TESIS
OLEH :
IRFAN RITONGA
NIM 147117005
Judul Tesis : Karakteritik Implant Failure Pada Pasien Yang Menjalani Orif Plate
And Screw Pada Anggota Gerak Bawah Di Rsup Ham Medan Tahun
2015-2019
Nama Mahasiswa : Irfan Ritonga
NIM : 147117005
Program Studi : Ilmu Orthopaedi dan Traumatologi
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
dr. Chairindi Siregar, SpOT(K) dr. Aga S Putera Ketaren, Sp.OT (K)
NIP. 19630924 1 198903 1 002 NIP. 19820712 2008011013
DISETUJUI OLEH
ii
SURAT KETERANGAN
iii
Seminar Hasil Tesis Akhir:
Tanggal : 3 September 2020
Penguji :
Penguji I Penguji II
Prof. Dr. Aznan Lelo, PhD, SpFK dr. Otman Siregar, SpOT(K)
NIP. 19511202 197902 1 003 NIP. 196904111999031002
Penguji III
Mengetahui,
Ketua Departemen
Orthopaedi dan Traumatologi
iv
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya saya dapat
menyelesaikan penelitian magister saya yang berjudul “Karakteristik implant failure pada
pasien yang menjalani ORIF Plate and Screw pada anggota gerak bawah di RSUP HAM
Medan tahun 2015-2019”.
Penelitian ini merupakan karya ilmiah saya dalam rangka menyelesaikan Program
Pendidikan Dokter Spesialis di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Kepada dr. Chairiandi Siregar, SpOT(K) dan dr. Aga S P Ketaren, SpOT(K)
selaku pembimbing penulisan karya ilmiah ini, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya atas bimbingan, saran dan pengarahan yang telah membuka wawasan saya dan
memacu saya dalam menyelesaikan penelitian akhir ini.
Berkat bantuan berupa bimbingan, dorongan, kerja sama, dan pengorbanan dari
berbagai pihak sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu
perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih kepada:
Prof. dr. Hafas Hanafiah, SpB, SpOT(K) FICS sebagai Guru Besar Ilmu Bedah
Orthopaedi dan Traumatologi, saya ucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya atas segala
nasehat dan bimbingannya selama saya dalam pendidikan.
Prof. dr. Nazar Moesbar, SpB, SpOT(K) sebagai Guru Besar Ilmu Bedah Orthopaedi dan
Traumatologi, pendidik, dan pengajar Bagian Bedah Orthopaedi dan Traumatologi, saya
sampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas bimbingan, nasehat,
dan teladan yang pernah diberikan.
dr. Nino Nasution, SpOT(K), Ketua Departemen Orthopaedi dan Traumatologi, pendidik
dan pengajar Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi, saya sampaikan rasa hormat dan
terima kasih yang setulus-tulusnya atas didikan, nasehat dan bimbingan yang diberikan
selama pendidikan.
dr. Pranajaya Dharma Kadar, SpOT(K), Ketua Program Studi Orthopaedi dan
Traumatologi, pendidik dan pengajar Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi, saya
sampaikan rasa hormat dan terima kasih yang setulus-tulusnya atas didikan, nasehat dan
bimbingan yang diberikan selama pendidikan.
dr. Husnul Fuad Albar, SpOT(K), sebagai Sekretaris Departemen Orthopaedi dan
Traumatologi FKUSU / RSUP HAM; saya ucapkan terima kasih atas segala nasehat dan
bimbingannya selama saya dalam pendidikan.
v
dr. Aga Shahri Putra Ketaren, SpOT(K), Sekretaris Program Studi Orthopaedi dan
Traumatologi, pendidik dan pengajar Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi, saya
sampaikan rasa hormat dan terima kasih yang setulus-tulusnya atas didikan, nasehat dan
bimbingan yang diberikan selama pendidikan.
dr. Otman Siregar, SpOT(K), dr. Heru Rahmadhany, SpOT(K), dr. Iman Dwi
Winanto, SpOT(K), dr. Andriandi, SpOT(K), dr. Benny, SpOT(K), saya mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya atas kesediannya membimbing serta menjadi mentor
selama pendidikan berlangsung.
Prof. DR. dr. Aznan Lelo, PhD, SpFK, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya atas kesediaannya meluangkan waktu serta membimbing saya dalam bidang statistik
pada penelitian ini.
Terima kasih kepada Sdri. Soe Santi, Sdri. Evita Sari, dan Sdri. Dinda, Sekretaris
di Tata Usaha Departemen Medik Orthopaedi dan Traumatologi FK USU / RSUP HAM, atas
bantuan dan kerja samanya selama saya menyelesaikan penelitian akhir ini.
Saya sangat menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
segala koreksi, kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan pengetahuan di bidang
ilmu yang saya tekuni ini, sangat saya harapkan. Semoga segala yang saya sampaikan dalam
karya ilmiah ini dapat bermanfaat untuk kemajuan yang kita cita-citakan.
vi
Curriculum Vitae
Personal data
Sex : Male
e-mail : itong3369@gmail.com
Education
Training
2012 Advanced Trauma Life Support (ATLS)
2019 AO Trauma Course – Basic Principle of Fracture Management (Jakarta,
Indonesia)
Organization
vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah
ini :
NAMA : Irfan Ritonga
NIM : 147117005
Program Studi : Ilmu Kedokteran
Jenis Karya : Tesis
Demi pengembangan Ilmu Pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas
Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalty Free Right)
atas disertasi saya yang berjudul :
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan), dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini
Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola
dalam bentuk database, merawat, dan mempublikasikan tesis saya tanpa meminta izin dari
saya sebagai penulis dan sebagai pemilik hak cipta.
Dibuat di Medan
Pada tanggal 7 September 2020
Yang menyatakan,
(Irfan Ritonga)
viii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini penulis menyatakan bahwa penulisan ujian tertutup ini disusun sebagai
syarat untuk memperoleh gelar dokter spesialis Orthopaedi dan Traumatologi Universitas
Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari
hasil karya orang lain dalam penulisan disertasi ini, telah penulis cantumkan sumbernya
secara jelas, sesuai norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan
hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia
menerima sanksi akademik dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku.
Irfan Ritonga
ix
ABSTRAK
*Residen of Orthopaedi & Traumatologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/ RSUP Haji Adam
Malik -Medan
**Konsultan of Orthopaedi and Traumatologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/ RSUP Haji
Adam Malik -Medan
**Konsultan of Orthopaedi and Traumatologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/ RSUP Haji
Adam Malik -Medan
Objektif
Implan orthopaedi merupakan alat mekanis buatan yang dipasang pada sistem
muskuloskeletal manusia yang terkespos dengan sel yang hidup, jaringan, dan cairan biologis
sehingga dapat mengalami suatu kegagalan akibat berbagai macam faktor. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui karateristik implant failure pada pasien yang menjalani ORIF
Plate and Screw di RSUP Haji Adam Malik Medan.
Material dan Metode
Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode penelitian retrospektif dengan pendekatan
kohort. Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan berdasarkan rekam medis
penderita implant failure selama rentang waktu Januari 2015 – Desember 2019. Data yang
digunakan adalah data sekunder yang diambil dari pencatatan pada rekam medik pasien. Data
medis dan demografi yang terhimpun ditabulasi dan disajikan dalam bentuk diagram atau
tabel distribusi frekuensi serta dianalisa secara deskriptif atau tabel distribusi frekuensi serta
dianalisa secara deskriptif menggunakan total sampling.
Hasil
Selama kurun waktu penelitian dijumpai dari data rekam medis RSUP Haji Adam Malik
Medan dijumpai seluruh operasi anggota gerak bawah dari tahun 2015 – 2019 diapatkan
sebanyak 383 operasi dimana terdapat 30 pasien yang mengalami implant failure (7,83%).
Karateriksik jenis kelamin subjek yang mengalami kejadian implant failure sebanyak
perempuan 9 orang (30%) dan laki-laki 21 orang (70%). Karateriksik rentang usia subjek
yang mengalami kejadian implant failure yaitu 11-20 tahun sebanyak 6 orang (20%), 21-30
tahun sebanyak 8 orang (26,7%), 31-40 tahun sebanyak 4 orang (13,3%), 41-50 tahun
sebanyak 5 orang (16,7%), 51-60 tahun sebanyak 6 orang (20%), 61-70 tahun sebanyak 1
orang (3,3%). Karateriksik tahun terjadinya implant failure adalah tahun 2015 sebanyak 9
orang (30%), tahun 2016 sebanyak 7 orang (23,3%), tahun 2017 sebanyak 7 orang (23,3%),
tahun 2018 sebanyak 4 orang (13,3%), dan tahun 2019 sebanyak 3 orang (10%). Distribusi
karateristik lokasi yang mengalami implant failure adalah proximal femur sebanyak 3 pasien
(10%), shaft femur 19 pasien (63,3%), distal femur sebanyak 3 pasien (10%), shaft tibia
sebanyak 3 pasien (10%), distal tibia sebanyak 1 pasien (3,3%), dan distal fibula sebanyak 1
x
pasien (3,3%). Distribusi karateristik jenis implant yang mengalami implant failure adalah
locking plate sebanyak 2 pasien (6,7%) dan non-locking plate sebanyak 28 pasien (93,3%).
Distribusi karateristik waktu pasien yang mengalami implant failure adalah minimum 1 bulan
dan maximum 10 bulan dengan rata-rata 3,5 bulan. Distribusi pennyebab terjadinya implant
failure adalah early weight bearing sebanyak 18 orang (60%), fall slipped 5 orang (16,7%),
dan infeksi sebanyak 7 orang (23,3%). Distribusi karateristik jenis patahan pasien adalah
patah terbuka sebanyak 6 orang (20%) dan patah tertutup sebanyak 24 orang (80%).
Distribusi karateristik pola patahan adalah transverse sebanyak 1 orang (3,3%), oblique
sebanyak 5 orang (16,7%), spiral sebanyak 6 orang (20%), kominutif sebanyak 17 orang
(56,7%), dan segmental sebanyak 1 orang (3,3%). Distribusi karateristik impaln yang
menglami kegagalan adalah plate sebanyak 16 orang (53,3%), dan screw sebanyak 14 orang
(46,7%).
Kesimpulan
Dari hasil studi yang dilakukan, didapati bahwa pasien yang paling banyak terjadi implant
failure berjenis kelamin laki-laki dengan rentang usia 30-40tahun. Lokasi pada ekstremitas
bawah yang lebih sering adalah pada shaft femur. Plat yang lebih banyak mengalami kasus
implant failure adalah plat non-locking. Jangka waktu failure dari awal pemasangan dan juga
terjadi failure adalah 3-4 bulan. Penyebab yang sering menyebabkan adalah ketidakpatuhan
pasien dengan instruksi dokter paska operasi. Patah tulang terbuka dan infeksi merupakan
faktor resiko tinggi dapat menyebabkan implant failure.
Kata Kunci
Implant failure, ORIF, plate and screw.
xi
ABSTRACT
*Resident of Orthopaedic & Traumatology, Faculty of Medicine University of Sumatera Utara/ Haji Adam
Malik General Hospital-Medan
**Consultant of Orthopaedic and Traumatology, Faculty of Medicine University of Sumatera Utara/ Haji Adam
Malik General Hospital-Medan
***Consultant of Orthopaedic and Traumatology, Faculty of Medicine University of Sumatera Utara/ Haji
Adam Malik General Hospital-Medan
Objectives
Orthopaedic implant is an artificial mechanical device which is installed on the
musculoskeletal system in human and exposed with living cells, tissue, and biologic fluid so
it can be a failure because of various factors. The purpose of this research to determine the
charateristic of patient with implant failure who had ORIF with Plate and Screw in Haji
Adam Malik General Hospital.
Materials and Method
The type of research conducted is a retrospective descriptive with cohort method. This study
was conducted in Medan Haji Adam Malik General Hospital during the period of January
2015 – December 2019. The data used is secondary data taken from the records in the
patient’s medical record. The collected medical and demographic data is tabulated and
presented in the form of a frequency distribution diagram or table and analyzed descriptively
using total sampling.
Results
During the period of research found from the medical record data of Medan Haji Adam Malik
Hospital, there were 383 patients who had operation procedure and found 30 patient with
implant failure (7,83%). The charateristic of patient’s gender is female as many as 9 patients
(30%) and male as many as 21 patients (70%). The charateristics distribution range of age
are11-20 years old as many as 6 patients (20%), 21-30 years old as many as 8 patients
(26,7%), 31-40 years old as many as 4 patients (13,3%), 41-50 years old as many as 5
patients (16,7%), 51-60 years old as many as 6 patients (20%), and 61-70 patients as many as
1 patient (3,3%). The charateristics distribution of years of implant failure occurred on 2015
as many as 9 patients (30%), on 2016 as many as 7 patients (23,3%), on 2017 as many as 7
patients (23,3%), on 2018 as many as 4 patients (13,3%), and on 2019 as many as 3 patients
(10%). The charateristics distribution location of implant failure are on proximal femur as
many as 3 patients (10%), shaft femur as many as 19 patients (63,3%), distal femur as many
as 3 patients (10%), shaft tibia as many as 3 patients (10%), distal tibia as many as 1 patient
(3,3%), and distal fibula as many as 1 patient (3,3%). The charateristics distribution type of
implant who had implant failure are locking plate as many as 2 patients (6,7%) and non-
xii
locking plate as many as 28 patients (93,3%). The charateristic distribution of patient
expriencing implant failure is minimum 1 month and maximum 10 months with average 3,5
months. The charateristics distribution cause of implant failure are early weight bearing as
many as 18 patients (60%), fall slipped as many as 5 patients (16,7%), and infection as many
as 7 patients (23,3%). The charateristics distribution type of fracture are open fractures 6
patients (20%) and closed fractures as many as 24 patients (80%). The charateristics
distribution pattern of fractures are transverse as many as 1 patient (3,3%), oblique as many
as 5 patients (16,7%), spiral as many as 6 patients (20%), comminutive as many as 17
patients (56,7%), and segmental as many as 1 patient (3,3%). The charateristics distribution
of implant failure are plate as any as 16 patients (53,3%) and screw as many as 14 patients
(46,7%).
Conclusion
Based on the study, it was found that the most patients who had implant failure is male in a
range of 30 – 40 years old. The most common location of implant failure on lower extremity
is shaft femur. The most common type of plate is non-locking plate. Range of time of implant
failure is 3 – 4 months. The most common caused of implant failure is disobidient with
doctor’s post operative instruction. Open fractures and infection are the higest risk factor
which caused implant failure.
Keyword
Implant Failure, ORIF, plate and screw
xiii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………. ii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………………. iv
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………. v
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………..... 1
1.2 Pertanyaan Penelitian………………………………………………………........ 2
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………………………..... 2
1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………………………... 3
1.4.1 Manfaat Teoritik………………………………………………………... 3
1.4.2 Manfaat Praktis Langsung…………………………………………........ 3
1.4.3 Manfaat Bagi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Medan………………………………………………………………….. 3
1.4.4 Manfaat Bagi Peneliti…………………………………………………... 3
xiv
3.4 Sampel Penelitian...................………………………………………………….... 28
3.5 Kriteria Penelitian.........………………………………………………………..... 29
3.6 Definisi Operasional………………………………............…………………....... 29
3.7 Metode Pengambilan Sampel Penelitian...…………………………………….... 30
3.8 Ethical clearance..………………………………………………………………... 30
3.9 Analisis Data.......................................................................................................... 31
3.10 Alur Penelitian....................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 45
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Komposisi material implan, survival time dan failre reason...... ...…...……. 17
Tabel 2.2. Pilihan antibiotik sesuai dengan patogen..........……………………….……. 26
Tabel 3.1 Jadwal penelitian..........................................…………...........................……. 32
Tabel 4.1 Distribusi karakteristik demografi jenis kelamin....................................……. 34
Tabel 4.2 Distribusi karakteristik demografi rentang usia....................................……. 35
Tabel 4.3 Distribusi karakteristik lokasi yang mengalami implant failure.............……. 35
Tabel 4.4 Distribusi karakteristik jenis implan yang mengalami failure................……. 38
Tabel 4.5 Distribusi karakteristik waktu pasien yang mengalami implant failure..……. 39
Tabel 4.6 Distribusi karakteristik penyebab terjadinya implant failure..................……. 40
Tabel 4.7 Distribusi karakteristik jenis patahan pasien................................................... 41
xvi
DAFTAR GAMBAR
xvii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.4.3 Manfaat Bagi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
Selain dari suatu proses untuk menyelesaikan program studi, penelitian ini
merupakan pengalaman berharga untuk memperoleh wawasan dan pengetahuan
dalam rangka penerapan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Implant failure dapat disebabkan oleh gangguan dari alat itu sendiri
ataupun faktor lain seperti proses pembedahan, non-complience patient dengan
edukasi dan juga tingkat penyembuhan (union). Perbedaan kualitas implan juga
diperkirakan dapat mempengaruhi kejadian implant failure. Studi dari negara di
Argentina tahun 2007, kualitas implan yang diproduksi di Argentina tidak setinggi
kualitas implan yang dihasilkan di negara Eropa, Amerika Utara dan juga
Brazil.(Daga, 2007, p 90)
5
2.1.1 Screw
Dari faktor tulang, semakin tebal densitas suatu tulang maka semakin kuat
daya tariknya. Dari ketebalan kortikal, semakin tebal ketebalannya maka semakin
besar daya tariknya. Bila dua lapisan kortikal dilalui, maka kekuatan sebuah screw
semakin kuat lagi.(Sivakumar, 1995, p 351-354)
tulang dan screw sehingga lepas dan berujung pada hilangnya gaya tensil pada
screw dan plate.
Pada locking screw, tidak ada interaksi antara tensile dan shear. Di saat
screw terkunci di plate, screw akan masuk dalam posisi netral di dalam tulang.
Pada poin ini, kombinasi dari daya kompresif dan shear ditransmisi secara
langsung ke plate via mekanisme locking. Bila diputar secara berlebihan, locking
screw dapat mengalami kerusakan pada bagian leher ataupun tembus memotong
tulang, menyebabkan garis fraktur.
Kegagalan screw dapat terjadi juga pada kondisi beban kecil diberikan
berulang-ulang dalam jangka waktu yang panjang. Mikrofraktur atau osteolisis
bisa terjadi karena infeksi atau beban yang berlebihan, menyebabkan
pengenduran.(Sivakumar, 1995, p 351-354)
2.1.2 Plate
Plate adalah sebatang metal atau biomaterial yang berlubang yang bisa
dimasukan screw, peg atau blade (baik metode locking atau non-locking berbagai
macam desain plate ada dan terus dikembangkan agar spesifik untuk setiap bagian
tulang. Sama dengan implan orthopaedi lainya, plate dapat digunakan untuk
memberikan stabilitas relatif dan absolut pada daerah fraktur, tergantung
bagaimana plate digunakan.(Sivakumar, 1995, p 351-354)
atau patella. Pada metode ini, pembentukan kalus dicegah dan tulang sembuh
secara direct cancellous healing.
4. Screw yang dipasang diluar plate dapat digunakan baik pada articulated
tensioning device atau verbrugge clamp untuk mengaplikasi kompresi
dengan kekuatan besar pada daerah fraktur.
5. Plate dapat memberikan kompresi pada lokasi fraktur atau untuk
menetralisasi kekuatan pada compressive lag screw. Pada saat
menggunakan metode ini, plate dianggap sebagai ‘alat pembagi beban’
karena baik tulang ataupun plate berbagi beban. Plate yang dipasang pada
apeks dari fraktur metafisis dapat berfungsi sebagai buttrest atau antiglide,
secara efektif membuat tulang korteks tertahan, mengkonversi kekuatan
shear menjadi kekuatan kompresif dengan menahan dan mengkompresi
apeks fraktur.
6. Saat dipasang pada bagian konveks fraktur, plate dapat berfungsi sebagai
tension band. Saat menahan beban, plate mengkompresi sisi berlawanan
(konkaf) dari tulang. Contoh: pemasangan plate pada asetabulum atau
batas radial dari kolum radius. Dengan memasang plate pada sisi fraktur
yang berada dibawah tekanan, seluruh konstruksi dapat menjadi 200 kali
lebih kuat, dibandingkan bila plate dipasang pada sisi tulang yang
mengalami kompresi.(Sivakumar, 1995, p 351-354)
Gambar 2.2 - Ilustrasi lag screw digunakan untuk mengkompresi fraktur oblique dan
mendemonstrasikan pengeboran untuk pemasangan screw. Dengan over-drilling bagian
proksimal dari korteks, lag screw dapat menkompresi daerah fraktur.
10
Gambar 2.3 - Ilustrasi bagaimana plate dapat digunakan untuk mengkompresi daerah
fraktur.
Metode ini digunakan pada situasi dimana formasi kalus lebih diutamakan
dibandingkan dengan akurasi reduksi. Plate dapat digunakan pada bridging mode
sehingga saat menahan beban terjadi sedikit gerakan yang dapat menginduksi
terjadinya pembentukan kalus. Plate menyalurkan mayoritas beban ke tungkai
sehingga dapat bengkok saat menahan beban. Pada metode ini pembentuk kalus
terjadi dengan cepat, fraktur sembuh dengan cepat. Kekurangan dari metode ini
11
antara lain diperlukanya peran weight bearing sehingga mungkin terjadi fatigue
fracture.
Gambar 2.5 - Contoh kasus implan failure pada femur. (Col, 2006, p 70-72)
mudah dipegang dan lebih mudah untuk menghindari overtorqing plat. Stainless
steel lebih mudah dibentuk dibandingkan titanium.(Disegi, 2010, p 843-853)
Korosi adalah suatu proses yang meliputi semua permukaan dari implan
ataupun beberapa bagian saja / proses lokal. Aspek mekanis ditandai oleh
akumulasi gaya pada daerah yang mendapat beban secara berulang. Aspek
elektrokimia meliputi 3 bagian yaitu crevice, pitting, and galvanic corrosion.
Crevice corrosion adalah bentuk korosi pada daerah tertentu yang ditandai oleh
konsentrasi oksigen dan elektrolit yang terbatas. Jenis ini sering terjadi diantara
screw dan plat biasanya pada hubungan dari kepala screw dan lubang pada plat.
Pitting corosion terjadi pada oernukaan implan dikarenakan oleh kerusakan pada
passive film barrier dari implan. Galvanic corrosion terjadi pada efek pada
perbedaan potensial dari logam dengan potensial elektrokimia yang berbeda yang
berlokasi berdekatan pada solusi elektrolitik. (Jacobs, 1998) (Hol, 2008, p 161-
169).
14
Biokompatibilitas, tidak ada rekasi dari benda asing, desain yang cocok,
implan yang diproduksi baik, stabilitas biomekanis yang baik (stres, shielding),
properti biomaterial dan resistensi pada pemakaian implant, aseptic loosening,
resistensi korosi, bioaktivitas dan juga osteokonduksi adalah hal yang
fundamental untuk pemakaian implan orthopaedi. Osseointegrasi adalah
hubungan struktural dan fugnsional langsung antara living bone dan permukaan
load carrying implant. Setelah implant dimasukan ke tulang, inflamasi terjadi
yang diikuti dengan hematoma terjadi kemudian terjadilah reaksi kompleks yang
berkembang bersamaan dari sisi tulang dan dari bagian implan. Pada permukaan
tulang, dapat terjadi aktivasi platelet. Revaskularisasi terjadi, sel mesenkim dan
osteoblast dapat berploriferasi dan melekat pada permukaan material tulang yang
baru. Sintesis protein dan komposisi faktor lokal akan menyokong proses
integrasi. Pada permukaan implan, biomaterial metalik akan mengalami oksidasi.
Osteoblast akan melekat dan sel osteogenik akan tertampung pada permukaan
implan. Mengikuti proses yang terjadi, osteoblas akan menyimpan matrix
kolagen. Matrix kolagen akan membentuk formasi tulang woven yang akan
berubah menjadi tulang lamellar. Proses ini dapat berjalan bisa dari permukaan
tulang ke permukaan implan (distance osteogenesis) atau juga dari implan ke
healing bone (contact osteogenesis atau new bone formation) (Rahyusalim, 2016)
kegagalan implan. Brittle failure adalah tipe implant failure yang jarang, biasanya
disebabkan oleh adanya defek pada desain atau implan. Fatigue failure terjadi
sebagai hasil dari trauma berulang pada implan. (Sivakumar, 1995, p 351-354)
Gambar 2.6 - Radiografi dari implan yang mengalami plastic failure (Bunyamin,
2004)
17
Tabel 2.1 - Komposisi material implan, survival time dan failure reason
(Bunyamin, 2004)
19
Gambar 2.8 - Radiografi dari implan yang mengalami failure (Bunyamin, 2004)
20
2.2.1.1 Makrofag
Gambar 2.9 - Skema bagaimana faktor inflamasi berperan penting dalam patologi
respon sitokin terhadap debris implan
2.2.1.2.1 Osteoklas
Peran osteoklas sangat penting dalam proses osteolisis, mereka adalah sel
absorbsi tulang utama dan derajat aktivasi osteoklas ini sangat bervariasi
tergantung pada jalur patologi setiap penyakit. Peran sel lain (seperi makrofag)
dalam osteolisis masih belum jelas. Sitokin seperti TNF-α juga diketahui berperan
penting dalam osteolisis, namun hubungan langsung dengan osteoklas masih
menjadi perdebatan. Diketahui bahwa MNGC mengekspresi markers yang juga
22
diekspresi oleh osteoklas, terutama pada jaringan diantara tulang dan implan,
bukan pada daerah disekeliling implan. Osteoklas juga diketahui dapat
memfagositosis ceramic, polymeric dan bahan metal.
2.2.1.2.2 Osteoblas
Fibroblas
Limfosit
bawaan nonspesifik. Cukup sulit untuk mengidentifikasi respon sel limfosit pada
daerah sekitar implan karena banyaknya sel inflamasi bawaan seperti IL-2, TNF-α
dan reseptor IL-2. Respon sel TH terhadap debris implan metal merupakan respon
adaptif yang lambat (hipersensitivitas tipe IV). Debris metal implan mensensitasi
dan mengaktifasi DTH sel T dan melepaskan berbagai sitokin yang mengundang
makrofag seperti IL-3 , GM-CSF, MCAF,TNF-β dan MIF. Aktivasi makrofag
dapat meningkatkan MHC tipe 2 dan IL-2 yang kemudian memanggil lebih
banyak makrofag, dan tanpa adanya sel T-regulator yang menginhibis, siklus
respon inflamasi ini berjalan terus menerus. Respon sel DTH juga dapat
mengabitkan kerusakan jaringan yang cukup luas. Beberapa tes sensitivitas metal
seperti tes transformasi limfosit (LLT) dan patch testing (untuk reaksi kulit)
adalah satu-satunya cara untuk mendiagnosis/memprediksi individu yang
memiliki respon imun yang berlebihan terhadap paparan metal, sehingga riskan
untuk mengalami kegagalan implan yang prematur. (Col, 2006, p 70-72)
2.2.2 Korosi
Korosi tidak dapat dihindari kecuali implan yang dipasang dilapisi dengan
lapisan protektif seperti lapisan oksida. Pada stainless steel dan cobalt-chromium,
komponen chromium berperan dalam membentuk lapisan oksida. Pada titanium,
elemen logam itu sendiri yang membuat lapisan oksida. Implan yang digunakan
dalam tindakan orthopaedi jarang mengalami korosi kecuali terdapat kerusakan
pada lapisan pelindung, hal ini bisa terjadi akibat kerusakan abrasif atau keretakan
pada permukaan karena fatigue failure. Bahkan selain karena hal-hal yang
disebutkan sebelumnya, kegagalan implan dapat terjadi karena korosi pada celah
kecil (biasanya terjadi pada daerah dengan konsentrasi oksigen rendah seperti
dibawah screw atau plate) atau stress corrosion (dimana beban ringan terjadi
berulang-ulang di lingkungan yang mendukung terjadinya korosi, menyebakan
kegagalan implan bahkan sebelum usia implan yang diharapkan tercapai).
Produksi dari korosi (ion metal dan debris) mencetuskan respon inflamasi yang
mempercepat terjadinya kelonggaran. (Woo, 2004, p 773-780)
24
Beberapa jenis metal yang terpapar dengan solusi tertentu dan mengalami
kontak dengan metal lainnya dapat menyebabkan galvanic corrosion. Dahulu hal
ini sering terjadi karena penggunaan implan metal yang mudah mengalami korosi,
namun logam yang sering digunakan saat ini (terutama titanium yang memiliki
ketahanan terhadap berbagai serangan kimia) sudah bisa mencegah terjadinya
kondisi yang tidak diinginkan ini. (Woo, 2004, p 773-780)
2.2.6 Malignansi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Implant(plate and screw): Alat mekanis buatan yang dipasang pada sistem
muskuloskeletal dari tubuh untuk berbagai tujuan seperti menyokong
tulang.
Implant failure : Suatu implan dikatakan failure apabila implan
tersebut harus dilepas sebelum waktunya dilepas
Kepatuhan pasien : melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang
disarankan oleh dokter.
Usia : Satuan waktu yang untuk mengukur waktu
keberadaan suatu benda atau makhluk baik yang hidup ataupun yang mati
Jenis kelamin : laki-laki atau perempuan
Jenis implan : implan yang digunakan locking ataupun non-
locking.
Kepatuhan weight bearing : Ketaatan pasien saat diberi edukasi
mengenai kapan boleh dibebankan setelah dilakukan tindakan pemasangan
implan.
Rentang waktu : lamanya implan setelah dilakukan ORIF sampai
mengalami failure
Lokasi fraktur pada anggota gerak bawah: tempat terjadinya fraktur
epifisis, metafisis, diafisis.
31
IMPLANT FAILURE
INKLUSI EKSKLUSI
JENIS KELAMIN
TAHUN
USIA
JENIS IMPLAN
LOKASI FRAKTUR
KEPATUHAN WEIGHT
BEARING
BENTUK PATAHAN
BAB IV
Pengumpulan dan seleksi sampel dilaksanakan di rumah sakit yaitu RSUP Haji
Adam Malik. Penelitian dimulai bulan Januari 2015 sampai dengan bulan
Desember 2019. Rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit tipe A. Didapatkan
30 subyek yang diteliti dan dianalisa. Pengambilan data dilakukan secara bertahap
dengan tahap awal melakukan pemilihan sampel subyek yang masuk kedalam
kriteria inklusi dan dilakukan pengumpulan data mentah pasien dan diurutkan
secara sistematis.
Variabel Total
Perempuan, n(%) 9 (30%)
Laki-laki, n(%) 21 70%)
Tabel diatas menunjukan bahwa distribusi jumlah sampel subyek yang mengalami
implant failure adalah sebanyak 30 subyek dengan perempuan sebanyak 9 orang
(30%) dan laki-laki sebanyak 21 orang (70%).
Tabel diatas menunjukan bahwa distribusi rentang usia subyek yang mengalami
implant failure adalah 6 orang (20,7%) dengan rentang usia 11-20 tahun, 8 orang
(26,7%) dengan rentang usia 21-30 tahun, 4 orang (13,3%) dengan rentang usia
31-40 tahun, 4 orang dengan rentang usia 41-50 tahun (13,3%), 6 orang (20%)
dengan rentang usia 51-60 tahun, dan 1 orang (3,3%) dengan rentang usia 61-70
tahun. Distribusi usia yang mengalami kejadian implant failure adalah dengan
rerata usia adalah 36 ± 14,804 tahun dengan usia minimum yang mengalami
implant failure adalah 15 tahun dan usia maksimum yang mengalami kejadian
implant failure adalah 62 tahun.
37
Tabel 4.3. Distribusi Karakteristik Tahun Terjadinya Implan Failure pada pasien
Tahun Total
2015 9 (30%)
2016 7 (23,3%)
2017 7 (23,3%)
2018 4 (13,3%)
2019 3 (10%)
38
Tabel diatas menunjukan bahwa distribusi jumlah sampel berdasarkan waktu dari
pemasangan fiksasi interna ke kejadian implant failure. Dari data yang
dikumpulkan didapatkan bahwa waktu paling cepat kejadian implant failure
adalah 1 bulan dan waktu paling lama adalah 10 bulan. Rerata pasien yang
mengalami implant failure adalah 3,5 ± 2,488 bulan.
(Bulan)
4.2. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien yang
mengalami implant failure pada operasi pemasangan fiksasi internal pada anggota
gerak bagian bawah di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014-
2019. Pada bagian pembahasan, akan dilakukan pembahasan berdasarkan
karakteristik pasien yaitu jenis kelamin, usia, lokasi, jenis implan, jangka waktu
terjadinya implant failure, penyebab terjadinya implant failure.
persen angka kejadian implan failure antara tahun 2015 dan tahun 2019. Hal ini
juga berarti mungkin edukasi pasien pasca operasi sudah dapat lebih dipatuhi oleh
pasien tersebut.
Berdasarkan studi ini didapatkan dari jenis plat yang mengalami implan
failure lebih banyak pada kasus non-locking plate, hal yang sama juga didapatkan
pada studi oleh Shaheryar et al, pada penelitian membandingkan antara plat
locking dan nonlocking, didapatkan kasus failure lebih banyak didapatkan pada
plat nonlocking.
paling sering yang menyebabkan failure adalah karena korosi dari implan
tersebut.
Berdasarkan jenis patahan pada luka awal pasien, didapatkan lebih banyak
pada patah tertutup yaitu 24 pasien patah tulang tertutup. Namun 6 pasien yang
mengalami patah tulang terbuka dan dilakukan operasi, mengalami kegagalan
implan terkait dengan proses infeksi yang berarti angka kejadian implan failure
sangat erat kaitan dengan patah tulang terbuka dan adanya infeksi. Hal yang sama
juga ditemukan pada studi yang dilakukan oleh Christian fang, 2017, yang
menyatakan adanya kaitan erat antara infeksi, patah tulang terbuka dan kejadian
kegagalan implan.
BAB V
5.1 Simpulan
Dari hasil studi yang dilakukan, didapati bahwa pasien yang paling banyak terjadi
implant failure berjenis kelamin laki-laki dengan rentang usia 30-40tahun. Subjek
yang mengalami implan failure berangsur berkurang dari tahun ke tahun. Lokasi
pada ekstremitas bawah yang lebih sering adalah pada shaft femur. Plat yang lebih
banyak mengalami kasus implan failure adalah plat non-locking. Jangka waktu
failure dari awal pemasangan dan juga terjadi failure adalah 3-4 bulan. Penyebab
yang sering menyebabkan adalah ketidakpatuhan pasien dengan instruksi dokter
paska operasi. Patah tulang terbuka dan infeksi merupakan faktor resiko tinggi
dapat menyebabkan implant failure. Bentuk patahan yang sering mengalami
failure adalah kominutif. Jenis implan yang lebih sering mengalami failure adalah
plat.
5.2 Saran
Edukasi yang lebih ataupun dilakukan promosi kesehatan lebih jauh mengenai
instruksi paska operasi serta perlunya kontrol yang rutin ke poliklinik setelah
dilakukan operasi.
50
DAFTAR PUSTAKA
Jacobs JJ, Gilbert JL, Urban RM. Corrosion of Metal Orthopaedic Implants,
1998, The Journal of Bone and Joint Surgery. Vol. 80-A, No,2.
M Geetha, A K Singh, R Asokamani, Gogia AK, Ti based biomaterials the
ultimate choice for orthopaedic implants, 2009, Progress in material
science, 54(3): 397-425.
Moy Peter, Medina Diana, Vivek S, Dental Implant Failure Rates and
Associated Risk Factors, 2005, International Journal of Oral and
Maxillofacial Implants, 20(4): 569-577.
Peivandi MT, Yusof-Sani SMR, Amel-Farzad H, Exploring the Reasons for
Orthopedic Implant Failure in Traumatic Fractures of the Lower
Limb, 2013, Arch Iran Med, 16(8): 478 – 482.
Rahyussalim, Fransiskus aldo, Irfan saleh et al, The Needs of Current Implant
Technology in Orthopaedic Prosthesis Biomaterials Application to
Reduce Prosthesos Failure Rate, 2016, Journal of Nanomaterials.
Sanaullah, An Audit of Implant Failure in Orthopaedic Surgery, 2014,
JPOA.
Serhan H, Slivka M, Albert T et al, Is galvanic corrosion between titanium
alloy and stainless steel spinal implants a clinical concern?, 2004,
The Spine Journal. 4, 379-387
Sivakumar, Dhanadurai KS, S Rajeswari, Thulasiraman V, Failure in
stainless steel orthopaedic implant devices: a survey,1995, Journal of
Material Science Letters, 14(5): 351-354.
Stefan, Jager Marcus, Joshua J. Jacobs, et al, The Pathology of Orthopaedic
Implant Failure is Mediated by Innate Immune System Cytokines,
2014
T. Fintan, Richard Kuehl, Tom Coenye et al, Orthopaedic device-related
infection: Current and Future Interventions for Improve Prevention
and Treatment, 2016, General Orthopaedics.
Vaishya A, Agarwal AK, Vaish A. Insufficiency Fractures at Unusual Sites :
A Case Series. 2017, J Orthop Case Rep, 7(4): 76-79
52
Saudara/i yth,
Lembar persetujuan subjek ini bertujuan untuk melakukan penelitian mengenai
Karakteristik implant failure pada pasien yang menjalani ORIF Plate and screw
pada anggota gerak bawah di RSUP HAM Medan tahun 2015-2019. Peneliti
memerlukan pasien sebagai subjek dalam penelitian, dimana data-data primer
serta data pengobatan pasien dari status rekam medis akan didata dan akan
dilakukan wawancara terhadap pasien maupun keluarga pasien.
Jika pasien/subjuk bersedia untuk menjadi subjek penelitian, silahkan
menandatangani kolom yang telah disediakan. Peneliti sangat menghargai waktu
yang diluangkan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Akhir kata, peneliti
mengucapkan terimakasih atas kerjasamanya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat, agar dapat dipergunakan bila diperlukan
55
Medan,............................2020
Mengetahui, Yang menyatakan
Penanggung Jawab Peneliti Peserta Subjek
Penelitian
dr. Irfan Ritonga
Saksi dari Subjek Penelitian
(.............................................)
56