Anda di halaman 1dari 5

“RESUME PENYAKIT SISTEM INTEGUMEN : DERMATITIS”

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah yang di
ampu oleh : Ibu Sansri Diah KD, S.Pd, S.Kp, M. Kes., AIFO

Disusun Oleh :
GISCHA YOSHERAHMA ARDELIA ISMENA KUSWADI
P17320119058
IIB

POLTEKKES KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNG


JURUSAN D-III KEPERAWATAN
2021

A. Defenisi
Dermatitis adalah peradangan kulit pada epidermis dan dermis sebagai
respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau endogen yang menimbulkan
gejala klinis berupa eflorensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel,
skuama, likenifikasi) dan gatal.
Dermatitis kontak alergi adalah reaksi inflamasi kulit terhadap unsur
fisik,kimia dan biologi.

B. Penyebab Dermatitis Kontak Alergi


Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar(eksogen), misalnya bahan
kimia (contoh : detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu),
mikroorganisme (contohnya : bakteri, jamur) dapat pula dari dalam
(endogen), misalnya dermatitis atopik. (Adhi Djuanda, 2005).
Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan
iritasi dapat menjadi penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim, biasanya
memiliki penyebab berbeda pula. Seringkali, kulit yang pecah-pecah dan
meradang yang disebabkan eksim menjadi infeksi. Jika kulit tangan ada
strip merah seperti goresan, kita mungkin mengalami selulit infeksi bakteri
yang terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit muncul karena peradangan pada
kulit yang terlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan dan terasa panas
saat disentuh dan. Selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan
tubuhnya tidak bagus. Segera periksa ke dokter jika kita mengalami selulit
dan eksim.
C. Patofisiologi Alergi
Kontak yang lebih lama pada bagian tubuh yang sama atau pada
bagian tubuh lainnya dengan alergen akan menyebabkan
dermatitis.Patofisiologi Dermatitis kontak alergi,yang digolongkan
dalam reaksi imunologik type IV, merupakan hipersensitivitas lambat.
Ada dua fase untuk menimbulkan dermatitis kontak alergi :
1. Fase primer ( induktiflafferen ), yaitu penetrasi bahan yang
mempunyai berat molekul kecil ( hapten ) ke kulit. Yang kemudian
berikatan dengan karier protein di epidermis. Komponen tersebut
akan disajikan oleh sel langerhans ( LCs ) pada sel T. Dikelenjar
limfe regional, komplek yang terbentuk akan merangsang sel
limfosit T di daerah parakorteks untuk memperbanyak diri dan
berdiferensiasi menjadi sel T efektor dan sel memori. Terbentuklah
sel T memori yang akan bermigrasi ke kulit,peredaran perifer, dll.
2. Fase sekunder ( eksitasileferen ), yaitu perjalanan hapten pada
individu yang telah tersensitasi, sehingga antigen disajikan lagi oleh
sel langerhans ke sel T memori dikulit dan limfe regional.
Kemudian terjadi reaksi imun yang menghasilkan limfokin. Terjadi
reaksi inflamasi dengan perantara sel T, karena lepasnya bahan-
bahan limfokin dan sitokin. Terjadinya reaksi ini maksimum 24 - 48
jam. Setelah pemajanan alergen pada kulit, antigen tersebut secara
imunologi ditangkap oleh sel langerhans ( sel penyaji antigen ),
kemudian diproses dan disajikan kepada limfosit T dengan bantuan
molekul MHC kelas 2. Sel langerhans dan keratinosit akan
menghasilkan interleukin 1 ( limphocyte aktivating factor ) dan sel
langerhans akan mengalami perubahan morfologis menjadi sel
langerhans yang aktif sebagai penyaji sel ( APCs ). Sel ini akan
bergerak kekulit di dermis, parakortikal, kelenjar limfe. Sel
langerhans menyajikan dalam bentuk yang sesuai dengan HLA DR
dengan reseptor HLA DR yang dimiliki oleh sel limfosit T. APCs
lain seperti sel monosit dan makrofak hanya dapat merangsang sel T
memori, tidak dapat mengaktifkan sel T yang belum disensitasi.
Pada fase eferent ini sel TH1 terletak di sekitar pembuluh darah
kapiler di dermis. Selain itu, sel limfosit T itu harus diaktifkan oleh
interlukin I yang dihasilkan oleh sel langerhans dan sel keratinosit.
Dan sel T ini akan meghasilkan interlukin II ( lymphocyte
proliferating cell ) dan menyebabkan sel T berfloriferasi.
D. Tanda dan gejala
Subyektif ada tanda-tanda radang akut terutama priritus ( sebagai
pengganti dolor). Selain itu terdapat pula kenaikan suhu (kalor), kemerahan
(rubor), edema atau pembengkakan dan gangguan fungsi kulit (function
laisa). Obyektif, biasanya batas kelainan tidak tegas dan terdapat lesi
polimorfi yang dapat timbul scara serentak atau beturut-turut. Pada
permulaan eritema dan edema. Edema sangat jelas pada klit yang longgar
misalya muka (terutama palpebra dan bibir) dan genetelia eksterna.
Infiltrasi biasanya terdiri atas papul.
Dermatitis madidans (basah) bearti terdapat eksudasi. Disana-sini
terdapat sumber dermatitis, artinya terdapat Vesikel-veikel fungtiformis
yang berkelompok yang kemudian membesar. Kelainan tersebut dapat
disertai bula atau pustule, jika disertai infeksi.Dermatitis sika (kering)
berarti tidak madidans bila gelembung-gelembung mengering maka akan
terlihat erosi atau ekskoriasi dengan krusta. Hal ini berarti dermatitis
menjadi kering disebut ematiti sika. Pada stadium tersebut terjadi
deskuamasi, artinya timbul sisik. Bila proses menjadi kronis tapak
likenifikasi dan sebagai sekuele telihat hiperpigmentai atau hipopigmentasi.

E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk dermatitis kontak alergi, antara
lain :
 Istirahat kulit yang sakit
 Identifikasi iritan
 Hindari iritan lokal
 Hindari pemakian sabun
 Kolaborasi untuk terapi topikal lotion dioleskan pada bercak,
eritema (inflamasi kulit)
 Kompres dingin/basah (untuk mengeluarkan sekret)
 Pemberian topikal kostikosteroid dioleskan tipis-tipis
(kolaborasi).
DAFTAR PUSTAKA
Adi dan Suria Djuanda.(2005). Dermatitis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Jakarta: FKUI

Andi Dinajani S. Abidin Mahdi. (2008). Penatalaksanaan Penyakit Alergi. Edisi


ke- 2. Jakarta : FKUI.

Hetaria, Rospa. (2009). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen.


Jakarta: Trans Info Media.

Lynda Juall Carpenito-Moyet. (2012).Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi


ke- 13. Jakarta : EGC.

Muttaqin, Arif & Sari, Kumala. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Integumen. Jakarta: Salemba Medika.

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan :Konsep, Proses,
dan Praktik.Edisi ke-4.Alih bahasa Renata Komalasari, S.Kp, dkk.
Penerbit Buku Kedokteran.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai