Anda di halaman 1dari 56

PERHITUNGAN UKURAN DAN ASOSIASI PENYAKIT

SAKIT KEPALA DI PT. X


(KALIMANTAN SELATAN)

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN
BANJARBARU
2017
TUGAS BESAR EPIDEMIOLOGI

PERHITUNGAN UKURAN DAN ASOSIASI PENYAKIT


SAKIT KEPALA DI PT. X
(KALIMANTAN SELATAN)

Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. Ir. Qomariyatus Sholihah, Dipl.Hyp., S.T., M.Kes
NIP. 19780420 200501 2 002

Disusun Oleh:
Alviana Nursa’adah H1E115001 2015
Tri Lutfi Nawawi H1E115025 2015
Abdul Rasyid H1E115027 2015

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN
BANJARBARU

2017
REKTOR UNLAM

Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si.,


M.Sc
NIP.19660331 199102 1 001

WAKIL REKTOR 1 WAKIL REKTOR 2 WAKIL REKTOR 3 WAKIL REKTOR 4

Dr. Ir. H.Abrani Sulaiman, Prof. Dr. Ir. H. Yudi Firmanul


Dr. Ahmad Alim Bachri, SE., Dr. Hj Aslamiah, M.Pd., Ph.D
M.Sc. Arifin, M.Sc
M.Si NIP. 196001101986032001
NIP. 196707161992031002
NIP. 19671231 199512 1 002 NIP. 196401051990031023

DEKAN FAKULTAS TEKNIK

Dr.Ing Yulian Firmana Arifin,


S.T.,M.T
NIP. 19750719 200003 1 002

KETUA PRODI TEKNIK


LINGKUNGAN

Dr. Rony Riduan, S.T., M.T


NIP. 19761017 199903 1 003

DOSEN MATA KULIAH DOSEN MATA KULIAH


EPIDEMOLOGI EPIDEMOLOGI

Prof. Dr. Ir. Qomariyatus Sholihah, Amd. Rd. Indah Nirtha Nilawati N.P.S, ST.,
Hyp., S.T., Mkes. M.Si
NIP. 19780420 200501 2 002 NIP. 19770619 200801 2 019

Abdul Rasyid
Ucapanterimakasih
Tri Lutfi Nawawi kami ucapkankepada Alviana
: Nursa’adah
H1E115025 H1E115027
H1E115001
1. RektorUniversitasLambungMangkurat :
Prof. Dr. H. SutartoHadi, M.Si, M.Sc.

2. wakil rektor 1 UniversitasLambungMangkurat


Dr. Ahmad Alim Bachri, SE., M.Si

3. Wakil rektor 2UniversitasLambungMangkurat


Dr. Hj Aslamiah, M.Pd., Ph.D

4. Wakil rektor3UniversitasLambungMangkurat
Dr. Ir. H.Abrani Sulaiman, M.Sc.
5. Wakil rektor 4 UniversitasLambungMangkurat
Prof. Dr. Ir. H. Yudi Firmanul Arifin, M.Sc

6.DekanFakultasTeknikUniversitasLambungMang
kurat :
Dr-IngYulianFirmanaArifin, ST., MT.

7. Kepala Prodi TeknikLingkunganUniversitas


LambungMangkurat :
Dr. RonyRiduan, ST., MT.

8. Dosen Mata KuliahEpidemiologi :


Prof. Dr. Ir. Qomariyatus Sholihah, Dipl.hyp,
ST., M.Kes
9. Dosen Mata Kuliah Epidemiologi :
Rd. Indah Nirtha Nilawati N.P.S, ST., M.

10. AnggotaKelompok :
 Asrariyah
 Raudatun Ni’mah
 Syahrijal Azhar
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya makalah yang berjudul
“Perhitungan Ukuran Dan Asosiasi Penyakit Sakit Kepala Di Pt. X (Kalimantan Selatan)” ini
dapat diselesaikan tepat waktu. Makalah ini diajukan sebagai tugas mata kuliah Epidemeologi.
Didalam makalah ini Penulis memaparkan definisi skrining serta contoh pelaksanaan skrining pada
kasus-kasus yang berkaitan dalam teknik lingkungan. Dalam penulisan makalah ini, Penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu. Penulis merasa
berkewajiban dan perlu menyampaikan ucapan terima kasih serta penghargaan, kepada yang
terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M. Si, M. Sc selaku rektor Universitas Lambung
Mangkurat.
2. Bapak DR. Ing. Yulian Firmana Arifin, ST. MT selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Lambung Mangkurat.
3. Bapak Chairul Irawan, ST., MT., Ph.D selaku PD I Dekan Fakultas Teknik Universitas
Lambung Mangkurat. 4. Bapak Dr. Andy Mizwar, ST., M.Si selaku PD II Dekan Fakultas
Teknik Universitas Lambung Mangkurat.
4. Bapak Nurhakim, ST. MT selaku PD III Dekan Fakultas Teknik Universitas Lambung
Mangkurat.
5. Bapak Rony Ridwan, ST. MT selaku Kepala Prodi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik
Universitas Lambung Mangkurat.
6. Ibu Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah, Dipl.hyp selaku Dosen mata kuliah Epidemiologi.
7. Ibu Rd. Indah Nirta, ST., M.Si selaku Dosen mata kuliah Epidemiologi.
8. Pihak PT X yang telah memberikan bantuan serta dukungan dalam pengerjaan makalah
ini.
9. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan doa dan dukungan dalam pengerjaan
makalah ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi Penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Banjarbaru, Desember 2011

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iv

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penelitian 2
1.4 Manfaat Penelitian 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4


2.1 Ukuran Rasio 19
2.2 Ukuran Beda 25
2.3 Penggunaan Ukuran Asosiasi 28
2.4 Instansi 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 30


3.1 Rancangan Penelitian 30
3.2 Populasi dan Sampel 30
3.3 Instrumen Penelitian 30
3.4 Variabel Penelitian 31
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian 31
3.6 Prosedur Penelitiaan 31
3.7 Pengumpulan dan Pengolahan Data 32
3.8 Cara Analisis Data 33
3.9 Kerangka Konsep dan Hipotesis 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 34


4.1 Hasil Penelitian 34

iii
4.2 Pembahasan 34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 37


5.1 Kesimpulan 37
5.2 Saran 37

DAFTAR PUSTAKA 38
LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL

1. Data Perhitungan Resiko Relatif (RR)

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan dari

peristiwa kesehatan dan peristiwa lainnya yang berhubungan dengan kesehatan

yang menimpa sekelompok masyarakat dan menerapkan ilmu tersebut untuk

memecahkan masalah-masalah tersebut. Konsep penyebab dan proses terjadinya

penyakit dalam epidemiologi berkembang dari rantai sebab akibat kesuatu proses

kejadian penyakit yakni proses interaksi antara manusia (pejamu) dengan berbagai

sifat dengan penyebab serta dengan lingkungan. Tujuan dari epidemiologi adalah

memberikan gambaran mengenai penyebaran, kecenderungan, dan riwayat

alamiah penyakit, menjelaskan penyebab dari suatu penyakit, meramalkan

kejadian suatu penyakit, serta mengendalikan penyebaran penyakit dan masalah

kesehatan lainnya di masyarakat. Epidemiologi menggunakan beragam alat-alat

ilmiah, dari kedokteran dan statistik sampai sosiologi dan antropologi. Banyak

penyakit mengikuti arus migrasi penduduk, sehingga pemahaman tentang

bagaimana penduduk bergerak mengikuti musim sangat penting untuk memahami

penyebaran penyakit tertentu pada populasi tersebut. Epidemiologi tidak hanya

berkutat pada masalah penyebaran penyakit, tetapi juga dengan cara

penanggulangannya.

Indonesia adalah negara dengan perekonomian yang tengah berkembang.

Karena itu, pembangunan infrastruktur khususnya pembangunan jalan tol sangat

1
diperlukan. Jalan tol merupakan jalan umum yang pembangunanya ditanggung

oleh pemerintah. Berbeda dengan jalan umum non tol, pengguna jalan tol wajib

membayar biaya tol atas kompensasi bebas hambatan. Biaya tol pun bervariasi,

tergantung tujuan perjalanan. Adapun permasalahan-permasalahan lain yang

sering terjadi di jalan tol, yaitu kecelakaan, jalan berlubang dan banjir. Ketiga hal

tersebut merupakan permasalahan-permasalahan yang kompleks karena dapat

disebabkan oleh para pengguna dan penyedia. Karena itu, industri jalan tol adalah

industri yang menjanjikan, disamping masalah-masalah yang terjadi di jalan tol.

Industri jalan tol menjanjikan karena tarif tol yang selalu naik setiap dua tahun

sekali, ditambah lagi perkembangan ekonomi Indonesia yang terus tumbuh

sehingga jalan tol sangat dibutuhkan sebagai akses jalan bebas hambatan.

Industri adalah bidang yang menggunakan ketrampilan, dan ketekunan kerja

dan penggunaan alat-alat di bidang pengolahan hasil-hasil bumi, dan distribusinya

sebagai dasarnya. Maka industri umumnya dikenal sebagai mata rantai

selanjutnya dari usaha-usaha mencukupi kebutuhan (ekonomi) yang berhubungan

dengan bumi, yaitu sesudah pertanian, perkebunan, dan pertambangan yang

berhubungan erat dengan tanah. Kedudukan industri semakin jauh dari tanah,

yang merupakan basis ekonomi, budaya, dan politik.

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait

dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di

sebuah institusi maupun lokasi proyek. Tujuan K3 adalah untuk memelihara

kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja. K3 juga melindungi rekan kerja,

keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga mungkin terpengaruh

2
kondisi lingkungan kerja. Kesehatan dan keselamatan kerja cukup penting bagi

moral, legalitas, dan finansial. Semua organisasi memiliki kewajiban untuk

memastikan bahwa pekerja dan orang lain yang terlibat tetap berada dalam

kondisi aman sepanjang waktu. Praktik K3 (keselamatan kesehatan kerja) meliputi

pencegahan, pemberian sanksi, dan kompensasi, juga penyembuhan luka dan

perawatan untuk pekerja dan menyediakan perawatan kesehatan dan cuti sakit. K3

terkait dengan ilmu kesehatan kerja, teknik keselamatan, teknik

industri, kimia, fisika kesehatan, psikologi organisasi dan industri, ergonomika,

dan psikologi kesehatan kerja.

Konstruksi adalah salah satu pekerjaan yang paling berbahaya di dunia,

menghasilkan tingkat kematian yang paling banyak di antara sektor

lainnya. Risiko jatuh adalah penyebab kecelakaan tertinggi. Penggunaan peralatan

keselamatan yang memadai seperti guardrail dan helm, serta pelaksaan prosedur

pengamanan seperti pemeriksaan tangga non-permanen dan scaffolding mampu

mengurangi risiko kecelakaan. Tahun 2010, National Health Interview

Survey mengidentifikasi faktor organisasi kerja dan psikososial dan paparan

kimiawi/fisik pekerjaan yang mampu meningkatkan beberapa risiko dalam K3. Di

antara semua pekerja kontruksi di Amerika Serikat, 44% tidak memiliki standar

pengaturan kerja, sementara pekerja di sektor lainnya hanya 19%. Selain itu 55%

pekerja konstruksi memiliki pengalaman ketidak-amanan dalam bekerja,

dibandingkan 32% pekerja di sektor lainnya. 24% pekerja konstruksi terpapar

asap yang bukan pekerjaannya, dibandingkan 10% pekerja di sektor lainnya.

Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari suatu penyakit berdasarkan

3
asal penyakit tersebut berasal, agar dapat ditentukan penyebab utamanya. Dalam

hal mendekati suatu penyakit, epidemiologi memiliki banyak pendekatan. Salah

satunya yaitu dengan pendekatan Ukuran Asosiasi dimana rasio penyakit di

menjadi perhitungan utama dalam menentukan penyebab utama penyakit tersebut.

Beberapa ukuran asosiasi yaitu resiko relatif, rasio lajui insidensi, rasio odds, beda

risiko, beda laju insidensi dan penggunaan ukuran.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi

pekerja sekitar agar mereka lebih meningkatkan kesadaran tentang

bahaya tidak menggunakan APD dan dampaknya bagi pekerja.

2. Bagaimana penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi

dan referensi bagi mahasiswa.

3. Bagaimana penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi akan

pentingnya kesehatan lingkungan.

4. Bagaimana penelitian ini dapat mengingatkan kembali pencegahan

penyakit sakit kepala dan penanggulangan penyakitnya.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui ukuran asosiasi penyakit sakit kepala pada PT. X

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi

4
pekerja sekitar agar mereka lebih meningkatkan kesadaran tentang

bahaya tidak menggunakan APD dan dampaknya bagi pekerja.

2. Mengetahui penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi

dan referensi bagi mahasiswa.

3. Mengetahui penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi akan

pentingnya kesehatan lingkungan.

4. Mengetahui penelitian ini dapat mengingatkan kembali pencegahan

penyakit sakit kepala dan penanggulangan penyakitnya.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pekerja

sekitar agar mereka lebih meningkatkan kesadaran tentang bahaya tidak

menggunakan APD dan dampaknya bagi pekerja.

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dan

referensi bagi mahasiswa.

3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi akan pentingnya

kesehatan lingkungan.

4. Hasil penelitian ini dapat mengingatkan kembali pencegahan penyakit

sakit kepala dan penanggulangan penyakitnya.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Epidemiologi merupakan salah satu bagian dari ilmu Kesehatan Masyarakat

(Public Health) yang menekankan perhatiannya terhadap keberadaan penyakit

ataupun masalah kesehatan lainnya dalam masyarakat. Keberadaan penyakit

dalam masyarakat itu didekati oleh epidemiologi secara kuantitatif. Karena itu,

epidemiologi akan mewujudkan dirinya sebagai suatu metode pendekatan yang

banyak memberikan perlakuan kuantitatif dalam menjelaskan masalah kesehatan

(M.N Bustan, 2006).

Menurut asal katanya, secara etimologis, Epidemiologi bearti ilmu

mengenai kejadian yang menimpa penduduk. Epidemiologi berasal dari bahasa

Yunani, di mana epi = upon, pada atau tentangdemos = people, penduduk dan

logia = knowledge, ilmu. Nama epidemiologi sendiri berkaitan dengan sejarah

kelahirannya dimana epidemiologi memberikan perhatian tentang penyakit yang

mengenai penduduk. Penyakit yang banyak menimpa penduduk pada waktu itu

hingga akhir abad 19 adalah penyakit wabah atau epidemic. Epidemiologi

memberikan perhatian tentang epidemic yang banyak menelan korban kematian,

dan begitulah nama Epidemiologi tidak bisa dilepaskan dengan epidemi itu sendiri

(M.N Bustan, 2006).

Secara etimologis epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari faktor-faktor

yang berhubungan dengan peristiwa yang banyak terjadi pada rakyat, yakni

penyakit dan kematian yang diakibatkannya yang disebut epidemi. Epidemiologi

4
merupakan studi distribusi dan determinankesehatan yang terkait keadaan atau

peristiwa dalam populasi tertentu, dan aplikasi studi ini untuk mengendalikan

masalah kesehatan (Murti, Bhisma. 2011).

Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari 3 kata dasar yaitu epi yang

memiliki arti pada atau tenang, demos yang memiliki arti penduduk, dan logos

yang memiliki arti ilmu pengetahuan, jadi epidemiologi merupakan sains yang

menggunakan metode ilmiah untuk mendeskripsikan, menjelaskan, meramalkan,

dan mengendalikan terjadinya penyakit. Epidemiologi deskriptif mendeskripsikan

distribusi penyakit dan kecenderungan (trend) penyakit pada populasi.

Epidemiologi deskriptif berguna untuk memahami distribusi dan mengetahui

besarnya masalah kesehatan pada populasi. Epidemiologi analitik mempelajari

determinan/faktor risiko/kausa penyakit. Epidemiologi analitik berguna untuk

memahami kausa penyakit, menjelaskan dan meramalkan kecenderungan

penyakit, dan menemukan strategi yang efektif untuk mencegah dan

mengendalikan penyakit. Pengertian epidemiologi menurut beberapa ahli :

1. Menurut Hirsch (1883) epidemiologi adalah suatu gambaran kejadian,

penyebaran dari jenis penyakit pada manusia pada saat tertentu di berbagai

tempat di bumi dan mengkaitkan dengan kondisi eksternal (Kristiani, 2012).

2. Menurut Greenwood (1970) mengatakan bahwa “epidemiologi mempelajari

tentang penyakit dan segala macam kejadian yang mengenai kelompok (herd)

penduduk”. Dalam kutipan ini adanya penekanan pada kelompok penduduk

yang mengarah kepada distribusi suatu penyakit (Kristiani, 2012).

5
3. Menurut Brian Mac Mahon (1970) epidemiologi adalah studi tentang

penyebaran dan penyebab frekuensi penyakit pada manusia dan penyebab

terjadi distribusi semacam itu. Dalam kutipan ini sudah mulai menentukan

distribusi penyakit dan mencari penyebab terjadinya distribusi dari suatu

penyakit (Kristiani, 2012).

4. Menurut ahli lainnya Wade Hampton Frost (1972) mendefinisikan

“Epidemiologi sebagai suatu pengetahuan tentang fenomena massal (mass

phenomen) penyakit infeksi atau sebagai riwayat alamiah (natural history)

penyakit menular”. Dalam kutipan ini bahwa pada waktu itu perhatian

epidemiologi hanya ditujukan kepada masalah penyakit infeksi yang

terjadi/mengenai masyarakat/massa (Kristiani, 2012).

5. Menurut Abdel R. Omran (1974) epidemiologi adalah suatu ilmu mengenai

terjadinya dan distribusi keadaan kesehatan, penyakit dan perubahan pada

penduduk, begitu juga determinannya serta akibat–akibat yang terjadi pada

kelompok penduduk (Kristiani, 2012).

6. Menurut Abdel R. Omran (1974) epidemiologi adalah ilmu pengetahuan

mengenai terjadinya penyakit pada populasi manusia (Kristiani, 2012).

7. Menurut Robert H. Fletcher (1991) epidemiologi adalah disiplin riset yang

membahas tentang distribusi dan determinan penyakit dalam populasi

(Kristiani, 2012).

8. Menurut Lewis H. Rohf & Beatrice J. Selwyn epidemiologi adalah deskripsi

dan penjelasan tentang perbedaan terjadinya peristiwa yang menjadi perhatian

medis di subkelompok masyarakat, di mana populasi dibagi menurut

6
beberapa karakteristik yang diyakini terkena penyakit tersebut (Kristiani,

2012).

9. Menurut Lilienfeld(1977) epidemiologi adalah suatu metode pemikiran

tentang penyakit yang berkaitan dengan penilaian biologis dan berasal dari

pengamatan suatu tingkat kesehatan populasi (Kristiani, 2012).

10. Menurut Moris (1964) epidemiologi adalah suatu pengetahuan tentang sehat

dan sakit dari suatu penduduk (Kristiani, 2012).

11. Definisi epidemiologi menurut CDC 2002, Last 2001, Gordis 2000

menyatakan bahwa epidemiologi adalah “studi yang mempelajari distribusi

dan determinan penyakit dan keadaan kesehatan pada populasi serta

penerapannya untuk pengendalian masalah kesehatan” (Kristiani, 2012).

12. Menurut WHO “Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan

determinan dari peristiwa kesehatan dan peristiwa lainnya yang berhubungan

dengan kesehatan yang menimpa sekelompok masyarakat dan menerapkan

ilmu tersebut untuk memecahkan masalah-masalah tersebut”.

Pada saat ini dengan perkembangan teknologi seperti sekarang ini memicu

jangkauan epidemiologi semakin meluas. Secara garis besarnya jangkauan atau

ruang lingkup epidemiologi antara lain:

1. Epidemiologi penyakit menular

Penyakit menular atau infeksi penyakit merupakan suatu penyakit yang

disebabkan oleh bakteri, virus, maupun parasit, tetapi tidak disebabkan oleh faktor

fisik. Penyakit menular termasuk penyakit yang menakutkan karena penyakit ini

masih sulit dalam pengobatannya dan bisa menyebabkan kematian jika tidak

7
segera ditangani. Hal ini yang telah banyak memberikan peluang dalam usaha

pencegahan dan penanggulangan penyakit menular tertentu. Berhasilnya manusia

mengatasi berbagai gangguan penyakit menular dewasa ini merupakan salah satu

hasil yang gemilang dari epidemiologi. Peranan epidemiologi surveilans pada

mulanya hanya ditujukan pada pengamatan penyakit menular secara seksama,

ternyata telah memberikan hasil yang cukup berarti dalam menangulangi berbagai

masalah penyakit menular dan juga penyakit tidak menular (Dinfania, 2010).

2. Epidemiologi penyakit tidak menular

Penyakit tidak menular adalah jenis penyakit yang tidak menular seperti

cacat fisik, gangguan mental, dan kelainan-kelainan lain pada organ tubuh

manusia. Penyakt tidak menular menjadi penyebab kematian terbesar di

Indonesia. Pada saat ini sedang berkembang pesat dalam usaha mencari berbagai

factor yang memegang peranan dalam timbulnya berbagai masalah penyakit tidak

menular seperti kanker, penyakit sistemik serta berbagai penyakit menahun

lainnya, termasuk masalah meningkatnya kecelakaan lalu lintas dan

penyalahgunaan obat-obatan tertentu. Bidang ini banyak digunakan terutama

dengan meningkatnya masalah kesehatan yang bertalian erat dengan berbagai

gangguan kesehatan akibat kemajuan dalam berbagai bidang industri yang banyak

mempengaruhi keadaan lingkungan, termasuk lingkungan fisik, biologis, maupun

lingkungan sosial budaya (Dinfania, 2010).

3. Epidemiologi klinik

Hal ini merupakan salah satu bidang epidemiologi yang saat ini

dikembangkan oleh para klinisi yang bertujuan untuk membekali para

8
klinisi/dokter tentang cara pendekatan masalah melalui disiplin ilmu

epidemiologi. Dalam penggunaan epidemiologi klinik sehari-hari, para petugas

medis terutama para dokter sering menggunakan prinsip-prinsip epidemiologi

dalam menangani kasus secara individual. Mereka lebih berorientasi pada

penyebab dan cara mengatasinya terhadap kasus secara individu dan biasanya

tidak tertarik unutk mengetahui serta menganalisis sumber penyakit, cara

penularan dan sifat penyebarannya dalam masyarakat. Berbagai hasil yang

diperoleh dari para klinisi tersebut, merupakan data informasi yng sangat berguna

dalam analisis epidemiologi tetapi harus pula diingat bahwa epidemiologi

bukanlah terbatas pada data dan informasi saja tetapi merupakan suatu disiplin

ilmu yang memeliki metode pendekatan serta penerapannya secara khusus

(Dinfania, 2010).

4. Epidemiologi kependudukan

Epidemiologi kependudukan merupakan salah satu cabang ilmu

epidemiologi yang menggunakan sistem pendekatan epidemiolgi dalam

menganalisi berbagai permasalahan yang berkaitan dengan bidang demografi serta

faktor-faktor yang mempengaruhi berbagai perubahan demografis yang terjadi

didalam masyarakat. Sistem pendekatan epidemiologi kependudukan tidak hanya

memberikan analisis tentang sifat karakteristik penduduk secara demografis dalam

hubungannya dengan masalah kesehatan dan penyakit dalam masyarakat tetapi

juga sangat berperan dalam berbagai aspek kependudukan serta keluarga

berencana. Pelayanan melalui jasa, yang erat hubungannya dengan masyarakat

seperti pendidikan, kesejahteraan rakyat, kesempatan kepegawaian, sangat

9
berkaitan dengan keadaan serta sifat populasi yang dilayani. Dalam hal ini

peranan epidemiologi kependudukan sangat penting untuk digunakan sebagai

dasar dalam mengambil kebijakan dan dalam menyusun perencanaan yang baik.

Juga sedang dikembangkan epidemiologi sistem reproduksi yang erat kaitannya

dengan gerakan keluarga berencana dan kependudukan (Dinfania, 2010).

5. Epidemiologi pengolahan pelayanan kesehatan

Hal ini merupakan salah satu sistem pendekatan manajemen dalam

menganalis masalah, mencari faktor penyebab timbulnya suatu masalah serta

penyusunan pemecahan masalah tersebut secara menyeluruh dan terpadu. Sistem

pendekatan epidemiologi dalam perencanaan kesehatan cukup banyak digunakan

oleh para perencana kesehatan baik dalam bentuk analisis situasi, penentuan

prioritas maupun dalam bentuk penilaian hasil suatu kegiatan kesehatan yang

bersifat umum maupun dengan sasaran khusus (Dinfania, 2010).

6. Epidemiologi lingkungan dan kesehatan kerja

Hal ini merupakan salah satu bagian epidemiologi yang mempelajari serta

menganalisis keadaan kesehatan tenaga kerja akibat pengaruh keterpaparan pada

lingkungan kerja, baik yang bersifat fisik, kimia, biologis maupun sosial budaya,

serta kebiasaan hidup para pekerja. Bentuk ini sangat berguna dalam analisis

tingkat kesehatan pekerja serta untuk menilai keadaan dan lingkungan kerja serta

penyakit akibat kerja (Dinfania, 2010).

7. Epidemiologi kesehatan jiwa

Epidemiologi kesehatan jiwa merupakan salah satu dasar pendekatan dan

analisis masalah gangguan jiwa dalam masyarakat, baik mengenai keadan

10
kelainan jiwa kelompok penduduk tertentu, maupun analisis berbagai faktor yang

mempengaruhi timbulnya gangguan jiwa dalam masyarakat. Dengan

meningkatnya berbagai keluhan anggota masyarakat yang lebih banyak mengarah

ke masalah kejiwaan disertai dengan perubahan sosial masyarakat menuntut suatu

cara pendekatan melalui epidemiologi sosial yang berkaitan dengan epidemiologi

kesehatan jiwa, mengingat bahwa dewasa ini gangguan kesehatan jiwa tidak lagi

merupakan masalah kesehatan individu saja, tetapi telah merupakan masalah

sosial masyarakat (Dinfania, 2010).

8. Epidemiologi gizi

Saat ini banyak digunakan dalam analisis masalah gizi masyarakat dimana

masalah ini erat hubungannya dengan berbagai faktor yang menyangkut pola

hidup masyarakat. Pendekatan masalah gizi masyarakat melaui epidemiologi gizi

bertujuan untuk menganalisis berbagai faktor yang berhubungan erat dengan

timbulnya masalah gizi masyarakat, baik yang bersifat biologis dan terutama yang

berkaitan dengan kehidupan social masyarakat. Penanggulangan maslah gizi

masyarakat yang disertai dengan surveilans gizi yang lebih mengarah kepada

penanggulangan berbagai faktor yang berkaitan erat dengan timbulnya masalah

tersebut dalam masyarakat dan tidak hanya terbatas pada sasaran individu atau

lingkungan kerja saja (Dinfania, 2010).

Tujuan dari epidemiologi adalah memberikan gambaran mengenai penyebaran,

kecenderungan, dan riwayat alamiah penyakit, menjelaskan penyebab dari suatu

penyakit, meramalkan kejadian suatu penyakit, serta mengendalikan penyebaran

11
penyakit dan masalah kesehatan lainnya di masyarakat. Tujuan epidemiologi

menurut seorang ahli adalah untuk:

a. mengidentifikasi penyebab dan faktor risiko penyakit/masalah kesehatan

b. menentukan tingkat, jangkauan atau luasnya penyakit/masalah kesehatan

mempelajari perjalanan alamiah dan prognosis penyakit di masyarakat

c. mengevaluasi cara-cara pencegahan dan penatalaksanaan, baik yang sudah ada

sebelumnya maupun yang baru, dan

d. menyediakan dasar bagi pengembangan keputusan dan kebijakan kesehatan

(Gordis, 2004).

Kegunaan epidemiologi adalah untuk memperoleh informasi mengenai

riwayat alamiah penyakit, proses terjadinya suatu penyakit, serta informasi

mengenai penyebaran penyakit pada berbagai kelompok masyarakat. Selain itu

juga epidemiologi dapat digunakan untuk mengelompokkan penyakit, membuat

program pemeliharaan kesehatan, dan membuat cara-cara untuk mengevaluasi

program pemeliharaan kesehatan yang dilakukan. Kegunaan epidemiologi makin

meluas tidak hanya mengenai penyakit tetapi mengenai masalah-masalah

kesehatan lainnya. Epidemiologi tidak hanya digunakan untuk keadaan-keadaan

kesehatan yang bersifat populasi tetapi juga di klinik kedokteran yang umumnya

bersifat individual atau bersifat populasi maka populasinya terbatas dan berciri

khusus yaitu para penderita klinik tersebut. Epidemiologi juga banyak digunakan

untuk mengevaluasi program-program pelayanan kesehatan. Selain perannya yang

tradisional yaitu mencari dan atau menentukan etiologi penyakit (Budiarto, 2003).

12
Studi Kohort adalah rancangan studi yang memepelajari hubungan antara

paparan dan penyakit, dengan melakukan perbandingan antara kelompok terpapar

dan kelompok tidak terpapar, berdasarkan status paparan. Ciri studi ini pemilihan

subjek berdasarkan kan status paparannya, dan kemudian dilakukan pengamatan

dan pencatatan apakah subjek dalam perkembangannya mengalami penyakit atau

tidak. Risiko Relatif digunakan untuk menghitung rasio antara dua kelompok

serta membandingkan insidensi antara kelompok yang terpapar dengan kelompok

yang tidak terpapar. Penggunaan lain dari risiko relatif yakni dapat digunakan

dalam angka serangan untuk mengukur resiko pajanan terhadap makanan atau

pajanan terhadap zat kimia atau risiko di industri. Pada umumnya rancangan

kohort merupakan penelitian epidemiologi longitudinal prospektif, yaitu:

a) Dimulai dari status keterpaparan

b) Arahnya selalu maju

Setelah kita tahu makin banyaknya penyakit yang ditimbulkan karena

penyakit akibat kerja berdasarkan data yang diperoleh dari International Labor

Organization (ILO) bahwa setiap hari terjadi 1.1 juta kematian yang disebakan

oleh karena penyakit atau kecelakaan akibat hubungan pekerjaan. Sesuai dengan

pengertiannya, epidemiologi K3 berguna untuk mnganalisis keadaan kesehatan

tenaga kerja akibat pengaruh keterpaparan pada lingkungan kerja, baik yang

bersifat fisik, kimiawi, biologis maupun sosial budaya, serta kebiasaan hidup para

pekerja. Bentuk ini sangat berguna dalam analisis tingkat kesehatan pekerja serta

untuk menilai keadaan dan lingkungan kerja serta penyakit akibat kerja. Dalam

13
beberapa situasi, epidemiologi K3 juga digunakan untuk menaksir kesehatan

seorang pekerja yang sudah terkena suatu paparan (Bonita, 2006).

Ukuran asosiasi termasuk salah satu dari tiga ukuran dalam epidemiologi.

Ukuran asosiasi merupakan ukuran yang didasarkan akibat pemaparan dari suatu

penyakit dan berfungsi untuk mengukur keeratan hubungan statistik antara faktor

tertentu dengan kejadian penyakit yang diduga merupakan akibat pemaparan

tersebut. Hubungan antara pemaparan dan akibatnya diukur dengan menggunakan

Risiko Relatif (Relative Risk) dan Rasio Odds (Odds Ratio) (Bustan,2006).

Ukuran asosiasi juga merefleksikan kekuatan atau besar asosiasi antara

suatu eksposur/faktor risiko dan kejadian suatu penyakit. Memasukkan suatu

perbandingan frekuensi penyakit antara dua atau lebih kelompok dengan berbagai

derajat eksposur. Beberapa ukuran asosiasi juga digunakan untuk mengestimasi

efek penyakit yang ditimbulkan (Azwar,1999).Ukuran asosiasi terdiri dari:

2.1 Ukuran Rasio

2.1.1 Risiko Relatif

Risiko relatif adalah ukuran yang menunjukkan besarnya resiko untuk

mengalami penyakit pada populasi terpapar dibandingkan dengan populasi tidak

terpapar. Resiko relatif atauRelative Risk dipakai dalam studi epidemiologi untuk

menjelaskan apakah ada hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen atau ratio antara dua proporsi. Ratio antara 2 proporsi ini adalah

proporsi faktor resiko penyakit positif (terpapar) dengan faktor resiko penyakit

negatif (tidak terpapar). Relative risk biasanya dipakai untuk penelitian kohort.

14
Risiko relatif sering disebut sebagai rasio risiko (risk ratio) adalah

perbandingan risiko peristiwa tertentu pada kelompok-kelompok orang yang

berbeda. Risiko relatif (RR) biasanya digunakan untuk memperkirakan paparan

terhadap sesuatu yang dapat mempengaruhi kesehatan. Risiko relatif adalah rasio

angka insidensi penyakit karena paparan dibandingkan dengan angka insidensi

penyakit yang sama tanpa terpapar, dengan rumus sebagai berikut:

Relative Risk = Angka insidensi penyakit dalam kelompok yang terpapar

Angka insidensi penyakit dalam kelompok tanpa terpapar

Risiko relatif digunakan hanya sebagai pengukur probabilitas, dengan ini

dapat dipertanyakan berapa peluang kelompok menjadi sakit jika mereka terpapar

dan berapa peluang mereka tidak kena sakit kalau tidak terpapar (Magnus,

2010).Risiko relatif berhubungan dengan penelitian kohort. Penelitian kohort

disebut juga penelitian insiden atau penelitian prospektif karena dikaitkan dengan

waktu pengumpulan datanya, bukan menyatakan hubungan antara eksposur dan

efeknya. Kelebihan utama dari penelitian ini adalah metodenya yang

memungkinkan mengamati bagaimana suatu faktor keterpaparan berlangsung

hingga memungkinkan terjadinya efek.

2.1.2 Rasio Odds (OR)

Odds ratio (OR) atau rasio odds adalah kemungkinan paparan faktor risiko

pada kelompok kasus dengan kemungkinan paparan faktor risiko pada kelompok

15
kontrol (Kasjono dan Kristiawan, 2009). Ukuran ini menggunakan tabel 2x2

dengan notasi yang sama untuk menjelaskannya. Terdapat dua pola desain

tabulasi pada penelitian kasus-kontrol. Pola desain tersebut yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.2

Notasi Tabel 2 x 2

Pola I Desain Penelitian Kasus-Kontrol

Eksposur
Penyakit Total
(+) (-)

(+) (a) (b) (a+b)

(-) (c) (d) (c+d)

Total (a+c) (b+d) (a+b+c+d)

Tabel 2.3

Notasi Tabel 2 x 2

Pola II Desain Penelitian Kasus-Kontrol

Penyakit
Eksposur Total
(+) (-)

(+) (a) (c) (a+c)

(-) (b) (d) (b+d)

Total (a+b) (c+d) (a+b+c+d)

(Ryadi dan Wijayanti, 2011).

Tabel Odds ratio merepresentasikan probabilitas untuk berada dalam

kelompok yang sesuai (concordant group), dimana huruf (a) mewakili kelompok

yang terpajan dan sakit serta (d) mewakili kelompok yang tidak terpajan dan tidak

16
sakit., atau berada dalam kelompok yang tidak sesuai (discordant group), dimana

(b) mewakili kelompok yang tidak terpajan namun sakit serta (c) mewakili

kelompok yang terpajan namun tidak sakit.Baik pada pola I maupun pola II,

rumus untuk mencari rasio odds-nya yaitu :

(𝑎)𝑥 (𝑑)
𝑂𝑅 (𝑂𝑑𝑑𝑠 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜) =
(𝑏)𝑥 (𝑐)

Pada dasarnya kedua pola tersebut menunjukkan hasil rasio odds yang sama,

hanya berbeda pada penempatan eksposur dan outcome-nya pada sistem tabulasi.

Pada umumnya, pola II lebih banyak digunakan.Rasio odds digunakan dalam

penelitian kasus-kontrol dan bukan penelitian kohort. Hal ini karena desain dan

ukuran penelitian kohort terkait secara integral, dan tidak dibenarkan untuk

mengubah salah satunya tanpa mengubah yang lain. Kita tidak mungkin

menyamakan kelompok yang tidak terpajan di dalam penelitian kohort dengan

jumlah kasus dan kontrol yang tidak terpajan di dalam penelitian kasus-kontrol.

Pada penelitian kasus-kontrol dengan perhitungan rasio odds-nya sampel kasus

harus bersifat tetap, sedangkan pada kohort bisa bertambah. Oleh karena jumlah

sampel kasus tetap, maka harus dilihat pada peluang seseorang untuk

mendapatkan pajanan yang menjadikannya sakit bukan risiko seseorang menjadi

sakit (Magnus, Belawati, dkk., 2010).

Pada penelitian kasus-kontrol, studi kasus yang digunakan dalam penelitian

bukan kasus insidensi, tetapi sering berupa prevalensi (mencakup kasus baru dan

kasus lama), sedangkan untuk penelitian kohort, studi kasus yang digunakan

berupa kasus insidensi sehingga RR (risiko relatif) pada kasus-kontrol tidak dapat

dihitung langsung dengan perhitungan pada metode kohort. Karena data yang di

17
dapat pada kasus-kontrol lebih banyak prevalensi, maka RR yang digunakan

adalah RR yang disebut rasio odds (OR) (Ryadi dan Wijayanti, 2011).

Jika penyakit yang hendak diselidiki itu merupakan penyakit yang relatif

langka, misalnya penyakit kanker atau kardiovaskular, dan sampel kelompok

kontrol ditentukan tanpa bergantung pada pajanan, maka rasio odd akan

merepresentasikan aproksimasi RR. Ini terjadi karena a << c dan b << d sehingga

a + c dapat diaproksimasikan oleh c, dan b + d dapat diaprosimaksikan oleh d.

Sifat OR ini sangat berguna dan merupakan sifat yang membuat penelitian kasus-

kontrol terhadap outcome yang langka menjadi alat yang kuat dalam epidemiologi

(Ryadi dan Wijayanti, 2011).

2.1.3 Risiko Laju Insidensi

Berdasarkan riwayat alamiah penyakit, kejadian penyakit dapat dibedakan

menjadi 2 jenis yaitu insidence dan prevalens insidence sering dikatakan sebagai

kasus baru, sedangkan prevalens sering dikatakan sebagai kasus baru dan kasus

lama.

2.1.3.1 Laju Insidentil / Insidence Rate

Insidence adalah kejadian (kasus) penyakit yang baru saja memasuki

fase klinik dalam riwayat alamiah suatu penyakit. Incidens rate dari suatu

penyakit tertentu adalah dalam jumlah kasus baru yang terjadi di kalangan

penduduk selama periode/kurun waktu tertentu.

Jumlah Penderita Baru


IncidenceRate = xK
Jumlahpendudukyangmungkinterkena
penyakittersebutpadapertengahantahun

18
K = Konstanta ( 100%, 1000 ‰)

Kegunaan Insidencerate adalah :

1. Untuk menentukan penduduk yg menderita dan terancam

2. Untuk penelitian kasus (mencari faktor risiko)

3. Untuk mengetahui faktor penyebab

4. Untuk mengevaluasi keberhasilan program penanggulangan

Didalam mempelajari insidence diperlukan penentuan waktu atau saat

timbulnya penyakit. Bagi penyakit-penyakit yang aut seperti influenza,

infeksi stafilokokus, gastroenteritis, acute myocardinal infarction dan

cerebral hemorrhage. Penentuan insidencerate ini tidak begitu sulit

berhubung waktu terjadinya dapat diketahui secara pasti atau mendekati

pasti. Lain halnya dengan penyakit dimana timbulnya tidak jelas, disini

waktu dibuatnya diagnosis pasti diartikan sebagai waktu mulai penyakit.

Insidence rate selalu dinyatakan dalam hubungan periode waktu

tertentu seperi bulan, tahun dan seterusnya. Apabila penduduk berada

didalam ancaman diserangnya penyakit hanya untuk waktu yang terbatas

(seperti hanya dalam epidemi suatu penyakit) maka periode waktu

terjadinya kasus-kasus baru adalah sama dengan lamanya epidemi.

Insidence rate pada suatu epidemi disebut attack rate.

Ukuran frekuensi insidens penyakit dapat dibedakan dapat dibedakan

menjadi 3 macam yaitu insidens kumulatif, secondary attack rate dan laju

insidens.

2.1.3.1.1 Insiden Kumulatif (Cumulative Incidence = CI)

19
Insidens kumulatif adalah parameter yang menunjukkan taksiran

probabilitas (risiko,risk) seseorang untuk terkena penyakit dalam suatu

jangka waktu. CI selalu bernilai antara 0 dan 1. Dalam menghitung CI,

perlu penentuan periode waktu. Periode waktu tersebut bias berupa

beberapa jam, bulan, tahun dan sebagainya.

Rumusnya sebagai berikut :

Jumlah Kasus Baru Suatu Penyakit


𝐶𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑣𝑒 𝐼𝑛𝑐𝑖𝑑𝑒𝑛𝑐𝑒 = x 1000
JumlahPopulasiDalamResiko

Istilah lain untuk insidens komulatif adalah insidens risk. Syarat

yang digolongkan beresiko dalam insiden komulatif adalah:

1) Tidak sedang/telah terjangkit penyakit yang diteliti

2) Tidak imun terhadap penyakit yang diteliti

3) Memiliki organ sasaran yang masih intak

4) Hidup

5) Masih dalam jangkauan pengamatan

Sedangkan dalam Kejadian Luar Biasa (KLB) / wabah.

Misalnya keracunan makanan, istilah yang digunakan adalah attack

rate. Rumus sebagai berikut:

Jumlah Kasus selama epidemi


𝐴𝑡𝑡𝑎𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑒 = x 1000
Populasi yang mempunyai resiko − resiko

20
2.1.3.1.2 Secondary Attack Rate

Secondary attack rate dalah ukuran yang menunjukkan jumlah

penderita baru pada serangan kedua berbanding dengan jumlah

penduduk yang mempunyai resiko-jumlah penduduk yang terkena

pertama.Rumus sebagai berikut:

𝑆𝑒𝑐𝑜𝑛𝑑𝑎𝑟𝑦 𝐴𝑡𝑡𝑎𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑒

Jumlah Penderita Baru pada Serangan Kedua


= x 1000
Jumlahpendudukygmempunyairesiko −
Jumlahpendudukygterkenaseranganpertama

2.1.3.1.3 Laju Insidensi (Incidence Density = ID)

Laju insidens adalah ukuran yang menunjukkan kecepatan

kejadian baru penyakit pada populasi. Laju insidens merupakan

proporsi antara jumlah orang yang menderita penyakit dan jumlah

orang dalam resiko kali lamanya dalam resiko.

1) Perkiraan terbaik mengenai mortalitas dan morbiditas.

2) Numerator adalah jumah kasusbaru dalam populasi.

3) Denominator adalah jumlah periode waktu dimana setiap orang

dalam pengamatan dan bebas dari penyakit.

4) Dimensi adalah orang per waktu (orang-tahun,orang-bulan,

orang-hari, orang-jam, orang-menit dan lain-lain).

5) Nilai berkisar : 0 – Tak Terhingga.

Rumus sebagai berikut :

Jumlah Kasus Baru


Laju Insidens = 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑜𝑛 𝑇𝑖𝑚𝑒
x 1000

21
Person time adalah jumlah orang dalam resiko dikalikan dengan

lamanya orang-hari dalam resiko, yang digambarkan dalam orang-

minggu, orang-bulan atau orang-tahun tergantung dari jenis penyakit

yang sedang diteliti. Untuk masing-masing individu yang berada

dalam populasi, maka waktu memiliki resiko adalah waktu selama

individu yang sedang diamati itu masih terbebas dari penyakit.

Denominator yang diperlukan untuk menghitung laju insidens tersebut

adalah jumlah dari keseluruhan periode-periode waktu terbebas dari

penyakit selama penelitian.

2.2 Ukuran Beda

2.2.1 Beda risiko (risk difference) atau risiko atribut (attributable risk)

Beda risiko (risk difference/RD) atau disebut juga risiko atribut (attributable

risk/AR) dapat diperoleh dengan menghitung selisih angka insidensi kelompok

terpajan dan kelompok angka insidensi tidak terpajan dan hasilnya dianggap

sebagai pemaparan oleh faktor penyebab penyakit (atribut). Makin besar jumlah

kasus penyakit yang bisa dihindari seandainya dilakukan pencegahan terjadinya

paparan pada kelompok terpapar. Rumus Beda risiko yaitu angka insidensi

kelompok terpajan - angka insidensi kelompok tidak terpajan(Richard F. Morton

et all,2009)

Beda risiko kadang-kadang juga dinyatakan sebagai pecahan preventif di

kalangan terpajan, yaitu angka Insidensi kelompok terpajan - angka insidensi

kelompok tidak terpajanAngka Insidensi kelompok terpajan (Eko Budiarto dan

22
Dewi Anggraeni, 2003). Beda risiko menunjukkan kelebihan penyakit karena

suatu factor di subkelompok populasi yang terpajan oleh suatu factor. Jika “angka

insidensi di kalangan terpajan” diganti dengan “angka insidensi di seluruh

populasi” dalam rumus beda risiko, maka akan didapatkan population attribute

risk. Population attribute risk umumnya penting bagi pengambil kebijakan

kesehatan masyarakat karena population attribute risk mengukur potensial

manfaat yang diharapkan jika pajanan di dalam populasi dapat dikurangi (Richard

F. Morton et all,2009).

2.2.2 Beda Laju Insidensi

Insidensi merupakan salah satu tipe ukuran yang paling penting dalam

epidemologi, terutama dalam epidemologi penyakit menular. Ukuran insidensi

menyatakan banyaknya kasus baru penyakit yang terjadi dalam rentan waktu

tertentu. Insidensi memungkinkan kita untuk memeriksa hal terkait kasus yang

menjadi saat ini bukan yang terjadi pada periode waktu sebelumnya. Ketika suatu

masalah pertama kali teridentifikasi, insidensi menghitung semua jumlah kasus

baru dalam beberapa bulan terakhir.

2.2.2.1 Insidensi Rate (IR)

Insidensi adalah jumlah seluruh kas baru pada suatu populasi pada

suatu populasi pada suatu saat periode waktu tertentu. Indikator yang paling

banyak digunakan di dalam epidemologi bila dikaitkan dengan penderita

baru dalam waktu tertentu

23
Ʃ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢
IR = Ʃ 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑎𝑡 𝑟𝑖𝑠𝑘 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑎

Biasanya insidensi digunakan untuk penyakit yang sifatnya akut.

Pengamatan harus bersifat dinamis dimana ukuran disini menggambarkan

keoatan/kekuatan peubahan keadaan karena pengaruh lingkungan. Insidensi

bukan merupakan ukuran probabilitas, lain dapat berkisar dari 0 – hampir

tak terhingga. Dan ukuran ini tidak dapat diinterpretasikan kepada individu

yang ada di populasi.

Kelemahan dari pemakaian insidensi adalah susah menentukan waktu

serangan suatu penyakit dengan jelas beberapa hal yang perlu diperhatikan :

a. Kapan mulainya gejala pertama.

b. Waktu diagnose.

c. Tanggal masuk rumah sakit/ pelayanan kesehatan

Penyebut adalah jumlah penduduk didaerah yang bersangkutan pada

periode waktu yang sama (dalam hal ini sulit menentukan siapa dari

penduduk tersebut tersebut yang susceptible dan siapa yang bukan, sehingga

diambil pendekatan dengan memakai jumlah populasi yang beresiko pada

pertengahan tahun dikalikan dengan lama periode pengamatan).

Manfaat insidensi Rate adalah :

a. Mengetahui masalah kesehatan yang dihadapi

b. Mengetahui resiko unutk terkena masalah kesehatan yang dihadapi

24
c. Mengetahui beban tugas yang harus diselenggarakan oleh suatu fasilitas

pelayanan kesehatan.

2.2.2.2 Insidensi Kumulatif (IK)

Tingkat insidensi kumulatif adalah suatu ukuran tentang kejadian

penyakit atau ukuran status kesehatan yang lebih sederhana. Tidak seperti

tingkat insidensi, maka yang diukur hanyalah denominator yang ada pada

permulaan saja tingkat insidensi kumulatif dapat dihitung sebagai berikut :

Ʃ 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢


IK = Ʃ 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑎𝑡 𝑟𝑖𝑠𝑘 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛

Dalam pengertian statistik maka insidensi kumulatif itu adalah

merupakan probabilitas atau risiko dari individu yang berada didalam

populasi tersebut untuk terkena penyakit dalam periode waktu tertentu.

Hasil ukuran tersebut tidak mempunyai satuan, kisaran angka antara 0 – 1.

Seringkali tingkat insidensi kumulatif ditemukan sebagai jumlah kasus per

1.000 populasi.

2.2.2.3 Attack Rate/AR

Biasanya dinyatakan dengan persen (%) dan dipergunakan dalam

jumlah populasi yang realtif sedikit dan waktu yang relatif singkat. Proses

penghitungan sama dengan IR.

Contoh: keadaan wabah, keracunan makanan, penyakit yang menyerang

pada batas umur tertentu.

25
2.2.2.4 Secondary Attack Rate/SAR

Kasus sekunder adalah kasus-kasus yang terkena penyakit di dalam

suatu lingkungan setelah dating nya satu atau lebih kasus primer dari

lingkungan yang lain :

Ʃ 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟
SAR = Ʃ 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑎𝑡 𝑟𝑖𝑠𝑘

2.3 Penggunaan Ukuran Asosiasi

Ukuran rasio adalah informasi untuk memutuskan bahwa hubungan paparan

dan penyakit valid atau tidak secara kausalitas. Ukuran asosiasi di gunakan untuk

merefleksikan kekuatan atau besarasosiasi antara suatu eksposur/faktorrisiko dan

kejadian suatu penyakit memasukkan suatu perbandinganfrekuensi penyakit

antara dua atau lebihkelompok dengan berbagai derajateksposur. Beberapa ukuran

assosiasi digunakanuntuk mengestimasi efek. Ukuran-ukuran asosiasi dibagi

menjadi dua, yaitu:

2.3.1 Ukuran rasio (perbandingan relatif)

Informasi untuk memutuskan bahwa hubungan paparan dan penyakit valid atau

tidak secara kausalitas. Rasio dua frekuensi penyakit membandingkan kelompok

terpajan dengan kelompok tidak terpajan. Ukuran beda : lebih bermanfaat bagi

pelayanan kesehatan. Perbandingan relatif dapat ditentukan dengan rumus berikut:

RR =Risiko pada kelompok terpajan

Risiko pada kelompok tidak terpajan

26
2.3.2 Ukuran perbedaan (perbandingan absolut)

Yaitu perbedaan antara ukuran frekuensi penyakit suatu kelompok terpajan

dan kelompok yang tidak terpajan. Cara terbaik untuk membahas bagaimana cara

menyampaikan ukuran asosiasi secara tepat dapat dilihat pada contoh berikut

ini.Suatu penelitian mengenai asosiasi antara virus dan sindrom yang baru

dikenali dan kaitannya dengan kabut asap yang menyerang suatu kota karena

pembakaran lahan. Penelitian dilakukan untuk menyelidiki tentang agent

etiologik. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kasus-kontrol.

Penelitian cross-sectional, ekologis, dan laboratorium telah dilaksanakan

dan tinggal menyelesaikan penelitian case-control yang pertama mengenai agent

etiologik. OR adalah 1,64. Angka tersebut menunjukkan bahwa peluang untuk

sebelumnya terpajan agen infeksi pada orang yang sakit 1,64 kali lebih besar

daripada orang yang tidak sakit. Atau, peluang untuk sebelumnya terpajan agen

infeksi pada orang yang sakit 64% lebih tinggi daripada orang yang tidak sakit.

Ukuran ini membandingkan peluang untuk keterpajanan sebelumnya pada dua

kelompok, yaitu kelompok orang yang sakit dan tidak sakit.

Pada penelitian sebelumnya (melalui penelitian kohort) diperoleh RR adalah

1,75. Angka tersebut menunjukkan resiko seseorang terpajan dan kemudian

menjadi sakit 1,75 kali lebih besar daripada orang yang tidak terpajan. Atau, risiko

untuk menjadi sakit lebih besar 75% pada orang yang terpajan daripada yang tidak

terpajan. Ukuran ini membandingkan probabilitas untuk menjadi sakit pada dua

kelompok, yaitu orang yang terpajan dan tidak terpajan.

27
Sehingga dapat dikatakan, kedua kasus telah memperlihatkan asosiasi

(hubungan) antara dua variabel, yaitu agens infeksi dan penyakit yang diteliti.

Namun, kita harus hati-hati dalam menyajikan ukuran asosiasi, kesimpulan suatu

penelitian bukan melalui asumsi pribadi, namun melalui uji terkontrol acak dan

analisis yang sangat spesifik.

Contoh pengunaan ukuran asosiasi lain, misalnya penggunaan detergen

merupakan faktor risiko terjadinya eutropikasi (14 kali) dan ikan mati (1,6

kali) Angka terjadinya eutrofikasi (10/100.000 penduduk) Angka kematian ikan

(413/100.000 penduduk) (Bhisma, 2011).

2.4 Industri

Industri konstruksi adalah industri yang mencakup semua pihak yang terkait

dengan proses konstruksi termasuk tenaga profesi, pelaksana konstruksi dan juga

para pemasok yang bersama-sama memenuhi kebutuhan pelaku dalam industri

(Hillebrandt,1985). Kata jasa konstruksi bermakna sangat luas, pada umumnya

bidangbidang jasa konstruksi (Triwidodo, 2003) meliputi:

1. Bidang perencanaan (design),

2. Bidang pelaksanaan (construction),

3. Bidang pengawasan (supervision/construction management),

4. Bidang pengelolaan lahan (property management),

5. Bidang pengembangan lahan (developer).

Faktor lingkungan kerja dapat meliputi hal-hal yang berhubungan dengan

proyek konstruksi secara langsung seperti tekanan yang berlebihan terhadap

jadwal pekerjaan, peralatan dan perlengkapan keselamatan kerja yang tidak

28
memadai, kurangnya pelatihan keselamatan kerja yang diberikan pada pekerja,

kurangnya pengawasan terhadap keselamatan kerja para pekerja. Faktor

lingkungan kerja dapat mendorong munculnya kesalahan dan pelanggaran pada

pihak pekerja, kesalahan dan pelanggaran tersebut dapat berupa tindakan tidak

aman dari pekerja, contohnya pelanggaran terhadap peraturan dan prosedur

keselamatan kerja, dan salah satu hasil dari tindakan tidak aman adalah timbulnya

kecelakaan kerja pada pihak pekerja (Reason, 1997).

Tingkat kecelakaan-kecelakaan fatal dinegara berkembang empat kali lebih

tinggi dibanding negara-negara industri (Soebroto, 2009). Dinegara-negara

berkembang kebanyakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja terjadi dibidang

pertanian, periklanan dan perkayuan, pertambangan dan industri. Tingkat

kesadaran dan pelatihan yang kurang memadai mengenai metode-metode

keselamatan kerja mengakibatkan tingginya angka kematian yang terjadi karena

kebakaran dan pemakaian zat-zat berbahaya yang mengakibatkan penderitaan dan

penyakit termasuk kanker, penyakit jantung dan stroke (Taufik, 2009).

Berdasarkan data Jamsostek, angka kecelakaan kerja di Indonesia tercatat selama

2009, terdapat 54.398 kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia. Meski

mengalami penurunan dibanding 2008 sebanyak 58.600 dan 2007 sebanyak

83.714, namun angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tinggi dibanding

negara-negara lainnya, khususnya di Asia. (Jamsostek, 2010).

Menurut Bird (dalam Soehatman, 2009) “an accident is an undersired event

that result in physical harm to a person or damage to property. It is usually the

result of a contact with a source of energy (kinestetic, electrical, chemical,

29
thermal,etc). Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan seseorang atau kelompok

dalam rangka melaksanakan kerja dilingkungan perusahaan (Hadiguna,2009).

Kecelakaan menurut .Sulaksmono (dalam Anizar,2009) adalah suatu kejadian

yang tak diduga dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses suatu aktivitas

yang telah diatur. Kecelakaan kerja disebabkan oleh beberapa faktor menurut

anizar (2009) secara umum penyebab kecelakaan ada dua, yaitu unsafe action

dapat disebabkan oleh berbagai hal berikut, ketidakseimbangan fisik tenaga kerja,

seperti: posisi tubuh yang menyebabkan mudah lelah, cacat fisik,cacat sementara,

kepekaan panca indra terhadap sesuatu. kurang pendidikan, kurang pengalaman,

salah pengertian terhadap suatu perintah, kurang terampil, salah mengartikan sop

(standard operasional procedur) sehingga mengakibatkan kesalahan pemakaian

alat kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting bagi perusahaan,

karena dampak kecelakaan dan penyakit kerja tidak hanya merugikan karyawan,

tetapi juga perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung (Kusuma,

2001). Sasaran utama dari K3 ditujukan terhadap pekerja, dengan melakukan

segala daya upaya berupa pencegahan, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

tenaga kerja, agar terhindar dari risiko buruk di dalam melakukan pekerjaan.

Menurut Adia (2010), jaminan keselamatan dan kesehatan dapat membuat para

tenaga kerja merasa nyaman dan aman dalam melakukan suatu pekerjaan,

sehingga dapat memperkecil atau bahkan mewujudkan kondisi nihil kecelakaan

dan penyakit kerja. Berdasarkan Permenaker No. 5 Tahun 1996, agar suatu Sistem

Manajemen K3 dapat diterapkan dengan baik pada suatu perusahaan, maka pihak

30
perusahaan harus membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(P2K3). P2K3 adalah badan pembantu ditempat kerja yang merupakan wadah

kerjasama antara pengusaha dan pekerja untuk mengembangkan kerjasama saling

perhatian dan partisipatif dalam penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

pada suatu perusahaan.

Fungsi pengawasan merupakan fungsi yang penting karena merupakan tindakan

kontrol apakah semua yang direncanakan itu telah dilaksanakan, dan apakah ada

kendala dan persoalan-persoalan yang perlu dicari penyelesaiannya.Untuk

menjamin bahwa sistem manajemen K3 dilaksanakan dengan baik, pengawas dari

Dep. Ketenagakerjaan melaksanakan asesmen yang antara lain meliputi:

a. pembangunan dan pemeliharaan komitmen K3,

b. strategi dokumentasi dan pengendalian dokumen,

c. keamanan kerja dan sandart pemantauan,

d. pelaporan dan perbaikan kekurangan,

e. pengumpulan dan pemanfaatan data,

f. peningkatan kesadaran dan pelatihan karyawan/SDM.

31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Penelitian ini bersifat studi observasional analitik yaitu dengan metode
seksional silang atau cross sectional yaitu penelitian yang mengamati subjek
dengan mengambil waktu tertentu yang relatif pendek dan tempat tertentu, pada
penelitian ini mengkaji hubungan perilaku pekerja yang berada didalam ruangan
dengan pekerja yang berada diluar ruangan pada PT. X Banjarmasin.

3.2 Populasi dan Sampel


3.2.1 Populasi
Populasi yang diteliti adalah pekerja di PT. X Banjarmasin. Alasan
pemilihan industri tersebut karena daerahnya terletak dipusat kota dan bekerja
didaerah berbahaya dengan radiasi tinggi. Pada penelitian ini akan menggunakan
dua subjek yaitu pekerja yang bekerja didalam ruangan dan pekerja yang berja
diluar ruangan. Pembanding tersebut digunakan untuk menghitung rasio relatif
dengan menggunaan studi kohort.

3.2.2 Sampel
a. Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan random sampling,
yakni dengan mengambil sampel acak yang mewakili semua populasi.
b. Sampel berupa pekerja yang bekerja didalam ruangan dan pekerja yang berja
diluar ruangan, Perusahaan PT. X Banjarmasin.

3.3 Instrumen Penelitian


Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah data penyakit sakit
kepala dari PT. X Banjarmasin.

3.4 Variabel Penelitian


3.4.1 Variabel bebas

32
Variabel bebas yang digunakan adalah sakit kepala dan perilaku pekerja di
PT. X Banjarmasin.

3.4.2 Variabel terikat


Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penyakit sakit kepala di PT. X
Banjarmasin.

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian


3.5.1 Tempat Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di daerah Banjarmasin, PT. X Banjarmasin,
Kalimantan Selatan.

3.5.2 Waktu Penelitian


Waktu penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa kali observasi lapangan
pada bulan Oktober 2017 sampai dengan bulan Nopember 2017.

3.6 Prosedur Penelitian


3.6.1 Tahap persiapan
Tahap persiapan yaitu perizinan penelitian kepada pihak pihak terkait yakni
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Banjarmasin. Selanjutnya dilakukan
persiapan penelitian yang mencakup:
a. Observasi awal, dilakukan untuk melihat keadaan PT. X Banjarmasin
disekitar kawasan Industri.
b. Persiapan instrumen penelitian, yaitu pengumpulan data penyakit sakit kepala
dari PT. X Banjarmasin dan Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin.

3.6.2 Tahap pelaksanaan


Tahap pelaksanaan pengumpulan data dilakukan dengan langkah berikut:
a. Setelah mendapat izin dari pihak Industri, peneliti menjelaskan tentang
tujuan dari penelitian serta mengkonfirmasikan instrumen yang digunakan.
b. Wawancara dan observasi, dilakukan secara langsung pada pekerja oleh

33
peneliti untuk mengetahui jumlah pekerja yang terkena penyakit sakit kepala
di PT. X Banjarmasin.
c. Merekap data perolehan hasil penelitian.

3.6.3 Tahap pelaporan


Tahap pelaporan terdiri dari:
a. Pengumpulan semua data.
b. Melakukan pengolahan dan analisis data penelitian yang diperoleh.
c. Analisis data.
d. Penyusunan laporan karya tulis ilmiah.

3.7 Pengumpulan dan Pengolahan Data


3.7.1 Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data primer yang digunakan peneliti adalah
menggunakan metode observasi (pengamatan) kondisi lingkungan PT. X
Banjarmasin sebagai faktor yang berhubungan dengan penyakit sakit kepala.
Selain dengan menggunakan metode observasi, metode wawancara juga di
gunakan untuk pengambilan data. Data sekunder diperoleh peneliti dengan
pengumpulan data dari instansi-instansi terkait.

3.7.2 Pengolahan data


Tiga tahap pengolahan data adalah sebagai berikut:
1. Editing
Kegiatan mengedit data dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi
kelengkapan, konsistensi, dan kesesuaian antara kriteria data yang diperlukan.
2. Coding
Coding atau memberi kode pada data dilakukan dengan tujuan merubah data
kualitatif menjadi data kuantitatif (kuantifikasi data) atau membedakan aneka
karakter. Pemberian kode sangat diperlukan terutama dalam rangka
pengolahan data, baik secara manual, menggunakan kalkulator atau komputer.
3. Tabulasi data

34
Memasukkan data ke dalam tabel yang telah disediakan, baik tabel untuk data
mentah maupun tabel untuk menghitung data tertentu secara statistik.
3.8 Cara Analisis Data
Pengolahan data untuk analisis dengan menggunakan program microsoft
exel 2013. Data dianalisis dengan menggunakan uji statistik deskriptif. Hasilnya
akan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.

3.9 Kerangka Konsep dan Hipotesis


3.9.1 Kerangka Konsep
VARIABEL BEBAS VARIABEL TERIKAT
 Pekerjaan (faktor)  Penyakit sakit kepala
 Perilaku Pekerja

3.9.2 Hipotesis
Salah satu penyakit yang paling banyak diderita oleh Pekerja adalah sakit
kepala. Sebagian besar dari pekerja yang bekerja didaerah dengan radiasi tinggi
dan ada sebagian pegawai yang tidak menggunakan APD ( Alat Pelindung Diri ).
Dan jumlah insiden penyakit sakit kepala pada pekerja diperusahaan PT. X
Banjarmasin yang terpapar ( terpapar faktor resiko bekerja didaerah radiasi tinggi
dan tanpa memakai APD) dan kelompok kontrol ( pekerja yang bekerja hanya
sebagai kontrol didalam ruangan).

35
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Rasio Relatif (RR)

Hubungan antara Pekerja yang bekerja diluar dengan paparan bahaya lebih

tinggi dinadingkan pekerja yang hanya sebgai kontrol di PT. X Banjarmasin.

a. Dari 20 Pekerja yang bekerja di PT. X Banjarmasin dengan pekerja yang

bekerja diluar ruangan dengan daerah berbahaya dan radiasi tinggi di PT. X

Banjarmasin dengan pekerja sebanyak 10 Pekerja terpapar penyakit sakit

kepala parah.

b. Dari X Pekerja yang bekerja di PT. X Banjarmasin dengan pekerja didaam

ruangan sebagai kontrol dengan pekerja sebanyak 10 Pekerja yang terpapar

penyakit sakit kepala ringan.

Tabel 4.1 Data Perhitungan Resiko Relatif (RR)

Objek Sakit kepala Jumlah Risiko

+ - Relatif (RR)

Pekerja diluar Ruangan 7 3 10 0.70

Pekerja didalam Ruangan 6 4 10 0.60

Jumlah 13 7 20 RR = 1

35
Kesimpulan :

Dari data yang didapat, pekerja yang bekerja diluar ruangan di daerah

berbahaya dan radiasi tinggi dengan pekerja yang bekerja hanya sebagai kontrol

didalam ruangan di PT. X Banjarmasin adalah tidak terlalu berpengaruh besar

terhadap penyakit sakit kepala yang diderita oleh pekerja di PT. X baik itu diuar

maupun didalam ruangan.

4.2 Pembahasan

Risiko relatif adalah ukuran yang menunjukkan besarnya resiko seseorang

mengalami penyakit pada populasi terpapar dibandingkan dengan populasi tidak

terpapar. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, didapat nilai resiko relatif

sebesar 4,0. Menurut Bustan (2006), apabila nilai risiko relatif lebih besar dari 1

maka populasi terpapar dengan faktornya dapat menyebabkan penyakit. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa pekerja yang bekerja diluar ruangan di PT. X memiliki

resiko penyakit sakit kepala 1 kali lebih besar daripada pekerja yang bekerja

diluar ruangan. Pada kasus ini besarnya resiko paparan penyakit sakit kepala pada

pekerja yang bekerja diluar ruangan dengan pekerja yang bekerja didalam ruangan

sebagai kontrol tidak memiliki resiko penyakit yang signifikan.

Informan berpendapat bahwa sakit kepala dapat dibedakan antara nyeri

kepala (bahasa Sunda = rieut atau nyeri sirah), kepala terasa berputar/pusing

(bahasa Sunda = lieur), dan sakit kepala sebelah/migrain (bahasa Sunda = rieut

jangat). Menurut mereka penyebab sakit kepala adalah stress, kehujanan,

keletihan, sakit gigi, kurang tidur, perubahan cuaca, kebanyakan nonton televisi,

36
atau kurang darah. Pencegahan sakit kepala adalah dengan menghindari kerja

terlalu lelah, makan teratur, tidur teratur, olahraga cukup, menghindari terkena

sinar matahari langsung, dan jangan banyak pikiran. Pengobatan sendiri sakit

kepala dapat dilakukan dengan obat warung, yaitu Paramex atau puyer Bintang

Tujuh Nomor 16 (Supardi, 2005).

37
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di PT. X Banjarmasin dapat

disimpulkan bahwa pekerja yang bekerja diluar dengan daerah berbahaya dan

radiasi tinggi sangat mempengaruhi keselamatan dan kesehatan dalam

bekerja.

2. Risiko relatif adalah ukuran yang menunjukkan besarnya resiko untuk

mengalami penyakit pada populasi terpapar dibandingkan dengan populasi

tidak terpapar. Bersadarkan penelitian dan data yang diperoleh, nilai risiko

relatif (RR) yang didapatkan adalah sebesar 1.

3. Insidence adalah kejadian (kasus) penyakit yang baru saja memasuki fase

klinik dalam riwayat alamiah suatu penyakit tertentu selama kurun waktu

tertentu.

4. Risiko atribut (attributable risk/AR) dapat diperoleh dengan menghitung

selisih angka insidensi kelompok terpajan dan kelompok tidak terpajan dan

hasilnya dianggap sebagai pemaparan oleh faktor penyebab penyakit.

47
5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini yaitu lebih ditingkatkan lagi

APD (Alat Pelindung Diri) yang digunakan unntuk pekerja yang bekerja di PT. X

Banjarmasin khususnya pada pekerja yang bekerja didaerah berbahaya dan radiasi

tinggi.

47
DAFTAR PUSTAKA

Achmad,R.2004.Kimia Lingkungan.Andi:Yogyakarta

Ahlquist D.A,and Camilleri M.2005.Diarrhea and Constipation.In:Harrison’s Principles Of


Internal Medicine 16th ed.McGraw Hill.USA

Amiruddin. Ridwan. 2011. Epidemiologi Perencanaan dan Pelayanan Kesehatan. Makassar.


Masagena Press: Yogyakarta.
Septian, R. V. K. Sompie, B.F. Tjakra, J. Walangitan, D.R.O. 2013. Pengaruh Implementasi
Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Produktivitas Kerja. Vol.1,
No.3. Jurnal Sipil Statik: Sam Ratulangi.

Haryanto, S. Pengaruh Sistem Manajemen K3 Terhadap Kinerja Karyawan Pada Pt “Xx”. Vol.
9, No. 3. Jurnal Ilmu-Ilmu Teknik – Sistem.

Arya Wardana, Wisnu. 2001. Dampak pencemaran lingkungan. Penerbit Andi: Yogyakarta.

Azwar Azrul. 1999. Pengantar Epidemiologi. Binarupa Aksara: Jakarta

Bonita, Beaglehole, dan Kjellström. 2006. Basic Epidemiology. World Organitation Health:
India.

Budiarto, Eko.2003. Pengantar Epidemiologi.Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Budiarto, Eko dan Dewi Anggraeni. 2003. Pengantar Epidemiologi Edisi 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta

Budioro.B. 2007. Pengantar Epidemiologi Edisi II. Badan Penerbit UNDIP:Semarang.

Bustan, MN. 2006. Pengantar Epidemiologi. Rineka Cipta: Jakarta.

Gordis,L.2004.Epidemiologi 3rd Edition.Elsivier Sounders:Philadelphia.

60
Kasjono, Heru Subaris, Heldhi B. Kristiawan. 2009. Intisari Epidemiologi. Mitra Cendikiawan
Press: Yogyakarta.

Kristiani, Widya. 2010. Definisi Epidemiologi Menurut Para Ahli.


http://widyakristianidory.blogspot.com/
Diakses pada tanggal 6 November 2015.
Magnus, Manya. 2010. Buku Ajar Epidemiologi Penyakit Menular. Terjemahan Fema Solekhah
Belawati, Palupi Widyastuti, dan Andri Lukman. Penerbit Buku Kedokteran EGC :
Jakarta.

Morton, Richard F. et all.2009. Panduan Studi Epidemiologi dan Statitiska Edisi 5. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran

Murti, Bhisma. 2011. Pengantar Epidemiologi. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas


Maret. Surakarta

Purnawinadi, Gede. 2014. Konsep Dasar Timbulnya Penyakit.


http://purnawinadi.blogspot.com/2014/11/konsep-dasar-timbulnya- penyakit.html
Diakses pada tanggal 6 November 2015.

Ryadi, A.L. Slamet, T. Wijayanti. 2011. Dasar-Dasar Epidemiologi. Penerbit Salemba Medika :
Jakarta.

Wardhana, W., Arya., (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta :

Andi Widoyono, 2008. Penyakit Tropis Epidimiologi, Penularan, Pencegahan Dan


Pemberantasannya.Erlangga:Jakarta.

Christina, W. Y. Djakfar, L. Thoyib, A. 2012. Pengaruh Budaya Keselamatan Dan Kesehatan


Kerja (K3) Terhadap Kinerja Proyek Konstruksi. Vol. 6, No. 1. Malang.

Endroyo, B. 2006. Peranan Manajemen K3 Dalam Pencegahan Kecelakaan Kerja. Vol. III, No.
1. Jurnal Teknik Sipil: Semarang.

Sholihah, Q. 2013. Egronomi dan Keselamatan Kerja di Industri. Airlangga University Press.
Surabaya.

61
62
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai