Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TERAPI KOMPLEMENTER
TERAPI ANTI GANGGUAN POLA NAPAS

DI SUSUN OLEH:
KELOMPPOK 4

NAMA-NAMA KELOMPOK
YUMIATI LEDA BOUKA 2018610091
DEVIKTORIAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG
2021

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karuni-Nya sehingga penyusun bisa menyelesaikan
makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah komunitas II Terapi
Komplementer, program studi Keperawatan,

Penyusun

iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................3

C. Tujuan........................................................................................................3

BAB II TERAPI HERBAL......................................................................................4

A. Tanaman Herbal Jahe Merah.....................................................................4

B. Kandungan Zat Aktif dari Herbal..............................................................4

C. Etiologi Jahe Merah untuk Asma..............................................................5

D. Pemanfaatan dalam Dunia Keperawatan...................................................5

BAB III PENUTUP.................................................................................................7

A. Kesimpulan................................................................................................7

B. Saran..........................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................8

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asma merupakan suatu penyakit obstruksi saluran nafas yang dapat mengenai mereka
yang memiliki faktor resiko. Penyakit ini mempunyai spektrum gejala klinis yang bervariasi
mulai dari ringan hanya berupa batuk, sampai berat berupa serangan yang mengancam jiwa.v
c Asma adalah gangguan inflamasi kronis pada saluran pernafasan ditandai episode berulang
mengi, sesak nafas, sesak dada, dan batuk. Berbagai sel inflamasi berperan terutama sel
mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag, neutrofil dan sel epitel (National Asthma Council,
2006). Menurut Scadding dan Godfrey dalam Oemiati et al ( 2010), asma merupakan
penyakit yang ditandai dengan variasi luas dalam waktu yang pendek terhambatnya aliran
udara dalam saluran nafas paru yang bermanifestasi sebagai serangan batuk berulang atau
mengi (bengek/weezing) dan sesak nafas biasanya terjadi di malam hari. (Pratama, 2017)
Mengutip data dari WHO, saat ini ada sekitar 300 juta orang yang menderita asma di
seluruh dunia. Terdapat sekitar 250.000 kematian yang disebabkan oleh serangan asma
setiap tahunnya, dengan jumlah terbanyak di negara dengan ekonomi rendah-sedang.
Prevalensi asma terus mengalami peningkatan terutama di negara-negara berkembang akibat
perubahan gaya hidup dan peningkatan polusi udara. Resiko kematian akibat asma jarang
terjadi, tetapi resiko kematian meningkat seiring dengan peningkatan usia, terutama pada
pasien lanjut usia dengan 4,4 kematian per 100.000 pasien (American Lung Association,
2010). Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, melaporkan prevalensi asma di Indonesia adalah
4,5% dari populasi, dengan jumlah kumulatif kasus asma sekitar 11.179.032. Asma
berpengaruh pada disabilitas dan kematian dini terutama pada anak usia 10-14 tahun dan
orang tua usia 75-79 tahun. Diluar usia tersebut kematian dini berkurang, namun lebih
banyak memberikan efek disabilitas. Saat ini, asma termasuk dalam 14 besar penyakit yang
menyebabkan disabilitas di seluruh dunia. (Muhammad Ikhwan Rizki, 2015).
Faktor pencetus asma menyebabkan fase sensitisasi, antibodi IgE meningkat. Alergen
akan berikatan dengan antibodi IgE dengan cara melekat pada sel mast. Sel mast
mengandung neutral triptase yang mempunyai bermacam aktivitas proteolitik antara lain

5
aktivasi komplemen, pemecahan fibrinogen dan pembentukan kinin menyebabkan sel ini
berdegranulasi mengeluarkan berbagai macam mediator. Beberapa mediator yang
dikeluarkan adalah histamin, leukotrien, faktor kemotaktik eosinofil dan bradikinin yang
berperan pada bronkokonstriksi. Hal itu akan menimbulkan efek edema lokal pada dinding
bronkiolus kecil, sekresi mukus yang kental dalam lumen bronkiolus, dan spasme otot polos
bronkiolus, sehingga menyebabkan inflamasi saluran napas. (Rengganis, 2008).
Masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar pada berbagai
kepulauan di seluruh Indonesia, memiliki banyak sekali produk budaya terutama yang
berhubungan dengan kesehatan. Produk budaya yang berhubungan dengan kesehatan
terwujud dalam bentuk obat tradisional dan cara tradisional yang digunakan masyarakat
untuk mengatasi permasalahan mereka dibidang kesehatan. Hal ini senada dengan Undang-
undang No. 36 tahun 2009, pasal 59 menyatakan berdasarkan cara pengobatannya,
pelayanan kesehatan tradisional terbagi menjadi pelayanan kesehatan tradisional yang
menggunakan keterampilan dan pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan ramuan.
Tanaman dapat menghasilkan metabolit sekunder yang memiliki banyak khasiat dalam
mengatasi berbagai penyakit (Heinrich et al, 2012). Kemampuan tanaman dalam mengatasi
berbagai penyakit disebabkan adanya efek sinergisme antar senyawa metabolit sekunder.
Selain itu, senyawa metabolit sekunder memiliki polivalent activity, sehingga
memungkinkan mengatasi berbagai penyakit (Bone & Mills, 2013). Obat tradisional yang
digunakan oleh masyarakat yang ada dibeberapa daerah di Indonesia sangat beragam.
Masyarakat disuatu daerah tertentu memiliki obat tradisional yang berbeda dengan
masyarakat daerah lainnya, hal ini dikarenakan keanekaragaman hayati yang terdapat
dilingkungan tempat mereka hidup serta kearifan lokal yang mereka miliki menjadi
penyebab munculnya bermacam-macam produk budaya. Berdasarkan hal tersebut, Asma
dapat di atasi dengan pengobatan non farmakologi berupa tanaman Herbal. (Hendy
Lesmana, 2009)

B. Rumusan Masalah
1. Apakah jenis-jenis obat herbal yang dapat mengatasi Asma?
2. Apa saja kandungan zat aktiv dalam Herbal dalam mengatasi Asma?
3. Bagaimana etiologi herbal jahe merah untuk obat Asma?
4. Bagaimana pemanfaatan pengobatan Herbal dalam Dunia Keperawatan?

6
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Diharapkan mampu memberikan pengetahuan dan membuat riset mendalam mengenai
Pengobatan Herbal pada Penyakit Gangguan Pola Nafas (Asma).
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi dari Pengobatan Herbal dan Penyakit Asma
b. Mengetahui jenis-jenis obat herbal untuk mengatasi Asma
c. Mengetahui etiologi dari Pengobatan Herbal dengan Jahe Merah terhadap penyakit
Asma
d. Mengetahui bagaimana pemanfaatan obat Herbal dalam Dunia Keperawatan

7
BAB II

TERAPI HERBAL

A. Tanaman Herbal Jahe Merah


Tumbuhan herbal adalah tumbuh-an atau tanaman obat yang dapat dimanfaatkan untuk
pengobatan tradi-sional terhadap penyakit. Sejak zaman dahulu, tumbuhan herbal berkhasiat
obat sudah dimanfaatkan oleh masyarakat Jawa. Pengobatan tradisional terhadap penyakit
tersebut menggunakan ramuan-ramuan dengan bahan dasar dari tumbuh-tumbuhan dan
segala sesuatu yang berada di alam. Sampai sekarang, hal itu banyak diminati oleh
masyarakat karena biasanya bahan-bahannya dapat ditemukan dengan mudah di lingkungan
sekitar (Suparmi & Wulandari, 2012).
Jahe merah (Zingiber offcinale Linn. Var. rubrum) merupakan tanaman obat berupa
tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe merah termasuk dalam suku temu-temuan
(zingiberaceae), satu keluarga dengan temu-temuan yang lain seperti temu lawak, temu
hitam, kunyit dan kencur.Tanaman jahe merah suatu tanaman rumput-rumputan tegak
dengan ketinggian 30-100 cm, namun kadang-kadang tingginya mencapai 120 cm. Daunnya
sempit, berwarna hijau, bunganya kuning kehijauan dengan bibir bunga ungu gelap,
rimpangnya berwarna merah, dan akarnya bercabang-cabang, berwarna kuning dan berserat
(Arobi, 2010).

B. Kandungan Zat Aktif dari Herbal


Jahe merah mengandung komponen minyak menguap (volatile oil) dan minyak tak
menguap (non-volatile oil) dan pati. Minyak menguap disebut minyak atsiri merupakan
komponen pemberi aroma khas, sedangkan minyak yang tak menguap disebut oleoresin
merupakan komponen pemberi rasa pedas dan pahit. Komponen yang terdiri dari oleoresin
merupakan kandungan jahe merah yang meliputi fixed oil yang terdiri dari zingerol, shogaol
dan resin (Herlina et al dalam Arobi 2010).

8
C. Etiologi Jahe Merah untuk Asma
Para peneliti menemukan bahwa jaringan yang diberi kombinasi ekstrak jahe merah dan
isoproterenol menunjukkan respon relaksasi secara signifikan lebih besar dibandingkan
mereka yang diobati hanya dengan isoproterenol. Secara khusus, campuran 6-shogaol
menjadi yang paling efektif.Setelah melihat efek dari ekstrak jahe merah, para peneliti
melihat mekanisme di balik efek aditif dengan berfokus pada enzim paru-paru yang disebut
phosphodiesterase4D (PDE4D), karena penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa
senyawa kimia dapat menghambat relaksasi jaringan ASM. Menggunakan metode yang
disebut polarisasi neon, tim menemukan bahwa ketiga ekstrak tersebut mampu menghambat
PDE4D. Mereka juga menemukan bahwa ekstrak 6shogaol sangat efektif dalam melarutkan
filamen aktin F-, struktur protein yang berperan dalam penyempitan ASM. Data ini
menunjukkan bahwa senyawa 6-gingerol, 8-gingerol dan shogaol 6 ketika bersinergi dengan
β-agonis dapat menjadi suatu terapi mengurangi gejala asma. Perkembangan ekstrak
jahe merah menjadi obat yang signifikan mengobati jutaan pasien asma di seluruh dunia
(Smith dalam web RSUA, 2013 dalam Kartini & Pratama, 2017).

D. Pemanfaatan dalam Dunia Keperawatan


Manfaat jahe merah baru saja diproklamirkan pada Konferensi Internasional American
Thoracic Society 2013 di Philadelphia. Dalam pertemuan ini dinyatakan bahwa jahe merah
atau akar pedas pedas dapat membantu penderita asma bernapas lebih mudah.Dalam studi
tersebut, peneliti menyelidiki apakah komponen jahe merah bisa meningkatkan efek beta-
agonis. Obat asma yang disebut beta-agonis (β-agonis) bekerja dengan relaksasi otot
polos (ASM) jaringan di saluran napas.Elizabeth Townsend, doktor di Universitas Columbia
Departemen Anestesiologi menyatakan bahwa dalam penelitian tersebut, komponen jahe
merah dapat bekerja secara sinergis dengan β-agonis untuk merelaksasi jaringan otot di
saluran nafas atau yag disebut ASM.Dalam studi tersebut, para peneliti mengambil sampel
ASM untuk neurotransmitter asetilkolin. Tim kemudian menggabungkan isoproterenol
β-agonis dengan tiga ekstrak jahe merah terpisah: 6gingerol, 8-gingerol atau 6-shogaol
(Kartini & Pratama, 2017).
Penelitian yang dilakukan oleh Kartini & Pratama, 2017 yang berjudul POTENSI
EKSTRAK JAHE MERAH SEBAGAI TERAPI ALAMI KEJADIANASMA PADA

9
ATLET menyebutkan bahwa Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa kandungan ekstrak jahe merah dapat membantu penderita asma bernafas
lebih mudah, karena kandungan ekstrak jahe merah dapat meningkatkan efek beta-agonis
yang bekerja dengan relaksasi otot polos (ASM) sehingga dapat menjadi terapi alami yang
baik untuk mengurangi gejala asma.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Asma adalah gangguan inflamasi kronis pada saluran pernafasan ditandai episode
berulang mengi, sesak nafas, sesak dada, dan batuk. Berbagai sel inflamasi berperan
terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag, neutrofil dan sel epitel (National
Asthma Council, 2006).
Tumbuhan herbal adalah tumbuh-an atau tanaman obat yang dapat dimanfaatkan untuk
pengobatan tradi-sional terhadap penyakit. Sejak zaman dahulu, tumbuhan herbal berkhasiat
obat sudah dimanfaatkan oleh masyarakat Jawa.
Jahe merah (Zingiber offcinale Linn. Var. rubrum) merupakan tanaman obat berupa
tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe merah termasuk dalam suku temu-temuan
(zingiberaceae), satu keluarga dengan temu-temuan yang lain seperti temu lawak, temu
hitam, kunyit dan kencur.Tanaman jahe merah suatu tanaman rumput-rumputan tegak
dengan ketinggian 30-100 cm, namun kadang-kadang tingginya mencapai 120 cm.
Penelitian yang dilakukan oleh Kartini & Pratama, 2017 menyebutkan bahwa
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kandungan
ekstrak jahe merah dapat membantu penderita asma bernafas lebih mudah, karena
kandungan ekstrak jahe merah dapat meningkatkan efek beta-agonis yang bekerja dengan
relaksasi otot polos (ASM) sehingga dapat menjadi terapi alami yang baik untuk mengurangi
gejala asma.

B. Saran
Dengan adanya tersusunnya makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi pembaca maupun
penulis. Dalam penulisan ini kami penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan yang
terdapat pada makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Arobi, I. 2010. Pengaruh Ektsrak Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc) Terhadap Perubahan
Pelebaran Alveolus Paru-paru Tikus (Rattus norvegicus) Yang Terpapar Alletthrin.
Skripsi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang.
Hendy Lesmana, A. P. (2009). PENGOBATAN TRADISIONAL PADA MASYARAKAT
TIDUNG KOTA TARAKAN: STUDY KUALITATIF KEARIFAN LOKAL BIDANG
KESEHATAN. Jurnal Ners Vol.4 No.1 , 9-18.
Muhammad Ikhwan Rizki, L. C. (2015). Tanaman dengan Aktivitas Anti-Asma. Jurnal
Pharmascience .
Pratama, P. R. (2017). POTENSI EKSTRAK JAHE MERAH SEBAGAI TERAPI ALAMI
KEJADIAN ASMA PADA ATLET.
Rengganis, I. (2008). Diagnosis dan Tatalaksana Asma Bronkial. Majalah Kedokteran Indonesia
, 58(11):444-451.
Suparmi, & Wulandari, A. 2012. Herbal Nusantara 1001 Ramuan Tradisional Asli Indonesia.
Yogyakarta: Andi Offset.
Yessy Susanty Sabri, Y. C. (2014). Penggunaan Asthma Control Test (ACT) secara Mandiri oleh
Pasien untuk Mendeteksi Perubahan Tingkat Kontrol Asmanya. Jurnal Kesehatan
Andalas .

12

Anda mungkin juga menyukai