Anda di halaman 1dari 54

Asuhan Keperawatan pada An.

H dengan Gangguan Kebutuhan Dasar


Aman Nyaman : Kerusakan Integritas Kulit
di Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia

Oleh
Arju yudistira (1914201002)

Nabilah putri (1914201020)

Rahmadani (1914201028)

Rena yunita (1914201029)

Sary yanti (1914201042)

Siti khodijah (1914201033)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES FLORA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa karna berkat,
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya Tulis ilmiah
dengan judul “ Asuhan Keperawatan pada An. H dengan Gangguan Kebutuhan Dasar
Aman Nyaman : Kerusakan Integritas di Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia”.

Asuhan keperawatan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
tugas KMB III di Program Studi S1 Keperawatan STIKes FLORA MEDAN.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Asuhan keperawatan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah. Harapan penulis semoga
makalah ini dapat bermamfaat bagi kita semua.

Medan , 14 Desember 2021

Kelompok 3

ii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Tujuan.................................................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum........................................................................................3
1.2.2Tujuan khusus.........................................................................................3
1.3 Manfaat..............................................................................................................4
BAB 11 PENGOLAHAN KASUS..........................................................................4
2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatandengan Masalah kerusakan Integritas
Kulit: Dermatitis Kontak Alergi.......................................................................4
2.1.1 Kerusakan Integritas....................................................................................5
2.1.2. Sistem Integumen........................................................................................6
2.1.3 Dermatitis Kontak Alergi...........................................................................10
2.1.4 Proses Asuhan Keperawatan......................................................................16
2.1.4.1 Pengkajian............................................................................................16
2.1.4.2 Analisa Data.........................................................................................17
2.1.4.3 Rumusan Masalah................................................................................21
2.1.4.4 Perencanaan dan Rasional....................................................................21
2.2 Asuhan Keperawatan Kasus.............................................................................23
2.2.1 Pengkajian..................................................................................................23
2.2.2Analisa Data.................................................................................................34
2.2.3 Rumusan Masalah.......................................................................................35
2.2.4 Perencanaan dan Rasional...........................................................................36
2.2.5 Implementasi dan Evaluasi..........................................................................39
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................41
3.1 Kesimpulan......................................................................................................41
3.2 Saran.................................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA

iii
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATARBELAKANG

Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien
adalah mempertahankan integritas kulit. Hal ini dapat tercapai dengan
memberikan perawatan kulit yang terencana dan konsisten. Perawatan kulit yang
tidak terencana dan konsisten dapat mengakibatkan terjadinya gangguan integritas
kulit (Hoff, 1989 dalam Potter & Perry, 2005). Gangguan integritas kulit dapat
disebabkan oleh jamur,virus, kuman, parasit hewani, air yang tercemar dan lain-
lain. Mikroorganisme (bakteri, jamur) merupakan salah satu penyebab terjadinya
penyakit kulit seperti dermatitis (Rahmanita, 2013).

Dermatitis adalah peradangan kulit pada epidermis dan dermis


sebagairespons terhadap pengaruh faktor eksogen atau endogen yang
menimbulkan gejalaklinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papula,
vesikel, skuama) dangatal (Rospa, 2009: 91). Dermatitis kontak ialah dermatitis
karena kontakeksternal, yang menimbulkan fenomen sensitisasi (alergik) atau
toksik (iritan)(Arif, dkk. 2000: 87). Dermatitis kontak dibagi menjadi dua yaitu
kontak iritan dan kontak alergi.

Dermatitis kontak iritan terjadi setelah pajanan lama atau berulang pada
trauma fisik atau kimiawi (misalnya cairan industri) dan bisa terjadi pada siapa
pun yang terpajan (David,dkk, 2007: 343). Sedangkan Dermatitis kontak alergi
yaitu penyakit yang timbul akibat terjadinya reaksi hipersensitivas tipe lambat
terhadap suatu alergen eksternal (Robin Graham, dkk. 2005: 69). Hasil Penelitian
Febria Suryani tahun 2011, faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya dermatitis
kontak dapat terbagi dalam dua faktor, faktor langsung dan faktor tidak langsung.
Faktor langsung meliputi bahan kimia dan lama kontak. Faktor tidak langsung
yaitu Suhu dan Kelembaban, Masa Kerja, Usia, Jenis Kelamin, Ras, Riwayat
Alergi, Personel Hygine, Penggunaan Alat Pelindung Diri.

Bahan kimia merupakan penyebab utama dari penyakit kulit dan gangguan
pekerjaan. Kontak dengan bahan kimia merupakan penyebab terbesar dermatitis

1
Universitas Sumatera Utara
kontak alergi. Dalam hal ini bahan kimia yang sering menyebabkan dermatitis
kontak alergi yaitu bahan-bahan kimia yang ada dalam produk kosmetik,
perhiasan (nikel), bahan kimia dalam pewarna kain.

Dermatitis kontak alergika adalah dermatitis yang timbul akibat paparan


alergen baik sebentar maupun bertahun-tahun.Dermatitis kontak alergi tidak
berhubungan dengan atopi,tetapi berhubungan dengan reaksi hipersensitivitas tipe
IV yang juga di mediatori oleh limfosit yang dapat menyebabkan inflamasi kulit.
Dermatitis kontak alergi disebabkan oleh substansi dari luar dan pada dermatitis
ini timbul reaksi imunologik,reaksi antigen antbodi,dapat terjadi akut,subakutdan
kronik.(Mahdi,20).

Penyakit Dermatitis Kontak Alergi mengenai kira-kira 23% anak, dengan


prevalensi sebesar 0,69%, lebih sering pada kelompok wanita dibandingkan pria
dengan rasio 1,3:1 (Sri Adi Sularsito dan Suria Djuanda, 1993).

Berdasarkan profil kesehatan Indonesia (2010), diperoleh kasus gangguan


kulit di Indonesia sebesar 122.076 kasus. Menurut data Riskesdas (2007),
prevalensi dermatitis di Indonesia sebesar 6,78% sedangkan prevalensi
Dermatitisdi Sumatera Utara sebesar 2,63%. Penyakit kulit banyak dijumpai di
Indonesia, hal ini disebabkan karena Indonesia beriklim tropis. Iklim tersebut
yang mempermudah perkembangan bakteri, parasit maupun jamur.

Berdasarkan data di atas prevalensi alergi di Indonesia sebesar 6,78%


sedangkan prevalensi dermatitis di Sumatera Utara sebesar 2,63%.Apabila tidak
segera mendapatkan perawatan dapat merusak integritas kulit. Oleh karena itu,
perawat sangat berperan dalam proses penyembuhan penderita gangguan
integumen dengan masalah gangguan integritas kulit melalui promosi kesehatan.
Berdasarkan hal tersebut di atas penulis tertarik untuk membuat Karya Tulis
Ilmiah dengan masalah: “Asuhan Keperawatan pada An. H dengan Gangguan
Kebutuhan Dasar Aman Nyaman : Kerusakan Integritas Kulit di Kelurahan Sari
Rejo Medan Polonia.

2
Universitas Sumatera Utara
1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan penulis Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini adalah untuk memberikan
asuhan keperawatan pada An.H dengan masalah Gangguan Kebutuhan Dasar
Aman Nyaman : Kerusakan Integritas Kulit.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien An.H dengan


masalah Gangguan Kebutuhan Dasar Aman Nyaman : Kerusakan Integritas
Kulit.

b. Mahasiswa mampu menentukan masalah keperawatan pada pasien An.H :


Kerusakan Integritas Kulit.

c. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien An. H


dengan masalah Gangguan Kebutuhan Dasar Aman Nyaman : Kerusakan
Integritas Kulit.

d. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien An. H


dengan masalah masalah Gangguan Kebutuhan Dasar Aman Nyaman :
Kerusakan Integritas Kulit.

e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien An. H


dengan masalah Gangguan Kebutuhan Dasar Aman Nyaman : Kerusakan
Integritas Kulit.

1.3 Manfaat

Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan
manfaat:

1. Bagi Penulis
Sebagai sarana ilmu untuk mengaplikasikan asuhan keperawatan pasien
khususnya pada pasien dengan diagnosa keperawatan masalah

3
Universitas Sumatera Utara
Gangguan Kebutuhan Dasar Aman Nyaman : Kerusakan Integritas
Kulit.
2. Bagi Pendidikan Keperawatan
Dapat menjadi referensi bagi institusi pendidikan keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan masalah keperawatan masalah
Gangguan Kebutuhan Dasar Aman Nyaman : Kerusakan Integritas
Kulit.
3. Bagi praktek keperawatan
Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan dan
strategis bagi keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan masalah Gangguan Kebutuhan Dasar Aman
Nyaman : Kerusakan Integritas Kulit.
4. Bagi klien
Memberikan informasi tentang asuhan keperawatan dengan prioritas
masalah Gangguan Kebutuhan Dasar Aman Nyaman : Kerusakan
Integritas Kulit.

4
Universitas Sumatera Utara
BAB II
PENGELOLAAN KASUS

2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kerusakan


Integritas Kulit: Dermatitis Kontak Alergi.

2.1.1 Kerusakan Integritas Kulit

Kerusakan integritas kulit kulit adalah keadaan dimana seseorang individu


mengalami atau beresiko terhadap kerusakan jaringan epidermis dan dermis
(Carpenito,2000). Batasan karakteristik mayor harus terdapat gangguan
jaringan epidermis dan dermis. Batasan minor mungkin terdapat
pemasukan kulit, eritema, lesi (primer,sekunder) pruritus.(Carpenito,
2000). Dalam pembenaran penulis hanya akan menambahkan data yang
mendukung yaitu adanya warna kemerahan pada daerah luka, terjadi nekrosis
sekitar ulkus, karena pada data sebelumnya penulis hanya menuliskan terdapatnya
luka dikepala, keluar pus, luka terbalut kasa (Carpenito, 2000).
Diagnosa keperawatan kerusakan integritas kulit ini penulis prioritaskan
sebagai prioritas ketiga karena menurut Maslow, integritas kulit masuk dalam
kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang terdapat pada piramida
kedua(Potter&Perry,2005. Kerusakan integritas kulit juga diprioritaskan sebagai
diagnosa ketiga setelah nutrisi karena dengan meningkatnya kebutuhan nutrisi
dapat mempercepat penyembuhan luka (Smeltzer, S, C., 2001).
Kerusakan integritas kulit terjadi karena kerusakan sel β yang
menyebabkan produksi insulin berkurang dan mengakibatkan terjadinya
peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus, gula darah meningkat, darah
menjadi pekat dan mengakibatkan kerusakan sistem vaskuler, terjadi gangguan
fungsi imun, penurunan aliran darah menjadikan gangguan penyembuhan luka
pada ulkus (Corwin, E.J. 2000, 547)

5
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Sistem Integumen
A. Defenisi
Sistem integumen (Kulit) merupakan suatu massa atau jaringan terbesar di
tubuh. Kulit bekerja melindungi struktur-struktur dibawahnya dan berfungsi
sebagai cadangan kalori. Kulit mencerminkan emosi dan stress yang kita
alami,serta berdampak pada penghargaan orang lain tehadap kita. Selama hidup,
kulit dapat terpotong, tergigit, mengalami iritasi, tebakar atau terinfeksi. Akan
tetapi, memiliki kapasitas dan daya tahan yang luar biasa untuk pulih.
(Muttaqin,2011)

Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasi
tubuh paling luar,kulit tidak bisa tepisah dari kehidupan manusia yang merupakan
organ esensial dan vital,kulit juga merupakan cermin kesehatan dari kehidupan
seseorang.(Hetharia,Rospa 2009)

B. Anatomi Fisiologi Kulit

Kulit merupakan organ tubuh yang paling luar dan membatasi bagian

dalam tubuh dari lingkungan luar dan merupakan pembungkus yang elastis.

Kulit terdiri atas tiga lapisan, yang masing-masing memiliki berbagai jenis

sel dan memiliki fungsi yang bermacam-macam. Ketiga lapisan tersebut adalah

epidermis, dermis dan subkutis. (Muttaqin,2011)

6
Universitas Sumatera Utara
1. Lapisan epidermis

 Stratum korneum (lapisan tanduk) adalah : lapisan kulit yang


paling luar dan terdiri atas sel gepeng yang mati,tidak berinti,dan
protoplasmanya berubah menjadi keratin (zat tanduk).
 Stratum lusidium terdapat langsung dibawah lapisan korneum,
yang merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan
protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin.
Lapisan ini tampak/nyata pada telapak tangan dan kaki.
 Stratum granulosum(Lapisan keratohialin) merupakan 2 atau 3
lapisan sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar serta
terdapat inti diantranya dan terdapat jelas pada telapak tangan dan
kaki.
 Stratum spinosum (Sratum malphigi) disebut juga picle cell layer
(Lapisan akanta). Sel stratum spinosum mengandung bayak
glikogen. Stratum basale terdiri dari sel yang bebentuk kubus
(kolumnar) yang tersusun vertikal pada pebatasan dermon
epidermal seperti pagar (palisade) dan merupakan lapisan
epidermis yang paling bawah,sel basal ini mengadakan mitosis
yang berfungsi reproduktif.
Lapisan ini terdiri dari 2 jenis sel:
 Sel-sel ini berbentuk kolumnar dengan protoplasma
terbentuk inti lonjong dan besar berhubungan satu degan
yang lain oleh jembatan antar sel.
 Sel pembentuk melamin (melanosit) atau clear cell
merupakan sel berwarna muda,dengan sitoplasma basofisik
dan inti gelap yang mengandung butir pigmen
(melanosomes).
2. lapisan dermis

Lapisan ini tepatnya dibawah epidermis yang jauh lebih tebal dari
pada epidermis dan terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa padat.
Secara garis besar elemen seluler dan folakel rambut dibagi 2nyaitu:

7
Universitas Sumatera Utara
 Pars papilare adalah bagian yang menonjol ke epidermis yang
berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
 Pars retikulare adalah bagian yang dibawahnya menonjol kearah
subkutan tediri dari serabut-serabut penunjang,misalnya serabut
(kolagen,elastin, dan retikulin). Dasar (matriks) lapisan ini terdiri
atas cairan kental, asam hialuronat dan kondroitin sulfat yang
terdapat pula fibroblast.
Serabut kolagen dibentuk oleh fibroblas,membentuk ikatan
(bundel) yang mengandung hidro ksiprolin dan hidroksilin.
Kolagen muda bersipat lentur (dengan betambah umur menjadi
kurang larut sehingga stabil) serabut elastin biasanya
bergelombang,berbentuk amorft, mudah mengembang dan lebih
elastis.
3. Lapisan subkutis

Lapisan ini adalah kelanjutan dari dermis dan terdiri dari jaringan
ikat longgal berisi sel-sel lemak di dalamnya lapisan sel sel lemak
disebut panikutus Adipose berbentuk bulat dengan intinya terdesak
kepinggir,sehingga membentuk cicncin.Fungsi penikulus adiposa
adalah sebagai shok breaker atau pegas bila tekanan trauma mekanis
yang menimpa pada kulit,isolator panas atau untuk mempertahankan
suhu, penimbunan kalori dan tambahan untuk kecantikan tubuh.
Dibawah subkutan terdapat selaput otot dan lapisan berikutnya adalah
otot.

C. Fungsi Kulit

Kulit merupakan organ eksresi tempat pengeluaran keringat , bagian


kulit yang berfungsi intuk ini adalah bagian kelenjar keringat, hal ini
berfungsi untuk mengatur suhu tubuh, keringat yang dikeluarkan dapat
menyerap panas tubuh ,untuk mempertahanka panas tubuh agar tetap
stabil. Selain sebagi alat eksresi kulit jugaberfungsi sebagai berikut :

8
Universitas Sumatera Utara
 Fungsi proteksi yaitu kulit berfungsimenjaga bagian dalam tubuh
terhadap gangguan fisik atau mekanis.
 Gangguan fisis misalnya :
- Tekanan
- Gesekan
- Tarikan
 Gangguan kimiawi misalnya zat-zat kimia terutama yang
bersifat iritan.
Contoh : Lisol, karbol, asam dan alkali kuat lainnya.
 Gangguan bersifat panas misalnya : Radiasi ,sengatan sinar
ultra violet.
 Gangguan infeksi luar terutama kuman/bakteri maupun
jamur.
 Fungsi absorsi, karena kulit yang sehat tidak mudah menyerap
air,larutan dan benda padat, tetapi cairan yang mudah menguap
lebih mudah diserap, begitujuga yang larut dalam lemak.
 Fungsi eksresi yaitu fungsi kelenjar-kelnjar kulit mengeluarkan
zat-zat yang tidak berguna lagi atau zat sisa metabolisme dalam
tubuh seperti : NaCl,urea,asam urat dan amonia.
 Fungsi persebsi, fungsi terhadap rangsangan panas yang di
perankan oleh badan-Ruffini di dermis dan subkutis.
Fungsi terhadap rangsangan dingin di perankan oleh badan krause
yang terletak di dermis.
Badan taktil meissner terletak di papilla dermis peran terhadap
rabaan.
Fungsi badan vater paccini di epidermis berperan terhadap tekanan.
 Fungsi pengaturan suhu tubuh (Thermogulasi),peran kulit untuk
mengeluarkan suhu keringat dan menegerutkan otot (kontraksi
otot) pembuluh darah kulit.
 Fungsi pembentuk pigmen, terletak di lapisan basal ini berasal dari
rigi saraf ( melanosit) dan peran untuk memnentukan warna
kulit,ras maupun individu.

9
Universitas Sumatera Utara
 Fungsi pembentuk vitamin D,dapat mengubah 7 dihidrognisi
kolesterol dengan bantuan sinar matahari, kebutuhan vitamin tidak
cukup dengan sinar matahari sehingga vitamin D dapat di perlukan
dengan pemberian sistem vitamin D sistemik.
 Fungsi Karatinisasi

2.1.3 Dermatitis Kontak Dermatitis Kontak alergi


A. Defenisi
Dermatitis adalah peradangan kulit pada epidermis dan dermis sebagai
respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau endogen yang
menimbulkan gejala klinis berupa eflorensi polimorfik (eritema, edema,
papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan gatal.
Dermatitis kontak alergi adalah reaksi inflamasi kulit terhadap unsur
fisik,kimia dan biologi.

B. Etiologi Dermatitis Kontak Alergi


Reaksi alergi timbul akibat paparan terhadap bahan yang pada
umumnya tidak berbahaya dan banyak ditemukan dalam lingkungan,
disebut alergen.
a) Faktor predisposisi
 Keadaan panas dan dingin yang ekstrim
 Frekuensi kontak dengan air dan sabuh
 Penyakit kulit yang sudah ada sebelumnya.

Respon inflamais pada kulit pada demaititis kontak diperantarai


melalui hipersensitivitas lambat jenis selula tipe IV.

C. Patofisiologi Alergi
Kontak yang lebih lama pada bagian tubuh yang sama atau pada
bagian tubuh lainnya dengan alergen akan menyebabkan
dermatitis.Patofisiologi Dermatitis kontak alergi,yang digolongkan
dalam reaksi imunologik type IV, merupakan hipersensitivitas lambat.
Ada dua fase untuk menimbulkan dermatitis kontak alergi :

10
Universitas Sumatera Utara
1. Fase primer ( induktiflafferen ), yaitu penetrasi bahan yang
mempunyai berat molekul kecil ( hapten ) ke kulit. Yang kemudian
berikatan dengan karier protein di epidermis. Komponen tersebut
akan disajikan oleh sel langerhans ( LCs ) pada sel T. Dikelenjar
limfe regional, komplek yang terbentuk akan merangsang sel
limfosit T di daerah parakorteks untuk memperbanyak diri dan
berdiferensiasi menjadi sel T efektor dan sel memori. Terbentuklah
sel T memori yang akan bermigrasi ke kulit,peredaran perifer, dll.
2. Fase sekunder ( eksitasileferen ), yaitu perjalanan hapten pada
individu yang telah tersensitasi, sehingga antigen disajikan lagi
oleh sel langerhans ke sel T memori dikulit dan limfe regional.
Kemudian terjadi reaksi imun yang menghasilkan limfokin. Terjadi
reaksi inflamasi dengan perantara sel T, karena lepasnya bahan-
bahan limfokin dan sitokin. Terjadinya reaksi ini maksimum 24 -
48 jam. Setelah pemajanan alergen pada kulit, antigen tersebut
secara imunologi ditangkap oleh sel langerhans ( sel penyaji
antigen ), kemudian diproses dan disajikan kepada limfosit T
dengan bantuan molekul MHC kelas 2. Sel langerhans dan
keratinosit akan menghasilkan interleukin 1 ( limphocyte
aktivating factor ) dan sel langerhans akan mengalami perubahan
morfologis menjadi sel langerhans yang aktif sebagai penyaji sel
( APCs ). Sel ini akan bergerak kekulit di dermis, parakortikal,
kelenjar limfe. Sel langerhans menyajikan dalam bentuk yang
sesuai dengan HLA DR dengan reseptor HLA DR yang dimiliki
oleh sel limfosit T. APCs lain seperti sel monosit dan makrofak
hanya dapat merangsang sel T memori, tidak dapat mengaktifkan
sel T yang belum disensitasi. Pada fase eferent ini sel TH1 terletak
di sekitar pembuluh darah kapiler di dermis. Selain itu, sel limfosit
T itu harus diaktifkan oleh interlukin I yang dihasilkan oleh sel
langerhans dan sel keratinosit. Dan sel T ini akan meghasilkan
interlukin II ( lymphocyte proliferating cell ) dan menyebabkan sel
T berfloriferasi.

11
Universitas Sumatera Utara
D. Manifestasi klinis Dermatitis Kontak Alergi
Manifestasi Klinis Gejala yang umum dirasakan penderita adalah
pruritus yang umumnya konstan dan seringkali hebat ( sangat gatal ).
Dermatitis kontak alergi biasanya ditandai dengan adanya lesi
eksematosa berupa eritema, udem, vesikula dan terbentuknya
papulovesikula; gambaran ini menunjukkan aktivitas tingkat selular.
Vesikel-vesikel timbul karena terjadinya spongiosis dan jika pecah
akan mengeluarkan cairan yang mengakibatkan lesi menjadi basah.
Mula-mula lesi hanya terbatas pada tempat kontak dengan alergen,
sehingga corak dan distribusinya sering dapat menunjukkan kausanya,
misalnya: mereka yang terkena kulit kepalanya dapat curiga dengan
shampo atau cat rambut yang dipakainya. Mereka yang terkena
wajahnya dapat curiga dengan cream, sabun, bedak dan berbagai jenis
kosmetik lainnya yang mereka pakai. Pada kasus yang hebat,
dermatitis menyebar luas ke seluruh tubuhCiri khas dermatitis kontak
alergi adalah radang yang secara perlahan meluas, batas peradangan
tidak jelas ( difus ), rasa sakit dan panas tidak sehebat pada dermatitis
kontak iritan. Perjalanan dermatitis kontak alergi dapat akut, sub-akut,
ataupun kronis. Dermatitis kontak alergi akut ditandai dengan erupsi
eksematosa dengan eritem, udem, papula, vesikula dan biasanya bula,
serta patch berbatas tegas, single, ataupun multiple dengan berbagai
bentuk dan ukuran, akan tetapi umumnya diskoid. Erupsi umumnya
dapat saling berpengaruh, sehingga daerah yang terkena dapat meluas.
Intensitas dermatitis dapat memberat pada hari ke empat sampai hari
ke tujuh, jika tidak diberi pengobatan dan sudah tidak ada kontak
dengan alergen. Penyembuhan biasanya terjadi pada satu sampai dua
minggu hingga satu bulan. Dermatitis sub-akut ditandai dengan eritem,
udem yang minimal, vesikula dan krusta. Dermatitis kronik tampak
sebagai patch kering yang meng-alami likhenifikasi dan berskuama
serta fisura. Fase knonik sangat sulit dibedakan dengan dermatitis
kontak iritan, baik secara klinis maupun histopatologis, karena pada
keduanya sama-sama ditemukan eritema, penebalan, deskuamasi,

12
Universitas Sumatera Utara
fisura dan gatal. Diagnosis didasarkan atas hasil anamnesis yang
cermat dan pemeriksaan klinis yang teliti. Anamnesis Anamnesis
berperan sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Anamnesis
harus dilakukan dengan teliti, karena sangat menentukan terapi
maupun follow-up-nya, yaitu untuk sedapat mungkin mencegah
kekambuhan. Pada anamnesis perlu ditanyakan pekerjaan, hobi,
riwayat kontak dengan kontaktan atau objek personal, misalnya
tentang pemakaian kosmetik, pakaian baru, pemakaian jam tangan atau
perhiasan. Selain itu, perlu ditanyakan juga perihal riwayat atopi serta
pengobatan yang pernah diberikan, baik oleh dokter maupun yang
dilakukan sendiri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya eritema,
edema, papula dan vesikula yang jika pecah akan membentuk
dermatitis yang basah. Lokasi lesi biasanya pada tempat kontak, tidak
berbatas tegas, dan pada penderita yang sensitif dapat meluas. Dalam
membantu penegakan diagnosis dikenal istilah regional diagnosis.
Bagian-bagian tubuh tertentu sangat mudah tersensitisasi dibandingkan
dengan bagian tubuh lainnya, misalnya: kelopak mata, leher dan
genital, sedangkan pada bagian tubuh yang kulitnya tebal agak sulit
terjadi dermatitis kontak alergi, seperti telapak tangan, telapak kaki dan
kulit kepala. Bila terjadi kontak pada daerah itu, maka daerah yang
berbatasan yang kulitnya tipislah yang mengalami dermatitis.Kelopak
mata sangat mudah bereaksi terhadap pemakaian kosmetik (maskara),
obat (tetes mata), air borne alergen ( hair spray, debu, serbuk sari ) atau
terhadap alergen yang terbawa oleh jari tangan (cat kuku). Untuk leher,
penyebab umum drmatitis kontak alergi adalah kosmetik, parfum,
perhiasan (kalung) yang mengandung nikel yang menyebabkan coin
shape dermatitis. Dermatitis dan air borne alergen dan photo sensitizer
akan berbatas tegas atau menggambarkan segi tiga di fossa
suprasternal. Untuk daerah genital, baik pada laki - laki maupun
perempuan akan bereaksi terhadap alergen dengan tanda utama udem
dan gatal. Sensitizing-agent dapat dibawa ke genital ofeh tangan.
Benda-benda dari karet, seperti kondom, pesarium, pakaian serta obat-

13
Universitas Sumatera Utara
obat topikal merupakan causative agent yang sering ditemukan.
Bagian-bagian tubuh lain yang juga sering merupakan tempat
terjadinya dermatitis, walaupun kurang sensitif (reaktif),adalah :
1. Lengan dan tangan ; hampir 2/3 kasus dermatitis melibatkan
tangan. Pada kasus dermatitis karena pekerjaan, erupsi pertama
muncul di tangan, kemudian menyebar ke lengan bawah. Cairan
biasanya berefek di interdigital space; house wives contact
dermatitis biasanya muncul di bawah cincin kawin. Pada pekerja
yang menggunakan karet pelindung, dermatitis biasanya muncul
pada sisi atas karet pelindung.
2. Muka ; daerah yang paling sering terkena setelah lengan dan
tangan. Biasanya dipengaruhi oleh pemakaian kosmetik atau obat.
Juga oleh respon terhadap suatu kontak dan daerah sekitarnya,
terutama dan kelopak mata.
3. Bibir dan daerah perioral ; biasanya disebabkan oleh lipstick dan
bermanifestasi bibir kering dan pecah.
4. Paha dan tungkai bawah ; clothing dermatitis dapat
mempengaruhi bagian dalam dan bagian belakang paha, biasanya
dimulai dan tepi bawah rok dan nyata pada fossa poplitea.
5. Kaki; kaus kaki merupakan penyebab paling banyak dermatitis
pada kaki.

E. Diagnosis Dermatitis Kontak Alergi


Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis
suatu dermatitis kontak alergi, antara lain :
a. Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik dapat menetapkan
kemungkinan penyebab eksternal pada pasien dermatitis,kontak
alergi dengan agen tertentu,yang dalam waktu 36 jam sebelumnya.
Gejela tersebut adalah adanya vesikulasi akut maupun lichen
faction. Riwayat pekerjaan,hobi serta problem medis dll.

14
Universitas Sumatera Utara
b. Pemeriksaan fisik
c. Patch testing : dilakukan test kulit (patch) untuk mengetahui
macam apa alergennya,kapan waktu pembacaan test harus
dilakukan,serta standarisasi test sesuai dengan TRUE test (Thin
Layer Rapid Onset Epicutaneus test).
d. Test aplikasi terbuka yaitu dengan cara pemberian antigen di fosa
antekubital 2x seminggu selama 1 minggu untuk mengawasi reaksi
yang tumbul.
e. Dapat juga dilakukan tes kulit yang bereaksi segera (prick atau
intradermal test).
f. Biopsi kulit
g. Pemeriksaan kulit dengan KOH ( kalium hidroksida) sangat
membantu untuk mengetahui ada/tidaknya jamur di kulit pasien
yang timbul bersamaan dengan dermatitis alergi.

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk dermatitis kontak
alergi, antara lain :
 Istirahat kulit yang sakit
 Identifikasi iritan
 Hindari iritan lokal
 Hindari pemakian sabun
 Kolaborasi untuk terapi topikal lotion dioleskan pada bercak,
eritema (inflamasi kulit)
 Kompres dingin/basah (untuk mengeluarkan sekret)
 Pemberian topikal kostikosteroid dioleskan tipis-tipis
(kolaborasi).

15
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Proses Asuhan Keperawatan

2.1.4.1 Pengkajian

Dermatitis Kontak Alergi adalah peradangan kulit pada epidermis dan


dermis sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen ataupun endogen yang
menimbulka gejala klinis berupa efloresensi polimofik
(eritema,edema,papul,vesikel,skuama,likenifikasi) dan gatal.

Dermatitis Kontak Alergi dapat menyebabkan kerusakan integritas kulit.


Sehingga hal tersebut harus segera ditangani. Kerusakan Itegritas Kulit dapat
mengganggua rasa Nyaman dan gangguan istirahat akibat gatal yang dilalami.

Pengkajian yang dapat dilakukan berupa (hetharia,2009)

I. Pemeriksaan fisik
1) Pengkajian kulit
a. Inspeksi
Pasien berada dalam ruangan yang terang dan
hangat,pemeriksaan menggunakan penligt untuk menyinari
lesi amati kulit:
 Warna kulit
 Kekeringan
 Testur
 Lesi
 Vaskularisasi
 Mobilitas kondisi rambut dan kuku
 Turgor kulit
 Edema
 Warna kebiruan,sianosis (hipoksia seluler) dapat
dilihat pada ekstremitas dan dasar kuku, bibir,
membran mukosa.
 Ikterus (kulit yang menguning) akibat kenaikan
bilirubin

16
Universitas Sumatera Utara
 Sklera, membran mukosa
 Perubahan vaskuler (ptekie)
 Ekimosis
 Eritema
 Urtikaria
b. Palpasi
Pada tindakan palpasi pemeriksaan harus menggunakan
sarung tangan sebagai proteksi bagi pemeriksa. Pada
tindakan ini ini akan di temukan :
 Turgor kulit
 Edema
 Elastisitas kulit

2.1.4.2 Analisa data

Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status


kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan terhadap dirinya
sendiri, dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya.Data fokus
adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan
dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang
dilaksanakan terhadap klien (Potter & Perry, 2005).
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang
dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan-
kebutuhan keperawatan dan kesehatan klien. Pengumpulan informasi merupakan
tahap awal dala proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, didapatkan
data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi klien.Selanjutnya data dasar
tersebut digunakan untuk menentukan diagnosa keperawatan, merencanakan
asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-
masalah klien. Pengumpulan data dimulai sejak klien masuk rumah sakit, selama
klien dirawat secara terus-menerus, serta pengkajian ulang untuk
menambah/melengkapi data (Potter & Perry, 2005).

17
Universitas Sumatera Utara
Tujuan pengumpulan data:
1. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan pasien
2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan pasien
3. Untuk menilai keadaan kesehatan pasien
4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menetukan langkah-langkah
berikutnya.
Tipe Data:
- Data Subjektif
Data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu
situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat,
mencakup persepsi, perasaan, ide pasien tentang status kesehatannya.
Misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan, frustrasi,
mual, perasaan malu (Potter & Perry, 2005).
- Data Objektif
Data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan
panca indera (lihat, dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik.
Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan,
tingkat kesadaran (Potter & Perry, 2005).
Masalah keperawatan yang paling mungkin muncul dari penderita berdasarkan
diagnosa keperawatan Carpenito (2012):

1. Kerusakan integritas kulit


Defenisi : keadaan dimana seseorang individu mengalami atau
beresiko terhadap kerusakan jaringan epidermis dan
dermis.
Batasan karakteristik :
 Mayor
 Gangguan epidermis dan dermis.
 Minor
 Pencukuran kulit
 Eritema
- Lesi (primer,sekunder)
- Pruritus

18
Universitas Sumatera Utara
Fagtor yang berhubungan

 Lesi
 Inflamasi
2. Gangguan rasa nyaman
Defenisi : Keadaan ketika individu mengalami sensai
ketidaknyamanan dalam merespon suatu rangsangan yang
tidak menyenagkan.
Batasan karakteristik :
 Mayor
Individu memperlihatkan atau melaporkan
ketidaknyamanan. Nyeri dan gatal
 Minor
Respon autonom terhadap nyeri (tekanan darah meingkat,nadi
meningkat, pernafasan meningkat, posisi berhati-hati, raut wajah
kesakitan, menangis).

Faktor yang berhubungan :

 pruritus
3. Pola tidur, gangguan
Defenisi : Keadaan ketika individu mengalami atau beresiko
mengalami suatu perubahan dalam kuantitas pola istirahat
yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu
gaya hidup yang di inginkannya.
Batasan karakteristik :
 Mayor
 Kesulitan untuk tertidur atau tetap tidur.
 Minor
 Gatal
 Nyeri

Faktor yang berhubungan :

 Pruritus (gatal) dan nyeri.

19
Universitas Sumatera Utara
4. Gangguan citra tubuh
Defenisi : suatu individu mengalami gangguan dalam cara
pencerapan citra diri seseorang.
Batasan karakteristik :
 Mayor
 Respon negatif verbal atau nonverbal terhadap perubahan
aktual
 malu
 Minor
 Bersembunyi tidak menampakkan diri pada lingkungan
 Perubahan dalam keterlibatan sosial
 Perasaan negatif terhadap tubuh
 Perasaan ktidak berdayaan.

Faktor yang berhubungan :

Perasaan malu terhadap penampakan diri dan persepsi diri tentang


ketidak bersihan

5. Kurang pengetahuan
Defenisi : suatu keadaan dimana seorang individu atau kelompok
mengalami defisiensi pengetahuan kognitif atau
keterampilan psikomotor berkenan dengan kondisi
atau rencana pengobatan.
Batasan karakteristik :
 Mayor
 Mengungkapkan kurang pengetahuan atau
keterampilan/permintaan informasi.
 Mengekspresikan ketidak akuratan persepsi status kesehatan.
 Melakukan dengan tidak tepat perilaku kesehatan yang di
anjurkan/yang di inginkan.
 Minor
 Kurang intgrasi tentang rencana pengobatan ke dalam aktivitas
sehari-hari

20
Universitas Sumatera Utara
 Kurang informasi.
 Ansietas
 Depresi

2.1.4.3 Rumusan masalah

Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pada kerusakan


integritas kulit (Carpenito,2012) adalah sebagai berikut:

1. Kerusakan integritas kulit


2. Gangguan rasanyaman
3. Gangguan pola tidur
4. Resiko gangguan konsep diri.
5. Kurang pengetahuan

2.1.4.4.Perencanaan
Langkah selanjutnya adalah perenanaan dimana perawat akan
menyusun rencana yang akan dilakukan ppada klien untuk mengatasi
masalah,perencanaan disusun berdasarkan dignosa keperawatan
(Muttaqin&Sari,2011)
Sasaran utama intervensi adalah untuk mngistirahatkan kulit yang sakit
dan melindunginya terhadap kerusakan lebih lanjut.pola distribusi reaksi
ditentukan untuk membedakan dematitis tipe kontak alergi atau tipe iritan.
Riwayat sakit yang dirinciharus dianamnesa. Kemudian iritan yang
menyebebkan timbulnya keluhan di identifikasi dan di hilangkan. Iritasi
lokal harus di hindari dan pemakian sabun umumnya tidak dilakukan
sebelum terjadi kesembuhan.
Banyak preparat dianjurkan penggunaannya untuk meredakan
dermatitis atau alergi. Ummunya losen yang netral dan tidak mengandung
obat dapat di oleskan pada bercak-bercak eritema yang kecil untuk
meningkatkan rasa nyaman dan mengirangi pruritus.
Pemberian kompres yang sejuk dan basah juga dapat dilakukan
pada daerah dermatitis vaskuler yang kecil. Remukan halus es yang di

21
Universitas Sumatera Utara
tambahkan pada air kompres sering kali memberikan efek anti pruritus.
Kompres basah biasanya membantu membersihkan lesi ekzema yang
menegluarkan sekret.kemudian preparat krim atau salep yang mengandung
salah satu jenis kortikosteroid dioleskan tipis-tipis.
Mandi dengan larutan yang mengandung obat dapat di resap untuk
alergi dengan daerah lesi yang lebih luas,pemberian kortikosteroid jangka
pendek dapat di programkan.

Penyuluhan/pemenuhan informasi tentang perban higiens dan pentingnya


pelaksanaan lanjutan perawatan/pengobatan diperlukan untuk menurunkan
respons eksaserbasi.

22
Universitas Sumatera Utara
2.2 Asuhan Keperawatan Kasus
2.2.1 Pengkajian

PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK


I. BIODATA

IDENTITAS PASIEN

Nama : An.H

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 3 tahun

Pendidikan : Belum Sekolah

Pekerjaan : Ikut orang tua

Agama : Islam

Alamat :Jl.Cempaka Gg Tarigan, Sari Rejo Medan


Polonia

Tanggal Pengkajian : 02 Juni 2017

Identitas orang tua

Nama

a. Ayah : Tn. B
b. Ibu : Ny. C

Umur

a. Ayah : 31 tahun
b. Ibu : 28 tahun

23
Universitas Sumatera Utara
Pekerjaan

a. Ayah :wiraswata
b. Ibu : IRT

Agama

a. Ayah : Islam
b. Ibu : Islam

Suku

a. Ayah : Jawa
b. Ibu : Jawa

II. KELUHAN UTAMA :


An. H mengeluh luka, gatal dan merah pada area kaki, tangan, kepala dan
bokong.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

A. Provocative/palliative

1. Apa penyebabnya

Ny. C mengatakan bahwa hal tersebut terjadi karena An. H sering mandi
disungai. Setiap An. H mandi disungai (kisaran) tersebut pasti klien akan
mengalami hal yang sama.

2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan

Ny. C mengatakan keadaan akan membaik jika orangtua klien memberi


obat yang di dapat dari apotik yaitu Kortikosteroid.

B. Quantity/quality

1. Bagaimana dirasakan

An. H merasakan gatal, luka dan merah di area kaki,tangan, kepala dan
bokong.

24
Universitas Sumatera Utara
2. Bagaimana dilihat

Tampak luka ,merah, dan edema pada kaki,tangan, bokong dan kepala,
kulit pasien kering dan turgor kulit agak lambat.

C. Severity

Klien merasa terganggu dengan kondisinya yang sekarang.

D. Time

Alergi dialamai An. H sejak ± 4 hari yang lalu dan sampai saat ini An. H
masih mengalami kondisi yang sama.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

A. Penyakit yang pernah dialami


Ny. C mengatakan bahwa An. H sudah 3 kali mengalami penyakit yang
sama. Setiap klien mandi di sungai, An. H pasti mengalami penyakit yang
sama.
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Ny. C selalu memberi antibiotik.
C. Pernah dirawat/dioperasi
An. H tidak pernah di rawat/dioperasi.
D. Lama dirawat
An. H tidak pernah dirawat.
E. Alergi
An. H alergi terhadap air sungai.
F. Imunisasi
1. Polio : 3x
2. DPT : 2x
3. Campak : 1x
4. BCG : 1x

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

25
Universitas Sumatera Utara
A. Orang tua
Tn. B dan Ny. C tidak memiliki riwayat penyakit keturunan da sampai
saat ini masih sehat.
B. Saudara kandung
An. H adalah anak ke pertama dari 1 bersaudara.
C. Penyakit keturunan yang ada keluarga

Ny. Cmengatakan tidak memiliki penyakit keturunan baik dari keluarga


Tn. B maupun dari keluarga Ny. C.

D. Anggota keluarga yang meninggal


Ny. C mengatakan anggota keluarga yang meninggal adalah Ayah Ny. C
sudah meninggal.
E. Penyebab meninggal
Ny. C mengatakan ayahnya meninggal secara tiba-tiba.
F. Genogram

Klien anak ke 1 dari 1 bersaudara.

Tn. B Ny. C

An. H

26
Universitas Sumatera Utara
Keterangan :
: Perempuan

: Laki-laki

: Meninggal

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL

A. Persepsi pasien tentang penyakitnya


Klien mengatakan ia sering menyendiri karna malu dengan penampilan
tubuhnya.
B. Konsep diri

- Gambaran diri : Klien merasakan malu dengan teman-temanya karna


kondisinya sekarang.

- Ideal diri :Klien ingin cepat sembuh.

- Harga diri : Klien mengatakan malu dengan kondisinya sekarang.

- Peran diri : Klien sebagai seorang laki-laki yang belum menikah


dan sebagai anak.

- Identitas : Klien merupakan seorang laki-laki yang belum sekolah.

C. Keadaan emosional

Keadaan emosional klien tampak labil dan tidak kooperatif.

D. Hubungan sosial :

- Orang yang berarti : Menurut An. H orang yang paling


berarti adalah orang tuanya terutama ibunya.

- Hubungan dengan keluarga : Menurut Ny. C hubungan An. H


dengan keluarga baik dan harmonis.

27
Universitas Sumatera Utara
- Hubungan dengan orang lain : menurut Ny. C Selama klien sakit
hubungan sosialisasi dengan orang lain kurang baik karena klien hany
bermain di rumah.

- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : An. H masih kurang


jelas dalam berbicara, sehingga menghambat dalam berhubungan
dengan orang lain.

E. Spiritual

- Nilai dan keyakinan : Klien menganut keyakinan agama Islam.

- Kegiatan ibadah Klien : Jarang mengikuti kegiatan ibadah.

VII. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan Umum

Kesadaran umum An. H Compos mentis (CM).

B. Tanda-tanda vital

- Suhu tubuh : 370 c

- Nadi : 80 x/i

- Pernafasan : 24x/i

- TB :110 cm

- BB : 12 Kg

C. Pemeriksaan Head to toe

1. Kepala dan Rambut

Bentuk kepala klien bulat, simetris dan normal dengan kulit kepala terdapat
lesi,merah, odem dan adanya push akibat alergi. Penyebaran rambut merata
dan tidak berbau.

28
Universitas Sumatera Utara
2. Wajah

Struktur wajah klien oval dan tidak ada kelainan, dengan warna kulit sawo
matang.

3. Mata

An. H memiliki dua mata dengan posisi simetris dan tidak ada kelainan
dengan konjungtiva anemis dan sclera normal, An. H masih bisa mampu
melihat dengan jarak ± 80 m dan tekanan bola mata baik, dapat digerakkan
kekiri dan kekanan.

4. Hidung

Posisi hidung An. H simetris dengan 2 lubang hidung dan cuping hidung
normal, klien tidak memakai alat bantu hidung.

5. Telinga

Bentuk telinga An. H simetris kiri dan kanan, ukuran telinga normal, lubang
telinga sedikit berair dan kotor dan An. H mampu mendengar dengan jarak ±
10 m.

6. Mulut dan Faring

Keadaan bibir An. H simetris, lidah bersih dan tidak ada kelainan, klien
mampu membedakan rasa asin dan manis.

7. Leher

Posisi trachea klien simetris dan tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid,
suara klien normal.

8. Integument

A. pengkajian kulit

29
Universitas Sumatera Utara
a.Inspeksi

Tangan :

 Warna kulit : Kemerahan (rubor)


 Kekeringan : Kering dan bersisik
 Lesi : Adanya lesi
 Kehangatan : Kulit tangan An. H terasa hangat.
 Kuku : Kuku An. H pendek dan bersih
 Turgor kulit : Jelek
 Edema : Adanya udem (pustula)

Kaki

 Warna kulit :Kemerahan (rubor)


 Kelembaban kulit : Kering dan bersisik
 Kehangatan : Kulit kaki An. H terasa hangat.
 Lesi : Ada lesi dan pustula
 Turgor kulit : Jelek
 Edema : Ada edema
 Kuku : Kuku An.H pendek dan tidak kotor.

Bokong

 Warna kulit :Kemerahan (rubor)


 Kelembaban kulit : Kering dan bersisik
 Kehangatan : kulit bokong An. H terasa hangat.
 Lesi : Ada lesi dan pustula
 Turgor kulit : Jelek
 Edema : Ada edema.

Kepala

 Warna kulit :Kemerahan (rubor)

30
Universitas Sumatera Utara
 Lesi : Ada lesi dan pustula
 Membran mukosa : lembab
 Mobilitas kondisi rambut : rabut rata dan berbau.

b.Palpasi

Palpasi dilakukan pada area tangan, kaki, bokong dan kepala,hasil


yang di dapatkan yaitu :

Tangan

 Nyeri tekan : Adanya nyeri pada tangan


 Edema : Adanya udem ( Pustula)
 Elastisitas kulit : Jelek

Kaki

 Nyeri tekan : Adanya nyeri pada kaki


 Edema : Adanya udem ( Pustula)
 Elastisitas kulit : Jelek

Bokong

 Nyeri tekan : Adanya nyeri pada bokong


 Edema : Adanya udem ( Pustula)
 Elastisitas kulit : Jelek

Kepala

 Nyeri tekan : Adanya nyeri pada kepala


 Edema : Adanya udem ( Pustula)

9. Pemeriksaan payu udara dan ketiak

Ukuran dan bentuk payuudara An. H normal serta simetris, areola


berwarna hitam kecoklatan, tidak ada pembengkakan atau benjolan pada
payudara dan aksila.

31
Universitas Sumatera Utara
10. Pemeriksaan thoraks/dada

Bentuk dada normal tidak burrel chest ataupun fannel chest, pernafasan 23
x/ i dan An. H bernafas dengan teratur.

11. Pemeriksaan paru

Getaran suara paru kiri dan kanan sama, suara nafas vesikuler dan resonan
saat di perkusi.

12. Pemeriksaan jantung

Detak jantung An. H beraturan, tidak ada pembengkakan, bunyi jantung


normal lup-dup dan saat di perkusi dallnes.

13. Pemeriksaan abdomen

Abdomen An. H simetris kiri dan kanan dan tidak ditemukan adanya
benjolan, dan tidak ada suara tambahan.

14. Genetalia

Tidak dilakukan pemeriksaan.

IX. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

I. Pola makan dan minum

- Frekuensi makan/hari : 3 kali sehari

- Nafsu/selera makan : Nafsu makan An. H baik

- Nyeri ulu hati : Tidak ada nyeri pada ulu hati

- Alergi :An. H tidak memiliki riwayat alergi


terhadap makanan dan minuman.

- Mual dan muntah : An. H Tidak ada mual dan muntah

- Waktu pemberian makan : Pagi(jam 8),siang( jam 1),sore(jam 7)

32
Universitas Sumatera Utara
- Jumlah dan jenis makan : 1 porsi, jenis nasi + lauk pauk

- Waktu pemberian cairan : Tidak ditentukan (bila An.H haus, An. H


minum)

- Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah) : An. H


tidak mengalami masalah dalam makan dan minum.

II. Perawatan diri/personal hygiene

- Kebersihan tubuh : An. H terlihat kotor

- Kebersihan gigi dan mulut : Gigi sedikit kotor dan busuk.

- Kebersihan kuku kaki dan tangan : Kuku tidak terlihat panjang

III. Pola kegiatan/Aktivitas

- Uraian aktivitas pasien untuk mandi,makan,eliminasi, ganti pakaian,


dilakukan secara mandiri, sebahagian atau total: Klien melakukan
aktivitas mandi, makan, ganti pakaian harus diarahkan dan dibantu oleh
orang tuanya terlebih dahulu.

- Uraian aktivitas ibadah, Ny. C selalu mengajari pasien untuk sholat.

IV. Pola Eliminasi

1. BAB

- Pola BAB : 1 x sehari

- Karakter feses : Kadang keras dan kadang lembek

- Riwayat perdarahan : Tidak memiliki riwayat perdarahan

- BAB terakhir : Pagi hari

- Diare : Tidak mengalami diare

- Penggunaan laksatif : Tidak ada penggunaan laksatif.

33
Universitas Sumatera Utara
2. BAK

- Pola BAK : 1-3 x sehari

- Kateter urine : Tidak memakai kateter urine

- Nyeri/rasa terbakar : Tidak ada nyeri atau kesulitan BAK

- Penggunaan diuretik : Tidak ada penggunaan diuretik

V. Mekanisme koping

Saat ada masalah An. H mengatakannya kepada kedua orangtuanya.

2.2.2 ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


keperawatan
1 Ds :- An. H mengatakan Perubahan
luka pada tangan, kaki, suhu/kelembaban
kepala dan bokong. udara,Infeksi Kerusakan
bakteri/jamur, Alergi integitas kulit
Do : - Tampak An. H ↓
sesekali menggaruk Dermatitis
-Terlihat adanya luka ↓
dan memerah dan di Pelepasan histamine
sertai penebalan pada ↓
tangan, kaki, kepala dan Gatal dan ketidak
bokong. nyamanan

Timbulnya keinginan
untuk menggaruk

Terjadinya kemerahan dan
penebalan pada area
tersebut

34
Universitas Sumatera Utara

Kerusakan integritas kulit.

2 Ds : An. H mengatakan Perubahan


ketidak nyamanan ; suhu/kelembaban Gangguan rasa
Nyeri dan gatal pada udara,Infeksi bakteri/ nyaman ( Nyeri
daerah tangan, kaki, jamur,Alergi dan gatal )
kepala dan bokong. ↓
Dermatitis
Do : Raut wajah An. H ↓
tampak kesakitan, Pelepasan histamine
terdapat pustula dan ↓
seskali menggaruk area Gatal dan ketidak
tangan, kaki, kepala dan nyamanan Nyeri
bokong.

2.2.3 RUMUSAN

MASALAH Masalah

keperawatan

1. Kerusakan integritas kulit


2. Gangguan rasa nyaman

Diangnosa keperawatan prioritas

1. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan


fungsi berier kulit ditandai dengan An.H mengatakan adanya lesi
dan terjadi penebalan pada bagian tangan, kaki,bokong dan kepala.
2. Gangguan rasa Nyaman yang berhubungan dengan proses
inflamasi ( Nyeri dan gatal) ditandai dengan adanya pustula dan
An. H mengaruk area tangan, kaki, kepala serta bokong dan kulit
memerah,menebal dan terdapat lesi.

35
Universitas Sumatera Utara
2.2.4 PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL

Hari/ta No Perencanaan keperawatan


nggal Dx

Sabtu/3 1 Tujuan dan Kriteria hasil


juni
2017 Tujuan :

Dalam 3 x 24 jam integritas kulit membaik secara optimal

Kriteria hasil :

 Integritaskulit yang baik bisa dipertahankan(sensasi,


elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi).
 Tidak ada luka/lesi pada kulit
 Perfusi jaringan baik
 Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan
kulitdan mencegah terjadinya cedera berulang
 Mampu melindungi kulit dan mempertahankan
kelembaban kulit dan perawatan alami
 Menunjukkan terjadinya proses penyembuhan luka.

Rencana tindakan Rasional


 Observasi luka : lokasi,
 Memberi informasi
dimensi, kedalaman luka,
dasar untuk dapat
karakteristik, warnacairan,
memberikan petunjuk
granulasi, jaringan nekrotik,
pengobatan
tanda-tanda-infeksi lokal,
 Memberikan
formasi traktus
kelembaban pada
 Oleskan lotion atau
kulit sehingga
minyak/baby oil pada derah
menimbulkan rasa
yang kering
nyaman.

36
Universitas Sumatera Utara
 Memandikan pasien secara  Pembersihan kulit
lembut dengan sabun ringan dapat mencegah
dan air hangat terjadinya rasa gatal
 Kaji lingkungan dan dan memberikan rasa
peralatan yang nyaman.
menyebabkan tekanan,  Dengan adanya tekan,
garukan dan cubitan. garukan dan cubitan
 Masase dengan lembut akan menimbulkan
kulit yang sehat jangan trauma baru pada kulit.
dilakukan pada area  Membantu
kerusakan. melancarkan sirkulasi
 Pemberian diae TKTP.  Diet TKTP diperlukan
untuk meningkatkan
Kalori: 2600 kal/kg BB
asupan dari kebutuhan
Protei :100 g (2 g/kgBB)
pertumbuhan
jaringan.

Hari/ta No Perencanaan keperawatan


nggal Dx

Sabtu / 2 Tujuan dan kriteria hasil


3 juni
Tujuan :
2017

Rasa nyaman terpenuhi setelah tindakan keperawatan 3 x 24


jam.

Kriteria hasil :

 Melaporkan bahwa adanya peningkatan rasa nyaman

37
Universitas Sumatera Utara
 Berkurangnya lecet akibat garukan.

Rencana tindakan Rasional


 Lakukan pengkajian
 Sebagai dasar dalam
penyebab gangguan rasa
menyusun rencana
nyaman.
intervensi
 Observasi reaksi
keperawatan.
nonverbal dari ketidak
 Deskripsi yang
nyamanan
akurat tentang erupsi
 Kontrol lingkungan yang
kulit diperlukan
dapat mempengaruhi gatal
untuk dignosa dan
seperti suhu ruangan.
pengobatan.
 Ajarkan tentang teknik non
 Kesejukan ruangan
farmakologi kompres
dapat mengurangi
hangat/ dingin.
rasa gatal.
 Menjaga agar kuku selalu
 Pengisatan air yang
terpangkas
bertahap dari kasa
 Menjaga agar kelembaban
akan menyejukan
kulit.
kulit dan merdakan
 Menggunakan terapi topikal.
pruritus.
(Kortikosteroid)
 Mengurangi
kerusakan kulit
akibat garukan.
 Kulit yang kering
dapat menimbulkan
gatal,lepuh dan
eksudat.
 Membantu
meredakan gejala.

38
Universitas Sumatera Utara
2.2.5 Implementasi dan Evaluasi

Hari No. Implementasi Evaluasi (SOAP)


/tanggal Dx
Sabtu 1  Mengobservasi luka : lokasi, S :Ny. C mengatakan luka
/3 juni dimensi,kedalaman An. H berkurang.
2017 luka,karakteristik,warnacair
an, granulasi, jaringan O:
nekrotik, tanda-tanda infeksi - Luka tampak bekurang
local. - Tidak ditemukannya
 Mengoleskan lotion atau tanda-tanda infeksi
minyak/baby oil pada derah T : 26,90c
yang kering. - Kulit tampak
lembab
 Memandikan pasien secara
-Klien tampak sedikit
lembut dengan sabun ringan
tenang.
dan air hangat.
A :Masalah teratsi
 Mengkaji lingkungan dan sebagian.
peralatan yang P : Intervensi dilanjutkan
menyebabkan tekanan, - Mengobsevasi luka
garukan dan cubitan ( benda
dan tanda-tanda
yang keras, sudut meja,
infeksi.
sisir, pulpen dll )
-Memasase kulit
 Melakukan masase dengan
dengan baby oil
lembut kulit yang sehat
-Memandikan pasien
jangan dilakukan pada area
dengansabun ringan
kerusakan.
dan air hangat
 Pemberian diet TKTP.
- Mengkaji lingkungan
(susu 2 gelas/hari, telur 1
dan peralatan yang
butir
menyebabkan luka
/hari dan daging 1 potong/
baru
harinya )
- Pemberian diet TKTP

39
Universitas Sumatera Utara
(susu 2 gelas/
hari,telur 1 butir/hari
dan daging 1
potong/hari)

Sabtu 2  Melakukan pengkajian S : An. H mengatakan


/3 juni penyebab gangguan rasa bahwa rasa gatal
2017 nyaman. berkurang. Ny. C juga
 Mengobservasi reaksi mengatakan bahwa klien
nonverbal sudah jarang menggaruk
dariketidaknyamanan bagian area alergi
 Mengontrol lingkungan O :- An. H masih tampak
yang dapat mempengaruhi mengaruk area alergi
gatal seperti suhu ruangan. seseklai.
 Mengajarkan tentang teknik - Kulit An.H tampak
non farmakologi kompres lembab.
hangat/ dingin. A :Masalah teratasi
 Menjaga agar kuku selalu sebahagian
terpangkas P :Intervensi dilanjutkan
 Menjaga agar kulit -Menganjurkan
lembab,dengan kompres air hangat/air
mengoleskan baby oil. dingin
 Menggunakan terapi -Menjaga agar kulit
topikal.( Kortikosteroid) lembab dengan
memasase kulit kering
dengan baby oil
- Menjaga lingkungan
agar tetap sejuk.
-Menggunakan terapi
topikal
(Kortikosteroid)

40
Universitas Sumatera Utara
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN

Dematitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon


terhadap pengaruh faktor eksogen atau pengaruh faktor endogen, menimbulkan
kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel,
skuama) dan keluhan gatal. Klasifikasi Dermatitis adalah dermatitis kontak,
dermatitis atopik, dermatitis numularis dan demertitis soboik. Penyebab dermatitis
alergi belum diketahui secara pasti. Sebagian besar merupakan respon kulit
terhadap agen-agen misal nya zat kimia, bakteri dan fungi selain itu alergi
makanan juga bisa menyebabkan dermatitis. Manifestasi klinis alergi adanya
tanda-tanda radang akut terutama pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh,
kemerahan, edema dan gangguan fungsi kulit. Pemeriksaan penunjang dan lab
dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa medis maupun keperawatan. Asuhan
keperawatan yang dapat dilakukan mencakup beberapa diagnosa yaitu Kerusakan
integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit, nyeri dan
gatal yang berhubungan dengan lesi kulit, perubahan pola tidur yang
berhubungan dengan pruritus.

3.2 SARAN

1. Diharapkan kepada bagi mahasiswa/i dapat menambah wawasan dan


pengetahuan khususnya dengan masalah keperawatan tentang Kerusakan
Integritas Kulit : Dermatitis Kontak Alergi.

2. Bagi perawat yang akan memberikan asuhan keperawatan pada klien


dengan Kerusakan Integritas Kulit : Dermatitis Kontak Alergi yang harus
lebih memperhatikan dan tahu pada bagian-bagian mana saja dari asuhan
keperawatan pada klien yang perlu di tekankan.

3. Perawat juga memberikan pendidikan kesehatan kepada bapak dan ibu atau
keluarga dari klien tentang Kerusakan Integritas Kulit : Dermatitis Kontak
Alergi.

41
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA

Adi dan Suria Djuanda.(2005). Dermatitis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Jakarta: FKUI

Andi Dinajani S. Abidin Mahdi. (2008). Penatalaksanaan Penyakit Alergi. Edisi


ke- 2. Jakarta : FKUI.

Hetaria, Rospa. (2009). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen.


Jakarta: Trans Info Media.

Lynda Juall Carpenito-Moyet. (2012).Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi


ke- 13. Jakarta : EGC.

Muttaqin, Arif & Sari, Kumala. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Integumen. Jakarta: Salemba Medika.

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan :Konsep, Proses,
dan Praktik.Edisi ke-4.Alih bahasa Renata Komalasari, S.Kp, dkk.
Penerbit Buku Kedokteran.Jakarta : EGC

42
Universitas Sumatera Utara
Lampiran

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari ke-1

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


No Hari Waktu Implementasi Evaluasi
Dx /tanggal
1 Minggu 08:30  Mengobservasi luka : S : Ny. C mengatakan
/4 juli WIB
lokasi, dimensi, luka An. H berkurang
2017
kedalaman luka, dan kulit tampak
karakteristik, warna lembeb.
cairan, granulasi, jaringan
nekrotik, tanda-tanda O :
infeksi. - Luka tampak
 Mengoleskan lotion atau bekurang
minyak/baby oil pada -Tidak ditemukannya
derah yang kering. tanda-tanda infeksi
- HR : 82 x/i
 Memandikan pasien - RR : 22 x/i
secara lembut dengan
- T : 36,90c
sabun ringan dan air
hangat.
-Kulit tampak lembab
 Mengkaji lingkungan dan
-Klien tampak sedikit
peralatan yang tenang.
menyebabkan tekanan, A:Masalah teratsi
garukan dan cubitan. sebagian.
( benda yang keras, sudut P:Intervensi
meja, sisir, pulpen dll ) dipertahankan
 Melakukan Masase - Mengobsevasi luka
dengan lembut pada dan tanda-tanda
kulit
yang sehat jangan infeksi.
dilakukan pada area - Memasase kulit
kerusakan. dengan baby oil
 Pemberian diet - Memandikan pasien
TKTP.(susu 2 gelas/hari, dengan sabun ringan
telur1 butir/hari dan dan air hangat
daging 1 potong/ harinya ) -Mengkaji
lingkungan dan
peralatan yang
menyebabkan luka
baru
-Pemberian diet
TKTP (susu 2 gelas/
hari,telur 1
butir/hari dan
daging 1
potong/hari).
2 minggu 09.00  Melakukan pengkajian S : An. H mengatakan
/4 juli WIB
penyebab gangguan rasa bahwa rasa gatal dan
2017
nyaman. nyeri berkurang. Ny.
 Mengobservasi reaksi C juga mengatakan
nonverbal dari ketidak bahwa klien sudah
nyamanan jarang menggaruk
 Mengontrol lingkungan bagian area alergi.
yang dapat mempengaruhi O:
gatal seperti suhu ruangan. - An. H masih
 Mengajarkan tentang teknik tampak mengaruk
non farmakologi kompres area alergi
hangat/ dingin. seseklai.
 Menjaga agar kuku selalu - Kulit An.H tampak
terpangkas lembab.
 Menjaga agar kelembaban - An. H tampak
kulit. sedikit meringis.
 Menggunakan terapi topikal - HR : 82 x/i
- RR : 22 x/i
(Kortikosteroid). - T : 36,90c

A:Masalah teratasi
sebahagian
P:Intervensi
dipertahankan
-Menganjurkan
kompres air
hangat/air dingin
-Menjaga agr kulit
lembab dengan
memasase kulit
kering dengan baby
oil
- Menjaga lingkungan
agar tetap sejuk.

-Menggunakan terapi
topikal.
(Kortikosteroid)
Hari ke-2

No Hari / Waktu Implementasi Evaluasi


Dx Tanggal
1 senin /5 08.30  Mengobsevasi luka dan S : Ny. C mengatakan
juli 2017 WIB
tanda-tanda infeksi. luka An. H berkurang
 Memasase kulit yang dan kulit tampak
kering dengan baby oil. lembeb.
 Memandikan pasien
dengan sabun ringan dan O :
air hangat. -Luka tampak
 Mengkaji lingkungan dan bekurang
peralatan yang -Tidak ditemukannya
menyebabkan luka baru. tanda-tanda infeksi
- HR : 80 x/i
 Pemberian diet TKTP (susu - RR : 23 x/i
2 gelas/ hari,telur 1 - T : 370c
butir/hari dan daging 1
potong/hari). -Kulit tampak lembab
-Klien tampak sedikit
tenang.
A :Masalah teratsi
sebagian.
P:Intervensi
dipertahankan
- Mengobsevasi luka
dan tanda-tanda
infeksi.
-Memasase kulit yang
kering dengan baby
oil
-Memandikan pasien
dengan sabun ringan
dan air hangat
-Mengkaji lingkungan
dan peralatan yang
menyebabkan luka
baru
- Pemberian diet
TKTP (susu 2 gelas/
hari,telur 1
butir/hari dan
daging 1
potong/hari).
2 Senin 09:00  Menganjurkan kompres air S : An. H mengatakan
/5juli WIB
hangat/air dingin bahwa nyeri dan rasa
2017
 Menjaga agr kulit lembab gatal berkurang. Ny.
dengan memasase kulit C juga mengatakan
kering dengan baby oil bahwa klien sudah
 Menjaga lingkungan agar jarang menggaruk
tetap sejuk. bagian area alergi.

 Menggunakan terapi O:
topikal. (Kortikosteroid) An. H masih tampak
mengaruk area alergi
seseklai.
-Kulit An.H tampak
lembab.
- An.H tampak
menahan rasa nyeri
-HR : 80 x/i
-RR : 23 x/i
-T : 370c

A:Masalah teratasi
sebahagian
P:Intervensi
dipertahankan
-Menganjurkan
kompres air
hangat/air dingin
-Menjaga agr kulit
lembab dengan
memasase kulit
kering dengan baby
oil
- Menjaga lingkungan
agar tetap sejuk.

-Menggunakan terapi
topikal.
(Kortikosteroid)

Hari ke-3

No Hari/tan Pukul Implementasi Evaluasi


ggal
1 Selasa/ 6 09.00  Mengobsevasi luka dan S : Ny. C mengatakan
juli 2017 WIB
tanda-tanda infeksi. luka An. H berkurang
dan kulit tampak
 Mengoleskan lotion atau lembeb.
minyak/baby oil pada
derah yang kering O:
-Luka tampak
 Memandikan pasien secara bekurang
lembut dengan sabun
-Tidak ditemukannya
ringan dan air hangat.
tanda-tanda infeksi
 Mengkaji lingkungan dan - HR : 78 x/i
peralatan yang - RR : 25 x/i
menyebabkan tekanan,
- T : 36,80c
garukan dan cubitan
( benda yang keras, sudut
-Kulittampaklembab
meja, sisir, pulpen dll )
A :Masalah teratsi
 Pemberian diet TKTP.
sebagian.
(susu 2 gelas/hari,telur 1
P:Intervensi
butir/hari dan daging 1
dipertahankan
potong/ harinya ).
- Mengobsevasi luka
dan tanda-tanda
infeksi.
-Memasase kulit yang
kering dengan baby
oil
-Memandikan pasien
dengan sabun ringan
dan air hangat
-Mengkaji lingkungan
dan peralatan yang
menyebabkan luka
baru
- Pemberian diet
TKTP (susu 2 gelas/
hari,telur 1 butir/hari
dan daging 1
potong/hari).
2 Selasa/ 6 10:30  Mengontrol lingkungan S : An. H mengatakan
juli 2017 WIB
yang dapat bahwa nyeri dan rasa
mempengaruhi gatal gatal berkurang. Ny. C
seperti suhu ruangan. juga mengatakan
 Mengajarkan tentang bahwa klien sudah
teknik non farmakologi jarang menggaruk
kompres hangat/ dingin. bagian area alergi
 Menjaga agar kulit O:
lembab,dengan An. H masih tampak
mengoleskan baby oil. mengaruk area alergi
 Menggunakan terapi seseklai.
topikal. (Kortikosteroid) -Kulit An.H tampak
lembab.
-HR : 80 x/i
-RR : 23 x/i
-T : 370c
A:Masalah teratasi
sebahagian
P:Intervensi
dipertahankan
-Menganjurkan
kompres air
hangat/air dingin
-Menjaga agr kulit
lembab dengan
memasase kulit
kering dengan baby
oil
- Menjaga lingkungan
agar tetap sejuk.

-Menggunakan terapi
topikal.
(Kortikosteroid)

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai