Anda di halaman 1dari 11

Accelerat ing t he world's research.

Jurnal Interaksi Obat


Ghiyats Kaluku

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

MAKALAH METABOLISME OBAT


Prima Windi Ast ut i

METABOLISME OBAT
Irenne Agust ina
ARTIKEL

INTERAKSI OBAT DAN BEBERAPAIMPLIKASINYA

Retno Gitawati

Abstract
Drug-drug interactions can initiate undesirable or adverse effects. This could have a clinical
implication and could also become serious health problems. Since a large number of drugs are
introduced and marketed every year, new interactions between concomitant medications might possibly
increase. The safety profile of drugs including the impacts of drug-drug interactions can be provided
from pharmacoepidemiology and pharmacovigilance data.
There are some mechanisms of drug-dug interactions, i.e. pharmaceutics interaction, pharmacokinetics
and pharmacodynamics interactions. However, only pharmacodynamic interaction can be predicted
and the effect usually applies equally to any drugs in the same class therapy. On the other hand,
pharmacokinetic interactions cannot be predicted or extrapolated to any drugs in the same class
therapy because of differences in their pharmacokinetics profiles. Information on how is the mechanism
of drug-drug interaction is needed, so the possible adverse effect due to drug-drug interactions can be
anticipated.

Keywords: drug-drug interaction, adverse effect, pharmacokinetics, pharmacodynamics

Pendahuluan.

I nteraksi obat terjadi jika efek suatu obat


(index drug) berubah akibat adanya obat lain
(precipitant drug), makanan, atau minuman.
Interaksi obat dapat menghasilkan efek yang
memang dikehendaki (Desirable Drug
rumah sakit, lebih dari 77% terjadi pada pasien
HIV yang diobati dengan obat-obat penghambat
protease.3"5 Sedangkan di Indonesia, data yang
pasti mengenai insidens interaksi obat masih
belum terdokumentasi antara lain juga karena
Interaction), atau efek yang tidak dikehendaki belum banyak studi epidemiologi dilakukan di
(Undesirable/Adverse Drug Interactions = ADIs) Indonesia untuk hal tersebut.
yang lazimnya menyebabkan efek samping obat Sebagian besar informasi diperoleh dari
dan/atau toksisitas karena meningkatnya kadar laporan-laporan kasus terpisah, uji-uji klinik,
obat di dalam plasma, atau sebaliknya dan/atau studi-studi farmakokinetik pada subyek
menurunnya kadar obat dalam plasma yang sehat dan usia muda yang tidak sedang
menyebabkan hasil terapi menjadi tidak optimal. menggunakan obat-obat lainnya, sehingga untuk
Sejumlah besar obat baru yang dilepas di pasaran menetapkan risiko efek samping akibat suatu
setiap tahunnya menyebabkan munculnya interaksi obat pada seorang pasien tertentu
interaksi baru antar obat akan semakin sering seringkali tidak dapat secara langsung. Profil
terjadi.1 keamanan suatu obat seringkali baru didapatkan
Beberapa laporan studi menyebutkan setelah obat tersebut sudah digunakan cukup lama
proporsi interaksi obat dengan obat lain (antar dan secara luas di masyarakat, termasuk oleh
obat) berkisar antara 2,2% sampai 30% terjadi populasi pasien yang sebelumnya tidak terwakili
pada pasien rawat-inap dan 9,2% sampai 70,3% dalam uji klinik obat tersebut. Konsekuensinya,
terjadi pada pasien-pasien rawat jalan, walaupun diperlukan beberapa bulan atau bahkan tahun
kadang-kadang evaluasi interaksi obat tersebut sebelum diperoleh data yang memadai tentang
memasukkan pula interaksi secara teoretik selain masalah efek samping akibat interaksi obat.
interaksi obat sesungguhnya yang ditemukan dan Namun, studi pharmacovigilance dan post
terdokumentasi.2 Di Amerika Serikat, insidens marketing surveilance yang antara lain di kelola
interaksi obat yang mengakibatkan reaksi efek oleh industri farmasi diharapkan berperan cukup
samping sebanyak 7,3% terjadi di rumah sakit, besar guna mendapatkan data interaksi dan efek
lebih dari 88% terjadi pada pasien geriatrik di

* Puslitbang Biomedis dan Farmasi, Badan Litbangkes

Media Litbang Kesehatan Volume XVIII Nomor 4 Tahun 2008 175


samping obat, terutama nntuk obat-obat baru yang Mekanisme interaksi yang melibatkan
semakin banyak muncul dan beredar di pasaran. absorpsi gastrointestinal dapat terjadi melalui
Informasi mengenai seberapa sering beberapa cara: (1) secara langsung, sebelum
seseorang mengalami risiko efek samping karena absorpsi; (2) terjadi perubahan pH cairan
interaksi obat, dan seberapa jauh risiko efek gastrointestinal; (3) penghambatan transport aktif
samping dapat dikurangi diperlukan jika akan gastrointestinal; (4) adanya perubahan flora usus
mengganti obat yang berinteraksi dengan obat dan (5) efek makanan.
alternatif. Dengan mengetahui bagaimana Interaksi yang terjadi secara langsung
mekanisme interaksi antar obat, dapat sebelum obat diabsorpsi contohnya adalah
diperkirakan kemungkinan efek samping yang interaksi antibiotika (tetrasiklin, fluorokuinolon)
akan terjadi dan melakukan antisipasi. Makalah dengan besi (Fe) dan antasida yang mengandung
ini bermaksud menguraikan beberapa mekanisme Al, Ca, Mg, terbentuk senyawa chelate yang tidak
interaksi antar obat dan implikasi klinik akibat larut sehingga obat antibiotika tidak diabsorpsi.
efek samping yang terjadi karena interaksi Obat-obat seperti digoksin, siklosporin, asam
tersebut. valproat menjadi inaktif jika diberikan bersama
adsorben (kaolin, charcoal) atau anionic exchange
Mekanisme terjadinya interaksi-obat resins (kolestiramin, kolestipol).
Mekanisme interaksi obat dapat melalui Terjadinya perubahan pH cairan
beberapa cara, yakni 1) interaksi secara farmasetik gastrointestinal, misalnya peningkatan pH karena
(inkompatibilitas); 2) interaksi secara adanya antasida, penghambat-H2, ataupun
farmakokinetik dan 3) interaksi secara penghambat pompa-proton akan menurunkan
farmakodinamik. absorpsi basa-basa lemah (misal, ketokonazol,
itrakonazol) dan akan meningkatkan absorpsi
(1) Interaksi farmasetik: obat-obat asam lemah (misal, glibenklamid,
Interaksi farmasetik atau disebut juga glipizid, tolbutamid). Peningkatan pH cairan
inkompatibilitas farmasetik bersifat langsung dan gastrointestinal akan menurunkan absorpsi
dapat secara fisik atau kimiawi, misalnya antibiotika golongan selafosporin seperti
terjadinya presipitasi, perubahan warna, tidak sefuroksim aksetil dan sefpodoksim proksetil
terdeteksi (invisible), yang selanjutnya Mekanisme interaksi melalui
menyebabkan obat menjadi tidak aktif. Contoh: penghambatan transport aktif gastrointestinal,
interaksi karbcnisilin dengan gentamisin terjadi misalnya grapefruit juice, yakni suatu inhibitor
inaktivasi; fenitoin dengan larutan dextrosa 5% protein transporter uptake pump di saluran cerna,
terjadi presipitasi; amfoterisin B dengan larutan akan menurunkan bioavailabilitas beta-bloker dan
NaCl fisiologik, terjadi presipitasi. beberapa antihistamin (misalnya, fexofenadin)
jika diberikan bersama-sama.7 Pemberian digoksin
(2) Interaksi farmakokinetik: bersama inhibitor transporter efflux pump P-
Interaksi dalam proses farmakokinetik, glikoprotein (a.l. ketokonazol, amiodarone,
yaitu absorpsi, distribusi, metabolisme dan quinidin) akan meningkatkan kadar plasma
ekskresi (ADME) dapat meningkatkan ataupun digoksin sebesar 60-80% dan menyebabkan
menurunkan kadar plasma obat.6 Interaksi obat intoksikasi (blokade jantung derajat-3),
secara farmakokinetik yang terjadi pada suatu menurunkan ekskresinya lewat empedu, dan
obat tidak dapat diekstrapolasikan (tidak berlaku) menurunkan sekresinya oleh sel-sel tubulus ginjal
untuk obat lainnya meskipun masih dalam satu proksimal.8
kelas terapi, disebabkan karena adanya perbedaan Adanya perubahan flora usus, misalnya
sifat fisikokimia, yang menghasilkan sifat akibat penggunaan antibiotika berspektrum luas
farmakokinetik yang berbeda. Contohnya, yang mensupresi flora usus dapat menyebabkan
interaksi farmakokinetik oleh simetidin tidak menurunnya konversi obat menjadi komponen
dimiliki oleh H2-bloker lainnya; interaksi oleh aktif. Efek makanan terhadap absorpsi terlihat
terfenadin, aztemizole tidak dimiliki oleh misalnya pada penurunan absorpsi penisilin,
antihistamin non-sedatif lainnya. rifampisin, INH, atau peningkatan absorpsi HCT,
fenitoin, nitrofurantoin, halofantrin, albendazol,
Interaksi yang terjadi pada proses absorpsi mebendazol karena pengaruh adanya makanan.
gastrointestinal Makanan juga dapat menurunkan metabolisme

176
Media Litbang Kesehatan Volume XVIII Nomor 4 Tahun 2008
lintas pertama dari propranolol, metoprolol, dan beberapa contoh substrat, inhibitor dan
hidralazine sehingga bioavailabilitas obat-obat induktornya.
tersebut meningkat, dan makanan berlemak Interaksi inhibitor CYP dengan
meningkatkan absorpsi obat-obat yang sukar larut substratnya akan menyebabkan peningkatan kadar
dalam air seperti griseovulvin dan danazol.6 plasma atau peningkatan bioavailabilitas sehingga
memungkinkan aktivitas substrat meningkat
Interaksi yang terjadipada proses distribusi. sampai terjadinya efek samping yang tidak
Mekanisme interaksi yang melibatkan dikehendaki. Berikut ini adalah contoh-contoh
proses distribusi terjadi karena pergeseran ikatan interaksi yang melibatkan inhibitor CYP dengan
protein plasma. Interaksi obat yang melibatkan substratnya:12
proses distribusi akan bermakna klinik jika: (1) (1) Interaksi terfenadin, astemizol, cisapride
obat indeks memiliki ikatan protein sebesar > (substrat CYP3A4/5) dengan ketokonazol,
85%, volume distribusi (Vd) obat < 0,15 I/kg dan itrakonazol, etitromisin, atau klaritromisin
memiliki batas keamanan sempit; (2) obat (inhibitor poten CYP3A4/5) akan
presipitan berikatan dengan albumin pada tempat meningkatkan kadar substrat, yang
ikatan (finding site) yang sama dengan obat menyebabkan toksisitas berupa perpanjangan
indeks, serta kadarnya cukup tinggi untuk interval QT yang berakibat terjadinya aritmia
menempati dan menjenuhkan binding-site nya [9]. ventrikel (torsades de pointes) yang fatal
Contohnya, fenilbutazon dapat menggeser (cardiac infarct).
warfarin (ikatan protein 99%; Vd = 0,14 I/kg) dan (2) Interaksi triazolam, midazolam (substrat)
tolbutamid (ikatan protein 96%, Vd = 0,12 I/kg) dengan ketokonazol, eritromisin (inhibitor)
sehingga kadar plasma warfarin dan tolbutamid akan meningkatkan kadar substrat,
bebas meningkat. Selain itu, fenilbutazon juga meningkatkan bioavailabilitas (AUC) sebesar
menghambat metabolisme warfarin dan 12 kali, yang berakibat efek sedasi obat-obat
tolbutamid. sedative di atas meningkat dengan jelas.

Interaksi yang terjadi pada proses metabolisme Induktor atau zat yang menginduksi
obat. enzim pemetabolis (CYP) akan meningkatkan
Mekanisme interaksi dapat berupa (1) sistensis enzim tersebut. Interaksi induktor CYP
penghambatan (inhibisi) metabolisme, (2) induksi dengan substratnya menyebabkan laju kecepatan
metabolisme, dan (3) perubahan aliran darah metabolisme obat (substrat) meningkat sehingga
hepatik.9 kadarnya menurun dan efikasi obat akan menurun;
Hambatan ataupun induksi enzim pada atau sebaliknya, induksi CYP menyebabkan
proses metabolisme obat terutama berlaku meningkatnya pembentukan metabolit yang
terhadap obat-obat atau zat-zat yang merupakan bersifat reaktif sehingga memungkinkan
substrat enzim mikrosom hati sitokrom P450 timbulnya risiko toksik. Berikut adalah contoh-
(CYP).10 Beberapa isoenzim CYP yang penting contoh interaksi yang melibatkan induktor CYP
dalam metabolisme obat, antara lain: CYP2D6 dengan substratnya:
yang dikenal juga sebagai debrisoquin (1) Kontraseptik oral (hormon estradiol) dengan
hidroksilase dan merupakan isoenzim CYP adanya induktor enzim seperti rifampisin,
pertama yang diketahui, aktivitasnya dihambat deksametason, menyebabkan kadar estradiol
oleh obat-obat seperti kuinidin, paroxetine, menurun sehingga efikasi kontraseptik oral
terbinafine; CYP3A yang memetabolisme lebih menurun
dari 50% obat-obat yang banyak digunakan dan (2) Asetaminofen (parasetamol) yang merupakan
terdapat selain di hati juga di usus halus dan substrat CYP2E1, dengan adanya induktor
ginjal, antara lain dihambat oleh ketokonazol, enzim seperti etanol, ENH, fenobarbital yang
itrakonazol, eritromisin, klaritromisin, diltiazem, diberikan secara terus menerus (kronik),
nefazodon; CYP1A2 merupakan ezim menyebabkan peningkatan metabolisme
pemetabolis penting di hati untuk teofilin, kofein, asetaminofen menjadi metabolit reaktif
klozapin dan R-warfarin, dihambat oleh obat-obat sehingga meningkatkan risiko terjadinya
seperti siprofloksasin,fluvoksamin.11"' TABEL 1 hepatotoksisitas.
menunjukkan contoh isoenzim CYP serta (3) Teofilin (substrat CYP1A2) pada perokok
(hidrokarbon polisiklik aromatik pada asap

Media Litbang Kesehatan Volume XVIII Nomor 4 Tahun 2008 177


sigaret adalah induktor CYP1A2), atau jika furosemid, sehingga efek diuretiknya menurun;
diberikan bersama karbamazepin (induktor), salisilat menghambat sekresi probenesid ke tubuli
akan meningkatkan metabolisme teofilin ginjal sehingga efek probenesid sebagai
sehingga diperlukan dosis teofilin lebih urikosurik menurun.
tinggi. Tetapi jika pemberian karbamazepin Perubahan pH urin akibat interaksi obat
dihentikan sementara dosis teofilin tidak akan menghasilkan perubahan klirens ginjal
diubah, dapat terjadi intoksikasi teofilin yang melalui perubahan jumlah reabsorpsi pasif di
berat. tubuli ginjal. Interaksi ini akan bermakna klinik
jika: (1) fraksi obat yang diekskresi utuh oleh
Interaksiyang terjadi pada proses ekskresi obat. ginjal cukup besar (> 30%), dan (2) obat berupa
Mekanisme interaksi obat dapat terjadi basa lemah dengan pKa 7,5-10 atau asam lemah
pada proses ekskresi melalui empedu dan pada dengan pKa 3,0 - 7,5. Beberapa contoh antara
sirkulasi enterohepatik, sekresi tubuli ginjal, dan lain: obat bersifat basa lemah (amfetamin, efedrin,
karena terjadinya perubahan pH urin. Gangguan fenfluramin, kuinidin) dengan obat yang
dalam ekskresi melalui empedu terjadi akibat mengasamkan urin (NH4C1)) menyebabkan
kompetisi antara obat dan metabolit obat untuk klirens ginjal obat-obat pertama meningkat
sistem transport yang sama, contohnya kuinidin sehingga efeknya menurun; obat-obat bersifat
menurunkan ekskresi empedu digoksin, asam (salisilat, fenobarbital) dengan obat-obat
probenesid menurunkan ekskresi empedu yang membasakan urin seperti antasida
rifampisin. Obat-obat tersebut memiliki sistem (mengandung NaHCO3, A1(OH)3, Mg(OH)2),
transporter protein yang sama, yaitu P- akan meningkatkan klirens obat-obat pertama,
glikoprotein.17 Obat-obat yang mengham-bat P- sehingga efeknya menurun.
glikoprotein di intestin akan meningkatkan
bioavailabilitas substrat P-glikoprotein, sedangkan (3) Inter aksi farmakodinamik:
hambatan P-glikoprotein di ginjal dapat Interaksi farmakodinamik adalah interaksi
menurunkan ekskresi ginjal substrat. Contoh, antara obat yang bekerja pada sistem reseptor,
itrakonazol, suatu inhibitor P-glikoprotein di tempat kerja atau sistem fisiologik yang sama
ginjal, akan menurunkan klirens ginjal digoksin sehingga terjadi efek yang aditif, sinergistik, atau
(substrat P-glikoprotein) jika diberikan bersama- antagonistik, tanpa ada perubahan kadar plasma
sama, sehingga kadar plasma digoksin akan ataupun profil farmakokinetik lainnya. Interaksi
meningkat.18 farmakodinamik umumnya dapat diekstrapolasi-
Sirkulasi enterohepatik dapat diputus-kan kan ke obat lain yang segolongan dengan obat
atau diganggu dengan mengikat obat yang yang berinteraksi, karena klasifikasi obat adalah
dibebaskan atau dengan mensupresi flora usus berdasarkan efek farmakodinamiknya. Selain itu,
yang menghidrolisis konjugat obat, sehingga obat umumnya kejadian interaksi farmakodinamik
tidak dapat direabsorpsi. Contoh: kolestiramin,- dapat diramalkan sehingga dapat dihindari
suatu binding agents-, akan mengikat parent sebelumnya jika diketahui mekanisme kerja obat.6'
drug (misalnya warfarin, digoksin) sehingga re-
absorpsinya terhambat dan klirens meningkat. Contoh interaksi obat pada reseptor yang
Antibiotik berspektrum luas (misalnya rifampisin, bersifat antagonistik misalnya: interaksi antara P-
neomisin) yang mensupresi flora usus dapat bloker dengan agonis-p2 pada penderita asma;
mengganggu sirkulasi enterohepatik metabolit interaksi antara penghambat reseptor dopamin
konjugat obat (misalnya kontrasepsi (haloperidol, metoclo-pramid) dengan levodopa
oral/hormonal) sehingga konjugat tidak dapat pada pasien parkinson. Beberapa contoh interaksi
dihidrolisis dan reabsorpsinya terhambat dan obat secara fisiologik serta dampaknya antara lain
berakibat efek kontrasepsi menurun. sebagai berikut: interaksi antara aminogliko-sida
Penghambatan sekresi di tubuli ginjal dengan furosemid akan meningkatkan risiko
terjadi akibat kompetisi antara obat dan metabolit ototoksik dan nefrotoksik dari aminoglikosida; P-
obat untuk sistem transport yang sama, terutama bloker dengan verapamil menimbulkan gagal
sistem transport untuk obat bersifat asam dan jantung, blok AV, dan bradikardi berat;
metabolit yang juga bersifat asam. Contoh: benzodiazepin dengan etanol meningkatkan
fenilbutazon dan indometasin menghambat sekresi depresi susunan saraf pusat (SSP); kombinasi
ke tubuli ginjal obat-obat diuretik tiazid dan

178
Media Litbang Kesehatan Volume XVIII Nomor 4 Tahun 2008
obat-obat trombolitik, antikoagulan dan anti yang mengancam kehidupan. Beberapa penyakit
platelet menyebabkan perdarahan. seperti penyakit hati kronik dan kongesti hati
Penggunaan diuretik kuat (misal furosemid) menyebabkan penghambatan metabolisme obat-
yang menyebabkan perubahan keseimbangan obat tertentu yang dimetabolisme di hati
cairan dan elektrolit seperti hipokalemia, dapat (misalnya simetidin) sehingga toksisitasnya dapat
meningkatkan toksisitas digitalis jika diberikan meningkat. Pemberian relaksans otot bersama
bersama-sama. Pemberian furosemid bersama aminoglikosida pada penderita miopati,
relaksan otot (misal, d-tubokurarin) menyebabkan hipokalemia, atau disfungsi ginjal, dapat
paralisis berkepanjangan. Sebaliknya, penggunaan menyebabkan efek relaksans otot meningkat dan
diuretik hemat kalium (spironolakton, amilorid) kelemahan otot meningkat.
bersama dengan penghambat ACE (kaptopril) Polimorfisme adalah salah satu faktor
menyebabkan hiperkalemia. Kombinasi anti genetik yang berperan dalam interaksi obat.
hipertensi dengan obat-obat anti inflamasi non- Pemberian fenitoin bersama INH pada kelompok
steroid (NSAID) yang menyebabkan retensi polimorfisme asetilator lambat dapat
garam dan air, terutama pada penggunaan jangka menyebabkan toksisitas fenitoin meningkat. Obat-
lama, dapat menurunkan efek antihipertensi. obat OTC seperti antasida, NSAID dan rokok
yang banyak digunakan secara luas dapat
Implikasi klinis interaksi obat. berinteraksi dengan banyak sekali obat-obat lain.
Interaksi obat sering dianggap sebagai Ringkasan beberapa interaksi obat yang
sumber terjadinya efek samping obat (adverse berpotensi serius tergambar pada TABEL 2.1
drug reactions), yakni jika metabolisme suatu
obat indeks terganggu akibat adanya obat lain Interaksi obat yang dikehendaki
(precipitant) dan menyebabkan peningkatan kadar Adakalanya penambahan obat lain justru
plasma obat indeks sehingga terjadi toksisitas. diperlukan untuk meningkatkan atau
Selain itu interaksi antar obat dapat menurunkan mempertahankan kadar plasma obat-obat tertentu
efikasi obat. Interaksi obat demikian tergolong sehingga diperoleh efek terapetik yang
sebagai interaksi obat "yang tidak dikehendaki" diharapkan. Selain itu, penambahan obat lain
atau Adverse Drug Interactions (ADIs). Meskipun diharapkan dapat mengantisipasi atau
demikian, beberapa interaksi obat tidak selalu mengantagonis efek obat yang berlebihan.
harus dihindari karena tidak selamanya serius Penambahan obat lain dalam bentuk kombinasi
untuk mencederai pasien. (tetap ataupun tidak tetap) kadang-kadang disebut
pharmacoenhancement, juga sengaja dilakukan
Interaksi obat yang tidak dikehendaki (ADIs) untuk mencegah perkembangan resistensi,
Interaksi obat yang tidak dikehendaki meningkatkan kepatuhan, dan menurunkan biaya
(ADIs) mempunyai implikasi klinis jika: (1) obat terapi karena mengurangi regimen dosis obat yang
indeks memiliki batas keamanan sempit; (2) mula harus diberikan.20"22
kerja (onset of action) obat cepat, terjadi dalam label 1 adalah contoh-contoh interaksi
waktu 24 jam; (3) dampak ADIs bersifat serius antar obat yang diharapkan menghasilkan efek
atau berpotensi fatal dan mengancam kehidupan; yang dikehendaki.
(4) indeks dan obat presipitan lazim digunakan Kombinasi suatu anti aritmia yang memiliki
dalam praktek klinik secara bersamaan dalam waktu paruh singkat misalnya prokainamid,
kombinasi.1'19 dengan simetidin dapat mengubah parameter
Banyak faktor berperan dalam terjadinya farmakokinetik prokainamid. Simetidin akan
ADIs yang bermakna secara klinik, antara lain memperpanjang waktu paruh prokainamid dan
faktor usia, faktor penyakit, genetik, dan memperlambat eliminasinya. Dengan demikian
penggunaan obat-obat preskripsi bersama-sama frekuensi pemberian dosis prokainamid sebagai
beberapa obat-obat OTC sekaligus. Usia lanjut anti aritmia dapat dikurangi dari setiap 4-6 jam
lebih rentan mengalami interaksi obat. Pada menjadi setiap 8 jam/hari, sehingga kepatuhan
penderita diabetes melitus usia lanjut yang disertai dapat ditingkatkan.20
menurunnya fungsi ginjal, pemberian penghambat Dalam regimen pengobatan HIV,
ACE (misal: kaptopril) bersama diuretik hemat diperlukan kombinasi obat-obat penghambat
kalium (misal: spironolakton, amilorid, protease untuk terapi HIV dengan tujuan
triamteren) menyebabkan terjadinya hiperkalemia mengubah profil farmakokinetik obat-obat

Media Litbang Kesehatan Volume XVIII Nomor 4 Tahun 2008 179


tersebut. Misalnya, penghambat protease lopinavir menghambat metabolisme lopinavir oleh
jika diberikan tunggal menunjukkan CYP3A4 di usus dan hati.22
bioavailabilitas rendah sehingga tidak dapat Kombinasi obat-obat anti malaria dengan
mencapai kadar plasma yang memadai sebagai mula kerja cepat tetapi waktu paruhnya singkat
antivirus. Dengan mengombinasikan lopinavir (misal, artemisinin) dengan obat anti malaria lain
dengan ritonavir dosis rendah, maka yang memiliki waktu paruh lebih panjang, akan
bioavailabilitas lopinavir akan meningkat dan obat meningkatkan efktivitas obat anti malaria tersebut
mampu menunjukkan efikasi sebagai antiviral. dan mengurangi relaps. Kombinasi obat-obat anti
Ritonavir dosis rendah tidak memiliki efek tuberkulosis diharapkan akan memperlambat
antiviral namun cukup adekuat untuk terjadinya resistensi.

label 1. Daftar Isozim CYP, substrat, inhibitor dan induktor CYP13

Isoenzim CYP SUBSTRAT INHIBITOR INDUKTOR


CYP2D6 Amitriptilin Amiodarone Rifampisin
betabloker celecoxib
debrisokuin difenhidramin
fenasetin flufenazin
haloperidol halofantrin
kodein klorpromazin
metoprolol kuinidin
metoklopramid metadon
prokainamid ranitidin
propranolol ritonavir
tramadol simetidin
diazepam Fluoksetin Karbamazepin
flunitrazepam indometazin fenobarbital
CYP2C19 heksobarbital ketokonazol prednison
imipramin omeprazol rifampisin
klomipramin probenesid
lansoprazol ritonavir
kontraseptik oral simetidin
CYP3A4/5 astemizol Ketokonazol Dexametazon
asetaminofen itrakonazol etanol
cisapride eritomisin rifampisin
terfenadin klarirromisin INK
triazolam grapefruit juice
midazolam ritonavir
felodipin diltiazem
karbamazepin
simva-Tlovastatin
CYP1A2 teofilin siprofloksasin rifampisin
kofein fluvoksamin karbamazepin
klozapin barbiturat
warfarin asap rokok
charcoal grill-meat

180
Media Litbang Kesehatan Volume XVIII Nomar 4 Tahun 2008
Tabel 2. Ikhtisar Beberapa Interaksi Obat Serius1

Interaksi Efek potensial Waktu mula Keterangan dan


munculnya efek Rekomendasi
Warfarin dengan Efek warfarin Umumnya dalam Pilih/ganti antibiotika
siprofloksasin, klaritromisin, meningkat waktu 1 minggu alternative
eritromisin, metronidazol, atau
ko-trimoksazol
Warfarin dengan asetaminofen Perdarahan Setiap waktu Sedapat mungkin guna-kai
meningkat, INR dosis asetaminofen
meningkat terendah, monitor INR
Warfarin dengan asetosal Perdarahan Setiap waktu Batasi dosis asetosal
meningkat, INR lOOmg/hari dan monitor
meningkat INR
Warfarin dengan NSAID Perdarahan Setiap waktu Sedapat mungkin hindari
meningkat, INR penggunaan obat-obat
meningkat tsb bersamaan. Jika
diperlukan penggunaan
bersama, gunakan
inhibitor Cox-2 dan
monitor INR
Fluorokuinolon dengan kation Absorpsi Setiap waktu Beri jarak waktu
di/trivalen atau sucralfate fluorokuinolon pemberian2-4jam
menurun
Karbamazepin dengan Kadar plasma Umumnya dalam Monitor kadar plasma
simetidin, eritromisin, karbamazepin waktu 1 minggu karbamazepin
klaritromisin atau flukonazol meningkat
Fenobarbital dengan simetidin, Kadar plasma Umumnya dalam Kemaknaan secara klinis
eritromisin, klaritromisin atau fenobarbital waktu 1 minggu masih belum mapan.
flukonazol meningkat Monitor kadar plasma
fenobarbital.
Fenitoin dengan rifampin Kadar plasma Umumnya dalam Kemaknaan secara klinis
fenitoin menurun waktu 1 minggu masih belum mapan.
Monitor kadar plasma
fenitoin
Fenobarbital dengan rifampin Kadar plasma Umumnya dalam Monitor kadar plasma
fenobarbital menurun waktu 1 minggu fenobarbital.
Karbamazepin dengan rifampin Kadar plasma Umumnya dalam Kemaknaan secara klinis
karbamazepin waktu 1 minggu masih belum mapan.
menurun Monitor kadar plasma
karbamazepin.
Lithium dengan NSAID atau Kadar plasma litium Setiap waktu Turunkan dosis litium
diuretik meningkat sampai 50% dan monitor
kadar plasma litium.

Media Litbang Kesehatan Volume XVIII Nomor 4 Tahun 2008 181


label 2. Ikhtisar Beberapa Interaksi Obat Serius uo (Lanjutan)

Interaksi Efek potensial Waktu mula Keterangan dan


munculnya Rekomendasi
efek
Pil kontraseptik oral dengan Keefektifan pil Setiap waktu Sedapat mungkin hindari
rifampin, antibiotic dan kontraseptik oral interaksi ini. Jika
troglitazon menurun kontrasepsi oral diperlukan,
gunakan kontraseptik oral
dengan estrogen kadar
tinggi(>35p,getinil
estradiol), atau metoda
kontrasepsi altematif lain.
Cisapride dengan eritromsiin, Perpanjangan interval Umumnya Hindari !
klaritromisin, flukonazol, QT diikuti aritmia dalani waktu 1
itrakonazol, ketokonazol, karena penghambatan minggu
nefazodon, indinavir atau metabolisme cisapride
ritonavir
Cisapride dengan anti aritmia Perpanjangan interval Setiap waktu Hindari !
klas IA/III, antidepresan QT diikuti aritmia
trisiklik atau fenotiazin
Sildenafil dengan nitrat-nitrat Hipotensi berat Segera setelah Kontraindikasi mutla
(dramatik) minum
sildenafil
Sildenafil dengan simetidin, Kadar plasma Setiap waktu Sildenafil diberikan dengan
eritromisin, itrakonazol atau sildenafil meningkat dosis 25 mg
ketokonazol
Statin dengan niasin, Kemungkinan Setiap waktu Jika mungkin hindari! Jika
gemfibrozil, eritromsin atau rhabdomyolysis terapi kombinasi ini
itrakonazol memang diperlukan,
monitor pasienuntuk
toksisitas,
Lovasatin dengan warfarin Efek warfarin Setiap waktu Monitor INR
meningkat
SSRI dengan antidepresan Kadar antidepresan Setiap waktu Monitor kelebihan
trisiklik trisiklik meningkat antikolinergik dan berikan
antidepresan trisiklik
dengan dosis terendah

182 Media Litbang Kesehatan Volume XVIII Nomor 4 Tahun 2008


Tabel 2. Ikhtisar Beberapa Interaksi Obat Serius'(Lanjutan)

Interaksi Efek potensial Waktu mula Keterangan dan


munculnya efek Rekomendasi
SSRI dengan selegiline atau Krisis hipertensi Segera setelah Hindari!
penghambat MAO pemberian
nonselektif
SSRI dengan tramadol Potensi kejang Setiap waktu Monitor pasien terhadap
meningkat; sindrom munculnya gejala-gejala
serotonin sindrom serotonin
SSRI dengan St. John's Wort Sindrom serotonin Setiap waktu Hindari!
SSRI dengan naratriptan, Sindrom serotonin Kemungkinan Jika mungkin hindari!. Jika
rizatriptan, sumatriptan atau setelah terapi kombinasi
zolmitriptan pemberian dosis diperlukan, monitor pasien
awal terhadap munculnya gejala-
gejala sindrom serotonin
Keterangan:
INR = International Normalized Ratio;
NSAID = nonsteroidal anti-inflammatory drug;
SSRI = selective serotonin reuptake inhibitor.

Pemberian obat presipitan sebagai antagonis atau dilakukan secara periodik setelah obat dipasarkan
antidotum untuk mengkonter efek samping obat dan digunakan secara luas di masyarakat.
indeks adalah contoh lain dari interaksi antar obat Hanya interaksi secara farmakodinamik
yang dikehendaki. Misalnya, pemberian yang dapat diprediksi, dan umumnya efek berlaku
antikolinergik untuk mengatasi efek samping untuk segolongan obat dari klas terapi yang sama
ekstrapiramidal dari obat-obat ami emetik dan anti (class effect), sedangkan interaksi farmakokinetik
psikotik; pemberian nalokson untuk mengatasi tidak dapat diramalkan atau diekstrapolasikan
overdosis opium; pemberian atropin untuk untuk obat dalam klas terapi yang sama,
intoksikasi antikolinesterase dsb. disebabkan adanya perbedaan dalam sifat-sifat
fisiko-kimia obat yang menyebabkan perbedaan
Kesimpulan dan Saran profil farmakokinetik.
Besarnya masalah interaksi obat, terutama Untuk mencegah atau mengurangi
yang dapat berakibat timbulnya efek samping terjadinya interaksi obat yang tidak dikehendaki
(adverse drug reaction), dapat meningkat secara dan mungkin dapat bersifat fatal, beberapa hal
bermakna pada populasi masyarakat tertentu berikut dapat dipertimbangkan:
sejalan dengan bertambah banyaknya jumlah obat 1. usahakan memberikan jumlah obat sesedikit
yang dikonsumsi secara bersamaan setiap hari. mungkin pada tiap-tiap penderita, termasuk
Populasi masyarakat yang berisiko tinggi terhadap pemberian obat-obat OTC, dan obat-obat
terjadinya interaksi obat yang tidak dikehendaki herbal
adalah kelompok usia lanjut, pasien kritis dalam 2. dalam memberikan obat, perhatian terutama
perawatan intensif, dan pasien yang sedang pada pasien usia lanjut, pasien dengan
menjalani prosedur bedah rumit. Meskipun cukup penyakit yang sangat berat, pasien dengan
banyak efek samping obat yang terdeteksi selama adanya disfungsi hati atau ginjal
uji-uji klinik, namun untuk mengetahui profil 3. sangat berhati-hati jika menggunakan obat-
keamanan suatu obat seringkali baru didapatkan obat dengan batas keamanan sempit
setelah obat tersebut sudah digunakan cukup lama (antikoagulan, digitalis, antidiabetik,
dan secara luas di masyarakat, termasuk oleh antiaritmia, antikonvulsan, antipsikotik,
populasi pasien yang sebelumnya tidak terwakili antidepresan, imunosupresan, sitostatika), dan
dalam uji klinik obat tersebut. Diharapkan data obat-obat inhibitor kuat CYP (ketokonazol,
tersebut dapat diperolah dari laporan pharmacovi- itrakonazol, eritromisin, klaritromisin)
gilance dan post-marketing surveillance yang

Media Litbang Kesehatan Volume XVIII Namor 4 Tahun 2008 183


4. melakukan monitoring terhadap kejadian 11. Walsky, RL and Obach, RS. Validated
interaksi (misal, terhadap tanda, gejala, uji assays for human Cytochrome P450
laboratorik) sehingga dapat cepat terdeteksi activities. Drug Metab Dispos 2004;
dan diambil tindakan yang memadai, seperti 32:647-660.
menyesuaikan dosis atau menghentikan salah 12. Bauman, JL. The role of pharmacokinetics,
satu atau semua obat yang digunakan drug interactions and pharmacogenetics in
5. minum obat dengan air tawar tidak dengan the acquired long QT syndrome. Eur. Heart
sari buah/jus, teh, susu. J. Suppl. 2001; 3:93-100.
13. Br0sen K. Drug interactions and the
Daftar Pustaka cytochrome P450 system: The role of
1. Ament PW, Bertolino JG, Liszewski JL. cytochrome P450 1A2. Clin Pharmacokinet
Clinical pharmacology: clinically 1995;29(suppl l):20-5.
significant drug interactions. Am Fam 14. Miners JO, McKinnon RA. CYP1A. In:
Physician. 2000; 61:1745-54 Levy RH, Thummel KE, Trager WF,
2. Peng, CC, et al. Retrospective Drug Hansten PD, Eichelbaum M, editors.
Utilization Review: Incidence of clinically Metabolic drug interactions. Philadelphia:
relevant potential drug-drug interactions in Lippincott Williams & Wilkins; 2000. p.
a large ambulatory populations.! Managed 61-73.
Care Pharm. 2003;9 (6):513-22. 15. Rasmussen BB, Maenpaa J, Pelkonen O,
3. Lazarou, J. et al. Incidence of Adverse Drug Loft S, Poulsen HE, Lykkesfeldt J, Brasen
Reactions in Hospitalized Patients. JAMA. K. Selective serotonin reuptake inhibitors
Vol. 279. April 15, 1998: 1200-05. and thephylline metabolism in human
4. Juurlink, DN et al. Drug-drug interaction livermicrosomes: potent inhibition by
among elderly patients hospitalized for drug fluvoxamine. Br J Clin Pharmacol
toxicity. JAMA, Vol. 289 (13), April 2, 1995;39:151-9.
2003: 1652-58. 16. Fuhr U, Anders EM, Mahr G, Sorgel F,
5. Conry, JM. Significant drug interactions in Staib AH. Inhibitory potency of quinolone
the HIV paients. J Pharm Pract 2000; 13: antibacterial agents against cytochrome
499-514.). P4501A2 activity in vivo and in vitro.
6. May RJ. In: Pharmacotherapy a AntimicrobAgents Chemother 1992;36:942-
pathophysiologic approach. Adverse drug 8
reactions and interactions. DiPiro JT, 17. Silverman JA. P-glycoprotein. In: Levy RH,
Talbert RL, Yee GC, et al. Appleton & Thummel KE, Trager WF, Hansten PD,
Lange, 1997:101-16. Eichelbaum M, editors. Metabolic drug
7. S. U. Mertens-Talcott, et al. Grapefruit- interactions. Philadelphia: Lippincott
Drug Interactions: Can Interactions With Williams & Wilkins; 2000. p. 135-44.
Drugs Be Avoided? J. Clin. Pharmacol. 18. Jalava KM, Partanen J, Neuvonen PJ.
2006; 46; 1390-1416. Itraconazole decreases renal clearance of
8. Leahey EB, Reiffel JA, Drusin RE, et al. digoxin. TherDrug Monit 1997;19:609-13.
Interaction between quinidine and digoxin 19. Kastrup EK. Drug Interactions Facts. Facts
JAMA 1978;240:533-4. and Comparisons, St. Louis, MO. 2000.
9. Ito K, Iwatsubo T, Kanamitsu S, et al. 20. Horn, JR and Hansten, PD. Rx Irony: Drug
Prediction of pharmacokinetic alterations Interactions for Pharmacoenhancement.
caused by drug-drug interactions: Metabolic Pharmacy Times. February 2007.
interaction in the liver. Pharm Rev 1998; 50 21. Motwani B, Khayr W.
(3):387-411. Pharmacoenhancement of protease
10. Pelkonen O, Maenpaa J, Taavitsainen P, inhibitors. Am J Ther. 2006; 13:57-63.
Rautio A, Raunio H. Inhibition and 22. Krikorian, SA and Rudorf, DC. Drug-Drug
induction of human cytochrome P450 Interactions and HIV Therapy: What Should
(CYP) enzymes. Xenobiotica Pharmacists Know? Journal of Pharmacy
1998;28:1203-1253. Practice 2005; 18; 278-94.

184 Media Litbang Kesehatan Volume XVIII Nomor 4 Tahun 2008

Anda mungkin juga menyukai