KATARAK
HIPERMATUR
Oleh :
Pembimbing:
dr. Sri Marlinda Sp.M
BAB I
PENDAHULUAN
Katarak adalah kekeruhan lensa yang mengarah kepada penurunan
ketajaman visual dan/atau cacat fungsional yang dirasakan oleh pasien. Katarak
memiliki derajat kepadatan yang sangat bervariasi dan dapat disebabkan oleh
berbagai hal, biasanya akibat proses degeneratif.
Sekitar 16 juta orang di seluruh dunia terkena efek dari katarak. Data yang
dipublikasikan menunjukkan bahwa 1,2% seluruh populasi Afrika mengalami
kebutaan, dengan penyebab katarak 36% dari seluruh kebutaan ini. Pada suatu
survey yang dilakukan di 3 distrik di dataran Punjab, jumlah seluruh insiden
katarak senilis sekitar 15,3% dari 1269 orang yang diperiksa.
Lensa katarak memiliki ciri berupa edema lensa, perubahan protein,
perubahan proliferasi dan kerusakan kontinuitas serat serat lensa. Secara umum
udema lensa bervariasi sesuai stadium perkembangan katarak. Katarak imatur
(insupien) hanya sedikit opak. Katarak matur yang keruh total mengalami sedikit
edema. Apabila kandungan air maksimum dan kapsul meregang, katarak disebut
mengalami intumesensi (membengkak). Pada katarak hipermatur relatif
mengalami dehidrasi dan kapsul mengkerut akibat air keluar dari lensa dan
meninggalkan kekeruhan.
Meskipun katarak dapat diklasifikasikan dengan berbagai metode, secara
umum katarak senilis diklasifikasikan berdasarkan lokasi dalam tiga zona lensa:
kapsul, korteks, atau nukleus. Mekanisme pembentukan katarak sangat
multifaktorial, karenanya, sulit untuk dipelajari. Oksidasi lipid membran,
struktural atau enzimatik protein, atau DNA oleh peroksida atau radikal bebas
yang disebabkan oleh sinar UV merupakan hal awal terjadinya kejadian yang
mengakibatkan hilangnya transparansi baik di nukleus dan jaringan korteks pada
lensa. Pada katarak kortikal, elektrolit menyebabkan overhidrasi lensa,
menyebabkan pencairan dari lensa. Secara klinis, pembentukan katarak kortikal
dimanifestasikan oleh pembentukan vakuola, celah, atau lamelar yang dapat
dilihat dengan slitlamp. Kerusakan nukleus pada katarak biasanya terjadi sekunder
akibat denaturasi protein akibat proses oksidasi oksidasi, proteolitik, dan glikasi.
menghasilkan kesalahan bias. Selain itu, daerah pusat lensa menjadi keruh,
tampilan kekuningan sampai terlihat pada bagian optik dengan slitlamp.
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika
gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala
cukup dengan mengganti kacamata. Hingga saat ini belum ada obat-obatan,
makanan, atau kegiatan olah raga yang dapat menghindari atau menyembuhkan
seseorang dari gangguan katarak. Penelitian meununjukan, penggunaan Aldose
reductase inhibitors, yang dipercaya dapat menghambat konversi glukosa mejadi
sorbitol menujukkan hasil yang memuaskan. Obat-obatan lain yang sedang diteliti
yaitu sorbitol-lowering agents, aspirin, glutathione-raising agents, dan anti
oksidan, vitamin C dan E.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI LENSA
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, dan transparan.
Tebalnya sekitar 4 mm, dan diameternya 9 mm. Dibagian posterior dari iris, lensa
di fiksasi oleh zonula zinni yang melekat pada ekuator lensa dan
menghubungkannya dengan korpus siliatis. Di anterior lensa terdapat aquaeus
humor; disebelah posteriornya, vitreus.
tidak
memiliki
persarafan
dan
pembuluh
darah.
Selama
itu secara total suplainya tergantung pada aquaeus humor dan vitreus. Lensa
terdiri dari 3 bagian yaitu kapsul lensa, epitel lensa, korteks dan nukleus.
Kapsul lensa adalah membrane basalis elastis yang dihasilkan oleh
epithelium lensa yang membungkus sekeliling lensa. Kapsul lensa bersifat
semipermeabel (sedikit lebih permeabel dari pada kapiler) yang menyebabkan air
dan elektrolit masuk.
Didepan lensa terdapat selapis sel epitel supkapsuler yang hanya
ditemukan pada bagian anterior lensa. Pada daerah ekuator sel ini memanjang dan
berbentuk kolumner yang tersusun secara meridional. Epitel ini mempunyai
kapasitas metabolik untuk membawa keluar semua aktivitas sel normal termasuk
DNA, RNA, protein, dan biosintesa lemak, dan menghasilkan ATP yang berguna
untuk menghasilkan energi yang diperlukan lensa. Semakin bertambahnya usia
laminar epitel subkapsuler terus diproduksi sehingga lensa semakin besar dan
kehilangan elastisitas.
Nukleus lensa lebih keras dibandingkan korteks. Serabut-serabut lamellar
subepitelial terus berproduksi sesuaidengan usia, sehingga lensa secara gradual
menjadi lebih besar dan kurang elastis. Nukleus dan korteks terbuat dari lamellar
konsentris memanjang. Tiap serat mengandung inti, yang pipih dan terdapat di
bagian pinggir lensa dekat ekuator, yang berhubungan dengan epitel supkapsuler.
Serat-serat ini saling berhubungan si bagian anterior. Garis sutura dibentuk oleh
gabungan ujung ke ujung serabut lamellar ini dan bila dilihat dengan lampu selah
berbntuk Y. Bentuk Y ini tegak di anterior dan terbalik di posterior.
FISIOLOGI LENSA
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi,
mengangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai
ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya
parallel atau terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot
siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang
elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh
peningkatan daya biasnya.
Pada mata yang normal terdapat lensa Kristal bening yang memiliki
nukleus lensa, ditutupi oleh serat lensa yang menyelubungi korteks dengan
membrane luar yang lentur dan kapsul yang bertindak sebagai pembungkus.
Perubahan metabolisme pada lensa menyebabkan lensa menjadi keras dan
kehilangan sifat lenturnya. Katarak secara berangsur-angsur akan memperkeruh
lensa sampai akhirnya menjadi buram. Daerah buram tampak sebagai bintik abuabu atau putih, seperti lensa kamera yang kabur dan akan menghasilkan gambar
yang buram, katarak juga menyebabkan penurunan kualitas gambar yang
dihasilkan retina.
EPIDEMIOLOGI
Katarak merupakan kelainan pada mata yang paling banyak menyebabkan
kebutaan di dunia. Dikatakan bahwa ada sekitar 30-45 juta orang di dunia yang
mengalami kebutaan dan katarak menjadi penyebab terbesar yaitu kurang lebih
45% sebagai penyebab kebutaan ini. Penelitian The National Health and Nutrition
Examination Survey (The NHANES) menunjukkan progresifitas kekeruhan lensa
meningkat sesuai dengan usia. Presentasi kejadian kekeruhan lensa sesuai dengan
peningkatan usia; 12% terjadi pada usia 45-54 tahun, 27% pada usia 55-64 tahun,
dan 58% pada usia 65-74 tahun dimana 28.5% nya disertai dengan penurunan
visus.
Katarak lebih sering ditemukan pada daerah yang leboh sering terpapar
sinar matahari. Katarak juvenile dimana katarak yang terlihat pada usia diatas 1
tahun dan dibawah 40 tahun. Prevalensinya juga meningkat sesuai dengan usia
dan lebih tinggi pada wanita.
ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO
Katarak senilis pada dasarnya merupakan proses penuaan, namun ada
beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti:
a. Keturunan
b. Radiasi ultraviolet, semakin banyak paparan terhadap sinar uv dihubungkan
munculan awal dan maturasi katarak senilis.
c. Faktor diet. Diet yang berhubungan progresifitas katarak senilis yaitu protein,
asam amino dan vitamin (ribovlavin, vitamin E dan vitamin C)
d. Merokok menyebabkan akumulasi pigmen molekul 3-hydroxykynurinine dan
chromophors cyanates dalam rokok mengakibatkan karbamilasi dan denaturasi
protein.
KLASIFIKASI
Katarak dapat terjadi sebagai akibat dari penuaan atau sekunder oleh
faktor herediter, trauma, inflamasi, metabolisme atau kelainan nutrisi, atau radiasi.
Tiga jenis umum katarak adalah nukleus, cortical, dan posterior subcapsular.
Klasifikasi katarak dapat dilihat pada table 1.
PATOLOGI
Penuaan bisa menyebabkan peningkatan ketebalan lensa dan berkurangnya
daya akomodasi, terbentuk lapisan baru di lapisan korteks secara konsentris
sehingga inti lensa tertekan dan mengeras, terjadi sklerosis inti lensa. Terjadi
perubahan kimia pada protein lensa sehingga terbentuk agregat-agregat protein
bermolekul besar. Agregat ini mengakibatkan terjadi penghamburan cahaya dan
berkurangnya transparansi lensa. Selain itu perubahan kimia pada lensa juga bias
mngekibatkan peningkatan pigmentasi sehingga lensa semakin menguning atau
sampai kecoklatan. Selain itu proses menua juga menyebabkan penurunan
konsentrasi glutation dan potassium serta peningkatan konsentrasi sodium dan
kalsium pada sitoplasma lensa.
1. Katarak nuklear. Terjadi sklerotik inti, dan lensa terlihat semakin menguning.
Biasanya terjadi bilateral, namun kadang bisa asimetris. Pada stadium awal
pengerasan inti lensa menyebabkan peningkatan indeks refraksi lensa
sehingga refraksi bergeser ke miopi. Perubahan ini pada mata yang hireopia
menyebabkan pasien lebih mudah membaca tanpa kacamata (second sight.)
Pada kasus yang parah inti lensa berubah menjadi opak dan coklat atau disebut
juga dengan katarak brunesen.
10
penggunaan
kortikosteroid
(topical/intraokuler
taupun
sistemik),
11
12
13
Gambar 10. Nukleus yang berwarna coklat sudah turun di dalam korteks yang
mencair.
Kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula
zinni menjadi kendur. Bila proses katarak berlanjut disertai dengan penebalan
kapsul, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka
korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan
nukleus yang terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat, keadaan
tersebut dinamakan katarak morgagni.
14
15
16
MANIFESTASI KLINIS
Sebagian besar katarak tidak terlihat pada pengamatan sepintas sampai
lensanya menjadi cukup kerus untuk menyebabkan gangguan penglihatan yang
berat. Dengan semakin keruhnya lesna, fundus okuli akan semakin sulit untuk
dilihat, sampai akhirnya refleks fundus menjadi hilang sama sekali. Pada stadium
ini, katarak biasanya telah matur, dan pupil menjadi putih. Keluhan-keluhan yang
umumnya di alami penderita antara lain:
a.
b.
c.
d.
Pandangan kabur
Semakin kesulitan melihat pada malam hari atau cahaya redup
Ukuran kacamata sering berubah.
Silau, Keluhan ini termasuk seluruh spectrum dari penurunan sensitivitas
kontras terhadap cahaya terang lingkungan atau silau pada siang hari
hingga silau ketika endekat ke lampu pada malam hariWarna terlihat pudar
e. Sering berganti kacamata atau lensa kontak
f. Penglihatan ganda pada satu mata (diplopia monocular). Kadang-kadang,
perubahan nuklear yang terkonsentrasi pada bagian dalam lapisan lensa,
menghasilkan area refraktil pada bagian tengah dari lensa, yang sering
memberikan gambaran terbaik pada reflek merah dengan retinoskopi atau
ophtalmoskopi langsung. Fenomena seperti ini menimbulkan diplopia
monocular yang tidak dapat dikoreksi dengan kacamata, prisma, atau lensa
kontak.
g. Pada kasus yang lebih lanjut, pupil yang normalnya terlihat hitam, akan
terlihat seperti susu. Pandangan pasien menurun hingga hanya bisa
membedakan cahaya dari gelap.
h. Perubahan miopik. Progesifitas katarak sering meningkatkan kekuatan
dioptrik lensa yang menimbulkan miopia derajat sedang hingga berat.
Sebagai akibatnya, pasien presbiop melaporkan peningkatan penglihatan
dekat mereka dan kurang membutuhkan kaca mata baca, keadaan ini
disebut dengan second sight. Secara khas, perubahan miopik dan second
sight tidak terlihat pada katarak subkortikal posterior atau anterior.
DIAGNOSIS
Katarak biasanya didiagnosis melalui pemeriksaan rutin mata. Sebagian
besar katarak tidak dapat dilihat oleh pengamat awam sampai menjadi cukup
padat (matur atau hipermatur) dan menimbulkan kebutaan. Namun, katarak pada
17
stadium perkembangannya yang paling dini dapat diketahui melalui pupil yang di
dilatasi maksimum dengan ophtalmoskop, kaca pembesar, atau slitlamp.
Fundus okuli menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan semakin
padatnya kekeruhan lensa, sampai reaksi fundus sama sekali hilang. Pada stadium
ini katarak biasanya telah matang dan pupil mungkin tampak putih.
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan sinar
celah (slit-lamp), funduskopi pada kedua mata bila mungkin, tonometer selain dari
pada pemeriksaan prabedah yang diperlukan lainnya seperti adanya infeksi pada
kelopak mata, konjungtiva, karena dapat penyulit yang berat berupa panoftalmitis
pasca bedah dan fisik umum.
Pemeriksaan shadow test dilakukan untuk menentukan stadium pada
katarak senilis. Selain itu, pemeriksaan ofthalmoskopi direk dan ondirek dalam
evaluasi dari intergritas bagian belakang harus dinilai.
PENATALAKSANAAN
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika
gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala
cukup dengan mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat
menjernihkan lensa yang keruh. Namun, aldose reductase inhibitor diketahui
dapat menghambat konversi glukosa menjadi sorbitol, sudah memperlihatkan
hasil yang menjanjikan dalam pencegahan katarak gula pada hewan. Obat anti
katarak lainnya sedang diteliti termasuk diantaranya agen yang menurunkan kadar
sorbitol, aspirin, agen glutathione-raising, dan antioksidan vitamin C dan E.
Indikasi utama untuk operatif adalah gangguan penglihatan yang sudah
mengganggu aktivitas pasien. Jika katarak mengenai kedua mata, operasi
dilakuakan terhadap mata yang lebih dahulu sakit.
Kontraindikasi bedah yaitu:
-
Lebih dari bertahun-tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari
18
metode yang kuno hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan
dengan evolusi IOL yang digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan
bahan implantasi. Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe
bedah lensa yaitu Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE) dan Ekstra Capsuler
Cataract Ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang
tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE,
ECCE, dan phacoemulsifikasi.
1. Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE). Tindakan pembedahan dengan
mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Seluruh lensa dibekukan di
dalam kapsulnya dengan cryophake dan dipindahkan dari mata melalui insisi
korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada
keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak
sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer.
ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang
dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit
yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisma, glukoma, uveitis,
endoftalmitis dan perdarahan.
19
20
teknik
pembedahan
kecil.
Teknik
ini
dipandang
lebih
menguntungkan karena lebih cepat sembuh dan murah. Apabila lensa mata
penderita katarak telah diangkat maka penderita memerlukan lensa pengganti
untuk memfokuskan penglihatannya dengan cara sebagai berikut:
- kacamata afakia yang tebal lensanya
- lensa kontak
- lensa intra okular, yaitu lensa permanen yang ditanamkan di dalam mata
pada saat pembedahan untuk mengganti lensa mata asli yang telah
diangkat.
KOMPLIKASI
1. Komplikasi Intra Operatif
Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau
efusi suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus,
incacerata kedalam luka serta retinal light toxicity.
2. Komplikasi dini pasca operatif
- COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara
cairan yang keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil
dan siliar, edema stroma dan epitel, hipotonus,
brown-McLean
22
paling sering)
Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus
Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang
tidak
adekuat
yang
dapat
menimbulkan
komplikasi
seperti
PENCEGAHAN
Delapan puluh persen kebutaan atau gangguan penglihatan mata dapat
dicegah atau dihindari. Edukasi dan promosi tentang masalah mata dan cara
mencegah gangguan kesehatan mata. Sebagai sesuatu yang tidak bisa
ditinggalkan. Usaha itu melipatkan berbagai pihak, termasuk media massa, kerja
sama pemerintah, LSM, dan Perdami.
Katarak dapat dicegah, di antaranya dengan menjaga kadar gula darah
selalu normal pada penderita diabetes mellitus, senantiasa menjaga kesehatan
mata, mengonsumsi makanan yang dapat melindungi kelainan degeneratif pada
mata dan antioksidan seperti buah-buahan banyak yang mengandung vitamin C,
minyak sayuran, sayuran hijau, kacang-kacangan, kecambah, buncis, telur, hati
dan susu yang merupakan makanan dengan kandungan vitamin E, selenium, dan
tembaga tinggi.
Vitamin C dan E dapat memperjelas penglihatan. Vitamin C dan E
merupakan antioksidan yang dapat meminimalisasi kerusakan oksidatif pada
mata, sebagai salah satu penyebab katarak. Hasil penelitian yang dilakukan
terhadap 3.000 orang dewasa selama lima tahun menunjukkan, orang dewasa yang
mengonsumsi multivitamin atau suplemen lain yang mengandung vitamin C dan
E selama lebih dari 10 tahun, ternyata risiko terkena katarak 60% lebih kecil.
23
Seseorang dengan konsentrasi plasma darah yang tinggi oleh dua atau tiga
jenis antioksidan (vit C, vit E, dan karotenoid) memiliki risiko terserang katarak
lebih rendah dibandingkan orang yang konsentrasi salah satu atau lebih
antioksidannya lebih rendah.
Hasil penelitian lainnya yang dilakukan Farida (1998-1999) menunjukkan,
masyarakat yang pola makannya kurang riboflavin (vitamin B2) berisiko lebih
tinggi terserang katarak. Menurut Farida, ribovlafin memengaruhi aktivitas enzim
glutation reduktase. Enzim ini berfungsi mendaur ulang glutation teroksidasi
menjadi glutation tereduksi, agar tetap menetralkan radikal bebas atau oksigen.
PROGNOSIS
Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi
sangat jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah
katarak resiko ini kecil dan jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada
pembedahan dengan ECCE atau fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam
penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis pada pemeriksaan dengan
menggunakan snellen chart.
24
BAB III
PRESENTASI KASUS
I. Identitas Pasien
Nama
Umur
Jenis Kelamin
No. CM
Alamat `
Pekerjaan
Tanggal Pemeriksaan
: Ny. Ti Hawa
: 70 tahun
: Perempuan
: 103-35-34
: Calang
: Petani
: 8 Januari 2015
Keadaan Umum
Kesadaran
: Kompos Mentis
II. Anamnesa
Keluhan Utama :
Mata kiri kabur
Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang dengan keluhan mata kiri kabur sejak 1 bulan yang lalu.
Awalnya pasien mengeluhkan bahwa kedua pandangan matanya terasa kabur
sejak 1 tahun yang lalu, namun dalam sebulan terakhir penglihatan mata kiri
berkurang terjadi secara perlahan-lahan sehingga pasien akhirnya hanya bisa
25
melihat cahaya saja. Hal tersebut dirasakan pasien ketika bangun tidur pagi hari.
Terkadang pasien melihat bayangan seperti berawan gelap yang mengikuti
gerakan mata pada lapangan pandangnya. Pasien tidak mengeluhkan pandangan
silau dan ganda. Pasien juga tidak mengeluhkan nyeri. Saki kepala, mual, munta
tidak dirasakan pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, DM dan trauma pada mata
sebelumnya.
Pemeriksaan
Visus
OS
Hirschberg
26
Palpebra
Konjungtiva Bulbi
Konjungtiva Tarsal
Kornea
Sikatrik (-)
Normal (+)
Dalam (+)
RCL (+)
RCTL (+)
Shadow test (-)
Jernih (-)
Terlampir
IV.
Pucat (+)
Jernih (+)
Infiltrat (-)
Ulkus (-)
Sikatrik (-)
Normal (+)
COA
Dangkal (-)
Bulat (+)
Isokor (+)
Dalam (+)
Dangkal (-)
Bulat (+)
Iris/ Pupil
Lensa
Isokor (+)
RCL (+)
RCTL (+)
Shadow test (-)
Funduskopi
Tabel 3. Hasil pemeriksaan status oftalmologis
Jernih (-)
Terlampir
Pemeriksaan Penunjang
1. Slit Lamp
2. Tonometri
Didapatkan tekanan inta okular (TIO) mata kiri pasien 17,3 mmHg.
3. IOL (Intra Ocular Lensa)
IOL OS = 21,0
4. USG (Ultra Sonografi)
27
V. Diagnosis
Katarak Hipermatur OS
VI.
Penatalaksanaan
1. Dilakukan tindakan bedah berupa Small Incision Cataract Surgery (SICS)
+ Intraocular Lensa (IOL) OS
2. Medikamentosa :
Cendo Lyteers ED 4 dd gtt 1 ODS
VII.
Prognosis
Quo ad Vital
: dubia ad bonam
Quo ad Functionam
: dubia ad bonam
28
KESIMPULAN
Telah dilaporkan seorang pasien perempuan usia, 70 tahun, masuk ke
poliklinik mata RSUD dr. Zainal Abidin dengan diagnosis katarak hipermatur OS.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
dilakukan terhadap pasien.
Dari anamnesis didapatkan keluhan mata kiri kabur sejak 1 bulan yang
lalu, dan dalam sebulan terakhir penglihatan mata kiri berkurang terjadi secara
perlahan-lahan sehingga pasien akhirnya hanya bisa melihat cahaya saja. Dari
pemeriksaan fisik ditemukan visus mata kanan 5/50 dan visus mata kiri 1/~,
keduanya tidak dikoreksi. Pemeriksaan tonometri didapatkan TIO 17,3 mmHg
dan IOL 21,0. Dari pemeriksaan USG juga tidak didapatkan penyebab lain
pandangan kabur.
Manifestasi klinis untuk katarak adalah pandangan kabur, kesulitan
melihat pada malam hari atau cahaya redup, terlalu silau saat melihat cahaya,
melihat hal disekitar cahaya, warna terlihat pudar, sering berganti kacamata atau
lensa kontak, penglihatan ganda pada satu mata, dan pada kasus yang lebih lanjut,
pupil yang normalnya terlihat hitam akan terlihat seperti susu. Pandangan pasien
menurun hingga hanya bisa membedakan cahaya dari gelap.
Penatalaksanaan pada pasien ini adalah tindakan pembedahan yang akan
dilakukan Incision Cataract Surgery (SICS) dan pemasangan Intra Ocular Lens
(IOL).
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Mandang J. H. AA, Katarak, Dalam: Penyebab Utama Kebutaan di Indonesia,
FK Unsrat Manado, 2004: 14-31.
2. Murril A.C, Stanfield L.D, Vanbrocklin D.M, Bailey L.I, Denbeste P.B,
Dilomo C.R, et all. (2004). Optom Etric Clinical Practice Guideline.
American Optometric Association: U.S.A
3. Vaugan G. D, Asbury T, Eva R.P. (2000). Oftalmologi Umum, hal 401-406.
Edisi 14. Widya Medika: Jakarta.
4. Lucy C. Understanding Cataract Extraxtion, last update 22 November 2010.
5. Zorab, A. R, Straus H, Dondrea L. C, Arturo C, Mordic R, Tanaka S, et all.
(2005-2006). Lens and Cataract. Chapter 5 Pathology page 45-69. Section 11.
American Academy of Oftalmology : San Francisco.
6. Ilyas S. (2011). Ilmu Penyakit Mata. Tajam Penglihatan, Kelainan Refraksi
dan Penglihatan Warna, hal 72-75. Edisi 4. Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
7. Resnikoff S, Pascolini D, Moriotti P. S, Pokharel P. P. (2008) Global
Magnitude of Visual Impartment Cause by Uncorrected Refractive Error in
2004. Bulletin of World Health Organization. Volume 86. Number 1. U.S.A.
8. Lang, Gerhard K. Opthalnology, A short Textbook, Penerbit Thieme Stuttgart,
New York, 2000, hal 173-185.
9. Vajpayee, Rasik. Chataract, Juni 2008, available at www.cera.unimelb.edu,
last Update 22 November 2010.
10. Kohnen, T. Cataract and Refractive Surgery, Penerbit Springer, Germany,
2005, hal 19.
11. Victor, Vicente. Cataract Senile, available at www.emedicine.com, last update
22 November 2010.
30
12. Ocampo,
Vicente
Victor
D,
Senile
Cataract,
2009,
available
at
31