Anda di halaman 1dari 19

PROFIL PERESEPAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI APOTEK-APOTEK

KOTA MEDAN

ANTIHYPERTENSIVE DRUG PRESCRIBING PROFILE IN MEDAN


CITY PHARMACIES

Rachel Simanjuntak, Khairunnisa, Singgar Ni Rudang


Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia
Telp.(061) 8223558; Fax. (061) 82119775

Corresponding author :
Khairunnisa, S.Si., M.Pharm., Ph.D., Apt.
Departemen Farmakologi Fakultas Farmasi
Dra. Singgar Ni Rudang, M.Si., Apt.
Departemen Farmakologi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Jln. Tri Dharma No.5, Pintu 4, Kampus USU Medan 20155, Indonesia
Telp.(061) 8223558; Fax. (061) 82119775
Medan
PROFIL PERESEPAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI APOTEK-APOTEK
KOTA MEDAN

ANTIHYPERTENSIVE DRUG PRESCRIBING PROFILE IN MEDAN


CITY PHARMACIES

Rachel Simanjuntak, Khairunnisa, Singgar Ni Rudang


Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia
Telp.(061) 8223558; Fax. (061) 82119775

Medan, 03 Agustus 2022


Disetujui oleh :
Pembimbing Skripsi I, Pembimbing Skripsi II,

Khairunnisa, S.Si., M.Pharm., Ph.D., Apt. Dra. Singgar


Ni Rudang,M.Si.,Apt.
NIP : 197802152008122001 NIP : 196203151991012001

Corresponding author :
Khairunnisa, S.Si., M.Pharm., Ph.D., Apt.
Departemen Farmakologi Fakultas Farmasi
Dra. Singgar Ni Rudang, M.Si., Apt.
Departemen Farmakologi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Jln. Tri Dharma No.5, Pintu 4, Kampus USU Medan 20155, Indonesia
Telp.(061) 8223558; Fax. (061) 8211977
Medan
PROFIL PERESEPAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI APOTEK-APOTEK
KOTA MEDAN

ABSTRAK

Latar Belakang : Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah arterial di atas nilai
normal tekanan darah, dimana tekanan darah normal 120/80 mmHg, sedangkan
hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dari
140/90 mmHg. Hipertensi juga merupakan suatu penyakit kronis yang
memerlukan terapi jangka panjang dengan banyak komplikasi yang mengancam,
bila tidak dideteksi dini dan diterapi dengan tepat dapat menyebabkan komplikasi
dan kematian.
Tujuan : Tujuan dari penilitian ini adalah untuk mengetahui profil peresepan
yang digunakan untuk pengobatan antihipertensi di apotek-apotek kota Medan.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian bersifat deskriptif cross-sectional.
Pengambilan data dilakukan secara retrospektif, dimana peneliti mengkaji
informasi atau mengumpulkan data berupa resep obat antihipertensi di apotek kota
Medan pada periode Juli-November 2021.
Hasil : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien hipertensi lebih banyak
usia 46-55 tahun, jenis kelamin perempuan yaitu 112 (56%), dengan nama obat
yang paling banyak adalah amlodipine sebanyak 130 (44,7%) dan golongan obat
adalah golongan Calcium Channel Blockers (CCB) sebanyak 139 (54,5%),
berdasarkan merek obat yang paling banyak diresepkan adalah generik 119 (59,5),
berdasarkan penggunaan obat yang paling banyak diresepkan adalah pengobatan
tunggal sebanyak 130 (65%), potensi terjadinya interaksi obat adalah 16 resep dan
total potensi interaksi obat adalah 79 interaksi dan berdasarkan peresepan obat
antihipertensi dengan tingkat keparahan yang paling banyak adalah tingkat
keparahan moderate 71 dan menurut mekanismenya yang paling banyak adalah
farmakodinamik 72.
Kesimpulan : Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa profil peresepan obat
antihipertensi di apotek-apotek kota Medan pada bulan Juli-November 2021
adalah usia 46-55 tahun, jenis kelamin perempuan, antihipertensi yang paling
banyak diresepkan adalah amlodipine dengan golongan adalah calcium channel
blockers, berdasarkan merek obat yang paling banyak adalah obat generik,
peresepan obat antihipertensi paling banyak adalah pengobatan tunggal, resep
yang paling banyak untuk potensi terjadinya interkasi obat adalah resep dengan
tidak terjadinya interaksi, dan memiliki tingkat keparahan paling banyak adalah
moderat, sedangkan dengan interaksi berdasarkan mekanisme paling banyak
adalah farmakodinamik.

Kata kunci : Profil peresepan, obat antihipertensi, resep, apotek


ANTIHYPERTENSIVE DRUG PRESCRIBING PROFILE IN MEDAN
CITY PHARMACIES
ABSTRACT

Background : Hypertension is an increase in arterial blood pressure above the


normal value of blood pressure, where normal blood pressure is 120/80 mmHg,
while hypertension usually occurs at blood pressure of 140/90 mmHg or more
than 140/90 mmHg. Hypertension is also a chronic disease that requires long-term
therapy with many threatening complications, if not detected early and treated
properly can lead to complications and death.
Objective: The purpose of this study was to determine the profile of prescriptions
used for antihypertensive treatment in pharmacies in Medan.
Methods:This research is a cross-sectional descriptive study. Data collection was
carried out retrospectively, where researchers reviewed information or collected
data in the form of antihypertensive drug prescriptions at pharmacies in Medan in
the period July-November 2021.
Results: The results of this study indicate that more hypertensive patients are
aged 46-55 years, female sex is 112 (56%), with the most common drug names
being amlodipine as much as 130 (44.7%) and the drug classis the Calcium
Channel group. Blockers (CCB) were 139 (54.5%), based on brand of drug the
most prescribed was generic 119 (59.5), based on drug use the most prescribed
was single medication as much as 130 (65%), potential for drug interactions There
are 16 prescriptions and the total potential for drug interactions is 79 interactions
and based on the prescription of antihypertensive drugs with the highest severity
level is moderate severity 71 and according to the mechanism the most is
pharmacodynamics 72.
Conclusion: The resultsofthis study can be concluded that the profile of
prescribing antihypertensive drugs at pharmacies in the city of Medan in July-
November 2021 is 46-55 years old, female gender, the most widely prescribed
antihypertensive is amlodipine with calcium channel blockers, based on The most
common drug brands are generic drugs, the most prescriptions for
antihypertensive drugs are single treatments, the most prescriptions for the
potential for drug interactions to occur are prescriptions with no interaction
occurring, and the most severe is moderate, while the most drug interactions are
based on mechanism. Is pharmacodynamics.

Keywords: Profile priscribing,antihypertensive drugs,prescription,pharmacy


PENDAHULUAN
Profil adalah sebuah gambaran singkat tentang seseorang, organisasi,
benda, lembaga ataupun wilayah. Menurut victoria neufeld profil merupakan
grafik, diagram, atau tulisan yang menjelaskan sesuatu keadaan yang mengacu
pada data seseorang atau sesuatu.
Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah arterial diatas nilai normal
tekanan darah, dimana tekanan darah normal 120/80 mmHg, sedangkan hipertensi
biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dari 140/90
mmHg.Diagnosis hipertensi tidak berdasarkan peningkatan tekanan darah yang
hanya sekali. Tekanan darah harus diukur dalam posisi duduk dan berbaring
(Mahardika,M.P. dan Wardani,T.S., 2021). Hipertesi sering disebut sebagai
“silent killer” (pembunuh siluman), karena seringkali penderita hipertensi
bertahun-tahun tanpa merasakan sesuatu gangguan atau gejala.Tanpa disadari
penderita mengalami komplikasi pada organ-organ vital seperti jantung, otak
ataupun ginjal.Gejala-gejala akibat hipertensi, seperti pusing, gangguan
penglihatan, Dan sakit kepala, sering kali terjadi pada saat hipertensi sudah lanjut
disaat tekanan darah sudah mencapai angka tertentu (Triyanto,2014).
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017 berdasarkan umur
> 18 tahun dengan prevalensi hipertensi sebesar 380,676 (4,11%). Prevalensi
hipertensi di Propinsi Sumatera Utara mencapai 6.7% dari jumlah penduduk di
Sumatera Utara, berdasarkan data Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan ini
berarti bahwa jumlah penduduk Sumatera Utara yang menderita hipertensi
mencapai 12,42 juta jiwa tersebar di beberapa Kabupaten (Kementrian Kesehatan
RI, 2014). Penderita hipertensi diperkirakan mencapai 1 milyar di dunia, dan dua
pertiga diantaranya berada di negara berkembang. Angka tersebut kian hari kian
menghawatirkan yaitu sebanyak 972 juta (26%) orang dewasa di dunia menderita
hipertensi. Angka ini terus meningkat tajam, dan diprediksi pada tahun 2025
sekitar 29% orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi (WHO, 2019).
Penelitian syetia, frandinata dan fatmawati 2018 menunjukkan bahwa
pasien perempuan lebih banyak dari pada laki-laki yaitu sebanyak 48 pasien
(55,8%). Golongan obat antihipertensi yang paling banyak digunakan yaitu ARB
sebanyak 46 resep (32,4%). Obat antihipertensi didominasi obat paten yaitu
Canderin (Candesartan) sebanyak 28 resep (35%). Peresepan obat antihipertensi
didominasi oleh terapi obat tunggal yaitu golonganARB (Candesartan) sebanyak
17 resep (38,6%). Terapi kombinasi 2 obat antihipertensi paling banyak adalah
golongan ARB+CCB (Candesartan +Amlodipin) sebanyak 15 resep (48,4%).
Kombinasi 3 obat antihipertensi paling banyak adalah golongan CCB + β-bloker +
ACEI (Amlodipin + Bisoprolol +Lisinopril) sebesar 3 resep (33,3%) dan
golongan ARB+βbloker+CCB sebanyak 3resep (33,3%). Kombinasi 4 obat
antihipertensi hanya 2 resep yaitu golongan CCB + Diuretik + βbloker+ARB.
Berdasarkan dosis dan frekuensi antihipertensi tunggal paling banyak yaitu
golongan ARB (Candesartan) 1x8 mg sebanyak 10resep (23,8%), sedangkan
untuk kombinasi yaitu golongan ARB+CCB sebanyak 4resep (9,5%).
Penelitian menurut kusuma, megasari dan sukiatno 2018 bahwa penelitian
yang diperoleh dengan melihat nama obat yang tercantum dalam resep tanpa
mempertimbangkan aturan pakai, dosis obat dan keadaan pasien menunjukkan
interaksi obat yang potensial di Apotek adalah 68,35% (n= 158 sampel). Pola
mekanisme yang terbanyak adalah interaksi farmakodinamik (58,89%) dan
tingkat keparahan terbanyak adalah moderate (65,74%).
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif retrospektif, menggunakan
teknik observasi pada setiap resep. Sampling dengan metode cross sectional.
Pengumpulan data dilakukan pada resep yang mengandung obat antihipertensi pada
bulan Juli-November 2021di apotek-apotek kota Medan . Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui gambaran umum profil peresepan obat antihipertensi di apotek-
apotek kota Medan, meliputi presentase jenis kelamin, nama obat, golongan obat,
jenis obat, peresepan obat, bentuk sediaan dan potensi terjadinya interaksi obat.
Sampel pada penelitian ini yaitu resep obat antihipertensi ditentukan berdasarkan
kriteria inklusi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Berdasarkan hasil yang di dapat dari penelitian yang telah dilakukan dengan
pengambilan dokumen berupa resep sebanyak 200 lembar resep yang dilakukan
terhadap 60 apotek di kota Medan pada bulan Juli-November 2021 yang mengandung
obat antihipertensi. Data hasil dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1 Peresepan obat antihipertensi berdasarkan usia
Usia (Tahun) Frekuensi Presentase (%)
17-25 1 0,5
26-35 4 2
36-45 7 3,5
46-55 110 55
56-65 42 21
≥65 36 18
Total 200 100

Tabel 2 Peresepan obat antihipertensi berdasarkan jenis kelamin


Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)
Laki-Laki 88 44
Perempuan 112 56
Total 200 100

Tabel 3 Peresepan obat antihipertensi berdasarkan nama obat


Nama Obat Frekuensi Presentase (%)
Amlodipine 130 44,7
Bisoprolol 31 10,7
Furosemide 29 10,0
Candesartan 28 9,6
Valsartan 22 7,6
Captopril 20 6,9
Nifedipine 9 3,1
Spironolactone 9 3,1
Hydrochlorotiazide 6 2,1
Irbesartan 3 1,0
Perindopril 2 0,7
Atenolol 1 0,3
Telmisartan 1 0,3
Total 291 100
Tabel 4 Peresepan obat antihipertensi berdasarkan golongan obat
No Golongan Obat Frekuensi Presentase
(%)
1 Calcium Channel Blocker 139 54,5
2 Angiotensin II Reseptor Blocker 54 15,8
3 Diuretic 44 13,3
4 Beta Blocker 32 9,7
5 Angiotensin Converting Enzyme 22 6,7
Inhibitor
Total 291 100
Tabel 5 Peresepan obat antihipertensi berdasarkan jenis obat
Jenis Frekuensi Presentase (%)
Generik 160 55
Non Generik 131 45
Total 291 100

Tabel 6 Peresepan obat antihipertensi berdasarkan dosis obat


No Nama Obat Jumlah R/ Durasi Frekuensi
Pengobatan
(Hari)
1. Amlodipine 10mg 47 10 1×1
Amlodipine 10mg 11 20 1×1
Amlodipine 10mg 5 30 1×1
Amlodipine 10mg 70 2 15 1×1
Amlodipine 10mg 3 5 1×1
Amlodipine 10mg 1 14 1×1
Amlodipine 10mg 1 12 1×1
2. Amlodipine 5mg 21 10 1×1
Amlodipine 5mg 10 30 1×1
Amlodipine 5mg 2 60 1×1
Amlodipine 5mg 40 2 15 1×1
Amlodipine 5mg 2 20 1×1
Amlodipine 5mg 1 8 1×1
Amlodipine 5mg 1 15 1×2
Amlodipine 5mg 1 12 1×1
3. Bisoprolol 1,25mg 3 10 1×1
Bisoprolol 1,25mg 6 1 30 1×1
Bisoprolol 1,25mg 1 20 1×1
Bisoprolol 1,25mg 1 15 1×1
4. Bisoprolol 2,5mg 9 10 1×1
Bisoprolol 2,5mg 5 15 1×1
Bisoprolol 2,5mg 4 30 1×1
Bisoprolol 2,5mg 25 2 8 1×1
Bisoprolol 2,5mg 2 5 1×1
Bisoprolol 2,5mg 1 30 1×1/2
Bisoprolol 2,5mg 1 20 1×1/2
Bisoprolol 2,5mg 1 5 1×2
5. Bisoprolol 5mg 2 1 20 1×1
Bisoprolol 5mg 1 20 1×1/2
6. Furosemide 40mg 9 10 1×1
Furosemide 40mg 5 5 1×1
Furosemide 40mg 4 10 1×2
Furosemide 40mg 3 15 1×1
28
Furosemide 40mg 2 5 1×2
Furosemide 40mg 1 30 1×1
No Nama Obat Jumlah R/ Durasi Frekuensi
Pengobatan
(Hari)
Furosemide 40mg 1 14 1×1
Furosemide 40mg 1 7 1×1
Furosemide 40mg 1 7 1×2
Furosemide 40mg 1 4 1×1
7. Nifedipine 10mg 1 15 2×1/2
Nifedipine 10mg 1 10 1×1
Nifedipine 10mg 5 1 5 1×3
Nifedipine 10mg 1 5 1×3
Nifedipine 10mg 1 5 1×3
8. Nifedipine 16mg 2 1 7 1×2
Nifedipine 16mg 1 7 1×2
9. Nifedipine 30mg 2 1 30 1×1
Nifedipine 30mg 1 7 1×2
10. Lapiva 5/80 12 10 1×1
Lapiva 5/80 2 20 1×1
Lapiva 5/80 19 2 5 1×2
Lapiva 5/80 1 30 1×1
Lapiva 5/80 1 15 1×1
Lapiva 5/80 1 7 1×1
11. Candesartan 8mg 5 10 1×1
Candesartan 8mg 7 1 30 1×1
Candesartan 8mg 1 15 1×1
12. Candesartan 16 9 10 1×1
Candesartan 16 5 30 1×1
Candesartan 16 1 20 1×1
Candesartan 16 19 1 20 1×1/2
Candesartan 16 1 14 1×1
Candesartan 16 1 7 1×1
Candesartan 16 1 5 1×2
13. Captopril 5mg 1 1 5 1×2
14. Captopril 12,5mg 14 11 10 2×1/2
Captopril 12,5mg 2 10 1×1
Captopril 12,5mg 1 15 1×2
15. Captopril 25mg 4 1 30 1×2
Captopril 25mg 1 30 2×1/2
Captopril 25mg 1 20 2×1/2
Captopril 25mg 3 15 1×1
16. Spironolactone 25mg 2 30 1×1
Spironolactone 25mg 1 10 2×1/2
Spironolactone 25mg 10 1 10 1×1
Spironolactone 25mg 1 10 1×2
Spironolactone 25mg 1 7 1×1
Spironolactone 25mg 1 5 1×1
Spironolactone 25mg 1 8 2×1/2
No Nama Obat Jumlah R/ Durasi Frekuensi
Pengobatan
(Hari)
17. Hydrochlorotiazide25mg 2 10 1×1
Hydrochlorotiazide25mg 6 1 7 1×1
Hydrochlorotiazide25mg 1 5 1×1
Hydrochlorotiazide25mg 1 10 2×1/2
Hydrochlorotiazide25mg 1 5 2×1/2
18. Irbesartan 150mg 3 3 10 1×1
19. Valsartan 80mg 3 1 30 1×1
20. Valsartan 160mg 1 15 2×1/2
Valsartan 160mg 1 8 1×1
21. Coveram 10/10 2 2 30 1×1
22. Atenolol 1 1 12 2×1/2
23. Twynsta 40/5 1 1 30 1×1
Total 270

Tabel 7 Peresepan obat antihipertensi berdasarkan penggunaan obat


Penggunaan Nama Obat Jumlah Total %
Obat Resep
Tunggal Amlodipine 90 130 65
Nifedipine 9
Captopril 8
Bisoprolol 7
Candesartan 5
Irbesartan 3
Furosemide 2
Kombinasi Lapiva : 15 52 26
2 Obat Amlodipine
Valsartan
Candesartan + Amlodipine 9
Furosemide + Captopril 8
Candesartan + Bisoprolol 7
Amlodipine + Bisoprolol 3
Amlodipine + Furosemide 2
Amlodipine + Atenolol 1
Candesartan + Captopril 1
Coveram : 1
Amlodipine
Perindopril
Furosemide + Bisoprolol 1
Candesartan + Furosemide 1
Furosemide + Spironolactone 1
Bisoprolol + Valsartan 1
Bisoprolol + Hydrochlorotiazide 1
Kombinasi Furosemide + Spironolactone + 3 14 7
3 Obat Bisoprolol
Captopril + Hydrochlorotiazide + 3
Furosemide
Penggunaan Nama Obat Jumlah Total %
Obat Resep
Amlodipine + Valsartan + 2
Hydrochlorotiazide
Furosemide + Bisoprolol 2
+Candesartan
Amlodipine + Perindopril + 1
Bisoprolol
Furosemide + Spironolactone+ 1
Candesartan
Amlodipine + Valsartan + 1
Furosemide
Amlodipine + Valsartan + 1
Bisoprolol
Kombinasi Furosemide + Spironolactone + 2 4 2
4 obat Bisoprolol + Candesartan
Furosemide + Spironolactone + 2
Bisoprolol + Valsartan
Total 200 100

Tabel 8 Obat-obatan yang diberikan bersamaan dengan obat antihipertensi


No Nama Obat Jumlah Presentase (%)
1 Klopidogrel 24 8,7
2 Lonene 14 5,1
3 Alprazolam 14 5,1
4 Betahistine 13 4,7
5 Atorvastatin 12 4,3
6 Amoxicilin 11 4,0
7 Asam Asetilsalisilat 11 4,0
8 Brainact 10 3,6
9 Lansoprazole 10 3,6
10 Amoxicilin 11 4,0
11 Glimepiride 7 2,5
12 Rosuvastatin 6 2,2
13 Lanvy 6 2,2
14 Methylprednisolon 6 2,2
15 Metformin 6 2,2
16 Fundamin E 5 2,0
17 Nitrokaf Retard 5 2,0
18 Domperidone 4 1,4
19 Lorazepam 4 1,4
20 Vitamin Albumin 3 1,1
21 Simvastatin 3 1,1
22 Omeprazole 3 1,1
23 Azytromycin 3 1,1
24 Pantoprazole 3 1,1
25 Digoxin 3 1,1
26 Cedocard 3 1,1
No Nama Obat Jumlah Presentase (%)
27 Mecobalamin 3 1,1
28 Imunos 2 1,0
29 Ketosteril 2 1,0
30 DoloNeurobion 2 1,0
31 IbuProfen 2 1,0
32 Carbamazepin 2 1,0
33 Cetirizine 2 1,0
34 Paracetamol 2 1,0
35 Sulcrafate 2 1,0
36 ISDN 2 1,0
37 Tamsulosin 2 1,0
38 Simarc2 2 1,0
39 Gludepatic 2 1,0
40 Levofloxacin 2 1,0
41 Diaform XR 2 1,0
42 Levopar 2 1,0
43 Arkine 2 1,0
44 Norflam 1 0,3
45 Propylthiouracil 1 0,3
46 Codipront 1 0,3
47 Car Q 100 1 0,3
48 Alpentin 1 0,3
49 Prednisolon 1 0,3
50 Clobazam 1 0,3
51 Kalnex 1 0,3
52 Boraginol Supp 1 0,3
53 Neurodex 1 0,3
54 Ketokonazole 1 0,3
55 Vitamin B6 1 0,3
56 Profenid Supp 1 0,3
57 Arcoxia 1 0,3
58 Esomeprasol 1 0,3
59 Mediflex 1 0,3
60 Dapagliflozin 1 0,3
61 Rifampicin 1 0,3
62 Alupurinol 1 0,3
63 Vitamin B kompleks 1 0,3
64 Ramipril 1 0,3
65 Insulin Novorapid 1 0,3
66 Retaphyl Sr 1 0,3
67 Neurobion Forte 1 0,3
68 Dexametason 1 0,3
69 Cefixime 1 0,3
70 Ventoline Nebulizer 1 0,3
71 Celecoxib 1 0,3
No Nama Obat Jumlah Presentase (%)
72 Dutasterid 1 0,3
73 Laxadine 1 0,3
74 Vitamam 3 1 0,3
75 Siladexantitusive sirup 1 0,3
76 Fersifen plus 1 0,3
77 Sistenol 1 0,3
78 Phenytoin 1 0,3
79 Amoryl M2 1 0,3
79 Ksr 1 0,3
80 Monecto 1 0,3
81 TrizedinMr 1 0,3
82 Curcuma sirup 1 0,3
83 Fenofibrate 1 0,3
84 Neurobion 1 0,3
85 Revolan 1 0,3
86 Revolan 1 0,3
87 Celebrex 1 0,3
88 Neutrotam 1 0,3
89 As.Aspartat 1 0,3
90 Salbutamol 1 0,3
91 Recolfar 1 0,3
92 Sanadryl DMP 1 0,3
93 Tonicard 1 0,3
94 Tramadol 1 0,3
Total 276 100

Tabel 9 Potensi Interaksi Obat Antihipertensi


No Interaksi Obat Sifat Mekanisme Jumlah
. Kasus
1 Candesartan+Spironolactone Mayor Farmakokinetik 3
2 Valsartan+Spironolactone Mayor Farmakokinetik 2
3 Candesartan + Captopril Mayor Farmakodinamik 1
4 Furosemide+Captopril Moderate Farmakodinamik 11
5 Candesartan + Bisoprolol Moderate Farmakodinamik 11
6 Furosemide+Bisoprolol Moderate Farmakodinamik 10
7 Furosemide + Spironolactone Moderate Farmakodinamik 9
8 Bisoprolol+Spironolactone Moderate Farmakodinamik 7
9 Candesartan + Furosemide Moderate Farmakodinamik 6
10 Amlodipine + Bisoprolol Moderate Farmakodinamik 5
11 Bisoprolol+Valsartan Moderate Farmakodinamik 4
12 Captopril+Hydrochlorotiazide Moderate Farmakodinamik 3
13 Furosemide+Hydrochlorotiazide Moderate Farmakodinamik 3
14 Bisoprolol+Hydrochlorotiazide Moderate Farmakodinamik 1
15 Amlodipine+Atenolol Moderate Farmakodinamik 1
16 Amlodipine+Hydrochlorotiazide Minor Farmakokinetik 2
Total interaksi 79
B.
C. PEMBAHASAN
1. Usia
Berdasarkan hasil yang di dapat dari penelitian yang telah dilakukan dengan
pengambilan dokumen berupa resep sebanyak 200 lembar resep yang dilakukan
terhadap 60 apotek di kota Medan periode Juni-November 2021 yang
mengandung obat antihipertensi berdasarkan usia adalah pasien dengan usia 36
sampai 436 sampai 45 tahun sebanyak 89 (44,5%) pasien. Faktor usia sangat
berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya umur maka resiko
terkena hipertensi menjadi lebih besar. Insiden hipertensi makin meningkat
dengan meningkatnya usia. Ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah di
dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormone.
(Triyanto, 2014).
2. Jenis Kelamin
Hasil penelitian diperoleh penderita hipertensi di apotek-apotek kota
Medan menunjukkan pasien dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak
dibandingkan dengan pasien berjenis kelamin laki-laki, yaitu 58% perempuan
dan 42% laki-laki. Hasil penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian yaitu
penelitian yang dilakukan oleh syetia dkk yang menunjukkan hasil pasien
hipertensi pada perempuan lebih banyak dibandingkan dengan pasien laki-laki
sebesar 55,8% (syetia, frandinata, fatmawati,2018), penelitian yang dilakukan
oleh sayyidah dkk juga menunjukkan hal yang sama yaitu pasien hipertensi pada
perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki yaitu 55,1% (Sayyidah, Indiana,
Hasan, Ulumudin, 2018).
Berdasarkan data riset kesehatan dasar (2018), prevalensi hipertensi
masyarakat kabupaten/kota di provinsi Sumatera Utara pada perempuan yaitu
30,63%, dan pada laki-laki yaitu 27,20% (Kemenkes RI,2018). Secara fisiologis
perempuan terlindungi dari penyakit kardiovaskular sebelum menopause.
Perempuan yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen
yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL).
Kadar kolestrol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah
terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai
penjelasan adalnya imunitas perempuan pada usia premenopause. Pada
premenopause perempuan mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen
yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus
berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan
umur perempuan secara alami yang umumnya mulai terjadi pada perempuan
berumur 45-55 tahun (Damayanti,2021). Pada perempuan hipertensi dapat
disebabkan oleh perilaku tidak sehat seperti obesitas, kehamilan, usia, faktor
hormon dan masalah obat (Wenger dkk,2018).
3. Nama obat
Berdasarkan tabel diatas hasil nama obat menunjukkan bahwa obat
antihipertensi dari nama obat yang paling banyak diresepkan adalah amlodipin
yaitu 55,5%. Penggunaan amlodipine baik secara tunggal maupun kombinasi
banyak digunakan pada pasien dengan diagnosis hipertensi primer. Amlodipine
selain efektif untuk menurunkan tekanan darah, obat ini juga digunakan cukup
sekali sehari (Lisni dkk,2020). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh sayyidah dkk bahwa obat yang sering diresepkan adalah
amlodipin.Amlodipin merupakan salah satu obat antihipertensi (penurun tekanan
darah tinggi) yang tergolong dalam antagonis kalsium. Antagonis kalsium yang
dimaksudkan untuk menghambat masuknya ion Ca ke dalam sel ion Ca hrus
dihambat karena apabila kadar ion Ca dalam sel meningkat, dapat merangsang
kontraksi otot polos sehingga meningkatkan beban jantung (Zulfiah dan
Dayani,2019). Amlodipine merupakan golongan obat antihipertensi dengan
mekanisme kerja Calcium Channel Blocker (CCB) yaitu menghambat kanal
kalsium yang menyebabkan relaksasi otot polos dan otot jantung sehingga mampu
menurunkan tekanan darah. Amlodipin sendiri bersifat vaskuloselektif, memiliki
bioavailibilitas oral yang rendah, memiliki waktu paruh yang panjang, dan
absorbsi yang lambat sehingga mencegah tekanan darah turun secara mendadak.
Selain itu efek samping yang ditimbulkan juga tidak terlalu berpengaruh
dibandingkan penggunaan obat antihipertensi lain seperti captopril yang memiliki
efek samping batuk kering yang tidak disukai dan diminati oleh pasien (Wani dan
Lestari, 2021).
4. Golongan obat
Berdasarkan tabel diatas hasil menurut golongan obat antihipertensi yang
paling banyak diresepkan adalah golongan CCB yaitu 59,5%. Golongan Calcium
Channel Blocker menghambat proses berpindahnya kalsium menuju sel otot
jantung dan otot polos dinding pembuluh darah dan menurunkan resistensi perifer
serta menurunkan tekanan darah. Golongan obat ini sangat efektif menurunkan
tekanan darah, bekerja secara langsung pada pembuluh darah untuk menyebabkan
relaksasi, dan juga termasuk lini pertama pengobatan hipertensi (Lisni dkk,2020).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sayyidah dkk dan Lisni dkk menunjukkan
hasil yang sejalan yaitu golongan obat yang paling banyak diresepkan adalah
golongan CCB. Golongan obat calcium canal bloker (CCB) memiliki efek
vasodilatasi, memperlambat laju jantung dan menurunkan kontraktilitas miokard
sehingga menurunkan tekanan darah. Efek samping yang mungkin timbul adalah
pusing, bradikardi, flushing, sakit kepala, peningkatan SGOP dan SGPT, dan gatal
gatal juga pernah dilaporkan. Contoh golongan CCB adalah nifedipine,
amlodipine dan diltiazem (Yulanda dan Lisiswanti,2017).
5. Merek Obat
Berdasarkan jenis obat yang diresepkan oleh dokter yang diterima oleh
apotek-apotek di kota Medan menunjukkan bahwa peresepan menggunakan obat
generik atau nongenerik dengan jumlah 200 resep. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh syetia dkk menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh untuk jenius
obat yang paling banyak adalah non generik yaitu 57,6%. Menurut keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 189/MENKES/SK/III/2006
tentang kebijakan obat nasional sehubungan dengan tujuannya dalam
meningkatkan pemerataan dan keterjangkauan obat secra berkelanjutan, agar
tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, maka dilakukan
strategi, salah satunya adalah rasionalisasi harga obat Dan pemanfaatan obat
generik (Brina,2020).
6. Dosis obat
Peresepan obat antihipertensi berdasarkan dosis obat diperoleh hasil paling
banyak yaitu selama 10 hari (53%), diikuti oleh pemberian obat selama 30 hari
(14,1%) dan pengobatan yang paling sedikit yaitu 60 hari (0,7%). Frekuensi
pemberian obat paling banyak diresepkan adalah 1 kali sehari 1 tablet (setiap 24
jam).
7. Penggunaan obat
Peresepan obat antihipertensi berdasarkan pengobatan tunggal/ kombinasi
diperoleh hasil paling banyak yaitu jenis pengobatan tunggal sebesar 130 (70%).
Lebih dari dua pertiga pasien hipertensi tidak bisa dikontrol dengan satu obat dan
akan menerima dua atau lebih obat antihipertensi dari kelas obat yang berbeda
(Indriani,2019). Hasil dari tabel diatas berdasarkan peresepan obat anhipertensi
untuk tunggal adalah amlodipine, untuk kombinasi 2 obat yang paling banyak
adalah amlodipine + valsartan, untuk kombinasi 3 obat antihipertensi adalah
captopril+ Hydrochlorotiazide+ Furosemide, Furosemide + Spironolactone+
Bisoprolol, untuk kombinasi 4 obat yang paling banyak di resepkan adalah Obat
antihipertensi untuk kombinasi 4 obat yang paling banyak adalah Furosemide+
Spironolactone+ Bisoprolol + Candesartan dan Furosemide Spironolactone +
Bisoprolol + Valsartan. Terapi kombinasi obat digunakan jika pada pasien dengan
terapi tunggal tidak menunjukkan ketercapaian tekanan darah. Terapi kombinasi
pada pasien hipertensi yang mendapatkan pengobatan pertema juga dapat
mengakibatkan penurunan tekanan darah secara cepat dan kuat sehingga dapat
mengakibatkan penurunan tekanan darah yang tidak terkontrol (Sofyan,O.
ramadhani,T,2019).
8. Obat-obatan yang diberikan bersamaan dengan antihipertensi
Hasil pada tabel dibawah ini yang menunjukkan bahwa terdapat 94 jenis
obat lain yang digunakan bersamaan dengan obat antihipertensi. Obat lain yang
paling banyak digunakan bersamaan dengan obat antihipertensi adalah
klopidogrel sebanyak 24 (8,7%), lonene 14 (5,1%), alprazolam 14 (5,1%).
9. Potensi interaksi obat
Berdasarkan resep yang di dapat dari apotek-apotek di kota Medan,
15lembar resep yang mengandung antihipertensi yang memiliki kombinasi obat
dan diambil sebagai sampel untuk mengetahui adanya potensi terjadinya interaksi
obat antihipertensi dengan obat antihipertensi lainnya yang diresepkan secara
bersamaan. Resep yang mengandung 2 atau lebih jenis obat harus diperiksa
kemungkinan terjadinya interaksi obat yang tidak diinginkan. Pemantauan potensi
interaksi obat pada resep pasien hipertensi sangat penting untuk diidentifikasi
karena penggunaan obat hipertensi dilakukan dalam jangka panjang dan memiliki
pengaruh terhadap goal terapi dan efektifitas pengobatan. Resep kemudian
dikelompokkan berdasarkan tingkat/level keparahan terjadinya interaksi yaitu
major, moderate, minor dan unknown (Kusuma dkk, 2018). Berdasarkan sumber
Drug Interaction Checker dan Medscape hasil yang diperoleh bahwa dari 70 resep
terdapat 16 resep kombinasi obat yang terjadi interaksi obat dan sebanyak 31
resep kombinasi obat tidak terjadi interaksi obat. Dari 16 resep kombinasi
mengalami interaksi dan memiliki total interaksi sebanyak 79 interaksi.
Analisis berikut adalah presentase kejadian interaksi obat berdasarkan
tingkat keparahan terlihat bahwa dari kasus terdapat 6 kasus mayor, 71 kasus
moderate, dan 2 kasus minor. Sedangkan presentase kejadian interaksi obat
berdasarkan mekanismenya terlihat bahwa interaksi obat secara farmakodinamik
72 kasus, dan secara farmakokinetik 7 kasus. Interaksi obat berdasarkan
mekanisme farmakokinetik adalah interaksi yang terjadi apabila suatu obat
mengubah absobsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat lain. Interaksi
farmakodinamik terjadi ditingkat reseptor dan mengakibatkan perubahan efek
obat yang bersifat sinergis apabila efeknya menguatkan atau antagonis apabila
efeknya mengurangi (Kusuma dkk, 2018). Dengan mengetahui mekanisme
interaksi obat, farmasis dapat menentukan penatalaksaan interaksi obat seperti
sebelumnya jika kombinasi obat, pemantauan pasien atau meneruskan pengobatan
seperti sebelumnya jika kombinasi obat yang berinteraksi tersebut merupakan
pengobatan bermakna secara klinis (Indriani dan Oktaviani,2019).
Keparahan mayor dapat menimbulkan resiko yang berpotensi mengancam
jiwa pasien serta mengakibatkan kerusakan yang permanen. Sehingga kombinasi
kedua obat tersebut harus dihindari. Contoh kasusnya adalah candesartan dan
spironolactone, dimana menggunakan spironolactone bersamaan dengan valsartan
dapat meningkatkan kadar kalium dalam darah. Kadar kalium yang tinggi dapat
berkembang menjadi kondisi yang dikenal sebagai hiperkalemia, yang pada kasus
yang parah dapat menuyebabkan irama jantung tidak teratur dan henti jantung.
Keparahan moderate yang menimbulkan efek dapat mengakibatkan
terjadinya penurunan status klinik pasien sehingga dibutuhkan terapi tambahan
atau perawatan di rumah sakit. Contoh kasusnya adalah amlodipine dan
bisoprolol. Interaksi terjadi secara farmakodinamika dengan efek sinergis, dimana
bisoprolol bekerja dengan cara memblok reseptor beta adrenergic dengan efek
menurunkan curah jantung. Amlodipin bekerja dengan cara menduduki kanal
kalsium yang menyebabkan penurunan kontaktilitas miokardium, akibat
penggunaan kedua obat ini menyebabkan hipotensi dan bradikardi.
Keparahan minor yang dapat menimbulkan efek interaksi obat ringan dan
secara signifikan tidak dapat mempengaruhi status klinik pasien sehingga terapi
tambahan tidak diperlukan. Contoh kasusnya adalah amlodipine dan
hydrochlorotiazide. Efek antihipertensi dari amlodipin dan diuretik thiazide dapat
menjadi tambahan. Penatalaksanaan terdiri dari pemantauan tekanan darah selama
pemberian bersama, terutama selama 1 sampai 3 minggu pertama terapi.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian penggunaan obat antihipertensi di apotek-apotek
kota Medan didapatkan hasil sebagai berikut :
Obat antihipertensi yang paling banyak di resepkan di apotek-apotek
berdasarkan usia adalah range usia 45-55 tahun 110 (55%), jenis kelamin adalah
perempuan sebesar 112 (56%), obat antihipertensi yang paling banyak diresepkan
di apotek-apotek kota Medan adalah amlodipine sebanyak 130 (44,7%), golongan
obat yang paling banyak di resepkan adalah golongan Calcium Channel Blocker
(CCB) sebanyak 139 (54,5%). Peresepan obat antihipertensi berdasarkan merek
obat yang paling banyak adalah generik sebanyak 119 (55,5%), peresepan obat
antihipertensi paling banyak di resepkan yaitu jenis pengobatan tunggal sebesar
130 (65%). Potensi interaksi obat yang terjadi adalah sebanyak 16 resep dan
potensi tidak terjadinya interaksi obat sebanyak 31 resep dan total interaksi yang
terjadi ada 79 interaksi obat. Peresepan obat antihipertensi dengan potensi
interaksi obat dengan tingkat keparahan paling banyak adalah moderate sebesar
71, major sebesar 6, dan minor sebesar 2 dengan mekanisme yang paling banyak
diperoleh adalah mekanisme farmakodinamik sebesar 72, diikuti oleh
farmakokinetik sebesar 7.
DAFTAR PUSTAKA
Aksnes, A.J. 2012.Treatmentofhypertension in diabetes :what is the best
therapeutic option?. Expert Review, 10 (6), 727– 734.
Anief, M. 2006. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta.Gadjah Mada UniversityPress.
Halaman 10-11
Erlina. 2011. Metodologi Penelitian. Medan: USU Press. Halaman 55-57.
Damayanti,M. 2021. Profil dan Rasionalitas Penggunaan Antihipertensi Pada
Pasien Hipertensi Rawat Jalan di RSUD dr.Pringadi Kota Medan Periode
Januari-Desember 2020. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
DiPiro, J.T., Wells, B.G., Schwinghammer, T.L. andDiPiro C. V. 2015.
Pharmacotherapy Handbook. Ninth Edition. McGraw-Hill Education
Companies, Inggris.
Drug Interaction Checker. 2019. Drug Interaction Checker. [online]
http://www.drug_interactions.html. [diakses: 21 Februari 2022].
Goodfriend,T.L. 1983. Hypertension Essentials. New York: Gruneand
StrattonInc.
Gunawan, S.G., Setiabudy, R., Nafrialdi., Instiaty. 2006. Farmakologi dan Terapi
edisi 6. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. Halaman 348-363.
Hasdianah., Suprapto,S.I. 2017. Patologi dan Patofisiologi Penyakit. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Indriani,L.,Oktaviani,E. 2019. Kajian Interaksi Obat Antihipertensi Pada Pasien
Rawat Inap di Salah Satu Rumah Sakit di Bogor,Indonesia. Majalah
Farmasetika.Univeersitas Pakuan Bogor.
Kaplan,N.M. 2001. Treatment of Hypertension in General Practice. London:
Martin Dunitz Press. Halaman 29
Lisni, I., Octavia, Y.N., Iskandar, D. 2020. Kajian Kerasionalan Peresepan Obat
Antihipertensi Di Salah Satu Puskesmas Kota Bandung. Jurnal Ilmiah
Farmako Bahari. Volume 11(01). Halaman 6.
Katzung, B.G., Masters, S.B., Trevor, A.J. 2014. Farmakologi Dasar dan Klinik.
Vol 1 Edisi 12. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kusuma, I.Y., Megasari, P.O.D., Sukiatno, L. 2018. Identifikasi Potensi Interaksi
Obat Pada Pasien Hipertensi: Studi Retrospektif Resep Polifarmasi Di
Apotek Karya Sehat Purwokerto. Viva Medika. Volume 11(01). Halaman
76-77.
Medscape. 2015. Medscape Drug Interaction Checkers. [Online].
https://www.medscape.com. [Diakses 21 Februari 2022].
Meyer, P. 1980. Hypertension. New York: Oxford University Press. Halaman 46-
48.
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka
Cipta. Halaman 146.
Novia,B. 2020. Evaluasi penggunaan Obat Antihipertensi Di Apotek Kimia Farma
27 Medan. Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Nurmalita, V., Annisa,E., Pramono, D., Sunarsih, E.R. 2019. Hubungan
kepatuhan minum obat antihipertensi terhadap kualitas hidup pada pasien
hipertensi. Jurnal Kedokteran Diponegoro. 8(4): 1367
Padmawinata, K. (Penyadur). 2001. Pengendalian Hipertensi. Bandung: Penerbit
ITB.
Putri, L.S., Satriyasa, B.K., Jawi, I.M. 2019. Gambaran Pola Penggunaan Obat
Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi Di Instalasi Rawat Inap RSUP
Sanglah Denpasar Tahun 2016. Jurnal Medika Udayana. 8(6).
Sayyidah., Indiana., Hasan, H.M., Ulumudin, A.I. 2020. Pola peresepan obat
antihipertensi pada pasien rawat inap di rumah sakit x periode januari -
maret 2020. Prosiding Senantias 2020. 1(1): 626.
Schlittler,E. 1967. Antihypertensive Agents. New York : Academic Press Inc.
Stockley, I.H. 2008. Stockley’s Drug Interaction. Eighth Edition. London:
Pharmaceutical Press.
Syamsuni, H.A. 2012. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Halaman 18, 21, 23
Triyanto, E. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara
Terpadu. Yogyakarta: Geraha Ilmu.
Tuloli, T.S., Rasdianah, N., Tahala, F. 2021. Pla Penggunaan Obat Antihipertensi
Pada Pasien Hipertensi. Indonesia Journal of Pharmaceutical Education.
1(3).
Wani, E., Lestari, C.T. 2021. Gambaran Penggunaan Obat Antihipertensi Pada
Pasien Hipertensi Lanjut Usia 60-70 Tahun di UPTD. Puskesmas Lamasi
Timur. Indonesian Journal of Biomedical Science and Health. 1(1).
Weber, M.A, dkk. 2014. Clinical Practice Guidlines For The Management Of
Hypertension In The Community. The Journal of Clinical
Hypertension,16(1):14-26.
Yulanda, G., Rika,L. 2017. Penatalaksanaan Hipertensi Primer. 6(1) .Halaman
26.

Anda mungkin juga menyukai