BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Manfaat
Laporan kasus ini diharapkan dapat meningkatkan dan mengembangkan
kemampuan penulis maupun pembaca khususnya peserta P3D untuk
mengintergrasikan teori yang telah ada dengan aplikasi pada kasus yang dijumpai
di lapangan.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
darah merah dan paling banyak 4 sel darah putih / ml. Fungsinya adalah baik fisik
(kompensasi untuk perubahan volume, buffering dan pemerataan tekanan
intrakrania) dan metabolic (transportasi nutrisi dan hormon ke otak, dan produk-
produk limbah dari itu). Total volume CSF pada orang dewasa adalah 150ml,
yang 30 ml di ruang subarachnoid tulang belakang. Sekitar 500ml cairan
serebrospinal diproduksi per hari, dengan aliran 20 ml / jam. Denyut normal CSF
mencerminkan denyut otak akibat perubahan vena serebral dan volume arteri,
respirasi, dan head movements. Manuver Valsava meningkatkan tekanan CSF.
CSF dibentuk dalam pleksus koroid mengalir melalui sistem ventrikel dan melalui
foramen Magendie dan Luschka ke sisterna basalis. Kemudian beredar lanjut ke
dalam ruang subarachnoid tulang belakang, atas permukaan otak kecil dan otak,
akhirnya mencapai situs penyerapan CSF. Hal ini terutama diserapmelalui vili
arachnoid (granulasi arakhnoid, sel-sel pacchionian), yang paling melimpah di
sepanjang sinus sagital superior tetapi juga ditemukan pada tingkat tulang
belakang. CSF melewati vili arachnoid dalam satu arah, dari ruang subarachnoid
ke kompartemen vena, dengan mekanisme katup. Pada saat yang sama, CSF
berdifusi ke dalam jaringan otak yang berdekatan dengan ruang CSF dan diserap
oleh kapiler. Blood brain barrier adalah istilah kolektif untuk semua hambatan
yang terletak di antara plasma dan neuropil, salah satunya adalah blood CSF
barrier (BCB). Proses penyakit sering mengubah permeabilitas BBB, tapi sangat
jarang yang dari BCB tersebut. Morfologis, BCB yang dibentuk oleh epitel
koroid, sedangkan BBB dibentuk oleh persimpangan ketat (zonula occludens) dari
kapiler sel endotel. Fisiologis, sistem hambatan memungkinkan pengaturan
osmolaritas jaringan otak dan CSF dan, dengan demikian, tekanan intrakranial dan
volume controlled. Biokimia, BCB adalah permeabel akan zat larut air (e. G.,
Protein plasma) tetapi tidak untuk liposoluble zat seperti anestesi, obat-obatan
psikoaktif, dan analgesik. BBB umumnya permeabel terhadap zat liposoluble
(berat molekul kurang dari 500 dalton) tetapi tidak untuk zat yang larut dalam air.3
6
None 1
Not Testable NT
Verbal Response
Oriented 5
Confused Conversation 4
Inappropriate words 3
Sounds Incomprehensible 2
None 1
Non-Testable NT
Decorticate posturing 3
Decereberate posturing 2
7
None (flaccid) 1
Non-Testable NT
b. Morfologi
Trauma kepala dapat meliputi fraktur os kalvaria dan lesi intrakranial,
seperti kontusio, hematoma, cedera difus, dan adanya edema atau
hiperemia
1. Fraktur Kranium
Dapat terjadi pada atap kranium maupun basis kranii. Dapat
berberntuk linear ataupun depressed dengan fraktur terbuka maupun
tertutup. Fraktur basis kranii biasanya membutuhkan CT Scan dengan
pengaturan bone-window untuk identifikasi. Tanda-tanda klinis dari
fraktur basis kranii meliputi periorbital ecchymosis, retroauricular
ecchymosis, rhinorrrhea atau otorrhea, dan gangguan N.VII dan
N.VIII. munculnya tanda-tanda ini meningkatkan indeks kecurigaan
terhadap fraktur basis kranii. Beberapa fraktur dapat melewati kanalis
carotis dan merusak a. Carotis (diseksi, pseudoaneurysm, dan
thrombosis). Pada kasus ini, harus dilakukan CTA.
Open atau Compound Fracture memberikan gambaran laserasi
SCALP dan permukaan serebri ketika terjadi kerusakan dura
2. Lesi Intrakranial
2.1. Diffuse Brain Injury
Cedera kepala difus dapat terjadi dalam bentuk concussion,
dimana dapat terjadi normal nya CT scan hingga terjadi cedera
kepala sekunder yang parah. Pada concussion, pasien memiliki
gejala neurologis nonfokal yang terganggu dimana meliputi
penurunan kesadaran. Gangguan difus yang parah, sering terjadi
melalui hipoksia, iskemia oleh karena shock berkepanjangan atau
apnea. Pola difus yang lain yang biasanya terjadi pada cedera
dengan kecepatan tinggi atau deselerasi, dapat memproduksi
perdarahan multipel pada hemisfer serebri. Cedera ini biasanya
8
terjadi pada perbatasan antara white matter dan grey matter dan
disebut sebagai Diffuse Axonal Injury.
2.2. Focal Brain Injury
Lesi fokal meliputi EDH, SDH, kontusio dan ICH.
a. EDH
EDH relatif jarang terjadi dan terjadi pada 0.5% pasien
dengan cedera kepala dan 9 % pasien TBI yang koma.
Hematom ini terjadi dalam bentuk bikonveks atau berbentuk
lentikuler karena perdarahan mendorong dura menjauhi tabula
intena dari Kranium. Biasa terletak pada temporal atau regio
temporoparietal dan terjadi pada ruptur a. Meningea media oleh
karena fraktur. Clot pada perdarahan ini biasanya berasal dari
Arteri, tetapi dapat terjadi pada kerusakan sinus venosus atau
perdarahan melalui fraktur kranium. Presentasi klinik klasik
pada EDH biasanya adalah adanya lucid interval dan
deteriorasi neurologis.
b. SDH
SDH sering terjadi daripada EDH terjadi pada 30% pasien
dengan cedera kepala berat. Biasanya terjadi pada rupturnya
bridging vein pada korteks cerebri. Pada SDH biasanya
berbentuk bikonkaf pada CT scan. Kerusakan pada SDH secara
tipikal lebih berat daripada EDH oleh karena keterlibatan
gangguan parenkimal.
c. ICH dan kontusio
Kontusio serebral sering terjadi pada 20-30 % kasus cedera
kepala berat. Kontudio biasanya terjadi pada lobus frontalis dan
temporalis, walaupun dapat terjadi pada area otak yang lain.
Dalam beberapa jam maupun hari, kontudio dapat berkembang
menjadi ICH.
9
Secondary Survey
Pemeriksaan Status Generalis
Pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, serta
pemeriksaan khusus untuk menentukan kelainan patologis, dengan metode:
– Dari ujung rambut sampai dengan ujung kaki atau,
– Per organ B1 – B6 (Breath, Blood, Brain, Bowel, Bladder, Bone)
2.4 Definisi dan Etiologi
Epidural hematom adalah salah satu jenis perdarahan intracranial yang paling
sering terjadi karena fraktur tulang tengkorak. Otak di tutupi olek tulang
tengkorak yang kaku dan keras. Otak juga di kelilingi oleh sesuatu yang berguna
sebagai pembungkus yang di sebut dura. Fungsinya untuk melindungi otak,
menutupi sinus-sinus vena, dan membentuk periosteum tabula interna.. Ketika
seorang mendapat benturan yang hebat di kepala kemungkinan akan terbentuk
suatu lubang, pergerakan dari otak mungkin akan menyebabkan pengikisan atau
robekan dari pembuluh darah yang mengelilingi otak dan dura, ketika pembuluh
darah mengalami robekan maka darah akan terakumulasi dalam ruang antara dura
dan tulang tengkorak, keadaan inlah yang di kenal dengan sebutan epidural
hematom.2.3
Epidural hematom sebagai keadaan neurologist yang bersifat emergency dan
biasanya berhubungan dengan linear fraktur yang memutuskan arteri yang lebih
besar, sehingga menimbulkan perdarahan. Venous epidural hematom
11
EDH juga dapat terjadi pada durante operasi sebagai hasil dari dekompresi
lesi kontralateral, dan dapat dipertimbangkan jika terjadi pembengkakakn
intraoperatif atau ketika TIK postoperasi tidak dapat terkontrol.6.7.8
2.6 Gejala Klinis dan Pemeriksaan Fisik EDH
Gejala Klinis
Gejala yang sangat menonjol pada epidural hematom adalah kesadaran
menurun secara progresif. Pasien dengan kondisi seperti ini seringkali tampak
memar disekitar mata dan dibelakang telinga. Sering juga tampak cairan yang
keluar pada saluran hidung dan telingah. Setiap orang memiliki kumpulan gejala
yang bermacam-macam akibat dari cedera kepala. Banyak gejala yang timbul
akibat dari cedera kepala. Gejala yang sering tampak :9.10.11
1. Penurunan kesadaran , bisa sampai koma
2. Bingung
3. Penglihatan kabur
4. Susah bicara
5. Nyeri kepala yang hebat
6. Keluar cairan dari hidung dan telingah
7. Mual
8. Pusing
9. Berkeringat
Pemeriksaan Fisik5
1. Pemeriksaan kepala
Mencari tanda :
a. Jejas di kepala meliputi; hematoma sub kutan, sub galeal, luka
terbuka, luka tembus dan benda asing.
b. Tanda patah dasar tengkorak, meliputi; ekimosis periorbita (brill
hematoma), ekimosis post auricular (battle sign), rhinorhoe, dan
otorhoe serta perdarahan di membrane timpani atau leserasi kanalis
auditorius.
c. Tanda patah tulang wajah meliputi; fraktur maxilla (Lefort), fraktur
rima orbita danfraktur mandibula
13
BAB 3
STATUS ORANG SAKIT
3.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama : Penurunan Kesadaran
Telaah :
- Hal ini dialami sejak kurang lebih 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Awalnya
pasien mengalami kecelakaan lalu lintas saat pasien mengendarai sepeda motor
kemudian pasien bertabrakan dengan pengendara lain dari arah berlawanan
atau depan.
- Riwayat pingsan saat kejadian dijumpai. Riwayat sadar diantara dua masa tidak
sadar tidak dijumpai.
- Nyeri kepala tidak dijumpai. Sesak nafas tidak dijumpai.
- Mual tidak dijumpai, muntah dijumpai.
- BAK dijumpai dalam batas normal, BAB dijumpai dalam batas normal.
- Riwayat kejang dan demam tidak dijumpai.
- Riwayat hipertensi dan diabetes melitus disangkal oleh keluarga pasien.
- Pasien merupakan pasien rawatan RS Sibolga, dirawat 3 hari lalu dirujuk untuk
penanganan lebih lanjut.
RPO : Tidak ada
RPT : Tidak ada
Hasil :
Tidak tampak kelainan pada cor dan pulmo
3.14.3 CT-Scan
20
3.16 TATALAKSANA
- Head up 30 derajat
- IVFD RSol 20 gtt/i
- Injeksi Ceftriaxone 1 gr/12 jam
- Injeksi Gentamicin 80 mg/8 jam
3.17 RENCANA
Craniotomy Evakuasi EDH + Debridement Koreksi Fraktur
21
BAB 4
FOLLOW UP
Follow up tanggal 26 Juni 2018
S Penurunan Kesadaran (+)
O GCS: 12 E3M5V4
Pupil isokor d= 3mm/3mm, RC +/+
A Head injury GCS 12 E3M5V4
P Head CT Scan ( axial, sagital, coronal)
BAB 5
DISKUSI KASUS
NO TEORI KASUS
1 GEJALA KLINIS
Gejala yang sering tampak : - Penurunan
1. Penurunan kesadaran , bisa sampai koma Kesadaran
2. Bingung - Riwayat pingsan
3. Penglihatan kabur saat kejadian
4. Susah bicara dijumpai.
5. Nyeri kepala yang hebat
6. Keluar cairan dari hidung dan telingah
7. Mual
8. Pusing
9. Berkeringat
BAB 6
KESIMPULAN
- Head up 30 derajat
DAFTAR PUSTAKA
1. Waxman, Stephen; Clinical Neuroanatomy ed 27; Lange; 2016; 149-160
2. Sidharta P, Mardjono M,2005, Neurologi Klinis Dasar, Dian Rakyat, Jakarta.
3. Wilson M. L, Price S. A,2002 Patofisiologi, vol.2, Edisi 6.
4. ATLS,Student Course Manual ed 10 2018
5. Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Bedah Saraf Universitas Airlangga.
Modul Trauma. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soetomo. 2016.
6. Adam and Victors, Principles of Neurology ed 10, McGraw Hill, 2013
7.Medscape, Epidural Hematom. [www.medscape.com/epiduralhematom]
8.Jallo J, Loftus CM, Neurotrauma and Critical Care of the Brain. Thieme. 2013
9. Sidharta P, Mardjono M,2005, Neurologi Klinis Dasar, Dian Rakyat, Jakarta.
10.Wilson M. L, Price S. A,2002 Patofisiologi, vol.2, Edisi 6.
11.Sitorus ,S. M, 2004, Sistem Ventrikel dan liquor Cerebrospinal, USU.
12. Medscape, Epidural Hematom. [www.medscape.com/epiduralhematom]
13.Wilkins, Williams L, 2008, ContralateralbAcute Epidural Hematoma After
Decompressive Surgery of Acute Subdural Hematoma, Vol. 65.
14.Leon J, Maria J, 2010, The Infrascanner, a handheld device for screening in
situ for the presence of brain Haematoms.