Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

A. Masalah Utama : Halusinasi


Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian
Halusinasi merupakan suatu gejala gangguan jiwa dimana klien merasakan
suatu stimulus yang sebenarnya tidak ada. Klien mengalami perubahan
sensori persepsi ; merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penciuman (Sutejo, 2017 : 9).
2. Jenis-jenis Halusinasi
Menurut Azizah, Zainuri, dan Akbar (2016 : 291-192), terdapat beberapa
jenis halusinasi yaitu sebagai berikut :
a. Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara
berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas
berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap
antara dua orang yang mengalami halusinasi.pikiran yang terdengar
dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk
melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.
b. Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris,
gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias
yang menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
c. Penghidung
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urine, dan fases
umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu
sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.
d. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urine, dan fases.
e. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas.
Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati, atau orang
lain.
f. Chenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makan atau pembentukan urine.
g. Kinestetik
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
3. Tanda dan Gejala
Menurut Sutejo (2017 : 13-14), tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil
observasi terhadap klien serta ungkapan klien. Adapun tanda dan gejala
halusinasi adalah :

a. Data subjektif
Berdasarkan data subjektif, klien dengan gangguan sensori persepsi
halusinasi mengatakan bahwa klien :
1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan
2) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
3) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
4) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat
hantu atau monster
5) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urine, fases, kadang-kadang
bau itu menyenangkan
6) Merasakan rasa seperti darah, urine, atau fases
7) Merasa takut atau senang dengan halusinasinya
b. Data objektif
Berdasarkan data objektif, klien dengan gangguan sensori persepsi
halusinasi melakukan hal-hal berikut :
1) Bicara atau tertawa sendiri
2) Marah-marah tanpa sebab
3) Megarahkan telinga ke arah tertentu
4) Menutup telinga
5) Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
6) Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
7) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu
8) Menutup hidung
9) Sering meludah
10) Menggaruk —garuk permukaan kulit
4. Akibat
Sedangkan akibat dari halusinasi adalah perilaku kekerasan, dan gejala
perilaku kekerasan meliputi :
a. Muka merah dan tegang.
b. Pandangan tajam.
c. Mengatupkan rahang dengan kuat.
d. Mengepalkan tangan.
e. Bicara kasar, suara tinggi.
f. Melempar (memukul).
5. Penyebab Halusinasi
Menurut Yusuf, Fitriyasari, Nihayati (2015 : 122-123), terdapat faktor-faktor
penyebab halusinasi yaitu sebagai berikut :
a. Faktor predisposisi
1) Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal
yang dapat meningkatkan stres dan ansietas yang dapat berakhir
dengan gangguan persepsi. Pasien mungkin menekan perasaannya
sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif

2) Faktor sosial budaya


Berbagai faktor di masyarakat yang membuatt seseorang merasa
disingkirkan atau kesepian, selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga
timbul akibat berat seperti delusi dan halusinasi
3) Faktor psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis, serta peran ganda atau
peran yang bertentangan dapat menimbulkan ansietas berat terakhir
dengan pengingkaran terhadap kenyataan, sehingga terjadi halusinasi
4) Faktor biologis
Sturktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien gangguan
orientasi realitas, serta dapat ditemukan atropik otak, pembesaran
ventikal, perubahan besar, serta bentuk sel kortikal dan limbik
5) Faktor genetik
Gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi umumnya ditemukan
pada pasien skizofrenia. Skizofrenia ditemukan cukup tinggi pada
keluarga yang salah satu anggota keluarganya mengalami skizofrenia,
serta lebih tinggi jika kedua orang tua skizofrenia
b. Faktor presipitas
1) Stresor sosial budaya
Stres dan kecemasna akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas
keluarga, perpisahan dengan orang yang penting, atau diasingkan dari
kelompok dapat meniinbulkan halusinasi
2) Faktor biokimia
Berbagai penelitian tentang dopamin, norepinetrin, indolamin, serta zat
halusigenik diduga berkaitan dengan gangguan orientasi realitas
termasuk halusinasi
3) Faktor psikologis
Intesitas kecemasan yang ekstrem dan memanjang disertai
terbatasnya kemampuan mengatasi masalah memungkinkan
berkembangnya gangguan oreintasi realitas. Pasien mengembangkan
koping untuk menghindari kenyataan yang tidak menyenangkan
4) Perilaku
Perilaku yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan oreintasi
relaitas berkaitan dengan perubahan proses pikir, afektif persepsi,
motorik dan sosial
6. Proses Terjadinya Halusinasi
Faktor presipitasi dari halusinasi adalah stimulasi yang dipersepsikan
individu sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan
energy ekstra untuk menghadapinya. Faktor presdiposisinya yaitu faktor
perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis dan genetic. Secara
umum penyebab dari seseorang bisa berhalusinasi yaitu karna sebelumnya
orang tersebut telah mengisolasi dirinya dari sosial sehingga orang tersebut
tidak memiliki teman/seseorang yang bisa diajak bicara, bercengkrama
sehingga ia berhalusinasi seolah-olah ada sesuatu yang bisa orang tersebut
diajak bicara/bercengkrama. Kemudian akibat dari halusinasi tersebut bila
orang berhalusinasi terlalu lama/dibiarkan saja orang tersebut merasa
dirinya tidak diperhatikan kemudian dapat marah melukai diri sendiri, orang
lain, dan lingkungan. Ini bisa disebut resiko tinggi perilaku kekerasan.

C. Pohon Masalah
Menurut Azizah, Zainuri, dan Akbar (2016 : 302 ), pohon masalah dari
halusinasi yaitu sebagai berikut :

Perilaku kekerasan ( Akibat )

Halusinasi ( core Problem )

( Penyebab )
Isolasi Sosial

D. Masalah yang Muncul dan Data yang perlu Dikaji


1. Perilaku kekerasan
a. Data subyektif
1) Mengancam.
2) Mengumpat.
3) Bicara keras dan kasar.
4) Menyatakan ada yang mengancam.
5) Mendengar suara yang menjelekkan.
6) Merasa orang lain mengancamdiri.
b. Data obyektif
1) Agresif.
2) Meninju.
3) Membanting.
4) Melempar.
5) Menjauh dari orang lain.
6) Katatonia.
2. Halusinasi
a. Data Subyektif
1) Mengatakan mendengar suara.
2) Menyatakan melihat bayangan.
3) Mengatakan kesal.
4) Menyatakan senang dengan suara-suara.
b. Data Obyektif
1) Bicara sendiri
2) Tertawa sendiri.
3) Marah tanpa sebab.
4) Menyendiri dan melamun.
3. Isolasi Sosial
a. Data Subyektif
1) Mengatakan malas berinteraksi.
2) Mengatakan orang lain tidak mau menerima dirinya.
3) Merasa orang lain tidak selevel.
4) Curiga dengan orang lain.
5) Mendengar suara-suara/ melihat bayangan.
6) Merasa tidak berguna.
b. Data Obyektif
1) Menyendiri.
2) Mengurung diri.
3) Tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain.
4) Mematung.
5) Mondar-mandir tanpa arah.
6) Tidak berinisiatif.

E. Diagnosa Keperawatan
Menurut Azizah, Zainuri, dan Akbar (2016 : 302), terdapat diagnosa
keperawatan dari halusinasi yaitu sebagai berikut :
a. Perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
b. Isolasi sosial
c. Risiko tinggi perilaku kekerasan

F. Rencana Tindakan
Menurut Yusuf, Fitriyasari, Nihayati (2015 : 124), rencana tindakan untuk
pasien dengan halusinasi adalah sebagai berikut :
a. Tindakan keperawatan untuk pasien
1. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi hal berikut
a) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
b) Pasien dapat mengontrol halusinasinya
c) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
2. Tindakan keperawatan
a) Membantu pasien mengenali halusinasi dengan cara berdiskusi
dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang didengar/dilihat),
waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang
menyebabkan halusinasi muncul, dan respon pasien saat halusinasi
muncul
b) Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien agar
mampu mengontrol halusinasi. Anda dapat melatih pasien empat
cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi, yaitu
sebagai berikut :
1) Menghardik halusinasi
2) Bercakap-cakap dengan orang lain
3) Melakukan aktivitas yang terjadwal
4) Menggunakan obat secara teratur
b. Tindakan keperawatan untuk keluarga
1. Tujuan
a) Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di rumah sakit
maupun di rumah
b) Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien
2. Tindakan keperawatan
a) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
b) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis
halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses
terjadinya halusinasi, serta cara merawat pasien halusinasi
c) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara
merawat pasien dengan halusinasi langsung dihadapan pasien
d) Buat perencanaan pulang dengan keluarga
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
HALUSINASI

A. Proses keperawatan
1. Kondisi pasien.
2. Diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori : Halusinasi.
3. Tujuan :
a. Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya.
b. Pasien dapat mengontrol halusinasinya.
c. Pasien mengikuti program pengobatan secara alami.
4. Tindakan Keperawatan
SP 1
a. Tindakan untuk pasien
1) Identifikasi halusinasi : isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus,
perasaan, respon
2) Jelaskan cara mengontrol halusinasi : hardik, obat, bercakap-cakap,
melakukan kegiatan
3) Latih cara mengontol halusinasi dengan menghardik
4) Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik
b. Tindakan untuk keluarga
1) Diskusikan masalah yg dirasakan dalam merawat pasien
2) Jelaskan pengertian, tanda & gejala, dan proses terjadinya halusinasi
(gunakan booklet)
3) Jelaskan cara merawat halusinasi
4) Latih cara merawat halusinasi: hardik
5) Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberi pujian
SP 2
a. Tindakan untuk pasien
1) Evaluasi kegiatan menghardik. Beri pujian
2) Latih cara mengontrol halusianasi dengan obat (jelaskan 6 benar
obat : jenis, guna, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat)
3) Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik dan minum
obat
b. Tindakan untuk keluarga
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien
menghardik. Beri pujian
2) Jelaskan 6 benar cara memberikan obat
3) Latih cara memberikan/ membimbing minum obat
4) Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberi pujian
SP 3
a. Tindakan untuk pasien
1) Evaluasi kegiatan latihan menghardik dan obat. Beri pujian
2) Latih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap saat terjadi
halusinasi
3) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik, minum
obat dan bercakap-cakap

b. Tindakan untuk keluarga


1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien menghardik
dan memberikan obat. Beri pujian
2) Jelaskan cara bercakap-cakap dan melakukan kegiatan untuk
mengontrol halusinasi
3) Latih dan sediakan waktu bercakap-cakap dengan pasien terutama
saat halusinasi
4) Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberikan pujian
SP 4
a. Tindakan untuk pasien
1) Evaluasi kegiatan latihan menghardik, minum obat, dan bercakap-
cakap. Beri pujian
2) Latih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian
(muali 2 kegiatan)
3) Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik, minum obat,
bercakap-cakap dan kegiatan harian
b. Tindakan untuk keluarga
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien
menghardik, memberikan obat & bercakap-cakap. Beri pujian
2) Jelaskan follow up ke RSJ/PKM, tanda kambuh, rujukan
3) Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberikan pujian
SP 5-12
a. Tindakan untuk pasien
1) Evaluasi kegiatan latihan menghardik, minum obat, becakap-cakap
dan kegiatan harian. Beri pujian
2) Latih kegiatan harian
3) Nilai kemampuan yang telah mandiri
4) Nilai apakah halusinasi terkontrol
b. Tindakan untuk keluarga
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien menghardik
& memberikan obat & bercakap-cakap & melakukkan kegiatan harian
dan follow up. Beri pujian
2) Nilai kemampuan keluarga merawat pasien
3) Nilai kemampuan keluarga melakukan kontrol ke RSJ/PKM

B. Strategi komunikasi
1. SP 1
a. Orientasi
“selamat siang, M. Saya perawat yang akan merawat M. Nama saya I,
senang di panggil F. Nama M siapa ? senang dipanggil siapa?”
“bagaimana perasaan M hari ini ? apa keluhan M saat ini ?”
“baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama
ini M dengar, tetapi tak tampak wujudnya ? di mana kita duduk ? di ruang
tamu ? berapa lama ? bagaimana kalau 30 menit ?”

b. Kerja
“Apakah M mendengar suara tanpa ada wujudnya ? apa yang dikatakan
suara itu?”
“apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu ? kapan yang paling
sering M dengar suara ? berapa kali sehari M alami ? pada keadaan apa
suara itu terdengar ? apakah pada waktu sendiri ?”
“apa yang M rasakan pada saat mendengar suara itu ?”
“apa yang M lakukan saat mendengar suara itu ? apakah dengan cara itu
suara-suara itu hilang ? bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk
mencegah suara-suara itu muncul?”
“M, ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama,
dengan menghardik suara tersebut. Kedua dengan cara becakap-cakap
dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan
yang keempat minum obat dengan teratur.”
“bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan cara
menghardik”
“Caranya sebagai berikut : saat saat suara-suara itu muncul, langsung M
bilang, pergi saya tidak mau dengar...saya tidak mau dengar. Kamu suara
palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba M
peragakan ! nah begitu.....bagus ! coba lagi ! ya bagus, M sudah bisa
c. Terminasi
Bagaimana perasaan M setelah peragaan latihan tadi ?”
“kalau suara-suara tadi muncul silakan coba cara tersebut. Bagaimana
kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja latihannya ?
bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan
mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua ? jam berapa M ?
bagaimana kalau dua jam lagi ? berapa lama kita akan berlatih ? di mana
tempatnya ? baiklah sampai jumpa. Selamat pagi”
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Marifatul, Imam Zainuri, dan Aman Akbar. 2016. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa Teori Dan Aplikasi Praktik Klinik.
Indomedia Pustaka, Yogyakarta.

Sutejo. 2017. Keperawatan Jiwa. Pustaka Baru, Yogyakarta.

Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari, dan Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Salemba Medika, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai