Anda di halaman 1dari 31

Laporan Kasus

KATARAK
HIPERMATUR
Oleh :

CITRA PUAN MAULIDZA


1307101030251

Pembimbing:
dr. Sri Marlinda Sp.M

SMF ILMU MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2014
1

BAB I
PENDAHULUAN
Katarak adalah kekeruhan lensa yang mengarah kepada penurunan
ketajaman visual dan/atau cacat fungsional yang dirasakan oleh pasien. Katarak
memiliki derajat kepadatan yang sangat bervariasi dan dapat disebabkan oleh
berbagai hal, biasanya akibat proses degeneratif.
Sekitar 16 juta orang di seluruh dunia terkena efek dari katarak. Data yang
dipublikasikan menunjukkan bahwa 1,2% seluruh populasi Afrika mengalami
kebutaan, dengan penyebab katarak 36% dari seluruh kebutaan ini. Pada suatu
survey yang dilakukan di 3 distrik di dataran Punjab, jumlah seluruh insiden
katarak senilis sekitar 15,3% dari 1269 orang yang diperiksa.
Lensa katarak memiliki ciri berupa edema lensa, perubahan protein,
perubahan proliferasi dan kerusakan kontinuitas serat serat lensa. Secara umum
udema lensa bervariasi sesuai stadium perkembangan katarak. Katarak imatur
(insupien) hanya sedikit opak. Katarak matur yang keruh total mengalami sedikit
edema. Apabila kandungan air maksimum dan kapsul meregang, katarak disebut
mengalami intumesensi (membengkak). Pada katarak hipermatur relatif
mengalami dehidrasi dan kapsul mengkerut akibat air keluar dari lensa dan
meninggalkan kekeruhan.
Meskipun katarak dapat diklasifikasikan dengan berbagai metode, secara
umum katarak senilis diklasifikasikan berdasarkan lokasi dalam tiga zona lensa:
kapsul, korteks, atau nukleus. Mekanisme pembentukan katarak sangat
multifaktorial, karenanya, sulit untuk dipelajari. Oksidasi lipid membran,
struktural atau enzimatik protein, atau DNA oleh peroksida atau radikal bebas
yang disebabkan oleh sinar UV merupakan hal awal terjadinya kejadian yang
mengakibatkan hilangnya transparansi baik di nukleus dan jaringan korteks pada
lensa. Pada katarak kortikal, elektrolit menyebabkan overhidrasi lensa,
menyebabkan pencairan dari lensa. Secara klinis, pembentukan katarak kortikal
dimanifestasikan oleh pembentukan vakuola, celah, atau lamelar yang dapat
dilihat dengan slitlamp. Kerusakan nukleus pada katarak biasanya terjadi sekunder
akibat denaturasi protein akibat proses oksidasi oksidasi, proteolitik, dan glikasi.

Agregat Protein menyebabkan berat molekul protein lebih tinggi. Peningkatan


densitas optik ini dapat menyebabkan pergeseran

myopia indeks sehingga

menghasilkan kesalahan bias. Selain itu, daerah pusat lensa menjadi keruh,
tampilan kekuningan sampai terlihat pada bagian optik dengan slitlamp.
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika
gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala
cukup dengan mengganti kacamata. Hingga saat ini belum ada obat-obatan,
makanan, atau kegiatan olah raga yang dapat menghindari atau menyembuhkan
seseorang dari gangguan katarak. Penelitian meununjukan, penggunaan Aldose
reductase inhibitors, yang dipercaya dapat menghambat konversi glukosa mejadi
sorbitol menujukkan hasil yang memuaskan. Obat-obatan lain yang sedang diteliti
yaitu sorbitol-lowering agents, aspirin, glutathione-raising agents, dan anti
oksidan, vitamin C dan E.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI LENSA
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, dan transparan.
Tebalnya sekitar 4 mm, dan diameternya 9 mm. Dibagian posterior dari iris, lensa
di fiksasi oleh zonula zinni yang melekat pada ekuator lensa dan
menghubungkannya dengan korpus siliatis. Di anterior lensa terdapat aquaeus
humor; disebelah posteriornya, vitreus.

Gambar 1. Anatomi Lensa

Gambar 2. Histologi Lensa


Lensa

tidak

memiliki

persarafan

dan

pembuluh

darah.

Selama

embriogenesis mendapatkan perdarahan dari pembuluh darah hialoids dan setelah

itu secara total suplainya tergantung pada aquaeus humor dan vitreus. Lensa
terdiri dari 3 bagian yaitu kapsul lensa, epitel lensa, korteks dan nukleus.
Kapsul lensa adalah membrane basalis elastis yang dihasilkan oleh
epithelium lensa yang membungkus sekeliling lensa. Kapsul lensa bersifat
semipermeabel (sedikit lebih permeabel dari pada kapiler) yang menyebabkan air
dan elektrolit masuk.
Didepan lensa terdapat selapis sel epitel supkapsuler yang hanya
ditemukan pada bagian anterior lensa. Pada daerah ekuator sel ini memanjang dan
berbentuk kolumner yang tersusun secara meridional. Epitel ini mempunyai
kapasitas metabolik untuk membawa keluar semua aktivitas sel normal termasuk
DNA, RNA, protein, dan biosintesa lemak, dan menghasilkan ATP yang berguna
untuk menghasilkan energi yang diperlukan lensa. Semakin bertambahnya usia
laminar epitel subkapsuler terus diproduksi sehingga lensa semakin besar dan
kehilangan elastisitas.
Nukleus lensa lebih keras dibandingkan korteks. Serabut-serabut lamellar
subepitelial terus berproduksi sesuaidengan usia, sehingga lensa secara gradual
menjadi lebih besar dan kurang elastis. Nukleus dan korteks terbuat dari lamellar
konsentris memanjang. Tiap serat mengandung inti, yang pipih dan terdapat di
bagian pinggir lensa dekat ekuator, yang berhubungan dengan epitel supkapsuler.
Serat-serat ini saling berhubungan si bagian anterior. Garis sutura dibentuk oleh
gabungan ujung ke ujung serabut lamellar ini dan bila dilihat dengan lampu selah
berbntuk Y. Bentuk Y ini tegak di anterior dan terbalik di posterior.
FISIOLOGI LENSA
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi,
mengangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai
ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya
parallel atau terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot
siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang
elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh
peningkatan daya biasnya.

Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan lensa


untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring
dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang.
Selain itu juga terdapat fungsi refraksi, yang mana sebagai bagian optic bola mata
untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa berkontribusi 15-20 dioptri.
Akomodasi adalah kemampuan lensa untuk menerima objek sinar dan
memfokuskan ke retina. Akomodasi merupakan kerjasama fisiologis antara kapsul
siliaris, zonula, dan lesa untuk memfokuskan benda jatuh pada retina. Derajat
akomodasi tergantung kapasitas lensa untuk merubah bentuknya dari bentuk bulat
panjang (penglihatan jauh) menjadi bentuk bulat (penglihatan dekat). Untuk
memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris mengalami
relaksasi, menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior
lensa sampai ukurannya terkecil sehingga berkas cahaya paralel akan terfokus ke
retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris, otot siliaris
berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang, sehingga lensa yang lentur ini
berubah bentuknya menjadi lebih bulat. Kemampuan lensa untuk berakomodasi
lebih kuat pada usia muda. Kapasitas ini tergantung pada hubungan korteks
dengan inti. Pada usia muda, intinya kecil dan korteksnya tebal dan lembut yang
memungkinkan perubahan bentuk secara leluasa, sehingga bentuk lensa hampir
bulat. Pada usia lanjut intinya besar dan korteksnya tipis sehingga perubahan
bentuk lensa hanya sedikit.
DEFINISI KATARAK
Katarak berasal dari bahasa Yunani katarrhakies, Inggris cataract dan
Latin cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular,
dimana penglihatan seperti tertutup air terjun. Katarak adalah setiap keadaan
kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa,
denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya. Biasanya kekeruhan
mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami
perubahan dalam waktu yang lama. Katarak yang terjadi akibat proses penuaan
dan bertambahnya umur di sebut katarak senilis. Katarak senilis adalah kekeruhan
lensa baik di korteks, nuklearis tanpa diketahui penyebabnya dengan jelas, dan
muncul mulai usia 40 tahun.
6

Pada mata yang normal terdapat lensa Kristal bening yang memiliki
nukleus lensa, ditutupi oleh serat lensa yang menyelubungi korteks dengan
membrane luar yang lentur dan kapsul yang bertindak sebagai pembungkus.
Perubahan metabolisme pada lensa menyebabkan lensa menjadi keras dan
kehilangan sifat lenturnya. Katarak secara berangsur-angsur akan memperkeruh
lensa sampai akhirnya menjadi buram. Daerah buram tampak sebagai bintik abuabu atau putih, seperti lensa kamera yang kabur dan akan menghasilkan gambar
yang buram, katarak juga menyebabkan penurunan kualitas gambar yang
dihasilkan retina.

Gambar 3. Lensa yang keruh akibat katarak

Gambar 4. Perbandingan penglihatan mata normal dan mata katarak.

EPIDEMIOLOGI
Katarak merupakan kelainan pada mata yang paling banyak menyebabkan
kebutaan di dunia. Dikatakan bahwa ada sekitar 30-45 juta orang di dunia yang
mengalami kebutaan dan katarak menjadi penyebab terbesar yaitu kurang lebih
45% sebagai penyebab kebutaan ini. Penelitian The National Health and Nutrition
Examination Survey (The NHANES) menunjukkan progresifitas kekeruhan lensa
meningkat sesuai dengan usia. Presentasi kejadian kekeruhan lensa sesuai dengan
peningkatan usia; 12% terjadi pada usia 45-54 tahun, 27% pada usia 55-64 tahun,
dan 58% pada usia 65-74 tahun dimana 28.5% nya disertai dengan penurunan
visus.
Katarak lebih sering ditemukan pada daerah yang leboh sering terpapar
sinar matahari. Katarak juvenile dimana katarak yang terlihat pada usia diatas 1
tahun dan dibawah 40 tahun. Prevalensinya juga meningkat sesuai dengan usia
dan lebih tinggi pada wanita.
ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO
Katarak senilis pada dasarnya merupakan proses penuaan, namun ada
beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti:
a. Keturunan
b. Radiasi ultraviolet, semakin banyak paparan terhadap sinar uv dihubungkan
munculan awal dan maturasi katarak senilis.
c. Faktor diet. Diet yang berhubungan progresifitas katarak senilis yaitu protein,
asam amino dan vitamin (ribovlavin, vitamin E dan vitamin C)
d. Merokok menyebabkan akumulasi pigmen molekul 3-hydroxykynurinine dan
chromophors cyanates dalam rokok mengakibatkan karbamilasi dan denaturasi
protein.
KLASIFIKASI
Katarak dapat terjadi sebagai akibat dari penuaan atau sekunder oleh
faktor herediter, trauma, inflamasi, metabolisme atau kelainan nutrisi, atau radiasi.
Tiga jenis umum katarak adalah nukleus, cortical, dan posterior subcapsular.
Klasifikasi katarak dapat dilihat pada table 1.

PATOLOGI
Penuaan bisa menyebabkan peningkatan ketebalan lensa dan berkurangnya
daya akomodasi, terbentuk lapisan baru di lapisan korteks secara konsentris
sehingga inti lensa tertekan dan mengeras, terjadi sklerosis inti lensa. Terjadi
perubahan kimia pada protein lensa sehingga terbentuk agregat-agregat protein
bermolekul besar. Agregat ini mengakibatkan terjadi penghamburan cahaya dan
berkurangnya transparansi lensa. Selain itu perubahan kimia pada lensa juga bias
mngekibatkan peningkatan pigmentasi sehingga lensa semakin menguning atau
sampai kecoklatan. Selain itu proses menua juga menyebabkan penurunan
konsentrasi glutation dan potassium serta peningkatan konsentrasi sodium dan
kalsium pada sitoplasma lensa.
1. Katarak nuklear. Terjadi sklerotik inti, dan lensa terlihat semakin menguning.
Biasanya terjadi bilateral, namun kadang bisa asimetris. Pada stadium awal
pengerasan inti lensa menyebabkan peningkatan indeks refraksi lensa
sehingga refraksi bergeser ke miopi. Perubahan ini pada mata yang hireopia
menyebabkan pasien lebih mudah membaca tanpa kacamata (second sight.)

Pada kasus yang parah inti lensa berubah menjadi opak dan coklat atau disebut
juga dengan katarak brunesen.

Gambar 5. Katarak Nuklear


2. Katarak kortikal. Terjadi kekeruhan pada lensa. Rusaknya intergritas
membrane akan menyebabkan metabolit esensial keluar dari lensa sehingga
terjadi oksidasi dan pengendapan protein. Mata yang terkena biasanya
bilateral, kadang asimetris. Gangguan fungsi penglihatan yang disebabkannya
bervariasi tergantung seberapa dekat kekeruhan lensa dengan sumbu
penglihatan. Tanda awal dapat dilihat dengan pemeriksaan slitlamp berupa
vakuol dan celah-celah di anterior dan posterior korteks, lamella korteks
terpisahkan oleh cairan. Kekeruhannya berbentuk seperti baji (cortical
spokes/cuneiform opacities).

Gambar 6. Katarak kortikal


Pada katarak kortikal terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi
cembung dan terjadi miopisasi akibat perubahan indeks refraksi lensa. Pada

10

keadaan ini penderita seakan-akan mendapatkan kekuatan baru untuk melihat


dekat pada usia yang bertambah.Katarak nuklear sering dihubungkan dengan
perubahan pada kortek lensa. Ini penting untuk dicatat bahwa pasien dengan
katarak kortikal cenderung untuk hiperopia dibandingkan dengan pasien
dengan katarak nuklear.
Beberapa perubahan morfologi yang akan terlihat pada pemeriksaan sliplamp dengan midriasis maksimum:
a. Vacuoles: akumulasi cairan akan terlihat sebagai bentuk vesicle cortical
sempit yang kecil. Sisa vacuoles kecil dan meningkat jumlahnya.
b. Water fissure: pola rarial dari fissure yang terisi cair an yang akan terlihat
diantara fiber.
c. Lamella yang terpisah: tidak sesering water fissure, ini berisi suatu zona
cairan diantara lamella (biasanya antara lamella clear dan fiber kortikal).
d. Cuneiform cataract: ini sering ditemukan dengan opaksitas radier dari
lensa peripheral seperti jari-jari roda
3. Katarak subkapsular posterior. Terletak pada lapisan korteks posterior. Pada
tahap awal akan terlihat sedikit perubahan warna pada slitlamp, tahap lanjut
akan terbentuk granul yang keruh. Biasanya pasien akan mengeluhkan silau
dan penglihatannya kabur saat melihat cahay terang, ini disebabkan karena
katarak subkapsular posterior mengaburkan sebagian besar celah pupil saat
terjadi miosis (diinduksi oleh cahaya terang, akomodasi, ataupun oleh miotik)
ketajaman penglihatan biasanya berkurang.

Gambar 7. Katarak Subkapsular Posterior


Selain karena penuaan, kekeruhan lensa juga dapat disebabkan oleh
trauma,

penggunaan

kortikosteroid

(topical/intraokuler

taupun

sistemik),

peradangan, radiasi dan alkohol.


STADIUM MATURASI KATARAK

11

Katarak di bagi dalam beberapa stadium:


1. Stadium pemisahan lamellar
Fenomena ini hanya bisa dibuktikan melalui pemeriksaan slitlamp, pada
tahap ini perubahan masih bersifat reversibel.
2. Stadium katarak insipient
Terjadi kekeruhan lensa tahap awal dengan daerah yang masih terlihat
jelas diantaranya. Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji menuju
korteks anterior dan posterior (katarak kortikal).
Terdapat 2 tipe katarak pada stadium ini:
a. Katarak cuneiform. Ditandai dengan kekeruhan yang berbentuk seperti
baji dengan daerah yang masih jelas diantaranya. Kekeruhan ini meluas
dari ekuator kearah pusat dan pada tahap awal hanya dapat ditunjukkan
setelah pupil dilebarkan. Kekeruhan pertama kali terlihat di kuadran nasal
bagian bawah. Kekeruhan pada daerah ini terlihat baik dalam kortkes
anterior maupun posterior dan puncaknya perlahan maju menuju pupil,
pada pencahayaan oblik terlihat gambaran khas berupa pola radial
kekeruhan berwarna putih keabu-abuan pada oftalmoskopi langsung,
kekeruhan ini muncul sebagai garis gelap yang berlawanan dengan refleks
fundus. Karena katarak cuneiform dimulai di perifer dan meluas ke pusat,
gangguan penglihatan biasanya terjadi pada tahap lanjut.
b. Katarak cupuliform. Kekeruhan berbentuk seperti cawan, berkembang
tepat di bawah kapsul dan biasanya di bagian tengah dari korteks posterior
(katarak subkapsular posterior), yang secara bertahap meluas ke posterior.
Biasanya ada pembatasan yang jelas antara katarak dan korteks yang jelas
sekitarnya. Katarak cupuliform terletak tepat di jalur axis visual sehingga
menyebabkan gangguan awal ketajaman penglihatan.
3. Katarak immature. Sebagian lensa keruh atau katarak. Merupakan katarak
yang belum mengenai seluruh lapis lensa. Volume lensa bertambah akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan degeneratif lensa. Pada keadaan lensa
mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi
glaukoma sekunder.
Pada tahap ini, katarak berlangsung lebih lanjut. Pola cupuliform dapat
terlihat sampai stadium lanjut katarak immature saat kekeruhan menjadi lebih
menyebar dan tidak teratur. Lensa muncul putih keabu-abuan tapi korteks
masih ada dan iris shadow terlihat. Pada beberapa pasien, di tahap ini lensa

12

bisa membengkak akibat hidrasi yang berkelanjutan (katarak intumescent).


Karena pembengkakan lensa COA bisa semakin dangkal.
4. Katarak matur. Dalam tahap ini kekeruhan menjadi difus, yaitu seluruh
korteks yang terlibat. Lensa terlihat seperti mutiara putih. Kekeruhan telah
mengenai seluruh lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang
menyeluruh. Bila katarak imatur tidak dikeluarkan, maka cairan lensa akan
keluar sehingga lensa kembali pada ukuran normal dan terjadi kekeruhan lensa
yang lama kelamaan akan mengakibatkan kalsifikasi lensa pada katarak matur.
Bilik mata depan berukuran dengan kedalaman normal kembali, tidak terdapat
bayangan iris pada shadow test, atau disebut negatif.

Gambar 8. Katarak Matur


5. Katarak hipermatur, merupakan katarak yang telah mengalami proses
degenerasi lanjut, dapat menjadi keras, lembek dan mencair. Massa lensa yang
berdegenerasi keluar dari kapsul lensa, sehingga lensa menjadi kecil, berwarna
kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan terlihat
lipatan kapsul lensa.

13

Gambar 9. Katarak Hipermatur

Gambar 10. Nukleus yang berwarna coklat sudah turun di dalam korteks yang
mencair.
Kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula
zinni menjadi kendur. Bila proses katarak berlanjut disertai dengan penebalan
kapsul, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka
korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan
nukleus yang terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat, keadaan
tersebut dinamakan katarak morgagni.

14

Gambar 11. Katarak Morgagni

15

Tabel 2. Gambaran bentuk dari katarak senilis

16

MANIFESTASI KLINIS
Sebagian besar katarak tidak terlihat pada pengamatan sepintas sampai
lensanya menjadi cukup kerus untuk menyebabkan gangguan penglihatan yang
berat. Dengan semakin keruhnya lesna, fundus okuli akan semakin sulit untuk
dilihat, sampai akhirnya refleks fundus menjadi hilang sama sekali. Pada stadium
ini, katarak biasanya telah matur, dan pupil menjadi putih. Keluhan-keluhan yang
umumnya di alami penderita antara lain:
a.
b.
c.
d.

Pandangan kabur
Semakin kesulitan melihat pada malam hari atau cahaya redup
Ukuran kacamata sering berubah.
Silau, Keluhan ini termasuk seluruh spectrum dari penurunan sensitivitas
kontras terhadap cahaya terang lingkungan atau silau pada siang hari

hingga silau ketika endekat ke lampu pada malam hariWarna terlihat pudar
e. Sering berganti kacamata atau lensa kontak
f. Penglihatan ganda pada satu mata (diplopia monocular). Kadang-kadang,
perubahan nuklear yang terkonsentrasi pada bagian dalam lapisan lensa,
menghasilkan area refraktil pada bagian tengah dari lensa, yang sering
memberikan gambaran terbaik pada reflek merah dengan retinoskopi atau
ophtalmoskopi langsung. Fenomena seperti ini menimbulkan diplopia
monocular yang tidak dapat dikoreksi dengan kacamata, prisma, atau lensa
kontak.
g. Pada kasus yang lebih lanjut, pupil yang normalnya terlihat hitam, akan
terlihat seperti susu. Pandangan pasien menurun hingga hanya bisa
membedakan cahaya dari gelap.
h. Perubahan miopik. Progesifitas katarak sering meningkatkan kekuatan
dioptrik lensa yang menimbulkan miopia derajat sedang hingga berat.
Sebagai akibatnya, pasien presbiop melaporkan peningkatan penglihatan
dekat mereka dan kurang membutuhkan kaca mata baca, keadaan ini
disebut dengan second sight. Secara khas, perubahan miopik dan second
sight tidak terlihat pada katarak subkortikal posterior atau anterior.
DIAGNOSIS
Katarak biasanya didiagnosis melalui pemeriksaan rutin mata. Sebagian
besar katarak tidak dapat dilihat oleh pengamat awam sampai menjadi cukup
padat (matur atau hipermatur) dan menimbulkan kebutaan. Namun, katarak pada

17

stadium perkembangannya yang paling dini dapat diketahui melalui pupil yang di
dilatasi maksimum dengan ophtalmoskop, kaca pembesar, atau slitlamp.
Fundus okuli menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan semakin
padatnya kekeruhan lensa, sampai reaksi fundus sama sekali hilang. Pada stadium
ini katarak biasanya telah matang dan pupil mungkin tampak putih.
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan sinar
celah (slit-lamp), funduskopi pada kedua mata bila mungkin, tonometer selain dari
pada pemeriksaan prabedah yang diperlukan lainnya seperti adanya infeksi pada
kelopak mata, konjungtiva, karena dapat penyulit yang berat berupa panoftalmitis
pasca bedah dan fisik umum.
Pemeriksaan shadow test dilakukan untuk menentukan stadium pada
katarak senilis. Selain itu, pemeriksaan ofthalmoskopi direk dan ondirek dalam
evaluasi dari intergritas bagian belakang harus dinilai.
PENATALAKSANAAN
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika
gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala
cukup dengan mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat
menjernihkan lensa yang keruh. Namun, aldose reductase inhibitor diketahui
dapat menghambat konversi glukosa menjadi sorbitol, sudah memperlihatkan
hasil yang menjanjikan dalam pencegahan katarak gula pada hewan. Obat anti
katarak lainnya sedang diteliti termasuk diantaranya agen yang menurunkan kadar
sorbitol, aspirin, agen glutathione-raising, dan antioksidan vitamin C dan E.
Indikasi utama untuk operatif adalah gangguan penglihatan yang sudah
mengganggu aktivitas pasien. Jika katarak mengenai kedua mata, operasi
dilakuakan terhadap mata yang lebih dahulu sakit.
Kontraindikasi bedah yaitu:
-

Koreksi reaktif masih bisa memenuhi kebutuhan pasien


Tindakan pembedahan tidak bisa diharapkan untuk meningkatkan fungsi

penglihatan dan tidak ada indikasi lain untuk pengangkatan lensa


Pasien tidak bisa melewati operasi dengan baik karena ada penyakit lain
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa.

Lebih dari bertahun-tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari

18

metode yang kuno hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan
dengan evolusi IOL yang digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan
bahan implantasi. Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe
bedah lensa yaitu Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE) dan Ekstra Capsuler
Cataract Ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang
tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE,
ECCE, dan phacoemulsifikasi.
1. Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE). Tindakan pembedahan dengan
mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Seluruh lensa dibekukan di
dalam kapsulnya dengan cryophake dan dipindahkan dari mata melalui insisi
korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada
keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak
sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer.
ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang
dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit
yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisma, glukoma, uveitis,
endoftalmitis dan perdarahan.

19

Gambar 11. Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)


2. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE). Tindakan pembedahan pada
lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau
merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat
keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda,
pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa
intra ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra okular,
kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk
terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolaps
badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid
macular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat
melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang
dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.

20

Gambar 12. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)


3. Fakoemulsi. Fakoemulsi maksudnya membongkar dan memindahkan kristal
lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3 mm) di
kornea. Getaran ultrasonik akan digunakan untuk menghancurkan katarak,
selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa katarak yang telah hancur
sampai bersih. Sebuah lensa intra okular (IOL) yang dapat dilipat dimasukkan
melalui irisan tersebut. Karena insisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan,
akan pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan cepat
kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Tehnik ini bermanfaat pada katarak
kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini kurang
efektif pada katarak senilis padat, dan keuntungan insisi limbus yang kecil
agak kurang kalau akan dimasukkan lensa intra okular, meskipun sekarang
lebih sering digunakan lensa intra okular fleksibel yang dapat dimasukkan
melalui insisi kecil seperti itu.
21

Gambar 13. Fakoemulsi


4. SICS. Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang
merupakan

teknik

pembedahan

kecil.

Teknik

ini

dipandang

lebih

menguntungkan karena lebih cepat sembuh dan murah. Apabila lensa mata
penderita katarak telah diangkat maka penderita memerlukan lensa pengganti
untuk memfokuskan penglihatannya dengan cara sebagai berikut:
- kacamata afakia yang tebal lensanya
- lensa kontak
- lensa intra okular, yaitu lensa permanen yang ditanamkan di dalam mata
pada saat pembedahan untuk mengganti lensa mata asli yang telah
diangkat.
KOMPLIKASI
1. Komplikasi Intra Operatif
Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau
efusi suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus,
incacerata kedalam luka serta retinal light toxicity.
2. Komplikasi dini pasca operatif
- COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara
cairan yang keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil
dan siliar, edema stroma dan epitel, hipotonus,

brown-McLean

22

syndrome (edema kornea perifer dengan daerah sentral yang bersih


-

paling sering)
Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus
Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang
tidak

adekuat

yang

dapat

menimbulkan

komplikasi

seperti

penyembuhan luka yang tidak sempurna, astigmatismus, uveitis


anterior kronik dan endoftalmitis.
- Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi
3. Komplikasi lambat pasca operatif
- Ablasio retina
- Endoftalmitis kronik yang timbul karena organissme dengan virulensi
-

rendah yang terperangkap dalam kantong kapsuler


Post kapsul kapacity, yang terjadi karena kapsul posterior lemah
Malformasi lensa intraokuler, jarang terjadi.

PENCEGAHAN
Delapan puluh persen kebutaan atau gangguan penglihatan mata dapat
dicegah atau dihindari. Edukasi dan promosi tentang masalah mata dan cara
mencegah gangguan kesehatan mata. Sebagai sesuatu yang tidak bisa
ditinggalkan. Usaha itu melipatkan berbagai pihak, termasuk media massa, kerja
sama pemerintah, LSM, dan Perdami.
Katarak dapat dicegah, di antaranya dengan menjaga kadar gula darah
selalu normal pada penderita diabetes mellitus, senantiasa menjaga kesehatan
mata, mengonsumsi makanan yang dapat melindungi kelainan degeneratif pada
mata dan antioksidan seperti buah-buahan banyak yang mengandung vitamin C,
minyak sayuran, sayuran hijau, kacang-kacangan, kecambah, buncis, telur, hati
dan susu yang merupakan makanan dengan kandungan vitamin E, selenium, dan
tembaga tinggi.
Vitamin C dan E dapat memperjelas penglihatan. Vitamin C dan E
merupakan antioksidan yang dapat meminimalisasi kerusakan oksidatif pada
mata, sebagai salah satu penyebab katarak. Hasil penelitian yang dilakukan
terhadap 3.000 orang dewasa selama lima tahun menunjukkan, orang dewasa yang
mengonsumsi multivitamin atau suplemen lain yang mengandung vitamin C dan
E selama lebih dari 10 tahun, ternyata risiko terkena katarak 60% lebih kecil.

23

Seseorang dengan konsentrasi plasma darah yang tinggi oleh dua atau tiga
jenis antioksidan (vit C, vit E, dan karotenoid) memiliki risiko terserang katarak
lebih rendah dibandingkan orang yang konsentrasi salah satu atau lebih
antioksidannya lebih rendah.
Hasil penelitian lainnya yang dilakukan Farida (1998-1999) menunjukkan,
masyarakat yang pola makannya kurang riboflavin (vitamin B2) berisiko lebih
tinggi terserang katarak. Menurut Farida, ribovlafin memengaruhi aktivitas enzim
glutation reduktase. Enzim ini berfungsi mendaur ulang glutation teroksidasi
menjadi glutation tereduksi, agar tetap menetralkan radikal bebas atau oksigen.
PROGNOSIS
Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi
sangat jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah
katarak resiko ini kecil dan jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada
pembedahan dengan ECCE atau fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam
penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis pada pemeriksaan dengan
menggunakan snellen chart.

24

BAB III
PRESENTASI KASUS
I. Identitas Pasien
Nama
Umur
Jenis Kelamin
No. CM
Alamat `
Pekerjaan
Tanggal Pemeriksaan

: Ny. Ti Hawa
: 70 tahun
: Perempuan
: 103-35-34
: Calang
: Petani
: 8 Januari 2015

Keadaan Umum
Kesadaran

: Kompos Mentis

II. Anamnesa
Keluhan Utama :
Mata kiri kabur
Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang dengan keluhan mata kiri kabur sejak 1 bulan yang lalu.
Awalnya pasien mengeluhkan bahwa kedua pandangan matanya terasa kabur
sejak 1 tahun yang lalu, namun dalam sebulan terakhir penglihatan mata kiri
berkurang terjadi secara perlahan-lahan sehingga pasien akhirnya hanya bisa

25

melihat cahaya saja. Hal tersebut dirasakan pasien ketika bangun tidur pagi hari.
Terkadang pasien melihat bayangan seperti berawan gelap yang mengikuti
gerakan mata pada lapangan pandangnya. Pasien tidak mengeluhkan pandangan
silau dan ganda. Pasien juga tidak mengeluhkan nyeri. Saki kepala, mual, munta
tidak dirasakan pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, DM dan trauma pada mata
sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga pasien yang mengeluhkan keluhan yang sama.
Riwayat Penggunaan Obat
Disangkal
Riwayat Kebiasaan Sosial
Pasien merupakan seorang petani.
III. Status Oftalmologis
OD

5/50 tidak terkoreksi


dengan pinhole

Pemeriksaan

Visus

OS

1/~ tidak terkoreksi


dengan pinhole

Hirschberg

26

Gerakan Bola Mata


Dalam batas normal
Hiperemis (-)

Palpebra

Dalam batas normal


Hiperemis (-)

Inj. Konjungtiva (-)

Konjungtiva Bulbi

Inj. Konjungtiva (-)

Inj. Siliar (-)


Hiperemis (-)
Pucat (+)
Jernih (+)
Infiltrat (-)
Ulkus (-)

Konjungtiva Tarsal

Kornea

Sikatrik (-)
Normal (+)
Dalam (+)

RCL (+)
RCTL (+)
Shadow test (-)
Jernih (-)
Terlampir

IV.

Pucat (+)
Jernih (+)
Infiltrat (-)
Ulkus (-)
Sikatrik (-)
Normal (+)

COA

Dangkal (-)
Bulat (+)
Isokor (+)

Inj. Siliar (-)


Hiperemis (-)

Dalam (+)
Dangkal (-)
Bulat (+)

Iris/ Pupil

Lensa

Isokor (+)
RCL (+)
RCTL (+)
Shadow test (-)

Funduskopi
Tabel 3. Hasil pemeriksaan status oftalmologis

Jernih (-)
Terlampir

Pemeriksaan Penunjang
1. Slit Lamp
2. Tonometri
Didapatkan tekanan inta okular (TIO) mata kiri pasien 17,3 mmHg.
3. IOL (Intra Ocular Lensa)
IOL OS = 21,0
4. USG (Ultra Sonografi)

27

V. Diagnosis
Katarak Hipermatur OS
VI.

Penatalaksanaan
1. Dilakukan tindakan bedah berupa Small Incision Cataract Surgery (SICS)
+ Intraocular Lensa (IOL) OS
2. Medikamentosa :
Cendo Lyteers ED 4 dd gtt 1 ODS

VII.

Prognosis

Quo ad Vital

: dubia ad bonam

Quo ad Functionam

: dubia ad bonam

Quo ad Sanactionam : dubia ad bonam

28

KESIMPULAN
Telah dilaporkan seorang pasien perempuan usia, 70 tahun, masuk ke
poliklinik mata RSUD dr. Zainal Abidin dengan diagnosis katarak hipermatur OS.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
dilakukan terhadap pasien.
Dari anamnesis didapatkan keluhan mata kiri kabur sejak 1 bulan yang
lalu, dan dalam sebulan terakhir penglihatan mata kiri berkurang terjadi secara
perlahan-lahan sehingga pasien akhirnya hanya bisa melihat cahaya saja. Dari
pemeriksaan fisik ditemukan visus mata kanan 5/50 dan visus mata kiri 1/~,
keduanya tidak dikoreksi. Pemeriksaan tonometri didapatkan TIO 17,3 mmHg
dan IOL 21,0. Dari pemeriksaan USG juga tidak didapatkan penyebab lain
pandangan kabur.
Manifestasi klinis untuk katarak adalah pandangan kabur, kesulitan
melihat pada malam hari atau cahaya redup, terlalu silau saat melihat cahaya,
melihat hal disekitar cahaya, warna terlihat pudar, sering berganti kacamata atau
lensa kontak, penglihatan ganda pada satu mata, dan pada kasus yang lebih lanjut,
pupil yang normalnya terlihat hitam akan terlihat seperti susu. Pandangan pasien
menurun hingga hanya bisa membedakan cahaya dari gelap.
Penatalaksanaan pada pasien ini adalah tindakan pembedahan yang akan
dilakukan Incision Cataract Surgery (SICS) dan pemasangan Intra Ocular Lens
(IOL).

29

DAFTAR PUSTAKA
1. Mandang J. H. AA, Katarak, Dalam: Penyebab Utama Kebutaan di Indonesia,
FK Unsrat Manado, 2004: 14-31.
2. Murril A.C, Stanfield L.D, Vanbrocklin D.M, Bailey L.I, Denbeste P.B,
Dilomo C.R, et all. (2004). Optom Etric Clinical Practice Guideline.
American Optometric Association: U.S.A
3. Vaugan G. D, Asbury T, Eva R.P. (2000). Oftalmologi Umum, hal 401-406.
Edisi 14. Widya Medika: Jakarta.
4. Lucy C. Understanding Cataract Extraxtion, last update 22 November 2010.
5. Zorab, A. R, Straus H, Dondrea L. C, Arturo C, Mordic R, Tanaka S, et all.
(2005-2006). Lens and Cataract. Chapter 5 Pathology page 45-69. Section 11.
American Academy of Oftalmology : San Francisco.
6. Ilyas S. (2011). Ilmu Penyakit Mata. Tajam Penglihatan, Kelainan Refraksi
dan Penglihatan Warna, hal 72-75. Edisi 4. Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
7. Resnikoff S, Pascolini D, Moriotti P. S, Pokharel P. P. (2008) Global
Magnitude of Visual Impartment Cause by Uncorrected Refractive Error in
2004. Bulletin of World Health Organization. Volume 86. Number 1. U.S.A.
8. Lang, Gerhard K. Opthalnology, A short Textbook, Penerbit Thieme Stuttgart,
New York, 2000, hal 173-185.
9. Vajpayee, Rasik. Chataract, Juni 2008, available at www.cera.unimelb.edu,
last Update 22 November 2010.
10. Kohnen, T. Cataract and Refractive Surgery, Penerbit Springer, Germany,
2005, hal 19.
11. Victor, Vicente. Cataract Senile, available at www.emedicine.com, last update
22 November 2010.

30

12. Ocampo,

Vicente

Victor

D,

Senile

Cataract,

2009,

available

at

www.emedicine.com/ last update 22 November 2010.


13. Wijana, Nana S.D, Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke-6, Penerbit Abadi Tegal,

Jakarta, 1993 : 190-196

31

Anda mungkin juga menyukai