TESIS
OLEH :
ALIM SAHID
Penelitianinidisetujuiolehtim5
Pembimbing :
Dr.IchwanulAdenin,SpOG(K) ..
PembimbingI Tanggal
Dr.MohdRhizaZ.Tala,SpOG(K) ..
PembimbingII Tanggal
PENYANGGAH:
Dr.HerbertSihite,SpOG
DivisiFetoMaternal Tanggal
Dr.AswarAboet,SpOG ...
DivisiFertilitas,Endokrinologi Tanggal
Reproduksi
Dr.DeriEdianto,SpOG(K) .
DivisiOnkologiGinekologi Tanggal
PENELITIAN INI DIBAWAH BIMBINGAN TIM 5
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wataala, Tuhan Yang Maha
Kuasa, berkat Rahmat dan Karunia-Nya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu syarat
memperoleh keahlian dalam bidang Obsteri dan Ginekologi. Sebagai manusia biasa saya
menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan saya
kiranya tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dalam menambah perbendaharaan bacaan
khususnya tentang:
Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankan saya menyampaikan rasa terima
1. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program
2. Prof. Dr. Delfi Lutan, SpOG(K), Kepala Bagian Obstetri dan Ginekologi FK-USU; Dr.
Muhammad Rusda, SpOG, Sekretaris Bagian Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan;
Prof. Dr. M. Fauzie Sahil, SpOG(K), Ketua Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan
Ginekologi FK-USU Medan; Dr. Deri Edianto, SpOG(K), Sekretaris Program Studi
Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; Prof. Dr. M. Jusuf Hanafiah,
SpOG(K), Dr. Erjan Albar,SpOG(K) ( Alm) ; Prof. Dr. Herbert Hutabarat, SpOG(K);
Prof. Dr. Pandapotan Simanjuntak, SpOG(K) (Alm); Prof. Dr. Djaffar Siddik, SpOG(K);
Prof. Dr. Hamonangan Hutapea, SpOG(K); Prof. DR. Dr. M. Thamrin Tanjung,
SpOG(K); Prof. Dr. R. Haryono Roeshadi, SpOG(K); Prof. Dr. T.M. Hanafiah,
SpOG(K); Prof. Dr. Daulat H. Sibuea, SpOG(K); Prof. Dr. Budi Hadibroto, SpOG(K);
yang secara bersama-sama telah menerima saya untuk mengikuti pendidikan spesialis di
3. Dr. Ichwanul Adenin, SpOG(K) yang telah memberikan ide dan arahan kepada saya
untuk melakukan penelitian ini sekaligus sebagai pembimbing utama bersama dengan Dr.
Mohd Rhiza Z. Tala, SpOG(K) yang telah meluangkan waktu yang sangat berharga
untuk membimbing, memeriksa dan melengkapi penulisan tesis ini hingga selesai. Dr.
Herbert Sihite, SpOG, Dr. Aswar Aboet, SpOG dan Dr. Deri Edianto, SpOG(K) selaku
tim penyanggah dan narasumber dalam penulisan tesis ini, yang telah memberikan
4. Prof. Dr. R. Haryono Roeshadi, SpOG(K) selaku bapak angkat saya selama menjalani
5. Dr.A.Jalil Amri Arma, M.Kes, yang telah meluangkan waktu untuk membimbing saya
6. Seluruh staf pengajar di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK USU Medan, yang
secara langsung telah banyak membimbing dan mendidik saya sejak awal hingga akhir
pendidikan. Semoga Yang Maha pengasih membalas budi baik guru guru saya.
Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, atas izin yang diberikan kepada saya untuk
9. Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan dan Kepala SMF Kebidanan dan Penyakit
Kandungan RSUD Dr. Pirngadi Medan, yang telah memberikan kesempatan dan sarana
10. Direktur RS PTPN II Tembakau Deli Medan, Dr. Sofian Abdul Ilah, SpOG dan Dr.
Nazaruddin Jafar, SpOG(K) beserta staf yang telah memberi kesempatan dan bimbingan
11.Direktur RSUD Penyabungan beserta Staf atas kesempatan kerja dan bantuan moril
12.Kepala Departemen Patologi Anatomi FK USU Medan beserta Staf, atas kesempatan dan
13.Kepada senior-senior saya, Dr. Harry Simanjuntak, SpOG, Dr. Riza Rivani, SpOG, Dr.
Cut Adeya Adella, SpOG, Dr. Johny Marpaung, SpOG, Dr. Melvin P. Barus, SpOG, Dr.
M. Oky Prabudi, SpOG, Dr. Dudy Aldiansyah, SpOG, Dr. Hayu Lestari Haryono, SpOG,
Dr. A. Hadi, SpOG, Dr. Juni Hardi Tarigan, SpOG, terima kasih atas segala bimbingan,
14.Kepada Sejawat terutama Dr. Dwi Faradina, SpOG, Dr. Sim Romi, SpOG, Dr. Dessy S.
Hasibuan, SpOG, Dr. Ferry Simatupang, SpOG, Dr. Rony P. Bangun, Dr. Yusmardi, Dr.
Nur Aflah, Dr. Silvia, Dr. David L. Lubis, Dr. Gorga Udjung, Dr. M. Ikhwan, Dr.
Edward, Dr. Yasnil, Dr. Jefri, Dr. Made, Dr. Elvira, Dr. Haika, Dr. Pantas, Dr. Liza, Dr.
Ferdyansyah, Dr. Yuda, Dr. Hendry. Terima kasih atas bantuan dan dukungannya selama
ini serta kebersamaan kita selama menjalani program pendidikan spesialis di bagian
sampaikan terima kasih atas dukungan dan bantuan yang diberikan selama ini serta
kebersamaan kita selama pendidikan dan kenangan indah selama kita jaga bersama.
16.Seluruh teman sejawat PPDS yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih
atas kebersamaan, dorongan semangat dan doa yang telah diberikan selama ini.
17.Dokter muda, bidan dan paramedis yang telah ikut membantu dan bekerja sama dalam
Adam Malik RSUD Dr. Pirngadi Medan. Terima kasih atas dorongan dan semangat
H. Moch Abubakar dan Ibunda Hj. Masrukhah yang telah membesarkan, mendidik, dan
membimbing saya dengan penuh cinta dan kasih sayang dari masa kanak-kanak hingga kini.
Yang terhormat, Almarhum Abak Mertua, H. Basril Jamaan dan Ibu Mertua Hj. Jusmiati
yang telah banyak membantu, memberikan dorongan, nasehat dan perhatian kepada saya
Tiada kata yang dapat kuucapkan selain rasa syukur kepada Allah SWT untuk
mengungkapkan rasa cinta, kekaguman dan terima kasih kepada isteriku tercinta Dr. Devi
Julianti dan anak-anakku tersayang Aisha Aulia, Muhammad Fathan Arsyah dan
pengorbanan dan doa yang diberikan sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan.
Kepada seluruh keluarga dan handai taulan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang
secara langsung maupun tidak langsung telah banyak memberikan bantuan, dukungan dan
Amin Ya RabbalAlamin.
ALIM SAHID
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK........................................................................................................................xii
UMUR...............................................................................................28
PARITAS..........................................................................................28
TINGKAT PENDIDIKAN..............................................................29
TUBEKTOMI ...........................................................................................30
4.3. HASIL DARI KUESIONER KONSELING PRA TUBEKTOMI
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
NDIDIKAN ............................................................................................... 29
PENDIDIKAN ...........................................................................................30
SEKSUAL....................................................................................................33
SEKSUAL....................................................................................................34
SEKSUAL....................................................................................................35
DAFTAR SINGKATAN
KB : Keluarga Berencana
LH : Lutein Hormon
PT : Perguruan Tinggi
ABSTRAK
Tujuan : Untuk mengetahui bagaimana peranan konseling terhadap pasien pra tubektomi
terhadap fungsi seksual pasca tubektomi di RSUP. H. Adam Malik Medan dan RSUD. Dr.
penelitian ini diambil dari data data pasien untuk kasus tubektomi pomeroy yang
dilakukan di RSUP H. Adam Malik dan RSUD Dr. Pirngadi Medan mulai Januari 2004 s/d
Desember 2008. Responden yang memenuhi kriteria inklusi diberikan instrumen penyaring
Skala-L MMPI sampai terpenuhi jumlah sampel 43 orang, dan dilanjutkan dengan pengisian
kuesioner tentang konseling dan kuesioner Indeks Fungsi Seksual Wanita yang telah diuji
Hasil Penelitian : Populasi pada penelitian ini adalah pasien-pasien yang telah dilakukan
tubektomi pomeroy baik secara laparatomi maupun mini laparatomi di RSUP H. Adam
Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi Medan sejak Januari 2004 s/d Desember 2008.
Dengan jumlah sampel 43 orang, diperoleh dari rumus besar sampel Simple Random
Sampling. Dari karakteristik umur responden penelitian, didapati seluruh responden berusia
> 26 tahun sebanyak 43 orang (100 %), dari karakteristik paritas responden didapati paritas
yang paling tinggi adalah 3-4 sebanyak 31 responden (72,09%), dari karakteristik tingkat
pendidikan responden didapati responden dengan tingkat pendidikan SMA adalah yang
paling banyak yaitu 21 orang (48%). Dari seluruh responden, didapatkan responden yang
mendapat konseling pra tubektomi dengan baik menempati urutan terbanyak yaitu sebanyak
31 orang (72,09%), responden yang mendapat konseling pra tubektomi dengan baik
memiliki indeks fungsi seksual wanita kategori sedang yang paling banyak yaitu 21 orang
(67,74 %), responden yang kurang mendapat konseling pra tubektomi seluruhnya memiliki
indeks fungsi seksual kategori buruk sebanyak 1 orang (100%), responden yang tidak
mendapat konseling pra tubektomi memiliki indeks fungsi seksual kategori sedang yang
Kesimpulan : Responden yang mendapat konseling pra tubektomi dengan baik sebanyak 31
orang (72,09%), responden yang mendapat konseling pra tubektomi dengan baik memiliki
indeks fungsi seksual wanita kategori sedang yang paling banyak yaitu 21 orang (67,74 %),
responden yang kurang mendapat konseling pra tubektomi seluruhnya memiliki indeks
fungsi seksual kategori buruk sebanyak 1 orang (100%), responden yang tidak mendapat
konseling pra tubektomi memiliki indeks fungsi seksual kategori sedang yang paling banyak
PENDAHULUAN
Konseling yang dilakukan kepada pasangan pra tubektomi memegang peranan penting
suatu metode kontrasepsi yang permanen. Konseling yang cermat akan mengurangi
penyesalan pasca operasi dan kedukaan karena kehilangan kesuburan yang dialami
beberapa wanita.1
Selama konseling dengan suatu pasangan, harus membahas apa yang mereka rasakan bila
terjadi sesuatu pada anak mereka, apa yang akan mereka rasakan bila terjadi sesuatu dengan
pasangan mereka saat ini, apakah mereka menginginkan anak dengan pasangan yang baru,
apakah mereka berdua yakin tidak ingin punya anak lagi. Tidak ada jawaban yang dapat
diprediksi untuk pertanyaan-pertanyaan ini. Tetapi hal ini perlu dipertimbangkan dengan
baik.1
Penting untuk tidak memberikan pandangan yang menimbulkan bias saat membahas
tubektomi. Konselor harus dapat menyimpan pandangan pribadinya mengenai metode ini,
dan sebaiknya hal ini tidak mempengaruhi pasangan tersebut dalam mengambil keputusan.
Konseling lebih bermanfaat jika dilakukan kepada pasangan secara bersamaan, daripada
hanya kepada wanita sendiri, karena keputusan tubektomi mempengaruhi kedua belah
pihak. Selain itu, perlu dijelaskan saat konseling tentang efektifitas dan efek samping dari
tubektomi. Tubektomi adalah bentuk kontrasepsi yang sangat efektif, tetapi jika gagal ada
peningkatan risiko kehamilan ektopik. Dan pengembalian prosedur ini sangat sulit sehingga
Keadaan pasca tubektomi pada wanita juga harus dijelaskan saat konseling, karena dapat
menimbulkan rasa penyesalan terhadap keputusan mereka, namun ada kalanya beberapa
wanita yang dilakukan tubektomi, dapat merasa dibebaskan dari rasa cemas akan kehamilan.
Kebebasan dari rasa cemas tersebut memungkinkan mereka menikmati hubungan seksual
Beberapa wanita yang telah dilakukan tubektomi dapat mengalami gangguan cemas, depresi
ataupun gejala neurotik sindrom lainnya. Dimana, cemas maupun depresi merupakan gejala
psikologis yang dapat menjadi salah satu penyebab perubahan fungsi seksual. Fungsi
seksual tersebut meliputi hasrat, rangsangan, lubrikasi, orgasme, kepuasan, dan rasa nyeri.2
Kehilangan fungsi seksual (loss of sexual function) adalah gejala umum pada depresi.
Tubektomi wanita adalah satu-satunya metode kontrasepsi wanita yang permanen. Metode
ini pertama kali dilontarkan oleh Hipokrates, tetapi metode ini tidak digambarkan dengan
sempurna sampai pada tahun 1834 oleh Von Blundell. Tahun 1896 pertama dilaporkan
tubektomi tuba pada waktu itu dilaksanakan bersamaan dengan Seksio Sesaria oleh Samuel
melalui proses perdebatan dimana wanita mempuyai hak untuk dilakukan atau tidak
dilakukan tubektomi. Dahulu tubektomi dilakukan atas indikasi medis, seperti kelainan
jiwa, kemungkinan kehamilan yang dapat membahayakan nyawa ibu atau penyakit
RSUP. H. Adam Malik dan RSUD Dr. Pirngadi Medan, tindakan tubektomi yang lazim
Tubektomi merupakan metode kontrasepsi yang efektif dan semakin populer untuk
mengontrol kelahiran sejak 40 tahun belakangan. Namun, beberapa wanita yang memilih
tubektomi kadang menderita Neurotik sindrom, dimana manifestasinya dapat berupa depresi
dan penurunan hasrat seksual yang berpengaruh pada fungsi seksual seorang wanita.3
Seksualitas merupakan bagian penting dalam kehidupan setiap wanita. Beberapa literatur
dialami sepanjang umur seorang wanita, mulai dari pertanyaan tentang pubertas hingga
Banyak wanita yang kehilangan ingatan, gelisah, letargi dan kehilangan hasrat setelah
dilakukan tubektomi, hal ini seakan mengindikasikan menopause spontan yang iatrogenik.
Para dokter sering menghubungkan gejala-gejala ini sebagai masalah psikologis, sehingga
tubektomi tidak hanya terbatas pada profesi medis saja, namun harus serius memberikan
informasi tentang tubektomi dengan lengkap kepada para wanita maupun pasangan yang
Bagaimana peranan konseling terhadap pasien pra tubektomi terhadap fungsi seksual pasca
tubektomi?
Tujuan Umum
- Untuk mengetahui peranan konseling terhadap pasien pra tubektomi terhadap fungsi
Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui apakah pasien yang mendapat konseling dengan baik pra
- Untuk mengetahui apakah pasien yang kurang mendapat konseling pra tubektomi
- Untuk mengetahui apakah pasien yang tidak mendapat konseling pra tubektomi
2. Hasil penelitian ini dapat merupakan data dasar untuk penelitian selanjutnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. KONSELING
Menurut Burks dan Stefflre, Konseling merupakan suatu hubungan professional antara
konselor terlatih dengan seorang pasien. Hubungan dirancang untuk membantu klien
memahami dan memperjelas pandangan hidupnya, dan belajar mencapai tujuan yang
Konseling merupakan tindak lanjut dari KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi), yang
seseorang telah termotivasi melalui KIE, ia perlu diberikan konseling. Jenis dan bobot
konseling yang diberikan tergantung pada tingkatan KIE yang telah diterimanya. Konseling
dibutuhkan agar seseorang yang menghadapi suatu masalah dapat menemukan cara
3. Lebih realistis dalam melihat diri dan masalah yang dihadapi, sehingga :
ditinjau dari segi medis, teknis, maupun non-medis agar tidak menyesal di kemudian
hari
mengalami permasalahan.
Informasi yang diberikan dalam konseling untuk pemilihan kontrasepsi mantap wanita
meliputi :7
2. keluarga berencana
3. Cara ber-KB atau metode kontrasepsi, dalam hal ini metode tubektomi
Hal-hal yang perlu diperhatikan supaya konseling berhasil dengan baik adalah bahwa
melakukan serangkaian tindakan yang akhirnya akan membantu pasien dalam memecahkan
yang paling cocok dengan keadaan dan kebutuhan yang dirasakannya. Bila setiap pasien
sebelum memutuskan pilihan kontrasepsinya melalui proses konseling yang baik, maka
Menurut WHO Family Planning Cornerstones (Johns Hopkins Bloomberg School of Public
Health) 2009, Dalam melakukan konseling pra tubektomi harus dijelaskan bahwa
tubektomi.23
Bersifat permanen.
Sangat efektif
Sangat aman
Hamil
Sakit berat
Sebelum dilakukan tubektomi, perlu dilakukan diskusi tentang :
seperti :
2. Akan dibuat sayatan kecil, namun tidak terasa sakit oleh karena pembiusan
Selanjutnya :
Demam tinggi
Terasa nyeri, panas, bengkak, atau kemerahan pada luka bekas operasi
Nyeri yang menetap atau makin hebat, kram atau tegang pada perut
Kapan saja:
2.2. TUBEKTOMI
DEFINISI
Tubektomi merupakan tindakan medis berupa penutupan tuba fallopi dengan maksud
tertentu untuk tidak mendapatkan keturunan dalam jangka panjang sampai seumur hidup.
A. Laparotomi
Tindakan ini paling banyak dilakukan pada tubektomi di Indonesia sebelum tahun 70-an.
Tubektomi dengan tindakan laparotomi biasa dilakukan terutama pasca persalinan. Selain
B. Laparotomi Mini
Tindakan ini paling mudah dilakukan 1-2 hari pasca persalinan. Saat itu, uterus masih besar,
tuba fallopi masih panjang dan dinding perut masih longgar sehingga mudah dalam
Adalah suatu cara operasi mencapai tuba melalui insisi pada forniks posterior atau pungsi
pada Cul de Sac dengan visualisasi alat kuldoskop. Bila dibandingkan dengan laparoskop,
namun dapat memvisualisasi saluran telur dan uterus. Cahaya optik dimasukkan melalui
kawat yang lemas kebagian ujung dari kuldoskop yang berasal dari sumber cahaya luar.
D. Laparoskopi
Laparoskopi adalah cara visualisasi rongga perut dan panggul melalui insisi kecil pada
dinding perut setelah pneumoperitoneum, dan memasukkan teropong dan alat-alat lain yang
A.Pomeroy
Cara yang favorit dilakukan dokter di Indonesia adalah dengan tehnik Pomeroy yang
pertama kali dikembangkan oleh dr.Ralph Pomeroy. Tindakan seterilisasi ini dapat
dilakukan saat tindakan Sectio Caesarea pada ibu yang ingin langsung ditubektomi.
Sedangkan jika persalinan berlangsung normal maka tindakan dapat dilakukan 1 atau 2 hari
setelah melahirkan. Karena pada saat tersebut rahim masih besar sehingga tidak sulit untuk
mencari saluran tuba. Konsep dasar tehnik tubektomi Pomeroy membuat ikatan pada tuba
yang tidak terdapat pembuluh darah, meminimalisasi rusaknya jaringan, memotong sebagian
tuba, dan menggunakan benang yang dapat diserap (Chromic atau plain catgut).
B. Kroener
Fimbria dijepit dengan sebuah klem. Bagian tuba proksimal dari jepitan diikat dengan
sehelai benang sutera, atau dengan cat gut yang tidak mudah direabsorbsi. Bagian tuba distal
C. Irving
Tuba dipotong pada pertengahan panjangnya setelah kedua ujung potongan diikat dengan
catgut kromik no. 0. Ujung potongan proksimal ditanamkan di dalam miometrium dinding
Dengan aplikator, bagian isthmus tuba ditarik dan cincin/klip dipasang pada bagian tuba
tersebut. Sesudah terpasang lipatan tuba tampak keputih-putihan oleh karena tidak mendapat
E. Prosedur Uchida
Serosa dibebaskan dari tuba sepanjang 4-5 cm, tuba dijepit, diikat, lalu digunting. Ujung
tuba proksimal akan tertanam di bawah serosa, ujung distal dibiarkan berada di luar serosa.
F. Prosedur Medlener
Dinding tuba dirusak dengan klem dan diikat dengan jahitan yang tidak bisa diserap tetapi
tidak dipotong.
G. Prosedur Aldridge
Buat insisi kecil pada peritoneum ligamentum latum, buka sedikit dengan klem, fimbriae
ditangkap lalu ditanam kedalam atau bawah ligamentum. Luka kemudian dijahit.
Cara ini dipakai pada tubektomi laparoskopik dengan memasukkan Gasping Forceps yang
I. Prosedur Parkland
Dirancang untuk menghindari pendekatan ujun-ujung tuba falllopi yang sering terjadi pada
prosedur Pomeroy
Indikasi Tubektomi: 12
Paritas > 2
Pasca persalinan
Pasca keguguran
Kontraindikasi tubektomi 12
Hamil
Setiap waktu selama siklus mens apabila diyakini secara rasional pasien tersebut tidak
hamil
Pasca persalinan
Komplikasi 8,12,13
Komplikasi estetika
Anestesi
2.3. FUNGSI SEKSUAL
Fungsi seksual berhubungan dengan fase tertentu dari siklus respon seksual. Fase seksual
meliputi fase inisiasi, arousal, orgasme dan resolusi. Fungsi seksual adalah berupa gejala
(psikogenik) atau kombinasi dari kedua faktor tersebut. Fungsi seksual dapat terganggu oleh
stres dalam tiap bentuknya, gangguan emosional dan ketidaktahuan akan fungsi dan fisiologi
seksual.3
Setelah tubektomi sebagian wanita merasa kehilangan citra dirinya sebagai seorang wanita
Hal ini terjadi oleh karena wanita tersebut merasa kehilangan fungsi salah satu organ genital
sehingga menyebabkan hilangnya rasa percaya diri dan pada akhirnya menyebabkan
Penelitian dari Purba J, 1993 didapatkan bahwa pasca kontap laparoskopi dengan
kehidupan seksual ke arah yang lebih baik dan usia tidak mempunyai hubungan yang
Beberapa literatur menerangkan bahwa kortisol dan glukokortikoid disekresi atas respon
dari stimulator tunggal yaitu ACTH dari hipofisis anterior. ACTH (Adrenocorticotropic
hipothalamus. Sistem saraf pusat yang memegang kendali respon glukokortikoid, hal ini
merupakan contoh keterlibatan yang erat antara kegelisahan dengan sistem endokrin.
Testosteron yang tinggi akan menempati reseptor estradiol, FSH dan LH di folikel ovarium
sehingga folikel tersebut mengalami atresia. Temuan kadar estradiol yang lebih rendah pada
penderita depresi mempunyai implikasi terhadap pemahaman kita tentang gangguan mood
pada wanita.10,11,12
keputusan mereka
sebelumnya
Fungsi Seksual
Untuk itu suatu kuesioner harus dilakukan uji coba (trial) di lapangan. Syarat mutlak agar
diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati normal, jumlah responden yang diuji
Validitas adalah menunjukkan bahwa suatu alat ukur benar-benar mengukur apa yang
diukur. Untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita susun tersebut mampu mengukur apa
yang hendak kita ukur, maka perlu diuji dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item
(pertanyaan) dengan skor total kuesioner tersebut. Apabila semua pertanyaan itu mempunyai
korelasi yang bermakna (construct validity). diharapkan nilai korelasi tiap-tiap pertanyaan
itu significant dan sesuai dengan tabel nilai product moment pada statistik. Sehingga semua
item (pertanyaan) yang ada di dalam kuesioner itu mengukur konsep yang akan kita ukur
(valid).
Reliabilitas adalah sejauh mana suatu alat pengukur itu dapat dipercaya atau dapat
diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten
bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan
mempergunakan alat ukur yang sama. Untuk itu sebelum digunakan untuk penelitian harus
dites (diuji coba). Uji coba tersebut kemudian diuji dengan tes menggunakan rumus korelasi
R = N ( X Y) (X . Y)
Dimana nilai korelasi ini significant untuk tiap-tiap pertanyaan apabila sesuai dengan nilai
Indeks Fungsi Seksual Wanita adalah suatu instrumen multidimensi berupa kuesioner yang
bersifat self-report yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya untuk mengukur fungsi
seksual wanita. Kuesioner Indeks Fungsi Seksual Wanita telah digunakan sejak tahun 1982
internasional. Berdasarkan interpretasi klinik dari Female Sexual Function Index (FSFI ),
Index fungsi seksual wanita terdiri dari 6 (enam) struktur yang dapat diukur : 16
1. Hasrat
Hasrat atau nafsu merupakan cerminan dasar psikologis tentang motivasi dan dorongan
yang ditandai oleh khayalan seksual dan keinginan untuk melakukan aktivitas seksual.3
2. Rangsangan
Perangsangan adalah suatu keadaan yang merupakan hasil respon sensoris terhadap
3. Lubrikasi
Dalam hal ini lubrikasi yang terjadi adalah lubrikasi pada vagina, dimana lubrikasi ini
merupakan proses sekresi mukus pada vagina yang dihasilkan oleh beberapa kelenjar
vestibular diantaranya Kelenjar Bartholin yang terdapat diantara hymen dan labia minora.
Lubrikasi terjadi saat wanita terstimulasi seksual baik stimulasi yang dilakukan secara fisik
4. Orgasme
Orgasme adalah puncak kenikmatan seksual ditandai dengan pelepasan ketegangan seksual
dan kontraksi ritmik pada otot-otot perineal dan organ reproduktif pelvis. Pada wanita,
orgasme ditandai oleh 3 sampai 15 kali kontraksi involunter pada sepertiga bagian bawah
dan oleh kontraksi uterus yang kuat dan lama, berjalan dari fundus turun ke serviks. Baik
wanita dan laki-laki mengalami kontraksi involunter pada sfingter internal dan eksternal.
Kontraksi tersebut selama orgasme terjadi dengan interval 0,8 detik. Manifestasi lain adalah
gerakan volunter dan involunter pada kelompok otot-otot besar, termasuk otot wajah.3
5. Kepuasan Seksual
melakukan hubungan seksual. Hal ini tercapai saat keadaan perangsangan maksimal (a state
of maximal arousal). Kepuasan seksual dapat mengurangi stress dan dapat meningkatkan
Nyeri saat berhubungan seksual (dyspareunia) adalah nyeri saat melakukan hubungan
seksual, baik disebabkan kelainan fisik maupun psikologis. Dyspareunia dapat digolongkan
menjadi 2 tipe nyeri : 1. Superficial Dyspareunia adalah nyeri yang berasal dari bagian luar
dan dalam vaginas, sering berhubungan dengan trauma psikologis. 2. Deep Dyspareunia
adalah nyeri yang berasal saat penetrasi dari penis dan tempatnya spesifik. Nyeri ini dapat
Skala L-MMPI adalah bagian dari skala validitas MMPI (Minnesota Multiphasic Personality
pemeriksaan yang dipergunakan dalam penelitian ini bersifat self rating sehingga
validitas penelitian ini sangat dipengaruhi kejujuran responden dalam mengisi instrumen-
Skala L-MMPI ini sudah dipergunakan sejak tahun 1949 dibidang pendidikan dan kesehatan
METODOLOGI PENELITIAN
penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau
deskripsi mengenai fenomena yang ditemukan, baik berupa faktor risiko maupun
efek atau hasil. Data hasil penelitian disajikan apa adanya, peneliti tidak
menganalisis mengapa fenomena itu dapat terjadi, karena itu pada penelitian
Populasi dalam penelitian ini diambil dari data data pasien untuk kasus tubektomi
pomeroy yang dilakukan di RSUP H. Adam Malik dan RSUD Dr. Pirngadi Medan.
MMPI sampai terpenuhi jumlah sampel 43 orang, dan dilanjutkan dengan pengisian
kuesioner tentang konseling dan kuesioner Indeks Fungsi Seksual Wanita yang telah
Malik dan RSUD Dr. Pirngadi Medan mulai Mei 2009 sampai tercapainya besar
Populasi pada penelitian ini adalah pasien pasien yang telah dilakukan tubektomi
pomeroy baik secara laparatomi maupun mini laparatomi yang dilakukan di RSUP
n = Z2 p(1-p)
d2
dimana :
n = Besar sampel
Z = standar deviasi normal pada 1,96 sesuai dengan tingkat kepercayaan 95%
p = Proporsi keadaan yang dicari, bila proporsi sebelumnya tidak diketahui, maka
p = 0,50
q = 1,0 p
(0,15)2
n = 42,6 43 orang
Jumlah sampel 43 orang, harus merupakan responden yang sudah melewati
instrumen penyaring Skala-L MMPI dengan Raw Score < 5, yang kemudian
dilanjutkan mengisi kuesioner tentang konseling dan kuesioner indeks fungsi seksual
wanita.
d. Belum menopause
TUBEKTOMI POMEROY
INSTRUMEN PENYARING
SKALA L MMPI
KUESIONER
TENTANG
KONSELING
KUESIONER
INDEKS FUNGSI SEKSUAL WANITA
- Hasrat seksual
- Rangsangan seksual
- Lubrikasi
- Orgasme
- Kepuasan seksual
- Nyeri saat berhubungan seksual
3.6 Batasan Operasional
seorang pasien. Konseling pra tubektomi berarti penjelasan yang diberikan oleh
kategori:
- Kategori Kurang mendapat konseling pra tubektomi : bila skor 1 s/d <
2. Tubektomi
sehelai catgut. Lipatan tuba kemudian dipotong di atas ikatan cat gut tadi.
Personality Inventory. Skala ini terdiri dari 15 butir pertanyaan yang harus
dijawab Ya atau Tidak. Raw Score diambil dari jumlah jawaban tidak
yang maksimal adalah 5 dari 15 pertanyaan. Bila Raw Score lebih dari 5
instrumen yang diberikan. Sehingga jawaban dari responden tersebut tidak dapat
dimodifikasi
telah diuji validitasnya untuk mengukur index fungsi seksual wanita, terdiri dari
berhubungan seksual. Indeks Fungsi Seksual Wanita dinyatakan baik bila nilai
skor > 30, sedang dengan nilai skor 23-29 dan buruk bila nilai skor < 23. 24
kusioner indeks fungsi seksual wanita. Data yang telah diperoleh dilakukan
yang sudah ditentukan yaitu kuesioner Skala-L MMPI dan kuesioner Indeks
Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data dari pasien yang telah dilakukan
tubektomi di RSUP H. Adam Malik dan RSUD Dr.Pirngadi Medan yang memenuhi kriteria
sampai terpenuhi jumlah sampel sebesar 43 orang yang selanjutnya mengisi kuesioner
Pada penelitian ini ditemukan karakteristik berdasarkan umur > 26 tahun sebanyak 43 orang
(100%), tidak ditemukan pasien yang dilakukan tubektomi pada umur 26 tahun
Karakteristik Jumlah
Paritas N %
12 1 2,33 %
34 31 72,09 %
>5 11 25,58 %
Dari karakteristik paritas responden penelitian, didapati paritas yang paling tinggi adalah 3-
(25,58%), dan yang terakhir paritas 1-2 sebanyak 1 orang (2,33%). Menurut literatur,
Karakteristik Jumlah
Pendidikan N %
SD 3 6,97 %
SMP 5 11,63 %
SMA 21 48,84 %
PT 14 32,56 %
Dari karakteristik tingkat pendidikan responden, didapati responden dengan tingkat
pendidikan SMA adalah yang paling banyak yaitu 21 orang (48%), responden dengan
tingkat pendidikan perguruan tinggi sebanyak 14 orang (32,56%), responden dengan tingkat
pendidikan SMP sebanyak 5 orang (11,63%) dan responden dengan tingkat pendidikan SD
Skor
Tidak mendapat Kurang mendapatkan Baik mendapatkan
konseling pra konseling pra konseling pra
Kategori tubektomi tubektomi tubektomi
Nilai 0 Nilai 1 s/d < 7 Nilai 7 s/d 10
N 11 1 31
% 25,58 % 2,33 % 72,09 %
Dari hasil kuesioner konseling pra tubektomi, didapati bahwa responden yang mendapat
konseling dengan baik yaitu dengan nilai skor 7-10 menempati urutan pertama yaitu
sebanyak 31 orang (72,09%). Urutan kedua adalah responden yang tidak mendapat
konseling pra tubektomi dengan nilai skor = 0 sebanyak 11 orang (25,58%). Dan terakhir,
responden yang kurang mendapat konseling pra tubektomi dengan nilai skor 1 s/d < 7
Tabel 4. Hasil kuesioner konseling pra tubektomi dan indeks fungsi seksual wanita
Skor
Tidak mendapat konseling Kurang mendapatkan Baik mendapatkan konseling
pra tubektomi konseling pra tubektomi pra tubektomi
1 6 4 1 0 0 0 21 10
4.4. Hasil kuesioner konseling pra tubektomi dan indeks fungsi seksual wanita
Responden dengan tingkat pendidikan SD sebanyak 3 orang dimana yang kurang mendapat
konseling 2 orang dan 1 orang tidak mendapatkan konseling , dengan indeks fungsi seksual
wanita kategori sedang sebanyak 2 orang dan kategori buruk 1 orang. Responden dengan
tingkat pendidikan SMP sebanyak 5 orang dimana yang mendapatkan konseling dengan
baik sebanyak 3 orang dan yang tidak mendapatkan konseling 2 orang, dengan indeks
fungsi seksual wanita seluruhnya adalah kategori sedang. Responden dengan tingkat
pendidikan SMA sebanyak 21 orang dimana yang mendapat konseling sebanyak 15 orang,
dan yang tidak mendapatkan konseling sebanyak 6 orang, dengan indeks fungsi seksual
wanita kategori sedang 17 orang dan kategori baik sebanyak 4 orang. Responden dengan
konseling dengan baik sebanyak 12 orang dan yang tidak mendapatkan konseling sebanyak
2 orang, dengan indeks fungsi seksual wanita kategori sedang sebanyak 10 orang, kategori
baik sebanyak 3 orang dan kategori buruk sebanyak 1 orang. Hubungan tingkat pendidikan
responden dengan konseling pra tubektomi dan indeks fungsi seksual wanita pada
ari hasil kuesioner konseling pra tubektomi dan indeks fungsi seksual wanita, didapati
bahwa responden yang tidak mendapat konseling pra tubektomi memiliki indeks fungsi
seksual wanita kategori sedang yang menempati urutan pertama sebanyak 6 orang (54,55%),
urutan kedua memiliki indeks fungsi seksual kategori baik sebanyak 4 orang (36,36%) dan
yang memiliki indeks fungsi seksual kategori buruk hanya 1 orang (9,09%)
Responden yang kurang mendapatkan konseling pra tubektomi dengan kategori
Indeks Fungsi Seksual Wanita
Dari hasil kuesioner konseling pra tubektomi dan indeks fungsi seksual wanita, didapati
bahwa responden yang kurang mendapat konseling pra tubektomi seluruhnya memiliki
- Dari hasil kuesioner konseling pra tubektomi dan indeks fungsi seksual wanita,
didapati bahwa responden yang mendapat konseling pra tubektomi dengan baik
memiliki indeks fungsi seksual wanita kategori sedang menempati urutan pertama
sebanyak 21 orang (67,74 %), urutan kedua memiliki indeks fungsi seksual kategori
baik sebanyak 10 orang (32,26 %) dan yang memiliki indeks fungsi seksual kategori
2. Dari seluruh responden, didapati responden yang mendapat konseling pra tubektomi
dengan baik menempati urutan terbanyak yaitu sebanyak 31 orang (72,09%),
3. Responden yang mendapat konseling pra tubektomi dengan baik memiliki indeks
fungsi seksual wanita kategori sedang yang paling banyak yaitu 21 orang (67,74 %).
5. Responden yang tidak mendapat konseling pra tubektomi memiliki indeks fungsi
seksual kategori sedang yang paling banyak yaitu 6 orang (54,55%).
5.2. SARAN
1. Peran konseling pra tubektomi perlu dilakukan oleh konselor terlatih sehingga dapat
2. Perlu disiapkan tenaga konselor terlatih melalui pelatihan khusus tentang konseling
pra tubektomi.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.bkkbn.go.ig/ditfor/download/Data-DESEMBER.2007/.
www.obgmanagement.com.
5. http://www.vivo.colostate.edu/hbooks/pathphys.endocrine/adrenal/gluco.html
5,Jakarta, 2004.
1. 2007.239-60.
10. Mochtar, R, Sinopsis Obstetri, Obstetri Operatif, Obstetri Sosial. Ed. II, EGC.
563-575.
12. Minilaparotomy for Female Sterilization: An Illustrated Guide for Service Providers,
2003 EngenderHealth
14. Wastariyani, Ika. Citra diri pada wanita yang menjalani tubektomi. Skripsi
FPSI.2006. www.lib.gunadharma.ac.id
15. Purba, J, Gambaran Pola Haid dan Perilaku Seks Pasca Kontrasepsi Mantap
16. For the complete FSFI questionnaire, instructions and scoring algori thm,
Piscataway, NJ 08854)
21. Notoatmodjo S, Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi, Penerbit PT. Rineke
22. Arlinda S, Statistika Kedokteran dengan disertai Aplikasi dengan SPSS, Edisi I,
Medan, 2008
23. World Health Organizations Family Planning Cornerstones, Implementation Guide
in Contraception, 2009.
Medan, / / 20
Peserta Penelitian
Ibu-ibu Yth,
Nama saya dr. Alim Sahid, saat ini saya sedang menjalani program pendidikan spesialis
kebidanan dan kandungan (OBGIN) FK-USU.
Saya sedang meniliti tentang peranan penyuluhan sebelum kontrasepsi mantap terhadap
fungsi seksual sesudah kontrasepsi mantap. Data menunjukkan terjadinya peningkatan
pemakaian kontrasepsi mantap di kalangan wanita usia reproduksi, sehingga penting untuk
tidak memberikan pandangan yang bisa menimbulkan bias saat membahas kontrasepsi
mantap.
Adapun tujuan penelitian ini, untuk mengetahui peranan konseling terhadap pasien sebelum
kontrasepsi mantap, terhadap fungsi seksual wanita pasca kontrasepsi mantap.
Adapun manfaat penelitian ini diharapkan dengan adanya penyuluhan sebelum kontrasepsi
mantap dapat memberikan gambaran yang benar tentang apa yang dilakukan terhadap
peserta kontrasepsi mantap (yang diikat dan dipotong adalah saluran indung telur saja) dan
pada akhirnya pasien akan mempersiapkan diri sebelum menjalani kontrasepsi mantap dan
pasien akan mempersiapkan psikologisnya terhadap fungsi seksual sesudah dilakukan
kontrasepsi mantap, sehingga tidak akan terjadi penyesalan yang ditimbulkan setelah pasien
menjalani kontrasepsi mantap.
Pada penelitian ini, saya akan melakukan tanya jawab dengan ibu-ibu dengan menggunakan
lembaran kuesioner skala I-MMPI ( Minoesota Multiphasic Personality-Lic Scale). Bila
memenuhi kriteria inklusi dilanjutkan dengan kuesioner konseling Tubektomi dan
dilanjutkan mengisi kuesioner FSFI ( Female Sexual Function Index), yang berisi beberapa
pertanyaan dimana ibu-ibu hanya memberikan informasi mengenai kontrasepsi mantap dan
fungsi seksual ibu-ibu. Kerahasiaan pribadi ibu ibu tetap saya pelihara.
Penelitian ini tidak berbahaya, dan biaya penelitian ini sepenuhnya tidak dibebankan kepada
ibu-ibu. Partisipasi pasien dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan, maupun
tekanan dari pihak manapun. Seandainya ibu-ibu menolak untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini, maka tidak akan kehilangan hak sebagai pasien.
Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan ibu-ibu yang
terpilih sebagai sukarela dalam penelitian ini dapat mengisi lembar persetujuan turut serta
dalam penelitian yang telah disiapkan.
Terimakasih saya ucapkan kepada ibu-ibu yang telah berpartisipasi di dalam penelitian ini.
Jika selama menjalani penelitian ini terdapat hal-hal yang kurang jelas maka ibu-ibu dapat
menghubungi dr. Alim Sahid, Departemen Obgin FK-USU telp : 061-77932820 atau telepon
genggam 0811643012. Terima kasih.