

3.3.5. Sejarah, Penyebaran dan Skala Produksi Kemukus (Piper Cubeba L)


Kemukus (Piper cubeba L.) merupakan salah satu jenis tanaman obat
yang nyaris punah, padahal potensi tanaman tersebut cukup menjanjikan.
Produksi nasional buah kemukus saat ini hanya sekitar 223 ton/tahun, dengan
luasan 517 ha, berarti produktivitasnya hanya 0.43 ton/ha/th. Bila diasumsikan
pada populasi/ha rata-rata 2.000 tanam, maka produktivitasnya setara dengan
0.215 kg/ph/th. Tingkat produktivitas sebesar tersebut masih terlalu rendah
dan berpeluang besar untuk ditingkatkan. Indonesia menjadi pengekspor buah
kemukus sejak jaman penjajahan Belanda.
Periode tahun 1918 – 1925, ekspor buah kering kemukus Indonesia
ratarata mencapai 184.40 ton/tahun. Pada masa sebelum perang kemerdekaan
RI, jumlah ekspornya masih stabil, sedangkan pada periode 1934-1939 rata-
rata 134 ton/tahun. Beberapa tahun menjelang dan sesudah perang
kemerdekaan ekport buah kemukus terhenti, namun pada tahun 1956 mulai
mengekspor kembali dan jumlah ekspor mencapai 432 Ton pada periode
Tahun 1962.Setelah itu produksi buah kemukus Indonesia terus merosot,
eskport terakhir hanya sebanyak 93 ton terjadi pada tahun 1969. Tujuan ekspor
Indonesia waktu itu adalah ke negara Malaysia, Singapura, Hongkong, Jepang,
Jerman Barat, Amerika Serikat dan negara-negara Eropa lainnya. Sejak
periode 1963 sampai saat ini Indonesia tidak lagi menjadi negara pengeksport
buah kemukus, karena untuk kebutuhan di dalam negeri saja tidak terpenuhi.
Buah kemukus banyak dibutuhkan dalam industri obat tradisional (IOT).
Burkill (1935), mengemukakan bahwa dalam obat tradisional Indonesia buah
kemukus digunakan untuk mengobati penyakit kelamin, brochitis, disentri dan
penyakit perut. Di negara-negara Eropa pada awalnya bahwa buah kemukus
tersebut hanya digunakan untuk rempah, namun belakangan digunakan juga
sebagai obat, terutama untuk mengobati penyakit gonorhea, disentri dan
penyakit perut lainnya.
Di Amerika Serikat selain digunakan untuk mengobati jenis-jenis
penyakit seperti tersebut di atas juga digunakan untuk mengobati penyakit
catarrhen dan pembuatan sigaret asthma. Hasil penelitian de Jong (1948)

14 | P a g e
dikemukakan bahwa dalam buah kemukus terkandung 10 – 20% minyak atsiri,
namun hasil penelitian Rusli dan Soepandi (1981), buah kering kemukus asal
Jawa Tengah hanya mengandung sekitar 6.51% saja. Berdasarkan catatan
sejarah, seperti yang dikemukakan oleh Purseglove (1968) dalam bukunya
berjudul Tropical Crops Dycotyledonae, bahwa tanaman kemukus merupakan
tanaman asli Indonesia. Dahulu tanaman tersebut tumbuh secara liar di bagian
Barat Nusantara, terutama di tepi-tepi hutan payau. Dalam bahasa daerah
dikenal dengan nama kemukus (Indonesia), kemukus atau timukus (Jawa),
rinu (Sunda), kamokos (Madura), kemukuh (Simalur). Dalam bahasa
Inggrisnya dinamakan cubeb pepper.
Di Benua Eropa, tanaman kemukus yang pedas dan pahit sangat
dikenal sebagai pengganti lada hitam pada abad ke 16 dan 17, tapi kemudian
kurang disukai. Nasibnya serupa dengan lada negro, rempah-rempah dengan
aroma dan rasa yang serupa, yang sekarang juga jarang dijumpai di pasar
Eropa. Alasan utama hilangnya kedua rempah-rempah tersebut mungkin
karena rasanya yang pahit, yang membuat kurang disukai dibandingkan lada
hitam, segera setelah lada hitam diimpor dengan harga yang masuk akal. Saat
ini, kemukus banyak digunakan di beberapa bagian di Afrika Utara, khususnya
di Tunisia dan Moroko.

3.3.6. Penampang Melintang Kemukus (Piper Cubeba L)


Penampang Melintang Buah Kemukus yang dikutip dari Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Materia Medika Indonesia, Jilid 1, 1978 Hal.
74 adalah sebagai berikut :

15 | P a g e
Keterangan :

1. Epikarp
2. Hipodermis dengan sel batu dan parenkim
3. Sel minyak didalam mesokarp
4. Parenkim mesokap
5. Endokarp
6. Kulit Biji
7. Perisperm
8. Butir pati
9. Sel minyak didalam perisperm

Mikroskopis buah kemukus terdiri dari jaringan epikarp terdiri dari satu
lapis sel berbentuk persegi panjang dnegan dinding luar menebal, berisi zat
berwarna kuning atau kecoklatan dan hablur kalium oksalat berbentuk prisma.
Kulit biji terdiri dari beberapa lapis sel terentang, tergensial, dan termampat,
berwarna

3.3.7. Kandungan Kimia Buah Kemukus (Piper Cubeba Fructus)


Buah kemukus mengandung minyak atsiri, seskuiterpen, asam kubebat, zat
pahit kubebin, piperina, piperidin, zat pati, gom dan resin. Sedangkan
minyaknya mengandung terpena, d-sabinene, dipentena, sineol, d-terpeneol,
kadinena, kadinol derivat seskuterpena Kadar minyak atsiri dari buah
kemukus menurut Heyne (1987) adalah 10 – 18 persen dari berat kering,
sedangkan menurut Guenther (1952), kadar minyak atsiri buah kemukus
sebesar 12,5 – 20 persen dari berat kering.
Buah yang kering mengandung minyak esensial sampai 10% yang terdiri
dari monoterpenes (sabinene 50%, carene, α-thujene, 1,4-cineol dan 1,8-
cineol) dan sesquiterpenes (copaene, α- dan β-cubebene, δ-cadinene,
caryophyllene, garmacrene, cubebol). Monoterpenes mendominasi dalam
jumlah, tetapi sesquiterpenes penting untuk karakteristik aroma dan rasa.

16 | P a g e
Komposisi kimia minyak atsiri termasuk biji kemukus umumnya dapat
dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
1. Kelompok hidrokarbon yang disusun oleh atom C dan H
terutama terdapat dalam bentuk senyawa terpen.
2. Kelompok oxygenated hydrocarbon yang disusun oleh atom C,
H, O dan terdapat dalam bentuk senyawa alcohol, ester, eter,
keton, fenol dan asam-asam organik. Kelompok ini disebut
senyawa terpen-o.
3. Beberapa senyawa kimia yang mengandung atom nitrogen (N) dan
belerang (S) (Heat, 1978).

Menurut Guenther (1960), buah kemukus mengandung 33 % d sabinen, 12 %


d-δ4- karen dan sineol, 11 % d-terpinen-4-ol dan alkohol lain, 14 % 1-kadinen dan
seskuiterpen lain, 17 % seskuiterpen alkohol dan 13 % komponen yang belum
teridentifikasi. Secara umum, komposisi kimia yang menyusun kemukus dapat dilihat
pada tabel 2.1 Selain senyawa – senyawa yang disebutkan di atas, pada biji kemukus
juga terdapat senyawa kampor kubeb (terutama pada buah yang tua). Hal ini
menyebabkan densitas minyak yang berasal dari buah kemukus tua lebih besar
daripada yang berasal dari buah kemukus muda. Rumus molekul senyawa ini adalah
C15H24H2O
esk(usiterpen hidrat) dengan titik cair 65 - 70°C tidak berbau dan nilai
optik (-) (levorotatori) (Ketaren, 1985).

Beberapa senyawa kimia yang terkandung dalam buah kemukus:

1. Sabinene (C10H16)
Sabinene adalah suatu monoterpen bisiklis yang secara alami
terdapat dalam bentuk dekstro dan levo. Merupakan cairan tidak
berwarna dan bersifat labil, memiliki berat jenis 0,844 g/ml dan titik
didih 163 – 164° C (www.wikipedia.com). Sabinen mempunyai aroma
lada, memiliki rasa hangat khas rempah-rempah dan pada konsentrasi
diatas 50 ppm terasa panas dan sedikit tajam di mulut. Banyak
digunakan dalam pembuatan minyak atsiri sintetis. Sabinene dapat
diperoleh dari minyak kemukus sebagai dekstro sabinene. Sabinene
merupakan senyawa terpen

17 | P a g e
2. Cineol (C10H18O)/ Eucalyptol
Merupakan monoterpen monosiklik berbentuk cairan bening
tidak berwarna dan bersifat larut dalam alkohol, minyak, kloroform
ester, asam asetat glasial dan sedikit larut dalam air. Mempunyai titik
didih 176°C – 177°C, bobot molekul 154,249 g/mol dan berat jenis
0,9225 g/cm3 (Boland et al., 1991). Memiliki bau segar, rasa pedas
dan dingin. Digunakan dalam perasa, parfum dan kosmetik serta
bahan tambahan pada rokok juga merupakan bahan yang digunakan
dalam penyegar mulut dan obat batuk. Eucalyptol telah ditemukan
dapat membunuh sel leukemia (Schiestl et al., 2004). Merupakan
komponen utama dalam pembasmi serangga Eugenia hailiensis.
Eucalyptol memiliki aktifitas antiseptik dan ekspektoran yang
digunakan pada banyak pelega hidung dan tenggorokan. Pada dunia
kedokteran hewan eucalyptol dipraktekkan sebagai obat rhinitis,
laryngitis, pharyngitis dan bronchitis (Jenkins et al., 1957). Eucalyptol
merupakan senyawa monoterpen-o.

3. Terpineol (C10H18O)
Merupakan monoterpen alcohol yang memiliki 3 isomer yaitu α
, β, γ merupakan cairan transparan tidak berwarna yang memiliki bobot
molekul 154,25 g/mol, berat jenis 0,938 g/cm3, indeks bias 1,4825 –
1,4850; dan titik didih antara 219°C. Larut dalam air, gliserol dan
alkohol. Terpeniol digunakan sebagai pelarut untuk hidrokarbon
material, pelarut untuk resin dan ester selulosa, parfum, sabun,
desinfektan, antioksida, serta perasa

4. Kadinen (C15H24)
Merupakan senyawa yang tergolong kedalam bisiklis
seskuiterpen yang memiliki bobot jenis 0,92, titik didih 275°C, tidak
larut dalam air dan larut dalam alkohol. Senyawa ini dipakai dalam
campuran parfum, campuran flavor, terutama sebagai pengikat dalam
flavor permen karena mempunyai sifat tahan atau stabil terhadap panas
dan meninggalkan aroma rempah- rempah yang lama merupakan
senyawa terpen.

18 | P a g e
5. α-Pinen (C10H16)
Merupakan cairan yang transparent dan tidak berwarna,
mempunyai bau terpen, tidak larut dalam air, larut dalam alkohol,
kloroform dan eter. Memiliki bobot jenis 0,8620 – 0,8645, titik didih
antara 156 – 160°C, indeks bias 1,4640 – 1,4660 dan nilai putaran
optic -36° merupakan senyawa terpen.

6. Limonene (C10H16)
Limonene merupakan hidrokarbon monoterpen yang terdiri dari
dua unit isoprene. Limonene terdapat dalam dua bentuk optikal aktif
yaitu l limonene dan d-limonene. Kedua isomer tersebut memiliki bau
yang berbeda, l limonene memiliki bau cemara dan seperti turpentine
sedangkan d-limonene memiliki bau jeruk (www.phytochemical.com).
Limonene memiliki densitas 0,8411 g/cm3 dan titik ddih 176°C.
Sebagai komponen utama dalam citrus, d-limonene digunakan dalam
industri makanan dan beberapa obat-obatan sebagai flavoring dan juga
ditambahkan pada produk pembersih (Simonsen, 1947). D-limonene
juga dapat digunakan sebagai pelarut yang dapat menggantikan
beberapa varietas produk seperti metil etil keton, aseton, toluene,
glikol eter, dan pelarut organic fluorinated dan chlorinated.

7. Linalool (C10H18O)
Linalool merupakan monoterpen-o alami yang ditemukan pada
bermacam bunga dan tanaman rempah. Memiliki berat jenis 0,858 –
0,868 g/cm3, titik didih 198 – 199°C dan putaran optik -16° - -19°..
Digunakan sebagai wangi-wangian pada sabun, deterjen, sampo dan
lotion.

8. Charyophyllene (C13H24)
Merupakan senyawa seskuiterpen bisiklis salah satu komponen
penyumbang rasa pedas pada lada hitam. Memiliki bobot molekul
204,36 g/mol, densitas 0,9052 dan titik didih sebesar 262 – 264°C
(Corey et al., 1964). Caryophyllene merupakan cairan minyak jernih
tidak berwarna dan merupakan senyawa terpen

19 | P a g e
9. Copaene (C15H24)
Nama copaene diturunkan dari resin tanaman copaiba.
Copaene merupakan hidrokarbon yang terdapat dalam bentuk α dan β.
Copaene merupakan trisiklik seskuiterpen dengan bentuk molekul
chiral, umumnya memiliki putaran optik ke kiri -6°, memiliki bobot
jenis 0,910 g/cm3 dan titik didih sebesar 124°C (15mmHg).

10. Germacrene(C15H24)
Germacrene merupakan senyawa hidrokarbon seskuiterpen
yang dapat diperoleh dari beberapa spesies tanaman. Germacrene
digunakan sebagai antimicrobial dan pestisida juga pheromones
serangga. Terdapat dalam dua bentuk molekul yaitu germacrene A
dan germacrene D.

11. Cubebol (C15H26O)


Cubebol adalah seskuiterpen alcohol alami yang pertama kali
diidentifikasi dari cubeb oil. Pada tahun 2001 telah dipatenkan oleh
sebagai cooling agent oleh Firmenich perusahaan flavor internasional.
Cubebol memiliki rasa dingin dan menyegarkan (Leffingwell, 2001).
Cubebol diaplikasikan sebagai penyegar pada berbagai produk seperti
permen karet, minuman, pasta gigi, dan gelatin.

12. Nerolidol (C15H26O)


Nerolidol merupakan seskuterpen-o alami yang memiliki dua
isomer yaitu cis dan trans yang berbeda secara geometri pada ikatan
rangkapnya. Nerlidol merupakan cairan jernih kekuningan beraroma
seperti mawar dan apel, sangat manis dan menyegarkan. Digunakan
sebagai pemberi rasa dan parfum.

3.3.8. Manfaat Kemukus (Piper Cubeba L)


Minyak kemukus banyak digunakan sebagai penguat rasa pada
makanan dan penggunaanya dalam bidang farmasi sudah diketahui sejak

20 | P a g e
zaman dahulu sebagai salah satu komponen ramuan tradisional/jamu karena
bersifat antiseptik, diuretik, karminatif, dan ekspektoran.
Khasiat kemukus terutama untuk penyakit kelamin (gonorhea),
bronchitis, radang kantung kemih, disentri dan penyakit perut lainnya. Bahkan
minyak ini juga digunakan sebagai campuran saus rokok untuk penyakit asma.
Pada tahun 2001, perusahaan flavor and fragrance terkemuka asal Swiss,
Firmenich, mematenkan cubebol yakni salah satu komponen yang terkandung
dalam minyak kemukus sebagai cooling and refreshing agent.

21 | P a g e
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Tananama Kemukus (Piper Cubeba L) merupakan tanaman khas Indonesia

4.2. Saran
Perlu ada

22 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Gembong Tjitrosoepomo Maret 2000, Morfologi Tumbuhan, UGM Press, Yogyakarta

Fahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Gembong Tjitrosoepomo April 1996, Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta, UGM Press,

Tjitrosoepomo, G. 1998. Taksonomi Umum: Dasar- Dasar Taksonomi Tumbuhan. Gadjah


Mada University Press. Yogyakarta.

Anonim, 1977, Materia Medika Indonesia, Jilid I, 74-79, Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Anonim, 1985, Tanaman Obat Indonesia, Jilid I, 44-45, Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Anonim, 2001, Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I), Jilid 2, 271-272, Departemen
Kesehatan & Kesejahteraan Sosial RI, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Jakarta

Singh, G. 1999. Plant Taxonomy. Science Publihser Inc. New Hampshire. US

23 | P a g e
DAFTAR LAMPIRAN

24 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai