Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN KELUARGA

DENGAN HIPERTENSI

DI SUSUN OLEH:
YUMIATI LEDA BOUKA
2018610091

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Konsep Dasar Maslah Kesehatan Utama ( Hipertensi)


A. Pengertian
Tekanan darah merupakan tekanan yang dialami oleh darah pada pembuluh darah arteri
ketika darah di pompa oleh jantung keseluruh tubuh. Tekanan darah diambil dengan
mengambil dua ukuran dan biasanya ditulis sebagai berikut = 120/80 mmHg. Nomor atas
(120) menunjukan tekanan ke Nomor bawah (80) menunjukan tekanan saat jantung
beristirahat diantaranya pemompaan jantung, ( Umar, 2012 ).
Tekanan darah dalam sisi kondisinya hampir mirip dengan tekanan darah rendah seperti
kepala sangat pening dan berat, tubuh terasa berat, bagian tengkuk terasa kaku dan tubuh
terasa lemas. Diantara penyebabnya terlalu banyak memikirkan hal-hal yang berat, atau
gangguan pada urat saraf.( Sunar, 2012 ).
B.Etiologia
 Hipertensi primer atau esensial adalah tidak dapat diketahuin penyebabnya.
Hipertensi esensial biasanya dimulai sebagai proses labil(intermiten) pada individu pada
akhir 30-an dan 50-an dan secara bertahap “ menetap “ pada suatu saat dapat juga terjadi
mendadak dan berat, perjalanannya dipercepat atau “maligna“ yang menyebabkankondisi
pasien memburuk dengan cepat. Penyebab hipertensi primer atauesensial adalah gangguan
emosi, obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan, kopi, obat – obatan, factor keturunan
(Brunner & Suddart,2015). Sedangkan menurut Robbins (2007), beberapa faktor yang
berperan dalam hipertensi primer atau esensial mencakup pengaruhgenetik dan pengaruh
lingkungan seperti: stress, kegemukan, merokok,aktivitas fisik yang kurang, dan konsumsi
garam dalam jumlah besar dianggap sebagai faktor eksogen dalam hipertensi
 Hipertensi sekunder Hipertensi sekunder adalah kenaikan tekanan darah dengan
penyebabtertentu seperti penyempitan arteri renalis, penyakit parenkim ginjal,
berbagai obat, disfungsi organ, tumor dan kehamilan (Brunner & Suddart,2015).
Sedangkan menurut Wijaya & Putri (2013), penyebab hipertensisekunder
diantaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor, diabetes,kelainan adrenal, kelainan
aorta, kelianan endokrin lainnya sepertiobesitas, resistensi insulin, hipertiroidisme
dan pemakaian obat-obatanseperti kontrasepsi oral dan kartikosteroi
C.. Patofisiologi
Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantungdan tahanan perifer. Tubuh mempunyai sistem
yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut. Sistem tersebut ada yang
bereaksiketika terjadi perubahan tekanan darah dan ada juga yang bereaksi ketikaterjadi
perubahan tekanan darah secara akut. Sistem tersebut ada yang bereaksi ketika terjadi perubahan
tekanan darah dan ada yang bereaksi lebihlama. Sistem yang cepat tersebut antara lain reflek
kardiovaskular melalui baroreseptor, reflek kemorereptor, respon iskemia susunan saraf pusat,
danreflek yang berasal dari atrium, arteri pulmonalis, dan otot polos. Sistem lainyang kurang
cepat merespon perubahan tekanan darah melibatkan responginjal dengan pengaturan hormon
angiotensin dan vasopresor.Kejadian hipertensi dimulai dengan adanya atherosklerosis
yangmerupakan bentuk dari arterioklerosis (pengerasan arteri). Antherosklerosisditandai oleh
penimbunan lemak yang progresif pada dinding arteri sehinggamengurangi volume aliran darah
ke jantung, karena sel-sel otot arteritertimbun lemak kemudian membentuk plak, maka terjadi
penyempitan padaarteri dan penurunan elastisitas arteri sehingga tidak dapat mengatur
tekanandarah kemudian mengakibatkan hipertensi. Kekakuan arteri dan kelambananaliran darah
menyebabkan beban jantung bertambah berat yangdimanisfestasikan dalam bentuk hipertrofo
ventrikel kiri (HVK) dangangguan fungsi diastolic karena gangguan relaksasi ventrikel kiri
sehinggamengakibatkan peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi (Hull,1996; dalam
Bustan 2007).
Berdasarkan uraian patofisiologi hipertensi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi dimulai
adanya pengerasan arteri. Penimbunan lemak terdapat pada dinding arteri yang mengakibatkan
berkurangnya volumecairan darah ke jantung. Penimbunan itu membentuk plak yang
kemudianterjadi penyempitan dan penurunan elastisitas arteri sehingga tekanan darah.
D. Tanda dan gejala
Beberapa gejala hipertensi antara lain : Sulit tidur , Kaku kuduk, Gelisah, Pusing , Dada
berdebar-debar, Lemas, Sesak nafas, Berkeringat, Cepat marah, Pendarahan hidung, Tekuk
terasa berat, Telinga berdenging, Sering kencing di malam hari, Kejang-kejang, (price, 2005;
cahyono, 2008; corwin, 2005). Dan juga ada beberapa tanda dan gejala lainnya:

 Nyeri kepala saat terjaga, kadang–kadang disertai mual dan muntahakibat


peningkatan tekana intracranial.
 Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi
 Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat,
 Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.
 Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler
F. Pemeriksaan penunjang
a. Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadapvolume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti hipokoagulabilitas,
anemia.
b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
c. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi)dapat diakibatkan
oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi)
d. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteronutama (penyebab)
atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkanhipertensi.
f. Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapatmengindikasikan pencetus
untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa(efek kardiovaskuler)
g. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan vasikonstriksidan hipertensi.
h. .Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme primer (penyebab).
i. .Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjaldan atau adanya
diabetes.
j. VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat mengindikasikanadanya
feokomositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat digunakanuntuk pengkajian
feokromositoma bila hipertensi hilang timbul
k. .Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resikoterjadinya
hipertensi.
l. .Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,feokromositoma atau
disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar rennindapat juga meningkat.
m. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit parenkim ginjal, batu
ginjal dan ureter.
n. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub;deposit pada dan/
EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.
o. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, ataufeokromositoma.
p. EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguankonduksi.
Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah salah satutanda dini penyakit jantung
hipertensi
E. Komplikasi
Hipertensi yang tidak ditanggulangi dalam jangka panjang akanmenyebabkan kerusakan arteri
didalam tubuh sampai organ yang mendapatsuplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi
hipertensi dapat terjadi padaorgan-organ tubuh menurut Wijaya & Putri (2013), sebagai berikut:

 Jantung
Hipertensi dapat menyebab terjadinya gagal jantung dan penyakit jantungkoroner. Pada
penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat,otot jantung akan mengendor
dan berkurang elastisitasnya, yang disebutdekompensasi. Akibatnya, jantung tidak lagi
mampu memompa sehingga banyaknya cairang yang tetahan diparu maupun jaringan
tubuh lain yangdapat menyebabkan sesak nafas atau oedema. Kondisi ini disebut gagal
jantung.
 Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke, apabilatidak diobati resiko
terkena stroke 7 kali lebih besar.
 Ginjal
Hipertensi juga menyebabkan kerusakan ginjal, hipertensi dapatmenyebabkan
kerusakan system penyaringan didalam ginjal akibatlambat laun ginjal tidak mampu
membuang zat-zat yang tidak dibutuhkantubuh yang masuk melalui aliran darah dan
terjadi penumpukan di dalamtubuh.
 Mata
Hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensi dan dapatmenimbulkan
kebutaan

2. konsep dasar keluarga


a. Definisi Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergaung karenahubungan darah,
hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidupdalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain di dalam perannyamasing – masing menciptakan serta
mempertahankan kebudayaan (Friedman,2010).
Konsep keluraga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan olehikatan
perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan danmempertahankan budaya
yang umum : meningkatkan perkembangan fisik,mental, emosional dan sosial dari tiap
anggota. Keluarga merupakan aspek terpenting dalam unit terkecil dalam masyarakat,
penerima asuhan, kesehatananggota keluarga dan kualitas kehidupan keluarga saling
berhubungan, danmenempati posisi antara individu dan masyarakat (Harmoko,
2012).Beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluargamerupakan
sekumpulan orang yang terikat oleh ikatan perkawinan, darahserta adopsi dan tinggal
dalam satu rumah.
b.Tipe Keluarga
Tipe keluarga menurut Harmoko tahun (2012) yaitu sebagai berikut :
 Nuclear Family
(Keluarga Inti)Keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh
dariketurunannya atau adopsi atau keduanya.
 Extended Family
(Keluarga Besar)Keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih
mempunyaihubungan darah, seperti kakek, nenek, paman, dan bibi.
 Reconstitud Nuclear
Pemebentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali,suami / istri tinggal
dalam pembentukan satu rumah dengan anak – anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan
lama maupun hasil dari perkawinan baru datu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.
 Niddle Age /Aging Couple
Keluarga dimana suami sebagai pencari uang dan istri di rmah atau kedua-duanya bekerja
di rumah, sedangkan anak-anak sudah meninggalkanrumah karena sekolah / menikah /
meniti karier.
 Dyadic Nuclea
Keluarga dimana suami-istri sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya
atau salah satunya bekerja di luar umah.
 Single Parent
Keluarga yang hanya mempunyai satu orang tua sebagai akibat perceraianatau kematian
pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah ataudi luar rumah.
 Dual Carrier
Keluarga dengan suami – istri yang kedua-duanya orang karier dan tanpamemiliki anak.
 Three Generation
Keluarga yang terdiri atas tiga generasi atau lebih yang tinggal dalam saturumah.
 Comunal
Keluarga yang dalam satu rumah terdiri dari dua pasangan suamiistri ataulebih yang
monogamy berikut anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
 Cohibing Couple
Keluarga dengan dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersamatanpa ikatan
perkawinan.
 Composite
Keluarga dengan perkawinan poligami dan hidup/tinggal secara bersama-sama dalam
satu rumah
C. Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi,sifat, kegiatan yang
berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasitertentu.
Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dan keluarga,
kelompok dan masyarakat. Menurut Friedman (2010) berbagai peranan yang terdapat di dalam
keluarga adalah sebagai berikut :
 Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak – anak, berperan sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagaikepala keluarga, sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagaianggota masyarakat dari lingkunganya.
 Ibu sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya, ibu mempunyai perananuntuk mengurus
rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik bagi anak – anaknya, pelindung dan
sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialserta sebagai anggota masyarakat di
lingkungannya, disamping itu jugaibu perperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya.
 Anak – anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya
baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
D. Tugas Keluarga
 Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
 Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
 Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannyamasing-
masing.
 Sosialisasi antar anggota keluarga.
 Pengaturan jumlah anggota keluarga.
 Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
 Membangkitkan dorongan dan semangat pada anggota keluarga.

3. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Fokus Pengkajian
Format pengkajian keluarga model Friedman (2010) yang diaplikasikan ke kasus dengan
masalah utama hipertensi meliputi :
a. Data umum
Menurut Friedman (2010), data umum yang perlu dikaji adalah :
1) Nama kepala keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis kelamin,umur,
pekerjaan dan pendidikan.
2) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau masalah-masalah
yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga
3) Status sosial ekonomi Keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala
keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu social ekonomi keluarga
ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta
barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.
b. Riwayat Keluarga dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari keluarga ini.
2) Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan
mengenai tugas perkembangan keluaruarga yang belum terpenuhi oleh keluarga
serta kendala-kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat keluarga inti meliputi riwayat penyakit
keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian
keluarga terhadap pencegaha penyakit termasuk status imunisasi, sumber
pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga dan pengalaman terhadapa
pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga dari pihak suami dan istri.
c. Pengkajian lingkungan
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat tipe rumah,jumlah ruangan, jenis
ruang, jumlah jendela, jarak septic tankdengan sumber air, sumber air minum yang
digunakan, tanda catyang sudah mengelupas, serta dilengkapi dengan denah rumah
(Friedman, 2010).
d. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji seberapa jauh keluarga saling asuh dan saling mendukung,
hubungan baik dengan orang lain, menunjukkan rasa empati, perhatian terhadap
perasaan (Friedman, 2010).
2) Fungsi sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota
keluarga belajar disiplin, penghargaan, hukuman serta memberi dan menerima
cinta (Friedman, 2010).
3) Fungsi keperawatan
a) Keyakinan, nilai, dan prilaku kesehatan : menjelaskan nilai yang dianut
keluarga, pencegahan, promosi kesehatan yang dilakukan dan tujuan
kesehatan keluarga (Friedman, 2010).
b) Status kesehatan keluarga dan keretanan terhadap sakit yang dirasa:
keluarga mengkaji status kesehatan, masalah kesehatan yang membuat
kelurga rentan terkena sakit dan jumlah kontrol kesehatan (Friedman,
2010).
c) Praktik diet keluarga : keluarga mengetahui sumber makanan yang
dikonsumsi, cara menyiapkan makanan, banyak makanan yang dikonsumsi
perhari dan kebiasaan mengkonsumsi makanan kudapan (Friedman, 2010).
d) Peran keluarga dalam praktik keperawatan diri : tindakan yang dilakukan
dalam memperbaiki status kesehatan, pencegahan penyakit, perawatan
keluarga dirumah dan keyakinan keluarga dalam perawatan dirumah
(Friedman, 2010).
e) Tindakan pencegahan secara medis : status imunisasi anak, kebersihan gigi
setelah makan, dan pola keluarga dalam mengkonsumsi makanan
(Friedman, 2010).
4) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah : berapa
jumlah anak, apa rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota keluarga,
metode yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota
keluarga (Padila, 2012).
5) Fungsi ekonomi
Data ini menjelaskan mengenai kemampuan keluarga dalam memenuhi
sandang, pangan, papan, menabung, kemampuan peningkatan status kesehatan.
e. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga, metode yang digunakan
sama dengan pemeriksaan fisik klinik head to toe.

2. Fokus Diagnosa Keperawatan Keluarga


Diagnosa keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diagnosis ke system
keluarga dan subsitemnya serta merupakan hasil pengkajian keperawatan. Diagnosis
keperawatan keluarga termasuk masalah kesehatan aktual dan potensial dengan perawat
keluarga yang memiliki kemampuan dan mendapatkan lisensi untuk menanganinya
berdasarkan pendidikan dan pengalaman ( Friedman, 2010). Tipologi dari diagnosa
keperawatan adalah:
a. Diagnosa keperawatan keluarga aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan).
b. Diagnosa keperwatan keluarga resiko (ancaman) dirumuskan apabila sudah ada data
yang menunjang namun belum terjadi gangguan.
c. Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera (potensial) merupakan suatu kedaan
dimana keluarga dalam kondisi sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat
ditingkatkan.

Diagnosa yang bisa didapat dari (Doengoes, 2010), (Nanda, 2014) dan (Friedman, 1998
dalam muhlisin 2012) :
a. Nyeri (akut), sakit kepala berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit hipertensi.
b. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah hipertensi.
c. Resiko injury (jatuh) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
penyakit hipertensi.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit.
e. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit hipertensi.

Skala Prioritas Masalah (Baylon & Maglaya, 1978 dalam Padila, 2012)
Kriteria Skor Bobot
1) Sifat masalah :
a) Aktual (tidak/kurang sehat) 3
1
b) Ancaman kesehatan 2
c) Keadaan sejahtera 1
2) Kemungkinan masalah dapat diubah
2
a) Mudah 2
b) Sebagian 1
c) Tidak dapat 0
3) Potensi masalah untuk dicegah :
a) Tinggi 3
1
b) Cukup 2
c) Rendah 1
4) Menonjolnya masalah:
a) Masalah dirasakan dan perlu 2
segera ditangani 1
1
b) Masalah dirasakan tapi tidak 0
perlu segera ditangani
c) Masalah tidak dirasakan
Total Skor

Keterangan :
Total Skor didapatkan dengan: Skor (total nilai kriteria) x Bobot = Nilai Angka tertinggi
dalam skor Cara melakukan Skoring adalah :
a. Tentukan skor untuk setiap criteria
b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot
c. Jumlah skor untuk semua criteria
d. Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor diagnosa keperawatan
keluarga.

3. Fokus Intervensi Keperawatan Keluarga


Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosis
keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga, dengan merumuskan
tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternative dan sumber, serta menentukan
prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak, atau
standar, tetapi dirancang bagi keluarga tertentu dengan siapa perawat keluarga sedang
bekerja (Friedman, 2010).
a. Nyeri (akut), sakit kepala berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit hipertensi.
Tujuan umum : nyeri hilang.
Tujuan khusus: keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi.
Intervensi :
1) Ajarkan keluarga cara perawatan bagi penderita hipertensi khususnya yang
mempunyai nyeri.
2) Gunakan teknik dan peralatan yang diketahui atau yang ada dirumah untuk
membantu perawatan nyeri.
3) Ajarkan teknik relaksasi bagi keluarga yang menderita hipertensi.
4) Pantau keluarga dalam melakukan perawatan nyeri.
b. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah hipertensi.
Tujuan umum : keluarga mampu berpartisipasi dalam aktifitas yang menurunkan
tekanan darah atau beban kerja jantung.
Tujuan khusus : keluarga mampu mengenal hipertensi khususnya untuk
mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang dapat diterima.
Intervensi :
1) Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurangi aktifitas/keributan
lingkungan.
2) Pertahankan pembatasan aktifitas, seperti istirahat ditempat tidur/kursi.
3) Lakukan tindakan tindakan yang nyaman, seperti pijatan punggung dan leher,
meninggikan kepala di tempat tidur.
4) Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi, aktifitas pengalihan.
c. Resiko injury (jatuh) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
penyakit hipertensi.
Tujuan umum : keluarga mampu mencegah resiko injury (jatuh).
Tujuan khusus: keluarga mampu mengenal hipertensi khususnya pada masalah
resiko injury (jatuh).
Intervensi :
1) Beri informasi tentang pengertian, penyebab, tanda gejala dan perawatan
hipertensi.
2) Kaji ulang visus klien, tanyakan keluhan terhadap pandangan kabur.
3) Dorong sikap emosi yang sehat dalam menghadapi penyakit hipertensi.
4) Pantau keluarga dalam melakukan perawatan dalam mengatasi masalah
hipertensi.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit hipertensi.
Tujuan Umum : agar tidak terjadi intoleransi aktivitas.
Tujuan Khusus : keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi.
Intervensi :
1) Ajarkan keluarga cara perawatan bagi penderita hipertensi khususnya yang
mempunyai masalah intoleransi aktivitas.
2) Gunakan teknik dan peralatan yang ada dirumah untuk membantu perawatan
intoleransi aktivitas.
3) Pantau keluarga dalam melakukan perawatan dalam mengatasi masalah
intoleransi aktivitas.
4) Instruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari makanan dengan
kejenuhan lemak tinggi, dan kolesterol.
e. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit hipertensi .
Tujuan Umum : volume cairan kembali normal.
Tujuan Khusus : keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi.
Intervensi :
1) Ajarkan keluarga cara perawatan bagi penderita hipertensi khususnya yang
mempunyai masalah intoleransi aktivitas.
2) Gunakan teknik dan peralatan yang ada dirumah untuk membantu perawatan
intoleransi aktivitas.
3) Pantau keluarga dalam melakukan perawatan dalam mengatasi masalah
intoleransi aktivitas.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Z. 2010. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC


Anonim. 2013. Penyakit Hipertensi Dan Cara Penanganannya. Diakses 5 Maret 2019 Dari
https://health.detik.com/berita-detikhealth.ac/3503396/penanganahipertensi6789sebut-kasus-
hipertensi-di-indonesia-terus-089/unfiles/sehat.html
Black & Hawk. 2014. Medikal Surgical Nursing Clinical Management for Positive outcomes
(Ed. 7). St. Louis : Missouri Elsevier Saunders.
Brunner & Suddarth. 2015. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : ECG.
Bustan, M.N. 2007. Epidemologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan 2. Jakarta: Rineka Cipta
Doengoes. M. E, Et. Editor Monica, E. 2010. Nursing Care Plans Guidelines for Planning and
Documenting Patient Care, Edisi 3. Alih Bahasa: Kariasa IM. Jakarta: EGC
Friedman, Marilyn M dkk. 2010. Buku Ajar : Keperawatan Keluarga Riset, Teori & Praktik.
Jakarta : EGC
Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Koes Irianto. 2014. Epideminologi Penyakit Menular dan Tidak Menular Panduan Klinis.
Bandung: IKAPI
Nanda. 2014. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC
Robbins. 2007. Buku ajar : Patologi. Jakarta : EGC
Muttaqin A. 2012. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika
Riskedas. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Depkes RI
Smeltzer, S. C. And Bare, B. G. 2012.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Sudart
Edisi 8. Jakarta: EGC
Triyanto, Endang. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi secara Terpadu.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wijaya, Andra S &Putri, Yesi M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika
Yonata, A., Satria, A. 2016. Hipertensi sebagai Faktor Pencetus Terjadinya Stroke. Majority
Yusuf, I. 2008. Hipertensi Sekunder. Jurnal Medicines.

Anda mungkin juga menyukai