UNIVERSITAS INDONESIA
TESIS
WITA ANGGRAINI
1106125551
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis
WITA ANGGRAINI
1106125551
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
KATA PENGANTAR
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
v Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
16. Pak Satimin, Bu Sumarni, Mbak Leni dan Mbak Lia, terima kasih atas
bantuannya kepada penulis selama masa studi dan penulisan tesis ini.
17. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan telah
membantu penulis selama menjalankan masa studi di FKG UI. Semoga
amal anda dibalas oleh Tuhan YME.
Jakarta, 10 Juni 2014
Penulis
vi
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
ABSTRAK
Latar Belakang: Objektifitas rasio akar-mahkota gigi klinis dan konvergensi akar
gigi. Tujuan: Menentukan rasio akar-mahkota gigi klinis dan tipe konvergensi
akar gigi molar pertama yang menyebabkan trauma oklusi. Material dan
Metode: Metode Lind (1972) dan metode baru untuk menentukan konvergensi
akar gigi. Hasil: Rasio >1,51= baik; 1-≤1,50= cukup baik; 0,51-0,99= buruk;
≤0,50=sangat buruk. Ada hubungan antara gabungan rasio akar-mahkota gigi
klinis dan konvergensi akar gigi dengan kegoyangan gigi (rs:0,302), lamina dura,
(rs: 0,211), resesi gingiva bukal (rs: 0,245), kehilangan perlekatan (rs: 0,233).
Kesimpulan: Ada hubungan antara rasio akar mahkota gigi yang tidak seimbang
disertai konvergensi akar gigi dengan trauma oklusi.
Kata Kunci: rasio akar-mahkota gigi, konvergensi akar gigi, trauma oklusi
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
ABSTRACT
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
PERNYATAAN ORISINALITAS ……………………………………… ii
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................... iii
KATA PENGANTAR.................................................................................. iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.................. vii
ABSTRAK...................................................................................................... viii
ABSTRACT................................................................................................... ix
DAFTAR ISI.................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL......................................................................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian................................................................ 5
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................. 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Trauma Oklusi …………………………………………... 7
2.1.1 Definisi dan Etiologi Trauma Oklusi…………………… 7
2.1.2 Trauma Oklusi dan Penyakit Periodontal………………. 7
2.1.3 Klasifikasi Trauma Oklusi……………………………… 12
2.1.4 Tanda-Tanda Klinis dan Gejala Trauma Oklusi………... 14
2.1.5 Pemeriksaan Radiografis Periapikal……………………. 16
2.1.5.1 Anatomi-Radiologis Jaringan Periodontal……… 17
2.1.5.2 Ruang Ligamen Periodontal……………………. 17
2.1.5.3 Lamina Dura……………………………………. 17
2.1.5.4 Alveolar Crest ………………………………….. 18
2.1.5.5 Kerusakan Tulang Alveolar…………………….. 18
2.1.6 Interpretasi Radiografis Periapikal……………………… 19
2.2 Mahkota Gigi dan Akar Gigi……………………………… 21
2.3 Rasio Akar-Mahkota Gigi Dan Konvergensi Akar Gigi … 21
2.4 Morfologi Akar Molar Pertama…………………………… 22
2.5 Kerangka Teori.................................................................... 25
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep................................................................. 26
3.2 Hipotesis.............................................................................. 26
3.2.1 Hipotesis Mayor................................................................ 26
3.2.2 Hipotesis Minor................................................................. 26
x Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
DAFTAR REFERENSI............................................................................. 63
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan Lolos Etik................................. 66
Lampiran 2 Sertifikat Kalibrasi Cephalometric Protractor 67
Lampiran 3 Foto Penelitian ……............................................. 69
Lampiran 4 Analisis SPSS 22.................................................. 71
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
DAFTAR GAMBAR
xiii
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
DAFTAR TABEL
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
BAB 1
PENDAHULUAN
Universitas Indonesia
1
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
2
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
3
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
4
buruk. Oleh karena, rasio akar-mahkota gigi yang tidak seimbang dan permukaan
akar gigi yang kurang, menyebabkan jaringan periodontal lebih rentan terhadap
cedera trauma oklusi.10
Secara anatomi, dukungan tulang alveolar dapat dibagi dalam beberapa
tingkat. Tingkat tulang alveolar untuk setiap gigi, didefinisikan sebagai massa
kritis dukungan tulang alveolar. Dukungan tulang alveolar yang tersisa pada
sepertiga tengah akar gigi adalah 40-50% dari total luas perlekatan permukaan
akar gigi sedangkan dukungan tulang alveolar pada sepertiga apikal, tidak
memadai untuk menstabilkan gigi. Untuk menentukan tingkat kritis dukungan
tulang alveolar dapat dilakukan dengan melakukan probing dan memetakan
kedalaman poket periodontal, yang kemudian dikorelasikan dengan bukti
radiografis kehilangan tulang alveolar.11
Höltta dkk. melakukan penelitian rasio akar-mahkota gigi permanen pada
populasi Finlandia sehat menggunakan radiograf panoramik. Hasil penelitiannya
menyatakan bahwa rasio akar-mahkota gigi molar pertama maksila pria
(1,87±0,15) lebih tinggi dibandingkan dengan wanita (1,80±0,15); dan tidak ada
perbedaan antara rasio akar-mahkota gigi molar pertama mandibula pria
(2,11±0,17) dengan wanita (2,07±0,18).12 Othman dkk. melakukan penelitian
rasio akar-mahkota gigi permanen pada populasi Malaysia dengan pertumbuhan
akar gigi yang penuh.9 Hasil penelitiannya menyatakan bahwa dari kedua gender,
tidak ada perbedaan rasio akar-mahkota gigi molar pertama maksila dan
mandibula antara pria dan wanita. Rasio akar-mahkota gigi molar pertama
maksila pria adalah 1,91±0,38 dan wanita adalah 1,86±0,34 sedangkan rasio akar-
mahkota gigi molar pertama mandibula pria adalah 2,42±0,33 dan wanita adalah
2,48±0,35.
Penelitian terhadap kasus-kasus penyakit periodontal periode tahun 2005-
2006 di Klinik Periodonsia RSKGM FKG UI menunjukkan bahwa prevalensi
penyakit periodontal yang diperberat oleh trauma oklusi cukup tinggi, yaitu 98
pasien (47%) dari 207 pasien yang datang. Dari 98 pasien tersebut ada 392 gigi
yang mengalami trauma oklusi dan 31,4 % (123 gigi) adalah pada gigi molar.
Penyebab oklusi traumatik yang ditemukan yaitu perbandingan akar-mahkota gigi
tidak seimbang sebesar 5,6%; bentuk mahkota gigi lebar sebesar 4,8%; kombinasi
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
5
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
6
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
9
Gambar 2.1 Perjalanan Klinis pada Periodontitis yang Tidak Dirawat. Merah: Fase Akut
(Destruksi); Biru: Fase Tenang. A. Jaringan Periodontal Sehat menunjukkan
Tulang Alveolar yang Utuh. B. Kehilangan Tulang Alveolar Mencapai
Sepertiga Tengah Akar. C. Kehilangan Tulang Alveolar Mencapai Sepertiga
Apikal Akar. D. Kehilangan Tulang Alveolar Seluruhnya. 17
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
10
Struktur-struktur yang
dipengaruhi oleh plak
Struktur-struktur yang
dipengaruhi oleh trauma
oklusi
Gambar 2.2 Lesi Inflamasi dan Trauma Oklusi yang Terjadi pada
Struktur-struktur Anatomi yang Berbeda.19
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
11
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
12
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
13
A B C
Gambar 2.5 Gaya Traumatik Dapat Terjadi pada A. Jaringan Periodontal Normal
dengan Tinggi Tulang Normal Ttrauma Oklusi Primer); B. Jaringan
Periodontal Normal dengan Tinggi Tulang yang Berkurang (Trauma
Oklusi Sekunder); atau C. Periodontitis Marjinalis dengan Tinggi Tulang
yang Berkurang.4
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
14
Trauma oklusi sekunder terjadi bila gaya oklusal yang tidak normal
mengenai jaringan periodontal yang tidak sehat/lemah disebabkan periodontitis.
Inflamasi marjinal menyebabkan hilangnya tulang alveolar sehingga kapasitas
adaptif jaringan untuk menahan kekuatan oklusal terganggu. Kondisi ini
mengurangi area perlekatan jaringan periodontal dan mengubah ketahanan
jaringan yang tersisa terhadap daya pengungkit. Jaringan periodontal menjadi
lebih rentan terhadap cedera dimana kekuatan oklusal yang sebelumnya
ditoleransi dengan baik, berubah menjadi traumatis.4 Gigi dengan jaringan
periodontal yang tidak sehat atau terinflamasi, ditambah gaya oklusal yang
berlebihan akan mengalami kehilangan tulang dan pembentukan poket yang
cepat.20
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
15
A B
Gambar 2.6 Gejala Klinis Trauma Oklusi: A. Migrasi Gigi 12 ke Distal. B. Atrisi
(Wear Facet) pada Gigi 41 dan 42 Selama Gerakan Mandibula ke Lateral
Kanan.22
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
16
Gambar 2.7 Gambaran Radiografis yang Menunjukkan Tanda-tanda Trauma Oklusi pada
Periodontitis Dalam Derajat Berbeda.22
Tabel 2.1 Gambaran Klinis dan Simptom Periodontitis yang Dapat Dilihat Secara Klinis
dan Radiologis 23
Gambaran klinis dan simptom Klinis Radiografis
Warna gingiva + -
Resesi gingiva + -
Kedalaman poket + -
Eksudat dari poket + -
Pelebaran ruang periodontal - +
Struktur dan permukaan alveolar crest - +
Kehilangan tulang horisontal - +
Kehilangan tulang vertikal (proksimal) - ±
Kehilangan tulang vestibular atau oral - ±
Bentuk alveolar crest - ±
Perbedaan tinggi tulang vestibular dan oral - ±
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
17
periodontal atau sering disebut sebagai ruang periodontal, lamina dura, alveolar
crest dan pola kehilangan tulang. Pada radiograf, ruang ligamen periodontal
terlihat sebagai garis gelap di sebelah akar gigi. Sebuah zona radiopak sempit di
sekitarnya adalah lamina dura (lamina cribosa), yang dikelilingi oleh tulang
cancellous. Dinding tulang alveolar terdiri dari lapisan tulang kortikal yang
mempengaruhi kepadatannya. Demarkasi koronal interproksimal dari tulang
alveolar dikenal sebagai alveolar crest. 23
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
18
sistem Havers. Di dalam tulang bundel berada serat Sharpey untuk memfiksasi
gigi.23, 24
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
19
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
20
Gambar 2.8 Potongan Sagital pada Gigi dan Tulang Alveolar, yang
Memperlihatkan: Ruang Periodonrtal, Lamina Dura dan
Alveolar Crest. 29
Dentin
Tambalan logam
Email
Tulang alveolar
Membrana periodontal
Ruang pulpa
Lamina dura
Tulang cancellous
Gambar 2.9 Radiograf Periapikal pada Sisi Kanan Mandibula Orang Dewasa Memperlihatkan
Struktur Gigi dan Jaringan Periodontal Normal. 24
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
21
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
22
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
23
pada gigi molar maksila pertama, rerata 4 mm dari cemento-enamel junction dan
terletak di tengah mid-fasial. Furkasi akar gigi mesial adalah 3 mm dari cemento-
enamel junction dan tidak berada di tengah. Furkasi akar gigi distal terletak 5 mm
dari cemento-enamel junction dan berada di tengah. Akar mesiobukal cukup besar
sehingga furkasi mesial ditemukan pada dua-pertiga dari arah bukal-palatal. 30
Akar palatal adalah terpanjang dan akar distobukal adalah yang terpendek.
Akar ini menyatu ke dasar servikal gigi yang luas, disebut batang akar gigi. Akar
mesiobukal dan akar distobukal sering melengkung ke distal. Pada akar
mesiobukal di pertengahan servikal melengkung dulu ke mesial sebelum menekuk
ke distal. Lengkungan sepertiga apikal pada akar mesiobukal mungkin cukup
untuk tempat apeks akar distal segaris dengan buccal groove mahkota gigi. Akar-
akar gigi molar pertama maksila hampir sama panjang (tidak lebih dari 1,5 mm);
biasanya akar mesiobukal sekitar 0,75 mm lebih panjang dibandingkan dengan
akar distobukal dan 0,75 mm lebih pendek dibandingkan dengan akar palatal.
Kedua akar mesiobukal dan distobukal meruncing ke apikal, apeks akar
mesiobukal biasanya lebih tumpul. Gambaran khas: rentangan sepertiga tengah
kedua akar bukal adalah hampir selebar mahkota gigi. Rasio akar-mahkota gigi
molar pertama maksila adalah 1,723 dan akar palatal adalah akar terpanjang yaitu,
sekitar 13,7 mm.3, 30
Gambar 2.10 Gambaran Anatomi Gigi Molar Pertama Maksila: DB= Disto-
30
Bukal, MB= Mesio-Bukal.
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
24
Gigi molar mandibula hanya memiliki dua akar gigi: akar mesial dan akar
distal, dengan dua akses furkasi yaitu bukal dan lingual. Letak furkasi pada gigi
molar pertama mandibula terletak ditengah mid-fasial dan mid-lingual. Jarak
furkasi dari cemento-enamel junction sekitar 3 mm di bukal dan 4 mm di lingual.
Akar mesial pada gigi ini, rerata 1 mm lebih panjang dibandingkan dengan akar
distal. Panjang akar gigi molar pertama mandibula adalah dua kali lebih panjang
dibandingkan dengan panjang mahkota gigi, rasio akar-mahkota gigi molar
3, 30
pertama adalah 1,83.
Bifurkasi akar gigi molar pertama mandibula terletak dekat garis servikal
dengan depresi di antara bifurkasi dan garis servikal, dan batang akar gigi relatif
pendek (lebih pendek dari pada molar kedua). Dari aspek bukal, akar distal pada
gigi molar pertama maksila lebih lurus dibandingkan dengan akar mesial dan
memiliki apeks yang meruncing. Lengkungan dan arah akar-akar gigi adalah baik
bila apeks akar mesial berada satu garis dengan mesiobukal groove pada mahkota
gigi, dan apeks akar distal terletak distal terhadap permukaan distal mahkota gigi.3
Bukal Lingual
30
Gambar 2.12 Gambaran Anatomi Gigi Molar Pertama Mandibula.
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
25
Akar konvergen
3, 16
1,6
Pengasahan selektif
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
26
BAB 3
1. Rasio akar-
mahkota gigi Trauma Oklusi yang
2. Akar gigi Memperberat Periodontitis
konvergen
3.2 Hipotesis
3.2.1 Hipotesis Mayor
Ada hubungan antara rasio akar-mahkota gigi klinis dan tipe konvergensi
akar gigi pada gigi molar pertama maksila dan mandibula dengan trauma
oklusi yang memperberat periodontitis
Universitas Indonesia
26
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
27
BAB 4
METODE PENELITIAN
27 Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
28
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
29
Analisis Data
4.6.2 Alat:
Kamera digital
X-ray film viewer ukuran: 40x45x8 cm
Cephalometric protractor/tracing template (Ormco Sybron).
Penggaris segitiga 600-900-300 (Faber-Castell).
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
30
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
31
R
cej
cej
R
C
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
32
Ac
Ac
Ap Oc
m d
m d
Oc Ap
Gambar 4.5 Pengukuran Konvergensi Akar Gigi Secara Radiografis
pada Gigi Molar Pertama Maksila dan Mandibula (m:
Garis Singgung di Mesial; d: Garis Singgung di Distal; Ap:
Bidang Apikal; Oc: Bidang Oklusal).
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
33
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
34
lemah; nilai rs: 0,41-0,70 berarti korelasinya kuat; nilai rs: 0,71-0,90 berarti
korelasinya sangat kuat; nilai rs: 0,91-0,99 berarti korelasinya sangat kuat sekali
dan nilai rs: 1.00 berarti korelasinya sempurna.33 Uji beda dua mean untuk data
numerik non parametrik dilakukan menggunakan uji Mann-Whitney. Penentuan
cut of point menggunakan analisis ROC-curve. 34
2 Kategori Adalah kategori Dari data numerik rasio Rasio akar- Kategorik
rasio perbandingan panjang akar-mahkota anatomis mahkota gigi
akar- akar dan tinggi mahkota dibuat menjadi kategori anatomis:
mahkota gigi anatomis berdasarkan cut of point >1,50 = rasio
anatomis yang diperoleh dari akar-mahkota baik
gigi analisis ROC curve. 1- ≤ 1,50 = rasio
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
35
5 Kategori Adalah kategori Dari data numerik rasio Rasio akar- Kategorik
rasio perbandingan antara akar-mahkota klinis mahkota gigi
akar- panjang akar dan tinggi dikategorikan klinis:
mahkota mahkota gigi sesuai berdasarkan cut of point >1,50 = rasio
anatomis dengan keadaan yang diperoleh dari akar-mahkota baik
gigi klinisnya analisis ROC curve. 1- ≤ 1,50 = rasio
molar akar-mahkota
pertama cukup baik
maksila 0,51- 0,99 = rasio
akar-mahkota
buruk
≤0,50= rasio akar-
mahkota sangat
buruk
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
36
7 Kategori Adalah kategori dari Dari data numerik Pada gigi molar Kategorik
konver- nilai konvergensi akar konvergensi akar pertama maksila:
gensi dikategorikan 0-2,6mm = akar
akar gigi berdasarkan cut of point lurus/sedikit
yang diperoleh dari konvergen
analisis ROC curve. 2,65 – 7,3mm=
akar konvergen
≥7,35mm = akar
sangat konvergen
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
37
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
38
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Universitas Indonesia
38
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
39
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
40
Tabel.5.5 Nilai Rerata dan Uji Beda Rerata Panjang Akar Gigi Anatomis, Tinggi Mahkota Gigi
Anatomis dan Tinggi Tulang Alveolar yang Hilang
N Min-Max Rerata ± Std.
p
Subjek Deviasi
Pengukuran panjang akar gigi klinis adalah sebagai berikut: panjang akar
gigi anatomis dikurangi tinggi tulang alveolar yang hilang dihitung mulai dari
cemento-enamel junction. Pengukuran tinggi mahkota gigi klinis adalah sebagai
berikut: tinggi mahkota anatomis ditambah tinggi tulang alveolar yang hilang
dihitung mulai dari cemento-enamel junction. Hasil pengukuran dapat dilihat pada
Tabel 5.6
Tabel 5.6 Distribusi Rerata, Minimum –Maksimum, Standar Deviasi pada Panjang Akar Gigi
Klinis dan Tinggi Mahkota Gigi Klinis Secara Radiografis
N Min-Max Rerata
(mm) (mm)
Panjang akar gigi klinis:
1 183 1,00-15,50 8,8071 ± 2,60566
2 183 2,50-16,00 8,8776 ± 2,42199
Tinggi mahkota klinis:
1 183 7,50-21,00 12,0754 ± 2,34298
2 183 6,50-19,00 12,0410 ± 2,34514
*Keterangan: 1: pengukuran pertama; 2: pengukuran kedua
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
41
Tabel 5.7 dapat dilihat distribusi rasio akar-mahkota gigi anatomis dan klinis
pada gigi molar pertama maksila dan mandibula.
Tabel 5.7 Distribusi Rerata, Minimum-Maksimum, Standar Deviasi pada Rasio Akar-
Mahkota Anatomis Gigi Molar Pertama
N Min-max Rerata rasio akar-
mahkota gigi
Rasio akar-mahkota gigi anatomis:
Gigi molar maksila 96 1,33-2,68 2,0121 ± 0,27673
Gigi molar mandibula 87 1,38-3,20 2,0088 ± 0,30914
Rasio akar-mahkota gigi klinis:
Gigi molar maksila 96 0,11-1,72 0,8141 ± 0,30832
Gigi molar mandibula 87 0,19-1,48 0,7413 ± 0,29508
Tabel 5.8 Titik Potong pada Rerata Rasio Akar-Mahkota Gigi Anatomis
Rasio Akar-Mahkota Titik Area Di Bawah Sensitivitas Spesifisitas
Gigi Anatomis Potong Kurva ROC
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
42
Tabel 5.9 Titik Potong Pada Rerata Rasio Akar-Mahkota Gigi Klinis
Rasio Akar-Mahkota Titik Area Di Bawah Sensitivitas Spesifisitas
Gigi Klinis Potong Kurva ROC
Kegoyangan gigi 0,5100 0,474 0,733 0,821
Penebalan lamina dura 0,5100 0,631 0,946 0,756
Keterangan: Uji ROC-curve dengan α: 0,05
Berdasarkan titik potong di atas maka rerata rasio mahkota akar gigi
anatomis-radiografis dapat dikategorikan sebagai berikut: >1,50 = rasio akar-
mahkota gigi baik; 1- ≤ 1,50 = rasio akar-mahkota gigi cukup baik. Dari data
deskriptif pada rasio akar-mahkota gigi klinis ternyata ada gigi dengan rasio akar-
mahkota gigi klinis yang ukurannya baik bila dilihat dari pandangan anatomis.
Oleh karena itu pada gigi dengan rasio akar-mahkota gigi baik ini di kategorikan
sesuai dengan kategori anatominya, maka rerata rasio akar-mahkota gigi klinis-
radiografis dapat dikategorikan sebagai berikut: >1,50= rasio akar-mahkota gigi
baik; 1- ≤1,50 = rasio akar-mahkota gigi cukup baik; 0,51- 0,99 = rasio akar-
mahkota gigi buruk; dan ≤0,50= rasio akar-mahkota gigi sangat buruk. Pada
Gambar 5.1 dapat dilihat perbedaan antara jumlah gigi dengan rasio akar-
mahkota gigi anatomis dan klinis.
177
180
160
140
107
Jumlah Sampel
120
100
80
60 39 34
40
6 3
20
0
Rasio akar‐ Rasio akar‐
mahkota mahkota klinis
anatomi
Gambar 5.1 Grafik Distribusi Rasio Akar-Mahkota gigi Anatomis dan Rasio Akar-Mahkota
Gigi Klinis pada Gigi Molar Pertama Maksila dan Mandibula
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
43
Resesi gingiva merupakan salah satu gambaran klinis trauma oklusi. Pada
analisis statistik dilakukan uji korelasi Spearman antara rasio-akar-mahkota gigi
klinis dengan resesi gingiva. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan, rasio
akar-mahkota gigi klinis mempunyai hubungan negatif dengan semua resesi
dengan tingkat hubungan lemah. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan resesi
menyebabkan menurunnya rasio akar-mahkota gigi, dimana panjang akar yang
tertanam di dalam tulang alveolar menurun, sehingga tinggi mahkota gigi klinis
bertambah, hal ini berdampak terhadap penurunan rasio akar-mahkota gigi. Ada
hubungan tingkat kuat sampai sangat kuat antar resesi gingiva. Pada Tabel 5.10
dapat dilihat hasil uji korelasi Spearman.
Tabel 5.10 Uji Korelasi antara Rasio Akar-Mahkota Gigi Klinis dengan
Resesi Gingiva
Resesi
Resesi mesial Resesi bukal Resesi distal lingual/palatal
Rasio akar- rs -0,221** -0,264** -0,141 -0,179*
mahkota gigi klinis p 0,003 0,000 0,058 0,015
Resesi mesial rs 1,000 0,579** 0,713** 0,531**
p . 0,000 0,000 0,000
Resesi bukal rs 0,579** 1,000 0,571** 0,613**
p 0,000 . 0,000 0,000
Resesi distal rs 0,713** 0,571** 1,000 0,597**
p 0,000 0,000 . 0,000
** ** **
Resesi rs 0,531 0,613 0,597 1,000
lingual/palatal p 0,000 0,000 0,000 .
Keterangan: Uji korelasi Spearman, rs= koefisien korelasi Spearman; p: tingkat kemaknaan
** korelasi bermakna pada α: 0,01; * korelasi bermakna pada α: 0,05
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
44
Tabel 5.11 Uji Korelasi antara Rasio Akar-Mahkota Gigi Klinis dengan
Loss of Attachment
Loss of attachment
Mesial Bukal Distal Lingual/palatal Rerata
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
45
Tabel 5.12 Distribusi Rerata, Minimum-Maksimum, Standar Deviasi pada Konvergensi Akar
Gigi Molar Maksila dan Mandibula
Nilai konvergensi akar gigi N Min-Max Rerata
(mm) (mm)
Molar pertama maksila 96 2,00-12,00 7,3302±2,20041
Molar pertama mandibula 87 0,50-9,00 4,7816±1,68992
Untuk mendapatkan titik potong nilai konvergensi akar gigi, dilakukan uji
ROC-curve dengan state variabel adalah: kegoyangan gigi dan penebalan lamina
dura. Penentuan titik potong adalah berdasarkan sensitivitas, spesifitas dan area di
bawah kurva ROC (α: 0,05). Karena anatomi konvergensi akar pada gigi molar
maksila sangat berbeda dengan gigi molar mandibula, maka konvergensi akar
dibuat 2 kelompok yaitu: konvergensi akar gigi molar maksila dan konvergensi
akar gigi molar mandibula. Hasil analisis ROC-curve dapat di lihat pada Tabel
5.13
Tabel 5.13 Titik Potong pada Rerata Konvergensi Gigi Molar Pertama
Titik Area di bawah
Konvegensi Akar Potong kurva ROC Sensitivitas Spesifisitas
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
46
sebagai berikut: (1) pada gigi molar pertama maksila: 0-2,6 mm adalah akar
lurus/sedikit konvergen; 2,65mm-7,3mm adalah akar konvergen; dan ≥7,35mm
adalah akar sangat konvergen; (2) pada gigi molar mandibula: 0-2,6mm adalah
akar lurus/sedikit konvergen; 2,65mm-4,8mm adalah akar konvergen; dan
≥4.85mm adalah akar sangat konvergen. Pada Gambar 5.2 dapat dilihat distribusi
konvergensi gigi molar maksila dan mandibula.
48
50 46
41
38
Jumlah Sampel
40
30
20
8
10 2
0
Gigi molar Gigi molar
pertama pertama
maksila mandibula
Gambar 5.2 Distribusi Kategori Konvergensi Akar Gigi Molar Pertama Maksila dan Mandibula
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
47
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
48
kegoyangan gigi dan penebalan lamina dura, menunjukkan ada hubungan dengan
tingkat hubungan lemah, dapat dilihat pada Tabel 5.15
Tabel 5.14 Distribusi Gigi Molar Pertama Maksila dan Mandibula dengan Rasio Akar-Mahkota
Gigi Tidak Sesuai dan Akar Gigi yang Konvergen
Gigi molar pertama Gigi molar pertama
Rasio akar-mahkota gigi maksila mandibula
N (%) N (%)
Baik: akar lurus/sedikit konvergen - - - -
akar konvergen 2 2,1 - -
akar sangat konvergen 1 1,0 - -
Cukup baik : akar lurus/sedikit konvergen 1 1,0 3 3,4
akar konvergen 5 5,2 6 6,9
akar sangat konvergen 12 12,5 12 13,8
Buruk: akar lurus/sedikit konvergen 1 1,0 4 4,6
akar konvergen 29 30,2 22 25,3
akar sangat konvergen 30 31,3 21 24,1
Sangat buruk: akar lurus/sedikit konvergen - - 1 1,1
akar konvergen 10 10,4 10 11,5
akar sangat konvergen 5 5,2 8 9,2
Total 96 100,0 87 100,0
Tabel 5.15 Uji Korelasi antara Gabungan Rasio Akar-Mahkota Gigi Klinis dan Tipe Konvergensi
Akar Gigi dengan Kegoyangan Gigi, Penebalan Lamina Dura dan Resesi Gingiva
Penebalan
Kegoyangan lamina Resesi Resesi Resesi Resesi
gigi dura mesial bukal distal lingual/palatal
Gabungan rasio
akar-mahkota rs 0,302** 0,211** 0,082 0,245** 0,057 0,128
gigi klinis dan
tipe p
konvergensi 0,000 0,004 0,271 0,001 0,441 0,085
akar gigi
Keterangan: Uji korelasi Spearman, rs= koefisien korelasi Spearman, p: tingkat kemaknaan
** korelasi bermakna pada α: 0,01; * korelasi bermakna pada α: 0,05
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
49
Tabel 5.16 Uji Korelasi antara Gabungan Rasio Akar-Mahkota gigi Klinis dan Tipe Konvergen
Akar dengan Diagnosis Periodontitis dan Loss of Attachment
Diagnosis
Periodontitis Rerata loss of attachment
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
50
Gambar 5.3 Diagram Tebar Hubungan antara Rerata Loss of Attachment, Rerata Rasio Akar-
Mahkota Gigi Klinis-Radiografis, Derajat Kegoyangan Gigi dan Diagnosis
Periodontitis
Gambar 5.4 Diagram Tebar Hubungan antara Rerata Loss of Attachment, Rerata Rasio Akar-
Mahkota Gigi Klinis-Radiografis, Derajat Kegoyangan Gigi dan Kategori Rasio
Akar-Mahkota Gigi Klinis-Radiografis
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
51
Gambar 5.5 Diagram Tebar Hubungan antara Rerata Loss of Attachment, Rerata Rasio Akar-
Mahkota Gigi Klinis-Radiografis, Kategori Rasio Akar-Mahkota Gigi Klinis-
Radiografis dan Kategori Konvergensi Akar Gigi Molar Maksila dan Mandibula
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
52
BAB 6
PEMBAHASAN
Universitas Indonesia
52
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
53
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
54
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
55
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
56
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
57
oklusi.37 Dari hasil penelitian ini menunjukkan resesi gingiva yang terjadi adalah:
resesi di mesial sebanyak 1mm-8mm (31,1%), resesi di bukal sebanyak 1mm-
6mm (44,8%), resesi di distal sebanyak 1mm-6mm (32,8%), dan resesi di
lingual/palatal sebanyak 1mm-10mm (60,1%).
Istilah trauma oklusi primer dan sekunder telah digunakan untuk
menjelaskan tanda-tanda klinis trauma oklusi yang didasari oleh kegoyangan gigi
yang bermakna. Pada trauma oklusi primer, kegoyangan gigi yang disebabkan
gaya oklusal berlebihan pada gigi dengan struktur jaringan pendukung normal
adalah bersifat reversibel. Pada gigi yang telah kehilangan jaringan penyangga
periodontal, dapat menjadi subjek trauma oklusi sekunder, sehingga “gaya oklusal
normal” dapat menyebabkan trauma pada apparatus perlekatan gigi tersebut,
sehingga dapat menyebabkan kegoyangan gigi yang bermakna.19 Pada penelitian
ini, kegoyangan gigi dijumpai dalam 01, 02 dan 03 sebesar 58,5%. Hasil uji
korelasi Spearman antara derajat kegoyangan gigi dengan rerata loss of
attachment menunjukkan hubungan yang kuat (rs: 0,483; p: 0,000), dengan kata
lain trauma oklusi pada kasus-kasus periodontitis memberikan gambaran klinis
kegoyangan gigi yang bermakna.
Di dalam jaringan periodontal, ligamen periodontal terdiri dari ribuan
bundel serat kolagen yang melekat ke sementum akar gigi ke soket tulang
alveolar. Dalam hal ini, ligamen periodontal adalah analog dengan ligamen yang
melekatkan satu tulang ke tulang lainnya. Serat ini, dari apeks ke gingiva bebas
(free gingiva), meliputi serat-serat: apikal, oblik, horisontal dan serat-serat
alveolar crest. Serat-serat transeptal dan serat gingiva bebas menghubungkan
gingiva bebas ke sementum. Ligamen periodontal memberikan dukungan utama
pada gigi dan memberikan resistensi terhadap gaya misalnya sewaktu mastikasi. 3
Gaya yang berlebihan dapat menyebabkan perubahan patologis di dalam
ligamen periodontal. Trauma oklusi, dalam bentuk tegangan dan kompresi pada
ligamen periodontal dapat menyebabkan pelebaran ruang periodontal.19 Philstrom
dkk. meneliti asosiasi antara tanda-tanda trauma oklusi dengan periodontitis
menyatakan bahwa gigi yang mengalami trauma oklusi secara radiografis
mengalami pelebaran ruang ligamen periodontal.20 Pelebaran ruang periodontal
juga dapat dilihat pada radiograf gigi yang goyang, walaupun tidak disertai
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
58
resorpsi tulang vertikal atau anguler dan tanpa peningkatan kedalaman poket.5
Dari 183 radiograf periapikal yang diteliti, semuanya menunjukkan pelebaran
ruang periodontal. Berdasarkan hasil pemeriksaan radiografis tersebut dapat
dikatakan bahwa gigi yang menjadi sampel penelitian telah mengalami trauma
oklusi.
Gambaran radiografis berupa penebalan lamina dura, menjadi tanda klinis
trauma oklusi. Penebalan lamina dura dapat terjadi kontinyu dan diskontinyu.22
Dari penelitian ini menunjukkan penebalan lamina dura kontinyu (30,6%),
penebalan lamina dura diskontinyu (55,2%) dan lamina dura tidak ada/absen
(14,2%).
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
59
akar lurus/sedikit konvergen. Tidak dijumpai akar gigi yang divergen (memancar)
baik pada gigi molar pertama maksila atau mandibula.
Derajat konvergensi akar gigi, berperan serta sebagai salah satu faktor
yang menentukan stabilitas gigi. Gigi dengan akar gigi yang konus, cenderung
memiliki area akar terbesarnya di setengah koronal akar, dan area akar menjadi
lebih kecil di setengah apikal akar. Gigi molar pertama maksila, seharusnya
memiliki tiga akar gigi yang divergen dan pada gigi molar pertama mandibula
seharusnya memiliki apeks akar distal yang terletak distal terhadap permukaan
distal mahkota giginya.3 Anatomi akar gigi molar pertama maksila dan mandibula
tersebut, akan memberikan stabilitas gigi dan resistensi terhadap gaya oklusal dan
lateral.
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
60
6.7 Relevansi Rasio Akar-Mahkota Gigi dan Konvergensi Akar Gigi sebagai
penyebab Trauma Oklusi pada Periodontitis
Hubungan antara gaya oklusal dan penyakit periodontal telah banyak
diteliti secara luas. Di dalam penelitian ini, hasil uji korelasi Spearman antara
gabungan rasio akar-mahkota gigi klinis dan tipe konvergensi akar dengan
manifestasi klinis trauma oklusi, yaitu resesi gingiva, kegoyangan gigi dan
penebalan lamina dura, menunjukkan ada hubungan yang lemah antara gabungan
rasio akar-mahkota gigi dan konvergensi akar gigi dengan: kegoyangan gigi, rs:
0,302 ; penebalan lamina dura, rs: 0,211; resesi gingiva di bukal, rs: 0,245; loss
of attachment, rs: 0,233 dan diagnosis penyakit periodontal, rs: 0,220.
Berdasarkan hasil analisis tersebut di atas, dapat dibuktikan ada hubungan antara
rasio akar-mahkota gigi yang tidak seimbang disertai dengan konvergensi akar
gigi dengan trauma oklusi yang memperberat periodontitis.
Beberapa jenis cacat pada struktur akar yang melemahkan perlekatan
periodontal dan merupakan daerah yang potensial untuk berkembangnya penyakit
periodontal. Cedera pada jaringan periodontal akibat trauma oklusi dapat
mengakibatkan perubahan destruktif di dalam tulang, ligamen periodontal, dan
akar gigi. Fitur anatomi akar bisa menjadi fokus dimana terkonsentrasi gaya
oklusal. Fokus ini terjadi karena kurvatura akar gigi terhadap tulang dan ligamen
periodontal, memungkinkan gigi menyalurkan tekanan terhadap ligamen
periodontal dan tulang dalam berbagai arah.3
Tegangan dan tekanan dari gaya oklusal berlebihan akan ditransmisi ke
ligamen periodontal menghasilkan perubahan molekuler dan fisiokemikal pada
substansi dasar dan komponen fibrosa jaringan ini. Hal tersebut, menyebabkan
perubahan histologis secara kualitatif dan kuantitatif sebagai respon jaringan
yang khas terhadap cedera dengan perubahan atrofi, degeneratif dan nekrotik di
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
61
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
62
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
7.1.1 Ada hubungan antara rasio akar-mahkota gigi klinis pada gigi molar
pertama maksila dan mandibula yang tidak seimbang dengan trauma
oklusi yang memperberat periodontitis.
7.1.2 Ada hubungan antara konvergensi akar gigi molar pertama maksila dan
mandibula dengan trauma oklusi.
7.1.3 Ada hubungan antara rasio akar-mahkota gigi klinis yang tidak seimbang
disertai dengan konvergensi akar gigi dengan trauma oklusi yang
memperberat penyakit periodontitis
7.2 Saran
7.2.1 Penelitian ini dilakukan pada data sekunder dan radiograf periapikal yang
sudah ada. Untuk memperoleh data rasio akar-mahkota gigi yang lebih
akurat, diperlukan penelitian lebih lanjut menggunakan data primer yaitu
radiograf periapikal yang diambil dengan teknik radiografi yang ideal,
pemrosesan film yang standar serta dilakukan oleh radiografer yang sama
atau yang sudah dikalibrasi. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan
distrosi radiograf periapikal.
7.2.2 Data sekunder, yaitu status pasien-pasien di Klinik Periodonsia RSKGM
FKG UI telah memberikan manfaat di dalam penelitian ini, sehingga untuk
di masa mendatang diperlukan pencatatan status pasien dengan teliti, benar
dan lengkap. Berdasarkan status yang baik, maka akan diperoleh data
sekunder yang akurat
7.2.3 Pada penelitian diperoleh cara pengukuran konvergensi akar gigi, untuk itu
perlu pengembangan metode ini di dalam penelitian-penelitian
selanjutnya, sehingga metode ini dapat menjadi metode standar.
62 Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
63
DAFTAR REFERENSI
3. Woelfel JB, Scheid RC. Dental Anatomy. Its Relevance To Dentistry. 5th
ed. (Zinner SR, ed.). Baltimore, Maryland: Williams & Wilkins. 1997:87-
97, 213-266.
5. Boever J De, Boever A De. Occlusion and periodontal health. In: Occlusion
and clinical practice. An evidence based approach. Wright Publishing;
2004:83-90. Available at: http://hdl.handle.net/1854/LU-284997. Accessed
January 16, 2014.
6. Stahl SS. The role of occlusion in the etiology and therapy of periodontal
disease. Angle Orthod. 1970;40(4):347-52.
10. Goodman SF, Novak KF. Determination of Prognosis. In: Jovanovic SA,
Haake SK, Novak MJ, eds. Carranza’s Clinical Periodontology. 9th ed.
Philadelphia: W.B. Saunders. 2002:475-486.
63 Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
64
15. Shaddox LM, Walker CB. Treating chronic periodontitis: current status,
challenges, and future directions. Clin Cosmet Investig Dent. 2010;2:79-91.
16. Polson AM, Heijl LC. Occlusion and Periodontal Disease. Dent Clin North
Am. 1980; 24(4):783-795.
17. Wolf HF, Hassel TM. Color Atlas of Dental Hygiene. Periodontology. New
York: Thieme. 2006:1-4, 22, 39-40, 95-98.
20. Pihlstrom BL, Anderson KA, Aeppli D, Schaffer EM. Association between
signs of trauma from occlusion and periodontitis (Abstract). J Periodontol.
1986;57:1-6.
22. Davies SJ, Gray RJ, Linden GJ, James J. Occlusal considerations in
periodontics. Br Dent J. 2001;191(11):597-604.
25. Whaites E. Essentials of Dental Radiography and Radiology. 4th ed. (R.A.
Cawson, ed.). London: Elsevier Limited. 2007:91-115.
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
65
26. Jin LJ, Cao CF. Clinical diagnosis of trauma from occlusion and its relation
with severity of periodontitis. J Clin Periodontol. 1992;19:92-97.
30. Sharuga CR. Furcation Anatomy. Dimens Dent Hyg. 2010;8(5):36, 38-39.
32. UJi Validitas & Reliabilitas dengan SPSS. Pelatihan Statistik. Res Indones.
2012. Available at: http://www.pelatihan-ui.com. Accessed January 16,
2014.
37. Kundapur PP, Bhat KM, Bhat GS. Association of Trauma from Occlusion
with Localized Gingival Recession in Mandibular Anterior Teeth. Dent Res
J. 2009;6(2):71-74.
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
66
66 Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
67
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
68
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
69
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
70
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
71
Statistik df p
Uji Beda 2Mean dengan Uji Mann Whitney Untuk Pengukuran 1 dan 2
Ranks
pengukuran N Mean Rank Sum of Ranks
Panjang akar gigi anatomis pengukuran pertama 183 181,42 33200,50
pengukuran kedua 183 185,58 33960,50
Total 366
Tinggi mahkota gigi pengukuran pertama 183 185,95 34028,00
pengukuran kedua 183 181,05 33133,00
Total 366
Tinggi tulang alveolar yang pengukuran pertama 183 183,37 33557,50
hilang pengukuran kedua 183 183,63 33603,50
Total 366
Test Statisticsa
Panjang akar Tinggi mahkota Tinggi tulang
gigi anatomis gigi antomis alveolar yang hilang
Mann-Whitney U 16364,500 16297,000 16721,500
Wilcoxon W 33200,500 33133,000 33557,500
Z -,377 -,451 -,023
Asymp. Sig. (2-tailed) ,706 ,652 ,982
a. Grouping Variable: pengukuran
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014
72
Universitas Indonesia
Hubungan antara..., Dr Drg Wita Anggraini Mbiomed Pak, FKG UI, 2014