Anda di halaman 1dari 31

KELOMPOK 1

AKMAL HAIDAR
ADE BAGUS PRAWIRA
ANGGUN SURI
ANGGINI
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Umumnya  umat manusia  di dunia ini memiliki


keimanan , iman dalam pengertian yang umum yaitu
percaya akan adanya kekuasaan Tuhan atau sebagainya.
Sedangkan umat Islam mengaritikan bahwa iman itu sumber
kekuatan dalam diri seorang muslim . orang yang memiliki
iman yang kuat akan merasakan bahwa keimanan itu nikmat
setelah ia telah mengamalkan dalam perkataan , perbuatan,
dengan hati ,dan  ridho bahwa Allah adalah Tuhannya.
Hilanggnya nilai keimanan dalam jiwa seseorang itu apabila
menyembah selain Allah . mereka yang  kehilangan imanya
dan menjerumuskan diri ke jurang kehancuran adalah
mereka yang menyekutukan Allah
Firman Allah Swt : “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu
mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini
Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan
kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang
demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam)
adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan
Tuhan)", Manusia memiliki kecenderungan untuk
berlindung kepada sesuatu yang Maha Kuasa.
BAB II
PEMBAHASAN
MANUSIA DAN KEIMANAN
A.    Pengertian
Iman adalah keyakinan atau kepercayaan yang menghujam dalam
hati, kokoh penuh keyakinan tanpa dicampuri keraguan sedikitpun akan ke
Esa-an allah
Firman Allah
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang
apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan
kepada mereka Ayat-ayat-Nya, bertambahalah iman mereka (karenanya)
dan kepada Rabblah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang
yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rejeki
yang Kami berikan kepadamereka. Itulah orang-orang yang beriman
dengan sebenar-benarnya.Mereka akan memperoleh beberapa derajat
ketinggian di sisi Rabbnya dan ampunan serta rejeki (nikmat) yang mulia.
(QS. Al-Anfaal :2-4)
B. MELIPUTI APA SAJA IMAN KEPADA ALLAH ?
Yaitu meliputi:
 Iman kepada wujudnya Allah swt.
Seorang muslim harus meyakini dengan pasti tanpa
tercampur sedikitpun keraguan di dalamnya akan
keberadaan Allah swt, sang pencipta alam semesta, langit
dan bumi beserta isi keduanya. Adanya alam semesta yang
tersusun dan tertata sedemikian rupa dan rapi adalah bukti 
nyata akan keberadaan Allah swt.
Iman kepada Uluhiyah-Nya.
Keimanan seseorang kepada wujudnya Allah harus
disertai dengan keimanan kepada hak-hak ketuhanan-Nya.
Dengan kata lain, seorang hamba harus mengakui bahwa
Allah-lah satu-satu ilah atau sesembahan yang berhak
disembah dan diibadahi dan mengingkari semua
sesembahan selain Allah. Dan hal inilah yang diingkari oleh
kaum musyrikinpada zaman Nabi Muhammad
 Iman kepada Rububiyah-Nya.

Iman kepada Rububiyah-Nya berarti meyakini bahwa


Allah-lah satu-satunya Dzat yang menciptkan, memberi rizki,
memberikan keturunan, mendatangkan bahaya dan manfaat,
menghidupkan dan mematikan serta perbuatan-perbuatan
ketuhanan lainnya.

 Iman kepada Asma' dan Sifat-Nya.

Iman kepada asma' dan sifat-Nya berarti meyakini bahwa


Allah swt mempunyai nama-nama dan sifat-sifat yang maha
indah, mulia lagi sempurna, dengan tanpa diseratai tho'thil
(meniadakan), takwil (memalingkan makna yang asli dan
benar kepada makna yang lain), takyif (memvisualisasikan),
tamtsil (menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya) dan tahrif
(merubah makna).
CIRI-CIRI DAN SIFAT MANUSIA
Sifat dasar manusia yang pertama dan paling
banyak ditemui di kalangan per-artisan adalah
Sanguinis. Dari kalimat di atas saja sudah sedikit
menguak ciri-ciri pemilik watak ini kan. Benar!
Orang berwatak sanguinis adalah tipe orang-orang
cepat atau lambat akan menjadi populer. Karena
inilah sifat ini disebut “Sanguinis yang Populer”.
Tidak hanya artis yang bisa memiliki sifat ini,
melainkan siapa saja yang memiliki ciri-cirinya
kemungkinan dia memiliki sifat ini atau sebagian
dari sifat ini. Berikut ciri-cirinya :
1. Supel atau mudah sekali bergaul.
2. Suka teriak-teriak gak jelas.
3. Paling semangat di antara yang lain.
4. Paling kocak.
5. Agak sombong.
6. Suka menolong orang.
7. Main perasaan.
8. Gak teratur hidupnya.
9. Easy going.
10. Pikiran gak tetap, berubah-ubah, labil.
11. Dikelilingi banyak orang (populer).
12. Super kreatif dan inovatif.
13. Mulut nyerocos mulu tapi gak pernah dengerin orang.
14. Gak suka mikir terlalu detail dan keras.
15. Banyak bercanda.
16. Kekanak-kanakan.
17. Selalu ingin tahu segala hal.
18. Optimis.
19. Selalu ceria.
20. Cepat bosan.
Pandangan hidup : Memotivasi orang untuk melihat dia melompati tembok
Pekerjaan : Artist, Pembicara, Fasilitator, Salesman.
Sifat dasar yang kedua adalah sifat yang sangat bertolak belakang dengan
sanguinis, yaitu Melankolis. Watak ini banyak ditemui di kalangan
einstein. Contohnya kakaknya einstein, adeknya einstein, bapaknya
einstein, serta kerabat-kerabatnya einstein (hehe, yah, seperti itulah).
Mereka cenderung untuk mengandalkan logika dan bukti untuk mencapai
kesimpulan. Berbeda sekali dengan sanguinis yang secara sekejap akan
menyatakan kesimpulannya tanpa mengetahui bahwa E=MC2 terlebih
dulu. Orang melankolis cenderung “sempurna” dalam menjalani hidup.
Karena itu watak ini disebut “Melankolis yang Sempurna”. Berikut ciri-ciri
orang berwatak melankolis.
Cenderung pendiam.
Kebanyakan cerdas.
Lebih senang sendiri dari pada berkumpul.
Sensitif sekali terhadap kritik, walaupun cuman “ah lo gendut amat, haha
(nada bercanda)”
Tertib dan disiplin tinggi.
Jalan hidup terencana sampai 5 bahkan 10 tahun ke depan.
Ruangan selalu rapi.
Terlihat tenang dan serius.
Artistik, musikal, filosofis, dan puitis.
Suka berkorban.
Suka melihat tabel daftar dan diagram.
Perfeksionis.
Terlalu sering curiga.
Suka nyanyi-nyanyi lagu melow kalo lagi
sendirian.
Terlihat keren (cool).
Selera humor rendah.
Pandangan hidup : Membuat perhitungan
detail untuk mengukur tembok sebelum
melewatinya
Pekerjaan : Peneliti, Analis, Akuntan,
Teknisi.
Sifat berikutnya adalah Koleris. Watak ini bisa di baca dengan hanya satu
kata, “KUAT”. yah, dari situ akan menyebar ke berbagai aspek ciri lainnya.
Oleh karena itu, sifat ini disebut “Koleris yang Kuat”. Inilah ciri-ciri
seseorang memiliki watak koleris yang kuat.
Langkah cepat.
Tampak terburu-buru.
Datang paling awal, pulang paling cepat.
Mendominasi.
Tidak suka dibantah.
Menghadapi kekerasan dengan kekerasan.
Hidup penuh tujuan bagi kepentingan diri sendiri.
Tidak suka basa basi.
Aktif.
Bebas dan mandiri.
Pantang menyerah.
Tidak terlalu butuh teman.
Sulit meminta maaf.
Unggul dalam keadaan darurat.
Selalu benar.
Membuat keputusan sulit dengan cepat.
Tertantang dengan tantangan dan persaingan.
Cepat marah.
Emosi tidak pada belas kasihan.
Ambisius.
Egois.
Melakukan sesuatu seenak jidat.
Pandangan hidup : Mendobrak tembok Pekerjaan : Pengusaha, Pemimpin,
Sifat yang terakhir yaitu Phlegmatis. Tidak banyak hal menonjol yang dimiliki watak ini. Tapi
justru karena di sinilah sisi baik mereka. Mereka hanya ingin kedamaian abadi di muka bumi
ini. Karena inilah mereka disebut si “Phlegmatis yang Damai”. Seperti halnya sanguinis-
melankolis yang berbanding terbalik, phlegmatis merupakan kebalikan dari koleris. Mereka
cenderung santai, bahkan sangat santai. Berikut ciri-cirinya.
Damai.
Setia.
Malas.
Lebih senang mendengarkan daripada berbicara.
Banyak teman.
Mudah beradaptasi.
Patuh.
Berusaha menyenangkan hati orang.
Motivasi kurang.
Rendah hati.
Emosi stabil.
Bijaksana.
Supportif.
Menghindari konfilk.
Menemui cara yang mudah dalam melakukan sesuatu (mungkin karena malas ^.^v)
Sangat lambat dalam memilih tindakan.
Punya selera humor.
Anti bosan.
Pandangan hidup : Membantu orang melompati tembok
Pekerjaan : Staf administrasi, Konselor, Customer service.
IMAN MENURUT AGAMA
Secara umum, kita mengenal bahwa pengertian iman itu mengandung
arti percaya atau meyakini terhadap sesuatu.
Dikutip lewat situs muslim.or.id, Imam Malik, Asy Syafi’i dan ahli
hadist lain menyebutkan bahwa pengertian iman ialah pembenaran
hati, pengakuan lisan dan amal dari seluruh anggota badan. Dimana
seseorang yang beriman akan terlihat dari cara ia mengerjakan amalan
ibadahnya.
Selain pengertian iman tadi, beberapa ulama juga berpendapat bahwa
iman merupakan sebuah pengakuan yang dilafalkan oleh lisan lalu
dibenarkan dengan hati. Masih dilansir melalui situs muslim.or.id,
Imam Asy Syafi’I menyebut bahwasanya iman seseorang dapat
bertambah jika senantiasa bersikap taat kepada segala perintah Allah
SWT ataupun berkurang karena melakukan perbuatan maksiat.
Pengertian Iman Tergambar dari Perkataan dan Perkataan Seseorang

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka kita


bisa menyimpulkan bahwasanya pengertian iman
dalam pandangan agama Islam ialah meyakini
atau mengakui sesuatu dengan lafal dan
membenarkannya dengan kesungguhan hati
kemudian mengamalkannya dengan berkata baik
atau berperilaku baik sebagaimana perintah Allah
SWT.
Hal ini sendiri telah dijelaskan oleh Al Imam Ibnul
Qayyim sebagai berikut: “pokok keimanan
memiliki cabang yang banyak. Setiap cabang
adalah bagian dari iman. Shalat adalah cabang
keimanan, begitu pula dengan zakat, haji, puasa
dan amalan-amalan hati seperti malu, tawakal, ...
jujur adalah cabang iman".
Pernyataan Al Imam Ibnul Qayyim tadi juga didasarkan pada
Rasulullah SAW yang juga telah menjelaskan bahwasanya
saat kita melakukan amalan baik sekecil apapun, hal tersebut
bisa dianggap sebagai bentuk iman atau ketaatan terhadap
perintah Allah SWT.
Sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadist berikut ini:
“Rasulullah SAW bersabda: ‘Iman itu ada tujuh puluh tiga
sampai tujuh puluh sembilan, atau enam puluh sembilan
cabang. Yang paling utama adalah perkataan “laa ilaaha
illallah (tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah).
Dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan
dari jalan. Dan malu itu adalah sebagian dari iman”.
Dalam ajaran islam sendiri, kita mengenal adanya 6 rukun iman
yang perlu untuk kita yakini. Yakni iman kepada Allah, iman
kepada para malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah,
iman kepada para rasul, iman kepada hari kiamat
serta iman kepada qada dan qadar yang ditetapkan
oleh Allah SWT. (HAI)
Di dalam agama Islam kita mengenal Arkân al-
Imân . Arkân merupakan bentuk jamak ( plural )
dari kata rukn. Rukn yang dalam bahasa Indonesia
menjadi rukun berarti dasar. Karena itu dasar-dasar
keimanan disebut Rukun Iman ( Arkân al-Imân ).
Rukun Iman disebutkan di dalam Al-Quran, yang
artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang
Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang
Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-
Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka
sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.”
( QS An Nisâ [4] : 136 ).
Dalam ayat ini disebutkan bahwa kita diwajibkan
beriman kepada Allah, rasul-rasul-Nya, kitab-kitab-
Nya, malaikat-malaikat-Nya dan hari kemudian.

Sementara dalam ayat lain disebutkan, yang artinya :


“ … sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada
Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
nabi-nabi … “ ( QS Al-Baqarah [2] :177 ).

Kedua ayat ini menyebutkan dasar-dasar keimanan itu


ada lima, yaitu iman kepada Allah, rasul-rasul / nabi-
nabi-Nya, kitab-kitab-Nya, malaikat-malaikat-Nya,
dan iman kepada hari kemudian atau hari akhir.
Keyakinan terhadap rukun iman yang berkembang di kalangan Sunni terdiri
dari enam rukun. Penetapan enam Rukun Iman ini didasarkan pada hadits
Bukhari. Malaikat Jibril mendatangi Nabi Muhammad SAW dan
menanyakan tentang apa yang dimaksud dengan iman. Nabi menjawab,

“Iman adalah engkau percaya kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-


kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari kebangkitan, dan qadla (peraturan )
dan qadar atau kuasa-Nya.” ( H R Bukhari).

Salah satu rukun yang tidak disebutkan secara eksplisit di dalam Al-Quran
adalah keyakinan akan ketentuan atau takdir Allah. Tapi sebenarnya bila
seseorang memiliki keyakinan kepada Allah tentu keyakinannya itu
mencakup keyakinan terhadap takdir atau qadla dan qadar Allah. Dalam
hal ini Rasulullah SAW memberikan penekanan saja bahwa segala hal
tergantung kepada ketentuan atau ketetapan Allah, seperti dinyatakan
dalam Al-Quran, yang artinya :
Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah
ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada
Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.”  ( QS At Taubah [9] :
51 )
Dasar-dasar keimanan (Arkân al-Imân )
Iman kepada Allah SWT.
Iman kepada malaikat-malaikat Allah. Malaikat-malaikat yang wajib
diketahui   sebanyak 10 malaikat, yaitu Jibril, Mikail, Israfil,
Izrail, Munkar, Nakir, Raqib, ‘Atid, Malik, dan Ridwan.
Iman kepada kita-kitab Allah. Kitab-kitab yang wajib diketahui
sebanyak empat kitab, yaitu : Taurat ( diturunkan kepada Nabi
Musa ), Zabûr ( diturunkan kepada Nabi
Dawud ), Injil ( diturunkan kepada Nabi Isa ), dan Al-
Qur’an ( diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW ).
Iman kepada rasul-rasul Allah. Rasul-rasul yang wajib diketahui
sebanyak 25 orang, yaitu : Adam, Idris, Nuh, Hud, Shaleh,
Ibrahim, Luth, Ismail, Ishaq, Ya’kub, Yusuf, Ayyub, Syu’aib,
Musa, Harun, Zulkifli, Dawud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa’, Yunus,
Zakariya, Yahya, Isa, dan Muhammad SAW.
Iman kepada hari kiamat, sebagai hari pembalasan
terhadap segala perbuatan manusia selama di dunia.
Iman kepada takdir, yaitu ketentuan baik dan buruk dari
Allah SWT.
Di dalam rukun iman yang ketiga disebutkan empat
kitab Allah, tetapi kita sekarang tidak menjadikan
keempatnya pedoman hidup kita. Sebagai kitab Allah
yang terakhir, Al-Quran merupakan  pedoman hidup
manusia sejak diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW  sampai akhir kehidupan dunia ini. Sedangkan
untuk kitab-kitab sebelumnya, kita hanya wajib
meyakini bahwa Allah telah menurunkan kitab-kitab
tersebut yang menjadi pedoman hidup manusia pada
zamannya.
• Sedangkan di kalangan Syi’ah dikenal lima prinsip
keyakinan, yaitu keyakinan terhadap:
• Keesaan Allah ( al-tawhîd).
• Keadilan ( al’adl ).
• Kenabian (al-nubûwwah).
• Kepemimpinan ( al-imâmah ), dan
• Hari kiamat ( al-ma’âd ).
• Teologi Syi’ah memiliki prinsip ajaran yang dikenal
dengan Imâmah, yang tidak ada dalam keyakinan kelompok
Sunni. Imâmah merupakan kelanjutan dari ajaran
tentang wisyâyah. Wisyâyah ialah keyakinan bahwa Nabi
Muhammad SAW, mewasiatkan bahwa yang akan menggantikan
beliau ialah Ali bin Abi Thalib. Untuk melanjutkan tugas-tugas
kenabian setelah Nabi Muhammad SAW wafat dibutuhkan
seorang imam. Sesuai dengan prinsip keadilan Tuhan, Allah
wajib menetapkan imam yang akan bertugas sebagai pembimbing
manusia, seperti halnya seorang Nabi.
Imâmah (kepemimpinan ) adalah keyakinan bahwa setelah Nabi
Muhammad SAW wafat harus ada pemimpin-pemimpin Islam
yang melanjutkan misi atau risalah Nabi Muhammad SAW.

Dalam Syi’ah kepemimpinan itu mencakup persoalan-persoalan


keagamaan dan kemasyarakatan . Imam bagi kalangan ini
merupakan pemimpin agama dan sekaligus sebagai pemimpin
masyarakat.

Oleh karena itu persoalan imâmah dalam Syi’ah termasuk salah


satu rukun agama atau ushûluddîn . Sedangkan bagi kalangan
Sunni hanya merupakan masalah furu ’ ( hukum tambahan ) .
Dalam Sunni istilah ini lebih populer dengan
sebutan khilâfah. Khilâfah dalam Sunni lebih dikaitkan pada
persoalan kepemimpinan politik daripada sebagai persoalan
keagamaan.
Sementara itu, kalangan Mu’tazilah juga memiliki lima rukun yang
disebut dengan ushûl al-khamsah ( lima pokok / dasar ), yaitu
keyakinan terhadap :
Keesaan Tuhan ( al-tawhid ).
Keadilan Tuhan ( al-‘adl ).
Janji dan ancaman ( al-wa’d wa al-wa’id ).
Posisi di antara dua posisi ( al-manzilah bayna al-manzilatayn ).
Menegakkan kebajikan dan mencegah kejahatan ( al-amru bi al-ma’ruf
wa nahyu ‘an al-munkar ).

Mu’tazilah merupakan salah satu aliran dalam teologi Islam yang


dikenal bersifat rasional dan liberal. Pandangan teologisnya lebih banyak
ditunjang oleh dalil-dalil ‘aqliah ( akal ) dan lebih bersifat filosofis,
sehingga sering disebut aliran rasionalis Islam. Mu’tazilah didirikan oleh
Wasil bin Atha pada tahun 100 H / 718 M.
Satu keyakinan yang tidak ditemukan di dalam aliran
teologi Islam yang lain adalah al-manzilah bayna
al-manzilatayn. Wasil bin Atha meyakini bahwa
orang mukmin yang berdosa besar menempati
posisi antara mukmin dan kafir.
Jadi, orang itu bukan mukmin dan bukan pula kafir,
tetapi di antara keduanya. Oleh karena nanti di
akhirat tidak ada tempat di antara surga dan neraka,
maka orang itu dimasukkan ke dalam neraka, tetapi
siksaan yang diperolehnya lebih ringan dari siksaan
orang kafir.
Pendapat Wasil ini kemudian menjadi salah satu
doktrin Mu’tazilah.
Wa Allahu ‘alam bi ash-shawab.
URGENSI AGAMA DALAM HIDUP
Agama atau ad-dien dalam bahasa arabnya adalah : "Keyakinan
(keimanan) tantang suatu dzat ketuhanan (Ilahiyah) yang pantas
untuk menerima ketaatan dan ibadah". Ini adalah definisi secara
umum. Karenanya semua keyakinan tentang dzat ketuhanan disebut
agama, walaupun itu murni hasil "kreatifitas“ otak manusia.

Agama menurut Kamus Besar bahasa Indonesia adalah Sistem, prinsip


kepercayaan  kepada Tuhan dengan ajaran-ajaran dan kewajiban-
kewajiban  yang telah bertalian  dengan kepercayaan itu.

Dalam masyarakat Indonesia selain dari kata agama dikenal pula


kata din ( ) dari bahasa Arab. Pendapat yang menyatakan bahwa
agama berarti teks atau kitab suci. Dan agama-agama memang
mempunyai kitab-kitab suci, selanjutnya dikatakan lagi bahwa
agama berarti tuntutan. Memang agama mengandung ajaran-ajaran
yang menjadi tuntunan hidup bagi penganutnya.
Din dalam bahasa semik berarti undang-undang atau hukum,
dalam bahasa Arab kata ini mengandung arti menguasai,
menundukkan, patuh, hutang, balasan, kebiasaan. Agama
lebih lanjut lagi membawa kewajiban-kewajiban yang kalau
tidak dijalankan oleh seseorang menjadi hutang baginya.
Paham kewajiban dan kepatuhan membawa pula kepada
paham batasan baik dari Tuhan yang tidak menjalankan
kewajiban dan tidak patuh akan mendapat balasan yang tidak
baik.
Adapun kata religi berasa dari bahasa latin menurut satu
pendapat demikian Harun Nasution mengatakan, bahwa asal
kata religi adalah relegre yang mengandung
arti mengumpulkan dan membaca. Pengertian demikian itu
juga sejarah dengan isi agama yang mengandung kumpulan
cara-cara mengabdi kepada Tuhan yang berkumpul dalam
kitab suci yang harus dibaca. Tetapi menurut pendapat lain,
kata itu berasal dari kata religere yang berarti mengikat ajaran-
ajaran agama memang mengikat manusia dengan Tuhan.
Dari beberapa defenisi tersebut, akhirnya Harun Nasution
mengumpulkan bahwa inti sari yang terkandung dalam istilah-istilah
diatas ialah ikatan agama memang mengandung arti ikatan yang
harus dipegang dan dipatuhi manusia manusia.
Ikatan ini mempunyai pengaruh besar sekali terhadap kehidupannya
sehari-hari. Ikatan itu berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi
dari manusia, ikatan ghaib yang tidak dapat ditangkap oleh panca
indra.
Adapun pengertian agama segi istilah dikemukakan sebagai berikut
Elizabet K. Nottinghan dalam bukunya agama dan masyarakat
berpendapat bahwa agama adalah gejala yang begitu sering
terdapat dimana-mana sehingga sedikit membantu usaha-usaha kita
untuk menjual abstraksi ilmiah.
Lebih lanjut Noktingham mengatakan bahwa agama berkaitan dengan
usaha-usaha manusia untuk mengukur dalamnya makna ari
keberadaannya sendiri dan keberadaan alam semesta. Agama kerap
menimbulkan khayalan yang paling luas dan juga digunakan untuk
membenarkan kekejaman orang yang luar biasa terhadap orang lain.
Agama dapat membangkitkan kebahagiaan batin yang paling
sempurna dan juga merasakan takut dan ngeri. Sementara
itu Durkheim mengatakan bahwa agama adalah patulan dari
solidaritas sosial.
Sementara itu Elizabet K. Nottingham yang pendapatnya tersebut
tampak menunjukkan pada realitas bahwa dia melihat pada
dasarnya agama itu bertujuan untuk mengangkat harkat dan
martabat manusia dengan cara memberikan suasana batin yang
nyaman dan menyejukkan, tapi juga agama terkadang disalah
gunakan oleh penganutnya untuk tujuan-tujuan yang
merugikan orang lain. Misalnya, dengan cara memutar
balikkan interpretasi agama secara keliru dan berujung pada
tercapainya tujuan yang bersangkutan.
Selanjutnya karena demikian banyaknya defenisi sekarang agama
yang demikian para ahli. Harun Nasution mengatakan dapat
diberi defenisi sebagai berikut:
1.   Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan
ghaib yang harus dipatruhi.
2.   Pengakuan terhadap adanya kekuatan ghaib yang menguasai
manusia.
3.   Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung
pengakuan pada suatu sumber yang berada diluar diri manusia
yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.
4.   Kepercayaan pada suatu kekuatan ghaib yang menimbulkan cara
hidup tertentu.
5.   Suatu system tingkah laku (code of conduct) yang berasal di
kekuatan ghaib.
6.   Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini
bersumber pada suatu kekuatan ghaib.
7.   Pemujaan terhadap kekuatan ghaib yang timbul dan perasaan
lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang
terdapat dalam alam sekitar manusia.
8.   Ajaran yang dianutnya Tuhan kepada manusia melalui seorang
rasul.
Berdasarkan uraian tersebut kita dapat mengambil suatu
kesimpulan bahwa agama adalah ajaran yang berasal dan
Tuhan atau hasil renungan manusia yang terkandung dalam
kitab suci yang turun temurun diwariskan oleh suatu generasi
kegenerasi dengan tujuan untuk memberi tuntunan dan
pedoman hidup bagi manusia agar mencapai kebahagiaan
dunia dan akhirat, yang didalamnya mencakup unsur
emosional dan kenyataan bahwa kebahagiaan hidup tersebut
bergantung pada adanya hubungan yang baik dengan
kekuatan ghaib tersebut. Menurut Muhmud Syaltut yang
dikutip oleh Muhammad Qurais Shihab, bahwa
Agama  adalah ketetapan-ketetapan Ilahi yang diwahyukan
kepada Nabi-Nya untuk menjadi pedoman hidup manusia.
Sementara itu menurut Muhammad Abdullah Badran, dalam
bukunya Al-Madkhal ila Al-Adyan,  Agama adalah
”hubungan antara dua pihak dimana yang pertama
mempunyai kedudukan  yang lebih tinggi daripada yang
kedua”.
Jadi dengan demikian, agama adalah
”Hubungan antara makhluk dan  Khaliq-
Nya”. Hubungan ini terwujud dalam  sikap
bathinnya  serta tampak dalam ibadah  yang
dilakukannya  dan tercermin pula dalam
sikap kesehariannya.

Anda mungkin juga menyukai