NYAMAN HIPOTERMI
Disusun Oleh :
Dini Dinanti (2018.1235)
Puji dan syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
Rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman Hipotermi” ini dengan
lancar. Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen
pembimbing mata kuliah Keperawatan Medikal Medah II.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang kami peroleh dari
buku panduan, serta informasi dari media massa yang berhubungan dengan “Asuhan
Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman Hipotermi “ tak lupa saya ucapkan
terima kasih kepada dosen pengajar mata kuliah “Keperawatan Medikal Bedah II” atas
bimbingan dan arahan dalam penulisan tugas, juga kepada rekan- rekan mahasiswa yang
telah mendukung sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya harap makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Saya menyadari
makalah ini masih jauh dari sempurna, maka saya mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Penyusun
DAFTAR ISI
A. LATAR BELAKANG
Hipotermi atau hypothermia merupakan suatu kondisi dimana tubuh kehilangan
suhu panas dengan cepat sehingga menyebabkan temperatur tubuh menurun drastis.
Seseorang bisa dikatakan mengalami hipotermi jika suhu tubuhnya di bawah 35°C.
Hipotermi sangat berbahaya karena dapat berkembang dengan cepat. Jika tidak diobati,
dapat menyebabkan syok dan berakibat fatal (Milne, 2009). Selain itu paparan suhu
yang dingin juga mengakibatkan kematian karena dapat memperburuk kondisi kronis
yang sudah ada sebelumnya (seperti penyakit kardiovaskular dan penyakit pernapasan)
dan mereka yang menjalani pengobatan lebih rentan terhadap efek dingin (Berko et all,
2014).
Secara fisiologis jika suhu disekeliling sangat dingin akan terjadi perbedaan suhu
yang sangat mencolok pada bagian kulit. Keadaan ini menyebabkan ketidaknyamanan
pada tubuh. Ketidaknyamanan yang berasal dari luar akan mengakibatkan perubahan
fungsional organ sebagai respon alami yang bertujuan untuk menyesuaikan tubuh
dengan ketidaknyamanan tersebut.
Kemampuan manusia untuk bekerja ditempat dingin tergantung pada integritas
fungsi otak dan fungsi kaki.Tanda umum yang biasanya muncul bila tekanan hawa
dingin ialah pendinginan otak kemudian tidak terkoordinasi, pendinginan kaki dan
bagian tangan, hasilnya terjadi kekakuan. Akibat dari semua itu, seseorang akan sulit
untuk melakukan pekerjaannya.
Paparan terhadap dingin dapat menyebabkan penurunan suhu tubuh .panas yang
di bentuk tubuh atau yang diperoleh tidak cukup untuk mengimbangi kehilangan panas
sehingga suhu tubuh menjadi rendah < 35 C atau hipotermia. Tubuh akan berusaha
untuk mengatasinya dengan cara bergetar, suatu respon bawah sadar untuk
meningkatkan suhu tubuh melalui aktivitas otot. Suhu lingkungan tidak perlu terlalu
dingin untuk mencetus hipotermia.Hipotermia dapat terjadi akibat penderita berada di
lingkungan alam terbuka untuk waktu yang cukup lama. Ada beberapa keadaan yang
memperburuk hipotermia yaitu suhu rendah, faktor angina, usia, air, kesehatan
penderita dll.
Hipotermia merupakan suatu kondisi yang dapat sangat berbahaya bila tidak di
tangani, hal ini di karenakan hipotermia akan mengganggu metabolism sehingga kerja
multi organ dapat terganggu. Perawat sebagai tim kesehatan pertama dalam menangani
pasien harus mengetahui gejala serta tindakan yang dilakukan dalam menangani pasien
dengan hipotermia.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa definisi Hipotermi ?
b. Bagaimana etiologi Hipotermi ?
c. Bagaimana pathway dari Hipotermi ?
d. Apa manifestasi klinis dari Hipotermi ?
e. Bagaimana penatalaksanaan dari Hipotermi ?
f. Bagaimana Asuhan Keperawatan dari Hipotermi ?
C. TUJUAN
a) Tujuan Umum
Mahasiswa mampu sebagai calon perawat yang professional diharapkan mengerti
dan memahami konsep pemenuhan kebutuhan rasa nyaman Hipotermi, serta mampu
memberikan asuhan keperwatan yang tepat.
b) Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian pada pasien Hipotermi.
2. Mampu menentukan masalah keperawatan pada pasien Hipotermi.
3. Mampu membuat diagnosa keperawatan pada pasien Hipotermi.
4. Mampu membuat intervensi atau rencana keperawatan pada pasien Hipotermi.
5. Mampu membuat implementasi atau tindakan keperawatan pada pasien
Hipotermi.
6. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien Hipotermi.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi
Hipotermia adalah penurunan suhu inti tubuh menjadi < 35 ̊C (atau 95 ̊F)
secara involunter. Lokasi pengukuran suhu inti tubuh mencakup rektal, esofageal, atau
membran timpani, yang dilakukan secara benar (Tanto, 2014). Menurut Hardisman
(2014), hipotermia didefinisikan bila suhu inti tubuh menurun hingga 35 ̊C(95 F
̊ ) atau
dapat lebih rendah lagi.
Menurut Setiati (2014), hipotermia disebabkan oleh lepasnya panas karena
konduksi,konveksi, radiasi, atau evaporasi. Local cold injurydan frostbitetimbul karena
hipotermiamenyebabkan penurunan viskositas darah dan kerusakan intraselular
(intracellular injury). Hipotermia adalah keadaan suhu tubuh di bawah 35 ̊C, dan dapat
dikategorikan sebagai berikut:
a. Hipotermia ringan: 32 –35 ̊C
b. Hipotermiasedang: 28 –32 ̊C
c. Hipotermiaberat: di bawah 28 ̊C
B. Etiologi
Menurut Tanto(2014)berdasarkan etiologinya, hipotermia dapat dibagi menjadi :
a. Hipotermia primer, apabila produksi panas dalam tubuh tidak dapat mengimbangi
adanya stres dingin, terutama bila cadangan energi dalam tubuh sedang berkurang.
Kelainan panas dapat terjadi melalui mekanisme radiasi (55-65%), konduksi (10-
15%), konveksi, respirasi dan evaporasi. Pemahaman ini membedakan istilah
hipotermia dengan frost bite (cedera jaringan akibat kontak fisik dengan benda/zat
dingin, biasanya <0 ̊C).
b. Hipotermia sekunder, adanya penyakit atau pengobatan tertentu yang menyebabkan
penurunan suhu tubuh. Berbagai kondisi yang dapat mengakibatkan hipotermia
menurut Hardisman (2014), yaitu :
1) Penyakit endokrin (hipoglikemi, hipotiroid, penyakit Addison, diabetes melitus,
dan lain –lain)
2) Penyakit kardiovaskuler (infark miokard, gagal jantung kongestif, insufisiensi
vascular, dan lain –lain)
3) Penyakit neurologis (cedera kepala, tumor, cedera tulang belakang, penyakit
Alzheimer, dan lain –lain)
4) Obat –obatan (alkohol, sedatif, klonidin, neuroleptik)
C. Manifestasi Klinis
Gejala hipotermia bervariasi tergantung tingkat keparahan cedera dingin. Tanda
dan gejala berupa kesemutan, mati rasa, perubahan warna dan tekstur kulit (Hardisman,
2014). Gejala klinis yang sering terjadi berdasarkan kategori hipotermia, menurut
Setiati (2014) :
a. Hipotermia ringan (32 –35 ̊C) : takikardi, takipnea, hiperventilasi, sulit berjalan dan
berbicara, mengigil, dan sering berkemih karena “cold diuresis”.
b. Hipotermiasedang(28 –32 ̊C): nadi berkurang, pernapasan dangkal dan pelan,
berhenti menggigil, refleks melambat, pasien menjadi disorientasi, sering terjadi
aritmia.
c. Hipotermiaberat (di bawah 28 ̊C) : hipotensi, nadi lemah, edema paru, koma, aritmia
ventrikel, henti jantung.
D. Penatalaksanaan
Prinsip – prinsip umum manajemen pra-rumah sakit menurut Hardisman (2014)
adalah mencegah kehilangan panas lebih lanjut. Korban dengan hipotermia ringan (≥33
̊C) yang ditemukan di lingkungan yang dingin, prioritas pertama adalah untuk mencari
kemungkinan adanya cedera lain. Prioritas kedua adalah untuk meningkatkan suhu inti
pasien menjadi normal, sebelum dan selama perjalanan ke rumah sakit. Pasien harus
pindah ke sebuah tenda atau tempat kering lainnya untuk menghindari angin dingin
yang kencang, pakaian yang basah harus segera dilepaskan, berikan api atau
kehangatan disekitar pasien. Deteksi nadi dan suhu tubuh mencakup rektal, esofageal,
atau membran timpani (Tanto, 2014).
Menurut Setiati (2014) dan Musliha (2010) manajemen hipotermia dimulai
dengan penilaian primer yaitu jalan napas, pernapasan, sirkulasi, dan jika diperlukan
dilakukan RJP (Resusitasi Jantung Paru).
a. Pengkajian secara cepat tentang ABCDE
1) Airway: menilai kelancaran jalan napas meliputi pemeriksaanadanya obstruksi
jalan napas yang dapat disebabkan benda asing, fraktur tulang wajah, fraktur
mandibula atau maksila, fraktur larinks atau trachea.
2) Breathing: jalan napas yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik, pertukaran
gas yang terjadi pada saat bernapas mutlak untuk pertukaran oksigen dan
mengeluarkan karbon dioksida dari tubuh. Ventilasi yang baik meliputi fungsi
yang baik dari paru, dinding dada dan diafragma.
3) Circulation: menilai keadaan hemodinamik dengan observasi tingkat kesadaran,
warna kulit, nadi dan tekanan darah. Mengontrol perdarahan segera bila terjadi
perdarahan misalnya eksternal, internal,rongga thoraks, rongga abdomen, fraktur
pelvis dan fraktur tulang panjang.
4) Disability: menilai kesadaran, ukuran dan reaksi pupil.
5) Exposure: membuka seluruh pakaian untuk evaluasi penderita, tetap menjaga
korbanuntuk tidak kedinginandengan memberikan selimut dan ruangan cukup
hangat.
b. Pasien dengan hipotermia sedang dapat diatasi dengan cara memindahkannya dari
lingkungan dingin dan menggunakan selimut.
c. Pasien dengan hipotermiaberat, sebaiknya dipantau dengan pulse oxymetri.
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Rontgen
2. Scan tulang atau tes pencitraan,
3. Magnetic resonance imaging (MRI).
F. Pathway
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama : Tn. R
Umur : 25 thn
Status : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Umur : 22 thn
I. Keluhan utama :
Pasien mengeluh merasakan kedinginan, kulit berdenyut, sensitive terhadap
panas dan dingin, terdapat luka di ujung jari, hidung, ujung telinga.
II. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke UGD dengan keluhan kedinginan, menggigil, akral pasien
dingin pada ujung jari tangan dan kaki, terdapat luka di ujung jari, hidung,
ujung telinga.
III. Riwayat Penyakit dahulu :
Tidak ada.
IV. Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada
V. Riwayat pekerjaan/ kebiasaan :
Pasien seorang karyawan swasta.
VI. Riwayat Alergi :
Tidak ada.
Progam Terapi
Terapi medis tgl 25-04-2020 :
D.O :
Pasien tampak
menggigil.
Akral pasien teraba
dingin.
Terdapat luka pada
ujung jari, hidung
dan unung telinga
yang terdapat
blister.
TD 100/80mmHg
RR 14x/mnt
S 33°c
N 70x/mnt
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipotermia b.d paparan lingkungan dingin.
b. Kerusakan integritas kulit b.d terbentuk Kristal es
3. Intervensi Keperawatan
Hari/ Diagnosa
No Tanggal/ Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf
. Jam
1. Rabu/ Hipotermia b.d Memonitor suhu tiap 2 S :
25-04- paparan jam. Pasien mengatakan
2020/ lingkungan dingin Memonitor TD, nadi, dan masih merasa
10.00 RR. kedinginan.
Memonitor warna dan Pasien mengatakan
suhu kulit. masih terdapat luka
Menyelimuti pasien untuk pada ujung jari,
mencegah hilangnya hidung dan ujung
kehangatan tubuh. telinga.
Memonitor sianosis O :
perifer. Pasien tampak
menggigil.
Akral pasien teraba
dingin.
Terdapat luka pada
ujung jari, hidung dan
unung telinga yang
terdapat blister.
TD 110/80mmHg
RR 18x/mnt
S 34°c
N 76x/mnt
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipotermia adalah penurunan suhu inti tubuh menjadi < 35 ̊C (atau 95 ̊F) secara
involunter. Lokasi pengukuran suhu inti tubuh mencakup rektal, esofageal, atau
membran timpani, yang dilakukan secara benar (Tanto, 2014).
B. Saran
Pemberian asuhan keperawatan harus dissesuaikan dengan respon dan kondisi
pasien, begitu pula dengan pasien Hipotermia. Maka diharapkan bagi seorang perawat
untuk lebih memahami serta menambah pengetahuan lebih dalam lagi akan
perkembanagan Hipotermia sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang
sesuai dengan tahap perkembangan pasien serta kebutuhan pasien yang belum
terpenuhi.
DAFTAR PUSTAKA
Greaves et al. 2006.Emergency Care Textbook For Paramedics. Edisi ke – 2. Edinburgh: Elsevier
Saunder
Hartanto, H. 2011. Pertolongan Pertama. Jakarta: Erlangga.
Proehl A. Jean. 2009. Emergency Nursing Procedure. Edisi ke – 4. Philadelphia: Elsevier Saunders