Anda di halaman 1dari 54

Bab 2

1. Data Umum Ruangan


a. M1 (Man)
Dalam pengkajian man termasuk di dalamnya struktur
organisasi, jumlah pasien, penyakit terbanyak,
pelatihan yang diikuti oleh tenaga komposisi ketenagaan
(perawat, dokter dan tenaga non perawat) dan menentukan
jumlah tenaga perawat yang di butuhkan setiap harinya
sesuai dengan identifikasi jenis kebutuhan perawatan
pasien. Untuk alat ukur dibuat berdasarkan rata-rata
klien membutuhkan perawatan sehari :
Minimal Care : 2 jam

Partial Care : 3 jam

Total Care : 6 jam

1) Formula pembagian shift (Waster dalam Swanbery,


1996):

Pagi : 47 %
Sore : 36 %
Malam : 17 %

2)Pembagian proporsi tenaga untuk asuhan langsung


professional : 55% : 45%
3) Jumlah hari libur dalam setahun :
Rata-rata hari minggu per tahun : 52 hari
Libur nasional : 15 hari
Cuti sakit : 7 hari
Jumlah hari per tahun : 365 hari
Jam kerja produktif : 7 jam

Jumlah bidan(tenaga asuhan langsung)

1. Hitung jumlah bidan yang tersedia


2. Tambahkan dengan faktor koreksi hari libur /
cuti / hari besar dan tugas-tugas non kebidanan
Loss day / hari libur / cuti / hari besar
a) Pasien
Pasien adalah seseorang yang datang ke instalasi
kesehatan yang membutuhkan pelayanan medis/keperawatan
yang terganggu kondisi kesehatannya baik jasmani maupun
rohani (WHO, 1999).
1. Wawancara
Dari hasil wawancara yang dilakukan Oleh Nindi
Nia Nirmala Mahasiswa Profesi Ners Stikes Mataram
dengan kepala ruangan, ruang NIFAS RUMAH SAKIT AWET
MUDA adalah ruang rawat inap yang memberikan
pelayanan rawat inap bagi pasien atau ibu yang pasca
persalinan (post partum).
2. Observasi
Dari Hasil Observasi dilakukan Oleh Ni Kadek Dewi
Ayu Pratiwi dan Nindi Nia Nirmala Mahasiswa Profesi
Ners Stikes Mataram dengan kepala ruangan, ruang
NIFAS RUMAH SAKIT AWET MUDA. Adalah ruang rawat inap
yang menerima pasien dengan kategori pasien pasca
persalinan. Jumlah pasien yang dirawat selama
periode April sampai Juni 2020 mencapai Orang
yaitu:

Tabel 2.1. Distribusi Jumlah Pasien Ibu Pasca


Melahirkan di Ruang NIFAS RUMAH SAKIT AWET MUDA
Lobar April 2020 sampai Juni 2020.
No Bulan Jumlah (Orang) %
1 APRIL 101 31,6
2 MEI 103 32,3
3 JUNI 115 36,1
Jumlah 319 100%
Sumber: Register ruang NIFAS RUMAH SAKIT AWET MUDA
LOBAR

3. Masalah
Jumlah pasien mengalami perubahan setiap bulan,
tidak terdapat masalah untuk jumlah pasien.
b) Persalinan
Persalinan adalah proses dimana janin, plasenta, dan
selaput ketuban keluar dari uterus ibu (Depkes, 2008).
1. Wawancara
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan bahwa
pasien yang paling banyak dirawat diruang NIFAS.
selama tiga bulan terakhir yang terbanyak adalah
dengan persalinan normal, post operasi Caesar, post
kuretage.
2. Observasi
Jumlah persalinan terbanyak selama periode April
sampai Juni 2020 yaitu:
Tabel 2.2 Distribusi Jenis Persalinan Terbanyak di
Ruang NIFAS RUMAH SAKIT AWET MUDA Periode April sampai
Juni 2020
No Jenis Persalinan Jumlah Klien Presentasi
(%)
1. PPN 88 27%
2. SC 159 49%
3. Masalah Lain 77 24%
Total 319 100%
Sumber: Register ruang NIFAS RUMAH SAKIT AWET MUDA
LOBAR.
3. Masalah
Jenis persalinan terbanyak untuk 3 bulan terakhir
adalah SC sebanyak 159 klien (49%), tidak ada
masalah dalam perawatan pasien terhadap persalinan
yang ada.
c) Distribusi tenaga bidan, Medis dan non Medis.
1. Wawancara
Berdasarkan Hasil Wawancara Oleh Ni Kadek Dewi Ayu
Pratiwi Mahasiswa Profesi Ners Stikes Mataram yang
dilakukan dengan Kepala Ruang Nifas, Ruang NIFAS
memiliki Dokter Umum 2 Orang, Ahli Gizi 4, dan
Cleaning Service 3 orang.
2. Observasi
Dari Hasil Observasi dilakukan Oleh Ni Kadek Dewi
Ayu Pratiwi Mahasiswa Profesi Ners Stikes Mataram
dengan kepala ruangan, ruang NIFAS RUMAH SAKIT AWET
MUDA Jumlah tenaga medis dan non medis di Ruang
NIFAS.
Tabel 2.3 Ditribusi Tenaga medis dan non medis di Ruang
NIFAS RUMAH SAKIT AWET MUDA
Persentase
No Kualifikasi Jumlah/Orang
(%)
1. Ahli gizi 4 21%
2. Dokter umum 2 11%
4. Cleaning service 3 16%
5. Bidan 10 52%
Jumlah 19 100%
Sumber: Data primer yang diolah dari dokumentasi

3. Masalah
Berdasarkan data distribusi di Ruang NIFAS memiliki
Dokter Umum 2 Orang, Orang, Ahli Gizi 4, dan
Cleaning Service 3, Diruang NIFAS ada Dokter Umum
yang berjaga tetap diruangan namun ketika ada pasien
yang ditangani Dokter umum akan datang keruangan.

d) Distribusi Tingkat Pendidikan Bidan di Ruang Nifas


Keberhasilan Rumah Sakit dalam memberikan pelayanan
kesehatan salah satu indikator ditentukan oleh
pemberian asuhan kebidanan yang berkualitas. Pendidikan
Kebidanan juga merupakan institusi yang berperan besar
dalam mengembangkan dan menciptakan profesionalisasi
para tenaga kebidanan , pendidikan mampu memberikan
bentuk/corak tenaga kebidanan (Hussin, 2007).
1. Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh
Mahasiswi Ni Kadek Dewi Ayu Pratiwi dengan Kepala
Ruangan di Ruang Nifas tingkat pendidikan bidan di
ruang nifas lebih banyak d3 dan ada yang sedang
melanjutkan studi
2. Observasi
Berdasarkan hasil observasi di ruang Nifas, tingkat
pendidikan bidan di ruang nifas yaitu D3, D4 dan S1
kebidanan.
Tabel 2.4.Distribusi Tingkat Pendidikan Bidan di Ruang
NIFAS RUMAH SAKIT AWET MUDA LOBAR
Tingkat Persentase
No. Jumlah
Pendidikan (%)
1. D3 Keebidanan 6 60%
2. D4 Kebidanan 3 30%
3. S1 Kebidanan 1 10%
TOTAL 10 100%
Sumber: Data primer yang diolah dari dokumentasi.

Berdasarkan data tabel 2.4.Dari Hasil Observasi


dilakukan Oleh Ni Kadek Dewi Ayu Pratiwi Mahasiswa
Profesi Ners Stikes Mataram dapat dilihat bahwa
distribusi tenaga ahli gizi sebanyak 4 orang
(21%),dokter umum sebanyak 2 orang (11%), dan
cleaning survice sebanyak 3 orang (16%). Sedangkan
dokter umum datang keruangan ketika ada pasien yang
ditangani.

3. Masalah
Dari hasil data diatas terlihat masih ada 6 bidan
yang berpendidikan D3 kebidanan, D4 Kebidanan Ada 3
Orang dan berpendidikan S1 kebidanan ada 1 orang.
e) Jumlah ketenagaan
Penetapan jumlah tenaga kebidanan adalah suatu
proses membuat perencanaan untuk menentukan berapa
banyak dan kriteria tenaga yang seperti apa pada suatu
ruangan pada setiap shifnya. Beberapa ahli
mengembangkan beberapa formula untuk menetapkan jumlah
tenaga tersebut.
Formula tersebut antara lain:
Menurut Douglas (2006)
Penghitungan jumlah tenaga menurut Douglas
dihitung berdasarkan tingkat ketergantungan pasien
untuk setiap shiftnya seperti tabel 6 berikut:

Jumlah Keperawatan Berdasarkan Klasifikasi


Ketergantungan Pasien Menurut Douglas
Kebutuhan Perawat
Klasifikasi
Pagi Sore Malam
Minimal 0,17 0,14 0,07
Intermediate 0,27 0,15 0,10
Maksimal 0,36 0,30 0,20
Sumber: Douglas (1984)

Sedangkan klasifikasi derajat ketergantungan


pasien terhadap perawatan berdasarkan criteria sebagai
berikut:

a) Perawatan minimal memerlukan waktu 1 – 2 jam/24 jam,


dengan kriteria:
- Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan
sendiri
- Makan, minum dilakukan sendiri
- Ambulasi dengan pengawasan
- Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap shiftt
- Pengobatan minimal, status psikologi stabil
- Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
b) Intermediate memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam dengan
kriteria
- Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
- Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
- Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
- Folley kateter, intake output dicatat
- Klien dengan pemasangan infus, persiapan
pengobatan memerlukan prosedur
c) Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5-6
jam/24 jam dengan kriteria:
- Segala diberikan atau dibantu
- Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
- Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intra vena
- Pemakaian suction
- Gelisah/disorientasi
Menurut Depkes (2009)
Klasifikasi kategori asuhan keperawatan menurut
Depkes:
1) Asuhan Keperawatan Minimal
- Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan
sendiri
- Makan dan minum dilakukan sendiri
- Ambulasi dengan pengawasan
- Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift
2) Asuhan Keperawatan Sedang
- Kebersihan diri dibantu, makan minumdi bantu
- Observasi tanda-tanda vital tiap empat jam
- Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
3) Asuhan Keperawatan Agak Berat
- Sebagian besar aktivitas dibantu
- Observasi tanda-tanda vital tiap 2-4 jam sekali
- Terpasang folley kateter, intake output dicatat
- Terpasang infus
- Pengobatan lebih dari sekali
- Persiapan pengobatan perlu prosedur
4) Perawatan Maksimal
- Segala aktivitas diberikan perawat
- Posisi diatur
- Observasi tanda-tanda vital tiap dua jam
- Makan memerlukan NGT, terapi intra vena
- Penggunaan suction
- Gelisah/disorientasi
Penghitungan tenaga bidan berdasarkan:

1) Tingkat ketergantungan pada pasien berdasarkan jenis


kasus
2) Rata-rata pasien perhari
3) Jam perawatan yang diperlukan per hari per pasien
4) Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hari
5) Jam efektif setiap perawat 7 jam/hari

Kebutuhan tenaga perawat di unit perawatan


menggunakan rumus:
Kebutuhan tenaga I=jumlah jam perawatan di ruang/hari

Jam efektif perawat

Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu


ditambah (faktor koreksi) dengan: Hari libur/cuti/hari
besar (Loss day).

Loss day = jumlah hr mg dlm 1 thn + cuti + hr besar


Jml hari kerja efektif

Tenaga keperawatan yang mengerjakan pekerjaan non


keperawatan diperkirakan 25 % dari jam pelayanan
keperawatan.

Faktor koreksi= (kebutuhan tenaga I + Loss day) x 25 %


100

1. Wawancara
Dari hasil wawancara Oleh Ni Kadek Dewi Ayu Pratiwi
Mahasiswa Profesi Ners Stikes Mataram dengan kepala
Ruang Nifas untuk perhitungan jumlah tenaga bidan
yang dibutuhkan dihitung berdasarkan tingkat
ketergantungan pasien.
2. Observasi
Dari hasil observasi dilakukan Oleh Ni Kadek Dewi Ayu
Pratiwi Mahasiswa Profesi Ners Stikes Mataram
didapatkan hasil perhitungan kebutuhan jumlah bidan
sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien pada
Observasi tanggal 21-22 Juli 2020 dengan tingkat
ketergantungan pasien yaitu Minimal, parsial dan
total.

Tabel. 2.5. Tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan


tenaga perawat Observasi (tanggal 20-23 juli 2020)di
Ruang NIFAS RUMAH SAKIT AWET MUDA.

Klasifikasi pasien Jumlah kebutuhan tenaga


Tingkat
Ketergantunga Jumlah Pagi Sore Malam
n
Minimal 3 3x0,17=0,5 3x0,14=0,4 4x0,07=
0,2
Parsial 6 6x0,27=1,6 6x0,15=0,9 6x0,10=
0,6

Total 0 0 0 0

Jumlah 9 3 2 1

Total tenaga bidan:


Pagi : 3 orang
Sore : 2 orang
Malam: 1 orang +
6 orang
Jumlah tenaga lepas dinas per hari 86 x 10
= 1 orang 860
Jumlah : 6 + 1 = 7
Keterangan:
Angka 86 merupakan jumlah hari tak kerja dalam 1
tahun, sedangkan 258 adalah jumlah hari kerja efektif
dalam 1 tahun.
Jadi jumlah total perawat yang di butuhkan untuk
bertugas per hari di ruangan NIFAS. Adalah 6 orang
Dimana( Kepala ruangan, katim dan PP ) + 1 lepas.
Jumlah bidan yang ada di ruang Nifas adalah sebanyak
10 orang sehingga jumlah bidan dan pasien secara
perhitungan menggunakan metode dougles tidak
sebanding tetapi dengan ruangan yang kategori minimal
sudah mencukupi dalam penanganan pasien dan jumlahnya
sebanding dengan jumlah pasien yang ada di ruangan
NIFAS.
3. Masalah
Penghitungan jumlah tenaga di ruangan sudah
menggunakan berdasarkan tingkat ketergantungan
Pasien, namun jumlah tenaga tidak sebanding dengan
jumlah pasien tetapi untuk taraf ruangan yang rata-
rata tingkat ketergantungan pasien minimal tidak
menjadi masalah.

f) Pelatihan Tenaga Kebidanan


Sumber daya manusia atau tenaga kerja adalah unsur
terpenting dalam institusi. Salah satu indikator
keberhasilan rumah sakit/ pelayanan sosial dalam
memberikan pelayanan kesehatan ditentukan oleh
pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas. Asuhan
keperawatan yang berkualitas memerlukan SDM yang
sesuai dengan kualitas yang tinggi dan profesional
sesuai dengan tugas dan fungsinya. Dan Kualitas yang
tinggi dan professional dikembangkan melalui pelatihan
Medis dari dalam dan luar Rumah Sakit. Menurut
Djojoibroto (1997) konsep pengembangan SDM atau
disebut juga Human Resource Development (HRD)
mempunyai tiga program, yaitu:
- Training, yaitu aktifitas dimana proses belajar
diarahkan kepada pekerjaan saat ini.
- Education, yaitu aktifitas dimana proses belajar
diarahkan pada pekerjaan yang akan datang.
- Development, yaitu aktifitas dimana proses belajar
tidak diarahkan untuk pekerjaan pegawai yang
bersangkutan secara langsung
1. Wawancara
Berdasarkan Hasil Wawancara pada tanggal 20 Juli
2020 kepada Kepala ruangan NIFAS didapatkan bahwa,
yang Mengikuti Pelatihan dalam RS yaitu 10 orang.

Observasi Tabel 2.6 Distribusi Pelatihan yang


Dilakukan Oleh Tenaga Kebidanan di Ruang NIFAS RUMAH
SAKIT AWET MUDA
No Jenis Pelatihan Sudah mengikuti
1 Pelatihan diluar RS 0 orang
2 Pelatihan dalaam Rs 10 orang
Sumber : Data Primer Ruang NIFAS

2. Analisa Data
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa
tenaga kebidanan di Ruang NIFAS RUMAH SAKIT AWET
MUDA yang telah mengikuti pelatihan di dalam RS
sebanyak 10 orang.
3. Masalah
Masih Sedikitnya pelatihan yang diikuti oleh dan
bidan.

g) Asal Rujukan Pasien dari ruangan


Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab
atas kasus penyakit atau masalah kesehatan yang
diselenggarakan secara timbal balik, baik secara
vertikal dalam arti satu strata sarana pelayanan
kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan
lainnya, maupun secara horisontal dalam arti antar
sarana pelayanan kesehatan yang sama.
1. Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 20 Juli
2020 kepada kepala ruangan nifas didapatkan bahwa
sebagian besar asal rujukan pasien dari ruang OK.
Observasi Tabel 2.7 Distribusi Asal rujukan pasien
Bulan April sampai Mei di Ruang NIFAS RUMAH SAKIT AWET
MUDA Lobar
NO ASAL RUANG RUJUKAN JUMLAH %
1 VK 82 40
2 OK 119 58
3 POLI 2 1
4 IGD 1 1
TOTAL 204 100%
Sumber : Data Primer Ruang Nifas RSUD Awet Muda

2. Analisa Data
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa Asal
ruang rujukan pasien di Ruang NIFAS RUMAH SAKIT AWET
MUDA lebih banyak berasal dari ruang OK sebanyak 119
pasien (58%).

3. Masalah
Dari data di atas dapat dilihat sebagian besar
pasien melakukan operasi Caesar untuk persalinannya
serta adapun yang merupakan anjuran dokter.

h) Mahasiswa Praktek
Praktik klinik dalam keperawatan adalah kesempatan
kepada semua mahasiswa untuk menerjemahkan pengetahuan
teoritis ke dalam tindakan yang sesungguhnya(Emilia,
2008).

1.Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 20 Juli
2020 kepada kepala ruangan nifas didapatkan bahwa
dalam tiga bulan terakhir mahasiswa yang praktek
diruangan belum ada, hanya saat ini yang sedang
praktek di ruang nifas yaitu mahasiswa STIKES
Mataram.
Observasi Tabel 2.8 Distribusi mahasiswa praktek
Bulan April sampai juli di Ruang NIFAS RUMAH SAKIT
AWET MUDA Lobar
NO MAHASISWA PRAKTEK JUMLAH %
1 PROFESI STIKES MATARAM 35 100
TOTAL 35 100
Data primer ruang nifas RSUD Awet Muda
2. Analisa Data
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa
mahasiswa yang praktek dalam kurun empat bulann
terakhir di Ruang NIFAS RUMAH SAKIT AWET MUDA yatu
mahasiswa Profesi STIKES Mataram sebanyak 19 orang
(100%).
3. Masalah
Pada tabel diatas menjelaskan saat ini praktek di
ruang nifas yaitu STIKES Mataram yang dimana
nahasiswa yang turun praktek sudah dilengapi dengan
APD masing-masing Mahasiswa/i.

b. M2 (Material)
1. Wawancara.
Dari hasil wawancara dilakukan Oleh Pitayanti
Mahasiswa Profesi Ners Stikes Mataram, kepala ruangan
mengatakan bahwa sarana dan pra sarana diruangan
sudah sesuai standar fasilitas dan alat-alat
kesehatan dengan pedoman alat di RSUD AWET MUDA
NARMADA LOBAR.
2. Observasi.
Dari hasil wawancara dilakukan Oleh Pitayanti
Mahasiswa Profesi Ners Stikes Mataram, diruangan
NIFAS RSUD AWET MUDA NARMADA LOBAR masih ada sarana
dan prasarana yang yang masih kurang.
3. Kajian Teori
Pelaksanaan proses manajemen pelayanan
keperawatan sangat memerlukan adanya pengelolaan
fasilitas dan peralatan sebagai factor pendukung dan
penunjang terlaksananya pelayanan keperawatan yang
efektif.
Kurangnya Kepatuhan petugas dalam melaksanaan
kebersihan tangan adalah masalah yang dihadapi oleh
rumah sakit di seluruh dunia kurangnya fasilitas
sepeti wastafel dan akses terhadap air bersih, sabun
serta tisu pada titik pelayanan kesehatan merupakan
kendala yang mempengaruhi kepatuhan mencuci tangan,
salah satu caranyan dengan adanya alcohol-based
handrub, mencuci tangan dengan handrub tidak
membutuhkan air bersih, sabun serta tissue dan dapat
digunakan langsung ditempat kerja.(Maunah, 2016)
Serta pada Umumnya Tempat sampah disediakan
minimal satu buah untuk setiap kamar atau ruangan
(Depkes,2004)
Kemudian Standar fasilitas dan alat-alat
kedokteran maupun keperawatan telah ditetapkan oleh
masing-masing institusi dengan memperhatikan jenis
alat, bahan/warna, ukuran, jenis kegiatan, jumlah
yang dibutuhkan, juga didasarkan atas pertimbangan
bahan yang dipakai, disimpan maupun dicuci.Penyediaan
alat-alat menggunakan pedoman buku standar Fasilitas
dan Peralatan Kebidanan Ruang NIFAS RSUD AWET MUDA
NARMADA LOBAR. Standar tersebut meliputi alat medis
dan non medis.

4. Kajian Data
Data berikut ini adalah hasil pengkajian dan
observasi alat-alat :
Tabel 2.9 Distribusi Alat Medis Ruang NIFAS RSUD AWET
MUDA NARMADA LOBAR
Keterangan
No
Nama alat Jumlah Baik Kurang Rusak
baik
1 Stetoskop 2 2
2 Defibrilator 0 0
3 Trolley Emergency 1 1
4 Film Viewer 0 0
5 Tensi air raksa 1 1
6 Tensi digital 1 1
7 Matras dekubitus 1 1
8 Gunting plester 2 2
9 Gunting verband 1 1
10 Bak instrumen 1 1
11 Bengkok 2 2
12 Torniket 1 1
13 Troli 1 1
14 Partus set 1 1
15 Partum set 1 1
16 Ralatan bayi baru 1 1
lahir
17 Nebulizer 0 0
18 Thermometer 2 2
19 Minor surgey set 0 0
20 Hekting set 0 0
21 Lampu periksa 0 0
22 Tabung suction 0 0
23 Tabung oksigen 2 2
24 EKG 0 0
25 Pen light 1 1
26 Pulse oximeter 0 0
Jumlah 22 22
Sumber: Buku inventaris Ruang NIFAS RSUD AWET MUDA
NARMADA LOBAR

Tabel 2.10 Distribusi Alat Non Medis Ruang NIFAS RSUD


AWET MUDA NARMADA LOBAR
Keterangan
No Nama alat Jumlah Baik Kurang Rusak
baik
1 Bed pasien 9 9
2 Sprei 27 27
4 Sarung bantal 27 27
5 Perlak 20 20
6 Tiang infus 9 9
7 Lemari pasien 9 9
8 Lemari alat 1 1
9 Loker linen 1 1
10 Meja 1 1
11 Kursi roda 1 1
12 Kursi plastik 10 10
13 Komputer 1 1
14 Bak sampah 5 5
15 Handrub 4 2 2
16 O2 mobile 1 1
17 Jam dinding 4 3 1
18 Kipas angin 3 3
19 AC 1 1
20 Kulkas 0 0
21 Wastafel 2 2
22 Bantal 9 9
23 Timbangan bayi 1 1
24 Timbangan bera badan 1 1
25 Celemek 2 2
26 Mesin suction 0 0
27 Ember 6 6
28 Sepatu bots 4 4
29 Ember linen 1 1
30 Appar 0 0
31 Mesin decubitus 0 0
32 Troli emergency 0 0
33 Buku ttv 1 1
34 Buku register 1 1
35 But bayi 5 5
36 Infantometer 0 0
Jumlah 167 164 3
Sumber: Buku inventaris Ruang NIFAS RSUD AWET MUDA NARMADA
LOBAR.

5. Masalah yang Muncul


Sarana dan prasarana untuk tindakan di Ruang
NIFAS RSUD AWET MUDA NARMADA LOBAR perlu ditambahkan
salah satunya perlu ditambahkan yaitu alat
defibrilator, dan handrub di setiap bed pasien.
c. M3 (Metode)
1. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan
Kajian teori
Menurut Grant and Massey dan Marquis & Huston,
jenis metode pemberian asuhan keperawatan telah
dijabarkan sebagai berikut:

a) Metode Kasus (Total care Method)


Metode ini merupakan metode tertua (tahun
1880) dimana seorang klien dirawat oleh seorang
perawat/bidan selama 8 jam perawatan. Setiap
perawat ditugaskan untuk melayani seluruh
kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien akan
dirawat oleh perawat/bidan yang berbeda untuk
setiap shif dan tidak ada jaminan bahawa pasien
akan dirawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus biasa
diterapkan satu pasien satu perawat/bidan dan hal
ini umumnya dilaksanankan untuk perawat/bidan
Privat atau untuk keperawatan khusus seperti di
Ruang rawat intensif.
 Kelebihan dari metode ini adalah:
a)Sederhana dan langsung
b)Garis pertanggung jawaban jelas
c)Kebutuhan klien cepat terpenuhi
d)Memudahkan perencanaan tugas
Kekurangan dari metode ini adalah:
a)Belum dapat diidentifikasi perawat/bidan
penanggung jawab
b)Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai
kemampuan dasar yang sama
c)Tak dapat dilakukan oleh perawat/bidan baru
atau kurang pengalaman
d)Mahal, perawat/bidan professional termasuk
melakukan tugas non professional

b) Metode Fungsional
Metode ini dilakukan pada kelompok besar
klien. Pelayanan keperawatan dibagi menurut tugas
yang berbeda dan dilaksanakan oleh perawat/bidan
yang berbeda dan tergantung pada kompleksitas
dari setiap tugas. Misalnya fungsi menyuntik,
membagi obat, perawatan luka. Metode ini merupakan
manajemen klasik yang menekankan pada efisiensi,
pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang
lebih mudah. Semua prosedur ditentukan untuk
dipakai sebagai standar. Perawat/bidan senior
menyibukkan diri dengan tugas manajerialnya
sedangkan asuhan keperawatan/kebidanan klien
diserahkan kepada perawat junior.
Meskipun sistem ini efisien namun penugasan
secara fungsi tidak memberikan kepuasan kepada
klien terfragmentasi menurut tugas atau perasat
yang dilakukan. Seecara kerja yang diawasi
membosankan perawat/bidan karena berorientasi pada
tugas dan sisitem ini baik dan berguna untuk
situasi dimana Rumah Sakit kekurangan tenaga
perawat, namun disisi lain asuhan ini tidak
profesional dan tidak berdasar pada masalah klien.
Keuntugan dari metode ini adalah:
1)Lebih sedikit membutuhkan perawat/bidan
2)Efisien
3)Tugas mudah dijelaskan dan diberikan
4)Para staff mudah menyesuaikan dengan tugas
5)Tunggu cepat selesai
Kerugian dari metode ini adalah:
1)Tidak efektif
2)Fragmentasi pelayanan
3)Membosankan
4)Komunikasi minimal
5)Tidak holistic
6)Tidak profesional
7)Tidak memberikan kepuasan kepada klien dan
perawat
c)Metode Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari
anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuahan
keperawatan/kebidanan terhadap sekelompok klien.
Ketua tim bertanggung jawab membuat perencanaan dan
evaluasi asuahan keperawatan/kebidanan untuk semua
klien yang ada di bawah tanggung jawab timnya.
Anggota tim melaksanakan asuhan keperawatan kepada
klien sesuai perencanaan yang telah dibuat oleh
ketua tim. Tujuan perawatan ini adalah memberikan
asuhan keperawatan/kebidanan yang lebih baik dengan
menggunakan sejumlah staff yang tersedia.
 Keuntungan dari metode ini adalah:
- Berikan kepuasan bagi perawat dan klien
- Kemampuan anggota tim dikenal dan di manfaatkan
secara optimal
- Komperehensip dan holitik
- Produktif,kerjasama,komunikasi,dan moral
Kerugian dari metode ini adalah:
- Tidak efektif bila pengaturan tidak baik
- Membutuhkan banyak kerja sama dan komunikasi
- Membingungkan bila komposisi tim sering di ubah
- Banyak kegiatan keperawatan dilakukan oleh
perawat/bidan non professional
d) Metode primer
Metode ini merupakan suatu metode penugasan kerja
terbaik dalam suatu pelayanan dengan semua staff
keperawatan yang professional. Pada metode ini
setiap perawat primer memberikan tanggung jawab
penuh secara menyeluruh terhadap perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi keperawatan mulai dari
pasien masuk sampe keluar dari rumah sakit,
mendorong peraktek kemandirian perawat/bidan, ada
kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan
pelaksana.
Penangung jawab dilaksanakan oleh perawat primer
(Primary/Nurse/PN). Setiap PN merawat 4-6 klien dan
bertanggung jawab terhadap klien selama 24 jam dari
klien masuk sampe dengan pulang.
 Kelebihan dari modal primer ini adalah:
1. Model ini bersipat kontinu dan komprehensif dalam
melakukan proses keperawatan kepada klien
2. Perawat primer mendapat akutabilitas yang tinggi
terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri
3. Pasien merasa di manusiakan karena terpenuhinya
kebutuhan secara individu.
4. Asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan tercpai
pelayanan yang efektif terhadap perawatan,
dukungan, proteksi, informasi dan advokasi.
 Kelemahan dari modal ini adalah model ini hanya
dapat dilaksankan oleh perawat yang dimiliki
pengetahuan dan pengalaman yang memadai dengan
kriteria:
1. Asertif
2. Mampu mengatur diri sendiri
3. Kempuan pengambilan keputusan yang tepat
4. Penguasaan klinik
5. Akuntabel dan mampu berkomunikasi dan
berkolaborasi dengan berbagai disiplin
e) Modifikasi : MAKP Tim-Primer
Model MAKP Tim Dan Primer digunakan secara
Kombinasi dari Kedua sistem (Sitorus,2002),
Penetapan sistem MAKP ini Didasarkan pada alasan
berikut.
Keperawatan Primer Tidak digunakan secara Murni,
Karna Perawatan Primer harus memiliki latar belakang
pendidikan S1 Keperawatan atau setara.
Keperawatan Tim tidak digunakan secara murni,
karna Tanggungjawab asuhan keperawatan Pasien
terfrakmentasi pada berbagai tim.
Melalui Kombinasi kedua Model tersebut
diharapkan Komunitas Asuhan Keperawatan Dan
akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada
Primer, Karna Saat ini perawat yang ada di RS
sebagian besar adalah lulusan D3, Bimbingan tentang
asuhan keperawatan Diberikan Oleh Perawat Primer
atau Ketua TIM.
1. Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
oleh Sri Murniati Burhan Mahasiswa Profesi Ners
Stikes Mataram dengan Kepala Ruangan NIFAS RSUD
Awet Mudah Narmada, Di ruangan nifas belum
menerapkan metode MPKP, dikarenakan di ruang
nifas belum terdapat tenaga keperawatan. Maka
MPKP belum dapat dilakukan..

2. Standar Operasional Prosedur


Menurut Purnamasari,dkk,2015 SOP adalah Prosedur
kerja yang dibuat secara detail dan terperinci bagi
semua kariyawan untuk melaksanakan pekerjaan dengan
sebaik-baiknya dengan Visi Misi dan tujuan suatu
lembaga dan Instansi

a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara oleh Sri Murniati
Burhan Mahasiswa Profesi Ners Stikes Mataram dengan
Kepala Ruangan Di ruangan NIFAS RSUD Awet Mudah
Narmada didapatkan hasil wawancara seputar SOP bahwa
setiap bidan wajib mengetahuhi SOP yang sudah
ditetapkan RSUD Awet Mudah Narmada, kepala ruangan
juga mengatakan bahwa SOP sebagaian masih dalam
proses Pengerjaan dan saat ini hanya tersedia 6 SOP

b) Observasi
Berdasarkan hasil Observasi oleh Sri Murniati
Burhan Mahasiswa Profesi Ners Stikes Mataram di
ruangan Nifas terkait SOP beberapa Perawat/bidan
Nifas belum optimal Melaksanakan tindakan sesuai SOP
yang di buat.

c)Masalah
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi oleh
Sri Murniati Burhan Mahasiswa Profesi Ners Stikes
Mataram, Bahwa Perawat/bidan sudah melaksanakan
tindakan sesuai SOP namun belum dilakukan secara
optimal, dan juga masi ada SOP yang belum ada di
ruangan.

3. Timbang Terima
1. Wawancara.
Berdasarkan hasil wawancara dan dengan
beberapa perawat/bidan diruang Nifas RSUD Awet Mudah
Narmada prosedur timbang terima selama ini di
lakukan pada setiap pergantian shift dengan model
SOAP. Pada saat observasi selama 3 hari di ruang
Nifas diadakan timbang terima sudah berjalan sesuai
tahapan timbang terima dilakukan seefektif mungkin
dengan secara singkat, jelas dan lengkap tentang
tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang
sudah dilakukan/belum dan perkembangan pasien saat
itu.
2. Analisa data
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang
dilakukan selama 3 hari pengkajian tentang timbang
terima di Ruang Nifas RSUD Awet Mudah Narmada sudah
cukup optimal, karena pada saat timbang terima
perawat/bidan sudah melakukan sesuai prosedur mulai
dari awal sampai akhir, diskusi selama timbang
terima juga berlangsung dengan cukup hidup. Alur
timbang terima di ruangan Nifas sudah sesuai dengan
standar yang berlaku sesuai dengan teori Nursalam
(2012).

Alur Operan di ruangan Nifas RSUD Awet Mudah Narmada

PASIEN

Diagnosis medis Diagnosa keperawatan dan


masalah kolaboratif kebidanan
(didukung data)

tindakan

Telah dilakukan Belum dilakukan

Tindakan

Masalah
1. Teratasi
2. Belum teratasi
3. Teratasi sebagian
4. Muncul masalah baru
3. Kajian teori
Timbang terima sering disebut dengan operan atau
over hand. Operan adalah suatu cara dalam
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang
berkaitan dengan keadaan klien. Harus dilakukan
seefektif mungkin dengan secara singkat, jelas dan
lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan
kolaboratif yang sudah dilakukan/belum dan
perkembangan saat itu  Informasi yang disampaikan
harus akurat, sehingga kesinambungan asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan sempurna.
 Tujuan Umum: Mengkomunikasikan keadaan pasien dan
menyampaikan informasi yang penting.
 Tujuan Khusus:
1)Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data
fokus)
2)Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam
pemberian asuhan keperawatan  kepada pasien
3)Menyampaikan hal penting yang harus
ditindaklanjuti oleh perawat dinas berikutnya
4)Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya
 Manfaat bagi perawat/bidan :
1)Meningkatkan kemampuan komunikasi antar
perawat/bidan
2)Menjalin suatu hubungan kerjasama dan
bertanggungjawab antar perawat/bidan
3)Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara
paripurna
4)Peningkatan pemahaman pelaksanaan timbang terima
pasien
5)Terhindar dari kekeliruan pemberian tindakan
keperawatan
6)Menimbulkan rasa aman
7)Meningkatkan percaya diri/bangga
 Manfaat bagi pasien:
Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung
bila ada yang belum terungkap 
 Manfaat bagi Rumah sakit
Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada klien
secara komprehensi.
 Standar timbang terima:
1)Dilaksanakan tepat pada waktu pergantian shift.
2)Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab
pasien (PP/Katim).
3)Diikuti oleh semua perawat dan bidan yang telah
dan akan dinas
4)Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat,
sistematis dan menggambarkan kondisi pasien saat
ini serta menjaga kerahasiaan pasien.
5)Operan harus berorientasi pada permasalahan pasien
6)Pada saat overran di kamar pasien, menggunakan
volume suara yang cukup sehingga pasien
disebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia
bagi klien. Sesuatu yang dianggap rahasia
sebaiknya tidak dibicarakan secara lansung didekat
klien
7)Sesuatu yang diangggap membuat klien terkejut dan
syok sebaiknya dibicarakan di Nurse Station.
Tahapan dan Bentuk Pelaksanaan Operan
Operan memiliki 3 tahapan yaitu :

1) Persiapan yang dilakukan oleh perawat/bidan yang


akan melimpahkan tanggung jawab. Meliputi factor
informasi yang akan disampaikan oleh perawat jaga
sebelumnya.
2) Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang
akan pulang dan dating melakukan pertukaran
informasi. Waktu terjadinya operan itu sendiri yang
berupa pertukaran informasi yang mungkin adanya
komunikasi dua arah antar perawat/bidan yang shift
sebelumnya kepada perawat/bidan shift yang datang.
3) Pengecekan ulang informasi oleh perawat/bidan yang
datang tentang tanggung jawab dan tugas yang
dilimpahkan. Merupakan aktivitas dari perawat yang
menerima operan untu melakukan pengecekan data
informasi pada medical record atau pada pasien
lansung.

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam


melakukan pergantian shift atau operan jaga,
diantaranya (Nursalam. 2002):

a)Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap


b)Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu
mempersiapkan hal-hal apa yang disampaikan.
c)Perawat yang bertanggung jawab menyampaikan kepada
penanggung jawab shift yang selanjutnya meliputi :
Kondisi atau keadaan klien secara umum
Tidak lanjut untuk dinas yang menerima operan
Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan
d) Penyampain operan di atas (point c) harus
dilakukan secara jelas dan tidak terburu-buru
e) Perawat penanggung jawab dan anggotanya dari kedua
shift bersama-sama secara lansung melihat keadaan
klien.

4. Efek Shift Kerja atau Operan

Shift kerja atau operan memiliki efek-efek yang


sangat mempengaruhi diri seorang perawat/bidan sebagai
pemberi pelayanan kepada pasien. Efek-efek dari shift
kerja atau operan :

a) Efek fisiologis
Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak
seefektif tidur malam, banyak gangguan dan biasanya
diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang
tidur selama kerja malam. Menurunnya kapasitas fisik
kerja akibat timbulnya perasaan mengantuk dan lelah.
Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan.
b) Efek psikologis
Efek ini berpengaruh adanya gangguan kehidupan
keluarga, efek fisiologis hilangnya waktu luang,
kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman,
dan mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarat.
Saksonno (1991) mengemukakan pekerjaan malam
berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang
biasanya dilakukan pada siang atau sore hari.
Sementara pada saat itu bagi pekerja malam
dipergunakan untuk istirahat atau tidur, sehinggga
tidak dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan
tersebut, akibat tersisih dari lingkungan
masyarakat.
c) Efek kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang
diakibatkan oleh efek fisiologis dan efek
psikologis. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan
kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap
perilau kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas
kendali pemantauan.
d) Efek terhadap kesehatan
Shift kerja menyebabkan gangguan
gastrointestinal, masalah ini cendrung terjadi pada
usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi
masalah terhadap keseimbangan kadar gula dalam darah
bagi penderita diabetes.
e) Efek terhadap keselamatan kerja
Survey pengaruh shift kerja terhadap kesehatan
dan keselamatan krja yang dilakukan Smith et. Al
(dalam Adiwardana, 1989), melaporkan bahwa frekuensi
kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi
shift kerja (malam) dengan rata-rata jumlah
kcelakaan 0,69% per tenaga kerja. Tetapi tidak semua
penilaian menyebutkan bahwa kenaikan tingkat
kecelakaan industri terjadi pada shift malam.
Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan cendrung
banyak terjadi selama shift pagi dan lebih banyak
terjadi pada shift malam.

5. Tahapan dan Bentuk Pelaksanaan Operan

Operan memiliki 3 tahapan yaitu:

a)Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan


melimpahkan tanggungjawab. Meliputi faktor
informasi yang akan disampaikan oleh perawat jaga
sebelumnya.
b)Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang
akan pulang dan datang melakukan pertukaran
informasi. Waktu terjadinya operan itu sendiri
yang berupa pertukaran informasi yang memungkin
adanya komunikasi dua arah antara perawat yang
shift sebelumnya kepada perawat shift yang datang.
c)Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang
datang tentang tanggung jawab dan tugas yang
dilimpahkan. Merupakan aktivitas dari perawat yang
menerima operan untuk melakukan pengecekan data
informasi pada medical record atau pada pasien
langsung.
Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam
melakukan pergantian shift atau operan jaga,
diantaranya (Nursalam, 2002):

a) Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap


b) Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu
mempersiapkan hal-hal apa yang disampaikan
c) Perawat yang bertanggung jawab menyampaikan kepada
penanggung jawab shift yang selanjutnya meliputi :
 Kondisi atau keadaan klien secara umum
 Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
 Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan
d) Penyampaian operan di atas (point c) harus
dilakukan secara jelas dan tidak terburu-buru
e) Perawat penanggung jawab dan anggotanya dari kedua
shift bersama-sama secara langsung melihat keadaan
klien.
6. Pembagian jam kerja (shift)
a. Kajian Pustaka
Berdasarkan paragraf 4 Undang-Undang Kesehatan
(UUK) NO/13/Tahun/2003 tentang ketenaga kerjaan
Undang-Undang Kesehatan kususnya pasal 77 ayat 1
Undang-Undang Kesehatan mewajibkan setiap
pengusaha untuk melaksanakan ketentuan waktu
kerja. Ketentua waktu kerja ini telah diatur
oleh pemerintah, yaitu:
 Waktu kerja 7 jam dalam 1 hari dan 40 jam
dalam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1
minggu.
 Waktu kerja 8 jam dalam 1 hari dan 40 jam
dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1
minggu.

Penghitngan jam kerja di ruang Nifas:

Jam/ 6 hari kerja = 6,67 jam = 7 jam/hari jadi,


jumlah jam kerja di Ruang Nifas RSUD Awet Mudah
Narmada yaitu 7 jam/hari

1) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala
Ruangan Nifas Pada tanggal 20 juli 2020 dengan
jam kerja untuk kepala rungan 6 hari kerja,
bidan 6 hari kerja dalam 1 minggu
2) Observasi
Berdasarkan hasil observasi di Ruang nifas
jumlah jam kerja tenaga perawat dan bidan dalam
1 hari yaitu:
- Pagi 7 jam kerja, dengan jumlah
perawat/bidan sebanyak 3 orang yang terdiri dari
1 Kepala Ruangan, 1 Katim, dan 1 bidan
pelaksana.
- Siang 7 jam kerja, dengan jumlah 2 orang
yang terdiri dari 1 Kepala shift dan 1
Pelaksana/bidan.
- Malam 13 jam kerja, dengan jumlah 2 orang
yang terdiri dari 1 Kepala shift, dan 1 perawat
pelaksana/bidan.
- Libur 2 hari, dengan jumlah 2 orang yang
terdiri dari 1 Kepala shift dan 1 perawat
pelaksana/bidan.
3) Masalah
Berdasarkan dari hsil observasi dan wawancara
di ruang nifas di dapatkan bahwa jumlah jam
kerja untuk pagi dan siang sudah sesuai yaitu 7
jam, namun untuk jumlah jam kerja malam tidak
seimbang dengan pagi dan siang yaitu 13 jam.
7. Discharge Planning
a.Kajian teori
Discharge Planning (Perencanaan Pulang)
merupakan komponen sistem perawatan berkelanjutan,
pelayanan yang diperlukan klien secara
berkelanjutan dan bantuan untuk perawatan berlanjut
pada klien dan membantu keluarga menemukan jalan
pemecahan masalah dengan baik, pada saat tepat dan
sumber yang tepat dengan harga yang terjangkau
(Doenges & Moorhouse)
Tujuan utama adalah membantu klien dan keluarga
untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
Discharge planning yang efektif juga menjamin
perawatan yang berkelanjutan di saat keadaan yang
penuh dengan stress. Rencana pulang yang dimulai
pada saat pasien masuk rumah sakit dan secara
periodik diperbaiki mencapai tahap akhir dan segera
dilaksanakan, Periksa apakah pasien/orang terdekat
telah mendapat instruksi tertulis atau instruksi
verbal tentang penanganan, obat-obatan dan
aktivitas yang boleh dilakukan di rumah.

Manfaat dilakukan discharge planning :

a) Menurunkan jumlah kekambuhan, penurunan kembali di


rumah sakit, dan kunjungan ke ruangan kedaruratan
yang tidak perlu kecuali untuk beberapa diagnosa.
b) Membantu klien untuk memahami kebutuhan setelah
perawatan dan biaya pengobatan.
c) Bahan pendokumentasian kebidanan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan yakni meskipun
pasien telah dipulangkan, penting bagi pasien dan
keluarga mengetahui apa yang telah dilaksanakan dan
bagaimana mereka dapat meneruskan untuk meningkatkan
status kesehatan pasien. (Doenges & Moorhouse: 126).

Persiapan Discharge Planning: Mengidentifikasi


kebutuhan pemulangan pasien, kebutuhan ini dikaitkan
dengan masalah yang mungkin timbul pada saat pasien
pulang, antara lain: pengetahuan pasien/keluarga
tentang penyakit; kebutuhan psikologis; bantuan yang
diperlukan pasien, pemenuhan kebutuhan aktivitas
hidup sehari-hari seperti makan, minum, eliminasi,
dan lain-lain; sumber dan sistem yang ada di
masyarakat; sumber finansial; fasilitas saat di
rumah; kebutuhan perawatan dan supervisi di rumah.
Pelaksanaan: dilakukan secara kolaboratif serta
disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang
ada.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh


Nursalam,2013 terkait cara melakukan discharge
pleaning yaitu menggunakan form discharge pleaning
seperti:
Format Discharge Planning
PASIEN PULANG
DISCHARGE PLANNING
No. Reg. :
Tanggal MRS :
Bagian :
Dipulangkan dari RS Y dengan keadaan
 Sembuh  Pulang paksa
 Meneruskan dengan obat jalan
 Lari
 Pindah ke RS lain
 Meninggal
A. Kontrol:
a. Waktu:
b. Tempat:
Nama :
Jenis Kelamin :
Tanggal KRS :
Bagian :
B. Lanjutan keperawatan di rumah (luka operasi, pengobatan, dan lain-lain)
C. Aturan diet/nutirisi:
D. Obat-Obat yang masih diminum dan jumlahnya:
E. Aktivitas dan istirahat:
Hal yang dibawa pulang (hasil laboratorium, foto, EKG, obat, lainnya):
Lain-lain:
Mataram, …………………….
Pasien/Keluarga Perawat/bidan

( ) ( )
ALUR DISCHARGE PLANNING DIRUANG NIFAS

 Menyambut kedatangan pasien


 Orientasi ruangan , jenis pasien,peraturan
dan dena ruangan
Pasien MRS  Memperkenalkan pasien pada teman sekamar,
perawat, dokter dan tenaga kesehatan yang
lain
 Melakukan pengkajian keperawatan

 Pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang yang  Perawat/bidan


Pasien selama
dirawat
lain  Docter
 Melakukan asuhan keperawatan  Tim kesehatan
 Penyuluhan kesehatan: penyakit, perawatan, lain
pengobatan, diet, aktivitas, control

Pasien Perencanaan pulang


KRS

Program HE:
Penyeyelesaian
administrasi  Pengobatan/ control Lain-lain
 Kebutuhan nutrisi
 Aktivitasdan istirahat
 Perawatan di rumah

Monitoring oleh petugas kesehatan &


keluarga
1) Wawancara
Hasil dari Wawancara oleh zuhrah vitri yati
Mahasiswa Profesi Ners Stikes Mataram Discharge
planning telah dilaksanakan namun perlu ditingkatkan.
Pelaksanaan Discharge planning di ruang peristi masih
dilakukan secara lisan, belum menggunakan flipshart,
media gambar / lembar balik maupun leaflet yang dapat
dibawa pulang oleh pasien atau keluarga pasien
sebagai media untuk perawatan pasien secara mandiri
di rumah (perawatan lanjutan).
2) Observasi/Analisa data
Pelaksanaan discharge planning sudah terlaksana
namun metode yang digunakan masih belum optimal yaitu
masih berupa lisan tanpa adanya media sebagai alat
bantu. Media penyampaian informasi berkaitan dengan
perawatan seperti lembar balik/ gambar dan leaflet
untuk membantu pemahaman pasien terhadap penyampaian
informasi yang telah diberikan bidan maupun perawat
terhadap perawatan yang harus dilakukan saat pasien
sudah berada di rumah.

3) Masalah
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi
didapatkan kesenjangan antara teori dan
pengaplikasian diruangan yaitu Pelaksanaan
discharge planning sudah terlaksana namun metode yang
digunakan masih belum optimal yaitu masih berupa
lisan tanpa adanya media sebagai alat bantu.

8. Ronde Keperawatan

1) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh
Sri Murniati Burhan dengan kepala ruangan nifas,
bahwa ronde keperawatan belum pernah dilakukan,
dikarenakan belum ada kasus yang perlu diadakan ronde
keperawatan.
a. Kajian Teori.
Ronde keperawatan merupakan suatu kegiatan dalam
mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan
disamping klien, membahas dan melaksanakan asuhan
keperawatan pada kasus tertentu yang dilakukan oleh
perawat primer, kepala ruangan, perawat associate
serta melibatkan seluruh anggota tim.
1) Kriteria klien yang dilakukan ronde:
(a) Klien dengan masalah keperawatan yang belum
teratasi meskipun sudah dilakukan tindakan
keperawatan
(b) Klien dengan kasus baru atau langka
2)Karakteristik:
(a) Klien dilibatkan secara langsung.
(b) Klien merupakan fokus kegiatan.
(c) PA, PP dan konselor melakukan diskusi bersama.
(d) Konselor memfasilitasi kreatifitas.
(e) Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA, PP
untuk meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.
3)Prosedur Pelaksanaan Ronde Keperawatan
(a) Persiapan
(1) Penetapan kasus minimal 1 hari sebelumnya
waktu pelaksanaan ronde.
(2) Pemberian informed consent kepada
klien/keluarga.
(b) Pelaksanaan ronde:
(1) Penjelasan tentang klien oleh perawat primer
dalam hal ini penjelasan difokuskan pada
masalah keperawatan dan rencana tindakan yang
akan atau telah dilaksanakan dan memilih
prioritas yang perlu didiskusikan.
(2) Diskusi antar anggota tim tentang kasus
tersebut.
(3) Pemberian justifikasi oleh PP atau konselor /
kepala ruangan tentang masalah klien serta
rencana tindakan yang akan dilakukan.
(4) Tindakan keperawatan pada masalah prioritas
yang telah dan akan yang akan ditetapkan.
(c)Pasca ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada
klien tersebut serta menetapkan tindakan yang
perlu dilakukan.
Alur Ronde Keperawatan

TAHAP PRA PP
RONDE

Penetapan Pasien

Persiapan Pasien:
Inform Concernt
Hasi Pengkajian/ Validasi
data

Apa diagnosis keperawatan?


TAHAP PELAKSANAAN DI NURSE STATION
Penyajian
Masalah Apa data yang mendukung?
Bagaimana intervensi yang sudah
dilakukan?
Apa hambatan yang ditemukan?

validasi data
TAHAP RONDE PADA BED KLIEN

Diskusi PP-PP,
Konselor,KARU

TAHAP PASCA RONDE Lanjutan-


diskusi di
Nurse Station

Kesimpulan dan
rekomendasi
solusi masalah

Gambar 2.5 Alur Ronde Keperawatan (Nursalam, 2011)


9. Program Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat adalah pengelolahan obat dimana
seluruh obat yang akan diberikan kepada pasien
diserahkan pengelolahan sepenuhnya oleh
perawat/bidan (Nursalam,2002).
Tujuan penggelolaan obat adalah menggunakan obat
secara bijaksana dan menghindari pemborosan, sehingga
kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat
terpenuhi.Hal-hal berikut ini adalah beberapa alasan
yang paling sering mengapa obat perlu
disentralisasikan:

a) Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien


b) Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat
standar yang lebih murah dengan mutu yang terjamin
memiliki efektifitas dan keamanan yang sama.
c) Meresepkan obat sebelum diagnosis pasti dibuat “hanya
untuk mencoba”
d) Menggunakan dosis yang lebih besar dari pada yang
diperlukan
e) Memberikan obat kepada pasien yang tidak
mempercayainya, dan yang akan membuang atau lupa untuk
minum
f) Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga
banyak yang tersisa sesudah batas kadaluarsa
g) Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat
menjadi tidak efektif
h) Meletakkan obat ditempat yang lembab, terkena cahaya
atau panas
i) Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan) terlalu
banyak pada suatu waktu sehingga dipakai berlebihan
atau dicuri
(Mc. Mahon, 1990).
Tekhnik Pengelolaan Obat (sentralisasi)
Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh
perawat/bidan di ruangan nifas.

a)Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan


yang secara operasional dapat didelegasikan kepada staf
yang ditunjuk
b)Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta menggontrol
penggunaan obat
c)Penerimaan obat
d)Obat yang telah diresepkan ditunjukkan kepada
perawat/bidan dan obat yang telah diambil oleh keluarga
diserahkan kepada perawat/bidan dengan menerima lembar
obat.
e)Perawat/bidan menuliskan nama pasien, register jenis
obat, jumlah dan sediaan (bila perlu) dalam kartu
kontrol, dan diketahui (ditanda tangani) oleh keluarga
atau pasien dalam buku masuk obat. Keluar pasien
selanjutnya mendapatkan penjelasan kapan atau bila obat
tersebut akan habis, serta penjelasan tentang 5 T
(Jenis, dosis, waktu ,pasien dan cara pemberian).
f)Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan
obat yang harus diminum beserta kartu sediaan obat
g)Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh
perawat/bidan dalam kotak obat.
Alur pelaksanaan sentralisasi obat

Dokter

Kordinasi dengan
Farmasi/apotik perawat/bidan

Keluarga pasien

- Surat perstujuan
setralisasi obat dari
PP/Perawat yang perawat
menerima/bidan - Lembar serah terima
obat
- Buku serah
terima/masuk obat

Pengaturan & pengelolaan


obat oleh perawat

Obat Minum/Oral Obat Injeksi

Pasien/keluarga Perawat/bidan

Pembagian Obat

a) Obat telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku


daftar pemberian obat sesuai R.4.9
b) Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh
perawat/bidan dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam
buku daftar pemberian obat dengan terlebih dahulu dicocokan
dengan terapi yang diinstruksikan dokter dan kartu obat yang
ada pada pasien
c) Pada saat pemberian obat, perawat/bidan menjelaskan macam
obat, kegunaan obat, jumlah obat dan efek samping. Usahakan
tempat atau wadah obat kembali ke perawat/bidan setelah obat
dikonsumsi. Pantau efek samping pada pasien.
d) Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh
kepala ruang atau petugas yang ditunjuk kepada dokter
penanggung jawab pasien.
Penambahan Obat Baru

a) Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis


atau perubahan alur pemberian obat, maka informasi ini akan
dimasukkan dalam R.4.9 catatan pemberian obat dan sekaligus
dilakukan perubahan dalam kartu sediaan obat.
b) Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja)
Menyimpan Persedan Obat

a. Memeriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis obat, jumlah


obat dan menulis etiket dan nama, tempat tanggal lahir, RM.
Penyimpanan stok (pesediaan) yang teratur dengan baik
merupakan bagian penting dari manejemen obat. Obat yang
diterima dicatat dalam buku besar persediaan atau dalam
kartu persediaan.
b. Sistem kartu persediaan.
Sebuah kartu pesediaan (kartu stok) kadang-kadang digunakan
untuk menggantikan buku besar persediaan.Kartu ini berfungsi
seperti seperti buku besar persediaan, yakni neraca
dikeseirnbangkan dengan menambahkan barang yang diterima dan
mengurangi dengan jumlah barang ditempatkan pada, halaman
yang terpisah, tetapi dalam sistem kartu persediaan, msing-
msing barang dituliskan dalam kartu yang terpisah.
C. Lemari obat
Periksa keamanan mekanisme kunci dan penerangan lemari obat
serta lemari pendingin. Periksa persediaan obat, pemisahan
antara, obat untuk penggunaan oral (untuk diminum) dan obat
luar (pedoman,1990). Manajemen rumah sakit perlu dilengkapi
dengan manajemen farmasi yang sistematis karena obat sebagai
salah satu bahan yang dapat menyembuhkan penyakit tidak
dapat diadakan tanpa sistematika perencanaan tertentu.Obat
harus ada, dalam persediaan setiap rumah sakit sebagi bahan
utama dalam rangka mencapai misi utamanya sebagai health
provider. Menejemen farmasi rumah sakit adalah seluruh upaya
dan kegiatan yang dilaksanakan di bidang farmasi sebagi
salah satu penunjang untuk tercapainya tujuan. Upaya dan
kegiatan ini meliputi: penetapan standart obat, perencanaan,
pengadaan obat, penyimpanan, pendistribusian/saran/informasi
tentang obat, monitoring efek camping obat. Faktor kunci
yang perlu diperhatikan dalam pelayanan kepada pasien
meliputi: pelayanan yang cepat, ramah yang baik (yoga,
2003). Obat akan memberi manfaat kepada para pengguna dan
juga bermanfaat dalam pengendalian biaya runah sakit.
Persediaan obat, baik dari segi jenis maupun volume, harus
selalu mencukupi kebutuhan tanpa ada efek samping seperti
kadaluarsa dan rusak, tujuan obat adalah penggunaan obat
yang tepat untuk pasien yang memerlukan penggobatan. Obat-
obatan dikeluarkan dari tempat penyimpanan yang terkunci
atau dari lemari penyimpanan, oleh orang bertugas menangani
persediaan obat kepada bagian yang menggunakan. Obat
digunakan secara teratur dan dalam jumlah yang diketahui:
hal ini memungkinkan pemantauan (observasi) dan pengawasan
penggunaan obat. Kegiatan yang dilakukan dalam mengawasi
pengeluaran obat akan memungkinkan perawat mengetahui kapan
melakukan pemesanan ulang, mencocokan pemakaian obat dengan
pengobatan pasien, segera sadar akan ketidakcocokan dalam
pemberian obat, memeriksa perubahan pemakaian obat.

1) Wawancara
Berdasarkan wawancara alur sentralisasi obat yang
terdapat di Ruang NIFAS RSUD Awet Mudah Narmada berawal dari
dokter, kemudian diberikan kepada perawat/bidan, lalu
diberikan kepada farmasi/apoteker, kemudian obat diserahkan
kepada perawat/bidan, selanjutnya Perawat menyimpan dilemari
obat (loker) dan diberikan kepada pasien pada sat waktunya
pemberian obat.
2) Observasi
Berdasarkan Observasi dilakukan oleh Sri Murniati
Burhan mahasiswa stikes mataram bahwwa Alur sentralisasi
Obat sudah sesuai dengan tahapan yang ada di teori, dimana
keluarga pasien sendiri yang mengambil obat ke apoteker,
sehingga apoteker dapat memberikan penjelasan terkait obat
kepada keluarga pasien secara langsung.

10. Supervisi
Secara teori, supervisi keperawatan adalah salah satu
fungsi pokok manager berupa proses pemberian sumber-
sumber yang dibutuhkan perawat/bidan dalam
menyelesaikan tugas-tugasnya untuk pencapaian tujuan,
meliputi: 1) Langkah-langkah supervisi, 2) Prinsip
supervisi, 3) Peran dan fungsi supervisi, 4) Tugas
supervisi, dan 5) Teknik supervisi.
1) Langkah-langkah Supervisi:
- Pra supervisi
(a) Supervisor menetapkan kegiatan yang akan
disupervisi.
(b) Supervisor menetapkan tujuan supervisi, instrumen.
- Supervisi
(a) Supervisor ikut dalam pendokumentasian kegiatan
pelayanan bersama-sama PP dan PA.
(b) Supervisor meneliti dokumentasi status pasien.
(c) Supervisor mendapatkan hal-hal yang perlu dilakukan
pembinaan.
(d) Supervisor memanggil PP dan PA yang perlu dilakukan
pembinaan.
(e) Supervisor mengklasifikasi permasalahan yang ada.
(f) Supervisor memberikan masukan kepada PP dan PA.
- Evaluasi
(a) Supervisor mengevaluasi hasil bimbingan.
(b) Supervisor memberikan reward atau umpan balik
kepada PP dan PA.
2) Prinsip Supervisi
(a) Supervisi dilakukan sesuai struktur organisasi
(b) Supervisi memerlukan pengetahuan dan ketrampilan dasar
manajemen, kemampuan menerapkan prinsip manajemen dan
kepemimpinan
(c) Fungsi Supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisir
dan sesuai standart
(d) Supervisi merupakan proses kerjasama yang demokrasi
antara supervisor dan perawat pelaksana
(e) Supervisi menerapkan visi, misi, falsafah, tujuan dan
rencana yang spesifik
(f) Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif,
komunikasi efektif, kreativitas dan motivasi
(g) Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil guna dan
berdaya guna dalam pelayanan keperawatan yang memberi
kepuasan klien, perawat/bidan dan manajer.
3) Fungsi dan peran supervisor
Fungsi dan peran supervisor khususnya dalam supervisi
keperawatan mempertahankan keseimbangan manajemen pelayanan
keperawatan, manajemen sumber daya, dan manajemen anggaran
yang tersedia.
Manajemen pelayanan keperawatan meliputi: mendukung
pelayanan keperawatan, rencana program keperawatan,
implementasi dan evaluasi keperawatan.
4) Tugas Supervisor.
(a) Mempertahankan standart praktek keperawatan.
(b) Menilai kualitas asuhan keperawatan yang diberikan.
(c) Mengembangkan peraturan dan prosedur pelayanan
keperawatan, bekerja sama dengan tenaga kesehatan
lainnya.
(d) Memantapkan kemampuan perawat.
(e) Memastikan asuhan keperawatan profesional
dilaksanakan.
5) Teknik Supervisi
(a) Secara Langsung
Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan
yang sedang berjalan. Supervisor terlibat dalam
kegiatan, memberikan reward dan perbaikan.
- Prosesnya:
(1) Perawat pelaksana melakukan secara mandiri
suatu tindakan keperawatan didampingi
supervisor
(2) Selama proses, supervisor memberi dukungan,
reinforcement dan petunjuk
(3) Supervisor dan perawat pelaksana melakukan
diskusi setelah kegiatan selesai, yang
bertujuan untuk menguatkan cara yang telah
sesuai dan memperbaiki kekurangan dan
reinforcement positif dari supervisor.
(b) Secara Tidak Langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan tertulis
maupun maupun lisan. Supervisor tidak terlibat atau
melihat langsung apa yang terjadi di lapangan,
sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan
balik dapat diberikan secara tertulis
6) Alur Supervisi

Kabid Perawatan

Kasi
Perawatan

KabidPerawat
an
Menetapkan kegiatan dan tujuan
Karu
serta instrument / alat ukur
supervi

Menilai kinerja Perawat


PP 1 PP 2
Delegasi
Feedback PA PA
Koreksi atau pemecahan
masalah
Reward/Reinforcement Kualitas Pelayanan Meningkat

Gambar 2.4 Alur Supervisi


Keterangan : Kegiatan supervisi

Delegasi dan Supervisi

1) Wawancara

Berdasarkan Hasil wawancara dilakukan oleh Sri Murniati


Burhan mahasiswa stikes mataram kepada kepala ruangan Nifas
bahwa Supervisi ruangan dilakukan hanya bersifat tidak
langsung susuai dengan keadaan ruangan

2) Observasi
Berdasarkan Hasil Observasi yang dilakukan oleh Sri
Murniati Burhan Mahasiswa Stikes Mataram bahwa supevisi ruang
sudah dilakukan dengan cara bersifat tidak langsung.

d. M4 (Money)
Sesuai dengan ketentuan umum PP No. 6 Tahun 2000
perjan adalah badan usaha milik negara (BUMN)
sebagaimana diatur dalam UU no 9 tahun 1969 dimana
seluruh modalnya oleh pemerintah dan merupakan kekayaan
negara yang tidak dipisahkan serta tidak terbagi atas
saham-saham, jadi rumah sakit perjan tetap merupakan
aset dari Depkes. Pengelolaan RS perjan dilakukan oleh
direksi serta dibentuk dewan pengawas untuk melakukan
pengawasan (Djoyo Sugito, 2002).
Salah satu fungsi rumah sakit adalah memberikan
pelayanan kesehatan, baik medis maupun non medis, dalam
kaitan tersebut agar pelayanan Rumah Sakit dapat
berjalan seoptimal mungkin dan dapat dirasakan oleh
masyarakat maka untuk itu Rumah Sakit perlu
mempersiapkan peralatan atau bahan medis, non medis atau
jasa pemborongan. Sumber dana Rumah Sakit yaitu:
1. Daftar isian proyek pemerintah pusat
dari anggaran pendapatan Belanja Negara (APBN)
2. Daftar isian kegiatan dari anggaran
pendapatan belanja negara
3. Pendapatan fungsional dari pendapatan
pelayanan rumah sakit

1) Wawancara
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh Julyati
Mahasiswa Profesi Ners Stikes Mataram dengan kepala
ruangan Nifas RSUD AWET MUDA NARMADA sumber dana
operasional berasal dari, APBN dan APBD selain itu
dari BPJS dan Umum. Untuk pembiayaan masalah kerusakan
barang dari pihak ruangan langsung mengamprah tetapi
untuk kerusakan yang diakibatkan karena kesalahan dari
perawat atau pasien diganti oleh ruangan itu sendiri.
Adapun beberapa biaya tindakan di ruang Nifas
adalah:
Tabel 2.11 Biaya tindakan diruang Nifas Adalah :
No. JENIS PELAYANAN BIAYA (Rp.)
1 JASA KAMAR PERHARI 60.000
2 ASKEB 30.000
3 KONSUL DR.SPA 25.000
4 VISITE DR.SPA 25.000
5 IMUNISASI BAYI 23.500
6 OBAT / RONTGEN 75.000
7 USG 95.000
8 CTG 55.000
9 EKG 58.000
10 INJEKSI PERSALINAN 520.000
11 PERSALINAN NORMAL 520.000
12 PERSALINAN DENGAN PENYAKIT 950.000
13 PASANG/BUKA INFUS 44.000
14 PASANG DC 58.000
15 02 32.500
16 JASA TRANFUSI 58.000
17 JUMLAH DARAH (KOLF) 350.000
18 JHP RAWAT BAYI GABUNG 30.000
19 ASKEB BAYI RAWAT GABUNG 30.000
20 KONSUL DR UMUM 10.000
Sumber : Admin RSUD AWET MUDA NARMADA
Ruangan memiliki sumber dana kebersamaan yang
disetorkan oleh masing-masing pegawai kepada bendahara
yang diperuntukkan apabila ada salah seorang dari
teman atau keluarga rekan kerjanya yang sakit atau
menikah dan acara lainnya untuk disumbangkan, namun
terkadang iuran ini tidak lancar tiap bulannya
dikarekan ada beberapa pegawai yang tidak rutin
menyetornya sehingga mengharuskan menomboknya dibulan
berikutnya.
2) Kajian Data
Berdasarkan Kajian Data yang dilakukan oleh
Julyati Mahasiswa Profesi Ners Stikes Mataram yang
diperoleh dari ruang Nifas RSUD Awet Muda Narmada
didapatkan data bahwa status pasien berdasarkan sumber
dana operasional di ruang Nifas adalah:
Tabel 2.12. Distribusi Status Pasien Berdasarkan Sumber Dana
Operasional Di Ruang Nifas periode April – Juni 2020
No Status Jumlah %
1 BPJS 258 81%
2 Umum 41 13%
4 Dinsos 20 6%
Total 319 100%
Sumber: Register ruang NIFAS RSUD AWET MUDA NARMADA

Adapun anggaran untuk /pembayaran gaji pegawai


dengan status kepegawaian PNS diatur oleh pihak
pemerintah, sedangkan untuk pegawai non PNS di atur
oleh pihak rumah sakit sendiri yang langsung di kelola
oleh pihak keuangan Rumah Sakit Umum Daerah Awet Muda
Narmada.

e. M5 (Marketing)
1) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara oleh Muji Kurniawan
Mahasiswa Profesi STIKES Mataram dengan kepala ruangan
Nifas Rumah Sakit Awet Muda Mataram, Diruangan tidak
melakukan marketing secara khusus, ketika perawat
melakukan dischage planning/transfer pasien belum atau
tidak disertai dengan pemberian brosur atau leaflet.
2) Observasi
Sudah di maksimalkannya alat-alat promosi kesehatan
seperti banner, di ruang Nifas terdapat beberapa
benner tentang cara-cara memakai masker yang benar dan
jaga diri dan keluarga dari covid-19 dengan cara
(GERMAS),terdapat poster 6 keselamatan pasien,
poster/benner cuci tangan 6 langkah tidak disediakan,
handrub disediakan didepan ruangan pasien, leaflet 10
penyakit terbanyak belum dilengkapi.
3) Kajian Pustaka
Pemasaran adalah salah satu kegiaan dalam
perekonomian yang membantu dalam menciptakan nilai
ekonomi.Nilai ekonomi itu sendiri menentukan harga
barang dan jasa.Factor penting dalam menciptakan nilai
terebut adalah produksi, pemasaran dan
konsumsi.Pemasaran menjadi penghubung antara kegiatan
produksi dan komsumsi. Menurut Kotler (1997),
pemasaran adalah suatu proses social dan manajerial
yag didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa
yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai
kepada pihak lain. Sedangkan rumah sakit sebagai salah
satu penyedia layanan kesehatan merupakan institusi
yang penting untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
Jumlah rumah sakit yang semakin meningkat membuat
setiap rumah sakit saling bersaing untuk mendapatkan
pelanggan. Oleh karena itu, pemasaran rumah sakit yang
baik akan dapat membantu rumah sakit untuk terus
bertahan dalam persaigan dan berkembang menjadi lebih
baik. Keluarnya peremenkes No.80/Menkes/Per/III/90
yang menyatakan bahwa badan hokum termasuk perorangan
diperkenankan memiliki dan mengelola rumah sakit
dengan sifat profit oriented, membuat rumah sakit
sadar untuk menerapkan menajemen pemasaran untuk bias
mempertahankan eksistensinya. Sehingga tidak
mengherankan jika keadaan ini memaksa pihak rumah
sakit, baik rumah sakit swasta maupun rumah sakit
pemerintah untuk menerapkan manajemen pemasaran yang
modern, dengan melaksanakan proses pemasaran yang
baik, termasuk promosi yang termasuk kedalam bauran
pemasaan. Artinya, rumah sakit akan melakukan berbagai
upaya promosi dalam rangka menarik minat consoling
sebanyak-banyaknya.
Managemen pemasaran adalah proses perencanaan dan
pemekiran, pnetapan harga, promosi, serta penyaluran
gagasan, harga, serta penyaluran gagasan, barang, dan
jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuasakan
tujuan-tujuan individu dan orgnisasi (cotlete,1997).
Promosi dapat di lkukan berbagai cara,salah satunya
adalah iklan. Namaun bolehkan rumah sakit beriklan?
Selama ini pengelola rumah sakit,baik Pemeritah maupun
swasta berpedoman dan meyakini bahwa rumah sakit tidak
boleh beriklan.Banyak alasan yang di kemukakan antara
lain tidak etis jika rumah sakit mengharapkan
kesakitan dari pasien untuk kemudian pasien tersebut
dating kerumah sakit yang mereka kelola. Namun ketika
rumah sakit memutuskan untuk beriklan,rumah sakit
harus benar-benar siap. Jika tidak, mereka akan
berhadapan dengan undang-undang perlindungan konsumen.

4) Masalah

Promosi kesehatan di ruangan Nifas belum dilakukan

secara optimal.

Anda mungkin juga menyukai