Oleh
Arju yudistira (1914201002)
Rahmadani (1914201028)
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa karna berkat,
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya Tulis ilmiah
dengan judul “ Asuhan Keperawatan pada An. H dengan Gangguan Kebutuhan Dasar
Aman Nyaman : Kerusakan Integritas di Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia”.
Asuhan keperawatan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
tugas KMB III di Program Studi S1 Keperawatan STIKes FLORA MEDAN.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Asuhan keperawatan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah. Harapan penulis semoga
makalah ini dapat bermamfaat bagi kita semua.
Kelompok 3
ii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Tujuan.................................................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum........................................................................................3
1.2.2Tujuan khusus.........................................................................................3
1.3 Manfaat..............................................................................................................4
BAB 11 PENGOLAHAN KASUS..........................................................................4
2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatandengan Masalah kerusakan Integritas
Kulit: Dermatitis Kontak Alergi.......................................................................4
2.1.1 Kerusakan Integritas....................................................................................5
2.1.2. Sistem Integumen........................................................................................6
2.1.3 Dermatitis Kontak Alergi...........................................................................10
2.1.4 Proses Asuhan Keperawatan......................................................................16
2.1.4.1 Pengkajian............................................................................................16
2.1.4.2 Analisa Data.........................................................................................17
2.1.4.3 Rumusan Masalah................................................................................21
2.1.4.4 Perencanaan dan Rasional....................................................................21
2.2 Asuhan Keperawatan Kasus.............................................................................23
2.2.1 Pengkajian..................................................................................................23
2.2.2Analisa Data.................................................................................................34
2.2.3 Rumusan Masalah.......................................................................................35
2.2.4 Perencanaan dan Rasional...........................................................................36
2.2.5 Implementasi dan Evaluasi..........................................................................39
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................41
3.1 Kesimpulan......................................................................................................41
3.2 Saran.................................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA
iii
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATARBELAKANG
Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien
adalah mempertahankan integritas kulit. Hal ini dapat tercapai dengan
memberikan perawatan kulit yang terencana dan konsisten. Perawatan kulit yang
tidak terencana dan konsisten dapat mengakibatkan terjadinya gangguan integritas
kulit (Hoff, 1989 dalam Potter & Perry, 2005). Gangguan integritas kulit dapat
disebabkan oleh jamur,virus, kuman, parasit hewani, air yang tercemar dan lain-
lain. Mikroorganisme (bakteri, jamur) merupakan salah satu penyebab terjadinya
penyakit kulit seperti dermatitis (Rahmanita, 2013).
Dermatitis kontak iritan terjadi setelah pajanan lama atau berulang pada
trauma fisik atau kimiawi (misalnya cairan industri) dan bisa terjadi pada siapa
pun yang terpajan (David,dkk, 2007: 343). Sedangkan Dermatitis kontak alergi
yaitu penyakit yang timbul akibat terjadinya reaksi hipersensitivas tipe lambat
terhadap suatu alergen eksternal (Robin Graham, dkk. 2005: 69). Hasil Penelitian
Febria Suryani tahun 2011, faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya dermatitis
kontak dapat terbagi dalam dua faktor, faktor langsung dan faktor tidak langsung.
Faktor langsung meliputi bahan kimia dan lama kontak. Faktor tidak langsung
yaitu Suhu dan Kelembaban, Masa Kerja, Usia, Jenis Kelamin, Ras, Riwayat
Alergi, Personel Hygine, Penggunaan Alat Pelindung Diri.
Bahan kimia merupakan penyebab utama dari penyakit kulit dan gangguan
pekerjaan. Kontak dengan bahan kimia merupakan penyebab terbesar dermatitis
1
Universitas Sumatera Utara
kontak alergi. Dalam hal ini bahan kimia yang sering menyebabkan dermatitis
kontak alergi yaitu bahan-bahan kimia yang ada dalam produk kosmetik,
perhiasan (nikel), bahan kimia dalam pewarna kain.
2
Universitas Sumatera Utara
1.2 Tujuan
Tujuan penulis Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini adalah untuk memberikan
asuhan keperawatan pada An.H dengan masalah Gangguan Kebutuhan Dasar
Aman Nyaman : Kerusakan Integritas Kulit.
1.3 Manfaat
Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan
manfaat:
1. Bagi Penulis
Sebagai sarana ilmu untuk mengaplikasikan asuhan keperawatan pasien
khususnya pada pasien dengan diagnosa keperawatan masalah
3
Universitas Sumatera Utara
Gangguan Kebutuhan Dasar Aman Nyaman : Kerusakan Integritas
Kulit.
2. Bagi Pendidikan Keperawatan
Dapat menjadi referensi bagi institusi pendidikan keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan masalah keperawatan masalah
Gangguan Kebutuhan Dasar Aman Nyaman : Kerusakan Integritas
Kulit.
3. Bagi praktek keperawatan
Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan dan
strategis bagi keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan masalah Gangguan Kebutuhan Dasar Aman
Nyaman : Kerusakan Integritas Kulit.
4. Bagi klien
Memberikan informasi tentang asuhan keperawatan dengan prioritas
masalah Gangguan Kebutuhan Dasar Aman Nyaman : Kerusakan
Integritas Kulit.
4
Universitas Sumatera Utara
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
5
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Sistem Integumen
A. Defenisi
Sistem integumen (Kulit) merupakan suatu massa atau jaringan terbesar di
tubuh. Kulit bekerja melindungi struktur-struktur dibawahnya dan berfungsi
sebagai cadangan kalori. Kulit mencerminkan emosi dan stress yang kita
alami,serta berdampak pada penghargaan orang lain tehadap kita. Selama hidup,
kulit dapat terpotong, tergigit, mengalami iritasi, tebakar atau terinfeksi. Akan
tetapi, memiliki kapasitas dan daya tahan yang luar biasa untuk pulih.
(Muttaqin,2011)
Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasi
tubuh paling luar,kulit tidak bisa tepisah dari kehidupan manusia yang merupakan
organ esensial dan vital,kulit juga merupakan cermin kesehatan dari kehidupan
seseorang.(Hetharia,Rospa 2009)
Kulit merupakan organ tubuh yang paling luar dan membatasi bagian
dalam tubuh dari lingkungan luar dan merupakan pembungkus yang elastis.
Kulit terdiri atas tiga lapisan, yang masing-masing memiliki berbagai jenis
sel dan memiliki fungsi yang bermacam-macam. Ketiga lapisan tersebut adalah
6
Universitas Sumatera Utara
1. Lapisan epidermis
Lapisan ini tepatnya dibawah epidermis yang jauh lebih tebal dari
pada epidermis dan terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa padat.
Secara garis besar elemen seluler dan folakel rambut dibagi 2nyaitu:
7
Universitas Sumatera Utara
Pars papilare adalah bagian yang menonjol ke epidermis yang
berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
Pars retikulare adalah bagian yang dibawahnya menonjol kearah
subkutan tediri dari serabut-serabut penunjang,misalnya serabut
(kolagen,elastin, dan retikulin). Dasar (matriks) lapisan ini terdiri
atas cairan kental, asam hialuronat dan kondroitin sulfat yang
terdapat pula fibroblast.
Serabut kolagen dibentuk oleh fibroblas,membentuk ikatan
(bundel) yang mengandung hidro ksiprolin dan hidroksilin.
Kolagen muda bersipat lentur (dengan betambah umur menjadi
kurang larut sehingga stabil) serabut elastin biasanya
bergelombang,berbentuk amorft, mudah mengembang dan lebih
elastis.
3. Lapisan subkutis
Lapisan ini adalah kelanjutan dari dermis dan terdiri dari jaringan
ikat longgal berisi sel-sel lemak di dalamnya lapisan sel sel lemak
disebut panikutus Adipose berbentuk bulat dengan intinya terdesak
kepinggir,sehingga membentuk cicncin.Fungsi penikulus adiposa
adalah sebagai shok breaker atau pegas bila tekanan trauma mekanis
yang menimpa pada kulit,isolator panas atau untuk mempertahankan
suhu, penimbunan kalori dan tambahan untuk kecantikan tubuh.
Dibawah subkutan terdapat selaput otot dan lapisan berikutnya adalah
otot.
C. Fungsi Kulit
8
Universitas Sumatera Utara
Fungsi proteksi yaitu kulit berfungsimenjaga bagian dalam tubuh
terhadap gangguan fisik atau mekanis.
Gangguan fisis misalnya :
- Tekanan
- Gesekan
- Tarikan
Gangguan kimiawi misalnya zat-zat kimia terutama yang
bersifat iritan.
Contoh : Lisol, karbol, asam dan alkali kuat lainnya.
Gangguan bersifat panas misalnya : Radiasi ,sengatan sinar
ultra violet.
Gangguan infeksi luar terutama kuman/bakteri maupun
jamur.
Fungsi absorsi, karena kulit yang sehat tidak mudah menyerap
air,larutan dan benda padat, tetapi cairan yang mudah menguap
lebih mudah diserap, begitujuga yang larut dalam lemak.
Fungsi eksresi yaitu fungsi kelenjar-kelnjar kulit mengeluarkan
zat-zat yang tidak berguna lagi atau zat sisa metabolisme dalam
tubuh seperti : NaCl,urea,asam urat dan amonia.
Fungsi persebsi, fungsi terhadap rangsangan panas yang di
perankan oleh badan-Ruffini di dermis dan subkutis.
Fungsi terhadap rangsangan dingin di perankan oleh badan krause
yang terletak di dermis.
Badan taktil meissner terletak di papilla dermis peran terhadap
rabaan.
Fungsi badan vater paccini di epidermis berperan terhadap tekanan.
Fungsi pengaturan suhu tubuh (Thermogulasi),peran kulit untuk
mengeluarkan suhu keringat dan menegerutkan otot (kontraksi
otot) pembuluh darah kulit.
Fungsi pembentuk pigmen, terletak di lapisan basal ini berasal dari
rigi saraf ( melanosit) dan peran untuk memnentukan warna
kulit,ras maupun individu.
9
Universitas Sumatera Utara
Fungsi pembentuk vitamin D,dapat mengubah 7 dihidrognisi
kolesterol dengan bantuan sinar matahari, kebutuhan vitamin tidak
cukup dengan sinar matahari sehingga vitamin D dapat di perlukan
dengan pemberian sistem vitamin D sistemik.
Fungsi Karatinisasi
C. Patofisiologi Alergi
Kontak yang lebih lama pada bagian tubuh yang sama atau pada
bagian tubuh lainnya dengan alergen akan menyebabkan
dermatitis.Patofisiologi Dermatitis kontak alergi,yang digolongkan
dalam reaksi imunologik type IV, merupakan hipersensitivitas lambat.
Ada dua fase untuk menimbulkan dermatitis kontak alergi :
10
Universitas Sumatera Utara
1. Fase primer ( induktiflafferen ), yaitu penetrasi bahan yang
mempunyai berat molekul kecil ( hapten ) ke kulit. Yang kemudian
berikatan dengan karier protein di epidermis. Komponen tersebut
akan disajikan oleh sel langerhans ( LCs ) pada sel T. Dikelenjar
limfe regional, komplek yang terbentuk akan merangsang sel
limfosit T di daerah parakorteks untuk memperbanyak diri dan
berdiferensiasi menjadi sel T efektor dan sel memori. Terbentuklah
sel T memori yang akan bermigrasi ke kulit,peredaran perifer, dll.
2. Fase sekunder ( eksitasileferen ), yaitu perjalanan hapten pada
individu yang telah tersensitasi, sehingga antigen disajikan lagi
oleh sel langerhans ke sel T memori dikulit dan limfe regional.
Kemudian terjadi reaksi imun yang menghasilkan limfokin. Terjadi
reaksi inflamasi dengan perantara sel T, karena lepasnya bahan-
bahan limfokin dan sitokin. Terjadinya reaksi ini maksimum 24 -
48 jam. Setelah pemajanan alergen pada kulit, antigen tersebut
secara imunologi ditangkap oleh sel langerhans ( sel penyaji
antigen ), kemudian diproses dan disajikan kepada limfosit T
dengan bantuan molekul MHC kelas 2. Sel langerhans dan
keratinosit akan menghasilkan interleukin 1 ( limphocyte
aktivating factor ) dan sel langerhans akan mengalami perubahan
morfologis menjadi sel langerhans yang aktif sebagai penyaji sel
( APCs ). Sel ini akan bergerak kekulit di dermis, parakortikal,
kelenjar limfe. Sel langerhans menyajikan dalam bentuk yang
sesuai dengan HLA DR dengan reseptor HLA DR yang dimiliki
oleh sel limfosit T. APCs lain seperti sel monosit dan makrofak
hanya dapat merangsang sel T memori, tidak dapat mengaktifkan
sel T yang belum disensitasi. Pada fase eferent ini sel TH1 terletak
di sekitar pembuluh darah kapiler di dermis. Selain itu, sel limfosit
T itu harus diaktifkan oleh interlukin I yang dihasilkan oleh sel
langerhans dan sel keratinosit. Dan sel T ini akan meghasilkan
interlukin II ( lymphocyte proliferating cell ) dan menyebabkan sel
T berfloriferasi.
11
Universitas Sumatera Utara
D. Manifestasi klinis Dermatitis Kontak Alergi
Manifestasi Klinis Gejala yang umum dirasakan penderita adalah
pruritus yang umumnya konstan dan seringkali hebat ( sangat gatal ).
Dermatitis kontak alergi biasanya ditandai dengan adanya lesi
eksematosa berupa eritema, udem, vesikula dan terbentuknya
papulovesikula; gambaran ini menunjukkan aktivitas tingkat selular.
Vesikel-vesikel timbul karena terjadinya spongiosis dan jika pecah
akan mengeluarkan cairan yang mengakibatkan lesi menjadi basah.
Mula-mula lesi hanya terbatas pada tempat kontak dengan alergen,
sehingga corak dan distribusinya sering dapat menunjukkan kausanya,
misalnya: mereka yang terkena kulit kepalanya dapat curiga dengan
shampo atau cat rambut yang dipakainya. Mereka yang terkena
wajahnya dapat curiga dengan cream, sabun, bedak dan berbagai jenis
kosmetik lainnya yang mereka pakai. Pada kasus yang hebat,
dermatitis menyebar luas ke seluruh tubuhCiri khas dermatitis kontak
alergi adalah radang yang secara perlahan meluas, batas peradangan
tidak jelas ( difus ), rasa sakit dan panas tidak sehebat pada dermatitis
kontak iritan. Perjalanan dermatitis kontak alergi dapat akut, sub-akut,
ataupun kronis. Dermatitis kontak alergi akut ditandai dengan erupsi
eksematosa dengan eritem, udem, papula, vesikula dan biasanya bula,
serta patch berbatas tegas, single, ataupun multiple dengan berbagai
bentuk dan ukuran, akan tetapi umumnya diskoid. Erupsi umumnya
dapat saling berpengaruh, sehingga daerah yang terkena dapat meluas.
Intensitas dermatitis dapat memberat pada hari ke empat sampai hari
ke tujuh, jika tidak diberi pengobatan dan sudah tidak ada kontak
dengan alergen. Penyembuhan biasanya terjadi pada satu sampai dua
minggu hingga satu bulan. Dermatitis sub-akut ditandai dengan eritem,
udem yang minimal, vesikula dan krusta. Dermatitis kronik tampak
sebagai patch kering yang meng-alami likhenifikasi dan berskuama
serta fisura. Fase knonik sangat sulit dibedakan dengan dermatitis
kontak iritan, baik secara klinis maupun histopatologis, karena pada
keduanya sama-sama ditemukan eritema, penebalan, deskuamasi,
12
Universitas Sumatera Utara
fisura dan gatal. Diagnosis didasarkan atas hasil anamnesis yang
cermat dan pemeriksaan klinis yang teliti. Anamnesis Anamnesis
berperan sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Anamnesis
harus dilakukan dengan teliti, karena sangat menentukan terapi
maupun follow-up-nya, yaitu untuk sedapat mungkin mencegah
kekambuhan. Pada anamnesis perlu ditanyakan pekerjaan, hobi,
riwayat kontak dengan kontaktan atau objek personal, misalnya
tentang pemakaian kosmetik, pakaian baru, pemakaian jam tangan atau
perhiasan. Selain itu, perlu ditanyakan juga perihal riwayat atopi serta
pengobatan yang pernah diberikan, baik oleh dokter maupun yang
dilakukan sendiri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya eritema,
edema, papula dan vesikula yang jika pecah akan membentuk
dermatitis yang basah. Lokasi lesi biasanya pada tempat kontak, tidak
berbatas tegas, dan pada penderita yang sensitif dapat meluas. Dalam
membantu penegakan diagnosis dikenal istilah regional diagnosis.
Bagian-bagian tubuh tertentu sangat mudah tersensitisasi dibandingkan
dengan bagian tubuh lainnya, misalnya: kelopak mata, leher dan
genital, sedangkan pada bagian tubuh yang kulitnya tebal agak sulit
terjadi dermatitis kontak alergi, seperti telapak tangan, telapak kaki dan
kulit kepala. Bila terjadi kontak pada daerah itu, maka daerah yang
berbatasan yang kulitnya tipislah yang mengalami dermatitis.Kelopak
mata sangat mudah bereaksi terhadap pemakaian kosmetik (maskara),
obat (tetes mata), air borne alergen ( hair spray, debu, serbuk sari ) atau
terhadap alergen yang terbawa oleh jari tangan (cat kuku). Untuk leher,
penyebab umum drmatitis kontak alergi adalah kosmetik, parfum,
perhiasan (kalung) yang mengandung nikel yang menyebabkan coin
shape dermatitis. Dermatitis dan air borne alergen dan photo sensitizer
akan berbatas tegas atau menggambarkan segi tiga di fossa
suprasternal. Untuk daerah genital, baik pada laki - laki maupun
perempuan akan bereaksi terhadap alergen dengan tanda utama udem
dan gatal. Sensitizing-agent dapat dibawa ke genital ofeh tangan.
Benda-benda dari karet, seperti kondom, pesarium, pakaian serta obat-
13
Universitas Sumatera Utara
obat topikal merupakan causative agent yang sering ditemukan.
Bagian-bagian tubuh lain yang juga sering merupakan tempat
terjadinya dermatitis, walaupun kurang sensitif (reaktif),adalah :
1. Lengan dan tangan ; hampir 2/3 kasus dermatitis melibatkan
tangan. Pada kasus dermatitis karena pekerjaan, erupsi pertama
muncul di tangan, kemudian menyebar ke lengan bawah. Cairan
biasanya berefek di interdigital space; house wives contact
dermatitis biasanya muncul di bawah cincin kawin. Pada pekerja
yang menggunakan karet pelindung, dermatitis biasanya muncul
pada sisi atas karet pelindung.
2. Muka ; daerah yang paling sering terkena setelah lengan dan
tangan. Biasanya dipengaruhi oleh pemakaian kosmetik atau obat.
Juga oleh respon terhadap suatu kontak dan daerah sekitarnya,
terutama dan kelopak mata.
3. Bibir dan daerah perioral ; biasanya disebabkan oleh lipstick dan
bermanifestasi bibir kering dan pecah.
4. Paha dan tungkai bawah ; clothing dermatitis dapat
mempengaruhi bagian dalam dan bagian belakang paha, biasanya
dimulai dan tepi bawah rok dan nyata pada fossa poplitea.
5. Kaki; kaus kaki merupakan penyebab paling banyak dermatitis
pada kaki.
14
Universitas Sumatera Utara
b. Pemeriksaan fisik
c. Patch testing : dilakukan test kulit (patch) untuk mengetahui
macam apa alergennya,kapan waktu pembacaan test harus
dilakukan,serta standarisasi test sesuai dengan TRUE test (Thin
Layer Rapid Onset Epicutaneus test).
d. Test aplikasi terbuka yaitu dengan cara pemberian antigen di fosa
antekubital 2x seminggu selama 1 minggu untuk mengawasi reaksi
yang tumbul.
e. Dapat juga dilakukan tes kulit yang bereaksi segera (prick atau
intradermal test).
f. Biopsi kulit
g. Pemeriksaan kulit dengan KOH ( kalium hidroksida) sangat
membantu untuk mengetahui ada/tidaknya jamur di kulit pasien
yang timbul bersamaan dengan dermatitis alergi.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk dermatitis kontak
alergi, antara lain :
Istirahat kulit yang sakit
Identifikasi iritan
Hindari iritan lokal
Hindari pemakian sabun
Kolaborasi untuk terapi topikal lotion dioleskan pada bercak,
eritema (inflamasi kulit)
Kompres dingin/basah (untuk mengeluarkan sekret)
Pemberian topikal kostikosteroid dioleskan tipis-tipis
(kolaborasi).
15
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Proses Asuhan Keperawatan
2.1.4.1 Pengkajian
I. Pemeriksaan fisik
1) Pengkajian kulit
a. Inspeksi
Pasien berada dalam ruangan yang terang dan
hangat,pemeriksaan menggunakan penligt untuk menyinari
lesi amati kulit:
Warna kulit
Kekeringan
Testur
Lesi
Vaskularisasi
Mobilitas kondisi rambut dan kuku
Turgor kulit
Edema
Warna kebiruan,sianosis (hipoksia seluler) dapat
dilihat pada ekstremitas dan dasar kuku, bibir,
membran mukosa.
Ikterus (kulit yang menguning) akibat kenaikan
bilirubin
16
Universitas Sumatera Utara
Sklera, membran mukosa
Perubahan vaskuler (ptekie)
Ekimosis
Eritema
Urtikaria
b. Palpasi
Pada tindakan palpasi pemeriksaan harus menggunakan
sarung tangan sebagai proteksi bagi pemeriksa. Pada
tindakan ini ini akan di temukan :
Turgor kulit
Edema
Elastisitas kulit
17
Universitas Sumatera Utara
Tujuan pengumpulan data:
1. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan pasien
2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan pasien
3. Untuk menilai keadaan kesehatan pasien
4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menetukan langkah-langkah
berikutnya.
Tipe Data:
- Data Subjektif
Data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu
situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat,
mencakup persepsi, perasaan, ide pasien tentang status kesehatannya.
Misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan, frustrasi,
mual, perasaan malu (Potter & Perry, 2005).
- Data Objektif
Data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan
panca indera (lihat, dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik.
Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan,
tingkat kesadaran (Potter & Perry, 2005).
Masalah keperawatan yang paling mungkin muncul dari penderita berdasarkan
diagnosa keperawatan Carpenito (2012):
18
Universitas Sumatera Utara
Fagtor yang berhubungan
Lesi
Inflamasi
2. Gangguan rasa nyaman
Defenisi : Keadaan ketika individu mengalami sensai
ketidaknyamanan dalam merespon suatu rangsangan yang
tidak menyenagkan.
Batasan karakteristik :
Mayor
Individu memperlihatkan atau melaporkan
ketidaknyamanan. Nyeri dan gatal
Minor
Respon autonom terhadap nyeri (tekanan darah meingkat,nadi
meningkat, pernafasan meningkat, posisi berhati-hati, raut wajah
kesakitan, menangis).
pruritus
3. Pola tidur, gangguan
Defenisi : Keadaan ketika individu mengalami atau beresiko
mengalami suatu perubahan dalam kuantitas pola istirahat
yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu
gaya hidup yang di inginkannya.
Batasan karakteristik :
Mayor
Kesulitan untuk tertidur atau tetap tidur.
Minor
Gatal
Nyeri
19
Universitas Sumatera Utara
4. Gangguan citra tubuh
Defenisi : suatu individu mengalami gangguan dalam cara
pencerapan citra diri seseorang.
Batasan karakteristik :
Mayor
Respon negatif verbal atau nonverbal terhadap perubahan
aktual
malu
Minor
Bersembunyi tidak menampakkan diri pada lingkungan
Perubahan dalam keterlibatan sosial
Perasaan negatif terhadap tubuh
Perasaan ktidak berdayaan.
5. Kurang pengetahuan
Defenisi : suatu keadaan dimana seorang individu atau kelompok
mengalami defisiensi pengetahuan kognitif atau
keterampilan psikomotor berkenan dengan kondisi
atau rencana pengobatan.
Batasan karakteristik :
Mayor
Mengungkapkan kurang pengetahuan atau
keterampilan/permintaan informasi.
Mengekspresikan ketidak akuratan persepsi status kesehatan.
Melakukan dengan tidak tepat perilaku kesehatan yang di
anjurkan/yang di inginkan.
Minor
Kurang intgrasi tentang rencana pengobatan ke dalam aktivitas
sehari-hari
20
Universitas Sumatera Utara
Kurang informasi.
Ansietas
Depresi
2.1.4.4.Perencanaan
Langkah selanjutnya adalah perenanaan dimana perawat akan
menyusun rencana yang akan dilakukan ppada klien untuk mengatasi
masalah,perencanaan disusun berdasarkan dignosa keperawatan
(Muttaqin&Sari,2011)
Sasaran utama intervensi adalah untuk mngistirahatkan kulit yang sakit
dan melindunginya terhadap kerusakan lebih lanjut.pola distribusi reaksi
ditentukan untuk membedakan dematitis tipe kontak alergi atau tipe iritan.
Riwayat sakit yang dirinciharus dianamnesa. Kemudian iritan yang
menyebebkan timbulnya keluhan di identifikasi dan di hilangkan. Iritasi
lokal harus di hindari dan pemakian sabun umumnya tidak dilakukan
sebelum terjadi kesembuhan.
Banyak preparat dianjurkan penggunaannya untuk meredakan
dermatitis atau alergi. Ummunya losen yang netral dan tidak mengandung
obat dapat di oleskan pada bercak-bercak eritema yang kecil untuk
meningkatkan rasa nyaman dan mengirangi pruritus.
Pemberian kompres yang sejuk dan basah juga dapat dilakukan
pada daerah dermatitis vaskuler yang kecil. Remukan halus es yang di
21
Universitas Sumatera Utara
tambahkan pada air kompres sering kali memberikan efek anti pruritus.
Kompres basah biasanya membantu membersihkan lesi ekzema yang
menegluarkan sekret.kemudian preparat krim atau salep yang mengandung
salah satu jenis kortikosteroid dioleskan tipis-tipis.
Mandi dengan larutan yang mengandung obat dapat di resap untuk
alergi dengan daerah lesi yang lebih luas,pemberian kortikosteroid jangka
pendek dapat di programkan.
22
Universitas Sumatera Utara
2.2 Asuhan Keperawatan Kasus
2.2.1 Pengkajian
IDENTITAS PASIEN
Nama : An.H
Umur : 3 tahun
Agama : Islam
Nama
a. Ayah : Tn. B
b. Ibu : Ny. C
Umur
a. Ayah : 31 tahun
b. Ibu : 28 tahun
23
Universitas Sumatera Utara
Pekerjaan
a. Ayah :wiraswata
b. Ibu : IRT
Agama
a. Ayah : Islam
b. Ibu : Islam
Suku
a. Ayah : Jawa
b. Ibu : Jawa
A. Provocative/palliative
1. Apa penyebabnya
Ny. C mengatakan bahwa hal tersebut terjadi karena An. H sering mandi
disungai. Setiap An. H mandi disungai (kisaran) tersebut pasti klien akan
mengalami hal yang sama.
B. Quantity/quality
1. Bagaimana dirasakan
An. H merasakan gatal, luka dan merah di area kaki,tangan, kepala dan
bokong.
24
Universitas Sumatera Utara
2. Bagaimana dilihat
Tampak luka ,merah, dan edema pada kaki,tangan, bokong dan kepala,
kulit pasien kering dan turgor kulit agak lambat.
C. Severity
D. Time
Alergi dialamai An. H sejak ± 4 hari yang lalu dan sampai saat ini An. H
masih mengalami kondisi yang sama.
25
Universitas Sumatera Utara
A. Orang tua
Tn. B dan Ny. C tidak memiliki riwayat penyakit keturunan da sampai
saat ini masih sehat.
B. Saudara kandung
An. H adalah anak ke pertama dari 1 bersaudara.
C. Penyakit keturunan yang ada keluarga
Tn. B Ny. C
An. H
26
Universitas Sumatera Utara
Keterangan :
: Perempuan
: Laki-laki
: Meninggal
C. Keadaan emosional
D. Hubungan sosial :
27
Universitas Sumatera Utara
- Hubungan dengan orang lain : menurut Ny. C Selama klien sakit
hubungan sosialisasi dengan orang lain kurang baik karena klien hany
bermain di rumah.
E. Spiritual
A. Keadaan Umum
B. Tanda-tanda vital
- Nadi : 80 x/i
- Pernafasan : 24x/i
- TB :110 cm
- BB : 12 Kg
Bentuk kepala klien bulat, simetris dan normal dengan kulit kepala terdapat
lesi,merah, odem dan adanya push akibat alergi. Penyebaran rambut merata
dan tidak berbau.
28
Universitas Sumatera Utara
2. Wajah
Struktur wajah klien oval dan tidak ada kelainan, dengan warna kulit sawo
matang.
3. Mata
An. H memiliki dua mata dengan posisi simetris dan tidak ada kelainan
dengan konjungtiva anemis dan sclera normal, An. H masih bisa mampu
melihat dengan jarak ± 80 m dan tekanan bola mata baik, dapat digerakkan
kekiri dan kekanan.
4. Hidung
Posisi hidung An. H simetris dengan 2 lubang hidung dan cuping hidung
normal, klien tidak memakai alat bantu hidung.
5. Telinga
Bentuk telinga An. H simetris kiri dan kanan, ukuran telinga normal, lubang
telinga sedikit berair dan kotor dan An. H mampu mendengar dengan jarak ±
10 m.
Keadaan bibir An. H simetris, lidah bersih dan tidak ada kelainan, klien
mampu membedakan rasa asin dan manis.
7. Leher
Posisi trachea klien simetris dan tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid,
suara klien normal.
8. Integument
A. pengkajian kulit
29
Universitas Sumatera Utara
a.Inspeksi
Tangan :
Kaki
Bokong
Kepala
30
Universitas Sumatera Utara
Lesi : Ada lesi dan pustula
Membran mukosa : lembab
Mobilitas kondisi rambut : rabut rata dan berbau.
b.Palpasi
Tangan
Kaki
Bokong
Kepala
31
Universitas Sumatera Utara
10. Pemeriksaan thoraks/dada
Bentuk dada normal tidak burrel chest ataupun fannel chest, pernafasan 23
x/ i dan An. H bernafas dengan teratur.
Getaran suara paru kiri dan kanan sama, suara nafas vesikuler dan resonan
saat di perkusi.
Abdomen An. H simetris kiri dan kanan dan tidak ditemukan adanya
benjolan, dan tidak ada suara tambahan.
14. Genetalia
32
Universitas Sumatera Utara
- Jumlah dan jenis makan : 1 porsi, jenis nasi + lauk pauk
1. BAB
33
Universitas Sumatera Utara
2. BAK
V. Mekanisme koping
34
Universitas Sumatera Utara
↓
Kerusakan integritas kulit.
2.2.3 RUMUSAN
MASALAH Masalah
keperawatan
35
Universitas Sumatera Utara
2.2.4 PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL
Kriteria hasil :
36
Universitas Sumatera Utara
Memandikan pasien secara Pembersihan kulit
lembut dengan sabun ringan dapat mencegah
dan air hangat terjadinya rasa gatal
Kaji lingkungan dan dan memberikan rasa
peralatan yang nyaman.
menyebabkan tekanan, Dengan adanya tekan,
garukan dan cubitan. garukan dan cubitan
Masase dengan lembut akan menimbulkan
kulit yang sehat jangan trauma baru pada kulit.
dilakukan pada area Membantu
kerusakan. melancarkan sirkulasi
Pemberian diae TKTP. Diet TKTP diperlukan
untuk meningkatkan
Kalori: 2600 kal/kg BB
asupan dari kebutuhan
Protei :100 g (2 g/kgBB)
pertumbuhan
jaringan.
Kriteria hasil :
37
Universitas Sumatera Utara
Berkurangnya lecet akibat garukan.
38
Universitas Sumatera Utara
2.2.5 Implementasi dan Evaluasi
39
Universitas Sumatera Utara
(susu 2 gelas/
hari,telur 1 butir/hari
dan daging 1
potong/hari)
40
Universitas Sumatera Utara
BAB III
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
3. Perawat juga memberikan pendidikan kesehatan kepada bapak dan ibu atau
keluarga dari klien tentang Kerusakan Integritas Kulit : Dermatitis Kontak
Alergi.
41
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Adi dan Suria Djuanda.(2005). Dermatitis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Jakarta: FKUI
Muttaqin, Arif & Sari, Kumala. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Integumen. Jakarta: Salemba Medika.
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan :Konsep, Proses,
dan Praktik.Edisi ke-4.Alih bahasa Renata Komalasari, S.Kp, dkk.
Penerbit Buku Kedokteran.Jakarta : EGC
42
Universitas Sumatera Utara
Lampiran
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari ke-1
A:Masalah teratasi
sebahagian
P:Intervensi
dipertahankan
-Menganjurkan
kompres air
hangat/air dingin
-Menjaga agr kulit
lembab dengan
memasase kulit
kering dengan baby
oil
- Menjaga lingkungan
agar tetap sejuk.
-Menggunakan terapi
topikal.
(Kortikosteroid)
Hari ke-2
Menggunakan terapi O:
topikal. (Kortikosteroid) An. H masih tampak
mengaruk area alergi
seseklai.
-Kulit An.H tampak
lembab.
- An.H tampak
menahan rasa nyeri
-HR : 80 x/i
-RR : 23 x/i
-T : 370c
A:Masalah teratasi
sebahagian
P:Intervensi
dipertahankan
-Menganjurkan
kompres air
hangat/air dingin
-Menjaga agr kulit
lembab dengan
memasase kulit
kering dengan baby
oil
- Menjaga lingkungan
agar tetap sejuk.
-Menggunakan terapi
topikal.
(Kortikosteroid)
Hari ke-3
-Menggunakan terapi
topikal.
(Kortikosteroid)