ASUHAN KEPERAWATAN
Disusun oleh:
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep penyakit dan asuhan
keperawatan pada cedera kepala. Konsep penyakit yang akan diuraikan definisi, etiologi dan
cara penanganan secra medis. Asuhan Keperawatan akan diuraikan masalah-masalah yang
muncul pada cedera kepala dengan melakukan asuhan keperawatan yang terdiri dari
2.1.1 Definisi
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai
atau tanpa perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya
kontinuitas otak. Cedera kepala merupakan adanya pukulan atau benturan mendadak
pada kepala dengan atau tanpa kehilangan kesadaran (Febriyanti, dkk, 2017).
Cedera kepala adalah suatu trauma mekanik terhadap kepala, baik secara
langsung ataupun tidak langsung yang menyebabkan gangguan fungsi neurologis yaitu
Cedera kepala meliputi luka pada kulit kepala, tengkorak, dan otak. Cedera
kepala dapat menimbulkan berbagai kondisi dari gegar otak ringan, koma, sampai,
kematian, kondisi paling serius disebut dengan istilah cedera otak traumatik(traumatic
gangguan traumatik dan fungsi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak baik
secara langsung ataupun tidak langsung yang dapat menyebabkan gangguan neurologis
dan dapat menimbulkan kondisi yang serius yaitu TBI (Traumatic brain injury) sampai
dengan kematian.
2.1.2. Klasifikasi
Glasgow Coma Scale >12, tidak ada kelainan dalam CT-scan tidak ada lesi
operatif dalam 48 jam rawat inap di Rumah Sakit. Trauma kepala ringan atau cedera
kepala ringan adalah hilangnya fungsi neurologis atau menurunnya kesadaran tanpa
menyebabkan kerusakan lainnya. Cedera kepala ringan adalah trauma kepala dengan
GCS: 15 (sadar penuh) tidak kehilangan kesdaran, mengeluh pusing dan nyeri kepala,
Glasgow Coma Scale 9-12, lesi operatif dan abnormalitas dalam CT-scan
dalam 48 jam rawat inap di Rumah Sakit. Pasien mungkin bingung atau somnolen
Glasgow Coma Scale <9 dalam 48 jamrawat inap di Rumah Sakit. Hampir
100% cedera kepala berat dan 66% cedera kepala sedang menyebabkan cacat yang
permanen pada ceera kepala terjadiny cedera otak primer seringkali disertai cedera
otak sekunder apabila patofisiologi sekunder yang menyertai tidak segera dicegah
dan dihentikan.
2.1.3. Etiologi
Kecelakan lalu lintas dan terjatuh merupakan penyebab rawat inap pasien trauma kepala
yaitu sebanyak 32,1% dan 29,8% per 100.000 populasi kekerasan adalah penyebab ketiga
rawat inap pasien trauma kepala mencatat sebanyak 7,1% per 100.000 populasi di
amerika serikat (Coronado, 2011). Penyebab utama terjadinya trauma kepala antara lain:
dengan kendaraan yang lain atau benda lain. Sehingga menyebabkan kerusakan atau
2. Jatuh
cepat karena gravitasi bumi, baik ketika masih digerakkan turun maupun sesudah
kelompok usia termuda dan tertua, lebih dari setengah (55%) antara anak-anak usia 0-
14 tahun disebabkan karena jatuh, lebih dari dua pertiga (81%) pada orang dewasa
berusia 65 tahun dan lebih tua disebabkan karena jatuh (Rendi dan Margareth, 2012)
3. Kekerasan
Menurut (brunner dan suddarth (2012)) Gejala yang timbul tergantung pada
7) Cairan spinal yang mengandung darah menunjukkan laserasi otak atau memar
otak (kontusi)
8) Cedera otak juga memiiki bermacam gejala, termasuk perubhan tingkat kesadaran
(LOC), perubahan ukuran pupil, perubahan atau hilangnya reflek muntah atau
reflek kornea, defisit, neurologis, perubahan tanda vital sepeerti perubahan pola
1) Sakit kepala karena trauma langsung dan atau meningkatnya tekanan intrakranial
6) Ukuran pupil tidak sama, penting untuk menentukan apakah terkait dengan
2.1.5. Patofisiologi
Otak dapat berfungsi dengan baik oksigen dan glukosa terpenuhi. Energi yang
dihasilkan di dalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak
mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar
sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg%, karena akan
seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga kadar glukosa plasma trun sampai 75%
oksigen melalui proses metabolik an aerob yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh
darah. Pada kontusia berat hipoksia atau kerusakan otak dapat terjadi penimbunan asam
laktat akibat metabolisme an aerob. Dalam keadaan normal cerebral blood flow (CBF)
adalah 50-60 ml/menit/100gr. Jaringan otak merupakan 15% dari cardiac output.
pada fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang Tdan P dan disritmia, fibrilasi
persyarafan simpatik dab parasipatik pada pembuluh darah arteri dan artriol otak tidak
Luka terbuka
-Perubahan pada cairan intra
perdarahan jaringan sekitar tertekan dengan ekstra sel edema
-peningkatan suplai darah ke
Gangguan resiko infeksi daerah trauma
suplai darah Peningkatan TIK peningkatan permeabiitas
kapiler
Iskemik
Vasodilatasiarterial
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan cedera kepala menurut
1) Edema serebral adalah penyebab paling umum dari peningkatan intrakranial pada
3) Herniasi otak adalah perubahan posisi ke bawah atau lateral otak melalui atau
terhadap struktur kaku yang terjadi menimbulkan iskeia, infark, kerusakan otak
otak).
3) Osifikasi heterotrofik (nyeri tulang pada sendi sendi yang penunjang berat
badan).
2.1.7. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
a) Berikan infuse dengan cairan non osmotik (kecuali dextrose oleh karena
edema serebri).
c) Berikan posisi kepala dengan sudut 15-45 derajat tanpa bantal kepala, dan posisi
netral, karena dengan posisi tersebut dari kaki dapat meningkatkan dan
jaringan serebral, kaena organ otak sangat sensitif terhadap kebutuhan oksigen
antar suplay dan demand yaitu dengan meningkatkan suplai oksigen dan
blood flow (CBF) dan edema serebri keadaan cerebral blood flow (CBF)
pembuluh darah otak, hal ini akan menghambat oksigenasi otak. demikian juga
diberikan kepada pasien pada sebuah pelayanan kesehatan dimulai dari pengkaian,
2.2.1. Pengkajian
Pengumpulan data pasien baik subjektif atau objektif pada gangguan sistem
persyarafan sehubungan dengan cedera kepala tergantung pada bentuk, lokasi, jenis
injuri, dan adanya komplikasi pada organ vital lainnya. Data yang didapati adalah sebagai
berikut :
1) Pengkajian Primer
a) Airway
Kaji kepatenan jalan nafas, observasi adanya lidah jatuh, adanya benda asing
pada jalan nafas (bekas muntahan, darah, sekret yang tertahan), adanya edema
pada mulut, faring, laring, disfagia, suara stridor, gurgling atau wheezing yang
b) Breathing
nafas tambahan, penggunaan otot bantu nafas, adanya nafas cuping hidung,
saturasi oksigen.
c) Circulation
Kaji heart rate, tekanan darah, kekuatan nadi, capillary refill, akral, suhu tubuh,
Berisi penkajian kesdaran dengan Glasgow Coma Scale (GCS), ukuran pupil
e) Exposure
Berisi pengkajian terhadap suhu serta adanya injury atau kelaianan lain, kondisi
2) Pengkajian Sekunder
a. Identitas pasien dan keluarga (penanggng jawab) : nama, umur, jenis kelamin,
c. (< 15), muntah, dispnea, atau takipnea, sakit kepala, wajah simetris atau tidak,
keluarga
e. Riwayat Kesehatan tersebut dapat dikaji dari pasien atau keluarga sebagai data
pasien.
3) Pemeriksaan Fisik
Aspek neurologis yang dikaji adalah: tingkat kesadaran, biasanya GCS <15,
disorientasi orang, tempat dan waktu, perubahan nilai tanda-tanda vital, kaku kuduk,
hemiparese.
2.2.2. Diagnosa keperawatan
keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan yang aktual atau potensial, dimana
sirkulasi jaringan otak yang dapat mengganggu kesehatan (Nanda, 2012). Oksigen
merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme, untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara normal eleman ini
diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam setiap kali bernafas.
keadaaan hipoksia, yang dalam proses lanjut dapat menyebabkan kematian jaringan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan cedera kepala ringan
intrakranial.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x3 jam diharapkan pasien tidak
Kriteria hasil :
Intervensi :
otak
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x3 jam diharapkan pola napas efektif
Kriteria hasil :
Intervensi :
c) Monitor tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, respiratory rate, nadi, suhu.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x3 jam diharapkan nyeri dapat
teratasi.
Kriteria hasil :
Intervensi :
2.2.4. Implementasi
berdsarkan asuhan keperawatan yang telah disusun. Hal-hal yag perlu diperhatikan
spiritual pasien, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, mencuci tangan sebelum
dan sesudah melaksanakan kegiatan atau tindakan, menerapkan etika keperawatan serta
2.2.5. Evaluasi
Evaluasi adalah mengkaji respon pasien terhadap standart atau kriteria yang
ditentukan oleh tujuan yang ingin dicapai. Penulisan pada tahap evaluasi proses
keperawatan yaitu terdapat jam melakukan tindakan, data perkembangan pasien yang
mengacu pada tujuan, keputusan apakah tujuan tercaai atau tidak, serta ada tanda atau
menyimpulkan hasil yang kemudian ditulis dalam daftar maslah (Nursalam, 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGC
Digiulio,Mary Dan Donna Jackson . 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Andi
Febriyanti, dkk 2017. Pengaruh Terapi Oksigen Nasal Prong Terhadap Perubahan Saturasi
Oksigen Pasien Cedera Kepala Di Instalasi Gawat Darurat Rsup Prof. Dr.
R.D.Kandou Manado.e-jurnal keperawatan(e-Kp) Vol 5 No 1
Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika
Padila. 2012. Buku Ajar : Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta :Nuha Medika
Rendy,Clevo Dan Margareth. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Dan Penyakit
Dalam.Nuha Medika, Yogyakarta
Tarwoto. 2012. Pengaruh Latihan Slow Deep Breathing Terhadap Intensitas Nyeri Kepala
Akut Pada Pasien Cedera Kepala Ringan. Jurnal Universitas Indonesia. Jakarta ISBN
978-602-97846-3-3. Diakses Tanggal 25 April 2019