Anda di halaman 1dari 70

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penilaian status gizi secara biokimia adalah salah satu penilaian status gizi
secara langsung dengan hasil yang spesifik. Penilaian status gizi secara biokimia
ini dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan spesimen dari berbagai
jaringan tubuh yang akan diuji di laboratorium. Penilaian status gizi secara
biokimia dapat memberikan hasil spesifik terhadap masalah gizi yang terjadi pada
seseorang.
Penilaian status gizi metode biokimia ialah pemeriksaan spesimen seperti
darah, urin, rambut dan lain-lain yang diuji menggunakan alat khusus, yang umum
dilakukan di laboratorium. Metode ini biasanya digunakan sebagai peringatan dini
terhadap kemungkinan munculnya keadaan kekurangan atau kekurangan gizi yang
lenih parah. Tujuan penilaian biokimia ialah untuk mengetahui status gizi
seseorang dengan melakukan pemeriksaan status gizi biokimia pada jaringan
dan/atau cairan tubuh serta tes fungsional.
Beberapa jenis pengukuran yang dapat dilakukan ialah pengukuran cairan
tubuh yang terdiri atas sampel darah, ludah, keringat, dan Air Susu Ibu (ASI).
Adapun pemeriksaan jaringan tubuh terdiri atas rambut, kuku, jaringan adiposa,
hati, dan tulang. Tes fungsional yaitu mengukur konsekuensi fungsional pada
organ atau jaringan tubuh karena kekurangan zat gizi di dalam tubuh.1
World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa, secara global, 422
juta orang dewasa berusia di atas 18 tahun hidup dengan diabetes pada tahun
2014. Jumlah terbesar orang dengan diabetes diperkirakan berasal dari Asia
Tenggara dan Pasifik Barat, terhitung sekitar setengah kasus diabetes di dunia. Di
seluruh dunia, jumlah penderita diabetes telah meningkat secara substansial antara
tahun 1980 dan 2014, meningkat dari 108 juta menjadi 422 juta atau sekitar empat
kali lipat.2

1
Pakar Gizi Indonesia. (2017). Ilmu Gizi Teori & Aplikasi
2
Infodatin. (2018). Hari Diabetes Sedunia
2

International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan bahwa prevalensi


diabetes mellitus di dunia adalah 1,9% dan telah menjadikan DM sebagai
penyebab kematian urutan ke tujuh di dunia sedangkan tahun 2013 angka kejadian
diabetes di dunia adalah sebanyak 382 juta jiwa dimana proporsi kejadian DM
tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia. Prevalensi kasus Diabetes melitus tipe 2
sebanyak 85-90%. Prevalensi diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013
adalah sebesar 2,1%. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan tahun
2007 (1,1%). Sebanyak 31 provinsi (93,9%) menunjukkan kenaikan prevalensi
diabetes mellitus yang cukup berarti.3
Berdasarkan data RISKESDAS 2018 prevalensi diabetes melitus berdasarkan
diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun menurut provinsi, prevalensi
diabetes melitus di Sulawesi Selatan pada tahun 2013 mencapai 1,6%. Prevalensi
diabetes melitus di Sulawesi Selatan pada tahun 2018 mencapai 1,8%. Terjadi
kenaikan sebesar 0,2% dari tahun 2013 sampai tahun 2018.2
Jenis penyakit yang menyumbang angka mortalitas terbanyak pada kelompok
penyakit tidak menular adalah penyakit kardiovaskular. Penyakit kardiovaskular
adalah penyakit yang disebabkan karena baik organ jantung maupun pembuluh
darah mengalami gangguan dan tidak dapat berfungsi secara normal sehingga
menyebabkan munculnya penyakit seperti penyakit jantung koroner, penyakit
jantung rematik, penyakit jantung ckongenital, stroke, dan hipertensi. Jenis
penyakit yang menyumbang angka mortalitas terbanyak pada kelompok penyakit
kardiovaskular adalah penyakit jantung koroner.4
Berdasarkan diagnosis dokter, prevalensi penyakit jantung koroner di
Indonesia tahun 2013 sebesar 0,5% atau diperkirakan sekitar 883.447 orang,
sedangkan berdasarkan diagnosis dokter/gejala sebesar 1,5% atau diperkirakan
sekitar 2.650.340 orang. Berdasarkan diagnosis dokter, estimasi jumlah penderita
penyakit jantung koroner terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat sebanyak

3
Dita Wahyu Hestiana. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kepatuhan Dalam Pengelolaan Diet Pada Pasien Rawat Jalan Diabetes Mellitus
Tipe 2 Di Kota Semarang
4
Desy Diastutik. (2016). Proporsi Karakteristik Penyakit Jantung Koroner pada
Perokok Aktif Berdasarkan Karakteristik Merokok
3

160.812 orang (0,5%), sedangkan Provinsi Maluku Utara memiliki jumlah


penderita paling sedikit, yaitu sebanyak 1.436 orang (0,2%). Berdasarkan
diagnosis/gejala, estimasi jumlah penderita penyakit jantung koroner terbanyak
terdapat di Provinsi Jawa Timur sebanyak 375.127 orang (1,3%), sedangkan
jumlah penderita paling sedikit ditemukan di Provinsi Papua Barat, yaitu
sebanyak 6.690 orang (1,2%).5
Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menunjukkan bahwa sebesar 1,5%
penduduk Indonesia menderita penyakit jantung koroner. Berdasarkan grafik,
provinsi Sulawesi Selatan menempati urutan ke-16 yang memiliki prevalensi
penderita penyakit jantung koroner terbanyak di Indonesia. Dapat dilihat pada
grafik menunjukkan prevalensi penderita penyakit jantung tertinggi yaitu provinsi
Kalimantan Utara dan yang terendah yaitu provinsi NTT.6
Masalah gizi di Indonesia antara lain: KEP, Anemia, KVA, dan GAKI. Oleh
karena itu diperlukan pemeriksaan zat gizi spesifik yang bertujuan untuk menilai
status gizi. Masalah gizi yang akan dinilai secara laboratorium meliputi Kurang
Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi (AGB), Kurang Vitamin A (KVA), dan
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI). Pemeriksaan biokimia dilakukan
terutama untuk mendekteksi keadaan defisiensi zat gizi sub-klinikal, artinya
sudah mengalami kelainan biokimia namun tanpa tanda-tanda atau gejala klinis,
sehingga sering digunakan untuk menggambarkan tahap awal dari suatu penyakit
atau kondisi, sebelum gejala terdeteksi oleh pemeriksaan klinis atau pemeriksaan
laboratorium.
Dalam penilaian status gizi dengan cara pemeriksaan secara biokimia sering
memerlukan peralatan yang hanya ada di rumah sakit atau puskemas, sehingga
sulit terjangkau oleh penduduk yang tinggal jauh dari sarana kesehatan. Namun
kemudian dapat diupayakan oleh anggota keluarganya atau kerabat untuk
mengumpulkan urin dan feces; atau darah oleh petugas kesehatan yang bertugas di
daerah tersebut untuk kemudian dibawa ke laboratorium untuk dianalisis

5
Infodatin. (2014). Situasi Kesehatan Jantung Di Indonesia
6
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Hasil Utama Riskesdas
2018
4

selanjutnya oleh tenaga analis kesehatan. Umumnya pemeriksaan biokimia


digunakan untuk melengkapi metode lain dalam penilaian status gizi, misalnya
data penilaian konsumsi pangan, klinis dan antropometri telah terkumpul tetapi
dengan adanya data biokimia masalah gizi yang spesifik agar dapat lebih mudah
diidentifikasi.
Metode biokimia merupakan salah satu metode penilaian secara langsung
dengan beberapa keuntungan dan kekurangan. Dalam metode penilaian status gizi
secara biokimia dibahas mengenai status besi, protein, dan lipid. Materi ini
penting untuk dipelajari bagi seseorang yang akan melakukan penilaian status gizi
baik individu maupun kelompok khususnya yang akan menggunakan metode
biokimia.
Penentuan status gizi dengan metode laboratorium adalah salah satu metode
yang dilakukan secara langsung pada tubuh atau bagian tubuh. Tujuan penilaian
status gizi ini adalah untuk mengetahui tingkat ketersediaan zat gizi dalam tubuh
sebagai akibat dari asupan gizi dari makanan. Metode laboratorium mencakup dua
pengukuran yaitu uji biokimia dan uji fungsi fisik. Uji biokimia adalah mengukur
status gizi dengan menggunakan peralatan laboratorium kimia.
Tes biokimia mengukur zat gizi dalam cairan tubuh atau jaringan tubuh atau
ekskresi urin. Misalnya mengukur status iodium dengan memeriksa urin,
mengukur status hemoglobin dengan pemeriksaan darah dan lainnya. Tes fungsi
fisik merupakan kelanjutan dari tes biokimia atau tes fisik. Sebagai contoh tes
penglihatan mata (buta senja) sebagai gambaran kekurangan vitamin A atau
kekurangan zink.
Pada umumnya yang dinilai dalam penilaian status gizi secara biokimia antara
lain, yaitu: zat besi, vitamin, protein, dan mineral. Contoh sampel berupa serum
darah, urin, rambut (untuk melihat Zn), serta feses. Plasma darah dapat
menghasilkan komponen darah yang didapatkan dari darah yang di centrifuge
menjadi serum yang lebih sensitif dibanding plasma dan sel-sel darah.
Pemeriksaan biokimia digunakan untuk menilai status gizi sehingga hasilnya
memberikan gambaran lebih tepat, objektif, dan hanya dilakukan orang yang
terlatih.
5

Pemeriksaan biokimia pada obesitas dapat dilakukan dengan pemeriksaan


profil lipid. Pemeriksaan profil lipid meliputi pemeriksaan kolesterol total,
kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL), kolesterol High Density Lipoprotein
(HDL), dan trigliserida. Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui adanya
dislipidemia yang berhubungan dengan adanya penyakit jantung koroner. Di
samping pemeriksaan tersebut dikenal juga pemeriksaan apo B yang merupakan
apolipoprotein utama kolesterol LDL.7
Penilaian biokimia dibagi dalam dua kategori, yaitu tes statis (static test) dan
tes fungsional (functional test); ada juga yang menggunakan istilah-istilah tes
langsung dan tes tidak langsung. Tes statis didasarkan pada penentuan zat gizi
atau hasil metabolismenya di dalam darah, urin atau jaringan tubuh, misalnya
pengukuran vitamin A, albumin atau kalsium di dalam serum. Meskipun hasilnya
langsung didapat, namun kelemahannya adalah: walaupun hasil tes menunjukkan
nilai zat gizi di dalam jaringan atau cairan yang diambil sebagai sampel, tetapi hal
ini tidak selalu mencerminkan satus gizi seseorang secara keseluruhan, apakah
tubuh secara keseluruhan menunjukkan gizi kurang, normal atau lebih. Misalnya
status seng dalam darah/serum dapat dengan mudah ditentukan, tetapi pengukuran
statis yang dilakukan satu kali tersebut tidak merupakan indicator yang spesifik
untuk menentukan status seng tubuh secara keseluruhan.
Tes fungsional dilakukan untuk menetapkan status gizi berdasarkan
pertimbangan bahwa “hasil akhir dari kekurangan zat gizi dan kepentingan
biologiknya tidak semata-mata ditentukan oleh kadarnya di dalam darah dan
jaringan, tetapi oleh kegagalan dari satu atau lebih proses fisiologik yang
tergantung pada zat gizi tersebut untuk menunjukkan penampilan yang optimal”.
Beberapa contoh dari tes fungsional adalah tes adaptasi gelap untuk menilai status
vitamin A, dan gangguan status imun/kekebalan yang merupakan akibat dari
kurang energi protein dan kekurangan zat gizi lain. Salah satu kelemahan tes
fungsional adalah bahwa ada kecenderungan untuk tidak spesifik, hasil dapat
menyatakan status gizi secara umum, tetapi tidak menyatakan kekurangan zat gizi

7
Holil M Par’i, Sugeng Wiyono, dan Titus Priyo Harjatmo. (2017). Penilaian
Status Gizi
6

tertentu. Tes biokimia dapat digunakan untuk menguji validitas berbagai metode
dalam penilaian konsumsi makanan atau untuk melihat apakah responden yang
diwawancarai terlalu berlebihan (overreporting) atau terlalu sedikit dalam
memberikan informasi (underreporting) tentang apa yang dikonsumsinya.8
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat ditarik rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana penentuan status gizi secara Biokimia?
2. Bagaimana penentuan status gizi individu berdasarkan kadar glukosa?
3. Bagaimana penentuan status gizi individu berdasarkan kolestrol?
4. Bagaimana penentuan status gizi individu berdasarkan LDL?
5. Bagaimana penentuan status gizi individu berdasarkan HDL?
6. Bagaimana penentuan status gizi individu berdasarkan Seng (Zn)?
7. Bagaimana penentuan status gizi individu berdasarkan Hemoglobin?
8. Bagaimana penentuan status gizi individu berdasarkan Triglesiredia?
C. Tujuan Praktikum
1. Tujuan umum
Tujuan umum kegiatan praktikum ini adalah untuk menilai status gizi
individu secara biokimia.
2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dari kegiatan praktikum ini adalah :
a. Untuk mengetahui pengukuran status gizi secara biokimia.
b. Untuk mengetahui status gizi individu berdasarkan kadar glukosa.
c. Untuk mengetahui status gizi individu berdasarkan kolesterol.
d. Untuk mengetahui status gizi individu berdasarkan LDL.
e. Untuk mengetahui status gizi individu berdasarkan HDL.
f. Untuk mengetahui status gizi individu berdasarkan Seng (Zn).
g. Untuk mengetahui status gizi individu berdasarkan Hemoglobin.
h. Untuk mengetahui status gizi individu berdasarkan Triglesiredia

8
Sunita Almatsier, Susirah Soetardjo dan Moesijanti Soekatri. (2011). Gizi
seimbang dalam daur kehidupan.
7

D. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari kegiatan praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Praktikan dapat mengetahui pengukuran status gizi secara biokimia.
2. Praktikan dapat mengetahui status gizi individu berdasarkan kadar
glukosa.
3. Praktikan dapat mengetahui status gizi individu berdasarkan kolesterol.
4. Praktikan dapat mengetahui status gizi individu berdasarkan LDL.
5. Praktikan dapat mengetahui status gizi individu berdasarkan HDL.
6. Praktikan dapat mengetahui status gizi individu berdasarkan Seng (Zn).
7. Praktikan dapat mengetahui status gizi individu berdasarkan
Hemoglobin.
8. Praktikan dapat mengetahui status gizi individu berdasarkan
Triglesiredia
8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Penentuan Status Gizi secara Biokimia
Penilaian status gizi merupakan metode biokimia ialah pemeriksaan
spesimen seperti urin, rambut, dan lain-lain yang diuji menggunakan alat
khusus, yang umumnya dilakukan di laboratorium. Metode ini biasanya
digunakan sebagai peringatan dini terhadap kemungkinan munculnya keadaan
kekuranagn atau kelebihan gizi yang lebih parah. Tujuan penilaian biokimia
ialah untuk mengetahui status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan
status biokimia pada jaringan dan/atau cairan tubuh serta tes fungsional.
Beberapa jenis pengukuran yang dapat dilakukan ialah pengukuran cairan
tubuh yang terdiri atas sampel darah, ludah, keringat, dan Air Susu Ibu (ASI).
Adapun pemeriksaan jaringan tubuh terdiri atas rambut, kuku, jaringan
adiposa, hati dan tulang. Tes fungsional yaitu mengukur konsekuensi
fungsional pada organ atau jaringan tubuh karena kekurangan zat gizi di dalam
tubuh.
Penilaian biokimia memiliki beberapa kelebihan antara lain dapat
mendeteksi kekurangan atau kelebihan zat gizi secara lebih dini dan hasil
pemeriksaan lebih objektif karena menggunakan peralatan serta prosedur
terstandar yang dilakukan oleh tenaga terlatih. Hasil penilaian biokimia dapat
dijadikan sebagai bahan pendukung pada hasil pemeriksaan status gizi lain
seperti survei konsumsi, klinik, dan lain-lain.
Kelemahan pengukuran ini ialah :
1. Penilaian biokimia tidak dapat dilakukan sebelum terjadinya gangguan
metabolisme zat gizi.
2. Penggunaan alat khusus serta bahan-bahan pelarut yang masih harus
didatangkan dari luar negeri sehingga membutuhkan biaya yang cukup
mahal.
3. Membutuhkan tenaga terlatih sehingga tidak semua orang dapat melakukan
penilaian tersebut.
9

4. Pada kondisi tertentu penilaian biokimia sulit dilakukan di lapangan


mengingat alat ukur yang dapat dibawa ke mana-mana masih sangat
terbatas.
5. Membebani subjek sehingga pada kondisi tertentu subjek terkadang
menolak untuk berpartisipasi.
6. Penentuan ambang batas sangat tergantung dari alat yang diguanakan
sehingga pengkategorian hasil pemeriksaan mungkin saja bervariasi dan
terkadang nilai ambang batas belum dikelompokan berdasarkan kelompok
umur.1
B. Tinjauan Umum tentang Glukosa
1. Definisi Glukosa
Glukosa adalah gula monosakarida yang dapat langsung diserap oleh
tubuh dan dikonversi menjadi energi.9 Glukosa merupakan karbohidrat
terpenting yang kebanyakan diserap ke dalam aliran darah sebagai glukosa
dan gula lain diubah menjadi glukosa di hati. Glukosa adalah bahan bakar
utama dalam jaringan tubuh serta berfungsi untuk menghasilkan energi.
Kadar glukosa darah sangat erat kaitannya dengan penyakit DM.10
2. Jenis-jenis Pengukuran Glukosa
a. Tes kadar glukosa darah sewaktu
Kadar glukosa darah yang diuji setiap waktu sepanjang hari tanpa
memperhatikan waktu makan terakhir. Jika kadar glukosa darah sama
atau di atas 200 mg/dL, hal itu menunjukkan adanya diabetes melitus.
b. Tes glukosa darah puasa
Tes ini memerlukan puasa 12 sampai 14 jam sebelum darah diambil
untuk pemeriksaan. Puasa adalah keadaan tanpa suplai makanan (kalori)
selama minimum 8 jam, tetapi tetap diperbolehkan minum air putih. Jadi,

9
Nuzul Wahyuning Diyah, dkk. (2016). Evaluasi Kandungan Glukosa Dan Indeks
Glikemik Beberapa Sumber Karbohidrat Dalam Upaya Penggalian Pangan Ber-
Indeks Glikemik Rendah
10
Suci M. J. Amir, Herlina Wungouw, Dan Damajanty Pangemanan. (2015).
Kadar Glukosa Darah Sewaktu Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di
Puskesmas Bahu Kota Manado
10

bukan puasa makan dan minum seperti yang biasa dilakukan. Jika kadar
glukosa darah puasa sama atau lebih dari 126 mg/dL maka dikategorikan
diabetes melitus.11
c. Tes kadar gula darah setelah makan (Glucose post prandial)
Kadar gula darah setelah makan adalah kadar gula darah dari darah
yang diambil 2 jam setelah makan, harga normalnya 80-120 mg/dL.12
3. Sumber Makanan yang Mengandung Glukosa
Tabel 2.1 Makanan Sumber Glukosa (gram/100 gr)
Nilai Nilai
Bahan Makanan Bahan Makanan
Karbohidrat Karbohidrat
Gula pasir 94,0 Kacang tanah 23,6
Gula kelapa 76,0 Tempe 12,7
Jelli/Jam 64,5 Tahu 1,6
Pati (Maizena) 87,6 Pisang ambon 25,8
Bihun 82,0 Apel 14,9
Makaroni 78,7 Mangga harumanis 11,9
Beras setengah giling 78,3 Pepaya 12,2
Jagung kuning 73,7 Daun singkong 13,0
Kerupuk udang 68,2 Wortel 9,3
Mie kering 50,0 Bayam 6,5
Roti putih 50,0 Kangkung 5,4
Ketela pohon 34,7 Tomat masak 4,2
Ubi jalar merah 27,9 Hati sapi 6,0
Kentang 19,2 Telur bebek 0,8
Kacang hijau 62,9 Telur ayam 0,7
Kacang merah 59,5 Susu sapi 4,3
Kacang kedelai 34,8 Susu kental sapi 4,0
Sumber: Taufiq Paisak, 2009
Jika diperhatikan jenis makanan di atas, gula pasir merupakan sumber
glukosa tertinggi, disusul beras setengah giling dan macaroni. Sedangkan
makanan sumber glukosa terendah ialah telur ayam dan disusul telur bebek.
Gula pasir yang biasa digunakan sehari-hari, untuk membuat kopi, kue atau
dicampur ke kolak, bukan merupakan gula murni. Ia diolah dari tebu. Ketika
tebu diolah menjadi gula, maka ia melewati beberapa proses yang

11
H. M. Hembing Wijayakusuma. (2004). Bebas Diabetes Melitus Ala Hembing.
12
Syafa’at Ariful Huda. (2016). Hubungan Antara Kadar Glukosa Darah Dengan
Tekanan Darah Manusia Di RW 03 Kelurahan Kebayoran Lama Jakarta Selatan
11

membutuhkan zat kimia. Misalnya, untuk membuat putih seperti Kristal


dibutuhkan bahan pemutih. Sebaiknya, digunakan saja gula murni untuk
kebutuhan harian jikalau itu memungkinkan. Gula murni misalnya yang
terdapat pada madu.13
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Glukosa
a. Jenis Kelamin
Salah satu faktor risiko diabetes mellitus adalah jenis kelamin.
Berbagai penelitian telah menemukan bahwa perempuan lebih banyak
menderita diabetes mellitus dibandingkan lakilaki. Hal ini dikaitkan
dengan aktifitas fisik, dimana perempuan lebih sedikit aktifitas fisiknya
dibandingkan dengan laki-laki, terlebih ibu rumah tangga.
b. Umur
Hasil penelitian menemukan bahwa umur < 45 tahun yang paling
banyak terjadinya risiko peningkatan kadar gula darah, hal ini didasari
bahwa umur < 45 dalam kesehariannya sibuk dengan pekerjaan, sehingga
pola makan tidak terjaga, kurang istirahat dan aktivitasnya seperti olah
raga sangat kurang, sehingga risiko terkena peningkatan kadar gula darah
sangat tinggi. Meningkatnya umur, maka intoleransi terhadap glukosa
juga meningkat. Intoleransi glukosa pada lanjut usia ini sering dikaitkan
dengan obesitas, aktivitas fisik yangkurang, berkurangnya masaotot,
adanya penyakit penyerta dan penggunaan obat, disamping itu pada
orang lanjut usia sudah terjadi penurunan sekresi insulin dan resistensi
insulin.
c. Riwayat keturunan
Faktor risiko kadar gula darah dapat muncul karena mempunyai faktor
keturunan, selain itu juga bahwa faktor pola makan yang salah, aktivitas
fisik yang kurang dan stres yang tinggi dapat
meningkatkankadarguladarah. Diabetes mellitus bukan penyakit menular
tetapi diturunkan. Namun bukan berarti anak dari kedua orangtua yang

13
Taufiq Paisak. (2009). Unlimited Potency Of The Brain Kenali Dan
Manfaatkaan Sepenuhnya Potensi Otak Anda Yang Tak Terbatas
12

diabetes pasti akan mengidap diabetes juga, sepanjang dia bisa menjaga
dan menghindari faktor resiko yang lain.
d. Pola makan
Mengkonsumsi makan yang bersantan, aktifitas olah raga yang
kurang, menkonsumsi bumbu penyedap rasa, kurang menyedikan
makanan yang berserat, mengkonsumsi minuman kaya gula. Hal ini yang
mendasari bahwa terjadinya peningkatan terhadap kadar gula darah puasa
pada pola makan yangkurangbaik. Dukungan keluarga juga tidak kalah
penting untuk ikut berperan dalam pengendalian kadar gula darah pasien
diabetes, misalnya : untuk melakukan olahraga teratur, mengkonsumsi
obat antidiabetes sesuai jadwal dan jumlah yang di instruksikan oleh
dokter.14
5. Pencernaan Glukosa
Pencernaan kabohidrat dimulai dari mulut. Bolus makanan yang berasal
dari makanan yang dikunyah akan bercampur dengan ludah yang
mengandung enzim amilase. Enzim amilase ini menghidrolisis pati atau
amilum menjadi bentuk karbohidrat lebih sederhana yaitu dekstrin. Bolus
kemudian ditelan ke dalam lambung.
Pada usus halus, enzim amilase yang dikeluarkan oleh pankreas,
mencernakan amilum menjadi dekstrin dan maltosa. Penyelesaian
pencernaan kabohidrat dilakukan oleh enzim-enzim disakaridase yang
dikeluarkan oleh sel-sel mukosa usus halus berupa maltase, sukrase dan
laktase. Hidrolisis disakarida oleh enzim-enzim ini terjadi di mikrovili dan
monosakarida yang diahasilkan adalah maltase memecah maltosa menjadi
dua mol glukosa, sukrase memecah sakarosa menjadi satu mol glukosa dan
satu mol fruktosa, laktase memecah laktosa menjadi 1 mol glukosa dan satu
mol galaktosa.
Glukosa, fruktosa dan galaktosa kemudian di serap oleh dinding usus,
masuk ke cairan limpa, kemudian ke pembuluh darah kapiler dan dialirkan

14
Abil Rudi, Hendrikus dan Nara Kwureh. (2017). Faktor Risiko yang
Mempengaruhi Kadar Gula Darah Puasa Pada Pengguna Layanan Laboratorium
13

melalui vena portae ke hati. Dalam waktu 1-4 jam setelah selesai makan,
pati nonkarbohidrat atau serat makanan ini seperti selulosa, galaktan dan
pentosan dan sebagian pati yang tidak dicerna masuk ke usus besar. Di usus
besar jenis karbohidrat ini dipecah sebagian oleh mikroba yang terdapat di
usus, melalui proses fermentasi dan menghasilkan energi untuk keperluan
mikroba tersebut dan bahan sisa seperti air dan karbondioksida. Fermentasi
yang meningkat di usus besar menghasilkan banyak gas karbondioksida
yang kemudian dikeluarkan sebagai flatus (kentut). Sisa karbohidrat yang
masih ada, dibuang menjadi tinja.15
6. Penyerapan Glukosa
Zat gizi yang telah mengalami pencernaan secara mekanis dan kimia
akan memiliki struktur yang lebih kecil dan sederhana sehingga dapat
diserap ke dalam sel epitel usus halus. Setelah proses hidrolisis yang terjadi
pada usus halus, monosakarida yang dihasilkan akan diserap oleh sel usus
halus. Energi cadangan yang terdapat pada pompa ion sodium-kalium
mendorong penyerapan glukosa dan galaktosa dengan membuat gradient
konsentrasi yang curam pada sodium sehingga masuk ke dalam usus.
Sodium bergerak melintasi membran melalui protein kotransporter pada
membrane (SGLT) sehingga mendorong glukosa terhadap gradient
konsentrasi ke dalam sel. Fruktosa memasuki sel dengan cara difursi
terfasilitasi. Ketiga monosakarida keluar melintasi membrane basolateral
melalui difusi terfasilitasi pada transport gula (GLUT2).16
Gambar 2.1. Penyerapan Glukosa

Sumber : Kohlmeier, 2015


15
Nurhamida Sari Siregar. (2014). Karbohidrat
16
Novita Wijayanti. (2017). Fisiologi Manusia dan Metabolisme Zat Gizi
14

7. Metabolisme Glukosa
Pada metabolisme karbohidrat terdapat berbagai jalur reaksi biokimia,
antara lain jalur glikolisis, oksidasi piruvat, dan siklus asam sitrat. Ketiga
jalur metabolisme ini merupakan jalur reaski oksidasi glukosa yang
berperan penting sebagai jalur penghasil energi. Hasil pencernaan makanan
berupa glukosa akan diserap dan masuk ke dalam darah. Selanjutnya,
glukosa akan didistrubusikan ke seluruh tubuh, terutama ke otak, serta hati,
otot, sel darah merah, ginjal, jaringan lemak, dan ke jaringan lainnya.
Tubuh manusia juga bisa menghasilkan glukosa dari senyawa non
karbohidrat, antara lain dari lemak (gliserol) serta laktat, melalui jalur reaksi
gluconeogenesis. Glukoneogenesis merupakan upaya tubuh untuk
meningkatkan kadar glukosa dalam darah. Sebagian besar proses
glukoneogenesis terjadi di hati, sehingga bisa terjadi penyakit hati yang
berat, dapat terjadi gangguan proses glukoneogenesis yang mengakibatkan
penurunan kadar glukosa darah.
Sebagian glukosa yang masuk ke dalam hati dan otot skeletal akan
diubah menjadi glikogen, melalui proses glikogenesis. Glikogen merupakan
simpanan karbohidrat di hati dan otot skeletal yang berperan sebagai
cadangan energi saat tidak ada asupan makanan. Apabila diperlukan, maka
glikogen akan dipecah melalui proses glikogenolisis, untuk menghasilkan
glukosa sebagai sumber energi.
Glukosa di hati sebagian juga diubah menjadi asam glukoronat melalui
jalur uronat. Asam glukuronat ini berperan penting untuk proses konjugasi
bilirubin. Bilirubin yang terkonjugasi menyebabkan bilirubin menjadi larut
dalam air, sehingga dapat diekskresikan ke dalam usus halus melalui saluran
empedu.
Di jaringan lemak, glukosa dapat diubah menjadi lemak berupa triasil
gliserol. Melalui jalur glikolisis akan menghasilkan dihidroksiaseton fosfat,
yang selanjutnya diubah oleh enzim gliserol-3-fiosfat dehidrogenase
menjadi gliserol-3-fosfat, yang merupakan bahan baku sintesis
15

triasilgliserol. Triasilgliserol merupakan cadangan energi yang ditimbun


dalam jaringan lemak.
Glukosa bisa diubah menjadi fruktosa, melalui reaksi yang menghasilkan
sorbitol terlebih dahulu, yang dikatalisis oleh enzim sorbitol dehydrogenase.
Jalur reaksi ini terutama meningkat pada kondisi penyakit tertentu. Jalur
reaksi ini terutama meningkat pada kondisi penyakit tertentu, yaitu diabetes
mellitus.
Peningkatan sorbitol mendasari timbulnya berbagai kompikasi pada
penyakit diabetes mellitus. Glukosa juga dibutuhkan untuk sintesa laktosa.
Jalur reaksi ini sangat penting untuk wanita yang sedang menyusui.
Sebaliknya, galaktosa yang berasal dari pencernaan laktosa bisa diubah
menjadi glukosa di hati.17
8. Dampak Akibat Kelebihan dan Kekurangan Glukosa
a. Dampak kelebihan
Penderita DM disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.18
Kelebihan glukosa diubah menjadi glikogen yang akan disimpan di
dalam hati dan otot untuk cadangan jika diperlukan. Peningkatan kadar
glukosa darah terjadi pada penderita Toleransi Glukosa Terganggu
(TGT), Gula Darah Puasa Terganggu (GDPT) dan Diabetes Mellitus
(DM).
Asupan kalori yang melebihi pengeluaran energi, akan meningkatkan
hasil mitokondria NADH (mNADH) dan Reactive Oxygen Species
(ROS). Pembentukan ROS dapat dikurangi dengan melakukan
pencegahan penumpukan mNADH dengan menghambat rangsangan
insulin dan mencegah masuknya substrat ke dalam mitokondria, sehingga
resistensi insulin dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi yang

17
Novi Khila Firani. (2017). Metabolisme Karbohidrat: Tinjauan Biokimia Dan
Patologis
18
Ahmad Baequny, Afiyah Sri Harnany, dan Elsye Rumimper. (2015). Pengaruh
Pola Makan Tinggi Kalori terhadap Peningkatan Kadar Gula Darah pada
Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2
16

melindungi sel-sel terhadap serapan asam lemak dan kerusakan oksidatif.


Resistensi insulin ini belum menyebabkan diabetes klinis, dimana sel β
pankreas masih dapat mengompensasi, sehingga terjadi hiperinsulinemia
dengan kadar glukosa darah masih normal atau sedikit meningkat. Bila
sudah terjadi kelelahan sel β pankreas, baru timbul DM klinis yang
ditandai dengan kadar gula darah yang meningkat.19
b. Dampak kekurangan
Penurunan kadar glukosa di bawah nilai < 55 mg/dl akan berdampak
secara akut pada fungsi otak karena otak sangat tergantung dengan
glukosa dan otak tidak mampu menyimpan cadangan glukosa untuk
proses metabolismenya. Sel otak akan mengalami iskemia apabila tidak
mendapatkan suplai oksigen dan glukosa 4-6 menit, serta akan
menimbulkan kerusakan otak yang bersifat irreversible jika lebih dari 10
menit. Selain secara fisiologis telah diketahui bahwa hipoglikemia akan
mengancam kehidupan, secara psikologis hipoglikemia juga memberi
dampak negatif bagi pasien dan pengelolaan diabetes melitusnya.20
Sulit berkonsentrasi ini menjadi dampak dari kekurangan glukosa
yang artinya sama dengan kekurangan sumber energi bagi otak. Dengan
demikian akan berakibat buruk pada kemampuan intelektual dan
menyebabkan penurunan prestasi belajar di sekolah.8 Kebiasaan tidak
sarapan pagi dalam jangka panjang juga akan menyebabkan asupan zat
gizi menjadi berkurang dan tidak seimbang sehingga mengganggu proses
pertumbuhan.21

19
Putri Auliya, Fadil Oenzil, dan Zelly Dia Rofinda. (2016). Gambaran Kadar
Gula Darah pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Andalas yang
Memiliki Berat Badan Berlebih dan Obesitas
20
Jon Hafan Sutawardana, Yulia, dan Agung Waluyo. (2016). Studi
Fenomenologi Pengalaman Penyandang Diabetes Melitus yang Pernah
Mengalami Episode Hipoglikemia
21
Triesa Rizkyta dan Tatik Mulyati. (2014). Hubungan Kebiasaan Sarapan
dengan Kadar Glukosa Darah Remaja Puteri (Studi Penelitian di SMP Negeri 13
Semarang)
17

C. Tinjauan Umum tentang Kolesterol Total


1. Definisi Kolesterol
Kolesterol total adalah jumlah kolesterol yang dibawa dalam semua
partikel pembawa kolesterol dalam darah, termasuk HDL, LDL, dan
VLDL. Kadar kolesterol total itu sangat pararel dengan kadar LDL
pada kebanyakan. Kolesterol merupakan steroid yang ada dalam
konsentrasi yang biasa dinilai di seluruh tubuh. Sebagian besar
kolesterol yang dibutuhkan tubuh, disintesa secara endogen dari asetil
KoA melalui ß-metil glutamil KoA.22
Kolesterol adalah lipid sterol yang diproduksi oleh sel hewan.23
Kolesterol total adalah lipid atau lemak, dan disintesis di banyak jenis
jaringan, tetapi khususnya di dinding hati dan usus. Sekitar tiga
perempat kolesterol disintesis dalam tubuh, dan seperempatnya berasal
dari asupan makanan.24
2. Sumber Makanan yang Mengandung Kolesterol
Hati memproduksi kira-kira 1.000 mg kolesterol setiap harinya.
Hanya makanan yang berasal dari hewan yang mengandung kolesterol,
tetapi tubuh mempunyai kemampuan untuk memproses bahan non-
kolesterol sehingga berdampak pada kolesterol serum. Diperkirakan 2
dari 3 orang mempunyai tendensi peningkatan kadar kolesterol serum
dari makanan yang mengandung kolesterol dan makanan lain.
Kecenderungan ini ditentukan oleh faktor genetik.
Konsumsi dari bahan lain yang mempengaruhi kadar kolesterol
adalah asam lemak tidak jenuh trans yang terkandung pada minyak
tumbuh-tumbuhan. Sekitar 63-75% asupan lemak trans diperoleh dari

22
Sri Ujiani. (2015). Hubungan Antara Usia dan Jenis Kelamin Dengan Kadar
Kolesterol Penderita Obesitas RSUD Abdul Moeloek Povisnsi Lampung
23
Li-Hua Li, Ewelina P. D, Ying-Chen Huang, Hsin-Bai Zhou, and Cheng-Chih
Hsu. (2019). Analytical Methods For Cholesterol Quantification
24
Bianca W. M. Schalk, Marjolein Visser, Dorly J. H. Deeg, and Lex M. Bouter.
(2004). Lower Levels of Serum Albumin and Total Cholesterol and Future
Decline in Functional Performance in Older Persons: the Longitudinal Aging
Study Amsterdam
18

makanan yang dibakar mempergunakan margarin, makanan cepat ssaji


yang digoreng, dan makanan yang diolah dengan cara lain
menggunakan margarin. Asam lemak trans dapat meningkatkan kadar
LDL dan menurunkan HDL.
Asupan kopi berpengaruh terhadap kadar kolesterol darah walaupun
dampaknya bervariasi. Kemungkinan, variasi ini disebabkan oleh
teknik pengolahan kopi. Kopi yang tidak disaring mengandung zat
cafestol yang berpotensi menaikkan kadar VLDL dan LDL serum.
Kopi instan biasanya dalam proses pembuatannya dilakukan proses
penyaringan.25
Tabel 2.2 Makanan yang Mengandung Kolesterol
No. Nama Bahan Total Kolesterol per 100 g bahan
1. Otak 2.054 mg
2. Kuning telur 1.326 mg
3. Telur ayam 424 mg
4. Hati sapi 389 mg
5. Udang 312 mg
6. Mentega 207 mg
7. Susu full cream 98 mg
8. Pastry 97 mg
9. Ikan segar 90 mg
10. Daging sapi 75 mg
11. Daging kambing 75 mg
12. Pie 66 mg
13. Ham 62 mg
14. Daging ayam 60 mg
15. Keju 110 mg
16. Hamburger 41 mg
17. Jeroan unggas 35 mg
18. Susu kental manis 33 mg
19. Es krim 29 mg
20. Croissant 26 mg
21. Sardin 18 mg
22. Yoghurt 14 mg
23. Susu sapi cair 14 mg
24. Biskuit 13 mg
Sumber: Ramayulis, R. 2008

25
Rita Ramayulis. (2008). Menu Dan Resep Untuk Penderita Kolesterol
19

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kolesterol


Kolesterol darah dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko,
diantaranya genetik, usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh (IMT).
Sebanyak 80% kolesterol di dalam darah secara alami diprodusi oleh
tubuh. Adanya faktor keturunan menyebabkan seseorang memproduksi
kolesterol lebih banyak dibandingkan orang lain walaupun hanya
mengonsumsi sedikit makanan yang mengandung kolesterol atau
lemak jenuh.
Faktor usia dan jenis kelamin mempengaruhi kadar kolesterol. Pada
masa kanak-kanak, wanita cenderung memiliki kadar kolesterol yang
tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Pada usia diatas 20 tahun, laki-
laki cenderung memiliki kadar kolesterol yang tinggi dibandingkan
dengan wanita. Wanita cenderung memiliki kadar kolesterol yang
tinggi setelah mencapai masa menopause.
Asupan karbohidrat yang tinggi akan meningkatkan kolesterol,
karena hasil dari pemecahan karbohidrat yang berupa glukosa
mengalami hidrolisis menjadi piruvat yang selanjutnya menjadi asetil-
KoA. Apabila asupan karbohidrat lebih banyak dari yang dibutuhkan
maka karbohidrat diubah menjadi glikogen dan apabila penyimpanan
glikogen sudah penuh maka karbohidrat akan diubah dalam bentuk
trigliserida dan disimpan dalam jaringan adiposa. Asupan protein yang
tinggi juga akan meningkatkan kadar kolesterol. Hal ini dikarenakan
protein diabsorbsi di usus halus dalam bentuk asam amino yang
kemudian masuk ke dalam darah.26
4. Pencernaan Kolesterol
Melalui empedu, dimana kolesterol dirubah menjadi asam empedu.
Asa, empedu tadi sebagian digunakan untuk pencernaan. Sebagian
kolesterol lainnya dikeluarkan dari tubuh melalui dinding usus secara

26
Nunung Sri Mulyani, Agus Hendra Al Rahmad, dan Raudatul Jannah. (2018).
Faktor Resiko Kadar Kolesterol Darah pada Pasien Rawat Jalan Penderita Jantung
Koroner di RSUD Meuraxa
20

langsung, sebagian lagi dirombak oleh tubuh. Proses perombakan


tersebut dipengaruhi oleh hormon kelenjar gondok, maka pada
penderita hipertiroid kadar kolesterol darah akan rendah. Lebih dari
separuh jumlah kolesterol tubuh berasal dari sintesis (sekitar 700
mg/hari), dan sisanya berasal dari makanan sehari-hari.22
5. Penyerapan Kolesterol
Kolesterol diserap dari usus dan digabung didalam kilomikron yang
dibentuk didalam mukosa. Setelah kilomikron melepaskan
trigliseridanya didalam adiposus maka sisa kilomikron membawa
kolesterol kedalam hati. Hati dan jaringan lain juga mensintesis
kolesterol. Sejumlah kolesterol didalam hati dieksresikan didalam
empedu keduanya dalam bentuk bebas dan sebagai asam empedu.
Sejumlah kolesterol empedu diserap kembali dari usus.
Kebanyakan kolesterol didalam hati digabung dalam VLDL dan
semuanya bersirkulasi dalam kompleks lipoprotein. proses mekanisme
transport kolesterol dalam tubuh dimulai dari hati/liver, kolesterol
tidak larut dalam darah, agar dapat didistribusikan ke sluruh organ
maka kolesterol harus dikemas menjadi lipoprotein lain yaitu HDL,
LDL, dan trigliserida. Perjalananan lipoprotein ke seluruh organ tubuh
dimulai dari liver menyediakan pengangkut atau carier bermuatan
kolesterol dan disebut VLDL.
VLDL dikirim keluar liver dan masuk ke pembuluh darah, VLDL
bersikulasi di pembuluh darah dan memecah trigliserida untuk dipakai
sebagai jaringan atau disimpan sebagai lemak. VLDL yang sudah
kehilangan trigliserida disebut sebagai VLDL remmant . VLDL
remmant diambil oleh liver melalui reseptor atau dipecah lebih jauh
menjadi IDL, IDL diubah menjadi LDL yang mengandung banyak
kolesterol (45%) dan beredar di dalam pembuluh darah.27

27
Tri Puspa Rini,, Darwin Karim, dan Riri Novayelinda. (2014). Gambaran Kadar
Kolesterol Pasien Yang Mendapatkan Terapi Bekam
21

6. Metabolisme Kolesterol
Metabolisme kolesterol dilakukan oleh organ hati. Kolesterol yang
berasal dari asupan makanan akan dibawa kilomikron ke dalam hati
untuk dimetabolisme. Kolesterol sebagian mengalami sirkulasi
enterohepatik membentuk asam empedu dan sebagian lainnya menjadi
satu dengan Very Low Density Lipoprotein (VLDL). VLDL kemudian
dimetabolisme oleh lipoprotein lipase menjadi Low Density
Lipoprotein (LDL) melalui zat antara IDL secara endositosis.
Vesikel-vesikel yang mengandung IDL bergabung dengan lisosom
dan enzim lisosom guna menghidrolisis IDL menjadi kolesterol.
Kolesterol diubah menjadi ester kolesterol ke dalam aparat golgi dan
berdifusi ke dalam membran sel. Hal ini mampu meningkatkan kadar
kolesterol dalam darah. Selanjutnya, kolesterol yang berlebih di sel
atau jaringan dibawa kembali ke hati oleh High Density Lipoprotein
(HDL).28
7. Dampak Apabila Kelebihan dan Kekurangan Kolestrol
a. Dampak kelebihan
Tingginya kadar kolesterol di dalam darah merupakan
permasalahan yang serius karena merupakan salah satu faktor
risiko dari berbagai macam penyakit tidak menular seperti jantung,
stroke, dan diabetes mellitus. Kadar kolesterol yang berlebih dalam
darah akan akan mudah melekat pada dinding sebelah dalam
pembuluh darah. LDL yang berlebih melalui proses oksidasi akan
membentuk gumpalan yang jika gumpalan semakin membesar akan
membentuk benjolan yang akan mengakibatkan penyempitan
saluran pembuluh darah. Proses ini biasanya disebut dengan
atheroklerosis.29

28
Wahyu Widyaningsih, Aditya Prabowo, dan Sumiasih. (2010). Pengaruh
Ekstrak Etanol Daging Bekicot (Achantina fulica) Terhadap Kadar Kolesterol
Total, HDL, dan LDL Serum Darah Tikus Jantan Galur Wistar
29
Alodiea Yoeantafara dan Santi Martini. (2017). Pengaruh Pola Makan Terhadap
Kadar Kolesterol Total
22

b. Dampak kekurangan
Nilai kolesterol yang rendah ternyata tidak selalu berarti baik
bagi tubuh seseorang, nilai kolesterol yang rendah dapat pula
menjadi salah satu petunjuk adanya sesuatu kelainan yang terjadi di
dalam tubuh. Ketika kolesterol pada tubuh seseorang sangat
rendah, sebenarnya ada yang tidak beres pada tubuh. Adanya
kekurangan kolesterol pada tubuh seseorang bisa menandakan
bahwa seseorang tersebut mengalami gangguan kekurangan energi
yang berat.30
D. Tinjauan Umum tentang HDL
1. Definisi HDL
HDL merupakan lipoprotein atau kombinasi lemak dan protein.
HDL biasa juga disebut dengan istilah “kolesterol baik” karena
kemampuannya menghilangkan kelebihan kolesterol dari darah dan
membawanya ke hati. Konsentrasi HDL di dalam darah yang tinggi
berhubungan dengan rendahnya risiko penyakit jantung dan pembuluh
darah.1
HDL adalah anti inflamasi pada individu yang sehat tanpa adanya
stres oksidatif dan inflamasi sistemik. Pada mereka dengan penyakit
kronis seperti kegagalan nyata, HDL dapat menjadi disfungsional dan
sebenarnya memicu peradangan. HDL dapat dianggap sebagai pesawat
ulang-alik yang ukurannya dapat diperkirakan oleh kadar kolesterol
HDL.31
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi HDL
Asupan alkohol dalam jumlah sedang berhubungan dengan
perlindungan terhadap penyakit jantung koroner, efek yang
ditimbulkan oleh alkohol untuk menginduksi peningkatan HDL-C
konsentrasi melalui peningkatan apolipoproteins HDL utama, yaitu

30
Chairinniza K. Graha. (2010). 100 Questions & Answers: Kolesterol
31
Q. Ashton Acton. (2012). HDL Lipoproteins-Advances in Research and
Application
23

apoA-I dan-II. Pada sisi lain alkoholisme menyebabkan penimbunan


lemak di hati, hiperlipidemia, dan akhirnya sirosis. Perlemakan hati
disebabkan karena kombinasi gangguan oksidasi asam lemak dan
meningkatnya lipogenesis yang diperkirakan disebabkan oleh
perubahan potensial redoks (NADH)/ (NAD+) di hati, ini dikarenakan
NADH yang dihasilkan bersaing dengan ekuivalen pereduksi dari
substrat lain, termasuk asam lemak untuk rantai respiratorik, yang
menghambat oksidasi substrat tersebut, dan menyebabkan peningkatan
esterifikasi asam lemak menjadi triasilgliserol sehingga terjadi
perlemakan hati.
Merokok juga menjadi hal penting yang dapat mempengaruhi kadar
kolesterol dalam tubuh. Merokok berhubungan dengan rendahnya
kadar kolesterol HDL dalamdarah sehingga dapat meningkatkan resiko
terkena PJK. Nikotin dalam rokok menyebabkan mobilisasi
katekolamin yang dapat menambah reaksi trombosit dan menyebabkan
kerusakan dinding arteri, sedangkan glikoprotein dalam tembakau
dapat menimbulkan reaksi hipersensitivitas dinding arteri.32
3. Metabolisme HDL
HDL merupakan partikel paling kecil yang disintesis dalam hati dan
usus, dan mengandung 50% lipid dan 50/% protein, dengan apoprotein
apoA-I dan apoA-II, dimana HDL dapat dibagi berdasarkan
densitasnya menjadi HDL2 dan HDL3. Hepatosit dan enterosit dapat
mengeluarkan kolesterol dari tubuh melalui saluran empedu dan usus.
Di hati, kolesterol diekskresi ke empedu secara langsung atau sesudah
konversi ke asam empedu. Kolesterol dalam sel-sel perifer ditranspor
dari membran sel perifer ke hati dan usus melalui proses reverse
cholesterol transport yang difasilitasi oleh HDL.

32
Vristilia R. Lombo, Diana S. Purwanto, dan Theresia V. Masinem. (2012).
Gambaran Kadar Kolesterol Total Darah pada Laki-Laki Usia 40-59 Tahun
dengan Indeks Massa Tubuh 18,5-22,9 kg/m
24

Lipoprotein HDL nascent disintesis dalam usus dan hati. HDL


dilepaskan sebagai partikel kecil yang miskin kolesterol, berbentuk
gepeng, dan mengandung apoA-I, apoC, dan apoE. HDL nascent akan
mengambil kolesterol dari makrofag; untuk itu, kolesterol di bagian
dalam makrofag harus dibawa ke permukaan membran makrofag oleh
transporter adenosine triphosphate-binding cassette A-1 (ABCA-1).
Proses ini menghasilkan bentuk cakram HDL dan mendapat tambahan
kolesterol unesterified dari perifer. Dalam HDL, kolesterol
diesterifikasi oleh lecitin-cholesterol acyl-transferase (LCAT) menjadi
kolesterol ester.
Kolesterol ester yang lebih hidrofobik akan pindah ke inti HDL,
dan HDL yang telah mendapat lebih banyak kolesterol ester menjadi
bentuk sferis. Tambahan apoprotein dan lipid ditransfer ke HDL dari
permukaan kilomikron dan VLDL selama lipolisis. Kolesterol HDL
ditranspor ke hepatosit secara langsung dan tidak langsung. Kolesterol
ester HDL ditransfer ke lipoprotein yang berisi apoB (VLDL, IDL,
LDL) untuk pertukaran dengan trigliserida oleh cholesterol ester
transfer protein (CETP).
Kolesterol ester ditranspor ke hati setelah konversi VLDL ke IDL
dan ke LDL, kemudian diambil oleh reseptor LDL. Jalur ini bekerja
tidak langsung karena transfer kolesterol ester lipoprotein-apoB
menghasilkan partikel kaya kolesterol yang mungkin diambil oleh sel
busa dalam plak aterosklerosis sebelum dibersihkan oleh hati dan
dibersihkan dari sirkulasi melalui endositosis yang dimediasi reseptor
LDL. HDL kolesterol dapat juga diambil secara langsung oleh
hepatosit melalui scavenger receptor class BI (SR-BI), yaitu reseptor
permukaan sel yang memediasi transfer selektif dari lipid ke dalam sel.
Lipoprotein HDL mengalami remodeling dalam plasma oleh berbagai
protein transfer lipid dan lipase.
Protein transfer fosfolipid berefek pada transfer fosfolipid dari
lipoprotein lain ke HDL. Setelah pertukaran lipid yang dimediasi
25

CETP, HDL yang kaya trigliserida menjadi substrat yang lebih baik
dari lipase hati, yang menghidrolisis trigliserida dan fosfolipid untuk
menghasilkan smaller HDL. Enzim yang berperan yaitu endothelial
lipase menghidrolisis fosfolipid HDL, dan menghasilkan smaller HDL
yang dikatabolisme lebih cepat. Remodeling HDL memengaruhi
metabolisme, fungsi, dan konsentrasi HDL plasma.

Gambar 2.2 Metabolisme HDL

Sumber: Jim, Edmond L., 2013


Reverse cholesterol transport memerlukan HDL. HDL mengantar
kolesterol ke hati melalui tiga mekanisme, yaitu: 1) Sebagian besar
kolesterol ester HDL ditransfer dari HDL ke VLDL, IDL, LDL oleh
cholesterol ester transfer protein (CETP), dan VLDL, IDL, dan LDL
remnan diambil oleh hati. Secara tidak langsung, HDL mengantar
kolesterol ester ke hati. 2) HDL dapat terikat ke reseptor SRBI, yang
memfasilitasi pemindahan langsung koles-terol dari HDL oleh hati. 3)
Reseptor hepatosit dapat berinteraksi dengan HDL untuk
memindahkan HDL dari plasma.33
Gambar 2.3 Jalur Reverse cholesterol transfer

33
Edmond L. Jim. (2013). Metabolisme Lipoprotein
26

Sumber: Jim, Edmond L., 2013


4. Dampak Akibat Kelebihan dan Kekurangan HDL
a. Dampak kelebihan
Individu dengan rasio kolesterol LDL dan HDL tinggi memiliki
risiko kardiovaskular yang lebih besar karena ketidakseimbangan
antara kolesterol yang dibawa oleh lipoprotein aterogenik dan
lipoprotein pelindung. Hal ini disebabkan oleh peningkatan kadar
LDL atau penurunan kadar HDL, atau keduanya. Rasio kolesterol
LDL dan HDL merupakan prediktor yang lebih baik untuk
menentukan progresifitas ketebalan intima media karotis
dibandingkan kolesterol HDL atau kolesterol LDL secara
terpisah.34
b. Dampak kekurangan
Kolesterol HDL rendah merupakan faktor risiko yang lebih
besar untuk penyakit jantung pada pasien obesitas dibandingkan
merokok, total kolesterol, tekanan darah, atau jenis kelamin. Kadar
HDL harus meliputi lebih dari 25% dari kadar kolesterol total yaitu
tidak boleh kurang dari 40 mg/dL. Rendahnya kadar HDL dapat
menyebabkan penyempitan dan pengerasan pembuluh darah, yang

34
Nur Islah Agusti, Taswin dan Yacob Fridayenti. (2014). Profil Rasio Kolesterol
LDL dan HDL pada Pasien Stroke di Bagian Saraf RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau Periode Januari Sampai Desember 2012
27

dikenal sebagai aterosklerosis.35


E. Tinjauan Umum tentang LDL
1. Definisi LDL
LDL adalah lipoprotein utama pengangkut kolesterol dalam darah
yang terlibat dalam proses terjadinya penyakit jantung koroner. Jika
radikal bebas menyerang lipid pada LDL, maka akan menginduksi
terjadinya peroksidasi lipid. Akhir dari reaksi ini adalah terputusnya
rantai asam lemak menjadi berbagai senyawa yang bersifat toksik
terhadap sel, seperti malondialdehid (MDA). LDL yang telah
teroksidasi ini akan difagositosis oleh makrofag membentuk sel busa.36
LDL merupakan pengangkut kolesterol utama dari hati ke seluruh
jaringan ekstra-hepatik sebagai bahan baku pembentukan dinding sel
dan sumber biosintesis hormone steroid melalui mekanisme afinitas
spesifik tinggi reseptor apo –B-100/E. Low density lipoprotein
berfungsi untuk mengangkut sebagian besar kolesterol dalam sirkulasi
darah. Tingginya LDL kolesterol sangat kuat dan positif berkaitan
dengan peningkatan risiko atherosclerosis.7
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi LDL
Seseorang memiliki risiko tingginya kadar kolesterol dalam darah
apabila menerapkan pola makan yang mengandung lemak jenuh yang
tinggi dan energi yang tinggi. Sebanyak 80% kolesterol di dalam darah
secara alami diprodusi oleh tubuh. Adanya faktor keturunan
menyebabkan seseorang memproduksi kolesterol lebih banyak
dibandingkan orang lain walaupun hanya mengonsumsi sedikit
makanan yang mengandung kolesterol atau lemak jenuh.

35
Rizky R.Syahrullah, Youla Assa, Murniati Tiho. (2013). Gambaran Kadar High
Density Lipoprotein Darah pada Laki-Laki Berusia 40-59 Tahun dengan Indeks
Massa Tubuh ≥23 kg/m2
36
Sitti Rahma, Rosdiana Natsir, dan Peter Kabo. (2014). Pengaruh Antioksidan
Madu Dorsata dan Madu Trigona Terhadap Penghambatan Oksidasi LDL pada
Mencit Hiperkolesterolemia
28

Selain dapat meningkatkan tekanan darah, minum kopi berlebihan


dapat meningkatkan kadar kolesterol total dan LDL darah. Kopi yang
tidak disaring (unfiltered) lebih tinggi risikonya terhdapa kenaikan
kadar kolesterol dibandingkan kopi yang sudah disaring (filtered).
Peningkatan kadar kolesterol ketika mengkonsumsi kopi dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya dengan banyaknya kopi yang
dikonsumsi setiap hari, bahan pelengkap kopi (berupa gula, krim), dan
merokok.26
3. Metabolisme LDL
Lipoprotein VLDL terdiri dari 85-90% lipid (55% trigliserida, 20%
kolesterol, 15% fosfolipid) dan 10-15% protein. Apoprotein apoB-100
merupakan bentuk hepatik dari apoB. Selain itu, VLDL juga berisi
apoE dan apoCs yang didapat dari HDL dalam sirkulasi. Trigliserida
VLDL akan dihidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase (LPL) dan
hepatic lipase (HL) menjadi asam lemak bebas.
Lipoprotein VLDL dikonversi ke IDL yang hanya mengandung
apoB dan apoE. Lipoprotein IDL dapat diambil oleh reseptor LDL
(LRP, low density lipoprotein receptorrelated proteins) di hati.
Lipoprotein IDL dengan apoE normal dihidrolisis oleh LPL dan HL
menjadi LDL. Lipoprotein LDL merupakan lipoprotein yang paling
banyak mengandung kolesterol dan merupakan produk akhir dari
hidrolisis VLDL yang dimediasi lipase.
Sekitar 70% kolesterol plasma total terdapat di dalam LDL.
Lipoprotein LDL terdiri dari 75% lipid (35% kolesterol ester, 10%
kolesterol bebas, 10% trigliserida, 20% fosfolipid) dan 25% protein.
Sebagian kolesterol LDL akan dibawa ke hati dan jaringan
steroidogenik lainnya seperti kelenjar adrenal, testis, dan ovarium yang
mempunyai reseptor kolesterol-LDL, dimediasi oleh apoB-100.
Lipoprotein LDL didegradasi di hepatosit dan akan melepaskan
kolesterol yang digunakan untuk biosintesis VLDL dan sintesis
membran atau menjadi prekursor biosintesis asam empedu.
29

Asam empedu dan kolesterol bebas dibawa ke kantong empedu.


Sebagian kecil kolesterol-LDL masuk ke subendotel, mengalami
oksidasi, ditangkap oleh reseptor scavenger-A (SR-A) makrofag, dan
difagositosis oleh makrofag yang akan menjadi sel busa (foam cell).
Makin banyak kadar kolesterol-LDL dalam plasma, maka makin
banyak yang akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh makrofag.
Jumlah kolesterol yang akan teroksidasi tergantung dari kadar
kolesterol yang terkandung dalam LDL.33
Gambar 2.4 Jalur Metabolisme Eksogen dan Endogen

Sumber : Jim, Edmond L. 2013


4. Dampak Akibat Kelebihan dan Kekurangan LDL
a. Dampak Kelebihan
Kolesterol yang berlebihan dalam aliran darah dapat membentuk
plak (deposit yang tebal dan keras) di dinding arteri. Kolesterol
atau penumpukan plak menyebabkan arteri menjadi lebih tebal,
lebih keras dan kurang fleksibel, memperlambat dan kadang-
kadang menghalangi aliran darah ke jantung. Ketika aliran darah
dibatasi, angina (nyeri dada) dapat terjadi. Serangan jantung akan
terjadi ketika aliran darah ke jantung sangat terganggu dan
gumpalan menghentikan aliran darah sepenuhnya.
Ketika ada terlalu banyak kolesterol LDL dalam darah, itu
disimpan di dalam pembuluh darah, di mana ia dapat menimbun
endapan keras dan menyebabkan aterosklerosis, proses penyakit
yang mendasari serangan jantung. Kolesterol diukur dalam
miligram per desiliter darah (mg / dl). Kadar kolesterol kesehatan
seseorang didasarkan pada faktor-faktor risiko lain seperti usia,
30

jenis kelamin, riwayat keluarga, ras, merokok, tekanan darah


tinggi, aktivitas fisik, obesitas dan diabetes.37
b. Dampak Kekurangan
Kolesterol LDL berfungsi mentransfer kolesterol dari hati ke
jaringan tubuh. Level kolesterol LDL yang tinggi dalam darah
berhubungan dengan resiko penyakit jantung koroner. Kolesterol
LDL dikenal sebagai kolesterol jahat karena adanya penumpukan
kolesterol LDL dalam pembuluh darah dapat menyebabkan
atherosklerosis. Dengan kata lain, apabila kolesterol LDL rendah,
resiko terjadinya atherosklerosis rendah.38
F. Tinjauan Umum tentang Trigliserida
1. Definisi Trigliserida
Trigliserida merupakan salah satu jenis lemak yang sangat berkaitan
dengan makanan yang dikonsumsi seperti gula, lemak dan alkohol.
Kadar trigliserida dapat meningkat karena kelebihan berat badan, pada
mereka yang memiliki penyakit tiroid atau penyakit hati, dan kondisi
genetik. Kadar trigliserida yang tinggi juga berhubungan dengan risiko
lebih tinggi penyakit jantung dan pembuluh darah.1
Trigliserida adalah asam-asam lemak dan merupakan jenis lemak
yang paling banyak di dalam darah dengan ketentuan dianggap normal
bila kadarnya kurang dari 150 mg/dL. Trigliserida adalah bentuk
utama lemak di dalam makanan. Setelah mengonsumsi makanan tinggi
kalori, seperti sumber karbohidrat dan lemak, tubuh akan
mengubahnya menjadi kalori.39
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Trigliserida

37
Hongbao Ma and Kuan-Jiunn Shieh. (2006). Cholesterol and Human Health
38
Astuti, Siti Umniyati, Anna Rakhmawati, dan Evy Yulianti. (2016).
Pemanfaatan Probiotik Bakteri Asam Laktat dari Limbah Kotoran Ikan Terhadap
Kadar LDL Darah Ayam Broiler Strain Lohmann
39
Ernawati Hardani, Wiryatun Lestariana, dan Susetyowati. (2014). Efek
Pemberian Ekstrak Teh Hijau (Camellia Sinesis (L) O. Kuntze) Var. Assamica
Terhadap Total Lemak Tubuh Dan Profi L Lipid Wanita Dewasa Overweight Dan
Obesitas
31

a. Jenis kelamin
Pada wanita, trigliserida umumnya lebih rendah dibandingkan
dengan pria. Tetapi pada waktu menopause, trigliserida wanita
cenderung meningkat dan mengakibatkan insiden terjadinya
penyakit koroner pada wanita meningkat juga. Konsumsi alkohol,
asam lemak jenuh, karbohidrat, dan jumlah kalori yang tinggi dapat
meningkatkan trigliserida.
b. Obesitas dan diabetes
Obesitas dan diabetes yang tidak dikendalikan menjadi
penyebab paling umum terjadinya kadar trigliserida yang tinggi.
Kadar trigliserida tinggi terjadi ketika seseorang banyak
mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat atau kadar
gula yang tinggi. Risiko terkena penyakit jantung akan meningkat
seiring dengan tingginya kadar trigliserida seseorang.
c. Aktivitas fisik dan pola makan
Aktivitas fisik yang kurang dan pola makan yang salah berisiko
mengalami penumpukan lemak serta trigliserida dalam tubuh.
Kadar trigliserida dalam darah juga dipengaruhi oleh asupan.
Asupan lemak dan karbohidrat yang berlebihan dapat
meningkatkan kadar trigliserida dalam darah. Trigliserida yang
tinggi dapat diatasi dengan cara mengatur asupan.40
3. Metabolisme Trigliserida
Makanan yang masuk ke dalam tubuh akan dipecah salah satunya
adalah trigliserida. Trigliserida dibentuk di hati yang merupakan dari
hasil pembentukan lemak. Ada dua jalur pemecahan trigliserida, yaitu
jalur eksogen dan endogen.
Jalur eksogen adalah makanan yang masuk dalam tubuh diolah oleh
usus dipecah dalam bentuk partikel lipoprotein atau kilomikron.

40
Anggara E. Watuseke, Hedison Polii, dan Pemsi M. Wowor. (2016). Gambaran
kadar lipid trigliserida pada pasien usia produktif di Puskesmas Bahu Kecamatan
Malalayang Kota Manado periode November 2014 – Desember 2014
32

Lipoprotein masuk ke aliran darah dan trigliserida diurai dengan


bantuan enzim lipoprotein lipase sehingga terbentuk asam lemak
bebas. Asam lemak bebas akan menembus jaringan bawah kulit dan sel
otot untuk diubah menjadi trigliserida sebagai cadangan energi. Jalur
endogen merupakan jalur yang dalam hal ini trigliserida diserap oleh
usus setelah mengalami hidrolisis dan masuk ke dalam plasma menjadi
VLDL (Very Low Density Lipoprotein) dibentuk oleh hati dengan
bantuan insulin tidak semua VLDL digunakan melainkan dipecah lagi
menjadi LDL dan HDL.41
4. Dampak Akibat Kelebihan dan Kekurangan Trigliserida
a. Dampak Kelebihan
Tingginya kadar trigliserida dalam darah dapat menyebabkan
terjadinya aterosklerosis. Peningkatan trigliserida dapat disebabkan
oleh kelebihan berat badan dan obesitas, kurangnya aktivitas fisik,
merokok, konsumsi alkohol berlebihan dan diet yang sangat tinggi
karbohidrat (lebih dari 60 persen dari total kalori). Penyakit
gangguan genetik kadangkadang menjadi penyebab kadar
trigliserida yang tinggi. Orang dengan trigliserida tinggi sering
memiliki kadar kolesterol total yang tinggi, termasuk tingkat
kolesterol LDL tinggi (buruk) dan kolesterol HDL yang rendah.46
b. Dampak Kekurangan
Kelebihan lemak umumnya akan disimpan dijaringan adipose di
bawah kulit atau di rongga perut. Ciri-ciri trigliserida rendah
diantaranya kulit kering, rambut kering, kuku rapu, dan insomnia.
Setiap jumlah lemak dan karbohidrat makanan yang tidak langsung
di gunakan akan disimpan di jaringan adipose dalam bentuk
trigliserida. Bila kemudian diperlukan, trigliserida akan dihidrolisis

41
Hartini H. dan Wiranti Febiola. (2017). Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Terhadap Kadar Trigliserida pada Wanita Usia 40-60 Tahun
46
Ashael A. Rembang, J. J. V. Rampengan dan Siantan Supit. (2015). Pengaruh
Senam Zumba terhadap Kadar Trigliserida Darah Pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Samratulangi
33

menjadi asam lemak bebas dan gliserol yang akan mengalami


oksidsasi, dalam proses pembentukan energi.47
G. Tinjauan Umum tentang Zinc
1. Definisi Zinc
Seng adalah mikronutrien penting untuk metabolisme manusia yang
mengkatalisasi lebih dari 100 enzim, memfasilitasi pelipatan protein,
dan membantu mengatur ekspresi gen. Seng adalah unsur jejak paling
banyak didistribusikan kedua dalam tubuh setelah zat besi. Seng
ditemukan dalam berbagai makanan, seperti daging sapi, unggas,
makanan laut, dan biji-bijian.48
Seng adalah elemen jejak penting yang diperlukan untuk aktivitas
enzimatik dan untuk menjaga kesesuaian banyak faktor transkripsi;
dengan demikian, homeostasis seng diatur dengan ketat. Meskipun
seng mempengaruhi beberapa molekul pensinyalan dan dapat
bertindak sebagai neurotransmitter, masih belum diketahui apakah
seng bertindak sebagai kurir kedua intraseluler yang mampu
mentransduksi rangsangan ekstraseluler menjadi peristiwa pensinyalan
intraseluler. Seng adalah konstituen struktural dari sejumlah besar
protein, termasuk enzim milik jalur pensinyalan seluler dan faktor
transkripsi, dan sangat penting untuk aktivitas biologis mereka.49
2. Jenis-jenis Pengukuran Zinc
Zinc merupakan zat mikro mineral yang keberadaanya mutlak
diperlukan tubuh dalam jumlah kecil untuk memelihara kehidupan
yang yang optimal. Beberapa parameter yang digunakan untuk
menetapkan status zink antara lain konsentrasi zinc plasma atau serum,
konsentrasi eritrosit, konsentrasi zink leukosit dan netrofil, konsentrasi
zinc rambut, konsentrasi zinc urin, konsentrasi zinc air liur, uji

47
Reni Sarira, Andi Auliyah Warsyidah, dan Nardin. (2017). Gambaran Hasil
Pemeriksaan Kadar Trigliserida pada Petugas Perawatan Lantai 4 RSU Wisata
Universitas Indonesia Timur Makassar 2018
48
Robert B. Saper and Rebecca Rash. (2009). Zinc: An Essential Micronutrient
49
Satoru Yamasaki, et al. (2007). Zinc is a novel intracellular second messenger
34

ketahanan pengecapan, studi isotop, respon pertumbuhan dan


perkembangan seksual terhadap suplementasi zinc, keseimbangan
metabolisme dan enzim yang tergantung pada zinc misalnya aktivitas
alkali fosfatase. Konsentari zinc dalam serum atau plasma adalah
parameter yang paling sering digunakan untuk menetapkan kadar zinc
seseorang, karena mudah dilakukan dan cukup akurat.50
3. Sumber Makanan yang Mengandung Zinc
Sumber zink berasal dari protein hewani seperti daging, hati,
kerang, telur serta makanan laut. Sumber zink juga terdapat pada
protein hewani, seperti daging, hati, kerang, dan telur, serelia tumbuk
dan kacang-kacangan. Sumber zink banyak terdapat pada tiram,
makanan laut, ragi, unggas dan ikan. Sumber zink juga banyak terdapat
pada tiram, kepiting, produk susu, jamur dan bayam.51
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Zinc
Umur berhubungan dengan perubahan konsentrasi zinc dalam
serum. Tren nilai zinc dalam serum rendah pada masa anak, dan
meningkat mencapai puncaknya pada masa remaja dan dewasa.
Selama masa bayi dan masa anak awal, anak laki-laki memiliki level
zinc dalam serum yang lebih rendah daripada anak perempuan,
meskipun perbedaan ini tidak tampak pada anak usia tiga sampai
delapan tahun. Sebaliknya, setelah dewasa laki-laki memiliki level zinc
serum lebih tinggi daripada perempuan.50
5. Pencernaan Zinc
Zink diyakini dibebaskan oleh makanan selama proses pencernaan,
kemungkinan besar oleh protease dan nuclease di lambung dan usus
kecil. Zink dapat diserap oleh protein khusus dalam sel usus yang
disebut metalotionein. Zink ditahan oleh metalotienin sampai

50
Merryana Adriani dan Bambang Wirjatmadi. (2014). Gizi dan Kesehatan Balita
Peranan Mikro Zinc pada Pertumbuhan Balita
51
Mia Lestari Peri Putri, Betty Yosephin Simanjuntak, dan Tetes Wahyu W .
(2018). Konsumsi Vitamin D dan Zink dengan Kejadian Stunting pada Anak
Sekolah SD Negeri 77 Padang Serai Kota Bengkulu
35

diperlukan dalam darah.Jika tidak diperlukan, zink dapat dikeluarkan


melalui feses.Metalotionein juga mengikat zink di hati sampai
diperlukan.Zink memasuki darah yang mengelilingi system pencernaan
dan biasanya diikat oleh albumin dan protein darah.1
6. Penyerapan Zinc
Zinc diabsorpsi pada usus halus. Ada dua mekanisme absorpsi pada
usus halus dari lumen usus halus ke portal sirkulasi: transpor
transeluler dan paraseluler. Transpor transeluler adalah perpindahan
zinc dari membran apikal melalui sel dan keluar pada membran
basolateral. Transpor paraseluler terjadi secara difusi sederhana
(simple diffusion), karena konsentrasi zinc di lumen melewati
kemampuan mekanisme transeluler untuk mengangkut zinc ke sel usus
halus pada permukaan apikal. Transpor paraseluler terjadi ketika zinc
berdifusi melalui celah antarsel usus halus.
Absorpsi zinc membutuhkan alat angkut dan terjadi di bagian atas
usus halus (duodenum). Zinc diangkut oleh albumin dan transferin
masuk ke aliran darah dan dibawa ke hati. Kelebihan zinc disimpan di
dalam hati dalam bentuk metallothioneine. Lainnya dibawa ke
pankreas dan jaringan tubuh lain.
Di dalam pankreas zinc digunakan untuk membuat enzim
pencernaan, yang pada waktu makan dikeluarkan ke dalam saluran
pencernaan. Dengan demikian, saluran cerna menerima zinc dari dua
sumber, yaitu makanan dan cairan pencernaan yang berasal dari
pankreas. Absorpsi zink diatur oleh metallothionein yang disintesis di
dalam sel dinding saluran cerna.
Bila konsumsi zinc tinggi, di dalam sel dinding saluran cerna
sebagian diubah menjadi metallothionein sebagai simpanan, sehingga
absorpsi berkurang, Metallothionein di dalam hati mengikat zinc
hingga dibutuhkan oleh tubuh. Metallothionein diduga mempunyai
peranan dalam mengatur kandungan zinc di dalam cairan intraseluler.
36

Distribusi zinc antara cairan ekstraseluluer, jaringan, dan organ


dipengaruhi oleh keseimbangan hormon dan situasi stres.50
7. Metabolisme Zinc
Selain bersumber dari dalam diet makanan, sumber-sumber zink
endogen adalah yag disediakan oleh pankreas dan sekresi dari empedu
yang kemudian dilepaskan ke sistem pencernaan. Enzim
karboksipeptidase misalnya, adalah metaloenzim zink. Setelah
aktivitas karboksipeptidase, enzim menghidrolisis diri dari zink
dilepaskan. Zink yang dilepaskan akan tersedia untuk diserap dan
digunakan kembali didalam tubuh.1
8. Dampak Akibat Kelebihan dan Kekurangan Zinc
a. Dampak kelebihan
1) Kelebihan Zn hinggga 2 sampai 3 kali menurunkan absorbs
tembaga.
2) Kelebihan sampai 10 kali mempengaruhi metabolisme
kolesterol, mengubah nilai lipoprotein dan tampaknya dapat
mempercepat timbulnya aterosklerosis.
3) Kelebihan sampai sebanyak 2 gram atau lebih dapat
menyebabkan muntah, diare, demam, kelelahan, anemia, dan
gangguan reproduksi.
b. Dampak kekurangan
1) Akibat kekurangan Zn pertumbuhan badan tidak sempurna
(kerdil). Gangguan dan keterlambatan pertumbuhan kematangan
seksual, misalnya, pencernaan terganggu, gangguan fungsi
pangkreas, gangguan pembentukan kilomikron dan kerusakan
permukaan saluran cerna.
2) Kekurangan Zn mengganggu pusat sistem saraf dan fungsi otak.
3) Kekurangan Zn mengganggu metabolisme dalam hal
kekurangan vitamin A, gangguan kelenjar tiroid, gangguan
nafsu makan serta memperlambat penyembuhan luka.
4) Tidak ada selera atau nafsu makan.
37

5) Kelelahan yang hebat.


6) Kerontokan pada rambut.
7) Ketidaknormalan pada kemampuan mengecap rasa dan
mencium bau.
8) Kesulitan dalam melihat di kegelapan.
9) Menurunnya produksi hormon pada pria (infertilitas).7
H. Tinjauan Umum tentang Hemoglobin
1. Definisi Hemoglobin
Hemoglobin merupakan protein sel darah merah yang memiliki
peranan penting dalam proses transport oksigen, karbondioksida serta
proton dalam tubuh. Hemoglobin merupakan suatu protein tetramerik
eritrosit yang mengikat molekul bukan protein, yaitu senyawa porfirin
besi yang disebut heme. Hemoglobin mempunyai dua fungsi
pengangkutan penting dalam tubuh manusia, yakni pengangkutan
oksigen ke jaringan dan pengangkutan karbondioksida dan proton dari
jaringan perifer ke organ respirasi.52
Hemoglobin adalah salah satu protein pengikat heme yang paling
banyak dan terdiri dari dua α- dan dua β-globin polipeptida, yang
membentuk heterotetramer dengan bagian heme di setiap monomer.
Fungsi utama hemoglobin telah dikaitkan dengan pengikatan oksigen
dan transportasi dalam sirkulasi darah. Protein pengikat heme lain
seperti sitokrom, peroksidase ekstraseluler, sitoglobin, neuroglobin,
dan mioglobin memiliki peran dalam katalisis, konsumsi oksigen,
sitoproteksi, dan pengindraan oksigen.53
2. Jenis-jenis Pengukuran Hemoglobin
Pemeriksaan hemoglobin yang dianjurkan WHO adalah metode
cyanmeth. Prinsip pemeriksaan metode cyanmeth adalah derivat
hemoglobin dalam darah kecuali verdoglobin akan diubah secara

52
Valerie I. R. Gunadi, Yanti M. Mewo, dan Murniati Tiho. (2016). Gambaran
Kadar Hemoglobin pada Pekerja Bangunan
53
Manoj Bhaskaran, Haifeng Chen, Zhongmong Chen, and Lin Liu. (2005).
Hemoglobin is Expressed in Alveolar Epithelial Type II Cells
38

kuantitatif menjadi hemoglobincyanide (Cyanmethemoglobin) dengan


menggunakan larutan pereaksi yang sudah siap pakai dalam kit. Proses
reaksi yang sempurna hanya terjadi dalam waktu 3 menit, warna yang
terbentuk sangat stabil dan dapat diukur dengan fotometer.
Pemeriksaan kadar hemoglobin cara fotoelektrik kolorimetri (Hb
Cyanmeth) ini merupakan pemeriksaan yang lebih teliti dibandingkan
dengan metode cara visual.54

3. Sumber Makanan yang Mengandung Fe, Vitamin C, Asam Folat,


Vitamin B12
Tabel 2.3 Kandungan Zat Besi dalam Makanan
No. Nama Makanan Kandungan Fe (mg/100 gr)
1 Kacang kedelai 15,7
2 Kacang merah 9,35
3 Tahu 5,36
4 Kacang tanah 4,58
5 Bayam 2,71
6 Tempe 2,70
7 Kepiting 2,50
8 Udang 2,41
9 Telur 1,83
10 Daging sapi 1,75
11 Nasi 1,49
12 Daging ayam 0,94
13 Ubi 0,61
14 Ikan 0,44
15 Wortel 0,30
16 Mangga 0,13
17 Jeruk 0,10
Sumber: Emilia, O. & Harry Freitag, 2010

Tabel 2.4 Kandungan Vitamin C Dalam Makanan

54
Mukhlissul Faatih, Kambang Sariadji, Ida Susanti, Ratih Rinendya Putri, Frans
Dany, dan Ully Alfi Nikmah. (2017). Penggunaan Alat Pengukur Hemoglobin di
Puskesmas, Polindes dan Pustu
39

Kandungan Vitamin C
No. Nama Makanan
(mg/100 gr)
1 Daun singkong 275
2 Jambu biji 87
3 Daun bayam 80
4 Pepaya 78
5 Kiwi 74
6 Brokoli 68
7 Stroberi 60
8 Jeruk 49
9 Tomat 40
10 Mangga golek 30
11 Nanas 24
Sumber: Wibisono, H. & Ayu B. F. K. D., 2008

Tabel 2.5 Kandungan Asam Folat Dalam Makanan


Kandungan Asam Folat
No. Nama Makanan
(µg/100 gr)
1 Kacang merah 394
2 Kacang kedelai 375
3 Kacang tanah 240
4 Hati 290
5 Bayam 194
6 Brokoli 63
7 Nasi 58
8 Roti gandum utuh 53
9 Jamur (enoki) 52
10 Asparagus 52
11 Telur ayam 47
12 Tempe 24
13 Tahu 15
Sumber: Emilia, O., 2010

Tabel 2.6 Kandungan Vitamin B12 Dalam Makanan


Kandungan Vitamin B12
No. Nama Makanan
(µg/100 gr)
1 Dada ayam 0,22
2 Paha ayam 0,25
3 Sayap ayam 0,17
40

4 Daging sapi tanpa lemak 0,16


5 Daging sapi lemak sedang 0,18
6 Daging sapi berlemak 0,17
7 Daging kambing tanpa lemak 0,17
8 Daging kambing lemak sedang 0,18
9 Daging kambing berlemak 0,18
10 Telur itik (kuning telur) 1,10
11 Telur itik 0,98
12 Telur ayam (kuning telur) 1,22
13 Telur ayam 1,30
14 Ikan kembung 0,22
15 Ikan tongkol 0,25
16 Udang 0,27
17 Ikan mas 0,98
Sumber: Yuniati, Heru & Almasyhuri, 2012
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Asupan gizi merupakan salah satu faktor yang memengaruhi kadar
hemoglobin sehingga dibutuhkan zat gizi yang adekuat agar
pembentukan hemoglobin dan produksi sel darah merah berjalan
dengan baik. Zat besi dalam tubuh berperan penting sebagai bahan
utama dalam sintesis hemoglobin, ketika cadangan besi dalam tubuh
berkurang maka akan berdampak pada sintesis heme yang terganggu.
Defi siensi zat besi dari makanan biasanya menjadi faktor utama, jika
zat besi yang dikonsumsi terlalu sedikit dan bioavailabilitasnya rendah
maka cadangan besi akan digunakan sehingga dalam jangka waktu
lama akan menimbulkan anemia gizi besi. 55
Hubungan antara aktivitas fisik yang dilakukan seseorang terhadap
kadar hemoglobin dalam suatu penelitian bahwa saat seseorang
melakukan aktivitas fisik, seperti berolahraga, terjadi peningkatan
aktivitas metabolik yang tinggi, asam yang diproduksi (ion hidrogen,
asam laktat) pun semakin banyak sehingga mengakibatkan terjadinya
penurunan pH. pH yang rendah akan mengurangi daya tarik antara
oksigen dan hemoglobin. Hal ini menyebabkan hemoglobin

55
Oky Nor Sahana dan Sri Sumarmi. (2015). Hubungan Asupan Mikronutrien
dengan Kadar Hemoglobin pada Wanita Usia Subur (WUS)
41

melepaskan lebih banyak oksigen sehingga meningkatkan pengiriman


oksigen ke otot.56
5. Mekanisme Fe Terhadap Pembentukan Hb
Mekanisme metabolisme zat besi didalam tubuh adalah zat besi
bersama dengan protein (globin) dan protoporpirin mempunyai
peranan yang penting dalam pembentukan hemoglobin. Selain itu besi
juga terdapat dalam beberapa enzim yang berperan dalam metabolism
oksidatif, sitesis DNA, neurotransmitter, dan proses katabolisme.
Berdasarkan bentuk ikatan dan fungsinya zat besi didalam
tubuhterbagi atas 2 macam, yaitu : (1). Zat besi yang membentuk
ikatan heme dengan protein (heme-protein), (2). Cadangan dan
transport zat besi (non hemeiron).57
6. Mekanisme Vitamin C Terhadap Pembentukan Hb
Vitamin C mempunyai peran dalam pembentukan hemoglobin
dalam darah, dimana vitamin C membantu penyerapan zat besi dari
makanan sehingga dapat diproses menjadi sel darah merah kembali.
vitamin C berperan dalam metabolisme zat besi (Fe), dalam hal ini
vitamin C berperan dalam mereduksi Fe dari bentuk ferri (Fe3+)
menjadi ferro (Fe2+) yang lebih mudah diserap oleh sel mukosa usus.
Vitamin C juga berperan dalam mobilisasi simpanan Fe terutama
hemosiderin dalam limpa dan pemindahannya dalam darah. Vitamin C
berperan dalam membantu penyerapan zat besi dari makanan untuk
diproses kembali menjadi sel darah merah.58
7. Mekanisme Asam Folat Terhadap Pembentukan Hb
Asam folat memiliki peranan asam dalam proses sintesis nukleo

56
Laura Kosasi, Fadil Oenzil, dan Amel Yanis. (2014). Hubungan Aktivitas Fisik
terhadap Kadar Hemoglobin pada Mahasiswa Anggota UKM Pandekar
Universitas Andalas
57
Ajeng Amalia dan Agustyas Tjiptaningrum. (2016). Diagnosis dan Tatalaksana
Anemia Defisiensi Besi
58
Yusni Ikhwan Siregar dan Adelina. (2009). Pengaruh Vitamin C terhadap
Peningkatan Hemoglobin (Hb) Darah dan Kelulushidupan Benih Ikan Kerapu
Bebek (Cromileptes altivelis)
42

protein dimana hal ini merupakan kunci pembentukan dan produksi


butir-butir darah merah normal dalam susunan tulang. Kerja asam folat
biasanya banyak berhubungan dengan kerja dari vitamin B12. Folat
diperlukan dalam berbagai reaksi biokimia dalam tubuh yang
melibatkan pemindahan satu unit karbon dalam interkonversi asam
amino misalnya konversi homosistein menjadi metionin dan serin
menjadi glisin atau pada sintesis prekusor DNA purin. Asam folat
diberikan kepada pasien karena berperan dalam pemeliharaan
eritropoiesis, yang dapat membantu proses eritropoiesis sel darah
merah karena efek terapeutik dari asam folat yaitu sebagai pemulihan
dan pemeliharaan hematopoiesis normal.
Proses hematopoiesis adalah proses sumsum tulang membuat sel
darah merah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tubuh. Proses inilah
yang akan membutuhkan vitamin B12 dan Asam folat. Proses ini dapat
berjalan baik dengan bantuan eritropoietin. Eritropoietin adalah
hormon yang merangsang pembuatan sel darah merah yang diproduksi
oleh ginjal.
Ginjal yang sehat biasanya akan memproduksi eritropoetin, yang
menstimulasi sumsum tulang untuk memproduksi sel-sel darah merah
yang dibutuhkan untuk membawa oksigen ke organ-organ vital. Ginjal
yang tidak normal biasanya tidak bisa memproduksi eritropoetin dalam
jumlah yang cukup. Akibatnya sumsum tulang hanya memproduksi
sedikit sel darah merah. Sehingga dengan penggunaan asam folat yang
dapat membantu pemulihan hematopoiesis maka dapat membantu
meningkatkan kadar hemoglobin.59
8. Mekanisme Vitamin B12 Terhadap Pembentukan Hb
Vitamin B12 berfungsi dalam sintesis Hb dan sel-sel darah merah
melalui metabolisme lemak, protein, dan asam folat. Vitamin B12 juga

59
Alvionita, Welinda Dyah Ayu, dan Muhammad Amir Masruhim. (2016).
Pengaruh Penggunaan Asam Folat Terhadap Kadar Hemoglobin Pasien Penyakit
Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
43

berperan sebagai kofaktor dalam pembentukan energi dari protein dan


lemak melalui pembentukan succinyl-CoA yang dibutuhkan dalam
sintesis Hb. Tubuh hemat dalam penggunaan vitamin B12, yaitu
simpanan vitamin B12 dapat bertahan hingga 10 tahun. Oleh karena
itu, meskipun asupan vitamin B12 kurang dari kebutuhan, tubuh tetap
dapat memenuhi melalui simpanan vitamin B12. Interaksi antara
berbagai zat gizi dapat meningkatkan kualitas zat gizi tersebut dalam
tubuh sehingga tubuh dapat memanfaatkannya secara optimal.60
9. Dampak Akibat Kelebihan dan Kekurangan Hemoglobin
a. Dampak Kelebihan
Umumnya bagi mereka yang memiliki Hb tinggi (di atas
normal) disebut memiliki ‘darah kental’. Peningkatan konsentrasi
hemoglobin di atas batas nilai normal hemoglobin disebut
polisitemia. Polisitemia dapat meningkatkan risiko terjadinya
serangan jantung atau stroke akibat penggumpalan darah karena
darah yang ‘terlalu kental’. Itulah sebabnya mengapa mereka yang
Hb-nya tinggi juga tidak diperbolehkan untuk mendonorkan
darah.61
b. Dampak Kekurangan
Jika terjadi kekurangan kadar hemoglobin dapat mengakibatkan
anemia sehingga aktivitas tubuh terutama daya berfikir akan
menurun. Selain itu, status gizi juga dapat mempengaruhi
produktivitas kerja. Status gizi yang optimal terjadi bila tubuh
mendapatkan cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien

60
Damayanti Siallagan, Prita Dhyani Swamilaksita, dan Dudung Angkasa.
(2016). Pengaruh Asupan Fe, Vitamin A, Vitamin B12, dan Vitamin C Terhadap
Kadar Hemoglobin pada Remaja Vegan
61
Fitriana Sidikah Rachman dan Robby Nur Aditya. (2013). Questions & Answer
Donor Darah.
44

sehingga memungkinkan meningkatnya kemampuan kerja dan


kesehatan.62

BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Peserta Praktikum
Adapun peserta pratikum antropometri kelompok 1 (Ahmad Arif
Hidayat, Nurul Hikmawati Idris, Nur Rezkyana Asyhad, Winda Lestari
Lande, Jihan Fadila, Idyah Hidayanti, Indra Ayu Ningsih) mahasiswa
Program Studi Ilmu Gizi angkatan 2018 FKM Universitas Hasanuddin.
B. Tempat dan Waktu Praktikum
Adapun tempat yang digunakan dalam kegiatan pratikum ini adalah
Laboratorium Kimia Biofisik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanuddin. Adapun waktu dilaksanakannya kegiatan pratikum ini adalah
tanggal 18 Oktober 2019 hari Jumat, mulai pukul 08.00-22.30 WITA.
C. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini diantaranya :

62
Uswatun Khasanah dan Triska Susila Nindya. (2018). Hubungan Antara Kadar
Hemoglobin dan Status Gizi dengan Produktivitas Pekerja Wanita di Bagian
Percetakan dan Pengemasan di UD X Sidoarjo
45

Gambar 3.1.1 Gambar 3.1.2


Mikropipet Multi Size Mikropipet Single Size

Gambar 3.1.3 Gambar 3.1.4


Rak Tabung Tabung

Gambar 3.1.5 Gambar 3.1.6


Centrifuge Penutup Karet
46

Gambar 3.1.7 Gambar 3.1.8


Semi-outo Chemistry Analyzer Hemoglobinmeter

Gambar 3.1.9 Gambar 3.1.10


Alcohol Pads Lancet pen

Gambar 3.1.11 Gambar 3.1.12


Microcuvet Blood Lancet
47

Gambar 3.1.13 Gambar 3.1.14


Beaker Glass Spoit tanpa jarum

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini diantaranya :


Gambar 3.2.1 Gambar 3.2.2
Larutan Glukosa Larutan Kolesterol

Gambar 3.2.3 Gambar 3.2.4


48

Larutan Trigliserida Kolesterol HDL

Gambar 3.2.5 Gambar 3.2.6


Kolesterol LDL Sampel Darah

Gambar 3.2.7
Larutan ZnSO4

D. Prosedur Kerja
49

1. Prosedur Kerja Pemeriksaan Glukosa


a. Disediakan tabung bersih yang telah diberi label.
b. Diisi Tabung dengan larutan glukosa sebanyak 1000 µL.
c. Ditambahkan Sampel serum sebanyak 10 µL dan dihomogenkan.
d. Diinkubasikan selama 10 menit pada suhu 37º C.
e. Diamati dan dicatat perubahan warna yang terjadi.
f. Diukur kadar glukosa dengan alat fotometer analyzer.
g. Dicatat kadar glukosa yang tertera pada layar.
2. Prosedur Kerja Pemeriksaan Kolesterol
a. Disediakan tabung bersih yang telah diberi label.
b. Diisi tabung dengan larutan kolesterol sebanyak 1000 µL.
c. Ditambahkan sampel serum sebanyak 10 µL dan dihomogenkan.
d. Diinkubasikan selama 10 menit pada suhu 37º C.
e. Diamati dan dicatat perubahan warna yang terjadi.
f. Diukur kadar kolesterol dengan alat fotometer analyzer.
g. Dicatat nilai kadar kolesterol yang tertera pada layar.
3. Prosedur Kerja Pemeriksaan Trigliserida
a. Disediakan tabung bersih yang telah diberi label.
b. Diisi tabung dengan larutan trigliserida sebanyak 1000 µL.
c. Ditambahkan ampel serum sebanyak 10 µL dan dihomogenkan.
d. Diinkubasikan selama 10 menit pada suhu 37º C.
e. Diamati dan dicatat perubahan warna yang terjadi.
f. Diukur adar kolesterol dengan alat fotometer analyzer.
g. Dicatat nilai kadar kolesterol yang tertera pada layar.
4. Cara Pembuatan Supernatan HDL
a. Disediakan tabung bersih yang telah diberi label.
b. Diisi tabung dengan sampel serum sebanyak 300 µL.
c. Ditambahkan nodrop HDL sebanyak 1 tetes.
d. Ditutup tabung dan dipusingkan dengan alat centrifuge selama 5 menit.
Hasil pemusingan pada centrifuge merupakan supernatan.
5. Prosedur Kerja Pemeriksaan HDL
50

a. Disediakan tabung bersih yang telah diberi label.


b. Diisi tabung dengan larutan kolesterol sebanyak 1000 µL.
c. Ditambahkan sampel supernatan sebanyak 10 µL dan dihomogenkan.
d. Diinkubasikan selama 10 menit pada suhu 37º C.
e. Diamati perubahan warna yang terjadi dan dicatat.
f. Diukur kadar HDL dengan menggunakan alat fotometer analyzer.
g. Nilai HDL yang tertera pada layar dicatat.
6. Cara Pembuatan Supernatan LDL
a. Disediakan tabung bersih yang telah diberi label.
b. Diisi tabung dengan sampel serum sebanyak 200 µL.
c. Ditambahkan nodrop LDL sebanyak 3 tetes.
d. Ditutup tabung dan dipusingkan dengan alat centrifuge selama 5 menit.
Hasil pemusingan pada centrifuge merupakan supernatan.
7. Prosedur Kerja Pemeriksaan LDL
a. Disediakan tabung bersih yang telah diberi label.
b. Diisi tabung dengan larutan kolesterol sebanyak 1000 µL.
c. Ditambahkan sampel supernatant sebanyak 10 µL dan dihomogenkan.
d. Diinkubasikan selama 10 menit pada suhu 37º C.
e. Diamati perubahan warna yang terjadi dan dicatat.
f. Diukur kadar LDL dengan menggunakan alat fotometer analyzer.
g. Dicatat ilai LDL yang tertera pada layar.
8. Prosedur Kerja Analisis Status Seng (Zn)
a. Disemprotkan sebanyak 3-5 ml ZnSO4 0,1% ke dalam mulut
responden dengan alat suntik tanpa jarum.
b. Dibiarkan cairan dalam mulut selama 10 detik.
c. Dibuang cairan dan kepada responden ditanyakan tentang apa yang
dirasakan.
Responden dikategorikan ke dalam 4 kategori sebagai berikut:
a. Tidak merasakan apa-apa atau seperti merasakan air biasa walapun
telah ditunggu 10 detik.
51

b. Mula-mula tidak merasakan sesuatu dengan pasti, tetapi dalam


beberapa detik kemudian terasa kering, kesat, atau manis.
c. Segera merasakan sesuatu dengan pasti tetapi tidak sampai
menyakitkan atau mengganggu, rasa tersebut makin lama makin kuat.
d. Segera timbul rasa yang kuat dan mengganggu sehingga responden
langsung meringis.
9. Prosedur Kerja Pemeriksaan Hemoglobin
a. Disiapkan peralatan.
b. Dibersihkan jari yang akan diambil darahnya terlebih dahulu dengan
kapas yang mengandung alkohol.
c. Digunakan auto lancet untuk pengambilan darah pada jari yang telah
diolesi alkohol.
d. Dibuang darah pertama yang menetes, selanjutnya diambil tetesan
darah kedua dengan alat microcuvet.
e. Dilakukan pemeriksaan pada alat hemocue.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Praktikum
1. Tabel Hasil Pemeriksaan Glukosa (Gula Darah Puasa)
Adapun hasil dari praktikum yaitu:
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Gula Darah Puasa
Nama Parameter Hasil Kategori Kadar
Praktikan Pengukuran Pengukuran Normal
Ahmad Arif Glukosa 86 mg/dL Normal 75 – 115
Hidayat mg/dL
Sumber: Data Primer, 2019
2. Tabel Hasil Pemeriksaan Kolesterol Total
52

Adapun hasil dari praktikum yaitu:


Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Kolesterol Total
Nama Parameter Hasil Kategori Kadar
Praktikan Pengukuran Pengukuran Normal
Ahmad Arif Kolesterol 126 mg/dL Normal < 200 mg/dL
Hidayat
Sumber: Data Primer, 2019
3. Tabel Hasil Pemeriksaan HDL
Adapun hasil dari praktikum yaitu:
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan HDL
Nama Parameter Hasil Kategori Kadar
Praktikan Pengukuran Pengukuran Normal
Ahmad Arif HDL 25 mg/dL Normal < 40 mg/dL
Hidayat
Sumber: Data Primer, 2019
4. Tabel Hasil Pemeriksaan LDL
Adapun hasil dari praktikum yaitu:
Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan LDL
Nama Parameter Hasil Kategori Kadar
Praktikan Pengukuran Pengukuran Normal
Ahmad Arif LDL 20 mg/dL Normal < 150 mg/dL.
Hidayat
Sumber: Data Primer, 2019

5. Tabel Hasil Pemeriksaan Trigliserida


Adapun hasil dari praktikum yaitu:
Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Trigliserida
Nama Parameter Hasil Kategori Kadar
Praktikan Pengukuran Pengukuran Normal
Ahmad Arif Trigliserida 10 mg/dL Normal < 200 mg/dL
Hidayat
Sumber: Data Primer, 2019
6. Tabel Hasil Pemeriksaan Status Seng (Zn)
Adapun hasil dari praktikum yaitu:
Tabel 4.6 Hasil Pemeriksaan Kadar Seng (Zn)
No. Nama Kategori Keterangan
53

1. Ahmad Arif Hidayat 2 Defisiensi


2. Winda Lestari Lande. 1 Defisiensi
3. Jihan Fadila 2 Defisiensi
4 Nurul Hikmawati Idris 2 Defisiensi
5. Indra Ayu Ningsih 2 Defisiensi
6. Idyah Hadiyanti 2 Defisiensi
7. Nur Rezkyana Asyhad 2 Defisiensi
Sumber: Data Primer, 2019
7. Tabel Hasil Pemeriksaan Hemoglobin (Hb)
Adapun hasil dari praktikum yaitu:
Tabel 4.7 Hasil Pemeriksaan Hemoglobin (Hb)
Kadar Hb
No. Nama Keterangan
(gr/ mL)
1. Ahmad Arif Hidayat 16,7 Diatas Normal
2. Winda Lestari Lande. 12,1 Normal
3. Jihan Fadila 11,4 Anemia
4 Nurul Hikmawati Idris 12,3 Normal
5. Indra Ayu Ningsih 12,8 Normal
6. Idyah Hadiyanti 13,2 Normal
7. Nur Rezkyana Asyhad 12,9 Normal
Sumber: Data Primer, 2019
B. Pembahasan
1. Pemeriksaan Glukosa (Gula Darah Puasa)
Berdasarkan hasil pemeriksaan diperoleh hasil bahwa kadar glukosa
(gula darah puasa) dalam serum darah Ahmad Arif Hidayat adalah 86
mg/dL. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kadar glukosa darah Ahmad
Arif Hidayat termasuk kategori normal (70-110 mg/dL). Hasil tersebut
diperoleh dengan pengukuran menggunakan semi auto chemistry analyzer.
Salah satu kadar gula darah yang dapat menggambarkan kondisi gula
darah seseorang, khususnya penderita DM tipe 2 adalah Gula Darah Puasa
(GDP). GDP merupakan kadar gula darah seseorang yang diukur atau
diperiksa setelah menjalani puasa sekitar 10-12 jam. GDP dapat digunakan
sebagai pedoman dalam diagnosis DM. Jika hasil pemeriksaan GDP ≥ 126
mg/dl dan terdapat keluhan khas DM, diagnosis DM dapat ditegakkan.63

63
Indah Fahmiyah dan I Nyoman Latra. (2016). Faktor yang Memengaruhi Kadar
Gula Darah Puasa Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Poli Diabetes RSUD Dr.
Soetomo Surabaya Menggunakan Regresi Probit Biner
54

Solusi untuk praktikan Ahmad Arif Hidayat yaitu dengan menjaga pola
makan yang baik. Pola makan yang baik dapat dilakukan untuk menjaga
kesehatan dengan tidak mengonsumsi protein, karbohidrat atau gula,
lemak, dan energi yang berlebihan. Asupan makanan yang berlebihan
dapat meningkatkan kadar gula darah.
2. Pemeriksaan Kolesterol Total
Berdasarkan hasil pemeriksaan diperoleh hasil bahwa kadar kolesterol
total dalam serum darah Ahmad Arif Hidayat adalah 126 mg/dL. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa kadar kolesterol total Ahmad Arif Hidayat
termasuk kategori normal. Kadar kolesterol normal yaitu < 200 mg/dL.
Kolesterol merupakan salah satu jenis lemak di dalam darah yang
diproduksi oleh tubuh atau berasal dari makanan. Kolesterol dibutuhkan
oleh tubuh untuk menjaga kesehatan sel. Jumlah kolesterol di dalam darah
berhubungan dengan makanan yang dikonsumsi atau kondisi genetik.
Jumlah kolesterol di dalam darah yang tergolong tinggi akan menyebabkan
penyakit jantung koroner.1
Solusi untuk praktikan Ahmad Arif Hidayat yaitu mencegah terjadinya
penyakit dengan mengonsumsi makanan yang bergizi dan tidak
berlebihan. Salah satu cara agar kolesterol tetap normal yaitu dengan
mengonsumsi makanan yang berserat. Brokoli dapat membantu proses
detoksifikasi tubuh secara alami.
3. Pemeriksaan HDL
Berdasarkan hasil pemeriksaan diperoleh hasil bahwa kadar HDL
dalam serum darah Ahmad Arif Hidayat adalah 25 mg/dL. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa kadar HDL Ahmad Arif Hidayat termasuk kategori
rendah. Kadar HDL normal yaitu < 40 mg/dL.
Kolesterol HDL disebut juga Kolesterol baik. Fungsi utama dari HDL
adalah transport balik kolesterol yaitu mengembalikan kolesterol dari
jaringan perifer ke hati sehingga mencegah terbentuknya aterosklerosis.
Kadar kolesterol HDL darah yang rendah akan berpengaruh pada rasio
total kolesterol dan HDL yang dapat digunakan untuk memprediksi risiko
55

PJK. Hal ini merupakan dasar hubungan antara kadar kolesterol HDL
plasma dan aterosklerosis.64
Solusi untuk praktikan Ahmad Arif Hidayat yaitu konsumsi lemak
dibatasi tidak melebihi 25% kebutuhan dari total energi per hari.
Membatasi konsumsi lemak sewajarnya agar tidak mengakibatkan
konsumsi asupan energi tidak adekuat. Melakukan aktivitas olahraga
secara rutin juga penting untuk meningkatkan kadar HDL dalam tubuh.
4. Pemeriksaan LDL
Berdasarkan hasil pemeriksaan diperoleh hasil bahwa kadar LDL dalam
serum darah Ahmad Arif Hidayat adalah 20 mg/dL. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa kadar LDL Ahmad Arif Hidayat termasuk kategori
rendah. Kadar LDL normal yaitu < 150 mg/dL.
Low Density Lipoprotein (LDL) merupakan lipoprotein yang
mengangkut kolesterol terbesar untuk disebarkan ke seluruh jaringan
tubuh dan pembuluh nadi. LDL disebut kolesterol jahat karena efeknya
yang arterogenik (mudah melekat pada dinding pembuluh darah),
sehingga dapat menyebabkan penumpukan lemak dan penyempitan
pembuluh darah (arterosclerosis). Kadar LDL di dalam darah sangat
tergantung dari lemak yang masuk. Semakin tinggi/banyak lemak yang
masuk, semakin menumpuk pula LDL, hal ini disebabkan LDL merupakan
lemak jenuh yang tidak mudah larut.65
Solusi untuk praktikan Ahmad Arif Hidayat yaitu menjaga asupan
makanan terutama yang mengandung lemak jenuh agar tidak berlebihan.
Konsumsi makanan yang kaya serat larut, seperti buah-buahan, sayuran
dan kacang-kacangan. Serat larut mampu membantu menurunkan kadar
LDL.

64
Yessica Octavia Sinaga, Murniati Tiho, dan Yanti M. Mewo. (2013). Gambaran
Kadar Kolesterol High Density Lipoprotein Darah pada Mahasiswa Angkatan
2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi dengan Indeks Massa
Tubuh ≥23,0 kg/m2
65
Sudjaswadi Wiryowidagdo dan M. Sitanggang. (2008). Tanaman obat untuk
penyakit jantung, darah tinggi, & kolesterol.
56

5. Pemeriksaan Trigliserida
Berdasarkan hasil pemeriksaan diperoleh hasil bahwa kadar trigliserida
dalam serum darah Ahmad Arif Hidayat adalah 10 mg/dL. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa kadar trigliserida Ahmad Arif Hidayat termasuk
kategori rendah. Kadar trigliserida normal yaitu < 200 mg/dL.
Trigliserida merupakan penyimpanan lipid yang utama didalam
jaringan adipose, bentuk lipid ini akan terlepas setelah terjadi hidrolisis
oleh enzim lipase yang sensitif - hormon menjadi asam lemak bebas dan
gliserol. Asam lemak bebas akan terait pada albumin serum dan untuk
pengangkutannya ke jaringan, tempat asam lemak tersebut dipakai sebagai
sumber bahan bakar yang penting. Kadar trigliserida dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu usia, jenis kelamin dan aktivitas fisik. Kadar
trigliserida dalam darah juga dipengaruhi oleh asupan.43
Solusi untuk praktikan Ahmad Arif Hidayat yaitu membatasi konsumsi
gula dan makanan berbahan dasar tepung. Gula dan makanan yang terbuat
dari tepung adalah jenis karbohidrat yang dapat meningkatkan kadar
trigliserida dalam tubuh. Mengonumsi makanan seperti buah-buahan,
sayuran dan kacang-kacangan dapat menjaga kadar trigliserida tetap di
dalam batas normal.
6. Pemeriksaan Status Seng (Zn)
Berdasarkan praktikum biokimia yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa praktikan Nurul Hikmawati Idris defisiensi zat seng
karena terindikasi dalam kategori 2. Praktikan Ahmad Arif Hidayat, Jihan
Fadila, Nur Rezkyana Asyhad, Idyah Hadiyaniti, Indra Ayu Ningsih
termasuk kategori 2 sehingga masuk dalam defisiensi zat seng. Sedangkan
praktikan Winda Lestari Lande adalah yang terendah dan termasuk
kategori 1 sehingga masuk dalam defisiensi zat seng.
Kadar Zn serum cenderung menurun dengan bertambahnya usia, hal ini
dikarenakan konsumsi makanan kaya zink yang lebih rendah.66 Tubuh

66
Barbara J. Stewart-Knox, et al. (2008). Taste acuity in response to zinc
supplementation in older Europeans
57

manusia mengandung sekitar 1,5 sampai 2,5 gram zink yang tersebar di
hampir semua sel. Sebagian besar zink berada di dalam hati, pankreas,
ginjal, otot, dan tulang. Jaringan yang banyak mengandung zink adalah
bagian-bagian mata, kelenjar prostat, spermatozoa, kulit, rambut, dan
kuku.1
Solusi untuk praktikan Nurul Hikmawati Idris yaitu mengonsumsi
makanan sumber zink. Makanan yang mengandung zink banyak terdapat
pada daging merah dan makanan laut. Adapun daging merah dan makanan
laut yang bisa dikonsumsi seperti daging sapi, daging domba, daging
ayam, kepiting, tiram, udang, salmon, dan lobster.
7. Pemeriksaan Hemoglobin (Hb)
Berdasarkan praktikum biokimia yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa praktikan Nurul Hikmawati Idris memiliki kadar
hemoglobin normal dengan jumlah 12,3 mg/dL. Praktikan Asral Baso
memiliki kadar hemoglobin tertinggi dengan jumlah 16,7mg/dL dan
termasuk kategori diatas normal. Praktikan Jihan Fadila memiliki kadar
hemoglobin terendah dengan jumlah 101,4 mg/dL dan termasuk dalam
kategori anemia.
Hemoglobin (Hb) penting untuk transport O2 dari udara inspirasi ke
paru–paru dan mengeluarkan CO2 dari sel atau jaringan ke paru–paru
sebagai udara ekspirasi. Oksigen diperlukan untuk bermacam–macam
metabolisme dan katabolisme berbagai senyawa yang penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Hal inilah yang sebenarnya
menjadi tugas dari sel darah merah secara umum.
Rendahnya nilai Hb menggambarkan defisiensi besi, selain itu juga
menggambarkan rendahnya asupan protein, karena sintesis Hb
memerlukan kecukupan globin dan heme. Ketersediaan globin dapat
dicukupi dari asupan protein yang cukup pula. Untuk sintesis heme
memerlukan kecukupan Fe. Fe dapat digunakan bila terdapat vitamin C
58

yang memudahkan penyerapan Fe. Sehingga untuk sintesis heme


memerlukan kecukupan besi dan vitamin C.67
Solusi untuk praktikan Nurul Hikmawati Idris yaitu mengonsumsi
asupan makanan yang kaya akan sumber nutrisi serta zat besi. Beberapa
buah yang mengandung zat besi tinggi ialah, pisang, semangka, apel,
jeruk, dan alpukat. Makan buah juga baik untuk kesehatan, karena
kandungan antioksidan dan vitamin sangat dibutuhkan tubuh.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa:
1. Hasil pemeriksaan kadar glukosa (gula darah puasa) dalam serum darah
Ahmad Arif Hidayat adalah 86 mg/dL.
2. Hasil pemeriksaan kadar kolesterol total dalam serum darah Ahmad Arif
Hidayat adalah 126 mg/dL.
3. Hasil pemeriksaan kadar HDL dalam serum darah Ahmad Arif Hidayat
adalah 25 mg/dL.
4. Hasil pemeriksaan kadar LDL dalam serum darah Ahmad Arif Hidayat
adalah 20 mg/dL.

67
Yoni Astuti. (2010). Hubungan antara Asupan Protein, Zat Besi dan Vitamin C
dengan Kadar Hb pada Anak Umur (7-15) tahun di Desa Sidoharjo, Samigaluh,
Kulon Progo
59

5. Hasil pemeriksaan kadar trigliserida dalam serum darah Ahmad Arif


Hidayat adalah 10 mg/dL.
6. Hasil pemeriksaan status seng (Zn) kategori terendah adalah Winda
Lestari Lande yaitu kategori 1 dan status seng (Zn) Ahmad Arif Hidayat,
Nurul Hikmawati Idris, Nur Rezkyana Asyhad, Idyah Hadiyanti, Jihan
Fadila, dan Indra Ayu Ningsih sama yaitu termasuk kategori 2.
7. Hasil pemeriksaan kadar hemoglobin tertinggi adalah Ahmad Arif
Hidayat yaitu 16,7 gr/mL dan kadar hemoglobin terendah adalah Jihan
Fadila yaitu 11,4 gr/mL.
B. Saran
1. Untuk Dosen
Diharapkan agar dosen mengawasi kegiatan praktikum dan
berkoordinasi dengan asisten untuk mengurangi terjadinya kesalahan
dalam kegiatan praktikum.
2. Untuk Asisten
Diharapkan kepada asisten agar lebih dapat membimbing dan
memperhatikan praktikan secara serius selama praktikum.

3. Untuk Peserta Praktikum


Diharapkan untuk laboratarium dapat melengkapi alat yang ada agar
praktikum dapat berjalan lancar.
4. Untuk Laboratorium
Diharapkan kegiatan praktikum dapat berlangsung tenang dan waktu
praktikum dapat dimanfaatkan dengan optimal.
60

DAFTAR PUSTAKA
1. Pakar Gizi Indonesia. Ilmu Gizi Teori & Aplikasi. Edisi 2017. Jakarta: EGC,
2016. P. 87, 88, 126, 128.
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. InfoDATIN Hari Diabetes
Sedunia. 2018.
3. Hestiana DT. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Dalam
Pengelolaan Diet Pada Pasien Rawat Jalan Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Kota
Semarang. Jurnal of Health Education [Serial Online] 2017 [Diakses pada
tanggal 27 Oktober 2019]; 2(2): 138-45. Tersedia dari: https://journal.unnes.
ac.id/sju/index.php/jhealthedu/article/download/14448/10709
4. Diastutik D. Proporsi Karakteristik Penyakit Jantung Koroner pada Perokok
Aktif Berdasarkan Karakteristik Merokok. Jurnal Berkala Epidemiologi
61

[Serial Online] 2017 Januari 21 [Diakses pada tanggal 5 November 2019];


4(3): 326-37. Tersedia dari: https://e-
journal.unair.ac.id/JBE/article/download/ 2187/2551
5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. InfoDATIN Situasi Kesehatan
Jantung Di Indonesia. 2014.
6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Hasil Utama Riskesdas
2018
7. Par’i HM., Wiyono S, Harjatmo TP. Penilaian Status Gizi. Edisi 2017.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017. P. 52, 257, 258,
269, 272, 282, 283.
8. Almatsier S, Soetardjo S, Soekatri M. Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2011. P. 110.
9. Diyah NW, dkk. Evaluasi Kandungan Glukosa Dan Indeks Glikemik
Beberapa Sumber Karbohidrat Dalam Upaya Penggalian Pangan Ber-Indeks
Glikemik Rendah. Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia [Serial
Online] 2016 Desember 2 [Diakses pada tanggal 23 Oktober 2019]; 3(2): 67-
73. Tersedia dari: https://e-journal.unair.ac.id/JFIKI/article/download/
7040/4758
10. Amir SM.J., Wungouw H, Pangemanan D. Kadar Glukosa Darah Sewaktu
Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Bahu Kota Manado.
Jurnal e-Biomedik (eBm) [Serial Online] 2015 April [Diakses pada
tanggal 10 November 2019]; 3(1): 32-40. Tersedia dari: https://ejournal.
unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/download/6505/6030
11. Wijayakusuma H.M.H. Bebas Diabetes Melitus Ala Hembing. Edisi
Pertama. Jakarta: Puspa Swara, 2004. P. 10.
12. Huda SA. Hubungan Antara Kadar Glukosa Darah Dengan Tekanan Darah
Manusia Di RW 03 Kelurahan Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Jurnal
Pendidikan Biologi [Serial Online] 2016 November [Diakses pada tanggal
28 Oktober 2019]; 7(2): 144-52. Tersedia dari: http://ojs.fkip.ummetro.
ac.id/index.php/biologi/article/download/617/496
62

13. Paisak T. Unlimited Potency Of The Brain Kenali Dan Manfaatkaan


Sepenuhnya Potensi Otak Anda Yang Tak Terbatas. Edisi Pertama.
Bandung: PT Mizan Pustaka, 2009. P. 324-325.
14. Rudi A, Hendrikus, Kwureh N. Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kadar
Gula Darah Puasa Pada Pengguna Layanan Laboratorium. Wawasan
Kesehatan [Serial Online] 2017 Januari [Diakses pada tanggal 28 Oktober
2019]; 3(2): 33-9. Tersedia dari: https://osf.io/b5tnp/?action=download
15. Siregar NS. Karbohidrat. Jurnal Ilmu Keolahragaan [Serial Online] 2014
Desember [Diakses pada tanggal 28 Oktober 2019]; 13(2): 38-44. Tersedia
dari: https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/JIK/article/download/609
4/5399
16. Wijayanti N. Fisiologi Manusia dan Metabolisme Zat Gizi. Edisi Pertama.
Malang: UB Press, November 2017. P. 44.
17. Firani NK. Metabolisme Karbohidrat: Tinjauan Biokimia Dan Patologis.
Edisi Pertama. Malang: UB Press, Oktober 2017. P. 2-4.
18. Baequny A, Harnany AS, Rumimper E. Pengaruh Pola Makan Tinggi
Kalori terhadap Peningkatan Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes
Mellitus Tipe 2. Jurnal Riset Kesehatan [Serial Online] 2015 Januari 1
[Diakses pada tanggal 28 Oktober 2019]; 4(1): 687-92. Tersedia dari:
https://media.neliti.com/media/publications/128986-ID-pengaruh-pola-
makan-tinggi-kalori-terhad.pdf
19. Auliya P, Oenzil F, Rofinda ZD. Gambaran Kadar Gula Darah pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Andalas yang Memiliki Berat
Badan Berlebih dan Obesitas. Jurnal Kesehatan Andalas [Serial Online]
2016 [Diakses pada tanggal 28 Oktober 2019]; 5(3): 528-33. Tersedia dari:
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/571/461
20. Sutawardana JH, Yulia, Waluyo A. Studi Fenomenologi Pengalaman
Penyandang Diabetes Melitus yang Pernah Mengalami Episode
Hipoglikemia. NurseLine Journal [Serial Online] 2016 Mei 1 [Diakses
pada tanggal 28 Oktober 2019]; 1(1): 159-75. Tersedia dari:
63

https://media.neliti.com/media/publications/197145-ID-phenomenology-
study-the-experience-of-pe.pdf
21. Rizkyta T, Mulyati T. Hubungan Kebiasaan Sarapan dengan Kadar
Glukosa Darah Remaja Puteri (Studi Penelitian di SMP Negeri 13
Semarang). Journal of Nutrition College [Serial Online] 2014 [Diakses
pada tanggal 28 Oktober 2019]; 3(4): 723-9. Tersedia dari: https://
ejournal3.undip.ac.id/index.php/jnc/article/download/6873/6597
22. Ujiani S. Hubungan Antara Usia dan Jenis Kelamin Dengan Kadar
Kolesterol Penderita Obesitas RSUD Abdul Moeloek Povisnsi Lampung.
Jurnal Kesehatan [Serial Online] 2015 April [Diakses pada tanggal 28
Oktober 2019]; 6(1): 43-8. Tersedia dari: https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.
id/index.php/JK/article/viewFile/24/22
23. Li LH, P.D Ewelina, Huang YC, Zhou HB, Hsu CC. Analytical Methods
For Cholesterol Quantification. Journal of Food and Drug Analysis [Serial
Online] 2018 Oktober 4 [Diakses pada tanggal 28 Oktober 2019];
27(2019): 375-86. Tersedia dari: https://www.jfda-online.com/article/
S1021-9498(18)30146-7/pdf
24. Schalk BW.M., Visser M, Deeg DJ.H., Bouter LM. Lower Levels of
Serum Albumin and Total Cholesterol and Future Decline in Functional
Performance in Older Persons: the Longitudinal Aging Study Amsterdam.
Age and Ageing [Serial Online] 2004 Februari 23 [Diakses pada tanggal
10 November 2019]; 33(3): 266-72. Tersedia dari: https://research.vu.nl/
files/2005593/172346.pdf
25. Ramayulis R. Menu Dan Resep Untuk Penderita Kolesterol. Edisi
Pertama. Jakarta: Penebar Plus, 2008. P. 7-9.
26. Mulyani NS, Rahmad AHA, Jannah R. Faktor Resiko Kadar Kolesterol
Darah pada Pasien Rawat Jalan Penderita Jantung Koroner di RSUD
Meuraxa. Jurnal AcTion [Serial Online] 2018 November 30 [Diakses pada
tanggal 29 Oktober 2019]; 3(2): 132-40. Tersedia dari:
http://www.ejournal.poltekkesaceh.ac.id/index.php/an/article/download/11
3/78
64

27. Rini TP, Karim D, Novayelinda R. Gambaran Kadar Kolesterol Pasien


Yang Mendapatkan Terapi Bekam. Jom Psik [Serial Online] 2014 Oktober
[Diakses pada tanggal 29 Oktober 2019]; 1(2): 1-8. Tersedia dari:
https://media.neliti.com/media/publications/186838-ID-gambaran-kadar-
kolesterol-pasien-yang-me.pdf
28. Widyaningsih W, Prabowo A, Sumiasih. Pengaruh Ekstrak Etanol Daging
Bekicot (Achantina fulica) Terhadap Kadar Kolesterol Total, HDL, dan
LDL Serum Darah Tikus Jantan Galur Wistar. Jurnal Sains dan Teknologi
Farmasi [Serial Online] 2010 [Diakses pada tanggal 7 November 2019];
15(1): 1-10. Tersedia dari: https://docplayer.info/storage/53/31781405/
1573343123/njpG_PKkyEmhvTA5bJq_LA/31781405.pdf
29. Yoeantafara A, Martini S. Pengaruh Pola Makan Terhadap Kadar
Kolesterol Total. Jurnal MKMI [Serial Online] 2017 Desember [Diakses
pada tanggal 29 Oktober 2019]; 13(4): 304-9. Tersedia dari:
https://media.neliti.com/media/publications/229622-pengaruh-pola-
makan-terhadap-kadar-koles-f532cf9f.pdf
30. Graha CK. 100 Questions & Answers: Kolesterol. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2010. P. 95.
31. Acton Q.A. HDL Lipoproteins-Advances in Research and Application.
2012 Edition. Georgia: Scholary Editions, 2012. P. 74.
32. Lombo Vristilia R, Purwanto Diana S, Masinem TV. Gambaran Kadar
Kolesterol Total Darah pada Laki-Laki Usia 40-59 Tahun dengan Indeks
Massa Tubuh 18,5-22,9 kg/m. Jurnal Biomedik. [Serial Online] 2012
November [Diakses pada tanggal 29 Oktober 2019]; 4(3): 77-82. Tersedia
dari: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/download/12
16/986
33. Eldiaz RK, Agustono, Pursetyo KT. Kandungan Low-Density
Lipoprotein, Higt-Density Lipoprotein, Kolesterol Pada Kerang Kampak
(Atrina Pectinata) Hasil Nelayan Tangkapan di Kenjeran Surabaya.
Journal of Marine and Coastal Science [Serial Online] 2018 Juni [Diakses
65

pada tanggal 29 Oktober 2019]; 7(2): 51-9. Tersedia dari:


http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-marinedd3ac1ae7efull.pdf
34. Jim EL. Metabolisme Lipoprotein. Jurnal Biomedik (JBM) [Serial Online]
2013 November [Diakses pada tanggal 29 Oktober 2019]; 5(3): 149-56.
Tersedia dari: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/
download/4335/3864
35. Agusti NI, Taswin, Fridayenti Y. Profil Rasio Kolesterol LDL dan HDL
pada Pasien Stroke di Bagian Saraf RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
Periode Januari Sampai Desember 2012. Jom FK [Serial Online] 2014
Oktober [Diakses pada tanggal 7 November 2019]; 1(2): 1-15. Tersedia
dari: https://media.neliti.com/media/publications/188355-ID-profil-rasio-
koleterol-ldl-dan-hdl-pada.pdf
36. Syahrullah RR, Assa Y, Tiho M. Gambaran Kadar High Density
Lipoprotein Darah pada Laki-Laki Berusia 40-59 Tahun dengan Indeks
Massa Tubuh ≥23 kg/m2. Jurnal e-Biomedik (eBM) [Serial Online] 2013
Maret [Diakses pada tanggal 6 November 2019]; 1(1): 50-2. Tersedia dari:
https://media.neliti.com/media/publications/59888-ID-gambaran-kadar-
high-density-lipoprotein.pdf
37. Rahma S, Natsir R, Kabo P. Pengaruh Antioksidan Madu Dorsata dan
Madu Trigona Terhadap Penghambatan Oksidasi LDL pada Mencit
Hiperkolesterolemia. JST Kesehatan [Serial Online] 2014 Oktober
[Diakses pada tanggal 4 November 2019]; 4(4): 377-84. Tersedia dari:
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/84ea6aaf182a00b6e4c015f334497471.
pdf
38. Pusparini. Low Density Lipoprotein Padat Kecil Sebagai Faktor Risiko
Aterosklerosis. Universa Medicina Kesehatan [Serial Online] 2006 Maret
[Diakses pada tanggal 5 November 2019]; 25(1): 22-32. Tersedia dari:
http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2012/04/Puspa1.pdf
39. Fatiah, Ganie RA, Ketaren AP. Perbedaan kadar interleukin-6 pada pasien
dengan dan tanpa stenosis koroner signifikan. The Journal of Medical
School [Serial Online] 2017 Juni [Diakses pada tanggal 7 November
66

2019]; 50(2): 71-4. Tersedia dari: https://jurnal.usu.ac.id/index.php/


jms/article/download/18130/7682
40. Ma H, Shieh KJ. Cholesterol and Human Health. The Journal of American
Science. The Journal of American Science [Serial Online] 2006 [Diakses
pada tanggal 5 November 2019]; 25(1): 46-50. Tersedia dari: http://www.
jofamericanscience.org/journals/am-sci/0201/05-mahongbao-0105.pdf
41. Astuti, Umniyati S, Rakhmawati A, Yulianti E. Pemanfaatan Probiotik
Bakteri Asam Laktat dari Limbah Kotoran Ikan Terhadap Kadar LDL
Darah Ayam Broiler Strain Lohmann. J. Sains Dasar [Serial Online] 2016
[Diakses pada tanggal 7 November 2019]; 5(1): 48-51. Tersedia dari:
https://journal.uny.ac.id/index.php/jsd/article/viewFile/12665/8956
42. Hardani E, Lestariana W, Susetyowati. Efek Pemberian Ekstrak Teh Hijau
(Camellia Sinesis (L) O. Kuntze) Var. Assamica Terhadap Total Lemak
Tubuh Dan Profi L Lipid Wanita Dewasa Overweight Dan Obesitas.
Jurnal Gizi Klinik Indonesia [Serial Online] 2014 April [Diakses pada
tanggal 10 November 2019]; 10(4): 209-17. Tersedia dari:
https://jurnal.ugm.ac.id/jgki/article/download/18874/12186
43. Watuseke AE, Polii H, Wowor PM. Gambaran kadar lipid trigliserida pada
pasien usia produktif di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota
Manado periode November 2014 – Desember 2014. Jurnal e-Biomedik
(eBm) [Serial Online] 2016 Desember [Diakses pada tanggal 5 November
2019]; 4(2): 1-5. Tersedia dari: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/
ebiomedik/article/download/13913/13487
44. Harsa IMS. Efek Pemberian Diet Tinggi Lemak Terhadap Profil Lemak
Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus). Jurnal Ilmiah Kedokteran [Serial
Online] 2014 Maret [Diakses pada tanggal 5 November 2019]; 3(1): 21-8.
Tersedia dari: https://journal.uwks.ac.id/index.php/jikw/article/download/
36/35
45. H. Hartini, Febiola W. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) Terhadap
Kadar Trigliserida pada Wanita Usia 40-60 Tahun. Jurnal Sains dan
Teknologi Laboratorium Medik [Serial Online] 2017 [Diakses pada
67

tanggal 5 November 2019]; 2(1): 2-7. Tersedia dari: http://jurnal.akjp2.


ac.id/ojs/index.php/jstlm/article/download/13/13/
46. Rembang AA, Rampengan JJV, Supit S. Pengaruh Senam Zumba terhadap
Kadar Trigliserida Darah Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Samratulangi. Jurnal e-Biomedik (eBm) [Serial Online] 2015
April [Diakses pada tanggal 5 November 2019]; 3(1): 406-11. Tersedia
dari: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/download/74
16/6959
47. Sarira R, Warsyidah AA, Nardin. Gambaran Hasil Pemeriksaan Kadar
Trigliserida pada Petugas Perawatan Lantai 4 RSU Wisata Universitas
Indonesia Timur Makassar 2018. Jurnal Media Laboran [Serial Online]
2017 Mei [Diakses pada tanggal 7 November 2019]; 7(2): 1-6. Tersedia
dari: https://uit.e-journal.id/MedLAb/article/download/507/378
48. Saper RB, Rash R. Zinc: An Essential Micronutrient. Am Fam Physician
[Serial Online] 201 Februari 10 [Diakses pada tanggal 4 November 2019];
79(9): 1-10. Tersedia dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/
PMC2820120/pdf/nihms125075.pdf
49. Yamasaki S, et al. (2007). Zinc is a novel intracellular second messenger.
The Journal of Cell Biology [Serial Online] 2007 Mei 14 [Diakses pada
tanggal 4 November 2019]; 177(4): 637-45. Tersedia dari: https://
www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2064209/pdf/jcb1770637.pdf
50. Adriani M, Wirjatmadi B. Gizi dan Kesehatan Balita Peranan Mikro Zinc
pada Pertumbuhan Balita. Edisi Pertama. Jakarta: Kencana, 2014. P. 6-10.
51. Putri MLP, Simanjuntak BY, dan Wahyu T. Konsumsi Vitamin D dan
Zink dengan Kejadian Stunting pada Anak Sekolah SD Negeri 77 Padang
Serai Kota Bengkulu. Jurnal Kesehatan [Serial Online] 2018 Agustus
[Diakses pada tanggal 5 November 2019]; 9(2): 267-71. Tersedia dari:
https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK/article/download/839/751
52. Gunadi VIR, Mewo YM, Tiho M. Gambaran Kadar Hemoglobin pada
Pekerja Bangunan. Jurnal e-Biomedik (eBm) [Serial Online] 2016
Desember [Diakses pada tanggal 4 November 2019]; 4(2): 1-6. Tersedia
68

dari: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/download/14
604/14172
53. Bhaskaran M, Chen H, Chen Z, Liu L. Hemoglobin is Expressed in
Alveolar Epithelial Type II Cells. Biochem Biophys Res Commun [Serial
Online] 2005 Agustus 12 [Diakses pada tanggal 4 November 2019];
333(4): 1-9. Tersedia dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/
PMC1314978/pdf/nihms5626.pdf
54. Faatih M, Sariadji K, Susanti I, Putri RR, Dany F, Nikmah UA.
Penggunaan Alat Pengukur Hemoglobin di Puskesmas, Polindes dan
Pustu. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan [Serial
Online] 2017 Agustus [Diakses pada tanggal 9 November 2019]; 1(1): 32-
9. Tersedia dari: http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/jpppk/
article/download/8046/5386
55. Sahana ON, Sumarmi S. Hubungan Asupan Mikronutrien dengan Kadar
Hemoglobin pada Wanita Usia Subur (WUS). Media Gizi Indonesia
[Serial Online] 2015 Desember [Diakses pada tanggal 5 November 2019];
10(2): 184-91. Tersedia dari: https://e-journal.unair.ac.id/MGI/
article/download/3380/2421
56. Kosasi L, Oenzil F, Yanis A. Hubungan Aktivitas Fisik terhadap Kadar
Hemoglobin pada Mahasiswa Anggota UKM Pandekar Universitas
Andalas. Jurnal Kesehatan Andalas [Serial Online] 2014 [Diakses pada
tanggal 5 November 2019]; 3(2): 178-81. Tersedia dari:
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/79/74
57. Amalia A, Tjiptaningrum A. Diagnosis dan Tatalaksana Anemia
Defisiensi Besi. Majority [Serial Online] 2016 Desember [Diakses pada
tanggal 5 November 2019]; 5(5): 166-9. Tersedia dari: http://
juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/download/944/777
58. Siregar YI, Adelina. Pengaruh Vitamin C terhadap Peningkatan
Hemoglobin (Hb) Darah dan Kelulushidupan Benih Ikan Kerapu Bebek
(Cromileptes altivelis). Jurnal Natur Indonesia [Serial Online] 2009
69

Oktober [Diakses pada tanggal 5 November 2019]; 12(1): 75-81. Tersedia


dari: https://ejournal.unri.ac.id/index.php/JN/article/download/128/122
59. Alvionita, Ayu WS, Masruhim MA. Pengaruh Penggunaan Asam Folat
Terhadap Kadar Hemoglobin Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang
Menjalani Hemodialisis di RSUD Abdul Wahab Sjahranie. J. Trop.
Pharm. Chem [Serial Online] 2016 [Diakses pada tanggal 5 November
2019]; 3(3): 179-84. Tersedia dari: https://jtpc.farmasi.unmul.ac.id/index.
php/jtpc/article/download/104/105/
60. Siallagan D, Swamilaksita PD, Angkasa D. Pengaruh Asupan Fe, Vitamin
A, Vitamin B12, dan Vitamin C Terhadap Kadar Hemoglobin pada
Remaja Vegan. Jurnal Gizi Klinik Indonesia [Serial Online] 2016 Oktober
[Diakses pada tanggal 5 November 2019]; 13(2): 67-74. Tersedia dari:
https://jurnal.ugm.ac.id/jgki/article/download/22921/15367
61. Rachman FS, Aditya RN. Questions & Answer Donor Darah. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo, 2013. P. 14-15.
62. Khasanah U, Nindya TS. Hubungan Antara Kadar Hemoglobin dan Status
Gizi dengan Produktivitas Pekerja Wanita di Bagian Percetakan dan
Pengemasan di UD X Sidoarjo. Amerta Nutr [Serial Online] 2018 Maret
12 [Diakses pada tanggal 5 November 2019]; 83-9. Tersedia dari: https://e-
journal.unair.ac.id/AMNT/article/download/7844/4621
63. Fahmiyah I, Latra IN. Faktor yang Memengaruhi Kadar Gula Darah Puasa
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Poli Diabetes RSUD Dr. Soetomo
Surabaya Menggunakan Regresi Probit Biner. Jurnal Sains dan Seni ITS
[Serial Online] 2016 [Diakses pada tanggal 5 November 2019]; 5(2): 456-
61. Tersedia dari: http://ejurnal.its.ac.id/index.php/sains_seni/article/
download/17384/3087
64. Sinaga YO, Tiho M, Mewo YM. Gambaran Kadar Kolesterol High
Density Lipoprotein Darah pada Mahasiswa Angkatan 2011 Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi dengan Indeks Massa Tubuh ≥23,0
kg/m2. Jurnal e-Biomedik (eBM) [Serial Online] 2013 November
[Diakses pada tanggal 5 November 2019]; 1(3): 1096-100. Tersedia dari:
70

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/download/3275/2
819
65. Wiryowidagdo S, Sitanggang M. Tanaman obat untuk penyakit jantung,
darah tinggi, & kolesterol. Edisi Revisi. Jakarta: PT Agromedia Pustaka,
2008. P. 36.
66. Stewart-Knox BJ, et al. Taste acuity in response to zinc supplementation
in older Europeans. British Journal of Nutrition [Serial Online] 2008
[Diakses pada tanggal 9 November 2019]; 99: 129-36. Tersedia dari:
https://www.researchgate.net/profile/Heather_Parr/publication/6186285_T
aste_acuity_in_response_to_zinc_supplementation_in_older_Europeans/li
nks/00463534466f5792d7000000/Taste-acuity-in-response-to-zinc-
supplementation-in-older-Europeans.pdf?origin=publication_detail
67. Astuti Y. Hubungan antara Asupan Protein, Zat Besi dan Vitamin C
dengan Kadar Hb pada Anak Umur (7-15) tahun di Desa Sidoharjo,
Samigaluh, Kulon Progo. Mutiara Medika [Serial Online] 2010 Juli
[Diakses pada tanggal 10 November 2019]; 10(2): 172-9. Tersedia dari:
http://journal.umy.ac.id/index.php/mm/article/download/1581/1626

Anda mungkin juga menyukai