TUJUAN
2. TEORI DASAR
Fungsi ginjal:
1. Uji protein (albumin). Bila ada kerusakan pada glomerulus atau tubulus,
maka protein dapat bocor dan masuk ke urine.
2. Uji konsentrasi ureum darah. Bila ginjal tidak cukup mengeluarkan ureum
maka ureum darah naik di atas kadar normal 20-40 mg%.
3. Uji konsentrasi. Pada uji ini dilarang makan dan minum selama 12 jam
untuk melihat sampai berapa tinggi berat jenis naiknya.
Struktur ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula renalis yang
terdiri dari jaringan fibrus berwarna ungu tua. Lapisan luar terdiri dari lapisan
korteks (subtansia kortekalis), dan lapisan sebelah dalam bagian medulla
(subtansia medularis) berbentuk kerucut yang disebut renal piramid. Puncak
kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut
papilla renalis. Masing-masing piramid dilapisi oleh kolumna renalis, jumlah
renalis 15-16 buah.
Pada setiap ginjal diperkirakan ada 1.000.000 nefron, selama 24 jam dapat
menyaring darah 170 liter. Arteri renalis membawa darah murni dari aorta ke
ginjal, lubang-lubang yang terdapat pada piramid renal masing-masing
membentuk simpul dari kapiler satu badan malfigi yang disebut glomerulus.
Pembuluh aferen yang bercabang membentuk kapiler menjadi vena renalis yang
membawa darah dari ginjal ke vena kava inferior.
Fisiologi ginjal
Ginjal berfungsi:
1. Mengatur volume air (cairan dalam tubuh). Kelebihan air dalam tubuh
akan diekskresikan oleh ginjal sebagai urine (kemih) yang encer dalam jumlah
besar, kekurangan air (kelebihan keringat) menyebabkan urine yang diekskresi
berkurang dan konsentrasinya lebih pekat sehingga susunan dan volume cairan
tubuh dapat dipertahankan relatif normal.
2. Mengatur keseimbangan osmitik dan mempertahankan keseimbangan ion
yang optimal dalam plasma (keseimbangan elektrolit). Bila terjadi
pemasukan/pengeluaran yang abnormal ion-ion akibat pemasukan garam yang
berlebihan/penyakit perdarahan (diare, muntah) ginjal akan meningkatkan
ekskresi ion-ion yang penting (mis. Na, K, Cl, Ca dan posfat).
4. Ekskresi sisa hasil metabolism (ureum, asam urat, kreatinin) zat-zat toksik,
obat-obatan, hasil metabolism hemoglobin dan bahan kimia asing (pestisida).
Secara umum, proses pembentukan urine melalui 3 tahapan, yaitu proses filtrasi
(penyaringan), reabsorpsi (penyerapan kembali), dan proses augmentasi
(pengeluaran zat). Masing-masing proses dan skema pembentukan urine tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Proses Filtrasi (Penyaringan)
Urine sekunder yang dihasilkan tubulus proksimal dan lengkung Henle akan
mengalir menuju tubulus kontortus distal. Di sini, urine sekuder akan melalui
pembuluh kapiler darah untuk melepaskan zat-zat yang sudah tidak lagi berguna
bagi tubuh. Selanjutnya,terbentuklah urine yang sesungguhnya. Urine ini akan
mengalir dan berkumpul di tubulus kolektivus (saluran pengumpul) untuk
kemudian bermuara ke rongga ginjal
Gambar diatas adalah skema gambar proses pembentukan urin beserta zat yang
dihasilkannya.
Ciri-ciri urin normal
1. Volume
Urin rata-rata : 1-1,5 liter setiap hari; tergantung luas permukaan tubuh dan intake
cairan.
2. Warna
kuning bening oleh adanya urokhrom. Secara normal warna dapat berubah,
tergantung jenis bahan /obat yang dimakan. banyak carotein, warna kuning
banyak melanin, warna coklat kehitam-hitaman. banyak darah, warna merah tua (
hematuria ) banyak nanah, warna keruh ( piuria ) adanya protein, warna keruh (
proteinuri)
3. Bau
Urin baru, bau khas sebab adanya asam-asam yg mudah menguap Urin lama, bau
tajam sebab adanya NH3 dari pemecahan ureum dalam urine Bau busuk, adanya
nanah dan kuman-kuman Bau manis, adanya aseton.
5. pH Urin
Kurang lebih ph = 6 atau sekitar 4,8-7,5 Px dgn kertas lakmus (reaksi) : Urin
asam, warna merah Urin basa, warna biru.
1. unsur organik
sel epitel : sel berinti satu ; ukurannya lebih besar dari leukosit; bentuk
berbeda yang berdasarkan tempat asalnya. Sel epitel gepeng bnyak dilihat pada
urine wanita yang berasal dari vulva atau urethra bagian distal. Sel epitel
squamosa mempunyai bntuk tertentu, besarnya lebih dari 2-3 kali ukuran lekosit,
dan sitoplasmanya tanpa struktur tertentu. Sel epitel pada kandung kemih disebut
sel epitel transisional. Sel sel yang berasal dari ginjal sering disebut sel epitel
bulat.
Leukosit : nampak seperti benda bulat yang biasanya berbutir halus. Adanya
leukosit dalam urine disebabkan oleh berbagai macam proses peradangan, radang
purulent pada bagian tractus urogenitalis.
eritrosit : terlihat seperti benda bulat tanpa terstruktur yang mempunyai warna
kehijauan. bentuk menurut lingkungannya, dalam urine pekat mengkerut, dalam
urine encer bengkak dan hampir tidak berwarna, dalam urine lindi kecil sekali.
Keadaan yang menyebabkan adanya eritrosit dalam urine adalah karena radang,
trauma, diatesis hemoragik, dsb.
Benang lendir : adanya iritesi pada selaput lendir tractus urogenitalis bagian
distal.
Spermatozoa
Potongan jaringan
Bakteri : adanya bakteri dalam urine menandakan adanya infeksi dan dapat
diperiksa lebih lanjut dengan pemeriksaan bakteriologis. Perlu diperikda adanya
nitrit dalam urine untuk membuktikan adanya infeksi oleh bakteri pada kandung
kemih, karena ada beberapa bakteri yang bsa mengubah nitrat mnjadi nitrit.
2. Unsur anorgamik
3.1 ALAT
1) Piknometer
2) Indikator universal / pH meter
3) Mikroskop
4) Kaca objek dan penutup kata
5) Tabung reaksi
6) Pipet tetes
7) Lampu spiritus
3.2 BAHAN
1) Perak nitrat
2) Asam nitrat
3) Larutan Na-Nitroprusida
4) Larutan KOH/NaOH 1N
5) Asam asetat glasial
6) Larutan kehling (A&B)
4. PROSEDUR KERJA
1. pengamatan mikroskop urine
a) Ditampung 10mL urine dalam tabung sentrifuga
b) Dilakukan sentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan rpm 1500
c) Dibuang cairan bagian atas berupa buih
d) Dipipet cairan urin hingga kurang lebih dalam tabung sentrifuga
tersisa 1 ml, dan dikocok agar sisa cairan dengan sadimen terdispersi.
e) Diteteskan kepada kaca objek, ditutup dengan kaca penutup
f) Diamati dibawah mikroskop
g) Diamati sadimen-sadimen mikro
A. Penetapam urea
C. penetapan aseton
Urin perempuan
Urin perempuan
3. Penetapan aseton Urin laki-laki :
Sampel urin + Tidak terjadi
NaOH + perubahan warna
Na2[Fe(CN)5NO] menjadi ungu
+ CH3COOH ataupun merah
Urin perempuan :
Tidak terjadi
perubahan warna
menjadi ungu
ataupun merah Urin laki-laki
Urin perempuan
Urin perempuan
5. Penetapan kualitatif Urin laki-laki :
Albumin Tidak adanya
Sampel urin + kekeruhan
pemanasan + Urin perempuan :
CH3COOH glasial Larutan sedikit
keruh yang
menandakan
adanya albumin
6. PEMBAHASAN
Diambil dua sampel urine laki-laki dan perempuan, bau urine keduanya bau
khas aromatik, ditentukan pH masing-masing sampel didapat hasil sebagai
berikut; Urine laki-laki dengan pH 6, dan urine perempuan dengan pH 7.
Perhitungan Bj urine :
1. BJ urinlaki-laki
W1=11,5913
W2=17,6513
W3=17,8796
BJ=(W3-W1)/(W2-W1
BJ=(17,8796-11,5913)/(17,6513-11,5913)
BJ=1,0341
2. BJ urinperempuan
W1=11,6087
W2=17,9360
W3=18,0155
BJ=(W3-W1)/(W2-W1
BJ=(18,0155-11,6087)/(17,9360-11,6087)
BJ=1,0125
C. Analisa kimia zat-zat terlarut dalam urin
Penetapan Urea
Dilakukan percobaan fisiologi sistem urinary dengan mengambil
sampel urin dari seorang laki-laki dan seorang perempuan sejumlah kurang
lebih 100 ml. Pada urin perempuan yang telah diuji dengan mikroskop
guna penetapan zat urea, ternyata tidak terlihat adanya Kristal rhombis
maupun heksagonal. Percobaan ini telah dilakukan dua kali, namun tetap
tidak mendapatkan hasil. Kegagalan dalam pengamatan ini kemungkinan
karena disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain suhu pemanasan yang
terlalu tinggi dapat menyebabkan sedimen menjadi sedikit sehingga sulit
untuk diamati atau bahkan menguap sepenuhnya.
Sedangkan untuk urin laki-laki terdapat Kristal rhombis yang
terkandung dalam urea nitrat. Adanya urea pada urin menandakan urin
tersebut normal karena pada dasarnya cairan yang tersisa dari proses
metabolisme tubuh mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan
berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang
keluar tubuh. Pada berbagai literatur dikatakan bahwa urin terdiri dari air
dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam
terlarut, dan materi organik.
Penetapan Klorida
Dalam penetapan ion klorida didapat hasil adanya endapan putih
pada urin laki-laki maupun urin perempuan yang menandakan adanya ion
klorida dalam urin. Suatu urine apabila tidak mengandung klorin, maka
urin tersebut termasuk urine yang tidak normal. Klorida harus dikeluarkan
dari dalam tubuh. Karena apabila klorida berada dalam tubuh terus-
menerus, maka akan terjadi suatu penyakit. Klorida bersifat racun apabila
di pendam dalam tubuh. Klorida dikeluarkan bersama urine yang
berionisasi dengan Na+. Maka dari itu, urine rasanya asin.
Penetapan Albumin
Pada percobaan ini, untuk urin laki-laki tidak mengalami
kekeruhan pada larutan sehingga dapat disimpulkan tidak adanya albumin
yang terkandung pada urin. Namun pada urin perempuan larutan menjadi
keruh, hal ini menandakan larutan tersebut mengandung albumin. Albumin
merupakan salah satu protein utama dalam plasma manusia dan menyusun
sekitar 60% dari total protein plasma. Kadar albumin normal dalam urin
berkisar antara 0-0,04 gr/L/hari. Keberadaan albumin dalam urin dengan
jumlah yang melebihi batas normal, dapat mengindikasikan terjadinya
gangguan dalam proses metabolisme tubuh. Karena dalam keadaan
normal, protein yang ada di dalam darah akan disaring oleh glomerulus
ginjal sehingga tidak akan mungkin didapat di dalam urin. Protein darah
merupakan molekul yang memiliki ukuran molekul yang sangat besar
sehingga pada orang yang normal, tidak akan bisa menembus saringan
ginjal pada bagian glomerulus.