Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri dari zat tembus
cahaya. Lensa tidak memiliki pembuluh darah dan tidak memiliki pembuluh limfe. Lensa
berbentuk cakram bikonveks dan transparan, yang terletak di dalam bilik mata belakang.
Pada keadaan normal, cahaya atau gambar yang masuk akan diterima oleh lensa mata,
kemudian akan diteruskan ke retina, selanjutnya rangsangan cahaya atau gambar tadi
akan diubah menjadi sinyal / impuls yang akan diteruskan ke otak melalui saraf
penglihatan dan akhirnya akan diterjemahkan sehingga dapat dipahami.
Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di
dalam kapsul lensa. Epitel lensa membentuk serat lensa secara terus-menerus sehingga
mengakibatkan memadatnya serat di bagian sentral sehingga membentuk nukleus lensa.
Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa
yang paling tua. Di bagian luar nukleus terdapat serat yang lebih muda disebut korteks
lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus disebut korteks anterior,
sedangkan yang di belakang nukleus disebut korteks posterior. Nukleus memiliki
konsistensi yang lebih keras dibandingkan korteks. Di bagian perifer kapsul lensa
terdapat Zonula Zinn yang menggantungkan lensa di seluruh equatornya pada badan
siliar. Serat zonula yang berasal dari lamina basal pars plana dan pars plikata badan silier.
Serat-serat zonula ini menyatu dengan lensa pada bagian anterior dan posterior kapsul
lensa.
Secara fisiologik, lensa memiliki sifat tertentu:
1. Kenyal atau lentur karena memegang peranan penting dalam akomodasi untuk
menjadi cembung
2. Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan
3. Terletak di tempatnya
Keadaan patologik lensa dapat berupa:
1. Kekenyalan berkurang pada orang tua sehingga mengakibatkan presbiopi
2. Keruh atau disebut katarak
3. Tidak berada di tempatnya atau subluksasi atau luksasi
1
Gambar 1. Kedudukan Lensa di Bola Mata
Sel-sel berubah menjadi serat, lalu serat baru akan terbentuk dan akanmenekan serat-
serat lama untuk berkumpul di bagian tengah lensa. Serat-serat paling tua yang terbentuk
merupakan lensa fetus yang diproduksi pada fase embrionik dan masih menetap hingga
sekarang. Serat-serat yang baru akanmembentuk korteks dari lensa (AAO, 2011).
B. Fisiologi Lensa
Lensa tidak memiliki pembuluh darah maupun sistem saraf. Untuk mempertahankan
kejernihannya, lensa harus menggunakan aqueous humor sebagaipenyedia nutrisi dan sebagai
tempat pembuangan produknya. Namun hanya sisianterior lensa saja yang terkena aqueous
humor. Oleh karena itu, sel-sel yang beradadi tengah lensa membangun jalur komunikasi
terhadap lingkungan luar lensa dengan membangun low-resistance gap junction antarsel.
Lensa normal mengandung 65% air, dan jumlah ini tidak banyak berubahseiring
bertambahnya usia. Sekitar 5% dari air di dalam lensa berada di ruangan ekstrasel.
Konsentrasi sodium di dalam lensa adalah sekitar 20µM dan potasiumsekitar 120µM.
Konsentrasi sodium di luar lensa lebih tinggi yaitu sekitar 150µM dan potasium sekitar 5µM.
Keseimbangan elektrolit antara lingkungan dalam dan luar lensa sangat tergantung
dari permeabilitas membran sel lensa dan aktivitas pompa sodium, Na+, K+-ATPase. Inhibisi
Na+, K+-ATPase dapat mengakibatkan hilangnya keseimbangan elektrolit dan meningkatnya
air di dalam lensa. Keseimbangan kalsium juga sangant penting bagi lensa. Konsentrasikalsium
di dalam sel yang normal adalah 30µM, sedangkan di luar lensa adalahsekitar 2µM.
Perbedaan konsentrasi kalsium ini diatur sepenuhnya oleh pompa kalsium Ca2+-ATPase.
Hilangnya keseimbangan kalsium ini dapat menyebabkan depresi metabolisme glukosa,
pembentukan protein high-molecular-weight dan aktivasi protease destruktif. Transpor
membran dan permeabilitas sangat penting untuk kebutuhan nutrisi lensa. Asam amino aktif
masuk ke dalam lensa melalui pompa sodium yangberada di sel epitel. Glukosa memasuki
lensa secara difusi terfasilitasi, tidak langsung seperti sistem transport aktif (AAO, 2011).
Lensa memiliki kemampuan untuk mencembung dan menambah kekuatan
refraksinya, yang disebut dengan daya akomodasi lensa. Mekanisme yang dilakukan mata
untuk merubah fokus dari benda jauh ke benda dekat disebut akomodasi. Akomodasi terjadi
akibat perubahan lensa oleh aksi badan silier terhadap serat serat zonula. Setelah umur 30
tahun, kekakuanyang terjadi di nukleus lensa secara klinis mengurangi daya akomodasi.Saat
otot silier berkontraksi, serat zonular relaksasi mengakibatkan lensa menjadi lebih cembung.
Ketika otot silier berkontraksi, ketebalan axial lensa meningkat, kekuatan dioptri meningkat,
dan terjadi akomodasi. Saat otot silier relaksasi, serat zonular menegang, lensa lebih pipih dan
kekuatan dioptri menurun.
Terjadinya akomodasi dipersarafi oleh saraf simpatik cabang nervus III
(okulomotorius). Obat-obat parasimpatomimetik (pilokarpin) memicu akomodasi,sedangkan
obat-obat parasimpatolitik (atropine) memblok akomodasi. Obat-obatan yang menyebabkan
relaksasi otot silier disebut cycloplegik.
Definisi katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata,
yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak adalah setiap keadaan
kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi lensa, denaturasi protein lensa,
atau kedua-duanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif
ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu yang lama.
Katarak juga dapat terjadi setelah trauma, inflamasi atau penyakit lainnya.
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut,yaitu
usia diatas 50 tahun. Katarak merupakan penyebab kebutaan utama yang dapat diobati
di dunia pada saat ini. Sejumlah kecil berhubungan dengan penyakit mata (glaukoma,
ablasi, retinitis pigmentosa, trauma, uveitis, miopia tinggi, pengobatan tetes mata
steroid, tumor intraokular) atau penyakit sistemik spesifik (diabetes, galaktosemia,
hipokalsemia, steroid atau klorpromazin sistemik, rubela kongenital, distrofi miotonik,
dermatitis atopik, sindrom Down, katarak turunan, radiasi sinar X) (Perdami, 2011).
Katarak dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:
1. Fisik
2. Kimia
3. Penyakit predisposisi
4. Genetik dan gangguan perkembangan
5. Infeksi virus di masa pertumbuhan janin
6. Usia
Pasien dengan katarak mengeluh penglihatan seperti berasap dan tajam penglihatan
menurun secara progresif. Kekeruhan lensa mengakibatkan lensa tidak transparan,
sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-abu. Pada mata akan tampak kekeruhan
lensa dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat. Kekeruhan juga dapat ditemukan
pada berbagai lokalisasi di lens seperti korteks dan nukleus.
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan slit lamp,
funduskopi pada kedua mata bila mungkin. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan tajam
penglihatan sebelum dilakukan pembedahan untuk melihat apakah kekeruhan sebanding
dengan turunnya tajam penglihatan. Pada katarak nuklear tipis dengan miopia tinggi
akan terlihat tajam penglihatan yang tidak sesuai, sehingga mungkin penglihatan yang
turun akibat kelainan pada retina dan bila dilakukan pembedahan akan memberikan
hasil tajam penglihatan pasca bedah yang tidak memuaskan. Sebaliknya pada katarak
kortikal posterior yang kecil, akan mengaibatkan penurunan tajam penglihatan yang
sabgat berat pada penerangan yang sedang ataupun keras akan tetapi bila pasien berada
di tempat gelap maka tajam penglihatan akan memperlihatkan banyak kemajuan.
F. Epidemiologi
Insiden tertinggi pada katarak terjadi pada populasi yang lebih tua. Diketahui
kebutaan di Indonesia berkisar 1,5 % dari jumlah penduduk Indonesia. Dari angka
tersebut didapat presentasi angka penyebab kebutaan yang utama ialah :
Katarak 0,78 %
Kelainan kornea 0,13 %
Penyakit glaukoma 0,20 %
Kelainan refraksi 0,14 %
Kelainan retina 0,03 %
Kelainan nutrisi 0,02 %
G. Klasifikasi katarak
- Stadium Hipermatur
Pada katarak stadium hipermatur terjadi proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras
atau lembek dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi kelur dari kapsul lensa sehingga
lensa mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan
lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan
zonula Zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang
tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan
memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam di
dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut katarak Morgagni.
I. Manifestasi Klinis
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya klien melaporkan
penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat tertentu
yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya meliputi
pengembunann seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan
oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah
pendangan menjadi kabur atau redup, mata silau yang menjengkelkan dengan distorsi
bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-
abu atau putih (Perdami, 2011).
Gejala katarak senilis biasanya berupa keluhan penurunan tajam penglihatan secara
progresif (seperti rabun jauh memburuk secara progresif). Penglihatan seakan-akan melihat
asap/kabut dan pupil mata tampak berwarna keputihan. Apabila katarak telah mencapai
stadium matur lensa akan keruh secara menyeluruh sehingga pupil akan benar-benar tampak
putih. Gejala umum gangguan katarak meliputi (AAO, 2011) :
- Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek
- Peka terhadap sinar atau cahaya
- Dapat terjadi penglihatan ganda pada satu mata
- Memerlukan pencahayaan yang baik untuk dapat membaca
- Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu
J. Penegakan Diagnosis
Diagnosis katarak senilis dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakit-penyakit
yang menyertai (contoh: diabetes melitus, hipertensi,cardiacanomalies). Penyakit seperti
diabetes mellitus dapat menyebabkan perdarahan perioperatif sehingga perlu dideteksi secara
dini sehingga bisa dikontrol sebelum operasi.
Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk mengetahui
kemampuan melihat pasien. Visus pasien dengan katarak subkapsuler posterior dapat
membaik dengan dilatasi pupil. Pada pemeriksaan slit lamp biasanya dijumpai keadaan
palpebra, konjungtiva,dan kornea dalam keadaan normal. Iris, pupil, dan COA terlihat normal.
Pada lensa pasien katarak, didapatkan lensa keruh. Lalu, dilakukan pemeriksaan shadow
test untuk menentukan stadium pada penyakit katarak senilis. Ada juga pemeriksaan-
pemeriksaan lainnya seperti biomikroskopi, stereoscopic fundus examination, pemeriksaan
lapang pandang dan pengukuran TIO.
K. Penatalaksanaan, Prognosis, Komplikasi, dan Pencegahan
Terapi definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Bedah lensa adalah
intracapsular catarak extraction (ICCE), extracapsular cataract extraction ( ECCE), dan
fakofragmentasi serta fakoemulsifikasi. ICCE jarang dilakukan sekarang.
Bagaimanapun sejumlah kerugian dan komplikasi post operasi, insisi limbus yang lebar
sering 160o-180o dikaitkan dengan beberapa faktor risiko yang mengikutinya seperti
penyembuhan yang terlambat, keterlambatan perbaikan visus, timbulnya astigmatismat,
inkarserasi iris, luka operasi yang bocor, inkarserasi vitreus. Edem kornea merupakan suatu
keadaan yang umum terjadi saat operasi dan komplikasi post operasi. Meskipun banyak
komplikasi post operasi, namun ICCE masih dapat digunakan pada kasus-kasus dimana zonular
rusak berat, sehingga dapat dilakukan pengangkatan lensa dengan sukses.
ICCE merupakan kontraindikasi absolut pada anak-anak dan dewasa muda dengan
katarak dan kasus-kasus dengan trauma ruptur kapsular. Kontraindikasi relatif adalah miopia
tinggi, sindrom marfan, katarak morgagni, dan adanya vitreus di bilik mata depan.
a. Insisi yang kecil pada ECCE dan sedikit trauma dari endotel kornea
b. Komplikasi cepat dan lambat dari vitreus sampai kornea, iris dapat diminimalisasi
atau dieliminasi
c. Tempat anatomi yang baik terhadap IOL bila kapsula posterior masih intak
d. Sebaliknya, kapsula yang intak menyebabkan masuknya bakteri dan
mikroorganisme lain ke dalam kamera okuli anterior selama proses pembedahan,
yang bisa mencapai rongga vitreus posterior dan dapat menyebabkan endoptalmitis
3. Fakofragmentasi dan fakoemulsifikasi. Merupakan teknik ekstrakapsular yang
menggunakan getaran-getaran ultrasonik untuk mengangkat lensa melalui irisan yang
kecil (2-5 mm), sehingga mempermudah penyembuhan luka pasca-operasi. Teknik ini
kurang efektif pada katarak yang padat.
Berikut ini adalah komplikasi besar intraoperatif yang ditemukan selama operasi katarak, yaitu :
7. Ilyas, S., Mailangkay, HHB., Taim, H., Saman, R., Simarwata, M., Widodo, PS. (eds).
2010.
8. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: Sagung
Seto.
11. Vaughan, Daniel; Asbury, Taylor; Riordan-Eva, Paul. Oftalmologi Umum. Edisi
17. EGC. Jakarta. 2008.
12. Perdami (Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia). 2011. Katarak.
http://www.perdami.or.id/?page=news_seminat.detail&id=2 (diakses tanggal 22
November 2013)
13. Victor V. Cataract Senile. Tersedia di : http://www.emedicine.com.