Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN DAN

ASUHAN KEPERAWATAN TYPHUS ABDOMINALIS

Disusun oleh:

1. Anggun Wahyu R (P17006)


2. Anita Ayu Affiroh (P17007)
3. Elisa Rinda Fitriana (P17018)
4. Elsan Oktavian M (P17019)
5. Maya Hapsari P (P17030)
6. Melyavany Desintha R (P17031)
7. Serlinda Delavita H (P17044)
8. Sigit Cahyo P (P17045)

D3 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2019/2020
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar belakang
b. Tujuan
c. Manfaat

BAB II KONSEP TEORI

a. Laporan pendahuluan
b. Konsep askep

BAB III PEMBAHASAN

a. Contoh kasus
b. Askep sesuai kasus

BAB IV PENUTUP

a. Kesimpulan
b. Saran
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesikan Makalah Thypus Abdominalis. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah II.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan dan saran atas penyusunan Makalah ini.Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan makalah,
Sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata, penulis mengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan makalah
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Surakarta , 17 September 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Typhoid merupakan penyakit infeksi yang di sebabkan oleh Salmonella typhosa atau
Salmonella typhi A, B, atau C. Penyakit inimempunyai tanda-tanda khas berupa
perjalanan yang cepat yang berlangsung kurang lebih 3 minggu di sertai dengan gejala-
gejala demam, nyeri perut, pembesaran limpa dan erupsi kulit.
Typhus abdominalis merupakan penyakit infeksi sistemik dengan tingkat kematian
yang signifikan terjadi hampir sepanjang tahun. Penyakit ini masih merupakan
permasalahan kesehatan umum yang terjadi di negara-negara berkembang, terutama pada
anak-anak di Indonesia.
Di Indonesia, angka kejadian lebih banyak terjadi pada anak umur 3-6 tahun yaitu
sebanyak 1307kasus per 100.000 penduduk per tahun,kemudian umur 7-19 tahun
sebanyak 1172 kasus dan umur 20-44 tahun sebanyak 182 kasus (Ochiai et al dalam
Kothari et al, 2013). Sumber penularan penyakit Typhus abdominalis dapat melalui
makanan atau minuman yang terkontaminasi dari bahan feses, muntahan maupun cairan
badan. Salmonella tyhpi dapat menyebar melalui tangan penderita, lalat dan serangga lain
(Musnelina dkk, 2014).

Masalah umum yang timbul pada pasien typhus abdominalis yaitu komplikasi pada
usus halus (intenstinal) antara lain: perdarahan usus, perforasi usus,peritonitis dan pada
luar usus (ektrainteestinal) antara lain : bronkitis, bronkopneumonia, kolisistitis, typoid
ensefalopati, meningitis BB.

B. Tujuan
Adapun tujuanya adalah sebagai berikut :
1. Tujuan umum :
Mendapatkan gambaran untuk menerapakan asuhan keperawatan pada pasien
typhus abdominalis.
2. Tujuan khusus :
A. Dapat mengkaji, mengenal masalah utama dari typhus abdominalis.
B. Dapat mengetahui tanda dan gejala yang terpenting dari typhus abdominalis.
C. Dapat memahami penatalaksanaan dari typhus abdominalis.
D. Dapat menerapkan asuhan keperawatan dari typhus abdominalis.

C. Manfaat
Manfaat yang dapat diambil adalah dapat mengkaji masalah, tanda gejala, serta
penatalaksanaan yang utama dan dapat menerapkan asuhan keperawatan yang sesuai
pada pasien typhus abdominalis adalah :
1. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai bahan pustaka dan bahan pertimbangan
dalampenyusunan materi pembelajaran tentang ilmu keperawatan khususnya
Asuhan Keperawatan pada pasien penderita typhus abdominalis.
2. Bagi Institusi Rumah Sakit
Diharapkan dalam melakukan asuhan keperawatan dan pengobatan pada pasien
dengan typhus abdomenalis dapat memperhatikan tiga hal penting,yaitu :
a. Perawatan
Yang perlu diperhatikan dalam perawatan pasien typhus abdomenilais adalah
gangguan suhu tubuh, rasa aman dan nyaman, resiko terjadi komplikasi.
b. Diit
Diit pada pasien dengan typhus abdomenalis ialah makanan yang mengandung
cukup cairan, rendah serat, tinggi protein dan tidak menimbulkan gas.
c. Obat-obatan
Dalam pemberian obat pada pasien typhus abdominalis harus tepat danefektif,
untuk mencegah terjadinya resistensi kuman salmonellatyphosa.
3. Bagi Mahasiswa
Sebaiknya dalam penyusunan makalah typus abdominalis dapat memahami konsep
konsep, serta dasar teori sesuai dengan kasus yang diambil.
4. Bagi Penderita
Sebaiknya untuk penderita typhus abdominalis selalu menerapkan hygienepribadi,
seperti : mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, membatasi jajan diluar dan
selalu memperhatikan kualitas hygiene makanan dan minuman yang dikonsumsi.
Dan segera memeriksakan diri jika kondisi tubuh kurang baik.
BAB II
KONSEP TEORI

A. Laporan pendahuluan
1. Pengertian
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan
pencernaan dan gangguan kesadaran (Sudoyo, 2011).
Thipoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman
salmonella ( Bruner and Sudart, 2014 ). Typhoid adalah penyakit infeksi akut
usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para
thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid
abdominalis. (Syaifullah Noer, 2015).

2. Etiologi
Penyakit tipes Thypus abdominalis merupakan penyakit yang ditularkan
melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh bakteri Salmonella typhosa,
(food and water borne disease). Seseorang yang sering menderita penyakit tifus
menandakan bahwa dia mengkonsumsi makanan atau minuman yang
terkontaminasi bakteri ini. Salmonella thyposa sebagai suatu spesies, termasuk
dalam kingdom Bakteria, Phylum Proteobakteria, Classis Gamma proteobakteria,
Ordo Enterobakteriales, Familia Enterobakteriakceae, Genus Salmonella.
Salmonella thyposa adalah bakteri gram negative yang bergerak dengan bulu
getar, tidak berspora mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu:
antigen 0 (somatik, terdiri dari zat komplek lipopolisakarida), antigen H (flagella)
dan antigen V1 (hyalin, protein membrane). Dalam serum penderita terdapat zat
anti (glutanin) terhadap ketiga macam anigen tersebut (Zulkhoni, 2015).

3. Manifestasi klinis
Masa tunas demam typhoid berlangsung antara 10-14 hari. Gejala klinis yang
timbul sangat bervariasi dari ringan sampai dengan berat, dari asimtomatik
hingga gambaran penakit yang khas disertai komplikasi hingga kematian. Pada
minggu pertama gejala klnis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala serupa
dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu : demam, nyeri kepala, pusing,
nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak
diperut, batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu
tubuh meningkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama
pada sore hingga malam hari (Widodo Joko, 2014)

4. Patofisiologi dan pathways


Salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan
5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly
(lalat), dan melalui Feses. Yang paling menojol yaitu lewat mulut manusia yang
baru terinfeksi selanjutnya menuju lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan
oleh asam lambung dan sebagian lagi lolos masuk ke usus halus bagian distal
(usus bisa terjadi iritasi) dan mengeluarkan endotoksin sehingga menyebabkan
darah mengandung bakteri (bakterimia) primer, selanjutnya melalui aliran darah
dan jaringan limpoid plaque menuju limfa dan hati. Di dalam jaringan limpoid ini
kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darahsehingga menimbulkan
tukak berbentuk lonjong pada mukosa usus. Tukak dapat menyebabkan
perdarahan dan perforasi usus. Perdarahan menimbulkan panas dan suhu tubuh
dengan demikian akan meningkat.sehingga beresiko kekurangan cairan tubuh.
Jika kondisi tubuh dijaga tetap baik, akan terbentuk zat kekebalan atau antibodi.
Dalam keadaan seperti ini, kuman typhus akan mati dan penderita berangsur-
angsur sembuh (Zulkoni, 2015).
5. Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan Pemeriksaan darah perifer lengkap (Masjoer, 2013)
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukosistosis atau kadar leukosit
normal. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder.
Dapat pula ditemukan anemia ringan dan trombositopeni. Pemeriksaan hitung
jenis leukosit dapat terjadi aneosinofilia maupun limfopeni laju endap darah
dapat meningkat.
b) Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tapi akan kembali normal setelah sembuh.
Peningkatan SGOT, SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus.
c) Pemeriksaan uji widal
Dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri salmonella
typhi. Pada uji widal terjadi suatu reaksi aglutinasi antara antigen bakteri
salmonella typhi dengan antibody salmonella yang sudah dimatikan dan diolah
di laboratorium. Uji widal dimaksudkan untuk menentukan adanya aglutinin
dalam serum penderita tersangka demam tifoidenema barium mungkin juga
perlu dilakukan.

B. Konsep ASKEP
1. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien dengan typhoid abdominal menurut Joko Widodo
(2014) adalah :
a. Aktivitas atau istirahat
Gejala yang ditemukan pada kasus typhoid abdominal antara lain kelemahan,
malaise, kelelahan, merasa gelisah dan ansietas, cepat lelah dan insomnia
b. Sirkulasi
Tanda takikardi, kemerahan, tekanan darah hipotensi, kulit membrane mukosa
kotor, turgor buruk, kering dan lidah pecah-pecah akan ditemukan pada pasien
febris typhoid.
c. Integritas ego
Gejala seperti ansietas, emosi, kesal dan faktor stress serta tanda seperti
menolak dan depresi juga akan ditemukan dalam pengkajian integrits ego
pasien.
d. Eliminasi
Pengkajian eiminasi akan menemukan gejala tekstur feses yang bervariasi dari
lunak sampai bau atau berair, perdarahan per rectal dan riwayat batu ginjal
dengan tanda menurunnya bising usus, tidak ada peristaltik dan ada haemoroid.
e. Makanan dan cairan
Pasien akan mengalami anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan dan
tidak toleran terhadap diet. Dan tanda yang ditemukan berupa penurunan
lemak sub kutan, kelemahan hingga inflamasi rongga mulut.
f. Hygiene
Pasien akan mengalami ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri dan
bau badan.
g. Nyeri atau ketidaknyamanan
Nyeri tekan pada kuadran kiri bawah akan dialami pasien dengan titik nyeri
yang dapat berpindah.
h. Keamanan
Pasien mengalami anemia hemolitik, vaskulotis, arthritis dan peningkatan
suhu tubuh dengan kemungkinan muncul lesi kulit.
Pola fungsional menurut Gordon :
a) Pola persepsi dan manajemen kesehatan.
Kebersihan lingkungan dan makanan yang kurang terjaga.
b) Pola nutrisi
Diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan penurunan berat
badan pasien.
i. Pola eliminasi.
Pola eliminasi akan mengalami perubahan yaitu BAB 1x sehari, BAK 4x
sehari.
j. Pola istirahat tidur
Akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan
rasa tidak nyaman.
k. Pola aktivitas.
Akan terganggu kondisi tubuh yang lemah.
l. Pola nilai dan kepercayaan.
Kegiatan ibadah terganggu karena sering pusing dan lemas.
m. Pola hubungan dan peran pasien.
Hubungan terganggu jika pasien sering pusing dan lemas.
n. Pola konsep diri.
Merupakan gambaran, peran, identitias, harga, ideal diri pasien selama sakit.
o. Pola seksual dan reproduksi.
Menunjukkan status dan pola reproduksi pasien.
p. Pola koping dan toleransi stress
Adalah cara individu dalam menghadapi suatu masalah.
q. Pola kognitif
Menunjukkan tingkat pengetahuan klien tentang penyakit
2. Diagnosa keperawatan
Menurut Padila (2013), diagnosis keperawatan yang muncul pada pasien dengan
typhus abdominalis adalah sebagai berikut.
a. ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit b.d hipertermi dan muntah.
b. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang
tidak adekuat.
c. Hipertermi b.d proses infeksi salmonella typhi

3. Intervensi keperawatan
Menurut Padila (2013), rumusan perencanaan keperawatan pada klien dengan
typhus abdominalis berdasarkan diagnosa keperawatan secara teoritis adalah
sebagai berikut.
a. Ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit, kurang daari kebutuhan
berhubungan dengan hipertermi dan muntah.
- Tujuan : Ketidak seimbanagan volume cairan tidak terjadi
- Kriteria hasil:
1) Membran mukosa bibir lembab,
2) Tanda-tanda vital (TD, S, N dan RR) dalam batas normal,
3) Tanda-tanda dehidrasi tidak ada.
Intervensi:
1) Kaji tanda-tanda dehidrasi seperti mukossa bibir kering, turgor kulit
tidak elastis dan peningkaan suhu tubuh,
2) Pantau intake dan output cairan dalam 24 jam,
3) Ukur BB tiap hari pada waktu dan jam yang sama.
4) Catat laporan atau hal-hal seperti mual, muntah, nyeri dan distorsi
lambung.
5) Anjurkan klien minum banyak kira-kira 2000-2500 cc per hari,
6) Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht, K, Na, Cl)
7) kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan tambahan melalui
perenteral sesuai indikasi.
b. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dai kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat.
- Tujuan : Risiko nutrisii kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi
- Kriteria hasil:
1) Nafsu makan bertambah
2) Menunjukan berat badan stabil/ideal
3) Nilai bising usus/peristaltik usus normal (6-12 kali per menit)
4) Nilai laboratorium normal
5) Konjungtiva dan membran mukosa bibir tidak pucat

Intervensi :
1) Kaji pola nutrisi klien
2) Kaji makan yang disukai dan tidak disukai klien
3) Anjurkan tirah baring atau pembatasan aktivitas selama fase akut.
4) Timbang berat badan tiap hari.
5) Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
6) Catat laporan atau hal-hal seperti mual, muntah, nyeri dan distensi
lambung.
7) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet
8) Kolaborasi dalam pemeriksaan labratorium seperti Hb, Ht dan
Albumin
9) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antiemetik seperti
(ranitidine).
C. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhi
- Tujuan : Hipertermi teratasi
- Kriteria hasil :
1) Suhu, nadi dan pernafasan dalam batas normal
2) Bebas dari kedinginan
3) Tidak terjadi komplikasi yang berhubungan dengan masalah typhoid.
Intervensi :
1) Observasi suhu tubuh klien
2) Anjurkan keluarga untuk membatasi aktivitas klien
3) Beri kompres dengan air dingin (air biasa) pada daerah axila, lipat
paha, temporal bila terjadi panas.
4) Anjurkan keluaarga untuk memakai pakaian yang dapat menyerap
keringat seperti katun
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antipiretik
BAB III
PEMBAHASAN

Contoh Kasus dan Asuhan Keperawatan


Tn. A berusia 32 tahun, beragama islam. Tn A tinggal di kampung Dukuh Kalijamban, Pasien
datang bersama dengan istrinya ke IGD RS. Sehat Waras dengan keluhan demam 7 hari dan
pada pagi hari demam turun tapi pada sore dan malam hari kembali naik, mual, muntah dan
sakit pada perut bagian bawah. Dari pemeriksaan di dapat lidah kering dan dilapisi selaput
tebal, pasien nampak lemah. Pasien mengatakan kurang tahu banyak dengan penyakitnya dan
nafsu makan berkurang. Dari pemeriksaan perut bawah ada pembengkakan dan klien nampak
bingung dengan penyakitnya. Dari hasil pemeriksaan : TD : 120/80 mmHg, N: 90x/ menit,
RR 20x/menit, S: 38OC

A. ASKEP
1. Pengkajian
Tanggal/Jam masuk : 17 September 2019 , 12.30 WIB

Tgl/jam pengkajian : 17 September 2019, 12.45 WIB

No.RM : 123xxx

a) Identitas Pasien

Nama : Tn A

Umur : 32 Tahun

Tgl Lahir : 10 Desember 1987

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan :-

Status : Kawin

Alamat : Dukuh Kalijamban

Diagnosa Medis : Demam Thypoid (Thypus Abdominalis)


b) Identitas Penanggung Jawab

Nama : Ny. W

Umur : 30 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Status : Kawin

Alamat : Dukuh Kalijamban

Hubungan : Istri

c) Keluhan utama

Pasien demam

d) Riwayat Kesehatan Sekarang

Klien mengatakan demam 7 hari dan pada pagi hari demam turun tapi pada
sore dan malam hari kembali naik, mual, muntah dan sakit pada perut bagian
bawah. Kien tidak berobat sebelumdibawa ke RS dan tidak minum obat
apapun, kemudian klien dibawa ke IGD RS Peduli Husada pukul 12.30 WIB.
Dalam pemeriksaan didapatkan TD : 120/80 mmHg, N: 90x/ menit, RR
20x/menit, S: 380C, diberikan terapi Ringer Lactat 12 tpm, inj. Ranitidine 50
mg, inj. ondansentron 50 mg , ketorolac 30 mg.

e) Riwayat kesehatan lalu

Klien belum pernah di rawat di RS sebelumnya, klien mempunyai riwayat


maag sejak 2 tahun yang lalu, dan melakukan rawat jalan.

f) Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga klien tidak ada yang menpunyai riwayat pennyakit keturunan seperti

hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, Asma, TBC.

g) Riwayat penyakit sekarang :


Klien mengatakan demam 7 hari dan pada pagi hari demam turun tapi pada
sore dan malam hari kembali naik, mual, muntah dan sakit pada perut bagian
bawah. Kien tidak berobat sebelum dibawa ke RS dan tidak minum obat
apapun, kemudian klien di bawa ke RS Sehat Waras, di IGD dilakukan
tindakan infus ringer lactat dan inj. ketorolac dan inj. ranitidin.

h) Riwayat pengobatan/alergi :
Klien tidak mempunyai riwayat pengobatan, klien juga tidak mempunyai
riwayat alergi baik makanan, minuman, maupun obat

2. Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan Umum

1) Sakit/nyeri :

P : Klien merasakan nyeri perut sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.

Q : nyeri seperti ditusuk – tusuk

R : perut bagian kanan atas kuadran 1

S : nyeri skala 5

T : nyeri terus menerus

2) Kesadaran CM GCS = 15 E4 M6 V5

3) Pendengaran

Klien dapat mendengar dengan normal,fungsi telinga kiri dan kanan


baik,tidak memakai alat bantu pendengaran,tidak ada gangguan
pendengaran

4. Penglihatan
Klien dapat melihat dengan normal, tidak memakai alat bantu penglihatan,
konjungtiva ananemis, sklera tidak ikterik, pupil isokhor 2/2mm, tidak ada
kebutaan dan tidak ada katarak

5) Pengecapan

Klien mengatakan pengecapannya terasa pahit, lidah kotor, tampak putih.


6) Penciuman

Sistem presepsi sensori penghidu klien baik dan normal,tidak terdapat


gangguan penciuman

7) Peraba

Sistem presepsi sensori perabaan klien baik dan normal,tidak terdapat


gangguansistem presepsi sensori perabaan.

8) Sistem Pernafasan

Klien tidak mempunyai riwayat bronkitis, asma, tuberkolusis, emfisema,


pneumonia, tidak merokok, terpasang alat bantu oksigen nasal kanul 3 ml.

Frekuensi 20 x/m, kedalaman: tidak normal (lambat dan dangkal),


pengembangan dada simetris antara kanan dan kiri, suara nafas bersih,
menggunakan otot asesoris, tidak ada nafas cuping hidung, fremitus teraba
simetris antara kanan dan kiri, tidak sianosis. Pengembangan paru simetris,
irama tidak teratur.

9) Sistem Kardiovaskuler

Tekanan Darah : 120/70 mmHg

Nadi : 90 x/m

Suhu : 38 0C

Irama : teratur

Kekuatan : kuat

10. Sistem Saraf Pusat

Kesadaran : Composmetis

GCS :15 E3 M6 V5

Bicara : normal

Pupil : isokor
11. Sistem Gastrointestinal

Kehilangan selera makan : klien mengatakan selera makan berkurang.

Mual/Muntah : klien tidak mual muntah

Alergi :tidak ada alergi makanan

Masalah mengunyah atau menelan : tidak ada

Berat badan biasa sebelum sakit :71 kg

Berat badan saat sakit :70 kg

perubahan berat badan : 1 kg

Berat badan sekarang : 70 kg

Tinggi badan : 176 m

Bentuk badan : normal

Turgor kulit : lembab

Mukosa : sianosis

12. Sistem Moskuloskeletal

Rentang gerak : terbatas

Keseimbangan cara berjalan : tegap

Kemampuan memenuhi ADL :dibantu

Kekuatan otot :

5 5

5 5

13. Sistem Intergumen

Warna kulit : putih

Turgor kulit : Baik/ lembab


Memar : Tidak ada

Lain : -

2. Analisa Data
Nama : Tn. A
No RM : 123xxx
No Data Fokus Etiologi Masalah
1. DS : - Klien mengatakan nyeri di Agen Cidera NyeriAkut
perut kanan bagian atas Biologis
P : Klien merasakan nyeri perut
sejak 2 hari sebelum masuk rumah
sakit.
Q: Klien merasakan nyeri seperti
ditusuk-tusuk
R : perut bagian kanan atas
kuadran 1 S : nyeri skala 5
T : nyeri terus-menerus
DO : - Composmetis
(GCS:15 E4 M6 V5)
- wajah tampak menahan sakit
- TD :110/70 mmHg
RR : 15 x/menit
N : 88x/menit
S : 38 oC

2. DS: - Klien mengatakan lidah Asupan Nutrisi Nutrisi Kurang dari


terasa Kurang Kebutuhan
Bakteri salmonella thypi ↓
DO: - klien tampak lemah - Klien
tampak lemas, pucat, tidak nafsu
makan. - BB sebelum sakit 44 kg
BB Sesudah sakit 41 kg
- Diit BK, habis ¼ porsi 250cc,
minum 1 gelas 300cc
- Hb L11,5 g/Dl
- Limfosit 36%

3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut b.d agen cidera biologis
b. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan b.d Asupan Nutrisi Kurang

4. Intervensi
Nama : Tn A
No RM : 123xxx
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Dx
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji skala nyeri secara
selama 3x24 jam , nyeri akut dapat menyeluruh
teratasi dengan criteria hasil : 2. Monitor tanda tanda vital
1. Nyeri dapat berkurang (dari skala 3. Ajarkan tentang teknik
5 menjadi skala 3) non farmakologi (teknik
2. Pasien merasa lebih nyaman relaksasi nafas dalam)
4. Pemberian analgesik

2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan Nutrition Monitoring


selama 3x24 jam, nutrisi kurang dari 1. Monitor adanya penurunan
kebutuhan dapat teratasi dengan kriteia berat badan
hasil : 2. Monitor turgor kulit
3. Monitor mual dan muntah
1. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi 4. kolaborasi dengan ahli gizi
2. Menunjukkan peningkatan fungsi
pengecapan dan menelan
3. Tidak terjadi penurunan berat badan
yang berarti
4. Mampu mengidentifikasi kebutuhan
nutrisi

5. Implementasi

No. Implementasi Respon


dx
1 1. Mengkaji nyeri secara menyeluruh S: Pasien mengatakan
nyeri belum berkurang
P : Klien merasakan
nyeri perut sejak 2 hari
sebelum masuk rumah
sakit.
Q : Klien merasakan nyeri
seperti ditusuk-tusuk
R : perut bagian kanan
atas kuadran 1
S : nyeri skala 5
T : nyeri terus-menerus
O:
Pasien tampak menahan
nyeri
Pasien tampak
melindungi bagian nyeri
dengan tangan
2. Memonitor Tanda tanda vital S:-
O:
TD :120/80 mmHg
RR : 20 x/menit
N : 90x/menit
S : 38 oC
3. Mengajarkan teknik non farmakologi S : Pasien mengatakan
(teknik relaksasi nafas dalam) nyeri berkurang
O : Pasien tampak lebih
rileks
4. Memberikan terapi analgesik melalui S : Pasien mangatakan
injeksi IV sedikit nyeri ketika obat
dimasukkan
O : Pasien tampak
meringis menahan nyeri

1.
2 Memonitor adanya penurunan berat badan S : Pasien mengatakan
sebelum sakit BB : 44 kg,
sesudah sakit BB : 41 kg
O : pasien tampak
berkurang BB nya
2. Memonitor turgor kulit S:-
O : CRT < 2 detik
3. Memonitor mual dan muntah S :pasien mengatakan
masih mual dan muntah.
Frekuensi 5x sehari.
O : paien tampak lemas
dan pucat
4. Mengkolaborasikan dengan ahli gizi S:-
O : Diit BK, habis ¼ porsi
sekali makan 250cc,
minum 1 gelas sekali
minum 300cc

.
6. Evaluasi
No. DX EVALUASI
1. S : pasien mengatakan nyeri berkurang
P :Klien merasakan nyeri perut sejak 2
hari sebelum masuk rumah sakit.
Q : Klien merasakan nyeri seperti ditusuk-
tusuk
R : perut bagian kanan atas kuadran 1
S : nyeri skala 4
T : nyeri hilang timbul

O:
Pasien tampak menahan nyeri
TD :120/80 mmHg
RR : 20 x/menit
N : 90x/menit
S : 38 oC

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi
- Kaji nyeri secara menyeluruh
- Ajarkan teknik relaksasi nafas
dalam
- Kolaborasi dengan pemberian obat
analgesic
2. S : Pasien mengatakan sebelum sakit BB :
44 kg, sesudah sakit BB : 41 kg
O :-setelah pasien dirawat di rawat di RS
BB pasien bertambah menjadi 41,5 kg.
- CRT : < 2 detik
- Sudah dilakukan Diit BK, habis ¼
porsi sekali makan 250cc, minum
1 gelas sekali minum 300cc

A : Masalah sudah teratasi


P : Hentikan intervensi
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Komplikasi typus abdominalis yang paling sering terjadi adalah komplikasi intestinal
yaitu perdarahan usus dan perforasi usus. Komplikasi demam tyfus abdominalis dapat
dihindarkan dengan cara meningkatkan derajat daya tahan tubuh pasien dan memberikan
perawatan sebaik-baiknya pada pasien.
B. Saran
Sebaiknya mengadakan penyuluhan cara gaya hidup sehat dan pencegahan penyakit
deman typus abdominalis kepada masyarakat terutama masyarakat dengan pendidikan
yang kurang dan sebiknya penderita typus abdominalis mendapatkan pengobatan sesuai
dengan dosis dan ketentuan pengobatan yang berguna untuk mencegah terjadinya
komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Bruner and Sudart, 2014. Buku Saku Keperawatn Medikal Bedah. Yogyakarta : Media
Action

http://www.infokesehatan.co.id

http://www.mediastore.co.id/kesehatan/news/0602/08/095423.htm

Jevuska. 2008. Demam Tifoid (Typhoid Fever), <http://www.jevuska.com/2008/05/10-


/demam-tifoidtyphoid- fever, tanggal akses: 26 September 2009>.

Masjoer, 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Musnelina dkk, 2014. Ilmu Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Baru

Ochiai et al dalam Kothari et al, 2013. Ilmu Kesehatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba
Baru

Padila, 2013. Diagnosa Keperawtan Medikal Bedah Typus Abdominalis. Jakarta : EGC

Sudoyo, 2011. Buku Ajar Keperawatan Fundamental Edisi 4. Jakarta : EGC

Syaifullah Noer, 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika

Widodo, Joko. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Zulkhoni, 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 3. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai