Anda di halaman 1dari 20

ANALISI URIN DAN DARAH

LAPORAN PRAKTIKUM
BIOTEKNOLOGI DAN BIOKIMIA

Oleh Kelompok H – 11
1. Nabila Rizkia (110120337)
2. Tabris Salsabil Nabilah (110120340)
3. Theria Longdong (110120361)

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SURABAYA


SURABAYA
Maret 2021
DAFTAR ISI

Daftar Isi......................................................................................................................................2
BAB I. Tujuan Praktikum ..........................................................................................................3
BAB II. Hasil Praktikum..............................................................................................................4
BAB III. Pembahasan..................................................................................................................7
BAB IV. Kesimpulan.................................................................................................................10
Daftar Pustaka............................................................................................................................11
Lampiran....................................................................................................................................12
BAB I
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa dapat mengetahui manfaat uji biokimia.
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi jenis specimen yang digunakan untuk analisis
biokimia.
3. Mahasiswa mampu menentukan perbedaan serum dan plasma
4. Mahasiswa mampu menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi interpretasi hasil.
5. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil analisis specimen terkait kesalahan.
BAB II
HASIL PRAKTIKUM

1. Spesimen biologis yang dapat digunakan dalam analisis biokimia terkait kondisi
kesehatan seseorang, ditentukan oleh tujuan pemeriksaan. Tuliskan di tabel berikut
jenis spesimen dan tujuan pemeriksaan!

Tabel 1. Spesimen yang Digunakan untuk Analisis Biokimia

No Nama Spesimen Tujuan Pemeriksaan


1 Cerebrospinal Dari warna dan kejernihan dari cairan dapat
Fluid (CSF) dicek untuk melihat jika terdapat bakteri, virus,
atau sel yang abnormal. Sehingga dapat
membantu diagnosis infeksi serius. Seperti
meningitis, gangguan lain dari sistem saraf
pusat ; seperti sindrom Guillain-Barre dan
multiple sclerosis, kanker otak atau kanker
sumsum tulang belakang.

Referensi :
https://www.mayoclinic.org/tests-
procedures/lumbarpuncture/about/pac-
20394631

2 Sputum
Mengecek adanya infeksi, mendeteksi bakteri,
jamur pada saluran pernafasan untuk
mendiagnosis penyakit - penyakit pada
pernafasan misalnya tuberkulosis dan
pneumonia

Referensi : https://www.hopkinsmedicine.org
3 Feces Membantu mendiagnosis kondisi tertentu yang
mempengaruhi saluran pencernaan. Kondisi ini
dapat mencakup infeksi (seperti parasit, virus,
atau bakteri), penyerapan nutrisi yang buruk
atau kanker.

Referensi :
https://www.uofmhealth.org/health-
library/aa80714#:-
:text=Test%20Overview&text=A%20stool
%20anal ys%20is%20a.poor
%20nutrient%20absorption%2C%20or%cancer

4 Sel/jaringan untuk menentukan apakah tumor atau


(Biopsi) pertumbuhan sel adalah kanker atau non-
kanker (jinak), untuk mengaanalisissel darah di
sumsum tulang, atau untuk mengidentifikasi
perubahan jaringan yang dapat menunjukan
penyakit atau kondisi non-kanker seperti
penyakit radang usus.

Referensi :
https://www.hopkinsmedicine.org/health/t
reatment-testsand-therapies/biopsies
5 Hembusan untuk mendiagnosis kondisi seperti : Lactose
napas intolerance Helicobacter Pylori (H. Pylori),
mengetahui adanya bakteri H. Pylori yang dapat
menyebabkan peptic ulcers dan kanker
lambung. Fructose intolerance Bacterial
Overgrowth Sydrome, mendeteksi Small
Intestinal Bacterial Overgrowth (SIBO) dengan
mengukur hydrogen dan metana yang dihasilkan
oleh bakteri usus halus.

Catatan : selain darah dan urin


2. Tuliskan di tabel berikut faktor-faktor yang mempengaruhi interpretasi hasil!
Tabel 2. Pengaruh Faktor Biologis Terhadap Hasil Uji Biokimia

No Faktor Pengaruhnya Terhadap Hasil


1 Usia
Kisaran rujukan data normal untuk neonatus ,
anak , dewasa , lansia berbeda beda

https://www.academia.edu/24702904/
BIOKIMIA_ bab

2 Aktivitas fisik
Olahraga berlebihan dapat menyebabkan
pembebasan enzim dari jaringan peningkatan
tekanan darah

Buku EGC Biokimia klinis halaman 4-8. Allan


gaw, Michael J.Murphy, Robert A.
Cowan,Denis St.J. O'Reilly,Michel J. stewart
james shepherd
3 Jenis Kelamin
Kisaran rujukan untuk beberapa analit , seperti
keratin serum berbeda antara laki- laki dan
perempuan

https://www.academia.edu/24702904/
BIOKIMIA_ bab
4 Kehamilan
Kondisi ini mengubah beberapa kisaran rujukan

https://www.academia.edu/24702904/BIO
KIMIA_bab

5 Penyakit yang Infeksi atau cedera jaringan bisa mempengaruhi


dimiliki nilai-nilai biokimiawi , terlepas dari proses
penyakit yang sedang di uji

https://www.academia.edu/24702904/BIO
KIMIA_bab
3.Tuliskan di tabel berikut tujuan pemeriksaan analit pada spesimen darah dan urin!

Tabel 3. Nama Analit dan Tujuan Pemeriksaan Rutin

No Nama Analit Tujuan Pemeriksaan


Uji Menggunakan Spesimen darah
1 Glukosa Mengukur kadar gula darah terkait penyakit
Diabetes Mellitus

2 LDL-C
untuk membantu mengetahui resiko mengalami
penyakit jantung dan memonitor keefektifan
lipdlowering therapy

Referensi : https://labtestonline.org/test.ldl
3 Kreatinin
pemeriksaan kreatinin darah dengan kreatinin
urin bisa digunakan untuk menilai kemampuan
laju Filtrasi glomerolus, yaitu dengan
melakukan tes Kreatinin Klirens. Selain itu
tinggi rendahnya kadar kreatinin darah juga
memberi gambaran tentang berat dan
ringannya gangguan fungsi pada ginjal.

Refernsi :
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/
jtptunimu sgdl-silvirinaw-5250-2-bab2.pdf

4 ALT-AST
untuk mendeteksi kerusakan hati dan/ atau
untuk membantu mendiagnosis penyakit hati.

https://labtestsonline.org/tests/
aspartateaminotransf eraseast#:-:text=The
%20test%20is%20 most%20useful,alanine
%20aminotransferase
%2020(ALT)%20test.
5 Gas darah
untuk memeriksa jumlah oksigen dan karbon
dioksida dalam darah. Selain itu juga dapat
mengukur keasaman darah.

Referensi :
https://www.hopkinsmedicine.org/health/
conditions and-diseases/chrocic-bronchitis.
Uji Menggunakan Spesimen Urin
1 Keton
Mengukur kadar penyakit ketoasidosis
diabetikum

(buku biokimia ed.4 hal 8)


2 Protein
Mengukur kadar protein terkait penyakit ginjal

(buku biokimia ed.4 hal 8)

3 pH
Mengukur kadar bilirubin terkait penyakit hati
asidosis tubulus ginjal

(buku biokimia ed.4 hal 8)


4 Eritrosit
Untuk mendeteksi adanya gangguan ginjal atau
tidak

http://repository.unimus.ac.id/1867/2/BAB

%20I.pd f

5 Warna Warna urine berhubungan dengan derasnya


diuresis. Semakin besar diuresis, warna urine
akan semakin muda. Biasanya, warna normal
urine akan semakin muda. Biasanya, warna
normal urine berkisar antara kuning muda dan
kuning tua. Banyak faktor yang mempengaruhi
warna urine, diantaranya adalah fungsi
metabolisme, aktivitas fisik, bahan yang
dikonsumsi oleh pasien, atau kondisi patologis
(Riswanto dan Rizki, 2015).

Referensi = Riswanto dan Rizki, M. 2015.


Urinalisis: Menerjemahkan Pesan Klinis Urine.
Yogyakarta: Pustaka Rasmedia
4. Pengambilan spesimen memerlukan berbagai persiapan.
Tuliskan di tabel berikut tindakan persiapan dan tujuan dari
tindakan tersebut.

Tabel 4. Persiapan pengambilan sampel dan tujuan dilakukan

No Tindakan Tujuan Tindakan Persiapan


Persiapan
1 Puasa 10-12 jam
Agar hasil test akurat, karena jika tidak
berpuasa, kandungan protein, vitamin,
lemak, karbohidrat, dan mineral dalam
makanan dan minuman dapat membuat hasil
tes menjadi kurang akurat atau kurang jelas
untuk dibaca.

Referensi : Health Direct Australia (2020).


Fasting for Medical Tests
2 Tidak merokok
beberapa jam merokok dapat menigkatkan kadar asam
sebelum lemak dan gliserol dalam darah, juga dapat
pengambilan sampel menginduksi enzim hepar sehingga dapat
mempengaruhi hasil uji.

Referensi :
https://sinta.unud.ac.id/uploads/
dokumen_dir/fe e57a1cd1488
f27c6c76fa98e19043c.pdf
3 Pengambilan dilakukan pada pagi hari karena merupakan
sampel pada pagi keadaan basal tubuh setelah beristirahat pada
hari malam hari dan umumnya tidak beraktivitas.
Selain itu tubuh kita memiliki variasi biologis
sesuai dengan waktu, artinya kadar analit
yang diperiksa pada pagi hari dapat
memberikan hasil yang berbeda jika
diperiksa pada sore hari.

Refernsi :

https://www.bulelengkab.go.id/detail/artikel/
anj uranpersiapan-sebelum-pemeriksaan-
laboratorium-37
BAB III
PEMBAHASAN
A. Spesimen biologis yang dapat digunakan dalam analisis biokimia.

1. Cerebrospinal Fluid (CSF)

Cairan serebrospinal (CSF) adalah cairan bening yang mengelilingi otak dan
sumsum tulang belakang. Ini melindungi otak dan sumsum tulang belakang dari
cedera dan juga berfungsi sebagai pengiriman nutrisi dan sistem pembuangan limbah
untuk otak. CSF diproduksi terus menerus di area otak yang disebut ventrikel dan
diserap oleh aliran darah.
Tes yang diinterpretasikan dengan benar dapat menjadikan cairan
serebrospinal (CSF) sebagai alat utama dalam diagnosis berbagai penyakit. Tes yang
biasa dilakukan pada CSF meliputi kadar protein dan glukosa, jumlah dan perbedaan
sel, pemeriksaan mikroskopis, dan kultur. Tes tambahan seperti tekanan pembukaan,
warna supernatan, aglutinasi lateks, dan reaksi berantai polimerase juga dapat
dilakukan.
Tekanan pembukaan normal berkisar dari 10 - 100mm H2O pada anak kecil,
60 - 200mm H2O setelah usia delapan tahun, dan hingga 250mm. Tekanan pembukaan
di > 250 mm H2O adalah diagnostik hipertensi intrakranial.
Warna CSF bening, namun dapat berubah warna menjadi keruh, dikarenakan
CSF mengandung sel darah putih atau sel darah merah.
Tujuan dari pemeriksaan cairan CSF ini adalah untuk mengidentifikasi virus,atau
sel yang abnormal , seperti meningitis, gangguan lain dari sistem saraf pusat seperti
sindrom Guillain-Barre dan multiple sclerosis, kanker otak atau kanker sumsum tulang
belakang. 
2. Sputum
Sputum adalah lendir yang di keluarkan melalui paru-paru,bronkus dan
trakea.Sputum atau dahak adalah bahan yang dikeluarkan melalui mulut, umumnya
tidak berwarna ( bening) . Cairan sputum lebih kental dari air liur. Sputum diproduksi
oleh Trakheobronkhial tree yang secara normal memproduksi sekitar 3 ons mucus
setiap hari sebagai bagian darinmekanisme pembersihan normal.
Mukus yang disekresikan oleh kelenjar mukosa di bawa ke faring dengan
mekanisme pembersihan silia dari epitel yang melapisi saluran pernapasan. Saat
keadaan abnormal, mukus akan diproduksi berlebih karena terdapat infeksi di
membran mukosa. Mukus yang berlebih ini akan merangsang membran mukosa untuk
memberikan tekanan intra thorakal dan intra abdominal yang tinggi. Rangsangan ini
berupa batuk yang akan mengeluarkan mukus yang berlebih didalam membran
mukosa. Mukus tersebut akan keluar sebagai sputum.
Dalam pemeriksaan sputum yang dievaluasi adalah sumber, warna, volume,
dan konsistensinya. Tujuan dari pemeriksaan sputum untuk mengidentifikasi bakteri
atau jamur yang menyebabkan penyakit seperti pneumonia bacterial, tuberkulosa, serta
infeksi pernapasan lainnya.
3. Feses
Feses merupakan hasil dari digesti dan absorbsi asupan makanan,air,saliva,cairan
lambung, cairan yang berasal dari pankreas, cairan dari empedu. Volume ,bentuk, dan
kosnsistensi dari feses tergantung dari proses absorpsi, sekresi,dan fermentasi di usus.
Warna feses normal yaitu kuning, konsistensi feses tidak lembek dan tidak keras,
berbau khas.
Tujuan pemeriksaan feses ini, untuk mengidentifikasi adanya infeksi yang berasal
dari bakteri, virus, parasit, dan berbagai penyakit lainnya, yang menimbulkan
abnormalnya sistem pencernaan.

4. Sel/jaringan (Biopsi)
Biopsi merupak serangkaian tes yang bisanya dilakukan untuk mendeteksi adanya
penyakit kanker . Tes biopsi dengan mengambil sempel jaringan tubuh, kemudian
sempel tersebut akan di uji di laboratorium
Tujuan dari tes biopsi ini adalah untuk mengidentifikasi adanya sel kanker di
dalam tubuh.
5. Hembusan Napas.
Hembusan napas merupakan pemeriksaan yang dilakukan utuk mendiagnosis
adanya gangguan di paru-paru atau saluran pernapasan lainnya.

B. Pengaruh Faktor Biokimia Terhadap Hasil Uji


1. Usia
Pada usia balita sampai remaja , asupan makanan yang di konsumsi sangatlah
berbeda dengan usia dewasa hingga lansia. Pada saat usia muda asupan makanan yang
dimakan mengandung serat, karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin. Berbeda dengan
saat usia dewasa , makanan yang dikonsumsi banyak mengandung lemak, karbohidrat,
rendah serat. Deangan perbedaan usia ini dapat mempengaruhi hasil pengujian yang
akan dilakukan. Saat umur remaja kadar kolesterol dalam darah rendah, sedangkan
pada usia dewasa kadar kolesterol dalam darah sangat tinggi. Itulah mengapa usia
dapat mempengaruhi hasil uji.
2. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik setiap orang berbeda-beda. Seorang atlet memiliki aktivitas fisik
yang lebih tinggi daripada sorang pekerja kantoran. Karena perbedaan aktivitas fisik
ituah yang mempengaruhi pola makan seseorang. Orang yang memiliki aktivitas fisik
yang tinggi akan memerlukan asupan makanan yang tinggi pula , asupan makan itu
akan di metabolisme lebih cepat dari pada yang memiliki aktivitas fisik yang rendah.
Dengan begitu kondisi tubuh yang aktivitas fisik tinngi, memiliki tubuh yang lebih
bugar.

3. Jenis Kelamin
Pria dan wanita memiiki perbedaan hormon yang dapat mempengaruhi hasil uji.
Hormon progesteron berpengaruh terhadap siklus menstruasi dan ovulasi, hormon
esterogen berpengaruh terhadap perubahan bentuk tubuh saat pubertas, hormon LH
dalam mengatur siklus menstruasi.
4. Kehamilan
Pada ibu hamil, Hormon esterogen akan meningkat, Hormon ini dapat
meningkatkan aliran darah, sehinnga dapat mempengaruhi kadar hemoglobin , sehinga
hasil pemeriksaan dapat terganggu.

5. Penyakit yang dimiliki


Infeksi atau cedera jaringan bisa mempengaruhi nilai-nilai biokimiawi, terlepas
dari proses penyakit yang diderita maka semakin fatal efeknya pada uji biokimia

C. Tujuan Periksaan Rutin Uji Biokimia


1. Glukosa
Gulukosa merupanakn bahan utama dalam metabolisme sel di dalam
tubuh. Glukosa akan diubah menjadi energi untuk organ dalam tubuh.
Glukosa darah dibagi menjadi dua yaitu, hiperglikemia dan hipoglikemia.
Hiperglikemia merupakan peningkatan gula darah secara berlebihan.
Kenaikan gula darah ini mengakibatkan kondisi didalam tubuh menjadi tidak
stabil. Indikasi penyakit yaitu, diabetes militus. Sedangkan hipoglikemia
merupankan penurunan gula darah di bawah normal, yang mengindikasikan
penyakit diabetes.
2. LDL-C
LDL- kolesterol,akan membentuk plak di intima arteri yang menyebabkan
penyakit jantung koroner dan mortalitas. Adanya peningkatan konsentrasi
LDL-C menunjukan risiko tingginya terhadap penyakit jantung koroner,
meskipun kadar kolesterol dalam darah normal.
Pengukuran LDL-C, ini menggunakan metode perhitungan dari hasil
kolesterol total, kolesterol HDL, dan trigliserida dengan rumus Friedewald.
Tujuan dari pemeriksaan LdL-C ini adalah untuk mendeteksi risiko penyakit
jantung koroner, memantau metabolisme lemak, dan mengetahui terapi untuk
penurunan lemak atau kolesterol.
3. Kretanin
Ketanin adalah hasil metabolisme dari otot-otot tubuh. Pembentukan
kretanin untuk menghasilkan energi. Kretanin yang sudah di metabolisme
akan di filtrasi oleh ginjal.
Kadar kretanin yang berlebih atau melebihi kadar normalnya di dalam
tubuh, menjadi indikasi dari gangguan fungsi ginjal atau penyakit ginjal.
4. ALT-AST
Aspartate aminotransferase (AST) atau serum glutamic oxaloacetic
transaminase (SGOT), dan alanine aminotransferase (ALT) atau serum
glutamic pyruvic transaminase (SGPT) adalah enzim intrasel yang terutama
berada di jantung, hati, dan jaringan skelet; yang dilepaskan dari jaringan
yang rusak (nekrosis atau terjadinya perubahan permeabilitas sel). Kadarnya
meningkat pada kerusakan sel hati dan pada keadaan lain, terutama infark
miokardium. Nilai normal untuk SGOT dan SGPT adalah 5-35 unit/ml2.
Enzim aminotransferase pada plasma memiliki nilai diagnostic.
Aminotransferase normalnya adalah enzim intrasel, dengan kadar rendah
dalam plasma mewakili pelepasan isi seluler selama pergantian sel normal.
Peningkatan kadar enzim aminotransferase dapat mengindikasikan kerusakan
sel kaya enzim contoh trauma fisik atau proses penyakit menyebabkan lisis
sel, sehingga pelepasan enzim intraseluler ke darah. Enzim aminotransferase
seperti AST dan ALT dapat digunakan sebagai diagnostik ketika ditemukan di
dalam plasma. Pada penyakit hati, AST and ALT plasma meningkat pada
hampir semua penyakit hati, tapi sangat tinggi dalam kondisi yang
menyebabkan nekrosis seperti hepatitis virus berat, cedera beracun dan
perdarahan darah yang berkepanjangan. Pada penyakit selain hati,
aminotransferase mungkin meningkat seperti infark miokard dan gangguan
otot. Namun, gangguan ini biasanya dapat dibedakan secara klinis dari
penyakit hati.
5. Gas darah
Sistem pernapasan terdiri dari (1) mekanisme pompa, (2) membran
pertukaran gas, dan (3) kontrol saraf pusat. Dasar dari pengaturan ini adalah
keseluruhan fungsi pernapasan dan sirkulasi yang menjamin tidak hanya
efisiensi pertukaran gas tetapi juga kemampuan beradaptasi dengan kebutuhan
hidup lainnya. Perubahan komponen sistem pernapasan atau interaksinya
dengan sistem sirkulasi menyebabkan berbagai manifestasi klinis. Manifestasi
terberat yang tersering adalah abnormalitas Pa02 dan PaC02 yang dikenal
sebagai gagal napas.
Paru-paru mempunyai fungsi utama untuk melakukan pertukaran gas,
sehingga membuat tekanan darah arteri dalam batas tertentu. Pada gangguan
paru restriktif beban kerja pernapasan semakin berat agar dapat mengatasi
daya elastik alat pernapasan. Akibat fisiologis ventilasi yang terbatas ini
terjadi hipoventilasi alveolar dan tidak adanya kemampuan untuk
mempertahankan tekanan gas darah normal. Hipoventilasi dapat menyebabkan
asidosis yang terjadi akibat retensi CO2 oleh paru. Peningkatan PaCO2
menimbulkan penurunan pH.
Analisis gas darah dilakaukan untuk mengetahui kadar oksigen dan karbon
dioksida dalam darah. Tujuannya untuk mengetahui atau mengidentifikasi
adanya gangguan pada sistem pernapasan.

6. Keton
Keberadaan keton dalam urine tidaklah normal. Keton hanya akan
dibentuk saat terjadi defisiensi karbohidrat dan tidak dibentuknya energi dari
glukosa. Keton kemudian akan beredar dalam darah dan diedarkan ke seluruh
tubuh melalui pembuluh darah dan diedarkan ke seluruh tubuh melalui
pembuluh darah menuju organ organ penting seperti otak dan otot dimana
keton dibutuhkan sebagai energi pengganti.
Keton bersifat asam, sehingga tubuh akan menghasilkan basa sebagai
buffer untuk mempertahankan keseimbangan tubuh. Bila terus-menerus
menggunakan keton sebagai energi, suatu saat cadangan basa tubuh akan
habis dan hal ini akann menimbulkan kedaruratan yang disebut ketoasidosis
yang dapat mengancam nyawa. Tujuan dari pemeriksaan keton adalah untuk
mengidentifikasi kadar keton dalam darah.

7. Protein
Keberadaan protein dalam urin menandakan ada kebocoran pada
glomerulus. Glomerulus merupakan bagian nefron yang berfungsi memfilter
berbagai zat sisa metabolisme. Dalam kondisi normal protein tidak akan
melewati glomerulus melainkan akan langsung menuju arteri efferent dan
kembali ke jantung. Kebocoran dan kerusakan glomerulus akan
memnyebabkan beberapa zat yang masih berguna bagi tubuh akan ikut
terbuang salah satunya adalah protein. Keberadaan protein dalam urin secara
sederhana dapat di deteksi menggunakan uji asam asetat. Hasil pengujian ini
akan menunjukkan secara jelas keberdaan dan kadar protein urin secara
kualitatif.

8. pH
Pemeriksaan pH urine bertujuan untuk melihat kadar asam atau basa dari
urine. Pemeriksaan ini untuk mengidentifikasi infeksi yang terdapat di ginjal.

9. Eritrosit
Pemeriksaan eritrosit pada urine ditujukan untuk mengidentifikasi adanya
infeksi pada ginjal.

10. Warna
Pemeriksaan warna pada urin untuk untuk mengevaluasi dan mendeteksi
adanya indikasi kerusakan pada saluran kemih.
D. Persiapan Pengambilan Sempel
1. Puasa 10-12 jam
Puasa dilakukan untuk menjaga agar hasil uji biokimia tidak terpengaruhi oleh
makanan atau minuman yang pasien konsumsi sebelum menjalankan uji biokimia.
Makanan atau minuman yang di konsumsi sebelum uji biokimia dapat mempengaruhi
glukosa darah, lemak, dan zat –zat yang ada di dalam tubuh

2. Tidak merokok beberapa jam sebelum pengambulan sampel


Kandungan dalam rokok seperti karbon monoksida, nikotin, tar, hidrogen
sianida,benzena, formaldehida, arsenik, kadmium, dan amonia , dapat terserap oleh
darah , sehingga pada saat pengujian biokimia akan mempengaruhi validasi hasil uji.

3. Pengambilan sampel pada pagi hari


Pengujian biokimia sebaiknya dilakukan saat pagi hari, karena saat itu tubuh
dalam keadaan basal, setelah istirahat di malam hari. Tubuh memiliki masa waktu
untuk meningkatkan kadar biologis didalam tubuh, ada kalanya pemeriksaan dipagi
hari berbeda dengan pemeriksaan yang dilakukan sore hari.
BAB IV
KESIMPULAN

1. Pemeriksaan specimen sangat dibutuhkan dalam pemeriksaan penyakit terutama yang


sering menyerang manusia. Oleh karena itu agar specimen tidak rusak dalam rentang
waktu pengiriman ke laboratorium dan dapat memberikan hasil yang akurat dalam
pemeriksaan secara makroskopis maupun mikroskopis, perlu di ketahui cara
pengambilan, penyimpanan dan pengiriman specimen yang benar.
2. Analisis specimen darah bertujuan untuk mengetahui jumlah sel darah merah, sel darah
putih, dan trombosit dalam tubuh seseorang. Jumlah sel darah dapat menggambarkan
kondisi kesehatan seseorang sehingga bisa membantu dokter dalam menentukan
diagnosis dan pengobatan yang tepat.
3. Analisis specimen urin bertujuan dalam mendektesi penyakit yang berkaitan dengan
saluran kemih seperti infeksi saluran kemih,penyakit ginjal,dan diabetes.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber:"Cerebrospinal Fluid (CSF) Leak: Causes, Symptoms, & Treatments"


Cleveland Clinic
Sumber:Cerebrospinal Fluid Analysis DEAN A. SEEHUSEN, M.D., MARK M.
REEVES, M.D., and DEMITRI A. FOMIN, M.D. Tripler Army Medical
Center, Honolulu, Hawaii
Sumber: Madu Sebagai Hepatoprotektor Dinilai dengan Enzim Transaminase Nico
Aldrin Avesina, M. Ricky Ramadhian Fakultas Kedokteran, Universitas
Lampung
Sumber: Gambaran Analisa Gas Darah pada Distres Pernapasan Gambaran Analisa
Gas Darah pada Distres Pernapasan Srie Yanda
Sumber: CETONURIA IDENTIFICATION IN OBESITY STUDENTS IN THE
POLTEKKES KEMENKES OF BENGKULU IN 2018 TEDY
FEBRIYANTO JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Sumber: Urinary Protein Content Using Asetic Acid in Biology Student Semester VI
of Teaching and Learning Education Faculty, Muhammadiyag University of
Surakarta 2017 Dwi Setyo Astuti Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Indonesia
HUBUNGAN ANTARA USIA DAN JENIS KELAMIN DENGAN KADAR
KOLESTEROL PENDERITA OBESITAS RSUD ABDUL MOELOEK
PROVINSI LAMPUNG Sri Ujiani Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes
Tanjungkarang
LAMPIRAN
Analisis Kasus
1. Nyonya A, 42 tahun, mengeluhkan peningkatan kelelahan otot ekstremitas bawah saat
berjalan dan Jika dia beristirahat selama 5 sampai 10 menit kekuatan ototnya kembali
normal. Beliau juga mengeluhkan, kemampuannya mengucapkan kata-kata juga mengalami
penurunan. Hasil diagnosa dokter nyonya A menderita myasthenia gravis. Dokter
meresepkan prednisolon. Jelaskan hal berikut ini !
a. Mengapa penderita myasthenia gravis mengalami kelelahan otot?
Mysthenia gravis, merukana salah satu penyakit autoimune yang disebabkan oleh adanya
gangguan dari synaptik transmision atau pada neuromuscular junction. Miastenia gravis
dikarakteristikkan melalui adanya kelemahan yang berfluktuasi pada otot rangka dan
kelemahan ini akan meningkat apabila sedang beraktivitas.Mysthenia gravis dapat
mengganggu sistem saraf ( sinap). Pada penderita myasthenia gravis , sel antibodi tubuh
atau kekebalan akan menyerang sistem saraf yang mengandung acetylcholine (Ach),
yaitu neurotransmiter yang menghantarkan rangsangan dari saraf satu ke saraf yang
lainnya. Jika reseptor mengalami gangguan maka akan menyebabkan defisiensi, sehingga
hubungan antar sel saraf dan otot terganggu dan menyebabkann kelemahan otot.

b. Apakah dasar penggunaan obat prednisolon pada kasus ini?


Prednisolon merupakan obat kortinosteroid yang digunakan untuk mengatasi sejumlah
kondisi seperti penyakit autoimune,asma,radang usus, penyakit otot dan persendiaan,
dan alergi. Obat ini bekerja dengan menekan reaksi sistem kekebalan tubuh yang belum
aktif.

c. Reseptor apakah yang terlibat pada kasus ini? Apakah yang dimaksud dengan reseptor?
Reseptor asetilkolin  Asetylcholine reseptor (AchR) terdapat pada neuromuscular
juction. Merupakan neurotransmiter yang mengantarkan rangsangan dari saraf satu ke
saraf lainnya. Jika reseptor mengalami gangguan maka akan menyebabkan defisiensi,
sehingga komunikasi antara sel saraf dan otot terganggu dan menyebabkan kelemahan
otot.
Reseptor merupakan molekul protein yang menangkap sinyal kimia dari luar sel, bila
berikatan dengan ligan.
Kasus urine

1. Dalam rangka peringatan hari kemerdekaan, diadakan bazar di taman kota surabaya,
dimeriahkan dengan berbagai stan makanan dan mainan. Badan amal setempat
mengadakan sejumlah pemeriksaan gratis salah satunya pemeriksaan gula darah. Remaja
A berusia 17, yang mengikuti kegiatan bazar tersebut, juga melakukan pemeriksaan gula
darah, dimana hasil pemeriksaan gula darah sewaktunya 14,4 mmol/L. Hasil tersebut
membuat keluarga khawatir, karena beberapa hari yang lalu sepupu remaja tersebut
terdiagnosis mengidap diabetes. Satu jam kemudian dilakukan tes ulang mengunakan alat
ukur yang dimiliki keluarga, hasilnya menunjukkan hiperglisemia dan glikosuria +++.
Apakah makna hasil pemeriksaan tersebut? Apakah diperlukan terapi farmakologi pada
kasus ini? Jelaskan mengapa!

Jawab :
Hiperglikemia adalah peningkatan kadar gula dalam darah diatas normal, akan tetapi
peningkatan kadar gula sesaat setelah makan tidak dapat disebut dengan hiperlgikemia.
Hiperglikemia dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain gula yang menumpuk
dalam darah dan tidak mampu masuk ke dalam sel, gangguan pengeluaran hormon
insulin, dan faktor keturunan. Selain itu hiperglikemia juga dapat terjadi karena reaksi
dari obat-obatan tertentu. Semakin tinggi kadar gula di dalam darah maka mampu
menyebabkan timbulnya penyakit diabetes mellitus.
Hiperglikemia , biasanya mengacu pada kadar plasma gula darah yang > 10 mmol/L atau
> 180 mg/dL dan dan dapat menyebabkan Diabetes Militus.
Gikosuria , merupakan kondisi dimana ginjal tidak dapat menyerap glukosa , sehingga
kadar glukosa dalam urin melebihi jumlah normal. Kondisi ini dapat disimpulkan bahwa
pasien mengalami Diabetes Militus.

2. Bapak ND berusia 58 tahun, mengeluhkan sakit pinggang, hasil pemeriksaan


laboratorium
menunjukkan proteinuria. Pada pemeriksaan fisik terdapat edema pitting pada kedua
pergelangan kakinya.
jelaskan makna dari hasil tersebut! Apakah diperlukan terapi farmakologi pada kasus ini?
Jelaskan mengapa!

Jawab :
Proteinuria merupakan gejala utama pada sindrom nefrotik, sedangkan gejala klinis lainnya
dianggap sebagai manifestasi sekunder. Kehilangan protein melalui urin menyebabkan terjadinya
hipoalbuminemia. Dalam keadaan seimbang, laju sintesis albumin, degradasi dan pengeluaran
dari tubuh adalah seimbang. Secara kuantitatif proteinuria biasanya kurang dari 2 gram/ m2
LPB/24 jam, tetapi pada keadaan tertentu dapat melebihi 2 gram/ m2 LPB/24 jam. Pasisen yang
mengalami proteunuria akan kekurangan albumin. Albumin berfungsi untuk mengatur tekanan
dalam pembuluh darah dan menjaga agar cairan yang terdapat dalam pembuluh darah tidak bocor
ke jaringan tubuh sekitarnya. Sehingga pasien yang mengalami hipoalbuminemia, saat ditekan
pada salah satu bagian tubuh akan mengalami cekungan , dan akan lama untuk kembali normal.

Anda mungkin juga menyukai