PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Peningkatan produksi IgE ini disebabkan oleh karena meningkatnya aktivitas limfosit
karena ada pengaruh dari Interleukin 4 (IL4). Produksi IL4 ini dipengaruhi oleh aktivitas sel
Th2. Kemudian Th2 akan merangsang sel B untuk memproduksi IgE. Sel mast yang akan
berikatan dengan IgE melalui FcR pada paparan yang kedua akan mengalami degranulasi
yang akan mengeluarkan mediator-mediator, seperti histamine, leukotrien (dulu dikenal
dengan Slow Reacting Substance A/SRSA), prostaglandin, LTB4, yang menimbulkan gejala
klinis dari D.A., dan juga mengeluarkan sitokin IL5 yang merekrut eosinofil (Karnen
G.Baratawijaya, 2014).
Dermatitis atopik (DA) merupakan suatu penyakit keradangan kulit yang kronik,
ditandai dengan rasa gatal, eritema, edema, vesikel, dan luka pada stadium akut, pada stadium
kronik ditandai dengan penebalan kulit (likenifikasi) dan distribusilesi spesifik sesuai dengan
fase dermtitis atopik, keadaan ini juga berhubungan dengan kondisi atopik lain pada
penderita ataupun keluarganya. (Fauzi., 2009).
Dermatitis adalah suatu peradangan pada epidermis dan dermis yang ditandai oleh
gejala objektif berupa lesi yang bersifat polimorf dan gejala subjektif gatal, dapatberupa lesi
yang bersifat polimorf dan gejala subjektif gatal, dapat disebabkan oleh faktor endogen atau
eksogen (Muryunani, 2010).
Dermatitis merupakan peradangan kulit yang sangat umum. Jika bertahan sampai
suatu jangka yang lama maka sering disebut sebagai eksem (knight, 2005)
Personal hygiene sangat erat hubungannya dengan terjadinya kelainan atau penyakit pada
kulit seperti dermatitis, oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa aspek kebersihan seperti
kebersihan kulit, kebersihan kaki, tangan, dan kuku, serta kebersihan rambut. Usia juga salah
satu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari individu (Suryani, 2011). Dermatitis Atopik (DA)
adalah penyakit kulit kronis yang sering kambuh. DA berhubungan dengan kelainan fungsi
sawar kulit dan sensitisasi alergen (Leung DYM, dkk 2008).
Dermatitis kontak adalah kondisi peradangan pada kulit yang disebabkan oleh faktor
eksternal, substansi-substansi partikel yang berinteraksi dengan kulit (National Occupational
Health and Safety Commision, 2010).
Dikenal dua macam jenis dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak iritan dan
dermatitis kontak alergik; keduanya dapat bersifat akut maupun kronis (Djuanda, 2013).
Dermatitis kontak iritan adalah efek sitotosik lokal langsung dari bahan iritan baik
fisika maupun kimia, yang bersifat tidak spesifik, pada sel-sel epidermis dengan respon
peradangan pada dermis dalam waktu dan konsentrasi yang cukup (Health and Safety
Executive, 2014)
Salah satu penyakit kulit akibat kerja adalah Dermatitis Kontak. Yaitu penyakit
inflamasi akut atau kronik yang diakibatkan oleh agen penyakit yang berasal dari
lingkungankerja dan akibat kontak atau paparan dengan bahan kimia dan paparan panas
yangberlebihan (Suma’mur 2005).
Secara garis besar, dermatitis kontak ini diklasifikasikan menjadi dua bagian besar,
yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi, keduanya dapat bersifat akut dan
kronis. Dermatitis kontak iritan merupakan reaksi perandangan non-imunologik, jadi
kerusakan kulit langsung tanpa didahului proses sensitasi. Sebaliknya, dermatitis kontak
alergik terjadi seseorang yang telah mengalami sensitif terhadap suatu allergen (Djuanda,
2008).
Hasil penelitian pada pekerja di PT Inti Pantja Press Industri oleh Fatma Lestari dan
Hari Suryo Utomo (2007), menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara dermatitis
kontak dengan jenis pekerjaan (odds ratio 3,4), usia (odds ratio 2,8), lama bekerja (odds ratio
3,5), dan riwayat dermatitis akibat pekerjaan sebelumnya (odds ratio 5,9). Dermatitis di
Provinsi Jawa Tengah sebesar 8%, tertinggi di Kabupaten Pemalang (15,7%), Sragen
(13,8%), Salatiga (13,4%) dan terendah di Demak (2,2%),Magelang Kota (2,6%),
Blora(2,8%). Dan di kendal terdata ada (11.5%). (Riskesdas Jateng 2007). Hasil penelitian
Budiono dan Cahyawati (2011), mengenai kejadian dermatitis pada petani dapat disimpulkan
bahwa ada factor-faktor yang berhubungan meliputi masa kerja, alat pelindung diri, riwayat
pekerjaan, personal hygiene cuci tangan yang kurang benar, riwayat penyakit kulit dengan
kejadian dermatitis pada petani.
B.Tujuan
1) Tujuan Umum
Tujuan umum karya ilmiah akhir ners adalah untuk menggambarkan asuhan
keperawatan keluarga dermatitis.
2) Tujuan Khusus
Tujuan khusus karya ilmiah akhir ners yaitu untuk memaparkan asuhan
keperawatan keluargga yang meliputi:
a) Masalah keperawatan serta diagnose keluarga kelolahan dengan masalah dermatitis
b) Perencanaan keperawatan yang diberikan kepada keluarga kelolahan dengan masalah
dermatitis
c) Implementasi keperawatan yang dilakukan kepada keluarga kelolahan dengan
masalah dermatitis
d) Evaluasi keperawatan yang dilakukan kepada keluarga kelolahan dengan masalah
dermatitis
e) Gambaran analisis kesenjangan antara asuhan keperawatan keluarga yang diberikan
dengan teori-teori terkait konsep keluarga, penelataksanaan asuhan keperawatan
keluarga dan tugas utama kesehatan keluarga.
C. Manfaat Penelitian
1) Manfaat Aplikatif
Karya ilmiah akhir ners ini diharapkan dapat digunakan pada keluarga dalam
menerapkan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah dermatitis