Pagi : 47 %
Sore : 36 %
Malam : 17 %
3. Masalah
Jumlah pasien mengalami perubahan setiap bulan,
tidak terdapat masalah untuk jumlah pasien.
b) Persalinan
Persalinan adalah proses dimana janin, plasenta, dan
selaput ketuban keluar dari uterus ibu (Depkes, 2008).
1. Wawancara
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan bahwa
pasien yang paling banyak dirawat diruang NIFAS.
selama tiga bulan terakhir yang terbanyak adalah
dengan persalinan normal, post operasi Caesar, post
kuretage.
2. Observasi
Jumlah persalinan terbanyak selama periode April
sampai Juni 2020 yaitu:
Tabel 2.2 Distribusi Jenis Persalinan Terbanyak di
Ruang NIFAS RUMAH SAKIT AWET MUDA Periode April sampai
Juni 2020
No Jenis Persalinan Jumlah Klien Presentasi
(%)
1. PPN 88 27%
2. SC 159 49%
3. Masalah Lain 77 24%
Total 319 100%
Sumber: Register ruang NIFAS RUMAH SAKIT AWET MUDA
LOBAR.
3. Masalah
Jenis persalinan terbanyak untuk 3 bulan terakhir
adalah SC sebanyak 159 klien (49%), tidak ada
masalah dalam perawatan pasien terhadap persalinan
yang ada.
c) Distribusi tenaga bidan, Medis dan non Medis.
1. Wawancara
Berdasarkan Hasil Wawancara Oleh Ni Kadek Dewi Ayu
Pratiwi Mahasiswa Profesi Ners Stikes Mataram yang
dilakukan dengan Kepala Ruang Nifas, Ruang NIFAS
memiliki Dokter Umum 2 Orang, Ahli Gizi 4, dan
Cleaning Service 3 orang.
2. Observasi
Dari Hasil Observasi dilakukan Oleh Ni Kadek Dewi
Ayu Pratiwi Mahasiswa Profesi Ners Stikes Mataram
dengan kepala ruangan, ruang NIFAS RUMAH SAKIT AWET
MUDA Jumlah tenaga medis dan non medis di Ruang
NIFAS.
Tabel 2.3 Ditribusi Tenaga medis dan non medis di Ruang
NIFAS RUMAH SAKIT AWET MUDA
Persentase
No Kualifikasi Jumlah/Orang
(%)
1. Ahli gizi 4 21%
2. Dokter umum 2 11%
4. Cleaning service 3 16%
5. Bidan 10 52%
Jumlah 19 100%
Sumber: Data primer yang diolah dari dokumentasi
3. Masalah
Berdasarkan data distribusi di Ruang NIFAS memiliki
Dokter Umum 2 Orang, Orang, Ahli Gizi 4, dan
Cleaning Service 3, Diruang NIFAS ada Dokter Umum
yang berjaga tetap diruangan namun ketika ada pasien
yang ditangani Dokter umum akan datang keruangan.
3. Masalah
Dari hasil data diatas terlihat masih ada 6 bidan
yang berpendidikan D3 kebidanan, D4 Kebidanan Ada 3
Orang dan berpendidikan S1 kebidanan ada 1 orang.
e) Jumlah ketenagaan
Penetapan jumlah tenaga kebidanan adalah suatu
proses membuat perencanaan untuk menentukan berapa
banyak dan kriteria tenaga yang seperti apa pada suatu
ruangan pada setiap shifnya. Beberapa ahli
mengembangkan beberapa formula untuk menetapkan jumlah
tenaga tersebut.
Formula tersebut antara lain:
Menurut Douglas (2006)
Penghitungan jumlah tenaga menurut Douglas
dihitung berdasarkan tingkat ketergantungan pasien
untuk setiap shiftnya seperti tabel 6 berikut:
1. Wawancara
Dari hasil wawancara Oleh Ni Kadek Dewi Ayu Pratiwi
Mahasiswa Profesi Ners Stikes Mataram dengan kepala
Ruang Nifas untuk perhitungan jumlah tenaga bidan
yang dibutuhkan dihitung berdasarkan tingkat
ketergantungan pasien.
2. Observasi
Dari hasil observasi dilakukan Oleh Ni Kadek Dewi Ayu
Pratiwi Mahasiswa Profesi Ners Stikes Mataram
didapatkan hasil perhitungan kebutuhan jumlah bidan
sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien pada
Observasi tanggal 21-22 Juli 2020 dengan tingkat
ketergantungan pasien yaitu Minimal, parsial dan
total.
Total 0 0 0 0
Jumlah 9 3 2 1
2. Analisa Data
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa
tenaga kebidanan di Ruang NIFAS RUMAH SAKIT AWET
MUDA yang telah mengikuti pelatihan di dalam RS
sebanyak 10 orang.
3. Masalah
Masih Sedikitnya pelatihan yang diikuti oleh dan
bidan.
2. Analisa Data
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa Asal
ruang rujukan pasien di Ruang NIFAS RUMAH SAKIT AWET
MUDA lebih banyak berasal dari ruang OK sebanyak 119
pasien (58%).
3. Masalah
Dari data di atas dapat dilihat sebagian besar
pasien melakukan operasi Caesar untuk persalinannya
serta adapun yang merupakan anjuran dokter.
h) Mahasiswa Praktek
Praktik klinik dalam keperawatan adalah kesempatan
kepada semua mahasiswa untuk menerjemahkan pengetahuan
teoritis ke dalam tindakan yang sesungguhnya(Emilia,
2008).
1.Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 20 Juli
2020 kepada kepala ruangan nifas didapatkan bahwa
dalam tiga bulan terakhir mahasiswa yang praktek
diruangan belum ada, hanya saat ini yang sedang
praktek di ruang nifas yaitu mahasiswa STIKES
Mataram.
Observasi Tabel 2.8 Distribusi mahasiswa praktek
Bulan April sampai juli di Ruang NIFAS RUMAH SAKIT
AWET MUDA Lobar
NO MAHASISWA PRAKTEK JUMLAH %
1 PROFESI STIKES MATARAM 35 100
TOTAL 35 100
Data primer ruang nifas RSUD Awet Muda
2. Analisa Data
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa
mahasiswa yang praktek dalam kurun empat bulann
terakhir di Ruang NIFAS RUMAH SAKIT AWET MUDA yatu
mahasiswa Profesi STIKES Mataram sebanyak 19 orang
(100%).
3. Masalah
Pada tabel diatas menjelaskan saat ini praktek di
ruang nifas yaitu STIKES Mataram yang dimana
nahasiswa yang turun praktek sudah dilengapi dengan
APD masing-masing Mahasiswa/i.
b. M2 (Material)
1. Wawancara.
Dari hasil wawancara dilakukan Oleh Pitayanti
Mahasiswa Profesi Ners Stikes Mataram, kepala ruangan
mengatakan bahwa sarana dan pra sarana diruangan
sudah sesuai standar fasilitas dan alat-alat
kesehatan dengan pedoman alat di RSUD AWET MUDA
NARMADA LOBAR.
2. Observasi.
Dari hasil wawancara dilakukan Oleh Pitayanti
Mahasiswa Profesi Ners Stikes Mataram, diruangan
NIFAS RSUD AWET MUDA NARMADA LOBAR masih ada sarana
dan prasarana yang yang masih kurang.
3. Kajian Teori
Pelaksanaan proses manajemen pelayanan
keperawatan sangat memerlukan adanya pengelolaan
fasilitas dan peralatan sebagai factor pendukung dan
penunjang terlaksananya pelayanan keperawatan yang
efektif.
Kurangnya Kepatuhan petugas dalam melaksanaan
kebersihan tangan adalah masalah yang dihadapi oleh
rumah sakit di seluruh dunia kurangnya fasilitas
sepeti wastafel dan akses terhadap air bersih, sabun
serta tisu pada titik pelayanan kesehatan merupakan
kendala yang mempengaruhi kepatuhan mencuci tangan,
salah satu caranyan dengan adanya alcohol-based
handrub, mencuci tangan dengan handrub tidak
membutuhkan air bersih, sabun serta tissue dan dapat
digunakan langsung ditempat kerja.(Maunah, 2016)
Serta pada Umumnya Tempat sampah disediakan
minimal satu buah untuk setiap kamar atau ruangan
(Depkes,2004)
Kemudian Standar fasilitas dan alat-alat
kedokteran maupun keperawatan telah ditetapkan oleh
masing-masing institusi dengan memperhatikan jenis
alat, bahan/warna, ukuran, jenis kegiatan, jumlah
yang dibutuhkan, juga didasarkan atas pertimbangan
bahan yang dipakai, disimpan maupun dicuci.Penyediaan
alat-alat menggunakan pedoman buku standar Fasilitas
dan Peralatan Kebidanan Ruang NIFAS RSUD AWET MUDA
NARMADA LOBAR. Standar tersebut meliputi alat medis
dan non medis.
4. Kajian Data
Data berikut ini adalah hasil pengkajian dan
observasi alat-alat :
Tabel 2.9 Distribusi Alat Medis Ruang NIFAS RSUD AWET
MUDA NARMADA LOBAR
Keterangan
No
Nama alat Jumlah Baik Kurang Rusak
baik
1 Stetoskop 2 2
2 Defibrilator 0 0
3 Trolley Emergency 1 1
4 Film Viewer 0 0
5 Tensi air raksa 1 1
6 Tensi digital 1 1
7 Matras dekubitus 1 1
8 Gunting plester 2 2
9 Gunting verband 1 1
10 Bak instrumen 1 1
11 Bengkok 2 2
12 Torniket 1 1
13 Troli 1 1
14 Partus set 1 1
15 Partum set 1 1
16 Ralatan bayi baru 1 1
lahir
17 Nebulizer 0 0
18 Thermometer 2 2
19 Minor surgey set 0 0
20 Hekting set 0 0
21 Lampu periksa 0 0
22 Tabung suction 0 0
23 Tabung oksigen 2 2
24 EKG 0 0
25 Pen light 1 1
26 Pulse oximeter 0 0
Jumlah 22 22
Sumber: Buku inventaris Ruang NIFAS RSUD AWET MUDA
NARMADA LOBAR
b) Metode Fungsional
Metode ini dilakukan pada kelompok besar
klien. Pelayanan keperawatan dibagi menurut tugas
yang berbeda dan dilaksanakan oleh perawat/bidan
yang berbeda dan tergantung pada kompleksitas
dari setiap tugas. Misalnya fungsi menyuntik,
membagi obat, perawatan luka. Metode ini merupakan
manajemen klasik yang menekankan pada efisiensi,
pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang
lebih mudah. Semua prosedur ditentukan untuk
dipakai sebagai standar. Perawat/bidan senior
menyibukkan diri dengan tugas manajerialnya
sedangkan asuhan keperawatan/kebidanan klien
diserahkan kepada perawat junior.
Meskipun sistem ini efisien namun penugasan
secara fungsi tidak memberikan kepuasan kepada
klien terfragmentasi menurut tugas atau perasat
yang dilakukan. Seecara kerja yang diawasi
membosankan perawat/bidan karena berorientasi pada
tugas dan sisitem ini baik dan berguna untuk
situasi dimana Rumah Sakit kekurangan tenaga
perawat, namun disisi lain asuhan ini tidak
profesional dan tidak berdasar pada masalah klien.
Keuntugan dari metode ini adalah:
1)Lebih sedikit membutuhkan perawat/bidan
2)Efisien
3)Tugas mudah dijelaskan dan diberikan
4)Para staff mudah menyesuaikan dengan tugas
5)Tunggu cepat selesai
Kerugian dari metode ini adalah:
1)Tidak efektif
2)Fragmentasi pelayanan
3)Membosankan
4)Komunikasi minimal
5)Tidak holistic
6)Tidak profesional
7)Tidak memberikan kepuasan kepada klien dan
perawat
c)Metode Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari
anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuahan
keperawatan/kebidanan terhadap sekelompok klien.
Ketua tim bertanggung jawab membuat perencanaan dan
evaluasi asuahan keperawatan/kebidanan untuk semua
klien yang ada di bawah tanggung jawab timnya.
Anggota tim melaksanakan asuhan keperawatan kepada
klien sesuai perencanaan yang telah dibuat oleh
ketua tim. Tujuan perawatan ini adalah memberikan
asuhan keperawatan/kebidanan yang lebih baik dengan
menggunakan sejumlah staff yang tersedia.
Keuntungan dari metode ini adalah:
- Berikan kepuasan bagi perawat dan klien
- Kemampuan anggota tim dikenal dan di manfaatkan
secara optimal
- Komperehensip dan holitik
- Produktif,kerjasama,komunikasi,dan moral
Kerugian dari metode ini adalah:
- Tidak efektif bila pengaturan tidak baik
- Membutuhkan banyak kerja sama dan komunikasi
- Membingungkan bila komposisi tim sering di ubah
- Banyak kegiatan keperawatan dilakukan oleh
perawat/bidan non professional
d) Metode primer
Metode ini merupakan suatu metode penugasan kerja
terbaik dalam suatu pelayanan dengan semua staff
keperawatan yang professional. Pada metode ini
setiap perawat primer memberikan tanggung jawab
penuh secara menyeluruh terhadap perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi keperawatan mulai dari
pasien masuk sampe keluar dari rumah sakit,
mendorong peraktek kemandirian perawat/bidan, ada
kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan
pelaksana.
Penangung jawab dilaksanakan oleh perawat primer
(Primary/Nurse/PN). Setiap PN merawat 4-6 klien dan
bertanggung jawab terhadap klien selama 24 jam dari
klien masuk sampe dengan pulang.
Kelebihan dari modal primer ini adalah:
1. Model ini bersipat kontinu dan komprehensif dalam
melakukan proses keperawatan kepada klien
2. Perawat primer mendapat akutabilitas yang tinggi
terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri
3. Pasien merasa di manusiakan karena terpenuhinya
kebutuhan secara individu.
4. Asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan tercpai
pelayanan yang efektif terhadap perawatan,
dukungan, proteksi, informasi dan advokasi.
Kelemahan dari modal ini adalah model ini hanya
dapat dilaksankan oleh perawat yang dimiliki
pengetahuan dan pengalaman yang memadai dengan
kriteria:
1. Asertif
2. Mampu mengatur diri sendiri
3. Kempuan pengambilan keputusan yang tepat
4. Penguasaan klinik
5. Akuntabel dan mampu berkomunikasi dan
berkolaborasi dengan berbagai disiplin
e) Modifikasi : MAKP Tim-Primer
Model MAKP Tim Dan Primer digunakan secara
Kombinasi dari Kedua sistem (Sitorus,2002),
Penetapan sistem MAKP ini Didasarkan pada alasan
berikut.
Keperawatan Primer Tidak digunakan secara Murni,
Karna Perawatan Primer harus memiliki latar belakang
pendidikan S1 Keperawatan atau setara.
Keperawatan Tim tidak digunakan secara murni,
karna Tanggungjawab asuhan keperawatan Pasien
terfrakmentasi pada berbagai tim.
Melalui Kombinasi kedua Model tersebut
diharapkan Komunitas Asuhan Keperawatan Dan
akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada
Primer, Karna Saat ini perawat yang ada di RS
sebagian besar adalah lulusan D3, Bimbingan tentang
asuhan keperawatan Diberikan Oleh Perawat Primer
atau Ketua TIM.
1. Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
oleh Sri Murniati Burhan Mahasiswa Profesi Ners
Stikes Mataram dengan Kepala Ruangan NIFAS RSUD
Awet Mudah Narmada, Di ruangan nifas belum
menerapkan metode MPKP, dikarenakan di ruang
nifas belum terdapat tenaga keperawatan. Maka
MPKP belum dapat dilakukan..
a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara oleh Sri Murniati
Burhan Mahasiswa Profesi Ners Stikes Mataram dengan
Kepala Ruangan Di ruangan NIFAS RSUD Awet Mudah
Narmada didapatkan hasil wawancara seputar SOP bahwa
setiap bidan wajib mengetahuhi SOP yang sudah
ditetapkan RSUD Awet Mudah Narmada, kepala ruangan
juga mengatakan bahwa SOP sebagaian masih dalam
proses Pengerjaan dan saat ini hanya tersedia 6 SOP
b) Observasi
Berdasarkan hasil Observasi oleh Sri Murniati
Burhan Mahasiswa Profesi Ners Stikes Mataram di
ruangan Nifas terkait SOP beberapa Perawat/bidan
Nifas belum optimal Melaksanakan tindakan sesuai SOP
yang di buat.
c)Masalah
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi oleh
Sri Murniati Burhan Mahasiswa Profesi Ners Stikes
Mataram, Bahwa Perawat/bidan sudah melaksanakan
tindakan sesuai SOP namun belum dilakukan secara
optimal, dan juga masi ada SOP yang belum ada di
ruangan.
3. Timbang Terima
1. Wawancara.
Berdasarkan hasil wawancara dan dengan
beberapa perawat/bidan diruang Nifas RSUD Awet Mudah
Narmada prosedur timbang terima selama ini di
lakukan pada setiap pergantian shift dengan model
SOAP. Pada saat observasi selama 3 hari di ruang
Nifas diadakan timbang terima sudah berjalan sesuai
tahapan timbang terima dilakukan seefektif mungkin
dengan secara singkat, jelas dan lengkap tentang
tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang
sudah dilakukan/belum dan perkembangan pasien saat
itu.
2. Analisa data
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang
dilakukan selama 3 hari pengkajian tentang timbang
terima di Ruang Nifas RSUD Awet Mudah Narmada sudah
cukup optimal, karena pada saat timbang terima
perawat/bidan sudah melakukan sesuai prosedur mulai
dari awal sampai akhir, diskusi selama timbang
terima juga berlangsung dengan cukup hidup. Alur
timbang terima di ruangan Nifas sudah sesuai dengan
standar yang berlaku sesuai dengan teori Nursalam
(2012).
PASIEN
tindakan
Tindakan
Masalah
1. Teratasi
2. Belum teratasi
3. Teratasi sebagian
4. Muncul masalah baru
3. Kajian teori
Timbang terima sering disebut dengan operan atau
over hand. Operan adalah suatu cara dalam
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang
berkaitan dengan keadaan klien. Harus dilakukan
seefektif mungkin dengan secara singkat, jelas dan
lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan
kolaboratif yang sudah dilakukan/belum dan
perkembangan saat itu Informasi yang disampaikan
harus akurat, sehingga kesinambungan asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan sempurna.
Tujuan Umum: Mengkomunikasikan keadaan pasien dan
menyampaikan informasi yang penting.
Tujuan Khusus:
1)Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data
fokus)
2)Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam
pemberian asuhan keperawatan kepada pasien
3)Menyampaikan hal penting yang harus
ditindaklanjuti oleh perawat dinas berikutnya
4)Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya
Manfaat bagi perawat/bidan :
1)Meningkatkan kemampuan komunikasi antar
perawat/bidan
2)Menjalin suatu hubungan kerjasama dan
bertanggungjawab antar perawat/bidan
3)Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara
paripurna
4)Peningkatan pemahaman pelaksanaan timbang terima
pasien
5)Terhindar dari kekeliruan pemberian tindakan
keperawatan
6)Menimbulkan rasa aman
7)Meningkatkan percaya diri/bangga
Manfaat bagi pasien:
Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung
bila ada yang belum terungkap
Manfaat bagi Rumah sakit
Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada klien
secara komprehensi.
Standar timbang terima:
1)Dilaksanakan tepat pada waktu pergantian shift.
2)Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab
pasien (PP/Katim).
3)Diikuti oleh semua perawat dan bidan yang telah
dan akan dinas
4)Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat,
sistematis dan menggambarkan kondisi pasien saat
ini serta menjaga kerahasiaan pasien.
5)Operan harus berorientasi pada permasalahan pasien
6)Pada saat overran di kamar pasien, menggunakan
volume suara yang cukup sehingga pasien
disebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia
bagi klien. Sesuatu yang dianggap rahasia
sebaiknya tidak dibicarakan secara lansung didekat
klien
7)Sesuatu yang diangggap membuat klien terkejut dan
syok sebaiknya dibicarakan di Nurse Station.
Tahapan dan Bentuk Pelaksanaan Operan
Operan memiliki 3 tahapan yaitu :
a) Efek fisiologis
Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak
seefektif tidur malam, banyak gangguan dan biasanya
diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang
tidur selama kerja malam. Menurunnya kapasitas fisik
kerja akibat timbulnya perasaan mengantuk dan lelah.
Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan.
b) Efek psikologis
Efek ini berpengaruh adanya gangguan kehidupan
keluarga, efek fisiologis hilangnya waktu luang,
kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman,
dan mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarat.
Saksonno (1991) mengemukakan pekerjaan malam
berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang
biasanya dilakukan pada siang atau sore hari.
Sementara pada saat itu bagi pekerja malam
dipergunakan untuk istirahat atau tidur, sehinggga
tidak dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan
tersebut, akibat tersisih dari lingkungan
masyarakat.
c) Efek kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang
diakibatkan oleh efek fisiologis dan efek
psikologis. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan
kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap
perilau kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas
kendali pemantauan.
d) Efek terhadap kesehatan
Shift kerja menyebabkan gangguan
gastrointestinal, masalah ini cendrung terjadi pada
usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi
masalah terhadap keseimbangan kadar gula dalam darah
bagi penderita diabetes.
e) Efek terhadap keselamatan kerja
Survey pengaruh shift kerja terhadap kesehatan
dan keselamatan krja yang dilakukan Smith et. Al
(dalam Adiwardana, 1989), melaporkan bahwa frekuensi
kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi
shift kerja (malam) dengan rata-rata jumlah
kcelakaan 0,69% per tenaga kerja. Tetapi tidak semua
penilaian menyebutkan bahwa kenaikan tingkat
kecelakaan industri terjadi pada shift malam.
Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan cendrung
banyak terjadi selama shift pagi dan lebih banyak
terjadi pada shift malam.
1) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala
Ruangan Nifas Pada tanggal 20 juli 2020 dengan
jam kerja untuk kepala rungan 6 hari kerja,
bidan 6 hari kerja dalam 1 minggu
2) Observasi
Berdasarkan hasil observasi di Ruang nifas
jumlah jam kerja tenaga perawat dan bidan dalam
1 hari yaitu:
- Pagi 7 jam kerja, dengan jumlah
perawat/bidan sebanyak 3 orang yang terdiri dari
1 Kepala Ruangan, 1 Katim, dan 1 bidan
pelaksana.
- Siang 7 jam kerja, dengan jumlah 2 orang
yang terdiri dari 1 Kepala shift dan 1
Pelaksana/bidan.
- Malam 13 jam kerja, dengan jumlah 2 orang
yang terdiri dari 1 Kepala shift, dan 1 perawat
pelaksana/bidan.
- Libur 2 hari, dengan jumlah 2 orang yang
terdiri dari 1 Kepala shift dan 1 perawat
pelaksana/bidan.
3) Masalah
Berdasarkan dari hsil observasi dan wawancara
di ruang nifas di dapatkan bahwa jumlah jam
kerja untuk pagi dan siang sudah sesuai yaitu 7
jam, namun untuk jumlah jam kerja malam tidak
seimbang dengan pagi dan siang yaitu 13 jam.
7. Discharge Planning
a.Kajian teori
Discharge Planning (Perencanaan Pulang)
merupakan komponen sistem perawatan berkelanjutan,
pelayanan yang diperlukan klien secara
berkelanjutan dan bantuan untuk perawatan berlanjut
pada klien dan membantu keluarga menemukan jalan
pemecahan masalah dengan baik, pada saat tepat dan
sumber yang tepat dengan harga yang terjangkau
(Doenges & Moorhouse)
Tujuan utama adalah membantu klien dan keluarga
untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
Discharge planning yang efektif juga menjamin
perawatan yang berkelanjutan di saat keadaan yang
penuh dengan stress. Rencana pulang yang dimulai
pada saat pasien masuk rumah sakit dan secara
periodik diperbaiki mencapai tahap akhir dan segera
dilaksanakan, Periksa apakah pasien/orang terdekat
telah mendapat instruksi tertulis atau instruksi
verbal tentang penanganan, obat-obatan dan
aktivitas yang boleh dilakukan di rumah.
( ) ( )
ALUR DISCHARGE PLANNING DIRUANG NIFAS
Program HE:
Penyeyelesaian
administrasi Pengobatan/ control Lain-lain
Kebutuhan nutrisi
Aktivitasdan istirahat
Perawatan di rumah
3) Masalah
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi
didapatkan kesenjangan antara teori dan
pengaplikasian diruangan yaitu Pelaksanaan
discharge planning sudah terlaksana namun metode yang
digunakan masih belum optimal yaitu masih berupa
lisan tanpa adanya media sebagai alat bantu.
8. Ronde Keperawatan
1) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh
Sri Murniati Burhan dengan kepala ruangan nifas,
bahwa ronde keperawatan belum pernah dilakukan,
dikarenakan belum ada kasus yang perlu diadakan ronde
keperawatan.
a. Kajian Teori.
Ronde keperawatan merupakan suatu kegiatan dalam
mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan
disamping klien, membahas dan melaksanakan asuhan
keperawatan pada kasus tertentu yang dilakukan oleh
perawat primer, kepala ruangan, perawat associate
serta melibatkan seluruh anggota tim.
1) Kriteria klien yang dilakukan ronde:
(a) Klien dengan masalah keperawatan yang belum
teratasi meskipun sudah dilakukan tindakan
keperawatan
(b) Klien dengan kasus baru atau langka
2)Karakteristik:
(a) Klien dilibatkan secara langsung.
(b) Klien merupakan fokus kegiatan.
(c) PA, PP dan konselor melakukan diskusi bersama.
(d) Konselor memfasilitasi kreatifitas.
(e) Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA, PP
untuk meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.
3)Prosedur Pelaksanaan Ronde Keperawatan
(a) Persiapan
(1) Penetapan kasus minimal 1 hari sebelumnya
waktu pelaksanaan ronde.
(2) Pemberian informed consent kepada
klien/keluarga.
(b) Pelaksanaan ronde:
(1) Penjelasan tentang klien oleh perawat primer
dalam hal ini penjelasan difokuskan pada
masalah keperawatan dan rencana tindakan yang
akan atau telah dilaksanakan dan memilih
prioritas yang perlu didiskusikan.
(2) Diskusi antar anggota tim tentang kasus
tersebut.
(3) Pemberian justifikasi oleh PP atau konselor /
kepala ruangan tentang masalah klien serta
rencana tindakan yang akan dilakukan.
(4) Tindakan keperawatan pada masalah prioritas
yang telah dan akan yang akan ditetapkan.
(c)Pasca ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada
klien tersebut serta menetapkan tindakan yang
perlu dilakukan.
Alur Ronde Keperawatan
TAHAP PRA PP
RONDE
Penetapan Pasien
Persiapan Pasien:
Inform Concernt
Hasi Pengkajian/ Validasi
data
validasi data
TAHAP RONDE PADA BED KLIEN
Diskusi PP-PP,
Konselor,KARU
Kesimpulan dan
rekomendasi
solusi masalah
Dokter
Kordinasi dengan
Farmasi/apotik perawat/bidan
Keluarga pasien
- Surat perstujuan
setralisasi obat dari
PP/Perawat yang perawat
menerima/bidan - Lembar serah terima
obat
- Buku serah
terima/masuk obat
Pasien/keluarga Perawat/bidan
Pembagian Obat
1) Wawancara
Berdasarkan wawancara alur sentralisasi obat yang
terdapat di Ruang NIFAS RSUD Awet Mudah Narmada berawal dari
dokter, kemudian diberikan kepada perawat/bidan, lalu
diberikan kepada farmasi/apoteker, kemudian obat diserahkan
kepada perawat/bidan, selanjutnya Perawat menyimpan dilemari
obat (loker) dan diberikan kepada pasien pada sat waktunya
pemberian obat.
2) Observasi
Berdasarkan Observasi dilakukan oleh Sri Murniati
Burhan mahasiswa stikes mataram bahwwa Alur sentralisasi
Obat sudah sesuai dengan tahapan yang ada di teori, dimana
keluarga pasien sendiri yang mengambil obat ke apoteker,
sehingga apoteker dapat memberikan penjelasan terkait obat
kepada keluarga pasien secara langsung.
10. Supervisi
Secara teori, supervisi keperawatan adalah salah satu
fungsi pokok manager berupa proses pemberian sumber-
sumber yang dibutuhkan perawat/bidan dalam
menyelesaikan tugas-tugasnya untuk pencapaian tujuan,
meliputi: 1) Langkah-langkah supervisi, 2) Prinsip
supervisi, 3) Peran dan fungsi supervisi, 4) Tugas
supervisi, dan 5) Teknik supervisi.
1) Langkah-langkah Supervisi:
- Pra supervisi
(a) Supervisor menetapkan kegiatan yang akan
disupervisi.
(b) Supervisor menetapkan tujuan supervisi, instrumen.
- Supervisi
(a) Supervisor ikut dalam pendokumentasian kegiatan
pelayanan bersama-sama PP dan PA.
(b) Supervisor meneliti dokumentasi status pasien.
(c) Supervisor mendapatkan hal-hal yang perlu dilakukan
pembinaan.
(d) Supervisor memanggil PP dan PA yang perlu dilakukan
pembinaan.
(e) Supervisor mengklasifikasi permasalahan yang ada.
(f) Supervisor memberikan masukan kepada PP dan PA.
- Evaluasi
(a) Supervisor mengevaluasi hasil bimbingan.
(b) Supervisor memberikan reward atau umpan balik
kepada PP dan PA.
2) Prinsip Supervisi
(a) Supervisi dilakukan sesuai struktur organisasi
(b) Supervisi memerlukan pengetahuan dan ketrampilan dasar
manajemen, kemampuan menerapkan prinsip manajemen dan
kepemimpinan
(c) Fungsi Supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisir
dan sesuai standart
(d) Supervisi merupakan proses kerjasama yang demokrasi
antara supervisor dan perawat pelaksana
(e) Supervisi menerapkan visi, misi, falsafah, tujuan dan
rencana yang spesifik
(f) Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif,
komunikasi efektif, kreativitas dan motivasi
(g) Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil guna dan
berdaya guna dalam pelayanan keperawatan yang memberi
kepuasan klien, perawat/bidan dan manajer.
3) Fungsi dan peran supervisor
Fungsi dan peran supervisor khususnya dalam supervisi
keperawatan mempertahankan keseimbangan manajemen pelayanan
keperawatan, manajemen sumber daya, dan manajemen anggaran
yang tersedia.
Manajemen pelayanan keperawatan meliputi: mendukung
pelayanan keperawatan, rencana program keperawatan,
implementasi dan evaluasi keperawatan.
4) Tugas Supervisor.
(a) Mempertahankan standart praktek keperawatan.
(b) Menilai kualitas asuhan keperawatan yang diberikan.
(c) Mengembangkan peraturan dan prosedur pelayanan
keperawatan, bekerja sama dengan tenaga kesehatan
lainnya.
(d) Memantapkan kemampuan perawat.
(e) Memastikan asuhan keperawatan profesional
dilaksanakan.
5) Teknik Supervisi
(a) Secara Langsung
Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan
yang sedang berjalan. Supervisor terlibat dalam
kegiatan, memberikan reward dan perbaikan.
- Prosesnya:
(1) Perawat pelaksana melakukan secara mandiri
suatu tindakan keperawatan didampingi
supervisor
(2) Selama proses, supervisor memberi dukungan,
reinforcement dan petunjuk
(3) Supervisor dan perawat pelaksana melakukan
diskusi setelah kegiatan selesai, yang
bertujuan untuk menguatkan cara yang telah
sesuai dan memperbaiki kekurangan dan
reinforcement positif dari supervisor.
(b) Secara Tidak Langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan tertulis
maupun maupun lisan. Supervisor tidak terlibat atau
melihat langsung apa yang terjadi di lapangan,
sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan
balik dapat diberikan secara tertulis
6) Alur Supervisi
Kabid Perawatan
Kasi
Perawatan
KabidPerawat
an
Menetapkan kegiatan dan tujuan
Karu
serta instrument / alat ukur
supervi
1) Wawancara
2) Observasi
Berdasarkan Hasil Observasi yang dilakukan oleh Sri
Murniati Burhan Mahasiswa Stikes Mataram bahwa supevisi ruang
sudah dilakukan dengan cara bersifat tidak langsung.
d. M4 (Money)
Sesuai dengan ketentuan umum PP No. 6 Tahun 2000
perjan adalah badan usaha milik negara (BUMN)
sebagaimana diatur dalam UU no 9 tahun 1969 dimana
seluruh modalnya oleh pemerintah dan merupakan kekayaan
negara yang tidak dipisahkan serta tidak terbagi atas
saham-saham, jadi rumah sakit perjan tetap merupakan
aset dari Depkes. Pengelolaan RS perjan dilakukan oleh
direksi serta dibentuk dewan pengawas untuk melakukan
pengawasan (Djoyo Sugito, 2002).
Salah satu fungsi rumah sakit adalah memberikan
pelayanan kesehatan, baik medis maupun non medis, dalam
kaitan tersebut agar pelayanan Rumah Sakit dapat
berjalan seoptimal mungkin dan dapat dirasakan oleh
masyarakat maka untuk itu Rumah Sakit perlu
mempersiapkan peralatan atau bahan medis, non medis atau
jasa pemborongan. Sumber dana Rumah Sakit yaitu:
1. Daftar isian proyek pemerintah pusat
dari anggaran pendapatan Belanja Negara (APBN)
2. Daftar isian kegiatan dari anggaran
pendapatan belanja negara
3. Pendapatan fungsional dari pendapatan
pelayanan rumah sakit
1) Wawancara
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh Julyati
Mahasiswa Profesi Ners Stikes Mataram dengan kepala
ruangan Nifas RSUD AWET MUDA NARMADA sumber dana
operasional berasal dari, APBN dan APBD selain itu
dari BPJS dan Umum. Untuk pembiayaan masalah kerusakan
barang dari pihak ruangan langsung mengamprah tetapi
untuk kerusakan yang diakibatkan karena kesalahan dari
perawat atau pasien diganti oleh ruangan itu sendiri.
Adapun beberapa biaya tindakan di ruang Nifas
adalah:
Tabel 2.11 Biaya tindakan diruang Nifas Adalah :
No. JENIS PELAYANAN BIAYA (Rp.)
1 JASA KAMAR PERHARI 60.000
2 ASKEB 30.000
3 KONSUL DR.SPA 25.000
4 VISITE DR.SPA 25.000
5 IMUNISASI BAYI 23.500
6 OBAT / RONTGEN 75.000
7 USG 95.000
8 CTG 55.000
9 EKG 58.000
10 INJEKSI PERSALINAN 520.000
11 PERSALINAN NORMAL 520.000
12 PERSALINAN DENGAN PENYAKIT 950.000
13 PASANG/BUKA INFUS 44.000
14 PASANG DC 58.000
15 02 32.500
16 JASA TRANFUSI 58.000
17 JUMLAH DARAH (KOLF) 350.000
18 JHP RAWAT BAYI GABUNG 30.000
19 ASKEB BAYI RAWAT GABUNG 30.000
20 KONSUL DR UMUM 10.000
Sumber : Admin RSUD AWET MUDA NARMADA
Ruangan memiliki sumber dana kebersamaan yang
disetorkan oleh masing-masing pegawai kepada bendahara
yang diperuntukkan apabila ada salah seorang dari
teman atau keluarga rekan kerjanya yang sakit atau
menikah dan acara lainnya untuk disumbangkan, namun
terkadang iuran ini tidak lancar tiap bulannya
dikarekan ada beberapa pegawai yang tidak rutin
menyetornya sehingga mengharuskan menomboknya dibulan
berikutnya.
2) Kajian Data
Berdasarkan Kajian Data yang dilakukan oleh
Julyati Mahasiswa Profesi Ners Stikes Mataram yang
diperoleh dari ruang Nifas RSUD Awet Muda Narmada
didapatkan data bahwa status pasien berdasarkan sumber
dana operasional di ruang Nifas adalah:
Tabel 2.12. Distribusi Status Pasien Berdasarkan Sumber Dana
Operasional Di Ruang Nifas periode April – Juni 2020
No Status Jumlah %
1 BPJS 258 81%
2 Umum 41 13%
4 Dinsos 20 6%
Total 319 100%
Sumber: Register ruang NIFAS RSUD AWET MUDA NARMADA
e. M5 (Marketing)
1) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara oleh Muji Kurniawan
Mahasiswa Profesi STIKES Mataram dengan kepala ruangan
Nifas Rumah Sakit Awet Muda Mataram, Diruangan tidak
melakukan marketing secara khusus, ketika perawat
melakukan dischage planning/transfer pasien belum atau
tidak disertai dengan pemberian brosur atau leaflet.
2) Observasi
Sudah di maksimalkannya alat-alat promosi kesehatan
seperti banner, di ruang Nifas terdapat beberapa
benner tentang cara-cara memakai masker yang benar dan
jaga diri dan keluarga dari covid-19 dengan cara
(GERMAS),terdapat poster 6 keselamatan pasien,
poster/benner cuci tangan 6 langkah tidak disediakan,
handrub disediakan didepan ruangan pasien, leaflet 10
penyakit terbanyak belum dilengkapi.
3) Kajian Pustaka
Pemasaran adalah salah satu kegiaan dalam
perekonomian yang membantu dalam menciptakan nilai
ekonomi.Nilai ekonomi itu sendiri menentukan harga
barang dan jasa.Factor penting dalam menciptakan nilai
terebut adalah produksi, pemasaran dan
konsumsi.Pemasaran menjadi penghubung antara kegiatan
produksi dan komsumsi. Menurut Kotler (1997),
pemasaran adalah suatu proses social dan manajerial
yag didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa
yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai
kepada pihak lain. Sedangkan rumah sakit sebagai salah
satu penyedia layanan kesehatan merupakan institusi
yang penting untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
Jumlah rumah sakit yang semakin meningkat membuat
setiap rumah sakit saling bersaing untuk mendapatkan
pelanggan. Oleh karena itu, pemasaran rumah sakit yang
baik akan dapat membantu rumah sakit untuk terus
bertahan dalam persaigan dan berkembang menjadi lebih
baik. Keluarnya peremenkes No.80/Menkes/Per/III/90
yang menyatakan bahwa badan hokum termasuk perorangan
diperkenankan memiliki dan mengelola rumah sakit
dengan sifat profit oriented, membuat rumah sakit
sadar untuk menerapkan menajemen pemasaran untuk bias
mempertahankan eksistensinya. Sehingga tidak
mengherankan jika keadaan ini memaksa pihak rumah
sakit, baik rumah sakit swasta maupun rumah sakit
pemerintah untuk menerapkan manajemen pemasaran yang
modern, dengan melaksanakan proses pemasaran yang
baik, termasuk promosi yang termasuk kedalam bauran
pemasaan. Artinya, rumah sakit akan melakukan berbagai
upaya promosi dalam rangka menarik minat consoling
sebanyak-banyaknya.
Managemen pemasaran adalah proses perencanaan dan
pemekiran, pnetapan harga, promosi, serta penyaluran
gagasan, harga, serta penyaluran gagasan, barang, dan
jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuasakan
tujuan-tujuan individu dan orgnisasi (cotlete,1997).
Promosi dapat di lkukan berbagai cara,salah satunya
adalah iklan. Namaun bolehkan rumah sakit beriklan?
Selama ini pengelola rumah sakit,baik Pemeritah maupun
swasta berpedoman dan meyakini bahwa rumah sakit tidak
boleh beriklan.Banyak alasan yang di kemukakan antara
lain tidak etis jika rumah sakit mengharapkan
kesakitan dari pasien untuk kemudian pasien tersebut
dating kerumah sakit yang mereka kelola. Namun ketika
rumah sakit memutuskan untuk beriklan,rumah sakit
harus benar-benar siap. Jika tidak, mereka akan
berhadapan dengan undang-undang perlindungan konsumen.
4) Masalah
secara optimal.