Anda di halaman 1dari 30

INTERAKSI OBAT KASUS KHUSUS

DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, GAGAL JANTUNG

Disusun oleh :
Arini Hidayati

13330115

Dosen Pembimbing :
Dra. Refdanita, MSi, Apt

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME atas berkah dan
rahmat serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
Mata Kuliah Interaksi Obat tepat pada waktunya.
Kami menyadari makalah ini masih banyak terdapat kekurangan
yang

disebabkan

keterbatasan

pengetahuan

yang

kami

miliki,

sehingga kami sangat mengharapkan masukan, kritik dan saran dari


pembaca sekalian demi perbaikan makalah ini.
Pada kesempatan ini kami juga menyampaikan ucapan terima
kasih kepada Ibu Dra. Refdanita, MSi, Apt selaku dosen mata kuliah
Interaksi Obat.
Harapan kami semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi siapa
saja yang membacanya terutama bagi penulis sendiri.
Jakarta, 3 Oktober 2016

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................2
DAFTAR ISI .....................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................4
1.1.............................................................................Latar Belakang
............................................................................................4
1.2.........................................................................................Tujuan
.............................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................5
2.1 Definisi Interaksi Obat..........................................................5
2.2 Konsekuensi dari interaksi obat............................................5
2.3 Faktor terjadinya interaksi obat............................................6
2.4 Cara untuk menghindari terjadinya interaksi obat...............6
2.5 Tipe interaksi obat................................................................7
2.6 Mekanisme Interaksi Obat....................................................8
2.7 Golongan Mekanisme Interaksi Obat....................................8
2.7.1 Interaksi Farmasetik.......................................................9
2.7.2 Interaksi Farmakokinetik................................................10
2.7.3 Interaksi Farmakodinamik..............................................11
BAB III PEMBAHASAN....................................................................12
3.1 Interaksi

Obat

Kasus

Melitus................................12
3.2
Beberapa
Contoh

Khusus
Interaksi

Diabetes.................................13
3.3
Interaksi
Obat
pada
Hipertensi..................................16
3.4 Beberapa
contoh
Interaksi

Obat
kasusu
Obat

Diabetes
Pada
khususpada

Hipertensi................................17
3.5.....................Interaksi Obat pada kasusu khusus- Gagal Jantung
............................................................................................20

3.6..................Beberapa Contoh Interaksi Obat Pada Gagal Jantung


............................................................................................21
BAB IV KESIMPULAN......................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................25

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Peristiwa interaksi obat terjadi sebagai akibat penggunaan

bersama-sama dua macam obat atau lebih. Interaksi ini dapat


menghasilkan efek yang menguntungkan tetapi sebaliknya juga dapat
menimbulkan
Meningkatnya

efek
kejadian

yang

merugikan

interaksi

obat

atau
dengan

membahayakan.
efek

yang

tidak

diinginkan adalah akibat makin banyaknya dan makin seringnya


penggunaan apa yang dinamakan Polypharmacy" atau Multiple Drug
Therapy.
Sudah

kita

maklumi

bersama

bahwa

biasanya

penderita

menerima resep dari dokter yang memuat lebih dari dua macam obat.
Belum lagi kebiasaan penderita yang pergi berobat ke beberapa dokter
untuk penyakit yang Sama dan mendapat resep obat yang baru.
Kemungkinan lain terjadinya interaksi obat adalah akibat kebiasaan
beberapa penderita untuk mengobati diri sendiri dengan obat-obatan
yang dapat dibeli di toko-toko obat secara bebas.
Interaksi obat yang tidak diinginkan dapat dicegah bila kita
mempunyaii

pengetahuan

farmakologi

tentang

obat-obat

yang

dikombinasikan. Tetapi haruslah diakui bahwa pencegahan itu tidaklah


semudah yang kita sangka, mengingat jumlah interaksi yang mungkin
terjadi

pada

orang

penderita

yang

menerima

pengobatan

polypharmacy cukup banyak.


1.2

Tujuan
Tujuan dibuatnya

makalah

ini

adalah

untuk

menambah

pengetahuan mahasiswa tentantang interaksi obat terhadap kasus


khusus dan cara penangananya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Definisi Interaksi obat


Bilamana dua atau lebih obat yang diambil secara bersamaan,

ada kemungkinan akan ada sebuah interaksi di antara obat-obatan


tersebut. Interaksi dapat meningkatkan atau menurunkan efektivitas
dan / atau efek samping dari obat. Hal ini juga dapat mengakibatkan
efek samping yang baru, yaitu efek samping yang tidak terlihat
dengan menggunakan salah satu obat itu sendiri. Kemungkinan
interaksi obat meningkat sebagai jumlah obat yang diambil oleh pasien
meningkat. Oleh karena itu, orang-orang yang mengambil beberapa
jenis obat untuk pengobatan merupakan resiko besar untuk interaksi.
Interaksi obat berkontribusi pada biaya kesehatan yang disebabkan
oleh biaya perawatan medis yang diperlukan untuk merawat mereka.
Interaksi juga dapat mengakibatkan rasa sakit dan penderitaan yang
dapat dihindarkan.

Interaksi obat dapat didefinisikan sebagai interaksi antara obat


dan zat lainnya yang mencegah obat bekerja/melakukan seperti yang
diharapkan. Definisi ini berlaku untuk interaksi obat-obatan dengan
obat-obatan lainnya (obat interaksi obat), serta obat-obatan dengan
makanan (interaksi obat - makanan) dan zat lainnya.
2.2 Konsekuensi dari interaksi obat
Interaksi

obat

dapat

mengakibatkan

peningkatan

atau

penurunan yang bermanfaat atau efek merugikan yang diberikan obatobatan. Bila interaksi obat meningkatkan manfaat dari administratif
obat

tanpa

meningkatkan

efek

samping,

kedua

obat

dapat

digabungkan untuk meningkatkan kontrol terhadap kondisi yang


sedang dirawat. Misalnya, obat-obatan yang mengurangi tekanan
darah oleh berbagai mekanisme yang berbeda dapat digabungkan
karena efek menurunkan tekanan darah dicapai oleh kedua obatobatan mungkin akan lebih baik dibandingkan dengan obat itu sendiri.
Penyerapan beberapa jenis obat meningkat oleh makanan. Oleh karena
itu,

obat

ini

diambil

dengan

makanan

dalam

rangka

untuk

meningkatkan konsentrasi mereka didalam tubuh dan, pada akhirnya,


mereka

berpengaruh.

Sebaliknya,

bila

penyerapan

obat-obatan

berkurang oleh makanan, maka obat diambil pada waktu perut kosong.
Interaksi obat yang paling banyak dikuatirkan adalah yang
mengurangi dari efek yang diinginkan atau meningkatkan efek
merugikan dari obat itu sendiri. Obat yang mengurangi penyerapan
atau meningkatkan metabolisme atau penghapusan obat lainnya
cenderung mengurangi efek dari obat yang lain. Hal ini dapat
mengakibatkan kegagalan terapi atau memerlukan peningkatan dosis
obat agar berpengaruh. Sebaliknya, obat-obatan yang meningkatkan
penyerapan atau mengurangi eliminasi atau metabolisme obat lain
yang meningkatkan konsentrasi obat-obatan lain di dalam tubuh dan
6

menyebabkan lebih banyak efek samping. Terkadang, obat berinteraksi


karena mereka menghasilkan efek samping yang serupa. Oleh karena
itu, bila kedua obat yang menghasilkan efek samping yang sama
digabungkan,

frekuensi

dan

kerasnya

dari

efek

samping

yang

meningkat.
2.3 Faktor terjadinya interaksi obat
Interaksi obat adalah kompleks dan terutama yang tidak
terduga. interaksi yang dikenal mungkin tidak terjadi di setiap individu.
Hal

ini

dapat

dijelaskan

karena

ada

beberapa

faktor

yang

mempengaruhi kemungkinan bahwa terdapat interaksi yang dikenal


yang akan terjadi. Faktor-faktor tersebut termasuk perbedaan antara
individu dalam fisiologi, usia, gaya hidup (diet, latihan), yang
berpenyakit, dosis obat, lamanya terapi gabungan, dan waktu relatif
dari administrasi dua zat. (Terkadang, interaksi dapat dihindari jika dua
obat yang diambil pada waktu yang berbeda.) Namun demikian,
interaksi obat yang signifikan sering terjadi dan mereka menambahkan
jutaan dolar untuk biaya kesehatan. Selain itu, banyak obat telah
ditarik dari pasar karena potensi untuk berinteraksi dengan obat lain
dan menyebabkan masalah kesehatan serius.
2.4 Cara untuk menghindari terjadinya interaksi obat
1. Memberi penyedia layanan kesehatan daftar yang lengkap dari
seluruh obat-obatan yang anda gunakan atau telah digunakan
dalam beberapa hari lalu. Ini harus mencakup pengobatan overthe-counter, vitamin, makanan suplemen, dan herbal remedies.
2. Memberitahu

penyedia

layanan

kesehatan

bila

ada

obat

tambahan atau yang dihentikan.

3. Memberitahu penyedia layanan kesehatan tentang perubahan


gaya hidup.
4. Bertanya kepada penyedia layanan kesehatan anda tentang hal
yang paling serius atau seringnya interaksi obat dengan obat
yang anda gunakan.
5. Sejak frekuensi interaksi obat meningkat dengan sejumlah obat,
bekerja sama dengan penyedia layanan kesehatan anda untuk
menghilangkan obat yang tidak diperlukan.
6. Laporan singkat mengenai interaksi obat ini tidak menutup
kemungkinan setiap skenario. Pembaca tidak boleh takut untuk
menggunakan obat karena potensi terjadinya interaksi obat.
Sebaliknya, mereka harus menggunakan informasi yang tersedia
bagi mereka untuk meminimalkan resiko interaksi seperti ini dan
untuk meningkatkan keberhasilan terapi mereka.
2.5 Tipe interaksi obat
Obat dapat mengganggu penyerapan obat lain dalam usus,
peredarannya dalam darah atau penyerapannya oleh sel. Antagonisme
(pertentangan) berarti bahwa satu obat menghambat atau mengurangi
dampak obat yang lain.
Bila dua obat bekerja sama terhadap satu sasaran untuk
membuat tanggapan yang lebih besar daripada dampaknya masingmasing, cara kerja dua obat semacam ini disebut sinergi (1+1=lebih
dari 2). Bila satu obat memperkuat dampak obat lain dengan cara
meningkatkan tingkat obat yang lain tersebut dalam darah, hal ini
disebut potensiasi (a+b=lebih banyak b daripada yang biasa). Ini
adalah cara kerja ritonavir bila dicampur dengan saquinavir atau

indinavir. Obat juga dapat berinteraksi di dalam tubuh waktu mereka


diproses, atau dimetabolisme.
2.6 Mekanisme interaksi obat
Ada beberapa mekanisme oleh obat yang berinteraksi dengan
obat-obatan lain, makanan, dan bahan lainnya. Interaksi dapat terjadi
apabila ada peningkatan atau penurunan dalam:
(1) penyerapan obat yang masuk ke dalam tubuh;
(2) distribusi obat dalam tubuh;
(3) perubahan yang dibuat pada obat oleh tubuh (metabolisme) ; dan
(4) penghapusan obat dari badan.
Sebagian besar hasil penting dari interaksi obat perubahan dari
dalam

penyerapan,

metabolisme,

atau

penghapusan

dari

obat.

Interaksi obat juga dapat terjadi bila dua obat yang sama (tambahan)
efek atau berlawanan (membatalkan) efek bertindak bersama pada
tubuh. Sumber lain dari interaksi obat terjadi ketika obat mengubah
satu konsentrasi dari bahan yang biasanya hadir di dalam tubuh.
Perubahan yang substansi ini mengurangi atau meningkatkan efek
obat lain yang sedang diambil. Interaksi obat antara

warfarin

(Coumadin) dan vitamin K yang mengandung produk adalah contoh


yang baik dari jenis interaksi. Warfarin bertindak dengan mengurangi
konsentrasi bentuk aktif vitamin K didalam tubuh. Karena itu, bila
vitamin K diambil, ia akan mengurangi efek warfarin.
2.7 Golongan Mekanisme Interaksi Obat
Mekanisme interaksi obat bermacam-macam dan kompleks. Pada
dasarnya dapat digolongkan sebagai berikut:
9

Interaksi farmasetika/Inkompabilitas

Interaksi farmakokinetika

Interaksi farmakodinamik

2.7.1 Interaksi farmasetika


Interaksi ini merupakan interaksi fisiko-kimiawi di mana terjadi
reaksi

fisiko-kimiawi

antara

obat-obat

sehingga

mengubah

(menghilangkan) aktifitas farmakologik obat. Yang sering terjadi


misalnya reaksi antara obat-obat yang dicampur dalam cairan secara
bersamaan, misalya dalam infus atau suntikan . Campuran penisilin
(atau antibiotika beta-laktam yang lain) dengan aminoglikosida dalam
satu larutan tidak dianjurkan. Walaupun obat-obat ini pemakaian
kliniknya sering bersamaan, jangan dicampur dalam satu suntikan.
Beberapa tindakan hati-hati (precaution) untuk menghindari interaksi
farmasetik ini mencakup:

Jangan memberikan suntikan campuran obat kecuali kalau yakin


betul bahwa tidak ada interaksi antar masing-masing obat.

Dianjurkan sedapat mungkin juga menghindari pemberian obat


bersama-sama lewat infus.

Selalu perhatikan petunjuk pemberian obat dari pembuatnya


(manufacturer

leaflet),

untuk

melihat peringatan-peringatan

pada pencampuran dan cara pemberian obat (terutama untuk


obat-obat parenteral misalnya injeksiinfus dan lain-lain)

Sebelum memakai larutan untuk pemberian infus, intravenosa


atau yang lain, perhatikan bahwa tidak ada perubahan warna,
kekeruhan, presipitasi dan lain-lain dari larutan.

Siapkan larutan hanya kalau diperlukan saja. Jangan menimbun


terlalu lama larutan yang sudah dicampur kecuali untuk obat-

10

obat yang memang sudah tersedia dalam bentuk larutan seperti


metronidazol , lidakoin dan lain-lain.

Botol ifus harus selalu diberi label tentang jenis larutannya, obatobat yang sudah dimasukkan, termasuk dosis dan dan waktunya.

Jika harus memberi per infus dua macam obat, berikan lewat 2
jalur infus, kecuali kalau yakin tidak ada interaksi. Jangan raguragu konsul apoteker rumah sakit.

2.7.2 Interaksi farmakokinetika


Interaksi ini adalah akibat perubahan-perubahan yang terjadi
pada absorbsi, metabolisme, distribusi dan ekskresi sesuatu obat oleh
obat

lain.

Dalam

kelompok

ini

termasuk

interaksi

dalam

hal

mempengaruhi absorbsi pada gastrointestinal, mengganggu ikatan


dengan protein plasma, metabolisme dihambat atau dirangsang dan
ekskresi dihalangi atau dipercepat.
1. Perobahan absorbsi pada gastrointestinal
Perobahan absorbsi sesuatu obat oleh obat lain dapat terjadi akibat :
a. Perubahan pH.
b. Gangguan pada sistem transport.
c. Pembentukan suatu kompleks
d. Perubahan aliran darah.
2. Penggeseran ikatannya dengan protein plasma
Suatu interaksi terjadi bila suatu obat menggeser obat lain dari tempat
ikatannya dengan protein plasma sehingga kadar obat yang bebas
didalam darah meningkat, akibatnya efek obat tersebut bertambah.

11

3. Biotransformasi
Biotransformasi obat terutama terjadi dimikrosoma sel hati. Mikrosoma
ini sangat peka terhadap aksi obat berarti produksi enzim-enzimnya
dapat

bertambah

atau

berkurang,

perangsangan

mikrosoma

mengakibatkan aktivitas obat menurun sedangkan pengharnbatan


menyebabkan aktivitas obat meningkat atau bertahan lama.
4. Perubahan ekskresi
Bila sesuatu obat mempengaruhi ekskresi obat lain melalui ginjaJ,
dapat terjadi perobahan aktivitas dan lama kerja sesuatu obat

2.7.3 lnteraksi farmakodinamik


Interaksi ini terjadi bila sesuatu obat secara langsung merubah aksi
molekuler atau kerja fisiologis obat lain. Kemungkinan-kemungkinan
yang dapat terjadi :
1. Obat-obat tersebut menghasilkan kerja yang sama padasatu
organ(sinergisme).
2. Obat-obat tersebut kerjanya saling bertentangan (antagonisme).
3. Obat-obat tersebut bekerja independen pada dua tempat terpisah

12

BAB III
PEMBAHASAN

3.1

Interaksi Obat Kasus Khusus - Diabetes Melitus


Diabetes mellitus adalah penyakit pada orang yang kelenjar

pankreasnya gagal menghasilkan insulin dalam jumlah cukup, atau


yang tubuhnya tak dapat menggunakan insulin dengan baik. Insulin
adalah hormone yang membawa gula dari darah ke sel tubuh yang
membutuhkannya

yang

mengubahnya

menjadi

energi.

Insulin

dihasilkan oleh kelenjar pankreas pada tubuh kita, hormone insulin


yang diproduksi oleh tubuh kita dikenal juga sebagai insulin endogen.
Namun, ketika kelenjar pancreas mengalami ganguan sekresi akan
terjadi hiperglikemia, di saat inilah tubuh membutuhkan hormone

13

insulin dari luar tubuh, atau dapat pula obat hipoglikemia oral. Pada
penderita diabetes melitus, gula tetap berada dalam darah lalu keluar
melalui urin, dan tidak dibawa ke sel untuk digunakan. Karena tak ada
gula, sel harus membakar lemak dan protein lebih dari biasanya.
Dalam keadaan normal kadar glukosa darah dapat dikontrol
dengan ketat oleh insulin suatu hormon yang diproduksi oleh pankreas.
Insulin dapat menurunkan kadar glukosa darah ketika kadar glukosa
darah naik (misalnya setelah makan) maka insulin dilepaskan dari
pankreas untuk menormalkan kadar glukosa. Pada pasien diabetes
tidak

adanya

atau

kurangnya

produksi

insulin

menyebabkan

hiperglekimia. Diabetes merupakan suatu kondisi medis yang bersifat


kronis artinya meskipun diabetes dapat dikontrol, diabetes adalah
penyakit seumur hidup.
Gejala diabetes adalah rasa lapar yang berlebihan, sering buang
air kecil, rasa haus yang amat sangat, lesu, mudah mengantuk, dan
kehilangan berat badan. Dibetes mellitus dibagi menjadi dua tipe ;
a. Diabetes melitus tipe 1
Terjadi pada usia muda, 80% kasus terjadi pada usia < 40
tahun.
Penyebabnya

auto

imunitas

genetik)

tidak

dapat

gaya

hidup,

memproduksi insulin
Terapinya hanya dengan insulin.
b. Diabetes mellitus tipe 2
Terjdi pada usia dewasa ( > 40 tahun)
Penyebabnya

pola

makan

yang

salah,

kegemukan yang menyebabkan kebutuhan insulin meningkat


sementara produksi insulin berkurang.
Terapinya : mengubah pola makan, olahraga, obat-obatan,
dan insulin.

14

Biasanya

penderita

diabetes,

dalam

keadaan

berpuasa

mempunyai kadar gula darah diatas 130mg/100ml dan setelah


makan kadarnya diatas 170mg/ml. diabetes yang tak ditangani
dengan baik dapat menimbulkan efek merugikan dalam jangka
panjang yaitu efek komplikasi berupa hipertensi, gagal jantung, gagal
ginjal, dan menimbulkan kebutaaan.
Pil atau insulin dapat menurunkan kadar gula darah. Pil bekerja
merangsang pancreas untuk meghasilkan lebih banyak insulin,
sementara insulin langsung menutupi kekurangan insulin dalam
tubuh.
3.2
NO

Beberapa Contoh Interaksi Obat Pada Diabetes

Obat Objek

Obat

Efek

Prespirant
1

Obat DM (oral Alkohol


dan insulin)

(bir, Efek

Keterangan/

Pemecahan

mekanisme

Masalah

obat Farmakokineti

anggur,

diabetes

dapat k

minuman

bertambah,

keras lainnya)

sehingga terjadi ,mengubah

diberikan

Alkohol

hipoglikemia.

Tidak

dapat secara
bersamaan

kadar gula darah dan


yg tak terduga Penggunaan
dan

terjadi alcohol

penurunan

dibatasi

hebat kadar gula sekecil


dlm darah.
2

obat Farmakokineti

mungkin

Obat diabetes Allopurinol

Efek

oral

dan

diabetes

Probenesid

bertambah,

menurunkan

terjadi

kadar asam urat bersamaan.

dapat k

Tidak
diberikan
secara

15

hipoglikemia.

serum dan urin


dengan
menghambat
pembentukan

Obat diabetes Antikoagulan

1.

oral

diabetes

asam urat.
obat Farmakokineti

efek

dapat k

Tidak
diberikan

bertambah,

menghambat

secara

terjadi

pembentukan

bersamaan.

hipoglikemia.

atau

2.

efek menghambat

antikoagulan

fungsi beberapa

dapat

faktor

bertambah,

pembekuan

resiko

darah.

pemdarahan
4

Diabetic oral

Aspirin

Obat DM (oral Obat


dan insulin)

dapat naik.
Efek
obat

Tidak

diabetes

diberikan

dapat

bertambah,

secara

terjadi

bersamaan

hipoglikemia
jantung Dapat

Farmakodinam

Tidak

pemblok beta. meningkatkan

ik

diberikan

(atenolol,

atau

Menghambat

secara

propanolol)

menurunkan

denyut jantung

bersamaan.

efek
diabetes.

obat

Selain

itu

dokter harus
memantau
secara

hati-

hati

efek

obat
16

yg

Kloramfenikol

Diabetic oral

Efek

timbul
Tida

obat

diabetes

dapat

1. Farmak
okineti
k

bertambah,
terjadi

2.

hipoglikemia
Dapat

pula

menyebabkan
depresi

sumsum

tulang, gejalanya;
sakit

leher,

radang

mulut,

kehilangan

obat
dengan
mudah
masuk
ke
dalam
sel
melalui
proses
difusi
terfasilit
asi

diberikan
secara
bersamaan.

tenaga.
7

Metformin

Gliburid

Metformin

Farmakodinamik

meningkatkan

Tidak

AUC Merangsang

dan Cmax gliburid.

sekresi diberikan
insulin dari granul sel- secara
sel beta pankreas

Obat

flu

batuk

/ Obat DM (oral Efek


yg dan insulin)

bersamaan.
pelega Tidak

obat Obat

diabetes dilawan, hidung

dapat diberikan
kedalam secara

mengandung

terjadi

diserap

pelega hidung.

hiperglikemia.

aliran darah dan


menyebabkan
interaksi

bersamaan
dan pilih obat
flu/batuk
bebas

yg
gula

dan alcohol.
9

Diuretika

Obat DM (oral Efek


dan insulin)

obat

dilawan,

dapat Diuretik

yang Tidak

terjadi berinteraksi

hiperglikemia.

disebut

diuretic secara

pembuang
kalium. Lasix dan
asam

diberikan

etakrinat

bersamaan,
atau
diberikan

17

tidak

termasuk diuretik

diuretic

dapat

pembuang

menahan

kalium,

hilangnya

interaksi

yg terjadi kecil.
10

Insulin

Diabetic oral

Efek kedua obat

Interaksi

dapat meningkat, terjadi

kalium.
ini Insulin

pada diberikan
silang, dalam jumlah

akibatnya

periode

hipoglikemia

pada saat beralih

aditif.

dari obat diabetes

kecil

oral ke insulin dan


sebaliknya.

3.3

Interaksi Obat pada kasusu khusus- Hipertensi

Hipertensi adalah
peningkatan

tekanan

suatu

keadaan

medis

di

mana

terjadi

darah

melebihi

normal.

Di

seluruh

dunia

hipertensi telah menjadi suatu penyakit yang dihubungkan dengan


angka morbiditas, mortalitas serta biaya (cost) yang tinggi di
masyarakat. Hipertensi juga merupakan faktor risiko penting, yang
dapat dimodifikasi, untuk penyakit jantung koroner, stroke, gagal
jantung

kongestif,

gagal

Antihipertensi adalah

ginjal

obat

dan

penyakit

obatan

yang

arteri

yg

peripheral.

digunakan

untuk

mengobati hipertensi. Antihipertensi juga diberikan pada individu


yang memiliki resiko tinggi untuk terjadinya penyakit kardiovaskular
dan mereka yang beresiko terkena stroke maupun miokard infark.
Pemberian obat bukan berarti menjauhkan individu dari modifikasi
gaya hidup yang sehat seperti mengurangi berat badan, mengurangi
konsumsi garam dan alkohol, berhenti merokok, mengurangi stress
dan berolahraga.
Sekali ditetapkan hipertensi, pertanyaan yang muncul, apakah
diperlukan pengobatan atau tidak dan obat mana yang digunakan
18

haruslah dipertimbangkan. Tingkat tekanan darah, umur dan jenis


kelamin pasien, tingkat keparahan kerusakan organ (jika ada) karena
tekanan darah tinggi serta kemungkinan adanya faktor-faktor resiko
kardiovaskular, semua harus dipertimbangkan.
Kesuksesan

pengobatan

hipertensi

menuntut

kepatuhan

terhadap instruksi diet dan penggunaan obat yang dianjurkan.


Pendidikan mengenai sifat alami hipertensi dan pentingnya perawatan
serta pengetahuan tentang efek-efek samping potensial obat sangat
perlu diberikan. Faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan kepatuhan
pasien adalah penyederhanaan aturan pemberian dosis dan juga
meminta pasien untuk memantau tekanan darahnya selama di rumah
PEMBAGIAN OBAT-OBAT ANTIHIPERTENSI
Dikenal 5 kelompok obat lini pertama (first line drug) yang lazim
digunakan untuk pengobatan awal hipertensi, yaitu:
1)
Diuretik
2)
Antiadrenergik
3)
Vasodilator
4)
Penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE-inhibitor)
5)
Antagonis Kalsium
3.4

Beberapa contoh Interaksi Obat pada Hipertensi

Obat A
Diuretik

Thiazide
diuretics
Hidroklortia
zid

Mekanism
e Kerja
Obat A
Meningkatk
an ekskresi
Na, Cl, dan
air melalui
penghamba
tan
transport
ion Na
melalui
epitel tubuli
ginjal.

Obat B

Mekanisme
Kerja Obat B

Obat
Sesuai dengan
Antihiperte
mekanisme
nsi dan
antihipertensi
diuretik
dan diuretik
Trimetopri
Trimethoprim
m
(TMP)
memblok
produksi asam
tetrahydrofolic
dengan
menghambat
enzim

Interaksi Obat
Menimbulkan efek
aditif (efek samping
hipotensi ortostatik).
Kadar natrium yang
sangat rendah terlihat
pada beberapa
pasienyang
menggunakanhidroklor
otiazid dengan
amiloride atau
triamterene

19

reduktase
dihydrofolate.

Pengham
bat
Adrenerg
ik
blockers
blockers
Adrenoli
tik
Sentral

Alpha
blockers

Menghamb
at reseptor
A1
sehingga
menyebabk
an
vasodilatasi
arteriol dan
venula
sehingga
menurunka
n resistensi
perifer

Alpha
blockers

Beta Bloker

ACEinhibitors

Beta
Blockers

Menghalan
gi
norepinephr
in dan
epinephrin
(adrenalin)
dari
pengikatan
pada
reseptorreseptor

Calciumchannel
blockers;
Diltiazem

Menghambat
enzim
Angiotensin
Converting
Enzyme (ACE)
sehingga
pembentukan
Angiotensin II
yang
diindikasikan
sebagai
vasokonstrikto
r kuat
terhambat
Menghalangi
norepinephrin
dan
epinephrin
(adrenalin)
dari
pengikatan
pada reseptorreseptor beta
pada sarafsaraf
Mendepresi
fungsi nodus
SA dan AV,
juga
vasodilatasi
arteri dan
arteriol
koroner serta
perifer

saat pasiendiberi
trimetoprim atau
kotrimoksazol.Trimetho
prim dapat
menyebabkan
hiperkalemia dan
inimenyebabkan aditif
dengan diuretik hemat
kalium, termasuk
antagonis aldosteron.
Peningkatan efek
hipotensif oleh ACEis.
Sinergis : Enalapril
(ACEis) + Bunazosin.
Potensiasi : Alfuzosin,
Prazosin, dan terazosin
+ ACEis

Peningkatan efek
hipotensif (pada
umumnya potensiasi
karena terdapat
beberapa kasus
dimana pasien pingsan
karena penggunaan
kombinasi ini)

Efek bradikardia dari


beta blockers dapat
aditif dengan
keterlambatan dalam
konduksi melalui node
atrioventrikular (AV
node) disebabkan oleh
diltiazem. Hal ini
menguntungkan
karena meningkatkan
efek antianginal pada
20

beta pada
saraf-saraf.
Beta Bloker

Klonidin

Klonidin

Fenitoin

Bekerja
pada
reseptor A2
di SSP
dengan
efek
penurunan
simpathetic
outflow

ACEinhibitor

Antipsikoti
k;
Haloperido

Bekerja di
korteks motor
dalam
menghambat
penyebaran
aktivitas
kejang.
Mungkin
bekerja
dengan
mempromosik
an
pengeluaran
natrium dari
neuron,
sehingga
menstabilkan
ambang
terhadap
hyperexcitabili
ty. Juga
menurunkan
post-tetanic
potentiation di
synapse.
Menghambat
enzim
Angiotensin
Converting
Enzyme (ACE)
sehingga
pembentukan
Angiotensin II
yang
diindikasikan
sebagai
vasokonstrikto
r kuat
terhambat
memblok
reseptor D2 di
mesolimbik,

kebanyakan pasien,
tetapi beberapa efek
ini dapat memperburuk
kelainan jantung.
Adisi efek depresan
jantung

Potensiasi efek
hipotensif apabila
kombinasi ini
digunakan

Efek samping hipotensi


dari penggunaan
antipsikotik dapat
21

Vasodilat
or

Diazoksid

Hidralazin

ACEinhibitor
dan ARB

Kaptopril

membuka
kanal
kalium
sensitif ATP
(ATPdependent
pottasium
channel)
dengan
akibat
terjadinya
effluks
kalium dan
hiperpolaris
asi
membran
yang diikuti
oleh
relaksasi
otot polos
pembuluh
darah dan
vasodilatasi
merelaksasi
secara
langsung
otot polos
arteriol

Hidralazin

Menghamb
at enzim
Angiotensin
Converting
Enzyme
(ACE)
sehingga

Tiazida

Beta
Blocker

mesokortikal,
nigostriatal
dan
tuberoinfundib
ular
merelaksasi
secara
langsung otot
polos arteriol

menghasilkan adisi
efek hipotensif dengan
kombinasinya bersama
klonidin

Menghalangi
norepinephrin
dan
epinephrin
(adrenalin)
dari
pengikatan
pada reseptorreseptor beta
pada sarafsaraf
Meningkatkan
ekskresi Na,
Cl, dan air
melalui
penghambata
n transport
ion Na melalui

Terjadinya peningkatan
level plasma dari beta
bloker (bersifat adiksi)

Bersifat adiksi dan


dapat menyebabkan
hipotensi akut pada
beberapa kasus.

Efek antihipertensif
yang aditif

22

Lisinopril

Antagoni
s Kalsium

felodipine

CaChannel
blockers

3.5

pembentuk
an
Angiotensin
II yang
diindikasika
n sebagai
vasokonstri
ktor kuat
terhambat
Mendepresi
fungsi
nodus SA
dan AV,
juga
vasodilatasi
arteri dan
arteriol
koroner
serta
perifer

Garlic
capsule

epitel tubuli
ginjal.
Menurunkan
tekanan darah

Alcohol

Alpha
blocker

efek antihipertensif
yang aditif bahkan
mampun menyebabkan
pasien kehilangan
kesadaran.
Kemungkinan Hipotensi
postural meningkat
dengan meningkatnya
efek antihipertensif.
Efek antihipertensif
biasanya bersifat aditif
Menurunkan tekanan
darah secara aditif

Menghambat
reseptor A1
sehingga
menyebabkan
vasodilatasi
arteriol dan
venula
sehingga
menurunkan
resistensi
perifer

Interaksi Obat pada kasusu khusus- Gagal Jantung

Penyakit Jantung Hipertensi merupakan penyakit penyerta yang


paling banyak dialami oleh 35 pasien (50%) merupakan komplikasi
penyakit jantung. Penyakit Jantung Hipertensi (Hipertensi heart disease
(HHD)) adalah istilah yang diterapkan untuk menyebutkan penyakit
jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle hyperthrophy
(LVH), aritmia jantung, penyakit jantung koroner, dan penyakit jantung
kronis, yang disebabkan karana peningkatan tekanan darah, baik
secara langsung maupun tidak langsung [9].
Langkah utama pada pengelolaan pasien dengan gagal jantung
kronis secara garis besar adalah
penurunan
beban
kerja
jantung, pembatasan natrium, pembatasan air (jarang diperlukan),
pemberian diuretik, pemberian penghambat ACE dan digitalis,
pemberian penyakat pada pasien dengan gagal jantung kelas II-III
yang stabil dan pemberian vasodilator [10].
Penatalaksanaan pasien selama menjalani perawatan, terdiri dari
pemberian larutan infuse, obat-obat yang diberikan dengan rute
23

parenteral dan peroral. Obat yang digunakan yaitu obat- obat untuk
penyakit gagal jantung ditambah dengan
obat-obat
untuk
mengobati
penyakit penyertaannya. Obat gagal jantung yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: diuretik (Furosemid dan
Spironolakton)), digitalis (Digoksin), vasodilator penyakat kanal kalsium
(Amlodipin). Interaksi obat yang berpotensi terjadi secara teoritis dari
obat gagal jantung dengan golongan obat gagal jantung lain,
atau obat gagal jantung dengan obat untuk pengobatan penyakit
penyerta yang diberikan pada pasien
3.6
No. Obat A
1

Beberapa Contoh Interaksi Obat pada Gagal Jantung


Obat B

Efek

Spironolakt Digoksin Digoksin


menurun
on

Aspirin

Aspirin meningkat

Mekanisme
Farmakokinetik
Interaksi terjadi
pada proses
Absorpsi,
Peningkatan
kemampuan dari
spironolakton
untuk berikatan
pada
glikoprotein P
ini
menyebabkan
glokoprotein
yang dapat
berikatan
dengan digoksin
menurun,
sehingga
digoksin yang
absorpsi
berkurang.

Pemecahan
Masalah
Agar tidak diberikan
secara bersamaan

Farmakokinetik Agar
Aspirin
juga memberikan
menghambat
yang tinggi
sekresi
aktif
canrenone
(metabolit
aktif
spironolakton),
sehingga
efek
metabolit
spironolakton
meningkat
untuk
24

tidak
dosis

pemberian
berikutnya
Amlodipi Digoksin
n
meningkat

Digoksin

PPI

Digoksin
meningkat

Rifampis Digoksin
in
menurun

dosis

Farmakokinetik
Amlodipin
menghambat
transporter
membran
Pglikoprotein
(Pgp),
sehingga
penghambatan
ini menyebabkan
digoksin yang di
ekskresi
berkurang.
Penurunan ekskresi
digoksin
menyebabkan
kadar digoksin di
dalam
darah
meningkat.
Farmakokinetik
Dimana amlodipin
menghambat
transporter
membran Pglikoprotein,
penghambatan ini
menyebabkan
digoksin yang di
ekskresi
berkurang, dan
terjadi peningkatan
kadar digoksin
dalam darah
Farmakokinetik
Interaksi
terjadi
pada
proses
metabolisme,
rifampisin
merupakan
penginduksi
enzim Cyp
1A
dan
3A,
menyebabkan
digoksin banyak
yang
di
metabolisme
menghasilkan

Dapat
diberikan
secara
bersamaan
karna
Amlodipine
tidak
mempunyai
efek terhadap ikatan
protein dari obatobat digoxin

Agar tidak diberikan


secara
bersamaan
karna
menyebabkan
digoksin yang di ekskresi
berkurang

Agar tidak diberikan


secara
bersamaan
karna
digoksin
banyak
yang
dimetabolisme dan
menghasilkan
metabolisme
yang
tidak aktif

25

Sukralfat Digoksin
menurun

Amlodipin

Bisoprolol
fumarat

Antagoni Amlodipin
meningkat
s H2

AINS

Amlodipin
menurun

AINS

Bisoprolol
menurun

metabolit
yang
tidak
aktif,
sehingga
efek
dari
digoksin
menurun
Farmakokinetik
Pemberian
bersama sukralfat
dengan
digoksin
menyebabkan
penurunan
absorpsi
dari
digoksin
Farmakokinetik
dimana penurunan
keasaman lambung
akan
meningkatkan
bioavailabilitas
amlodipin.
Farmakodinamik
Anti Inflamasi Non
Steroid
(AINS)
bekerja
menghambat
pembentukan
prostaglandin
sehingga
menghambat
vasodilatasi (terjadi
vasokontriksi) dan
menghambat
sekresi natrium di
ginjal
sehingga
terjadi
retensi
urine, kedua efek
ini
menyebabkan
tekanan
darah
meningkat.
Farmakodinamik
Dimana
Anti
Inflamasi
Non
Steroid (AINS)
bekerja
menghambat
enzim

Agar tidak diberikan


bersamaan
karna
menyebabkan penurunan
absorpsi dari digoksin

Agar tidak diberikan


bersamaan

Agar tidak diberikan


secara
bersamaan
karna
berpotensi
terjadinya perdarahan

Agar tidak diberikan


secara
bersamaan
karna
akan
meningkatkan
tekanan darah

26

Amlodipi Efek sinergis


n

cyclooksigenase
sehingga
terjadi
pembentukan
prostaglandin.
Farmakodinamik
Dimana bisoprolol
bekerja
dengan
cara
memblok
reseptor
beta
adrenergik dengan
efek menurunkan
kerja
jantung.
Amlodipin bekerja
dengan
cara
menduduki
kanal
kalsium
yang
menyebabkan
penurunan
kontaktilitas
miokardium.

Agar tidak diberikan


bersamaan
karna
menyebabkan efek yang
tidak diinginkan yaitu
hipotensi dan bradikardi

27

KESIMPULAN
Terdapat beberapa garis besar mengenai interaksi obat terkait
dengan kasus diabetes:
Setiap pemberian obat ke dalam tubuh akan menimbulkan interaksi
obat tersebut, baik dengan makanan, zat kimia yamg masuk ke
dalam tubuh ataupun dengan obat-obat lain yang digunakan.
Interaksi obat yang terjadi dapat berakibat menguntungkan atau
merugikan. Menguntungkan bila meningkatkan efektivitas dan
mengurangi efek samping, merugikan bila menimbulkan efek toksik
bagi tubuh.
Mekanisme interaksi obat dibadakan atas 3 yakni; inkompabilitas,
interaksi farmakokinetik dan interaksi farmakodinamik.
Penyakit

diabetes

melitus

dalam

jangka

panjang

dapat

menimbulkan efek komplikasi, sehingga penderita diabetes dengan


komplikasi akan mengkonsumsi obat lebih dari satu jenis obat, yang
pada akhirnya akan terjadi interaksi obat.
Dari semua pengobatan dengan kombinasi obat, pada penderita
diabetes yang terbaik adalah dengan tetap mengontrol pola makan
dan olah raga yang teratur.
Telah dibicarakan tentang interaksi obat beta-blocker dengan obatobat lain. Dari pembicaraan ini diperoleh hasil bahwa interaksi obat
tersebut ada yang menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan.

28

Dengan mengetahui interaksi betablocker dengan berbagai obat, maka


menjadi kewajiban kita untuk berhati hati dalam penggunaanya.

DAFTAR PUSTAKA

C.A.S. Wink; Report on the symposium Beta-blocker and the


Central Nervous System; Asian Medical Journal, Vol 19.hal 71,
1976.
C.de B. Whita, PhD.; Peripheral ganggren complicating Betablockade; The Lancet, Vol. II, Hal.664, 1977.
Frederick H. Meyers,M.D.; Ernest Jawetz,PhD,M.D., Alan Goldfien, M.D;
Review of Medical Pharmacology, Edisi 5, 1976.
Ganiswara, G. Sulis, Farmakologi dan Terapi, Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteraan UI, 1995, Edisi
IV
Harkness, Richard, R.PH, Interaksi Obat, Bandung: Institut Teknologi
Bandung, 1989.
29

Hasil

makalah

dr.Soetiona

Gafar,

FK

USU

pada

perkuliahan

Farmakologi
Hendrika J Wall- Manning; Hypertension, Edisi 5, 1976.
Ivan Stockley, B. Pharm,PhD,MPS.; Drug Interactions and their
mechanisms; First Published in the Phannaceutical Journal,
1974.

30

Anda mungkin juga menyukai