Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

HALUSINASI

A. Masalah Utama
Perubahan persepsi sensori : halusinasi

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek tanpa
adanya rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi
seluruh panca indra. Halusiasi merupakan salau satu gejala gangguan
jiwa yang pasien mengalami perubahan sensori persepsi, serta
merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan
perabaan, atau penciuman pasien merasakan stimulus yang sebetulnya
tidak ada (Fitria, 2012).
Pasien gangguan jiwa mengalami perubahan dalam hal orientasi realitas.
Salah satu manifestasi yang muncul adalah halusinasi mengikuti kaidah
rentang respons neorobiologi (Yusuf, Fitryasari dan Nihayati, 2015).
2. Jenis-Jenis Halusinasi
Menurut Azizah, Zainuri, dan Akbar (2016 : 291-192), terdapat beberapa
jenis halusinasi yaitu sebagai berikut :
a. Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara
berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas
berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap
antara dua orang yang mengalami halusinasi.pikiran yang terdengar
dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk
melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.
b. Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris,
gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias
yang menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
c. Penghidung
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urine, dan fases
umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu
sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.
d. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urine, dan fases.
e. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas.
Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati, atau orang
lain.
f. Chenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makan atau pembentukan urine.
g. Kinestetik
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
3. Tanda Gejala
Menurut Sutejo (2017), tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil
observasi terhadap klien serta ungkapan klien. Adapun tanda dan gejala
klien halusiansi adalah:
a. Data subyektif
Berdasarkan data subyektif, klien dengan gangguan sensori persepsi
halusinasi mengatakan bahwa klien :
1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan
2) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
3) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
4) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat
hantu atau monster
5) Mencium bau-bau seperti bau darah, urine, feses, kadang-kadang
bau itu menyenangkan
6) Merasakan rasa seperti darah, urine atau feses
7) Merasa takut atau senang dengan halusinasinya
b. Data obyektif
Berdasarkan data obyektif, klien dengan gangguan sensori persepsi
halusinasi melakukan hal-hal berikut :
1) Bicara atau tertawa sendiri
2) Marah-marah tanpa sebab
3) Mengarahkan telinga ke arah tertentu
4) Menutup telinga
5) Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
6) Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
7) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu
8) Menutup hidung
9) Sering meludah
10) Muntah
11) Menggaruk-garuk permukaan kulit
4. Akibat
Akibat dari halusinasi adalah perilaku kekerasan, dengan gejala sebagai
berikut,
a. Mengucapkan kata-kata kasar, ancaman dan ungkapan ingin
memukul
b. Wajah memerah dan tegang
c. Pandangan tajam
d. Mengepalkan tangan
e. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
5. Penyebab
Menurut Yusuf, Fitriyasari, Nihayati (2015), terdapat faktor-faktor
penyebab halusinasi, yaitu faktor predisposisi dan faktor presipitasi
a. Faktor predisposisi
1) Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan
interpersonal yang dapat meningkatkan stres dan ansietas yang
dapat berakhir dengan gangguan persepsi. Pasien mungkin
menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual
dan emosi tidak efektif
2) Faktor sosial budaya
Berbagai faktor di masyarakat yang membuatt seseorang merasa
disingkirkan atau kesepian, selanjutnya tidak dapat diatasi
sehingga timbul akibat berat seperti delusi dan halusinasi
3) Faktor psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis, serta peran ganda
atau peran yang bertentangan dapat menimbulkan ansietas berat
terakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan, sehingga
terjadi halusinasi
4) Faktor biologis
Sturktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien gangguan
orientasi realitas, serta dapat ditemukan atropik otak, pembesaran
ventikal, perubahan besar, serta bentuk sel kortikal dan limbbik
5) Faktor genetik
Gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi umumnya
ditemukan pada pasien skizofrenia. Skizofrenia ditemukan cukup
tinggi pada keluarga yang salah satu anggota keluarganya
mengalami skizofrenia, serta lebih tinggi jika kedua orang tua
skizofrenia
b. Faktor presipitasi
1) Stresor sosial budaya
Stres dan kecemasna akan meningkat bila terjadi penurunan
stabilitas keluarga, perpisahan dengan orang yang penting, atau
diasingkan dari kelompok dapat meniinbulkan halusinasi
2) Faktor biokimia
Berbagai penelitian tentang dopamin, norepinetrin, indolamin,
serta zat halusigenik diduga berkaitan dengan gangguan orientasi
realitas termasuk halusinasi
3) Faktor psikologis
Intesitas kecemasan yang ekstrem dan memanjang disertai
terbatasnya kemampuan mengatasi masalah memungkinkan
berkembangnya gangguan oreintasi realitas. Pasien
mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang tidak
menyenangkan
4) Perilaku
Perilaku yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan oreintasi
relaitas berkaitan dengan perubahan proses pikir, afektif persepsi,
motorik dan sosial
6. Proses Terjadinya Akibat dan Penyebab
Halusinasi dapat berkembang melalui empat fase, yaitu sebagai berikut,
a. Fase pertama
Disebut fase comforting yaitu fase yang menyenangkan. Klien mulai
melamun dan memikirkan hal-hal menyenangkan, cara ini menolong
sementara.
b. Fase kedua
Disebut fase condeming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi
menjijikan, termasuk dalam psikotik. Karakteristik : pengalaman
sensori menjijikan dan menkutkan, kecemasan meningkat, melamun
dan berpikir sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang
tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu, dan ia tetap
mengontrolnya
c. Fase ketiga
Disebut fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori
menjadi berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik. Karakteristik :
bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan
mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap
halusinasinya
d. Fase keempat
Adalah fase conquering atau panic yaitu klien lebur dengan
halusinasinya. Termasuk kedalam gangguan psikotik berat.
Karakteristik: halusinasinya berubah menjadi mengancam,
memerintah, dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya,
hilang control dan tidak dapat berhubungan dengan orang lain dan
lingkungan

C. Pohon Masalah
Menurut Yusuf, Fitryasari dan Nihayati (2015), pohon masalah diagnosis
gangguan persepsi sensori adalah sebagai berikut :

Risiko Mencederai diri sendiri, orang


lain, dan lingkungan (akibat)

Perubahan sensori persepsi : (core problem)


halusinasi

(penyebab)
Isolasi sosial : menarik diri

D. Masalah yang Muncul dan Data yang Perlu Dikaji


Masalah
Data yang perlu dikaji
Keperawatan
Perubahan persepsi Subyektif :
sensori : halusinasi 1. Klien mengatakan mendengar sesuatu
2. Klien mengatakan melihat bayangan putih
3. Klien mengatakan dirinya seperti disengat
listrik
4. Klien mencium bau-bauan yang tidak sedap,
seperti feses
5. Klien mengatakan kepalanya melayang di
udara
6. Klien mengatakan dirinya merasakan ada
sesuatu yang berbeda pada dirinya
Obyektif
1. Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri saat
dikaji
2. Bersikap seperti mendengarkan sesuatu
3. Berhenti bicara di tengah-tengah kalimat untuk
mendengarkan sesuatu
4. Disorientasi
5. Konsentrasi rendah
6. Pikiran cepat berubah
7. Kekacauan alur pikiran

E. Diagnosa Keperawatan
Menurut Yusuf, Fitryasari dan Nihayati (2015), diagnosa keperawatan yang
dapat muncul adalah:
1. Perubahan persepsi sensor : halusinasi
2. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

F. Rencana Tindakan
Menurut Yusuf, Fitryasari dan Nihayati (2015), terdapat dua rencana tindakan
untuk pasien halusinasi, yaitu untuk pasien dan keluarga.
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi hal berikut,
1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
b. Tindakan keperawatan
1) Membantu pasien mengenali dengan cara berdiskusi dengan
pasien tentang isi halusinasi (apa yang dilihat/didengar), waktu
terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang
menyebabkan halusinasi muncul dan respons pasien saat
halusiansi muncul
2) Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien
agar mampu mengontrol halusinasi. Anda dapat melatih pasien
empat cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi,
yaitu menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan orang lain,
melakukan aktivitas yang terjadwal dan menggunakan obat
secara teratur
2. Tindakan keperawatan untuk keluarga
a. Tujuan
1) Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien, baik di rumah
sakit maupun di rumah
2) Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk
pasien
b. Tindakan keperawatan
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
pasien
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis
halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi,
proses terjadinya halusinasi, serta cara merawat pasien halusinasi
3) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara
merawat pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien
4) Buat perencanaan pulang dengan keluarga

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien :
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori : halusinasi
3. Tujuan
a. Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
b. Pasien dapat mengontrol halusinasinya
c. Pasien dapat mengikuti program pengobatan secara optimal
4. Tindakan Keperawatan
a. SP 1
1) Identifikasi halusinasi : isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi
pencetus, perasaan, respon
2) Jelaskan cara mengontrol halusinasi : hardik, obat, bercakap-
cakap, melakukan kegiatan
3) Latih cara mengontol halusinasi dengan menghardik
4) Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik
b. SP 2
1) Evaluasi kegiatan menghardik. Beri pujian
2) Latih cara mengontrol halusianasi dengan obat (jelaskan 6 benar
obat : jenis, guna, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat)
3) Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik dan
minum obat
c. SP 3
1) Evaluasi kegiatan latihan menghardik dan obat. Beri pujian
2) Latih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap saat
terjadi halusinasi
3) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik, minum
obat dan bercakap-cakap
d. SP 4
1) Evaluasi kegiatan latihan menghardik, minum obat, dan bercakap-
cakap. Beri pujian
2) Latih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
harian (muali 2 kegiatan)
3) Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik, minum
obat, bercakap-cakap dan kegiatan harian
e. SP 5-12
1) Evaluasi kegiatan latihan menghardik, minum obat, becakap-
cakap dan kegiatan harian. Beri pujian
2) Latih kegiatan harian
3) Nilai kemampuan yang telah mandiri
4) Nilai apakah halusinasi terkontrol

B. Strategi komunikasi
1. SP 1
a. Orientasi
“selamat siang, M. Saya perawat yang akan merawat M. Nama saya
IB, senang di panggil B. Nama M siapa? senang dipanggil siapa”
“bagaimana perasaan M hari ini? apa keluhan M saat ini?”
“baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang
selama ini M dengar, tetapi tak tampak wujudnya? di mana kita
duduk? di ruang tamu? berapa lama? bagaimana kalau 30 menit?”
b. Kerja
“Apakah M mendengar suara tanpa ada wujudnya? apa yang
dikatakan suara itu?”
“apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? kapan yang
paling sering M dengar suara? berapa kali sehari M alami? pada
keadaan apa suara itu terdengar? apakah pada waktu sendiri?”
“apa yang M rasakan pada saat mendengar suara itu?”
“apa yang M lakukan saat mendengar suara itu? apakah dengan cara
itu suara-suara itu hilang? bagaimana kalau kita belajar cara-cara
untuk mencegah suara-suara itu muncul?”
“M, ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul.
Pertama, dengan menghardik suara tersebut. Kedua dengan cara
becakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang
sudah terjadwal, dan yang keempat minum obat dengan teratur.”
“bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan cara
menghardik”
“Caranya sebagai berikut : saat saat suara-suara itu muncul,
langsung M bilang, pergi saya tidak mau dengar...saya tidak mau
dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak
terdengar lagi. Coba M peragakan! nah begitu.....bagus! coba lagi! ya
bagus, M sudah bisa
c. Terminasi
Bagaimana perasaan M setelah peragaan latihan tadi?”
“kalau suara-suara tadi muncul silakan coba cara tersebut.
Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja
latihannya? bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan
latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua? jam
berapa M? bagaimana kalau dua jam lagi? berapa lama kita akan
berlatih? di mana tempatnya? baiklah sampai jumpa. Selamat pagi”
2. SP 2
a. Orientasi
“selamat siang, M. Ketemu lagi sama saya, masih ingat kan siapa
saya?
“bagaimana perasaan M hari ini? apa keluhan M saat ini?”
“baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang
selama ini M dengar, tetapi tak tampak wujudnya? di mana kita
duduk? di ruang tamu? berapa lama? bagaimana kalau 30 menit?”
b. Kerja
“sesuai dengan janji kita kemarin, sekarang kita akan belajar cara
mengontrol halusinasi dengan cara minum obat. Untuk latihan
menghardik kemarin apakah sudah dilakukan? Coba dipraktekkan.
Wah bagus sekali M, M bisa melakukannya. Sekarang akan saya
ajarkan cara yang kedua yaitu minum obat. Yang pertama ini obat
berwarna putih untuk menghilangkan suara-suara yang M dengar,
yang kedua berwarna kuning untuk membuat M rileks, dan yang
terakhir berwarna merah muda untuk menenangkan M. Obat ini
diminum 3x sehari ya setelah makan, cara dengan memasukan obat
ke mulut lalu diminumi air dan obat ini dikonsumsi sampai M sembuh.
Bagaimana? Apakah M sudah paham? Coba sekarang diulangi lagi
apa saja obat yang M minum. Baik sekali, berarti M tadi
memperhatikan saat saya jelaskan.
c. Terminasi
Bagaimana perasaan M setelah peragaan latihan tadi?”
“kalau suara-suara tadi muncul silakan coba cara tersebut.
Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja
latihannya? bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan
latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang ketiga? jam
berapa M? bagaimana kalau dua jam lagi? berapa lama kita akan
berlatih? di mana tempatnya? baiklah sampai jumpa. Selamat pagi”
3. SP 3
a. Orientasi
“selamat siang, M. Ketemu lagi sama saya, masih ingat kan siapa
saya?
“bagaimana perasaan M hari ini? apa keluhan M saat ini?”
“baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang
selama ini M dengar, tetapi tak tampak wujudnya? di mana kita
duduk? di ruang tamu? berapa lama? bagaimana kalau 30 menit?”
b. Kerja
“sesuai dengan janji kita kemarin, sekarang kita akan belajar cara
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap. Untuk latihan
menghardik dan minum obat kemarin apakah sudah dilakukan? Coba
dipraktekkan. Wah bagus sekali M, M bisa melakukannya. Sekarang
akan saya ajarkan cara yang ketiga yaitu bercakap-cakap. Yang
harus M lakukan saat mendengar halusinasi adalah mengajak
oranglain untuk berbicara, bisa saya atau teman lain di bangsal. Nah,
cara adalah M bisa bertanya nama dari orang yang diajak bicara, bisa
juga M bertanya di mana rumahnya, hobinya apa, dan sebagainya
supaya halusinasi yang M dengar bisa teralihkan. Bagaimana apakah
M sudah paham? Coba sekarang dipraktekkan. Oke, bagus sekali M,
M bisa mempraktekan dengan baik. Setelah ini
bisa dicoba ya M.
c. Terminasi
Bagaimana perasaan M setelah peragaan latihan tadi?”
“kalau suara-suara tadi muncul silakan coba cara tersebut.
Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja
latihannya? bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan
latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang keempat? jam
berapa M? bagaimana kalau dua jam lagi? berapa lama kita akan
berlatih? di mana tempatnya? baiklah sampai jumpa. Selamat pagi”
DAFTAR PUSTAKA

Fitira, Nita. 2012. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Salemba Medika,
Jakarta

Sutejo. 2017. Keperawatan Jiwa. Pustaka Baru Press, Yogyakarta

Yusuf, AH, Rizky Fitryasari P.K dan Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar
Keperawtan Kesehatan Jiwa. Salemba Medika, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai