Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN

“KEPERAWATAN JIWA”

OLEH :
HAERUNNISA
020.02.1111

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM
2020/2021
TUGAS 1
SATUAN ACARA PENYULUHAN
“ISOLASI SOSIAL”

OLEH :
HAERUNNISA
020.02.1111

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM
2020/2021

LEMBAR PENGESAHAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN TENTANG ISOLASI SOSIAL

Telah disetujui oleh pembimbing pada:


Hari/Tanggal:

Mahasiswa

(HAERUNNISA)

Pembimbing Akademik

(I Made Eka Santosa, S. Kp.,M.Kes)


SAP
(SATUAN ACARA PENYULUHAN)

Topik Penyuluhan : Isolasi Sosial


Sasaran : Masyarakat umum
Hari/ Tanggal : Jum’at, 11 Desember 2020
Waktu : 09.00 - selesai

A. ANALISA SITUASI
1. Peserta
Jumlah peserta 3 orang, pendidikan SMA, umur rata-rata 16-25 tahun, peserta
belum memiliki pengetahuan tentang isolasi sosial
2. Ukuran ruang / kelas : melalui daring via zoom
3. Pengajar
Fasilitator adalah Haerunnisa

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang isolasi sosial diharapkan keluarga dapat
mengerti dan memahami hal-hal mengenai isolasi sosial serta penanganannya.
b. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan tentang isolasi sosial selama 15 menit
peserta mampu :
a. Mengerti dan memahami pengertian isolasi sosial
b. Mengerti dan memahami penyebab isolasi sosial
c. Memahami tanda dangejala isolasi sosial
d. Mengetahui penanganan isolasi sosial
e. Memahami cara berkomunikasi dengan pasien isolasi sosial
C. Materi

(Terlampir) :
D. Metode
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
E. Media
a. PPT
b. Laptop

F. Kegiatan Belajar Mengajar

No Tahapan Kegiatan Penyuluhan Waktu Media Alat bantu


1. Preoperasional 1. Mengucapkan salam 2 Menit Ceramah
( pembukaan ) 2. Menjelaskan tujuan dan Ceramah
kontrak waktu
3. Menjelaskan materi dan Ceramah
kontrak waktu

2. Operasional 1. Menjelaskan pengertian 8 menit Ceramah


( inti ) isolasi Sosial Spanduk
2. Menjelaskan penyebab Ceramah
isolasi sosial
3. Menjelaskan tanda dan Ceramah
gejala isolasi sosial
4. Menjelaskan penanganan Ceramah
isolasi sosial
5. Menjelaskan tindakan Ceramah
penanganan isolasi sosial
6. Menjelaskan tentang cara Ceramah
berkomunikasi dengan
pasien isolasi sosial
7. Memberikan kesempatan Tanya
audience untuk bertanya. jawab

3. Post 1. Menerangkan semua 5 menit Ceramah


operasional materi yang telah
( penutup ) diberikan
2. Mengevaluasi secara lisan Diskusi
dan melihat tingkat Leaflet
pemahaman materi
3. Memberikan booklet Ceramah
4. Memberikan salam Ceramah
penutup

G. Evaluasi

1. Evaluasi Struktur

o SAP sudah siap 1 hari sebelum penyuluhan.

o Media (Laptop, LCD) dan peserta sudah siap

o Moderator dan operator sudah siap.

o Peserta siap mengikuti penyuluhan.

2. Evaluasi Proses

o Media (Laptop, LCD) sudah disiapkan sesuai rencana.

o Tempat siap dan disusun sesuai dengan setting tempat yang telah direncanakan.

o Penyaji,moderator, operator dan peserta siap mengikuti penyuluhan.

3. Evaluasi Hasil

o Penyuluhan berjalan sesuai rencana dan tepat waktu.

o Masalah yang muncul saat pelaksanaan penyuluhan dapat diatasi dengan baik.
Tujuan penyuluhan tercapai yaitu peserta penyuluhan dapat memahami tentang isi
penyuluhan dan diharapkan akan terjadi perubahan perilaku
Lampiran

A. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau
merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain
tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito, 1998).
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang
lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran dan prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai
kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanivestasikan
dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi
pengalaman dengan orang lain (DepKes, 1998).

B. Etiologi
1. Faktor predisposisi
Kegagalan perkembangan yang dapat mngakibatkan individu tidak percaya diri, tidak
percaya orang lain, ragu takut salah, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain,
menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa
tertekan.
Menurut Fitria (2009, hlm. 33-35) ada empat faktor predisposisi yang menyebabkan
Isolasi Sosial, diantaranya:
1) Faktor Tumbuh Kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang
harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Bila tugas
perkembangan tidak terpenuhi maka akan menghambat fase perkembangan sosial
yang nantinya akan dapat menimbulkan masalah sosial.
Dibawah ini akan dijelaskan tahap perkembangan serta tugas perkembangan,
dibawah ini:
- Masa Bayi
Menetapkan rasa percaya.
- Masa Bermain
Mengembangkan otonomi dan awal perilaku mandiri
- Masa Prasekolah
Belajar menunjukan inisiatif, rasa tanggung jawab, dan hati nurani
- Masa Sekolah
Belajar berkompetisi, bekerja sama, dan berkompromi
- Masa Praremaja
Menjalin hubungan intim dengan teman sesama jenis kelamin
- Masa Dewasa Muda
Menjadi saling bergantung antara orang tua dan teman, mencari pasangan,
menikah, dan mempunyai anak
- Masa Tengah Baya
Belajar menerima hasilkehidupan yang sudah dilalui
- Masa Dewasa Tua
Berduka karena kehilangan dan mengembangkan perasaan keterkaitan
dengan budaya
2) Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan suatu
faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini disebabkan
oleh norma-norma yang salah dianut oleh keluarga di mana setiap anggota
keluarga yang tidak produktif seperti lanjut usia, penyakit kronis, dan penyandang
cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya.
3) Faktor Biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat mempengaruhi
terjadinya gangguan hubungan sosial adalah otak, misalnya pada klien skizofrenia
yang mengalami masalah dalam hubungan sosial memiliki struktur yang abnormal
pada otak seperti atropi otak, serta perubahan ukuran dan bentuk sel sel dalam
limbik dan daerah kortikal.
4) Faktor Komunikasi dalam Keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang termasuk dalam
masalah berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidakjelasan yaitu suatu
keadaan dimana seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling
bertentangan dalam waktu bersama atau ekspresi emosi yang tinggi dalam
keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan diluar
keluarga.
2. Faktor presipitasi
Dari factor sosio kulturalkarena menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah
dengan orang yang terdekat atau kegagalan orang lain untuk bergantung, merasa tidak
berarti dalam keluarga sehingga menyebabkan klien berespon menghindar dengan
menarik diri dengan lingkungan.
Menurut Stuart (2007, hlm. 280) faktor presipitasi atau stresor pencetus pada
umumnya mencakup peristiwa kehidupan yang menimbulkan stres seperti kehilangan,
yang memenuhi kemampuan individu berhubungan dengan orang lain dan
menyebabkan ansietas. Faktor pencetus dapat dikelompokkan dalam dua kategori
yaitu sebagai berikut:
1) Stresor Sosiokultural. Stress dapat ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas unit
keluarga dan berpisah dari orang yang berarti.
2) Stresor Psikologi. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan
orang lain untuk memenuhi kebutuhan.

3. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala yang dapat diobservasi pada pasien dengan isolasi sosial:
1. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
2. Menghindari orang lain (menyendiri), klien nampak memisahkan diri dari orang lain,
misalnya pada saat makan.
3. Komunikasi kurang / tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien
lain / perawat.
4. Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.
5. Berdiam diri di kamar / tempat terpisah. Klien kurang mobilitasnya.
6. Menolak berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau pergi
jika diajak bercakap-cakap.
7. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari. Artinya perawatan diri dan kegiatan rumah
tangga sehari-hari tidak dilakukan.
8. Posisi janin pada saat tidur.

Karateristik perilaku pasien dengan Isolasi Sosial :


 Gangguan pola makan: tidak nafsu makan atau makan berlebihan.
 Berat badan menurun atau meningkat secara drastis.
 Kemunduran secara fisik.
 Tidur berlebihan.
 Tinggal di tempat tidur dalam waktu yang lama.
 Banyak tidur siang.
 Kurang bergairah.
 Tidak memperdulikan lingkungan.
 Kegiatan menurun.
 Immobilisasai.
 Mondar-mandir (sikap mematung, melakukan gerakan berulang).
 Keinginan seksual menurun.
4. Dampak
Perilaku isolasi sosial: menarik diri dapat berisiko terjadinya perubahan persepsi
sensori halusinasi. Perubahan persepsi sensori halusinasi adalah persepsi sensori yang
salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau persepsi sensori yang tidak sesuai dengan
realita/kenyataan seperti melihat bayangan atau mendengarkan suara-suara yang
sebenarnya tidak ada.
Halusinasi merupakan pengalaman mempersepsikan yang terjadi tanpa adanya
stimulus sensori eksternal yang meliputi lima perasaan (pengelihatan, pendengaran,
pengecapan, penciuman, perabaan), akan tetapi yang paling umum adalah halusinasi
pendengaran dan halusinasi pendengaran. Menurut Carpenito, L.J (1998) perubahan
persepsi sensori halusinasi merupakan keadaan dimana individu atau kelompok
mengalami atau berisiko mengalami suatu perubahan dalam jumlah, pola atau intepretasi
stimulus yang datang.
5. Penanganan Isolasi Sosial Di Rumah
1. Penuhi kebutuhan sehari-hari
Bantu dan perhatikan pemenuhan kebersihan diri, latih kegiatan sehari-hari (makan
sendiri)
2. Bantu komunikasi yang teratur
Bicara jelas, kontak/bicara yang teratur. Pertahankan kontak mata saat bicara.
Lakukan sentuhan akrab, sabar, dan lembut.
3. Libatkan dalam kelompok
Beri kesempatan nonton tv, baca koran, sediakan peralatan pribadi (tempat tidur,
lemari pakaian),pertemuan keluarga. misalnya sholat bersama, makan bersama,
rekreasi bersama
4. Keluarga perlu untuk peduli dengan pasien dan jangan ingkar janji
5. Keluarga perlu memberikan semangat dan dorongan untuk dapat melakukan kegiatan
bersama-sama dengan orang lain.
6. Berilah pujian yang wajar jangan mencela kondisi yang sedang dialami
7. Jangan membiarkan pasien sendiri
8. Keluarga memantau agar penderita minum obat teratur. “Jangan dihentikan tanpa
sepengetahuan dokter”

9. Cara berkomunikasi dengan pasien isolasi sosial


1. Ajarkan keluarga untuk melatih klien tentang cara berinteraksi dengan orang lain,
dengan mengucapkan salam, menyebutkan nama, nama panggilan yang kita sukai,
selanjutnya menyakan nama orang yang diajak berkenalan, berikan pujian jika
dapat melakukan hal positif tersebut. (setelah percakapan tersebut lanjutkan
dengan percakapan yang menyenangkan seperti hobi, cuaca, dan hal
menyenangkan lainya).
2. Bila ada kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi dengan dua atau lebih orang.
Berikan pujian pada setiap interaksi yang dilakukan.
3. Keluarga menyakan dan mendengarkan ekspresi perasaan setelah berinteraksi
dengan orang lain, beri motivasi agar tetap berinteraksi dengan orang lain.
Daftar Pustaka

Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :
Nuha Medika.
Moyet, Lynda Jual Carpenito. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 10.
Jakarta : ECG
Herdman, T. Heather. 2012. NANDA Internasional DIAGNOSA KEPERAWATAN
Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : ECG
TUGAS II

ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA


PADA TN. A DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

OLEH

HAERUNNISA
020.02.1111

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES) MATARAM
2020
ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
PADA TN. A DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Telah disetujui oleh pembimbing pada:


Hari/Tanggal:

Mahasiswa

(HAERUNNISA)

Pembimbing Akademik

(I Made Eka Santosa, S. Kp.,M.Kes)


A. PENGKAJIAN

1. Identitas Klien

- Inisial klien : Tn. A

- Umur : 26 tahun

- Jenis Kelamin : Laki-laki

- Alamat : Lombok Barat

- Agama : Islam

- Pendidikan : SMA

- Pekerjaan : Wirausaha

- Tgl Dirawat : 28 November 2020

- Tgl Pengkajian : 21 Desember 2020

- Ruang Rawat : Ruang Melati

- No. RM :-

- Diagnosa Medik : Shizofrenia Paranoid

Identitas Penanggung jawab


- Nama : Tn. A

- Alamat : Lombok Barat

- Hubungan : Orang Tua

2. Alasan Masuk

Klien terlihat marah marah tidak jelas, melukai dirinya sendiri.


3. Faktor Predisposisi
Klien mengatakan dibawa ke RSJ karena marah marah tidak jelas, ngamuk, dan
melukai dirinya sendiri. Klien mengtakan marah marah karena tidak punya uang dan
ketika minta orang tua klien dimarahi orang tua. Klien juga mengatakan kalau klien
marah marah juga karena baru saja putus cinta dengan pacarnya.
4. Fisik

a. Tanda-tanda vital :

TD : 130/90 mmHg

N : 84 x/menit

S : 36,5o C

RR : 20x/mnt

b. Tidak ada masalah yang dirasakan oleh klien.

Masalah keperawatan : -

5. Psikososial

a. Genogram

Keterangan :

= Perempuan

= Laki-laki

= Tinggal dalam satu rumah

= Klien
= Meninggal

- Klien mengatakan mempunyai 2 saudara kandung laki – laki dan perempuan,


klien adalah anak terakhir. Dalam keluarga klien tidak ada yang pernah
mengalami gangguan jiwa ataupun masalah kesehatan berupa penyakit
keturunan ataupun penyakit menular.

- Masalah keperawatan : -
b. Konsep diri

1) Citra dan Gambaran diri

Klien mengatakan bersyukur dengan kondisi tubuhnya. Pasien mengatakan


semua bagian tubuh dia sukai, dan tidak ada bagian tubuh yang tidak disukai
klien.
Masalah Keperawatan : -
2) Identitas diri

Klien mengatakan berjenis kelamin laki-laki, klien sehari hari membantu


ayahnya jualan, klien merasa nayaman berjualan karena tidak terapatok waktu
dan tidak merasa dibosi.

Masalah keperawatan : -

3) Peran diri

Klien mengatakan bekerja membantu ayahnya jualan, klien dapat membantu


ayahnya dengan baik.

Masalah keperawatan : -

4) Ideal diri

Setelah keluar dari rumah sakit, klien ingin bekerja kembali membantu
ayahnya seperti biasa.

Masalah keperawatan : -

5) Harga diri

Klien mengatakan setelah putus cinta klien merasa stres dan frustasi

Masalah keperawatan : gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah


c. Hubungan sosial

Klien mengatakan sering berkumpul dengan keluarga dan teman temanya. Namun
ketika klien tidak punya uang untuk beli rokok klien merasa tidak enak karena
minta temannya terus, ketika meminta uang kepada orang tua klien malah
dimarahi kemudian klien juga dalam posisi pasca putus cinta, karena stress klien
akhirnya marah marah ngamuk ngamuk dan melukai dirinya sendiri.

Masalah keperawatan : resiko perilaku kekerasan

d. Spiritual

Klien mengatakan beragama islam, namun dalam menjalankan sholat 5 waktu


klien belum bisa menjalankan semuanya.
Masalah Keperawatan : -

6. Status Mental

a. Penampilan

Penampilan klien rapi, bersih, berpakaian dengan sesuai, berganti pakaian sehari
sekali, rambut rapi dan berwarna hitam.
Masalah Keparawatan : -

b. Pembicaraan

Klien berbicara dengan suara keras,jelas dan lancar.

Masalah keperawatan :-

c. Aktivitas motorik

Klien pada saat di wawancara pandangan fokus, dan memperhatikan saat


diberikan pertanyaan.
Masalah keperawatan : -

d. Alam perasaan

Klien mengatakan ingin cepat pulang, ingin berkumpul dengan keluarga, karena
klien merasa hanya marah saja tidak ada masalah seperti pasien pasien yang lain.
Klien tampak gembira berlebihan saat diajak berkomunikasi
Masalahkeperawatan :resiko perilaku kekerasan

e. Afek

Pandangan klien fokus, saat diajak berbicara klien memperhatikan. Afek klien
sesuai dengan stimulus yang diberikan, saat bercerita tentang penyakit serta
masalah yang dipikirkan klien menunjukkan ekspresi wajah santai.

Masalah Keperawatan : -

f. Interaksi selama wawancara

Klien kooperatif, kontak mata baik dan pandangan mata fokus. Klien mau
meceritakan masalah yang dialaminya.

Masalah keperawatan :-

g. Persepsi

Klien mengatakan tidak mengalami halusinasi.

Masalah keperawatan : -

h. Isi pikir

Klien menagatkan merasa dipersulit oleh orang tua ketika mau minta uang,
sehingga klien merasa kesal dan akhirnnya marah – marah tidak jelas.
Masalah keperawatan :-

i. Arus pikir

Klien mampu menjawab dengan cepat dan tanggap setiap diberikan pertanyaan
dalam pembicaraan.
Masalah keperawatan : -

j. Tingkat kesadaran

Klien sadar penuh (composmentis) tampak tenang, pandangan mata fokus.


Orientasi tempat, waktu dan orang cukup baik. Klien mengerti juga ia berada di
RSJ.

Masalah keperawatan : -
k. Memori

Daya ingat jangka panjang klien cukup baik, klien dapat mengingat tahun lahirnya

Daya ingat jangka pendek klien baik, Klien dapat mengingat terakhir kali iya
mandi kemarin

Daya ingat saat ini klien baik, klien mampu mengingat nama-nama beberapa
teman satu kamarnya

Masalah keperawatan : -

l.`Tingkat konsentrasi dan berhitung

Klien tidak mudah beralih, klien mampu berkonsentrasi dengan baik dan tetap
fokus meskipun sekitar klien tidak kondusif.

Klien dapat menghitung penjumlahan 4 + 4= 8

Masalah keperawatan : -

m. Kemampuan penilaian

Klien dapat mengambil keputusan yang sederhana, saat diberikan pilihan mau
istirahat atau tetap ngobrol klien memilih istirahat.

Masalah keperawatan : -

n. Daya tilik diri

Klien mengatakan dirinya berada di Rumah Sakit Jiwa.


Klien mengatakan dirinya dibawa ke rumah sakit jiwa karena mengamuk/marah-
marah tidak jelas dan melukai dirinya sendiri.

Masalah keperawatan : -
7. Kebutuhan Persiapan Pulang

a. Makan

Bantuan minimal, klien makan 3 kali sehari dengan menu yang di sediakan dari
Rumah Sakit, saat makan klien habis 1 porsi, klien makan dengan menggunakan
sendok.

Masalah Keperawatan : -

b. BAB/BAK

Klien tidak membutuhkan bantuan untuk BAB/BAK.


Masalah keperawatan : -
c. Mandi

Sebelum di RS, klien mandi 2x sehari, rapi dan bersih.

Selama di Rumah Sakit, klien mandi 1 x tubuh klien cukup bersih, tidak bau.

Masalah Keperawatan : -

d. Berpakaian/berhias

Klien mampu mengenakan pakaian sendiri secara tepat, pakaian sesuai dengan
pasangannya.

Masalah Keperawatan : -

e. Istirahat dan Tidur

Menurut klien, selama di Rumah Sakit sehari klien tidur selama + 8 jam, tidur
malam mulai sekitar jam 20.00 – 04.00 WIB. Klien akan tidur jika merasa
ngantuk, klien selalu tidur siang dengan alasan istirahat.

Masalah Keperawatan : -

f. Penggunaan obat

Selama di Rumah Sakit klien mendapat obat oral pesperidone 1x 2 mg, dan
clorpromazine 1x 100 mg.
Setelah diberi obat oleh perawat, Klien dapat meminum obat sendiri.
Masalah Keperawatan : -

g. Pemeliharaan kesehatan

Klien memerlukan perawatan lanjutan, dan sistem kesehatan pendukung.


Klien mengatakan “nanti setelah pulang insyaAllah rajin kontrol”
Masalah keperawatan : -
h. Kegiatan di dalam rumah

Ketika di rumah, klien mampu bekerja, nonton tv, kadang membeli diwarung.
Masalah keperawatan :-
i. Kegiatan diluar rumah

Klien mengatakan kalau di luar rumah ingin ber-interaksi/ngobrol dengan


tetangga danteman temannya.

Masalah keperawatan:

8. Mekanisme Koping

Maladaptif : Ketika menghadapi masalah, Klien marah-marah tidak jelas, mengamuk,


dan melukai dirinya sendiri.
Masalah keperawatan : resiko perilaku kekerasan

9. Masalah Psikososial dan Lingkungan

Saudara dan keluarga klien mendukung klien. Pasien berhubungan baik dengan
lingkungan sekitar di rumah sakit. Pendidikan terakhir pasien adalah SMA.
Masalah keperawatan : -
10. Pengetahuan

Klien mengetahui sakitnya yaitu suka marah-marah tidak jelas dan melukai dirinya
sendiri
Masalah keperawatan : -.
11. Aspek Medik

a. Diagnosa Medik : Skizofrenia paranoid


b. Terapi medik : Resperidone 1 x 2 mg
Chropromazine 1 x100 mg
12. Analisa Data

No. DATA MASALAH


KEPERAWATAN

1 DS : Resiko Perilaku Kekerasan


Klien mengatakan dibawa ke rumah
sakit karena marah – marah tidak
jelas, mengamuk, dan melukai
dirinya sendiri
DO:
Klien kooperatif, bicara keras, dan
fokus.

2 DS : Gangguan konsep diri :


Harga Diri Rendah
Klien merasa stres dan frustasi
setelah putus cinta dengan pacarnya
DO :
Klien fokus, tampak sedih dan
tegang

3 DS: Resiko Menciderai Diri


Sendiri, Orang lain dan
Klien mengatakan sebelum masuk Lingkungan
rumah sakit marah – marah tidak
jelas, mengamuk dan melukai
dirinya sendiri.
DO:
Klien tampak fokus, dan kooperatif
saat diwawancarai.

13. Masalah Keperawatan

1. Resiko Perilaku kekerasan

2. Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah

3. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.


14. Pohon Masalah

Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan

Resiko Perilaku Kekerasan Core Problem

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

15. Diagnosa Keperawatan

a. Resiko Perilaku kekerasan

b. Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah

c. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

16. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi


keperawatan
1 Resiko Tujuan umum: Setelah diberikan latihan a. Bina hubungan saling
perilaku klien tidak selama 2 kali pertemuan percaya dengan
kekerasan mencelakai diri masing 10 menit klien meggunakan komunikasi
sendiri dan dapat:
terapeutik:
lingkungan - ekspresi wajah
Tujuan khusus: bersahabat menunjukkan -sapa klien dengan ramah
Klien dapat rasa senang, ada kontak baik verbal mau pun non
membina mata mau menyebutkan verbal
hubungan nama menjawab salam, -perkenalkan diri
saling percaya duduk berdampingan -tanyakan nama lengkap
dengan perawat dan mau dan nama panggilan yang
mengutarakan masalah disukai klien
yang di hadapinya -jelaskan tujuan
pertemuan
-tunjukkan sikap empati
-klien dapat dan menerima apa adanya
menyebutkan penyebab -berikan perhatian dan
Klien dapat RPK , tanda dan gejala kebutuhan dasar klien
mengontrol RPK -adakah kontak yang
resiko perilaku - klien dapat sering dan singkat secara
kekerasan menyebutkan alasan bertahap
klien untuk marah -bantu klien menyebutkan
penyebab RPK
-observasi tingkah laku
klien terkait RPK
-Diskusikan dengan klien
waktu klien ingin rasa
mengamuk

Catatan Perkembangan

Tanggal Diagnosa
Implementasi Evaluasi TTD
/ Jam Keperawatan

Resiko 1. Memilih klien S : klien merasa lebih


perilaku untuk mengontrol tenang dan nyaman
kekerasan marah dengan saat menarik nafas
cara tarik nafas dalam
dalam.
O :klien dapat
melakukan tarik
nafas dalam
dengan bantuan

A : rasa marah klien


berkurang
P:
-
nafas dalam
sebanyak 2 kali
dalam 1 hari

2. Melatih klien S: klien dapat


untuk mengontrol marah
mengontrol dengan pukul bantal
marah dengan kasur
cara pukul O: Klien dapat
bantal kasur melakukan pukul
bantal kasur dengan
bantuan
A: marah klien dapat
berkurang

P: Klien melakukan
pukul bantal kasur 3
kali dalam sehari

S: Klien lebih tenang


mengontrol marah
dengan cara verbal,
klien dapat meminta
3. Melatih klien dengan baik, menolak
untuk dapat dengan baik.
mengontrol O: Klien dapat
marah dengan meminta dan menolak
cara verbal dengan cara dibantu

A: marah klien dapat


berkurang

P: Klien melakukan
latihan verbal 2 kali
sehari

S: Klien merasa lebih


tenang mengontrol
marah dengan cara
spiritual
4. Melatih klien
O: klien dapat
untuk
mengontrol marah
mengontrol dengan cara dibantu
marah dengan
cara spiritual A: Rasa marah klien
berkurang

P: Klien melakukan
dengan cara spiritual
sebanyak 2 kali dalam
sehari

S: klien dapat
mengetahui cara
penggunaan obat yang
baik dan benar

5. Melatih klien O: Klien dapat


menyebutkan 5 cara B,
minum obat
benar nama, benar
yang baik dan
obat, benar cara, benar
benar frekuensi, benar waktu
dengan bantuan

A: Marah klien
berkurang

P: klien minum obat 3


kali dalam sehari pagi
siang dan malan
DOKUMENTASI
TUGAS III

KEPERAWATAN JIWA
REVIEW JURNAL TENTANG RESIKO PERILAKU KEKERASAN

OLEH :
Kelompok IV :
Haerunnisa
Harianti
Hikma Ilmul Yaqin
Jahmat

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM


PROGRAM STUDI PROFESI NERS XVI
2020/2021
ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
PADA TN. A DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Telah disetujui oleh pembimbing pada:


Hari/Tanggal:

Mahasiswa

(HAERUNNISA)

Pembimbing Akademik

(I Made Eka Santosa, S. Kp.,M.Kes)


ANALISIS JURNAL

A. ABSTRAK
Defisit perawatan diri merupakan suatu keadaan seseorang yang mengalami
kelainan dalam kemampuan untuk dapat melakukan atau menyelesaikan aktivitas
kehidupan sehari-hari secara mandiri. Kurangnya perawatan diri terjadi akibat adanya
perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan
diri menurun. Metode token ekonomi merupakan sebuah system reinforcement untuk
perilaku yang dikelola dan diubah, seseorang mesti dihadiahi/diberikan penguatan
untuk meningkatkan atau mengurangi perilaku yang diinginkan.
Penelitian ini untuk mengetahui ada pengaruh terapi token ekonomi terhadap
peningkatan personal hygiene pada pasien dengan defisit perawatan diri di rumah
sakit jiwa provinsi bali.
B. JUDUL
Pengaruh Pemberian Terapi Token Ekonomi Terhadap Peningkatan Personal
Hygiene Pada Pasien Dengan Defisit Perawatan Diri Di Rumah Sakit Jiwaprovinsi
Bali
C. POPULASI
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien dengan skizofrenia. Berdasarkan
informasi dari beberapa ruangan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali terdapat 46
pasien. Desain penelitian adalah pra eksperimental dengan rancangan one group pre-
post test design dengan sampel 33 responden yang dipilih menggunakan teknik
nonprobability sampling dengan kriteria sampel. Pengukuran tingkat personal hygiene
dilakukan dengan lembar observasi skala likert., menggunakan uji Paired t-test
dengan tarah signifikan α=0,05. Jumlah populasi : 46 orang Jumlah responden : 33
responden.
D. SITUS
https://scholar.google.co.id/scholar?
as_ylo=2020&q=jurnal+jiwa+tentang+defisit+perawatan+diri&hl=id&as_sdt=0,5#d=
gs_qabs&u=%23p%3DnduXLoSeP94J
E. Intervensi
Intervensi yang berikan adalah Penerapan perilaku Token ekonomi, yang kemudian
akan diobservasi menggunakan lembar observasi skala likert.
F. Komparasi Group
Dalam jurnal tersebut tidak terdapat perbandingan atau komparasi grup.

G. Outcome / Hasil
Hasil uji analisa didapatkan hasil data nilai rata – rata pre 10,58 dan nilai rata-
rata post 13,79. Hasil uji menggunakan uji Paired t-test didapatkan nilai p pre dan
post (0,001) < α (0,05), artinya H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga disimpulkan ada
pengaruh pemberian terapi token ekonomi terhadap peningkatan personal hygiene
pada pasien dengan defisit perawatan diri di rumah sakit jiwa provinsi bali.
H. Durasi/Waktu
Jurnal ini di publikasikan pada 1 Maret 2020 (Vol. 04 No. 1. Pada jurnal ini peneliti
tidak menjelaskan berapa lama peneliti melakukan penelitian.
I. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURNAL
 Kelebihan dari jurnal ini yaitu jurnal ini terbaru dan menggunakan refrensi yang
paling baru
 Peneliti tidak mencantumkan tanggal dimulai dilakukan penelitian dan kapan
waktu penelitian tersebut.

Anda mungkin juga menyukai