OLEH:
KELOMPK VII
Laporan Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Epidemiologi Penyakit Daerah Pesisir Dan Kepulauan
OLEH:
KELOMPOK 7
KELAS B 2018
Wa Ode Asmaul Husna A.S J1A1 18 167
Dirfan J1A1 18 185
Larra Al Fahra J1A1 18 186
Indriati Pratiwi J1A1 19 135
Nofhy Hasma Linda J1A1 19 162
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiran-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Dermatitis”.
Banyak kendala yang dihadapi dalam menyusun makalah ini, namun kami
tetap berusaha memberikan yang terbaik dan agar dapat bermanfaat bagi kita
semua, Makalah ini disusun berdasarkan tugas kelompok pada semester genap.
Kami berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi semua pihak, serta
dapat memahami isi makalah ini yang dapat berguna bagi masyarakat. Kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah yang selanjutnya
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.3 Tujuan........................................................................................................5
2.1 Epidemiologi..................................................................................................6
2.2 Patofisiologi....................................................................................................8
2.3 Frekuensi........................................................................................................9
2.4 Distribusi........................................................................................................9
2.5 Determinan...................................................................................................10
3.2 Kebudayaan.................................................................................................14
3.3 Kepercayaan................................................................................................14
3.5 Pencegahan..................................................................................................19
iii
BAB IV PENUTUP..............................................................................................22
4.1 Kesimpulan...................................................................................................22
4.2 Saran.............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23
iv
BAB I
PENDAHULUAN
5
6
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Epidemiologi
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara maritim yang sebagian
besar wilayahnya merupakan wilayah perairan (Gusmawati.2019).
Masyarakat pesisir dapat didefinisikan sebagai kelompok orang atau suatu
komunitas yang tinggal di daerah pesisir dan sumber kehidupan
perekonomiannya bergantung secara langsung pada pemanfaatan sumberdaya
laut dan pesisir. Mereka terdiri dari nelayan, buruh nelayan, pembudidaya
ikan, pedagang ikan, pengolah ikan, dan sarana produksi perikanan.
Salah satu masalah kesehatan yang sering diderita oleh para nelayan
adalah penyakit kulit atau dermatitis.Penyakit dermatitis merupakan salah
satu masalah kesehatan masyarakat dan merupakan penyakit berbasis
lingkungan. Dermatitis dapat menyebabkan gatal yang tidak tertahankan,
peradangan, dan gangguan tidur. (Gusmawati.2019)
7
papul, vesikel, skuama, likenifikasi dan keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak
slalu timbul bersamaan, mungkin hanya beberapa atau oligomorfik.
Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis. Dermatitis kontak iritan
dapat diderita oleh semua orang dari berbagai golongan umur, ras,
danjeniskelamin. (Indrayana, 2017)
8
9
terdapat 2.965 pasien (10,14%) dan tahun 2017 meningkat menjadi 3.128
pasien (12,55%).Berdasarkan profil Desa Lora bahwa jumlah penduduk
secara keseluruhan sebanyak 6382 Jiwa dengan presentasi Jenis Kelamin
Laki-laki berjumlah 3042 Jiwa dan Jenis kelamin perempuan berjumlah 3340
Jiwa, dengan jumlah KK 1720.
2.2 Patofisiologi
Kerusakan membran mengaktifkan fosfolipase dan melepaskan asam
arakidonat (AA), diasilgliserida (DAG), faktor aktivasi platelet, dan inositida
(IP3). Asam rakidonat dirubah menjadi prostaglandin (PG) dan leukotrien
(LT). Prostaglandin dan LT menginduksi vasodilatasi, dan meningkatkan
permeabilitas vaskuler sehingga mempermudah transudasi komplemen dan
kinin. Prostaglandi dan LT juga bertindak sebagai kemotraktan kuat untuk
limfosit dan neutrofil, serta mengaktifasi sel mastmelepaskan histamin, LT
dan PG lain, dan PAF, sehingga memperkuat perubahan vaskuler.
Pada kontak dengan iritan, keratinosit juga melepaskan TNF−α, suatu sitokin
proinflamasi yang dapat mengaktifasi sel T, makrofag dan granulosit,
menginduksi ekspresi molekul adhesi sel dan pelepasan sitokin.
2.3 Frekuensi
Frekuensi adalah besarnya masalah kesehatan yang ada pada
sekelompok manusia (Yanti.2019). Dermatitis atau penyakit kulit merupakan
salah satu penyakit yang paling sering dijumpai pada negara beriklim tropis,
termasuk Indonesia, prevalensinya pada negara berkembang dapat berkisar
antara 20-80%. Kejadian penyakit kulit di Indonesia masih tergolong tinggi
dan menjadi permasalahan kesehatan yang cukup berarti.
2.4 Distribusi
Distribusi adalah penyebaran masalah kesehatan dalam populasi.
Pemicu utama berjangkitnya penyakit kulit seperti eksim (dermatitis) ini
adalah alam tropis Indonesia yang sangat panas dan lembab. Ini menyuburkan
semua penyakit kulit, karena badan orang Indonesia lebih sering
12
2.5 Determinan
Determinan adalah faktor penyebab suatu masalah kesehatan. Menurut
(Indrayana,2017), Demartitis merupakan penyakit kulit multifaktoral yang
dipengaruhi oleh faktor eksogen dan faktor endogen.
1. Eksogen
Faktor yang mempengaruhi terjadinya dermatitis kontak sebenarnya
sulit diprediksi. Beberapa faktor berikut dianggap memiliki
pengaruh terhadap terjadinya dermatitis kontak.
a. Karakteristik bahan kimia: Meliputi pH bahan kimia (bahan
kimia dengan pH terlalu tinggi >12 atau terlalu rendahlebih
tinggi >7 atau sedikit lebih rendahkuat dalam sekali paparan
bisa menimbulkan gejala, untuk basa atau asam lema butuh
beberapa kali paparan untuk timbulkan gejala, sedangkan untuk
bahan kimia yang bersifat sensitizer paparan sekali saja tidak
bisa menimbulkan gejala karena harus melalui fase sensitisasi
dahulu.
b. lingkungan Meliputi temperatur ruangan yaitu kelembaban
udara serta suhu yang dingin merupakan komposisi air pada
stratum korneum yang membuat kulit lebih permeable terhadap
bahan kimia dan faktor mekanik yang dapat berupa tekanan,
13
2. Faktor Endogen
3. Sanitasi Lingkungan
PEMBAHASAN
15
16
lebih rentan terkena penyakit. Rumah yang sehat adalah rumah yang memiliki
sirkulasi lancar, penerangan sinar yang memadai, air yang bersih,
pembuangan limbah yang terkontrol, ruangan yang tidak tercemar, bebas dari
hewan penggangu. (Hidayah, 2017).
3.2 Kebudayaan
Menurut (Kristianti, 2017) mengatakan bahwa budaya pada sebagian
masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh mandi. Seseorang dari
latar belakang kebudayaan yang berbeda, mengikuti praktek perawatan
personal hygiene yang berbeda. Keyakinan yang didasari kultur sering
menentukan definisi tentang kesehatan dan perawatan diri. Sedangkan
menurut (Putri, 2017), di Asia kebersihan dipandang penting bagi
kesehatan sehingga mandi bisa dilakukan 2-3 kali dalam sehari, sedangkan
di Eropa memungkinkan hanya mandi sekali dalam seminggu.
3.3 Kepercayaan
Personal Hygiene merupakan suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan seseorang yakni pekerja, baik sebelum, saat dan setelah bekerja.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan, memelihara
kebersihan diri, pencegahan penyakit, meningkatkan kepercayaan diri dan
menciptakan keindahan (Hutagaol, 2018). Sehingga apabila kita memiliki
personal hygiene yang rendah yang dapat menimbulkan tumbuhnya
penyakit dermatitis dapat membuat pribadi atau kepercayaan diri kita sendiri
menjadi rendah seperti masalah sosial yang berhubungan dengan personal
hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan
mencintai, aktualisasi diri menurun, dan gangguan dalam interaksi sosial
(Putri, 2017).
1. Usia
Seiring bertambahnya usia kulit manusia mengalami degenerasi,
seperti kulit kehilangan lapisan lemak diatasnya dan menjadi lebih
kering. Hasil analisa hubungan antara usia dengan dermatitis kontak
sebanyak 57,1% pekerja usia ≤ 31 tahun terkena dermatitis kontak,
sedangkan pekerja usia > 31 tahun yang terkena dermatitis kontak
sebanyak 52,6%.
Hasil penelitian pada nelayan di Kawasan Tambak menunjukkan
bahwa nelayan yang menderita gangguan kulit lebih banyak dialami oleh
nelayan yang memiliki kategori usia dewasa tua dibandingkan dengan
dewasa muda dengan prevalensi sebesar 61,1%. Gangguan kulit lebih
sering diderita oleh nelayan yang memiliki masa kerja lama dengan nilai
prevalensi sebesar 58,0% dibandingkan nelayan dengan masa kerja baru.
Nelayan dengan personal hygiene baik, 40,7% dengan gangguan kulit
dan yang buruk, semuanya menderita gangguan kulit. (Kasiadi, 2018)
2. Jenis Kelamin
3. Personal hygiene
Berdasarkan penelitian (Zania, 2018), sejalan dengan penelitian
Carina menunjukkan bahwa ada hubungan hygiene pribadi dengan
kejadian dermatitis.Hal ini terjadi karena bukan hanya pekerja yang
memiliki personal hygiene yang kurang saja yang dapat terkena
dermatitis kontak, tetapi juga pekerja yang memiliki personal hygiene
yang baik. pekerja yang memiliki personal hygiene yang baik, dapat
terkena dermatitis kontak karena kesalahan pekerja dalam mencuci
tangan, misalnya kurang bersih dalam mencuci tangan dan pemilihan
jenis sabun yang dapat menyebabkan sisa- sisa air laut yag menempel
pada permukaan kulit, dan kebiasaan tidak mengeringkan tangan setelah
selesai mencuci tangan sehigga tangan menjadi lembab. Sebagian besar
para penderita dermatitis memiliki personal hygiene yang buruk yaitu
tidak tidak mencuci tangan dan kaki dengan sabun, tidak membersihkan
sela-sela jari tangan dan kaki, tidak mencuci pakaian kerja, tidak mandi
minimal 2 kali sehari. Dari data sebanyak 22 responden (28,9%) yang
memiliki personal hygiene buruk menderita dermatitis, selebihnya 8
responden (10,5%) menderita dermatitis meskipun memiliki personal
hygiene baik.
Dermatitis kontak terjadi karena kurangnya perhatian nelayan
terhadap kebersihan diri terutama menjaga kebersihan pakaian kerja
setelah pulang dari kerja. Kebanyakan dari pekerja ini kurang menjaga
kebersihan pakaian sehingga air laut masih ada dalam baju kerja dan
terkadang para petugas ini masih menggunakan pakaian yang dipakai
19
4. Masa kerja
Berdasarkan hasil penelitian (Zania, 2018), bahwa ada hubungan
yang signifikan antara lama kontak nelayan dengan kejadian dermatitis
kontak. Nelayan sering melakukan pekerjaannya hingga melampaui batas
jam kerja yang aman yaitu normalnyahingga 8 jam/hari.
Pada umumnya nelayan melakukan penangkapan lebih dari 8
jam/hari namun dalam kegiatan lain seperti mengumpulkan hasil
tangkapan dari jaring ke bak penampungan ikan hingga para nelayan
tersebut pulang ke daratan dan menjual hasil tangkapannya dalam kondisi
badan dan pakain yang basah, ini membutuhkan waktu berjam-jam.
5. Pengetahuan
Pengetahuan sangatlah penting dimiliki oleh pekerja, karena
dengan adanya pengetahuan dapat mengenali dan memahami substansi-
substansi yang dapat membahayakan kesehatan pekerja dan dapat
mengurangi resiko timbulnya penyakit akibat kerja. Pekerja yang tidak
mengetahui prosedur kerja akan bekerja dengan sendirinya tanpa
mempehatikan keselamatan dan kesehatan kerja. (Retnoningsih, 2017)
7. Lama Kontak
Lama kontak mempengaruhi kejadian dermatitis. Lama kontak
dengan bahan kimia yang terjadi akan meningkatkan terjadinya
dermatitis kontak akibat kerja. Semakin lama kulit kontak dengan bahan
kimia maka dapat menyebabkan rusaknya sel kulit lapisan luar, semakin
sering berkontak maka semakin rusaknya sel kulit lapisan yang lebih
dalam sehingga kejadian dermatitis kontak semakin beresiko tinggi.
Sebuah penelitian di Dusun Puntondo menujukkan prevalensi angka
kejadian dermatitis sebesar 26,6%, sebagian besar dari penderita
dermatitis kontak tersebut bekerja (terpapar rumput laut) lebih dari 8 jam.
Berdasarkan hasil penelitian (Wahyu, 2017) diperoleh informasi
mengenai hubungan antara umur dengan kejadian dermatitis. Dari hasil
tabulasi silang antara lama kerja responden dengan kejadian dermatitis
diperoleh informasi bahwa jumlah responden dengan kelompok lama
kerja ≥ 8jam/hari (lama) yang menderita dermatitis adalah sebanyak 25
responden (23.6%), jumlah ini lebih banyak jika dibandingkan dengan
penderita dermatitis dengan kelompok lama kerja <8jam/hari (tidak
lama) yang sebanyak 9 responden (40.9%).
21
8. Ras
Ras merupakan salah satu faktor yang ikut berperan untuk
terjadinya dematitis. Ras dalam hubungannya dalam dermatitis terlihat
dari warna kulit, setiap individu mempunyai warna kulit yang berbeda
berdasarkan rasnya masing-masing.Kulit putih lebih rentan terkena
dermatitis dibandingkan dengan kulit hitam. Orang kulit hitam lebih
tahan terhadap lingkungan industri karena kulitnya kaya akan melanin.
Suhu dan Kelembaban juga termasuk salah satu faktor risiko pada
dermatitis. Pada lingkungan kerja terdapat beberapa potensi bahaya yang
perlu diperhatikan antara lain seperti suhu udara dan kelembaban udara.
Suhu udara dan kelembaban udara yang tidak stabil dapat mempengaruhi
terjadinya dermatitis kontak. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
No. 1405/MenKes/SK/XI/2002 Tentang Nilai Ambang Batas Kesehatan
Lingkungan Kerja, suhu udara yang dianjurkan adalah 18ºC - 28ºC dan
kelembaban udara yang dianjurkan adalah 40% - 60%. (Kristianti, 2017)
3.5 Pencegahan
Menurut (Maharani, 2015) mengatakan bahwa menghindari kulit
kering dapat menjadi faktor untuk membantu mencegah serangan penyakit
kulit ekstrim. Beberapa cara untuk membantu dalam pencegahan penyakit
kulit ini diantaranya :
Dermatitis atau penyakit kulit merupakan salah satu penyakit yang paling
sering dijumpai pada negara beriklim tropis, termasuk Indonesia,
prevalensinya pada Negara berkembang dapat berkisar antara 20- 80%.
Kejadian penyakit kulit di Indonesia masih tergolong tinggi dan menjadi
permasalahan kesehatan yang cukup berarti. Berdasarkan data gambaran
kasus penyakit kulit dan subkutan lainnya merupakan peringkat ketiga dari
sepuluh penyakit utama dengan 86% adalah dermatitis diantara 192.414 kasus
penyakit kulit di beberapa Rumah Sakit Umum di Indonesia tahun 2011.
Dermatitis adalah penyakit kulit akibat kerja. Dermatitis kontak
menyumbang 50% dari semua penyakit akibat kerja (OD), dan kebanyakan
dari mereka adalah tipe yang tidak alergi atau iritan. Ada dua jenis dermatitis
kontak: dermatitis kontak iritan, yang merupakan respons nonimunologis; dan
dermatitis kontak alergi, yang disebabkan oleh mekanisme imunologis
spesifik (Salawati, 2015). Kedua jenis ini dapat bersifat akut atau kronis.
Penyebab dermatitis kontak alergi termasuk bahan kimia dalam alat yang
digunakan oleh penderita dan bahan di sekitar penderita (Wardani,
Mashoedojo, & Bustamam, 2018). Faktor lain yang memfasilitasi timbulnya
dermatitis adalah suhu udara, kelembaban, gesekan, dan oklusi (Alex,
Longinus, Olatunde, & Chinedu, 2018).
4.2 Saran
Diharapkan selalu menjaga kebersihan tubuh untuk menghindari penyakit
Dermatitis dan memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang
pentingnya kebersihan diri.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
26
Zania, Elva. dkk. (2018). Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Dermatitis Kontak Pada Nelayan di Kelurahan Induha Kecamatan
Latambaga Kabupaten Kolaka Tahun 2017.Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Kesehatan Masyarakat. 3(3). ISSN 2502-731X
27