BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penilaian status gizi secara biokimia adalah salah satu penilaian status gizi
secara langsung dengan hasil yang spesifik. Penilaian status gizi secara biokimia
ini dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan spesimen dari berbagai
jaringan tubuh yang akan diuji di laboratorium. Penilaian status gizi secara
biokimia dapat memberikan hasil spesifik terhadap masalah gizi yang terjadi pada
seseorang.
Penilaian status gizi metode biokimia ialah pemeriksaan spesimen seperti
darah, urin, rambut dan lain-lain yang diuji menggunakan alat khusus, yang umum
dilakukan di laboratorium. Metode ini biasanya digunakan sebagai peringatan dini
terhadap kemungkinan munculnya keadaan kekurangan atau kekurangan gizi yang
lenih parah. Tujuan penilaian biokimia ialah untuk mengetahui status gizi
seseorang dengan melakukan pemeriksaan status gizi biokimia pada jaringan
dan/atau cairan tubuh serta tes fungsional.
Beberapa jenis pengukuran yang dapat dilakukan ialah pengukuran cairan
tubuh yang terdiri atas sampel darah, ludah, keringat, dan Air Susu Ibu (ASI).
Adapun pemeriksaan jaringan tubuh terdiri atas rambut, kuku, jaringan adiposa,
hati, dan tulang. Tes fungsional yaitu mengukur konsekuensi fungsional pada
organ atau jaringan tubuh karena kekurangan zat gizi di dalam tubuh.1
World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa, secara global, 422
juta orang dewasa berusia di atas 18 tahun hidup dengan diabetes pada tahun
2014. Jumlah terbesar orang dengan diabetes diperkirakan berasal dari Asia
Tenggara dan Pasifik Barat, terhitung sekitar setengah kasus diabetes di dunia. Di
seluruh dunia, jumlah penderita diabetes telah meningkat secara substansial antara
tahun 1980 dan 2014, meningkat dari 108 juta menjadi 422 juta atau sekitar empat
kali lipat.2
1
Pakar Gizi Indonesia. (2017). Ilmu Gizi Teori & Aplikasi
2
Infodatin. (2018). Hari Diabetes Sedunia
2
3
Dita Wahyu Hestiana. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kepatuhan Dalam Pengelolaan Diet Pada Pasien Rawat Jalan Diabetes Mellitus
Tipe 2 Di Kota Semarang
4
Desy Diastutik. (2016). Proporsi Karakteristik Penyakit Jantung Koroner pada
Perokok Aktif Berdasarkan Karakteristik Merokok
3
5
Infodatin. (2014). Situasi Kesehatan Jantung Di Indonesia
6
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Hasil Utama Riskesdas
2018
4
7
Holil M Par’i, Sugeng Wiyono, dan Titus Priyo Harjatmo. (2017). Penilaian
Status Gizi
6
tertentu. Tes biokimia dapat digunakan untuk menguji validitas berbagai metode
dalam penilaian konsumsi makanan atau untuk melihat apakah responden yang
diwawancarai terlalu berlebihan (overreporting) atau terlalu sedikit dalam
memberikan informasi (underreporting) tentang apa yang dikonsumsinya.8
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat ditarik rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana penentuan status gizi secara Biokimia?
2. Bagaimana penentuan status gizi individu berdasarkan kadar glukosa?
3. Bagaimana penentuan status gizi individu berdasarkan kolestrol?
4. Bagaimana penentuan status gizi individu berdasarkan LDL?
5. Bagaimana penentuan status gizi individu berdasarkan HDL?
6. Bagaimana penentuan status gizi individu berdasarkan Seng (Zn)?
7. Bagaimana penentuan status gizi individu berdasarkan Hemoglobin?
8. Bagaimana penentuan status gizi individu berdasarkan Triglesiredia?
C. Tujuan Praktikum
1. Tujuan umum
Tujuan umum kegiatan praktikum ini adalah untuk menilai status gizi
individu secara biokimia.
2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dari kegiatan praktikum ini adalah :
a. Untuk mengetahui pengukuran status gizi secara biokimia.
b. Untuk mengetahui status gizi individu berdasarkan kadar glukosa.
c. Untuk mengetahui status gizi individu berdasarkan kolesterol.
d. Untuk mengetahui status gizi individu berdasarkan LDL.
e. Untuk mengetahui status gizi individu berdasarkan HDL.
f. Untuk mengetahui status gizi individu berdasarkan Seng (Zn).
g. Untuk mengetahui status gizi individu berdasarkan Hemoglobin.
h. Untuk mengetahui status gizi individu berdasarkan Triglesiredia
8
Sunita Almatsier, Susirah Soetardjo dan Moesijanti Soekatri. (2011). Gizi
seimbang dalam daur kehidupan.
7
D. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari kegiatan praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Praktikan dapat mengetahui pengukuran status gizi secara biokimia.
2. Praktikan dapat mengetahui status gizi individu berdasarkan kadar
glukosa.
3. Praktikan dapat mengetahui status gizi individu berdasarkan kolesterol.
4. Praktikan dapat mengetahui status gizi individu berdasarkan LDL.
5. Praktikan dapat mengetahui status gizi individu berdasarkan HDL.
6. Praktikan dapat mengetahui status gizi individu berdasarkan Seng (Zn).
7. Praktikan dapat mengetahui status gizi individu berdasarkan
Hemoglobin.
8. Praktikan dapat mengetahui status gizi individu berdasarkan
Triglesiredia
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Penentuan Status Gizi secara Biokimia
Penilaian status gizi merupakan metode biokimia ialah pemeriksaan
spesimen seperti urin, rambut, dan lain-lain yang diuji menggunakan alat
khusus, yang umumnya dilakukan di laboratorium. Metode ini biasanya
digunakan sebagai peringatan dini terhadap kemungkinan munculnya keadaan
kekuranagn atau kelebihan gizi yang lebih parah. Tujuan penilaian biokimia
ialah untuk mengetahui status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan
status biokimia pada jaringan dan/atau cairan tubuh serta tes fungsional.
Beberapa jenis pengukuran yang dapat dilakukan ialah pengukuran cairan
tubuh yang terdiri atas sampel darah, ludah, keringat, dan Air Susu Ibu (ASI).
Adapun pemeriksaan jaringan tubuh terdiri atas rambut, kuku, jaringan
adiposa, hati dan tulang. Tes fungsional yaitu mengukur konsekuensi
fungsional pada organ atau jaringan tubuh karena kekurangan zat gizi di dalam
tubuh.
Penilaian biokimia memiliki beberapa kelebihan antara lain dapat
mendeteksi kekurangan atau kelebihan zat gizi secara lebih dini dan hasil
pemeriksaan lebih objektif karena menggunakan peralatan serta prosedur
terstandar yang dilakukan oleh tenaga terlatih. Hasil penilaian biokimia dapat
dijadikan sebagai bahan pendukung pada hasil pemeriksaan status gizi lain
seperti survei konsumsi, klinik, dan lain-lain.
Kelemahan pengukuran ini ialah :
1. Penilaian biokimia tidak dapat dilakukan sebelum terjadinya gangguan
metabolisme zat gizi.
2. Penggunaan alat khusus serta bahan-bahan pelarut yang masih harus
didatangkan dari luar negeri sehingga membutuhkan biaya yang cukup
mahal.
3. Membutuhkan tenaga terlatih sehingga tidak semua orang dapat melakukan
penilaian tersebut.
9
9
Nuzul Wahyuning Diyah, dkk. (2016). Evaluasi Kandungan Glukosa Dan Indeks
Glikemik Beberapa Sumber Karbohidrat Dalam Upaya Penggalian Pangan Ber-
Indeks Glikemik Rendah
10
Suci M. J. Amir, Herlina Wungouw, Dan Damajanty Pangemanan. (2015).
Kadar Glukosa Darah Sewaktu Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di
Puskesmas Bahu Kota Manado
10
bukan puasa makan dan minum seperti yang biasa dilakukan. Jika kadar
glukosa darah puasa sama atau lebih dari 126 mg/dL maka dikategorikan
diabetes melitus.11
c. Tes kadar gula darah setelah makan (Glucose post prandial)
Kadar gula darah setelah makan adalah kadar gula darah dari darah
yang diambil 2 jam setelah makan, harga normalnya 80-120 mg/dL.12
3. Sumber Makanan yang Mengandung Glukosa
Tabel 2.1 Makanan Sumber Glukosa (gram/100 gr)
Nilai Nilai
Bahan Makanan Bahan Makanan
Karbohidrat Karbohidrat
Gula pasir 94,0 Kacang tanah 23,6
Gula kelapa 76,0 Tempe 12,7
Jelli/Jam 64,5 Tahu 1,6
Pati (Maizena) 87,6 Pisang ambon 25,8
Bihun 82,0 Apel 14,9
Makaroni 78,7 Mangga harumanis 11,9
Beras setengah giling 78,3 Pepaya 12,2
Jagung kuning 73,7 Daun singkong 13,0
Kerupuk udang 68,2 Wortel 9,3
Mie kering 50,0 Bayam 6,5
Roti putih 50,0 Kangkung 5,4
Ketela pohon 34,7 Tomat masak 4,2
Ubi jalar merah 27,9 Hati sapi 6,0
Kentang 19,2 Telur bebek 0,8
Kacang hijau 62,9 Telur ayam 0,7
Kacang merah 59,5 Susu sapi 4,3
Kacang kedelai 34,8 Susu kental sapi 4,0
Sumber: Taufiq Paisak, 2009
Jika diperhatikan jenis makanan di atas, gula pasir merupakan sumber
glukosa tertinggi, disusul beras setengah giling dan macaroni. Sedangkan
makanan sumber glukosa terendah ialah telur ayam dan disusul telur bebek.
Gula pasir yang biasa digunakan sehari-hari, untuk membuat kopi, kue atau
dicampur ke kolak, bukan merupakan gula murni. Ia diolah dari tebu. Ketika
tebu diolah menjadi gula, maka ia melewati beberapa proses yang
11
H. M. Hembing Wijayakusuma. (2004). Bebas Diabetes Melitus Ala Hembing.
12
Syafa’at Ariful Huda. (2016). Hubungan Antara Kadar Glukosa Darah Dengan
Tekanan Darah Manusia Di RW 03 Kelurahan Kebayoran Lama Jakarta Selatan
11
13
Taufiq Paisak. (2009). Unlimited Potency Of The Brain Kenali Dan
Manfaatkaan Sepenuhnya Potensi Otak Anda Yang Tak Terbatas
12
diabetes pasti akan mengidap diabetes juga, sepanjang dia bisa menjaga
dan menghindari faktor resiko yang lain.
d. Pola makan
Mengkonsumsi makan yang bersantan, aktifitas olah raga yang
kurang, menkonsumsi bumbu penyedap rasa, kurang menyedikan
makanan yang berserat, mengkonsumsi minuman kaya gula. Hal ini yang
mendasari bahwa terjadinya peningkatan terhadap kadar gula darah puasa
pada pola makan yangkurangbaik. Dukungan keluarga juga tidak kalah
penting untuk ikut berperan dalam pengendalian kadar gula darah pasien
diabetes, misalnya : untuk melakukan olahraga teratur, mengkonsumsi
obat antidiabetes sesuai jadwal dan jumlah yang di instruksikan oleh
dokter.14
5. Pencernaan Glukosa
Pencernaan kabohidrat dimulai dari mulut. Bolus makanan yang berasal
dari makanan yang dikunyah akan bercampur dengan ludah yang
mengandung enzim amilase. Enzim amilase ini menghidrolisis pati atau
amilum menjadi bentuk karbohidrat lebih sederhana yaitu dekstrin. Bolus
kemudian ditelan ke dalam lambung.
Pada usus halus, enzim amilase yang dikeluarkan oleh pankreas,
mencernakan amilum menjadi dekstrin dan maltosa. Penyelesaian
pencernaan kabohidrat dilakukan oleh enzim-enzim disakaridase yang
dikeluarkan oleh sel-sel mukosa usus halus berupa maltase, sukrase dan
laktase. Hidrolisis disakarida oleh enzim-enzim ini terjadi di mikrovili dan
monosakarida yang diahasilkan adalah maltase memecah maltosa menjadi
dua mol glukosa, sukrase memecah sakarosa menjadi satu mol glukosa dan
satu mol fruktosa, laktase memecah laktosa menjadi 1 mol glukosa dan satu
mol galaktosa.
Glukosa, fruktosa dan galaktosa kemudian di serap oleh dinding usus,
masuk ke cairan limpa, kemudian ke pembuluh darah kapiler dan dialirkan
14
Abil Rudi, Hendrikus dan Nara Kwureh. (2017). Faktor Risiko yang
Mempengaruhi Kadar Gula Darah Puasa Pada Pengguna Layanan Laboratorium
13
melalui vena portae ke hati. Dalam waktu 1-4 jam setelah selesai makan,
pati nonkarbohidrat atau serat makanan ini seperti selulosa, galaktan dan
pentosan dan sebagian pati yang tidak dicerna masuk ke usus besar. Di usus
besar jenis karbohidrat ini dipecah sebagian oleh mikroba yang terdapat di
usus, melalui proses fermentasi dan menghasilkan energi untuk keperluan
mikroba tersebut dan bahan sisa seperti air dan karbondioksida. Fermentasi
yang meningkat di usus besar menghasilkan banyak gas karbondioksida
yang kemudian dikeluarkan sebagai flatus (kentut). Sisa karbohidrat yang
masih ada, dibuang menjadi tinja.15
6. Penyerapan Glukosa
Zat gizi yang telah mengalami pencernaan secara mekanis dan kimia
akan memiliki struktur yang lebih kecil dan sederhana sehingga dapat
diserap ke dalam sel epitel usus halus. Setelah proses hidrolisis yang terjadi
pada usus halus, monosakarida yang dihasilkan akan diserap oleh sel usus
halus. Energi cadangan yang terdapat pada pompa ion sodium-kalium
mendorong penyerapan glukosa dan galaktosa dengan membuat gradient
konsentrasi yang curam pada sodium sehingga masuk ke dalam usus.
Sodium bergerak melintasi membran melalui protein kotransporter pada
membrane (SGLT) sehingga mendorong glukosa terhadap gradient
konsentrasi ke dalam sel. Fruktosa memasuki sel dengan cara difursi
terfasilitasi. Ketiga monosakarida keluar melintasi membrane basolateral
melalui difusi terfasilitasi pada transport gula (GLUT2).16
Gambar 2.1. Penyerapan Glukosa
7. Metabolisme Glukosa
Pada metabolisme karbohidrat terdapat berbagai jalur reaksi biokimia,
antara lain jalur glikolisis, oksidasi piruvat, dan siklus asam sitrat. Ketiga
jalur metabolisme ini merupakan jalur reaski oksidasi glukosa yang
berperan penting sebagai jalur penghasil energi. Hasil pencernaan makanan
berupa glukosa akan diserap dan masuk ke dalam darah. Selanjutnya,
glukosa akan didistrubusikan ke seluruh tubuh, terutama ke otak, serta hati,
otot, sel darah merah, ginjal, jaringan lemak, dan ke jaringan lainnya.
Tubuh manusia juga bisa menghasilkan glukosa dari senyawa non
karbohidrat, antara lain dari lemak (gliserol) serta laktat, melalui jalur reaksi
gluconeogenesis. Glukoneogenesis merupakan upaya tubuh untuk
meningkatkan kadar glukosa dalam darah. Sebagian besar proses
glukoneogenesis terjadi di hati, sehingga bisa terjadi penyakit hati yang
berat, dapat terjadi gangguan proses glukoneogenesis yang mengakibatkan
penurunan kadar glukosa darah.
Sebagian glukosa yang masuk ke dalam hati dan otot skeletal akan
diubah menjadi glikogen, melalui proses glikogenesis. Glikogen merupakan
simpanan karbohidrat di hati dan otot skeletal yang berperan sebagai
cadangan energi saat tidak ada asupan makanan. Apabila diperlukan, maka
glikogen akan dipecah melalui proses glikogenolisis, untuk menghasilkan
glukosa sebagai sumber energi.
Glukosa di hati sebagian juga diubah menjadi asam glukoronat melalui
jalur uronat. Asam glukuronat ini berperan penting untuk proses konjugasi
bilirubin. Bilirubin yang terkonjugasi menyebabkan bilirubin menjadi larut
dalam air, sehingga dapat diekskresikan ke dalam usus halus melalui saluran
empedu.
Di jaringan lemak, glukosa dapat diubah menjadi lemak berupa triasil
gliserol. Melalui jalur glikolisis akan menghasilkan dihidroksiaseton fosfat,
yang selanjutnya diubah oleh enzim gliserol-3-fiosfat dehidrogenase
menjadi gliserol-3-fosfat, yang merupakan bahan baku sintesis
15
17
Novi Khila Firani. (2017). Metabolisme Karbohidrat: Tinjauan Biokimia Dan
Patologis
18
Ahmad Baequny, Afiyah Sri Harnany, dan Elsye Rumimper. (2015). Pengaruh
Pola Makan Tinggi Kalori terhadap Peningkatan Kadar Gula Darah pada
Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2
16
19
Putri Auliya, Fadil Oenzil, dan Zelly Dia Rofinda. (2016). Gambaran Kadar
Gula Darah pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Andalas yang
Memiliki Berat Badan Berlebih dan Obesitas
20
Jon Hafan Sutawardana, Yulia, dan Agung Waluyo. (2016). Studi
Fenomenologi Pengalaman Penyandang Diabetes Melitus yang Pernah
Mengalami Episode Hipoglikemia
21
Triesa Rizkyta dan Tatik Mulyati. (2014). Hubungan Kebiasaan Sarapan
dengan Kadar Glukosa Darah Remaja Puteri (Studi Penelitian di SMP Negeri 13
Semarang)
17
22
Sri Ujiani. (2015). Hubungan Antara Usia dan Jenis Kelamin Dengan Kadar
Kolesterol Penderita Obesitas RSUD Abdul Moeloek Povisnsi Lampung
23
Li-Hua Li, Ewelina P. D, Ying-Chen Huang, Hsin-Bai Zhou, and Cheng-Chih
Hsu. (2019). Analytical Methods For Cholesterol Quantification
24
Bianca W. M. Schalk, Marjolein Visser, Dorly J. H. Deeg, and Lex M. Bouter.
(2004). Lower Levels of Serum Albumin and Total Cholesterol and Future
Decline in Functional Performance in Older Persons: the Longitudinal Aging
Study Amsterdam
18
25
Rita Ramayulis. (2008). Menu Dan Resep Untuk Penderita Kolesterol
19
26
Nunung Sri Mulyani, Agus Hendra Al Rahmad, dan Raudatul Jannah. (2018).
Faktor Resiko Kadar Kolesterol Darah pada Pasien Rawat Jalan Penderita Jantung
Koroner di RSUD Meuraxa
20
27
Tri Puspa Rini,, Darwin Karim, dan Riri Novayelinda. (2014). Gambaran Kadar
Kolesterol Pasien Yang Mendapatkan Terapi Bekam
21
6. Metabolisme Kolesterol
Metabolisme kolesterol dilakukan oleh organ hati. Kolesterol yang
berasal dari asupan makanan akan dibawa kilomikron ke dalam hati
untuk dimetabolisme. Kolesterol sebagian mengalami sirkulasi
enterohepatik membentuk asam empedu dan sebagian lainnya menjadi
satu dengan Very Low Density Lipoprotein (VLDL). VLDL kemudian
dimetabolisme oleh lipoprotein lipase menjadi Low Density
Lipoprotein (LDL) melalui zat antara IDL secara endositosis.
Vesikel-vesikel yang mengandung IDL bergabung dengan lisosom
dan enzim lisosom guna menghidrolisis IDL menjadi kolesterol.
Kolesterol diubah menjadi ester kolesterol ke dalam aparat golgi dan
berdifusi ke dalam membran sel. Hal ini mampu meningkatkan kadar
kolesterol dalam darah. Selanjutnya, kolesterol yang berlebih di sel
atau jaringan dibawa kembali ke hati oleh High Density Lipoprotein
(HDL).28
7. Dampak Apabila Kelebihan dan Kekurangan Kolestrol
a. Dampak kelebihan
Tingginya kadar kolesterol di dalam darah merupakan
permasalahan yang serius karena merupakan salah satu faktor
risiko dari berbagai macam penyakit tidak menular seperti jantung,
stroke, dan diabetes mellitus. Kadar kolesterol yang berlebih dalam
darah akan akan mudah melekat pada dinding sebelah dalam
pembuluh darah. LDL yang berlebih melalui proses oksidasi akan
membentuk gumpalan yang jika gumpalan semakin membesar akan
membentuk benjolan yang akan mengakibatkan penyempitan
saluran pembuluh darah. Proses ini biasanya disebut dengan
atheroklerosis.29
28
Wahyu Widyaningsih, Aditya Prabowo, dan Sumiasih. (2010). Pengaruh
Ekstrak Etanol Daging Bekicot (Achantina fulica) Terhadap Kadar Kolesterol
Total, HDL, dan LDL Serum Darah Tikus Jantan Galur Wistar
29
Alodiea Yoeantafara dan Santi Martini. (2017). Pengaruh Pola Makan Terhadap
Kadar Kolesterol Total
22
b. Dampak kekurangan
Nilai kolesterol yang rendah ternyata tidak selalu berarti baik
bagi tubuh seseorang, nilai kolesterol yang rendah dapat pula
menjadi salah satu petunjuk adanya sesuatu kelainan yang terjadi di
dalam tubuh. Ketika kolesterol pada tubuh seseorang sangat
rendah, sebenarnya ada yang tidak beres pada tubuh. Adanya
kekurangan kolesterol pada tubuh seseorang bisa menandakan
bahwa seseorang tersebut mengalami gangguan kekurangan energi
yang berat.30
D. Tinjauan Umum tentang HDL
1. Definisi HDL
HDL merupakan lipoprotein atau kombinasi lemak dan protein.
HDL biasa juga disebut dengan istilah “kolesterol baik” karena
kemampuannya menghilangkan kelebihan kolesterol dari darah dan
membawanya ke hati. Konsentrasi HDL di dalam darah yang tinggi
berhubungan dengan rendahnya risiko penyakit jantung dan pembuluh
darah.1
HDL adalah anti inflamasi pada individu yang sehat tanpa adanya
stres oksidatif dan inflamasi sistemik. Pada mereka dengan penyakit
kronis seperti kegagalan nyata, HDL dapat menjadi disfungsional dan
sebenarnya memicu peradangan. HDL dapat dianggap sebagai pesawat
ulang-alik yang ukurannya dapat diperkirakan oleh kadar kolesterol
HDL.31
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi HDL
Asupan alkohol dalam jumlah sedang berhubungan dengan
perlindungan terhadap penyakit jantung koroner, efek yang
ditimbulkan oleh alkohol untuk menginduksi peningkatan HDL-C
konsentrasi melalui peningkatan apolipoproteins HDL utama, yaitu
30
Chairinniza K. Graha. (2010). 100 Questions & Answers: Kolesterol
31
Q. Ashton Acton. (2012). HDL Lipoproteins-Advances in Research and
Application
23
32
Vristilia R. Lombo, Diana S. Purwanto, dan Theresia V. Masinem. (2012).
Gambaran Kadar Kolesterol Total Darah pada Laki-Laki Usia 40-59 Tahun
dengan Indeks Massa Tubuh 18,5-22,9 kg/m
24
CETP, HDL yang kaya trigliserida menjadi substrat yang lebih baik
dari lipase hati, yang menghidrolisis trigliserida dan fosfolipid untuk
menghasilkan smaller HDL. Enzim yang berperan yaitu endothelial
lipase menghidrolisis fosfolipid HDL, dan menghasilkan smaller HDL
yang dikatabolisme lebih cepat. Remodeling HDL memengaruhi
metabolisme, fungsi, dan konsentrasi HDL plasma.
33
Edmond L. Jim. (2013). Metabolisme Lipoprotein
26
34
Nur Islah Agusti, Taswin dan Yacob Fridayenti. (2014). Profil Rasio Kolesterol
LDL dan HDL pada Pasien Stroke di Bagian Saraf RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau Periode Januari Sampai Desember 2012
27
35
Rizky R.Syahrullah, Youla Assa, Murniati Tiho. (2013). Gambaran Kadar High
Density Lipoprotein Darah pada Laki-Laki Berusia 40-59 Tahun dengan Indeks
Massa Tubuh ≥23 kg/m2
36
Sitti Rahma, Rosdiana Natsir, dan Peter Kabo. (2014). Pengaruh Antioksidan
Madu Dorsata dan Madu Trigona Terhadap Penghambatan Oksidasi LDL pada
Mencit Hiperkolesterolemia
28
37
Hongbao Ma and Kuan-Jiunn Shieh. (2006). Cholesterol and Human Health
38
Astuti, Siti Umniyati, Anna Rakhmawati, dan Evy Yulianti. (2016).
Pemanfaatan Probiotik Bakteri Asam Laktat dari Limbah Kotoran Ikan Terhadap
Kadar LDL Darah Ayam Broiler Strain Lohmann
39
Ernawati Hardani, Wiryatun Lestariana, dan Susetyowati. (2014). Efek
Pemberian Ekstrak Teh Hijau (Camellia Sinesis (L) O. Kuntze) Var. Assamica
Terhadap Total Lemak Tubuh Dan Profi L Lipid Wanita Dewasa Overweight Dan
Obesitas
31
a. Jenis kelamin
Pada wanita, trigliserida umumnya lebih rendah dibandingkan
dengan pria. Tetapi pada waktu menopause, trigliserida wanita
cenderung meningkat dan mengakibatkan insiden terjadinya
penyakit koroner pada wanita meningkat juga. Konsumsi alkohol,
asam lemak jenuh, karbohidrat, dan jumlah kalori yang tinggi dapat
meningkatkan trigliserida.
b. Obesitas dan diabetes
Obesitas dan diabetes yang tidak dikendalikan menjadi
penyebab paling umum terjadinya kadar trigliserida yang tinggi.
Kadar trigliserida tinggi terjadi ketika seseorang banyak
mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat atau kadar
gula yang tinggi. Risiko terkena penyakit jantung akan meningkat
seiring dengan tingginya kadar trigliserida seseorang.
c. Aktivitas fisik dan pola makan
Aktivitas fisik yang kurang dan pola makan yang salah berisiko
mengalami penumpukan lemak serta trigliserida dalam tubuh.
Kadar trigliserida dalam darah juga dipengaruhi oleh asupan.
Asupan lemak dan karbohidrat yang berlebihan dapat
meningkatkan kadar trigliserida dalam darah. Trigliserida yang
tinggi dapat diatasi dengan cara mengatur asupan.40
3. Metabolisme Trigliserida
Makanan yang masuk ke dalam tubuh akan dipecah salah satunya
adalah trigliserida. Trigliserida dibentuk di hati yang merupakan dari
hasil pembentukan lemak. Ada dua jalur pemecahan trigliserida, yaitu
jalur eksogen dan endogen.
Jalur eksogen adalah makanan yang masuk dalam tubuh diolah oleh
usus dipecah dalam bentuk partikel lipoprotein atau kilomikron.
40
Anggara E. Watuseke, Hedison Polii, dan Pemsi M. Wowor. (2016). Gambaran
kadar lipid trigliserida pada pasien usia produktif di Puskesmas Bahu Kecamatan
Malalayang Kota Manado periode November 2014 – Desember 2014
32
41
Hartini H. dan Wiranti Febiola. (2017). Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Terhadap Kadar Trigliserida pada Wanita Usia 40-60 Tahun
46
Ashael A. Rembang, J. J. V. Rampengan dan Siantan Supit. (2015). Pengaruh
Senam Zumba terhadap Kadar Trigliserida Darah Pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Samratulangi
33
47
Reni Sarira, Andi Auliyah Warsyidah, dan Nardin. (2017). Gambaran Hasil
Pemeriksaan Kadar Trigliserida pada Petugas Perawatan Lantai 4 RSU Wisata
Universitas Indonesia Timur Makassar 2018
48
Robert B. Saper and Rebecca Rash. (2009). Zinc: An Essential Micronutrient
49
Satoru Yamasaki, et al. (2007). Zinc is a novel intracellular second messenger
34
50
Merryana Adriani dan Bambang Wirjatmadi. (2014). Gizi dan Kesehatan Balita
Peranan Mikro Zinc pada Pertumbuhan Balita
51
Mia Lestari Peri Putri, Betty Yosephin Simanjuntak, dan Tetes Wahyu W .
(2018). Konsumsi Vitamin D dan Zink dengan Kejadian Stunting pada Anak
Sekolah SD Negeri 77 Padang Serai Kota Bengkulu
35
52
Valerie I. R. Gunadi, Yanti M. Mewo, dan Murniati Tiho. (2016). Gambaran
Kadar Hemoglobin pada Pekerja Bangunan
53
Manoj Bhaskaran, Haifeng Chen, Zhongmong Chen, and Lin Liu. (2005).
Hemoglobin is Expressed in Alveolar Epithelial Type II Cells
38
54
Mukhlissul Faatih, Kambang Sariadji, Ida Susanti, Ratih Rinendya Putri, Frans
Dany, dan Ully Alfi Nikmah. (2017). Penggunaan Alat Pengukur Hemoglobin di
Puskesmas, Polindes dan Pustu
39
Kandungan Vitamin C
No. Nama Makanan
(mg/100 gr)
1 Daun singkong 275
2 Jambu biji 87
3 Daun bayam 80
4 Pepaya 78
5 Kiwi 74
6 Brokoli 68
7 Stroberi 60
8 Jeruk 49
9 Tomat 40
10 Mangga golek 30
11 Nanas 24
Sumber: Wibisono, H. & Ayu B. F. K. D., 2008
55
Oky Nor Sahana dan Sri Sumarmi. (2015). Hubungan Asupan Mikronutrien
dengan Kadar Hemoglobin pada Wanita Usia Subur (WUS)
41
56
Laura Kosasi, Fadil Oenzil, dan Amel Yanis. (2014). Hubungan Aktivitas Fisik
terhadap Kadar Hemoglobin pada Mahasiswa Anggota UKM Pandekar
Universitas Andalas
57
Ajeng Amalia dan Agustyas Tjiptaningrum. (2016). Diagnosis dan Tatalaksana
Anemia Defisiensi Besi
58
Yusni Ikhwan Siregar dan Adelina. (2009). Pengaruh Vitamin C terhadap
Peningkatan Hemoglobin (Hb) Darah dan Kelulushidupan Benih Ikan Kerapu
Bebek (Cromileptes altivelis)
42
59
Alvionita, Welinda Dyah Ayu, dan Muhammad Amir Masruhim. (2016).
Pengaruh Penggunaan Asam Folat Terhadap Kadar Hemoglobin Pasien Penyakit
Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
43
60
Damayanti Siallagan, Prita Dhyani Swamilaksita, dan Dudung Angkasa.
(2016). Pengaruh Asupan Fe, Vitamin A, Vitamin B12, dan Vitamin C Terhadap
Kadar Hemoglobin pada Remaja Vegan
61
Fitriana Sidikah Rachman dan Robby Nur Aditya. (2013). Questions & Answer
Donor Darah.
44
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Peserta Praktikum
Adapun peserta pratikum antropometri kelompok 1 (Ahmad Arif
Hidayat, Nurul Hikmawati Idris, Nur Rezkyana Asyhad, Winda Lestari
Lande, Jihan Fadila, Idyah Hidayanti, Indra Ayu Ningsih) mahasiswa
Program Studi Ilmu Gizi angkatan 2018 FKM Universitas Hasanuddin.
B. Tempat dan Waktu Praktikum
Adapun tempat yang digunakan dalam kegiatan pratikum ini adalah
Laboratorium Kimia Biofisik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanuddin. Adapun waktu dilaksanakannya kegiatan pratikum ini adalah
tanggal 18 Oktober 2019 hari Jumat, mulai pukul 08.00-22.30 WITA.
C. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini diantaranya :
62
Uswatun Khasanah dan Triska Susila Nindya. (2018). Hubungan Antara Kadar
Hemoglobin dan Status Gizi dengan Produktivitas Pekerja Wanita di Bagian
Percetakan dan Pengemasan di UD X Sidoarjo
45
Gambar 3.2.7
Larutan ZnSO4
D. Prosedur Kerja
49
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Praktikum
1. Tabel Hasil Pemeriksaan Glukosa (Gula Darah Puasa)
Adapun hasil dari praktikum yaitu:
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Gula Darah Puasa
Nama Parameter Hasil Kategori Kadar
Praktikan Pengukuran Pengukuran Normal
Ahmad Arif Glukosa 86 mg/dL Normal 75 – 115
Hidayat mg/dL
Sumber: Data Primer, 2019
2. Tabel Hasil Pemeriksaan Kolesterol Total
52
63
Indah Fahmiyah dan I Nyoman Latra. (2016). Faktor yang Memengaruhi Kadar
Gula Darah Puasa Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Poli Diabetes RSUD Dr.
Soetomo Surabaya Menggunakan Regresi Probit Biner
54
Solusi untuk praktikan Ahmad Arif Hidayat yaitu dengan menjaga pola
makan yang baik. Pola makan yang baik dapat dilakukan untuk menjaga
kesehatan dengan tidak mengonsumsi protein, karbohidrat atau gula,
lemak, dan energi yang berlebihan. Asupan makanan yang berlebihan
dapat meningkatkan kadar gula darah.
2. Pemeriksaan Kolesterol Total
Berdasarkan hasil pemeriksaan diperoleh hasil bahwa kadar kolesterol
total dalam serum darah Ahmad Arif Hidayat adalah 126 mg/dL. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa kadar kolesterol total Ahmad Arif Hidayat
termasuk kategori normal. Kadar kolesterol normal yaitu < 200 mg/dL.
Kolesterol merupakan salah satu jenis lemak di dalam darah yang
diproduksi oleh tubuh atau berasal dari makanan. Kolesterol dibutuhkan
oleh tubuh untuk menjaga kesehatan sel. Jumlah kolesterol di dalam darah
berhubungan dengan makanan yang dikonsumsi atau kondisi genetik.
Jumlah kolesterol di dalam darah yang tergolong tinggi akan menyebabkan
penyakit jantung koroner.1
Solusi untuk praktikan Ahmad Arif Hidayat yaitu mencegah terjadinya
penyakit dengan mengonsumsi makanan yang bergizi dan tidak
berlebihan. Salah satu cara agar kolesterol tetap normal yaitu dengan
mengonsumsi makanan yang berserat. Brokoli dapat membantu proses
detoksifikasi tubuh secara alami.
3. Pemeriksaan HDL
Berdasarkan hasil pemeriksaan diperoleh hasil bahwa kadar HDL
dalam serum darah Ahmad Arif Hidayat adalah 25 mg/dL. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa kadar HDL Ahmad Arif Hidayat termasuk kategori
rendah. Kadar HDL normal yaitu < 40 mg/dL.
Kolesterol HDL disebut juga Kolesterol baik. Fungsi utama dari HDL
adalah transport balik kolesterol yaitu mengembalikan kolesterol dari
jaringan perifer ke hati sehingga mencegah terbentuknya aterosklerosis.
Kadar kolesterol HDL darah yang rendah akan berpengaruh pada rasio
total kolesterol dan HDL yang dapat digunakan untuk memprediksi risiko
55
PJK. Hal ini merupakan dasar hubungan antara kadar kolesterol HDL
plasma dan aterosklerosis.64
Solusi untuk praktikan Ahmad Arif Hidayat yaitu konsumsi lemak
dibatasi tidak melebihi 25% kebutuhan dari total energi per hari.
Membatasi konsumsi lemak sewajarnya agar tidak mengakibatkan
konsumsi asupan energi tidak adekuat. Melakukan aktivitas olahraga
secara rutin juga penting untuk meningkatkan kadar HDL dalam tubuh.
4. Pemeriksaan LDL
Berdasarkan hasil pemeriksaan diperoleh hasil bahwa kadar LDL dalam
serum darah Ahmad Arif Hidayat adalah 20 mg/dL. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa kadar LDL Ahmad Arif Hidayat termasuk kategori
rendah. Kadar LDL normal yaitu < 150 mg/dL.
Low Density Lipoprotein (LDL) merupakan lipoprotein yang
mengangkut kolesterol terbesar untuk disebarkan ke seluruh jaringan
tubuh dan pembuluh nadi. LDL disebut kolesterol jahat karena efeknya
yang arterogenik (mudah melekat pada dinding pembuluh darah),
sehingga dapat menyebabkan penumpukan lemak dan penyempitan
pembuluh darah (arterosclerosis). Kadar LDL di dalam darah sangat
tergantung dari lemak yang masuk. Semakin tinggi/banyak lemak yang
masuk, semakin menumpuk pula LDL, hal ini disebabkan LDL merupakan
lemak jenuh yang tidak mudah larut.65
Solusi untuk praktikan Ahmad Arif Hidayat yaitu menjaga asupan
makanan terutama yang mengandung lemak jenuh agar tidak berlebihan.
Konsumsi makanan yang kaya serat larut, seperti buah-buahan, sayuran
dan kacang-kacangan. Serat larut mampu membantu menurunkan kadar
LDL.
64
Yessica Octavia Sinaga, Murniati Tiho, dan Yanti M. Mewo. (2013). Gambaran
Kadar Kolesterol High Density Lipoprotein Darah pada Mahasiswa Angkatan
2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi dengan Indeks Massa
Tubuh ≥23,0 kg/m2
65
Sudjaswadi Wiryowidagdo dan M. Sitanggang. (2008). Tanaman obat untuk
penyakit jantung, darah tinggi, & kolesterol.
56
5. Pemeriksaan Trigliserida
Berdasarkan hasil pemeriksaan diperoleh hasil bahwa kadar trigliserida
dalam serum darah Ahmad Arif Hidayat adalah 10 mg/dL. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa kadar trigliserida Ahmad Arif Hidayat termasuk
kategori rendah. Kadar trigliserida normal yaitu < 200 mg/dL.
Trigliserida merupakan penyimpanan lipid yang utama didalam
jaringan adipose, bentuk lipid ini akan terlepas setelah terjadi hidrolisis
oleh enzim lipase yang sensitif - hormon menjadi asam lemak bebas dan
gliserol. Asam lemak bebas akan terait pada albumin serum dan untuk
pengangkutannya ke jaringan, tempat asam lemak tersebut dipakai sebagai
sumber bahan bakar yang penting. Kadar trigliserida dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu usia, jenis kelamin dan aktivitas fisik. Kadar
trigliserida dalam darah juga dipengaruhi oleh asupan.43
Solusi untuk praktikan Ahmad Arif Hidayat yaitu membatasi konsumsi
gula dan makanan berbahan dasar tepung. Gula dan makanan yang terbuat
dari tepung adalah jenis karbohidrat yang dapat meningkatkan kadar
trigliserida dalam tubuh. Mengonumsi makanan seperti buah-buahan,
sayuran dan kacang-kacangan dapat menjaga kadar trigliserida tetap di
dalam batas normal.
6. Pemeriksaan Status Seng (Zn)
Berdasarkan praktikum biokimia yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa praktikan Nurul Hikmawati Idris defisiensi zat seng
karena terindikasi dalam kategori 2. Praktikan Ahmad Arif Hidayat, Jihan
Fadila, Nur Rezkyana Asyhad, Idyah Hadiyaniti, Indra Ayu Ningsih
termasuk kategori 2 sehingga masuk dalam defisiensi zat seng. Sedangkan
praktikan Winda Lestari Lande adalah yang terendah dan termasuk
kategori 1 sehingga masuk dalam defisiensi zat seng.
Kadar Zn serum cenderung menurun dengan bertambahnya usia, hal ini
dikarenakan konsumsi makanan kaya zink yang lebih rendah.66 Tubuh
66
Barbara J. Stewart-Knox, et al. (2008). Taste acuity in response to zinc
supplementation in older Europeans
57
manusia mengandung sekitar 1,5 sampai 2,5 gram zink yang tersebar di
hampir semua sel. Sebagian besar zink berada di dalam hati, pankreas,
ginjal, otot, dan tulang. Jaringan yang banyak mengandung zink adalah
bagian-bagian mata, kelenjar prostat, spermatozoa, kulit, rambut, dan
kuku.1
Solusi untuk praktikan Nurul Hikmawati Idris yaitu mengonsumsi
makanan sumber zink. Makanan yang mengandung zink banyak terdapat
pada daging merah dan makanan laut. Adapun daging merah dan makanan
laut yang bisa dikonsumsi seperti daging sapi, daging domba, daging
ayam, kepiting, tiram, udang, salmon, dan lobster.
7. Pemeriksaan Hemoglobin (Hb)
Berdasarkan praktikum biokimia yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa praktikan Nurul Hikmawati Idris memiliki kadar
hemoglobin normal dengan jumlah 12,3 mg/dL. Praktikan Asral Baso
memiliki kadar hemoglobin tertinggi dengan jumlah 16,7mg/dL dan
termasuk kategori diatas normal. Praktikan Jihan Fadila memiliki kadar
hemoglobin terendah dengan jumlah 101,4 mg/dL dan termasuk dalam
kategori anemia.
Hemoglobin (Hb) penting untuk transport O2 dari udara inspirasi ke
paru–paru dan mengeluarkan CO2 dari sel atau jaringan ke paru–paru
sebagai udara ekspirasi. Oksigen diperlukan untuk bermacam–macam
metabolisme dan katabolisme berbagai senyawa yang penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Hal inilah yang sebenarnya
menjadi tugas dari sel darah merah secara umum.
Rendahnya nilai Hb menggambarkan defisiensi besi, selain itu juga
menggambarkan rendahnya asupan protein, karena sintesis Hb
memerlukan kecukupan globin dan heme. Ketersediaan globin dapat
dicukupi dari asupan protein yang cukup pula. Untuk sintesis heme
memerlukan kecukupan Fe. Fe dapat digunakan bila terdapat vitamin C
58
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa:
1. Hasil pemeriksaan kadar glukosa (gula darah puasa) dalam serum darah
Ahmad Arif Hidayat adalah 86 mg/dL.
2. Hasil pemeriksaan kadar kolesterol total dalam serum darah Ahmad Arif
Hidayat adalah 126 mg/dL.
3. Hasil pemeriksaan kadar HDL dalam serum darah Ahmad Arif Hidayat
adalah 25 mg/dL.
4. Hasil pemeriksaan kadar LDL dalam serum darah Ahmad Arif Hidayat
adalah 20 mg/dL.
67
Yoni Astuti. (2010). Hubungan antara Asupan Protein, Zat Besi dan Vitamin C
dengan Kadar Hb pada Anak Umur (7-15) tahun di Desa Sidoharjo, Samigaluh,
Kulon Progo
59
DAFTAR PUSTAKA
1. Pakar Gizi Indonesia. Ilmu Gizi Teori & Aplikasi. Edisi 2017. Jakarta: EGC,
2016. P. 87, 88, 126, 128.
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. InfoDATIN Hari Diabetes
Sedunia. 2018.
3. Hestiana DT. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Dalam
Pengelolaan Diet Pada Pasien Rawat Jalan Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Kota
Semarang. Jurnal of Health Education [Serial Online] 2017 [Diakses pada
tanggal 27 Oktober 2019]; 2(2): 138-45. Tersedia dari: https://journal.unnes.
ac.id/sju/index.php/jhealthedu/article/download/14448/10709
4. Diastutik D. Proporsi Karakteristik Penyakit Jantung Koroner pada Perokok
Aktif Berdasarkan Karakteristik Merokok. Jurnal Berkala Epidemiologi
61
https://media.neliti.com/media/publications/197145-ID-phenomenology-
study-the-experience-of-pe.pdf
21. Rizkyta T, Mulyati T. Hubungan Kebiasaan Sarapan dengan Kadar
Glukosa Darah Remaja Puteri (Studi Penelitian di SMP Negeri 13
Semarang). Journal of Nutrition College [Serial Online] 2014 [Diakses
pada tanggal 28 Oktober 2019]; 3(4): 723-9. Tersedia dari: https://
ejournal3.undip.ac.id/index.php/jnc/article/download/6873/6597
22. Ujiani S. Hubungan Antara Usia dan Jenis Kelamin Dengan Kadar
Kolesterol Penderita Obesitas RSUD Abdul Moeloek Povisnsi Lampung.
Jurnal Kesehatan [Serial Online] 2015 April [Diakses pada tanggal 28
Oktober 2019]; 6(1): 43-8. Tersedia dari: https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.
id/index.php/JK/article/viewFile/24/22
23. Li LH, P.D Ewelina, Huang YC, Zhou HB, Hsu CC. Analytical Methods
For Cholesterol Quantification. Journal of Food and Drug Analysis [Serial
Online] 2018 Oktober 4 [Diakses pada tanggal 28 Oktober 2019];
27(2019): 375-86. Tersedia dari: https://www.jfda-online.com/article/
S1021-9498(18)30146-7/pdf
24. Schalk BW.M., Visser M, Deeg DJ.H., Bouter LM. Lower Levels of
Serum Albumin and Total Cholesterol and Future Decline in Functional
Performance in Older Persons: the Longitudinal Aging Study Amsterdam.
Age and Ageing [Serial Online] 2004 Februari 23 [Diakses pada tanggal
10 November 2019]; 33(3): 266-72. Tersedia dari: https://research.vu.nl/
files/2005593/172346.pdf
25. Ramayulis R. Menu Dan Resep Untuk Penderita Kolesterol. Edisi
Pertama. Jakarta: Penebar Plus, 2008. P. 7-9.
26. Mulyani NS, Rahmad AHA, Jannah R. Faktor Resiko Kadar Kolesterol
Darah pada Pasien Rawat Jalan Penderita Jantung Koroner di RSUD
Meuraxa. Jurnal AcTion [Serial Online] 2018 November 30 [Diakses pada
tanggal 29 Oktober 2019]; 3(2): 132-40. Tersedia dari:
http://www.ejournal.poltekkesaceh.ac.id/index.php/an/article/download/11
3/78
64
dari: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/download/14
604/14172
53. Bhaskaran M, Chen H, Chen Z, Liu L. Hemoglobin is Expressed in
Alveolar Epithelial Type II Cells. Biochem Biophys Res Commun [Serial
Online] 2005 Agustus 12 [Diakses pada tanggal 4 November 2019];
333(4): 1-9. Tersedia dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/
PMC1314978/pdf/nihms5626.pdf
54. Faatih M, Sariadji K, Susanti I, Putri RR, Dany F, Nikmah UA.
Penggunaan Alat Pengukur Hemoglobin di Puskesmas, Polindes dan
Pustu. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan [Serial
Online] 2017 Agustus [Diakses pada tanggal 9 November 2019]; 1(1): 32-
9. Tersedia dari: http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/jpppk/
article/download/8046/5386
55. Sahana ON, Sumarmi S. Hubungan Asupan Mikronutrien dengan Kadar
Hemoglobin pada Wanita Usia Subur (WUS). Media Gizi Indonesia
[Serial Online] 2015 Desember [Diakses pada tanggal 5 November 2019];
10(2): 184-91. Tersedia dari: https://e-journal.unair.ac.id/MGI/
article/download/3380/2421
56. Kosasi L, Oenzil F, Yanis A. Hubungan Aktivitas Fisik terhadap Kadar
Hemoglobin pada Mahasiswa Anggota UKM Pandekar Universitas
Andalas. Jurnal Kesehatan Andalas [Serial Online] 2014 [Diakses pada
tanggal 5 November 2019]; 3(2): 178-81. Tersedia dari:
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/79/74
57. Amalia A, Tjiptaningrum A. Diagnosis dan Tatalaksana Anemia
Defisiensi Besi. Majority [Serial Online] 2016 Desember [Diakses pada
tanggal 5 November 2019]; 5(5): 166-9. Tersedia dari: http://
juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/download/944/777
58. Siregar YI, Adelina. Pengaruh Vitamin C terhadap Peningkatan
Hemoglobin (Hb) Darah dan Kelulushidupan Benih Ikan Kerapu Bebek
(Cromileptes altivelis). Jurnal Natur Indonesia [Serial Online] 2009
69
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/download/3275/2
819
65. Wiryowidagdo S, Sitanggang M. Tanaman obat untuk penyakit jantung,
darah tinggi, & kolesterol. Edisi Revisi. Jakarta: PT Agromedia Pustaka,
2008. P. 36.
66. Stewart-Knox BJ, et al. Taste acuity in response to zinc supplementation
in older Europeans. British Journal of Nutrition [Serial Online] 2008
[Diakses pada tanggal 9 November 2019]; 99: 129-36. Tersedia dari:
https://www.researchgate.net/profile/Heather_Parr/publication/6186285_T
aste_acuity_in_response_to_zinc_supplementation_in_older_Europeans/li
nks/00463534466f5792d7000000/Taste-acuity-in-response-to-zinc-
supplementation-in-older-Europeans.pdf?origin=publication_detail
67. Astuti Y. Hubungan antara Asupan Protein, Zat Besi dan Vitamin C
dengan Kadar Hb pada Anak Umur (7-15) tahun di Desa Sidoharjo,
Samigaluh, Kulon Progo. Mutiara Medika [Serial Online] 2010 Juli
[Diakses pada tanggal 10 November 2019]; 10(2): 172-9. Tersedia dari:
http://journal.umy.ac.id/index.php/mm/article/download/1581/1626