Disusun oleh:
Dewi Nurhasanah (11161013)
Eva Novianti (11161022)
Putri Purnamasari (11161045)
Kelas : 2 FA1
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah dengan judul Motion Sickness
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.
Penyusun
Daftar Isi
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 4
1.2 Tujuan ...................................................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 6
2.1. Anatomi Telinga .................................................................................................... 6
Proses Pendengaran .......................................................................................... 10
Keseimbangan ..................................................................................................... 10
2.2. Defenisi ................................................................................................................ 11
2.3. Etiologi .................................................................................................................. 11
2.4. Patofisiologi ......................................................................................................... 11
2.5. Gejala dan Tanda ............................................................................................... 13
2.7 Penatalaksaan dan Pencegahan ..................................................................... 13
BAB III .............................................................................................................................. 14
KESIMPULAN ................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulisan refarat ini adalah untuk menambah wawasan dan
pengetahuan penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya, mengenai
topic bahasan Motion Sickness.
BAB II
PEMBAHASAN
Selain itu, di dalam koklea juga terdapat cairan limfa. Cairan tersebut
bergetar bila ada bunyi, getaran cairan tersebut merangsang ujung-ujung saraf
pendengaran (nervus auditori) dan oleh ujung-ujung saraf pendengaran
diteruskan ke otak untuk ditafsirkan sebagai suara.
Proses Pendengaran
Keseimbangan
Selain bagian pendengaran, bagian telinga dalam terdapat organ
keseimbangan. Bagian ini secara struktur terletak di belakang labirin yang
membentuk struktur utrikulus dan sakulus serta tiga salur setengah bulat atau
kanalis semisirkularis. Kelima bagian ini berfungsi mengatur keseimbangan badan
dan memiliki sel rambut yang akan dihubungkan dengan bagian keseimbangan
dari saraf vestibulokoklearis.
Kelainan sisten keseimbangan dan vestibuler mengenai lebih dari 30 juta
orang Amerika yang berusia 17 tahun ke atas dan mengakibatkan lebih dari
100.000 patah tulang panggul pada populasi lansia setiap tahun. Keseimbangan
badan dipertahankan oleh kerja sama otot dan sendi tubuh (sistem proprioseptif),
mata (sistem visual), dan labirin (sistem vestibuler). Ketiganya membawa
informasi mengenai keseimbangan, ke otak (sistem serebelar) untuk koordinasi
dan persepsi korteks serebelar. Otak, tentu saja, mendapatkan asupan darah dari
jantung dan sistem arteri. Satu gangguan pada salah satu dari daerah ini seperti
arteriosklerosis atau gangguan penglihatan, dapat mengakibatkan gangguan
keseimbangan. Aparatus vestibularis telinga tengah memberi unipan balik
mengenai gerakan dan posisi kepala, mengkoordinasikan semua otot tubuh, dan
posisi mata selama gerakan cepat gerakan kepala.
2.2. Defenisi
Motion sickness atau kinetosis, juga dikenal sebagai penyakit perjalanan, adalah
suatu kondisi dimana ada perbedaan antara sinyal yang diterima otak dari mata
dan organ-organ sesnsitif terhadap posisi lainnya termasuk sistem vestibular
mengeni posisi tubuh. Penyakit disekitar kita ini diindentifikasikan dengan
terminologi sebagai mabuk laut, mabuk udara, mabuk darat, mabuk ski, dan
bahkan mabuk gajah atau unta.
2.3. Etiologi
Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa konflik berasal dari dua organ penting
keseimbangan yaitu mata dan koklea di telinga dalam menyesuaikan diri terhadap
kecepatan yang berbeda ketika terjadinya gerakan. Mata menyesuaikan diri
secara cepat sedangkan telinga dalam lebih lama. Sampai kedua organ ini
menyesuaikan diri dan menetapkan sinyal yang indentik untuk dikimkan ke otak
maka kekacauan pemusatan perhatian terhadap posisi tubuh dapat terjadi.
Penyakit ini dapat diprovokasi oeh gerakan yang tiba-tiba seperti saat berada
diperjalanan yang tidak rata, penerbangan yang berputar, dan pelayaran yang
bergelombang.
2.4. Patofisiologi
Sekarang ini belum ada teori yang adekuat yang dapat menjelaskan perjalanan
penyakit ini. Dan ada banyak teori yang menjelaskan mengenai penyakit ini.
1. Teori darah dan sistem pencernaan. Teori ini menjelaskan bahwa muntah
adalah respon refleks dari iritasi mukosa lambung. Dan dari teori darah yaitu
karena aliran darah yang sedikit ke otak meyebabkan iritasi pada mata dan
secara cepat menyebabkan spasme kapiler otak yang menyebabkan muntah.
Dan teori ini ditolak karena individu yang kehilangan fungsi vestibular kebal
terhadap penyakit ini.
2. Teori detektor toksin. Sistem vestibuler bertindak sebagai detektor toksin. Otak
berkembang untuk mengetahui setiap perubahan yang terjadi di sistem
vestibular, visual dan informasi kinetotik sebagi bukti dari malfungsi sistem
saraf pusat. Inisiasi muntah adalah sebagai pertahanan melawan neurotoksin
yang mungkin termakan. Sistem detektor toksin yang utama adalah
kemoreseptor di nervus vagus dan di batang otak.
3. Teori perbedaan sensori berhubungan dengan perangsangan penyakit
sebagai perbedaan antara sistem vestibular sebagai transduser dengan
indera lain sebagai sinyal atau antara kanalis semisirkularis dan otolith yang
lebih spesifik terhadap tubuh yang bergerarak. Bagaimanapun juga, teori ini
kurang dapat menjelaskan dan tidak dapat mengindentifikasi kenapa
beberapa keadaan dapat memprovokasi dan keadaan yang lain tidak.
Binatang percobaan menunjukkan sensitivitas yang menurun cukup dalam
terhadap obat-obatan emesis setelah dilakukannya labirinthectomi bilateral.
Banyak perubahan baik secara autonim atau endokrin yang terjadi selama
terserang penyakit ini dan stress juga menyertainya. Pemindahan area proyeksi
vestibular di serebelum membuat monyet jadi tidak mudah terserang penyakit ini,
hal ini juga dapat membuktikan apakah pemindahan juga menyingkirkan respon
muntah terhadap obat-obatan yang menyebabkan muntah.
Muntah disebabkan oleh aktivasi yang terkoordinir antara otot polos dan
somatik yang menghasilkan perubahan yang tepat sesuai dengan tekanan
intrabadominal dan tekanan intrathoracic yang membuka spinkter esofagus.
Mekanisme koordinasi sistem saraf pusat adalah kompleks dan sekarang ini
sudah banyak dipahami secara baik. Penyakit ini yang parah dengan serangan
muntah yang hebat dan berulag dapat mengakibatkan suatu keadaan alkalosis
karena hilangnya ion hidrogen dan menyebabkan peningkatan ekskresi ginjal
terhadap bikarbonat yang mengakibatkan defesiensi klorida yang dapat
menyebabkan otot-otot melemah, konstipasi dan aritmia.
Hilangnya natrium dapat menyebabkan hipotensi, pelepasan Anti-Diuretic
Hormone (ADH) juga meningkat. Adanya sisitem vestibular tidaklah menjadi
penting lagi terhadap proses muntahnya. Muntah dapat ditimbulkan dari berbagai
aktivasi baik sentral atau perifer.
Kepekaan terhadap penyakit ini sulit ditentukan. Kepekaan terhadap satu
kondisi tertentu mungkin tidak dapat disamaratakan terhadap situasi yang lain.
Walaupun sistem vestibular penting terhadap penyakit ini tetapi kepekaan penyakit
ini tidak berhubungan dengan sensitivitas sistem vestibular. Setipa individu
mempunyai kepekaan yang bervariasi terhadap bentuk stimulasi yang berbeda.
Gerakan kepala yang dibuat selama rotasi tubuh yang pasif dapat
menyebabkan pola yang ganjil pada stimulasi sistem kanal dan organ-organ otolith.
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Higler, Adams Boeis. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi ke IV. 1997. Jakarta:
EGC.
2. Benson, Alan J. Motion Sickness. Disadur dari : www.motion sickness2.pdf
diakses pada 17 November 2017
3. Ikawati, Zullies. 2010. Motion Sickness Disadur dari
www.emedicinehealth.com diakses pada 17 November 2017
4. Sherman, Craig R, dkk. Motion Sickness: Review of Preventative Remedies.
Disadur dari : www.motionsickness.net.pdf diakses pada 16 November 2017