Anda di halaman 1dari 16

1.

TUJUAN

 Dapat menjelaskan pentingnya sistem ekskresi urinari dalam menjaga


homeostatis tubuh
 Dapat mengenal beberapa karakteristik urin normal sehingga dapat
melakukan analisa secara sederhana adanya kelainan-kelainan dalam tubuh
berdasarkan pemeriksaan sampel urin.

2. TEORI DASAR

Sisitem urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan


darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang
dipergunakan oleh tubuh larutan dalam air dan dikeluarkan berupa urine (air
kemih).

Sistem urinaria terdiri atas:

 Ginjal, yang mengeluarkan sekret urine.

 Ureter, yang menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kencing.

 Kandung kencing, yang bekerja sebagai penampung.

 Uretra, yang menyalurkan urine dari kandung kencing.


Ginjal adalah suatu kelenjar yang terletak di bagian belakang kavum abdominalis
di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis III, melekat langsung
pada dinding belakang abdomen. Bentuk ginjal seperti biji kacang, jumlahnya ada
dua buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada
umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari ginjal wanita.

Fungsi ginjal:

1. Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun.

2. Mempertahankan suasana keseimbangan cairan

3. Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh.

4. Mempertimbangkan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam


tubuh.

5. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari ureum protein.

Uji fungsi ginjal terdiri dari:

1. Uji protein (albumin). Bila ada kerusakan pada glomerulus atau tubulus,
maka protein dapat bocor dan masuk ke urine.

2. Uji konsentrasi ureum darah. Bila ginjal tidak cukup mengeluarkan ureum
maka ureum darah naik di atas kadar normal 20-40 mg%.

3. Uji konsentrasi. Pada uji ini dilarang makan dan minum selama 12 jam
untuk melihat sampai berapa tinggi berat jenis naiknya.
Struktur ginjal

Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula renalis yang
terdiri dari jaringan fibrus berwarna ungu tua. Lapisan luar terdiri dari lapisan
korteks (subtansia kortekalis), dan lapisan sebelah dalam bagian medulla
(subtansia medularis) berbentuk kerucut yang disebut renal piramid. Puncak
kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut
papilla renalis. Masing-masing piramid dilapisi oleh kolumna renalis, jumlah
renalis 15-16 buah.

Garis-garis yang terlihat di piramid disebut tubulus nefron yang merupakan


bagian terkecil dari ginjal yang terdiri dari glomerulus, tubulus proksimal (tubulus
kontorti satu), ansa henle, tubulus distal (tubulus kontorti dua) dan tubulus
urinarius (papilla vateri).

Pada setiap ginjal diperkirakan ada 1.000.000 nefron, selama 24 jam dapat
menyaring darah 170 liter. Arteri renalis membawa darah murni dari aorta ke
ginjal, lubang-lubang yang terdapat pada piramid renal masing-masing
membentuk simpul dari kapiler satu badan malfigi yang disebut glomerulus.
Pembuluh aferen yang bercabang membentuk kapiler menjadi vena renalis yang
membawa darah dari ginjal ke vena kava inferior.

Fisiologi ginjal

Ginjal berfungsi:

1. Mengatur volume air (cairan dalam tubuh). Kelebihan air dalam tubuh
akan diekskresikan oleh ginjal sebagai urine (kemih) yang encer dalam jumlah
besar, kekurangan air (kelebihan keringat) menyebabkan urine yang diekskresi
berkurang dan konsentrasinya lebih pekat sehingga susunan dan volume cairan
tubuh dapat dipertahankan relatif normal.
2. Mengatur keseimbangan osmitik dan mempertahankan keseimbangan ion
yang optimal dalam plasma (keseimbangan elektrolit). Bila terjadi
pemasukan/pengeluaran yang abnormal ion-ion akibat pemasukan garam yang
berlebihan/penyakit perdarahan (diare, muntah) ginjal akan meningkatkan
ekskresi ion-ion yang penting (mis. Na, K, Cl, Ca dan posfat).

3. Mengatur keseimbangan asam-basa cairan tubuh bergantung pada apa


yang dimakan, campuran makanan menghasilkan urine yang bersifat agak asam,
pH kurang dari 6 ini disebabkan hasil akhir metabolism protein. Apabila banyak
makan sayur-sayuran, urine akan bersifat basa. pH urine bervariasi antara 4,8-8,2.
Ginjal menyekresi urine sesuai dengan perubahan pH darah.

4. Ekskresi sisa hasil metabolism (ureum, asam urat, kreatinin) zat-zat toksik,
obat-obatan, hasil metabolism hemoglobin dan bahan kimia asing (pestisida).

5. Fungsi hormonal dan metabolisme. Ginjal menyekresi hormon renin yang


mempunyai peranan penting mengatur tekanan darah (sistem renin angiotensin
aldesteron) membentuk eritripoiesis mempunyai peranan penting untuk
memproses pembentukan sel darah merah (eritropoiesis).

Proses pembentukan urine

Urine adalah cairan sisa metabolisme yang dihasilkan ginjal dan


dikeluarkan dari tubuh melalui kencing. Urine terdiri atas air dan bahan-bahan
yang terlarut di dalamnya. Bahan-bahan terlarut tersebut berupa sisa metabolisme
tubuh seperti urea, garam terlarut, serta materi organik lainnya. Terbentuknya
urine sendiri ternyata melalui suatu rangkaian proses panjang yang terus terjadi
setiap hari secara berulang-ulang. Proses pembentukan urin inilah yang akan kita
bahas pada kesempatan kali ini.

Secara umum, proses pembentukan urine melalui 3 tahapan, yaitu proses filtrasi
(penyaringan), reabsorpsi (penyerapan kembali), dan proses augmentasi
(pengeluaran zat). Masing-masing proses dan skema pembentukan urine tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Proses Filtrasi (Penyaringan)

Proses pembentukan urine diawali dengan filtrasi atau penyaringan darah.


Penyaringan ini dilakukan oleh glomerulus pada darah yang mengalir dari aorta
melalui arteri ginjal menuju ke badan Malpighi. Penyaringan akan memisahkan 2
zat. Zat bermolekul besar beserta protein akan tetap mengalir di pembuluh darah
sedangkan zat sisanya akan tertahan. Zat sisa hasil penyaringan ini disebut urine
primer (filtrat glomerulus). Urine primer biasanya mengandung air, glukosa,
garam serta urea. Zat-zat tersebut akan masuk dan disimpan.

2. Proses Reabsorpsi (Penyerapan Kembali)

Setelah urine primer tersimpan sementara dalam Simpai Bowman, mereka


kemudian akan menuju saluran pengumpul. Dalam perjalanan menuju saluran
pengumpul inilah, proses pembentukan urine melalui tahapan reabsorpsi. Zat-zat
yang masih dapat digunakan seperti glukosa, asam amino, dan garam tertentu
akan diserap lagi oleh tubulus proksimal dan lengkung Henle. Penyerapan
kembali dari urine primer akan menghasilkan zat yang disebut dengan urine
sekunder (filtrat tubulus). Urine sekunder memiliki ciri berupa kandungan kadar
ureanya yang tinggi.
3. Proses Augmentasi (Pengeluaran Zat)

Urine sekunder yang dihasilkan tubulus proksimal dan lengkung Henle akan
mengalir menuju tubulus kontortus distal. Di sini, urine sekuder akan melalui
pembuluh kapiler darah untuk melepaskan zat-zat yang sudah tidak lagi berguna
bagi tubuh. Selanjutnya,terbentuklah urine yang sesungguhnya. Urine ini akan
mengalir dan berkumpul di tubulus kolektivus (saluran pengumpul) untuk
kemudian bermuara ke rongga ginjal

Urine adalah cairan sisa metabolisme yang dihasilkan ginjal dan


dikeluarkan dari tubuh melalui kencing. Urine terdiri atas air dan bahan-bahan
yang terlarut di dalamnya. Bahan-bahan terlarut tersebut berupa sisa metabolisme
tubuh seperti urea, garam terlarut, serta materi organik lainnya. Terbentuknya
urine sendiri ternyata melalui suatu rangkaian proses panjang yang terus terjadi
setiap hari secara berulang-ulang.

Skema Proses Pembentukan Urine

Gambar diatas adalah skema gambar proses pembentukan urin beserta zat yang
dihasilkannya.
Ciri-ciri urin normal

1. Volume
Urin rata-rata : 1-1,5 liter setiap hari; tergantung luas permukaan tubuh dan intake
cairan.

2. Warna
kuning bening oleh adanya urokhrom. Secara normal warna dapat berubah,
tergantung jenis bahan /obat yang dimakan. banyak carotein, warna kuning
banyak melanin, warna coklat kehitam-hitaman. banyak darah, warna merah tua (
hematuria ) banyak nanah, warna keruh ( piuria ) adanya protein, warna keruh (
proteinuri)

3. Bau
Urin baru, bau khas sebab adanya asam-asam yg mudah menguap Urin lama, bau
tajam sebab adanya NH3 dari pemecahan ureum dalam urine Bau busuk, adanya
nanah dan kuman-kuman Bau manis, adanya aseton.

4. Berat Jenis Urin


Normal : 1,002-1,045, rata-rata 1,008

5. pH Urin
Kurang lebih ph = 6 atau sekitar 4,8-7,5 Px dgn kertas lakmus (reaksi) : Urin
asam, warna merah Urin basa, warna biru.

Zat organik dan anorganik yang ada pada urin

1. unsur organik

 sel epitel : sel berinti satu ; ukurannya lebih besar dari leukosit; bentuk
berbeda yang berdasarkan tempat asalnya. Sel epitel gepeng bnyak dilihat pada
urine wanita yang berasal dari vulva atau urethra bagian distal. Sel epitel
squamosa mempunyai bntuk tertentu, besarnya lebih dari 2-3 kali ukuran lekosit,
dan sitoplasmanya tanpa struktur tertentu. Sel epitel pada kandung kemih disebut
sel epitel transisional. Sel sel yang berasal dari ginjal sering disebut sel epitel
bulat.

 Leukosit : nampak seperti benda bulat yang biasanya berbutir halus. Adanya
leukosit dalam urine disebabkan oleh berbagai macam proses peradangan, radang
purulent pada bagian tractus urogenitalis.

 eritrosit : terlihat seperti benda bulat tanpa terstruktur yang mempunyai warna
kehijauan. bentuk menurut lingkungannya, dalam urine pekat mengkerut, dalam
urine encer bengkak dan hampir tidak berwarna, dalam urine lindi kecil sekali.
Keadaan yang menyebabkan adanya eritrosit dalam urine adalah karena radang,
trauma, diatesis hemoragik, dsb.

 Silinder : tempat pembentukan dalam tubuli ginjal, ukuran berbeda-beda


menurut besarnya lumen tubuli, ada indikasi bahwa semakin besar silinder maka
semakin berat keadaan yang menyebabkan terbentuknya sebuah silinder.
Terjadinya Silinder dalam tubuli dipertalikan dengan sekresi semacam
mucoprotein oleh tubuli sedangkan reaksi asam dalam lumen tubuli
mempermudah pembentukan.

 Benang lendir : adanya iritesi pada selaput lendir tractus urogenitalis bagian
distal.

 Silindroid : radang ringan

 Spermatozoa

 Potongan jaringan

 Bakteri : adanya bakteri dalam urine menandakan adanya infeksi dan dapat
diperiksa lebih lanjut dengan pemeriksaan bakteriologis. Perlu diperikda adanya
nitrit dalam urine untuk membuktikan adanya infeksi oleh bakteri pada kandung
kemih, karena ada beberapa bakteri yang bsa mengubah nitrat mnjadi nitrit.

2. Unsur anorgamik

 unsur unsur sedimen anorganik jarang memberikan arti tertentu, seperti


bahan amorf, kristal asam urat, ca oxalat, triple fosfat, dsb. Adanya kristal tersebut
tidak ada hubungannya dengan adanya batu ginjal , tetapi merupakan zat sampah
metabolisme.

3. ALAT DAN BAHAN

3.1 ALAT

1) Piknometer
2) Indikator universal / pH meter
3) Mikroskop
4) Kaca objek dan penutup kata
5) Tabung reaksi
6) Pipet tetes
7) Lampu spiritus
3.2 BAHAN

1) Perak nitrat
2) Asam nitrat
3) Larutan Na-Nitroprusida
4) Larutan KOH/NaOH 1N
5) Asam asetat glasial
6) Larutan kehling (A&B)

4. PROSEDUR KERJA
1. pengamatan mikroskop urine
a) Ditampung 10mL urine dalam tabung sentrifuga
b) Dilakukan sentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan rpm 1500
c) Dibuang cairan bagian atas berupa buih
d) Dipipet cairan urin hingga kurang lebih dalam tabung sentrifuga
tersisa 1 ml, dan dikocok agar sisa cairan dengan sadimen terdispersi.
e) Diteteskan kepada kaca objek, ditutup dengan kaca penutup
f) Diamati dibawah mikroskop
g) Diamati sadimen-sadimen mikro

2.Uji karakteristik urine

a) Diambil sedikit urine


b) Diamati warna dan bau urine
c) Diukur pH urine dengan indicator universal/pH meter
d) Ditentukan bobot jenis urine dengan piknometer
e) Ditimbang piknometer bersih dan kering (W1)
f) Dimasukkan aquadest kedalam piknometer
g) Dilap hingga kering bagian luar piknometer dan ditimbang (W2)
h) Dibuang aquadest dari piknometer
i) Piknometer dibilas dengan alkohol dan dikeringkan (di oven).
j) Piknometer diisi dengan sampel urin dan ditimbang
k) Hitung bobot jenis (BJ) = (W3-W1) / (W2-W1)

3. Analisa kimia zat-zat terlarut dalam urine

A. Penetapam urea

a) Diteteskan 2 tetes urin diatas kaca objek


b) Ditambahkan 2 tetes asam nitrat pada sampel
c) Dipanaskan dan dibiarkan cairan menguap
d) Diamati Kristal rhombis atau heksagonal dari urea nitrat
B. penetapan ion klorida

a) Dimasukkan 5mL urin ke tabung reaksi


b) Ditambahkan beberapa tetes perak nitrat
c) Diamati kekeruhan dan endapan putih. Jika terdapat endapan
ditambahkan ion klorida pada urin

C. penetapan aseton

a) Dimasukkan 3 ml urin ke tabung reaksi


b) Dibakar sampel urin tersebut, lalu ditambahkan KOH atau NaOH
c) Ditambahkan beberapa tetes Na-Nitroprusid
d) Dikocok tabung reaksi

D. penetapan gula pereduksi

a) Ditambahkan 1mL fehling kedalam tabung reaksi


b) Diencerkan dengan ditambahkan aquadest sebanyak 4mL dan
dipanaskan
c) Ditambahkan 1ml urine kedalam tabung reaksi sedikit demi sedikit,
sampai warna biru tepat hilang
d) Diamati perubahannya

E. Penetapan kuantitatif albumin

a) Dimasukkan urine kedalam tabung reaksi (seperempat tabung)


b) Dididihkan perlahan-lahan dan diamati
c) Ditambahkan 2-3 tetes asam asetat glasial ke dalam tabung reaksi
d) Dikocok
e) Diamati perubahannya
5. DATA PENGAMATAN

No Reaksi Pengamatan Gambar


1. Penetapan Urea Urin laki-laki :
Sampel urin + Terlihat Kristal
HNO3 + Pemanasan rhombis yang
diamati
menggunakan
mikroskop
Urin perempuan :
Tidak terlihat Urin laki-laki
adanya Kristal
rhombis maupun
heksagonal.

Urin perempuan

2. Penetapan Ion Urin laki-laki :


Klorida Terdapat endapan
Sampel urin + putih
AgNO3 Urin perempuan :
Terdapat endapan
putih yang sedikit
menggumpal
Urin Laki-laki

Urin perempuan
3. Penetapan aseton Urin laki-laki :
Sampel urin + Tidak terjadi
NaOH + perubahan warna
Na2[Fe(CN)5NO] menjadi ungu
+ CH3COOH ataupun merah
Urin perempuan :
Tidak terjadi
perubahan warna
menjadi ungu
ataupun merah Urin laki-laki

Urin perempuan

4. Penetapan Gula Urin laki-laki :


Pereduksi Larutan berwarna
Fehling A&B + biru kehijauan.
Aquadest + Tidak terjadi
Pemanasan + endapan merah
Sampel urin bata
Urin perempuan :
Larutan berwarna
hijau. Tidak terjadi
endapan merah Urin laki-laki
bata

Urin perempuan
5. Penetapan kualitatif Urin laki-laki :
Albumin Tidak adanya
Sampel urin + kekeruhan
pemanasan + Urin perempuan :
CH3COOH glasial Larutan sedikit
keruh yang
menandakan
adanya albumin

6. PEMBAHASAN

a. Pengamatan mikroskop urine

Penampungan 10 ml urin di tabung sentrifuga lalu di sentrifuga selama 10


menit dengan kecepatan 1500rpm. Dilakukan sentrifugasi agar menghasilkan
sadimen pada bagian bawah tabung. Pada bagian atas jika terdapat busa, busa
harus dibuang menggunakan pipet, dan cara untuk mengambil sadimen di bagian
bawah dengan cara memipet cairan urine di bagian atas hingga kurang lebih
sampai sisa cairan 1 ml. dikocok sedimen dengan cairan sisa tersebut lalu
ditempatkan di kaca objek. Sedimen inilah yang akan dianalisa di mikroskop.
Hasil yang didapatkan ada 2 jenis berupa hialin yang bentuknya seperti rambut
dan epitel yang bentuknya seperti batu karang. Menujukkan bahwa dalam urine
terkandung sadimen hialin dan epitel yang tergolong kedalam sadimen organik.
Adapun sadimen organik yang memungkinkan terdapat pada urine antara lain;
sisa gugusan sel, hialin, epitel, spermatozoa. Dalam pengamatan mikroskop
sadimen ini pun memungkinkan adanya sadimen anorganik, berikut adalah zat-zat
anorganik yang memungkinkan ada pada di urine; senyawa asam urat, Kristal-
kristal (Magnesiu fosfat, Kalium oksalat, Kalium fosfat), dan kolesterol. Namun
zat-zat anorganik tersebut tidak ada di pengamatan mikroskop. Saat melakukan
sentrifugasi dilakukan penambahan waktu selama 20 menit, penambahan waktu
dilakukan agar mendapatkan sadimentasi untuk diamati. Dilakukann hal yang
sama untuk sampel urin kedua, dengan waktu total sentrifugasi selama 30 menit
menghasilkan sadimen. Pada sampel urine yang pertama (urine laki-laki) tidak
menghasilkan sadimentasi, akan tetapi sampel urine yang kedua (urine
perempuan) terdapat sadimentasi namun sedikit. Tidak terbentuknya sadimentasi
pada sampel urine pertama kemungkinan dikarenakan kemurnian urine itu sendiri.

b. Uji karakteristik urine

Diambil dua sampel urine laki-laki dan perempuan, bau urine keduanya bau
khas aromatik, ditentukan pH masing-masing sampel didapat hasil sebagai
berikut; Urine laki-laki dengan pH 6, dan urine perempuan dengan pH 7.

Perhitungan Bj urin dilakukan dengan menimbang piknometer dalam


keaadaan kering dan bersih untuk mendapatkan W1. Kemudian piknometer diisi
dengan akuades dan ditimbang kembali untuk mendapatkan nilai W2. Akuades
dibersihkan,dan di bilas dengan etanol sebelum akhirnya diisikan urin dan
ditimbang kembali untuk mendapat nilai W3. BJ urin didapat dari perhitungan
dibawah ini:

BJ=(W3-W1)/(W2-W1). BJ urin laki-laki didapat sebesar 1.0341 sedangkan BJ


urin perempuan didapat sebesar 1.0125. Keduanilai BJ ini masiht ergolong
kedalam Bj urin normal. Artinya Ginjal masih bekerja dengan baik untuk
melakukan filtrasi atau punreabsorpsi. Karena jika BJ urin yang didapat
lebihbesardari rentang 1,003-1,030,dapat dipastikan ginjal mengalami masalah
saat melakukan proses penyerapannya. Karena Bj urin ini di pengaruhi oleh zat-
zat yang terlarut di dalam urin seperti air,urea,garam dan pigmen empedu. Namun
jika BJ urin di bawah rentang BJ rata- rata,bisa di indikasikan juga oleh
intake cairan yang berlebihan, hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal yang
menahun. Berat jenis yang rendah ini bisadisebabkan oleh banyak minum, udara
dingin, dan diabetes insipidus. Berat jenis yang tinggi disebabkan oleh dehidrasi,
proteinuria, dan diabetes mellitus.

Perhitungan Bj urine :

1. BJ urinlaki-laki
W1=11,5913
W2=17,6513
W3=17,8796

BJ=(W3-W1)/(W2-W1
BJ=(17,8796-11,5913)/(17,6513-11,5913)
BJ=1,0341

2. BJ urinperempuan
W1=11,6087
W2=17,9360
W3=18,0155

BJ=(W3-W1)/(W2-W1
BJ=(18,0155-11,6087)/(17,9360-11,6087)
BJ=1,0125
C. Analisa kimia zat-zat terlarut dalam urin

 Penetapan Urea
Dilakukan percobaan fisiologi sistem urinary dengan mengambil
sampel urin dari seorang laki-laki dan seorang perempuan sejumlah kurang
lebih 100 ml. Pada urin perempuan yang telah diuji dengan mikroskop
guna penetapan zat urea, ternyata tidak terlihat adanya Kristal rhombis
maupun heksagonal. Percobaan ini telah dilakukan dua kali, namun tetap
tidak mendapatkan hasil. Kegagalan dalam pengamatan ini kemungkinan
karena disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain suhu pemanasan yang
terlalu tinggi dapat menyebabkan sedimen menjadi sedikit sehingga sulit
untuk diamati atau bahkan menguap sepenuhnya.
Sedangkan untuk urin laki-laki terdapat Kristal rhombis yang
terkandung dalam urea nitrat. Adanya urea pada urin menandakan urin
tersebut normal karena pada dasarnya cairan yang tersisa dari proses
metabolisme tubuh mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan
berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang
keluar tubuh. Pada berbagai literatur dikatakan bahwa urin terdiri dari air
dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam
terlarut, dan materi organik.

 Penetapan Klorida
Dalam penetapan ion klorida didapat hasil adanya endapan putih
pada urin laki-laki maupun urin perempuan yang menandakan adanya ion
klorida dalam urin. Suatu urine apabila tidak mengandung klorin, maka
urin tersebut termasuk urine yang tidak normal. Klorida harus dikeluarkan
dari dalam tubuh. Karena apabila klorida berada dalam tubuh terus-
menerus, maka akan terjadi suatu penyakit. Klorida bersifat racun apabila
di pendam dalam tubuh. Klorida dikeluarkan bersama urine yang
berionisasi dengan Na+. Maka dari itu, urine rasanya asin.

AgNO3(aq) + Nacl(aq) Agcl(s) +NaNO3(aq)

Pada saat urin dicampur dengan AgNO3 pada tabung reaksi


terbentuk endapan putih (AgCl) yang menunjukan adanya ion klorida (Cl-)
yang berasal dari urin yang diikat oleh Ag+ dari AgNO3. Dalam urin
normal terdapat ion klorida yang berasal dari garam-garam pada cairan
interstitial tubuh. Garam-garam ini diperlukan oleh tubuh untuk menjaga
homeostatis cairan tubuh. Kelebihan garam-garam ini seperti akan
dikeluarkan melalui urin berupa ion-ion seperti ion Na+ dan ion Cl-. Jadi,
urin yang diuji temasuk urin normal karena mengandung ion klorida.
 Penetapan Aseton
Pada penetapan kadar aseton dalam urin, tidak terjadi perubahan
warna menjadi ungu ataupun merah setelah penambahan larutan NaOH.
Warna urin tetap seperti warna asalnya (kuning). Pengamatan tersebut
menunjukkan bahwa larutan urin keduanya tidak mengandung aseton.

 Penetapan gula pereduksi


Percobaan penetapan terhadap gula pereduksi pada urin yang
diamati tidak terbentuk endapan merah bata yang dapat menunjukkan
bahwa kedua urin tersebut tidak terdapat adanya gula pereduksi, sehingga
hasil dari urin tersebut negatif artinya tidak mengandung penyakit
diabetes. Biasanya pada penyakit diabetes terdapat pengeluaran glukosa
dari darah dan diikuti dengan kenaikan volume urin.
Pada urin orang diabetes biasanya terdapat protein dan glukosa.
Bila dalam urin tersebut terdapat protein dan glukosa akan menunjukkan
adanya gangguan dalam ginjal. Seharusnya glukosa diserap seutuhnya oleh
tubuh yang digunakan sebagai bahan bakar dalam proses pembentukan
energi. Akan tetapi adanya gangguan seperti rendahnya kadar hormon
insulin dapat mengurangi penyerapan glukosa tersebut sehingga glukosa
akan menjadi tinggi dalam darah dan akhirnya dikeluarkan bersama urin.

 Penetapan Albumin
Pada percobaan ini, untuk urin laki-laki tidak mengalami
kekeruhan pada larutan sehingga dapat disimpulkan tidak adanya albumin
yang terkandung pada urin. Namun pada urin perempuan larutan menjadi
keruh, hal ini menandakan larutan tersebut mengandung albumin. Albumin
merupakan salah satu protein utama dalam plasma manusia dan menyusun
sekitar 60% dari total protein plasma. Kadar albumin normal dalam urin
berkisar antara 0-0,04 gr/L/hari. Keberadaan albumin dalam urin dengan
jumlah yang melebihi batas normal, dapat mengindikasikan terjadinya
gangguan dalam proses metabolisme tubuh. Karena dalam keadaan
normal, protein yang ada di dalam darah akan disaring oleh glomerulus
ginjal sehingga tidak akan mungkin didapat di dalam urin. Protein darah
merupakan molekul yang memiliki ukuran molekul yang sangat besar
sehingga pada orang yang normal, tidak akan bisa menembus saringan
ginjal pada bagian glomerulus.

Anda mungkin juga menyukai