Anda di halaman 1dari 32

PANDUAN PRAKTIK KLINIK ( PPK )

BEDAH UMUM
RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK

PERITONITIS UMUM
1. Pengertian (definisi ) - Peradangan peritoneum disebabkan komplikasi organ intra
abdomen baik yang bersifat kuman (septic) atau kimiawi
(kemikal)peritonitis septic
- Misalnya pada appendicitis perforata, perforasi usus akibat
tipus abdominalis, sedangkan peritonitis kimiawi misalnya
perforasi lambung pankreatitis

2. Anamnesis - Nyeri seluruh lapangan perut


- Riwayat trauma, riwayat infeksi.
3. Pemeriksaan Fisik
- Nyeri tekan perut pada seluruh lapangan perut (defance
muscular )
- Peristatik lemah atau menghilang
- Riwayat trauma, riwayat infeksi
- Pengukuran temperatur rectal dan temperatur axillar dengan
selisih lebih 10c
4. Kriteria Diagnosa
- Nyeri tekan perut pada seluruh lapangan perut (defance
muscular )
- Riwayat trauma, riwayat infeksi
Pengukuran temperatur rectal dan temperatur axillar
dengan selisih lebih 10c
5. Diagnosis
PERITONITIS
6. Diagnosis Banding - Pankreatitis acute

7. Pemeriksaan Penunjang - DPL, foto polos abdomen 3 posisi, berbaring/diafragma


- Laboratorium rutin
- Elektrolit darah
- Analisa gas darah, laktat

8. Terapi - Laksanakan operasi segera (explorasi laparatomi)


- Cari penyebab dan atasi penyebab

9. Edukasi - Kontrol pos operasi

10. Prognosis Baik bila tidak ada komplikasi

11. Tingkat Evidens I

12. Tingkat Rekomendasi A

13. Penelaah Kritis SMF Bedah dan SMF Penyakit Dalam, SMF Anastesis, SMF
Penyakit anak

14. Indikator Medis - Leukositosis, urine Output


- Luka op baik
- Tidak demam
- Peristaltik normal
15. Kepustakaan - ATLS
- Buku acuan alur penanganan klinis PP IKB
PANDUAN PRAKTIK KLINIK ( PPK )
BEDAH UMUM
RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK

HAEMORROID
1. Pengertian (definisi ) Pelebaran dari fleksus-fleksus hemoroidalis didaerah anorektal
oleh berbagi penyebab

2. Anamnesis - Keluar darah segar saat BAB, terutama saat faces akan
keluar atau setelah feses keluar
- Benjolan lewat anus dapat masuk atau tidak dapat masuk
( grade 1 s/d IV )
- Rasa nyeri pada dubur, kadang terasa gatal pada dubur
3. Pemeriksaan Fisik Colok dubur
4. Kriteria Diagnosa - Keluar darah segar saat BAB, terutama saat faces akan
keluar atau setelah feses keluar
- Benjolan lewat anus dapat masuk atau tidak dapat masuk
( grade 1 s/d IV )
Rasa nyeri pada dubur,
5. Diagnosis HEMORROID
6. Diagnosis Banding - Karsinoma Rekti
- Polip Rekti
- Prolaps rekti
- peradangan GI tract (proktitis)
7. Pemeriksaan Penunjang - Anoskopi
- Prostoskopi
- Laboratorium rutin
8. Terapi - Stadium 1 dam II tanpa atau dengan perdarahan :
 Rawat jalan
 Medikamentosa
 Pengaturan diet
 Skleroterapi
 Ligasi rubber band
- Stadium III & IV : MRS, ligasi rubber band, operasi
haemoroidektomi
9. Edukasi Gizi
- Hindari makan pedas
- Banyak makan-makanan mengandung serat
10. Prognosis Baik bila tidak ada komplikasi
11. Tingkat Evidens I
12. Tingkat Rekomendasi A
13. Penelaah Kritis SMF Bedah

14. Indikator Medis - Keluar benjolan dari anus dapat dimasukan atau tidak dapat
dimasukan
- Perdarahan aktif
- Anemia
15. Kepustakaan - Pedoman pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah Umum
Indonesia
PANDUAN PRAKTIK KLINIK ( PPK )
BEDAH UMUM
RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK

KHOLELITHIASIS
1. Pengertian (definisi ) Adanya batu didalam kandung empedu

2. Anamnesis Pada pemeriksaan, nyeri tekan pada hipokondrium kanan,


terdapat tanda peritonitis local (defans muskuler (+), pertanda
murphy,s positif

3. Pemeriksaan Fisik - Kolik perut kanan atas, kadang menjalar kebelakang dapat
disertai radang akut kolesistitis atau penyumbatan – kholestasis
- Pada pemeriksaan, nyeri tekan pada hipokondrium kanan,
terdapat tanda peritonitis local (defans muskuler (+), pertanda
murphy,s positif
4. Kriteria Diagnosa - Kolik perut kanan atas, kadang menjalar kebelakang dapat
disertai radang akut kolesistitis atau penyumbatan – kholestasis
- Pada pemeriksaan, nyeri tekan pada hipokondrium kanan,
terdapat tanda peritonitis local (defans muskuler (+), pertanda
murphy,s positif.
5. Diagnosis
KHOLELITHIASIS

6. Diagnosis Banding - Proses keradangan pada organ-organ didaerah hipokondrium


- Hepatitis, abses hepar
- Pankreatitis
- Kholangitis
- Ulkus Peptikum
7. Pemeriksaan Penunjang  Foto polos perut
 USG abdomen
 Hepato bilier
 Laboratorium rutin
8. Terapi - Kholelithiasis disertai gejala direncanakan kholesistektomi
secara elektif
- Kholelithiasis disertai radang akut, sebelum ada :
 Pelekatan (infiltrat) dapat segera dibedah
 Bila sudah ada masa diberi antibiotika sampai radang akut
reda, baru dilakukan kholesistektomi
Catatan :
Bagi yang mampu dan mempunyai pengalaman dapat
dilakukan sito kholesistektomi
9. Edukasi - Gizi (diet rendah lemak)
- Kontrol secara Rutin

10. Prognosis Baik bila tidak ada komplikasi


11. Tingkat Evidens I
12. Tingkat Rekomendasi A

13. Penelaah Kritis


SMF penyakit Bedah, SMF Penyakit Dalam
14. Indikator Medis - Konservatif ( bila sudah ada keluhan )
- Operatif bila ada keluhan

15. Kepustakaan Buku Pedoman IKABI


PANDUAN PRAKTIK KLINIK ( PPK )
BEDAH UMUM
RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK

APPENDIKITIS
1. Pengertian (definisi ) Suatu radang / infeksi dari jaringan appendiks

2. Anamnesis Nyeri didaerah ulu hati yang setelah bebarapa jam berpindah dan
menetap didaerah fossa iliaka kanan
Mual dan muntah, dapat disertai konstipasi atau diare serta
demam pada yang mengalami infiltrat mengeluh adanya massa
yang keras didaerah fossa iliaka kanan pada yang mengalami
abses mengeluh demam pada mengalami perforasi mengeluh
nyeri local / perut daerah bawah/seluruh perut, demam, perut
kembung, tidak dapat flatus / bab atau menjadi diare pada
apendikitis khornis biasa penderita pernah mengeluh nyeri perut
kanan bawah kira2 3 minggu sebelumnya kemudian terapi tanpa
operasi
3. Pemeriksaan Fisik - Subfebris 37, 50 C-38,50 C
- Pada keadaan komplikasi febri > 40
- Tekanan darah normal atau menurun pada yang mengalami
komplikasi
- Laju nadi normal atau meningkat
- Laju napas normal atau bertambah
4. Kriteria Diagnosa - Klinis :
 Nyeri ke Mcburney disertai muskolar
 Panas badan meningkat, kadang disertai muntah
 Masa (-), pada periapendikuler infiltrat teraba masa yang
nyeri tekan pada perut kanan bawah, defens muskuler(+)
 Nyeri tekan (+), colok dubur nyeri jam 09.00
 Beda temperatur rectal dengan axiler lebih dari 1oc
5. Diagnosis
- Apendisitis akut
- Periapendikuler infiltrat
- Periapendikuler abses
- Appendisitis perforata yang disertai peritonitis local atau
peritonium umum.

6. Diagnosis Banding - Divertikulitis, limpadenitis


- Peradangan organ kandung
- KET, torsio testis kanan
- Gastroenteritis – colitis
7. Pemeriksaan Penunjang - < 40 tahun :
 Hb, lekosit, BT, CT, Trombosit
 Pada yang mengalami komplikasi ditambah urea N,
kreatinin
 Urine rutin / sedimen untuk menyingkirkan kelainan
ureter
 Thorax foto
 Foto polos abdumen pada yang mengalami komplikasi
 USG
- > 40 tahun :
 Hb, lekosit, BT, CT, trombosit
 SGOT, SGPT
 Gula darah sewaktu
 Urea N, kreatinin
 Urine rutin /sedimen urine
 Thorax foto
 EKG
 Foto polos abdomen pada yang mengalami komplikasi
 USG
- Kolon in loop, CEA pada kasus infiltrat tertutama pada usia
tua untuk menyingkirkan diferensial diagnosa dengan
penyakit keganasan kolon
8. Terapi - Appendisitis kronis : direncanakan Apendektomi elektif
- Appendisitis akut : direncanakan apendektomi segera
- Periapendikuler abces : incisi, drainase
- Periapendikuler infiltrat : pertama dirawat konserfatif
medikamentosa yang kawat, bila masa mengecil ukuran, <3
cm atau menghilang dilakukan apendektomi dengan insisi
paramedian
- Apendisitis perforata disertai tanda-tanda peritonitis local :
dilakukan apendektomi dengan insisi gradiron atau
paramedian
- Bila ditemukan tanda-tanda peritonitis umum dilakukan
laparatomi dengan insisi median.
9. Edukasi Pengobatan Appendicitis adalah dengan dioprasi medikamentosa
hanya bersifat sementara
10. Prognosis Baik bila tidak ada komplikasi
11. Tingkat Evidens I
12. Tingkat Rekomendasi A
13. Penelaah Kritis SMF Bedah
14. Indikator Medis - Nyeri pada perut sebelah kanan bawah
- Demam
15. Kepustakaan -Pedoman pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah Umum
Indonesia
PANDUAN PRAKTIK KLINIK ( PPK )
BEDAH UMUM
RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK

HERNIA INGUINALIS LATERALIS / MEDIALIS


1. Pengertian (definisi ) Penonjolan dinding abdomen & isinya melalui locus minoris resistensi
didaerah ingunal
2. Anamnesis Benjolan dilipat paha yang hilang timbul yang berhubungan dengan posisi
berbaring/mengedan. Bisa dengan sensasi nyeri(hernia inguinalis
lateralis)menyebar ke sekrotum. Pada keadaan inkarserasi keluhan disertai
dengan tanda obstruksi saluran cerna yaitu perut kembung, muntah, nyeri
kolik disertai tidak bisa flatus atau bab. Pada keadaan strangulasi
keluhannya adalah nyeri hebat, kulit diatas benjolan kemerahan, disertai
demam bahkan bisa disertai tanda2 syok. Pada hernia inguinalis medialis
jarang sekali mengalami incaserasi atau strangulasi. Pada hernia femoralis
keluhan benjolan lebih kebawah dibanding hernia inguinalis, sering tanpa
keluhan.
3. Pemeriksaan Fisik HIL HIM HF
Inspeksi : Lonjong Bulat Lonjong/bulat
Lokasi diatas Lig Inguinale diatas Lig Inguinale dibawah Lig ing
Pemeriksaan dgn
Jari dimasukan menonjol pd menonjol pada (-)
Kedlm kanalis ujung jari pangkal jari
Inguinalis
Auskultasi : BU+/- (-) (-)
Transiluminasi (-) (-) (-)

Laboratorium :
< 40 tahun : Hb, Lekosit, BT, CT, trombosit, Thorax foto
>40 tahun : Hb, lekosit, BT, CT, trombosit, SGOT, SGPT
Gula darah puasa & 2 jam PP, Urea N, kreatinin
Thorax foto, EKG.
4. Kriteria Diagnosa - Benjolan pada lipat paha, dapat keluar masuk
- Dapat berupa Hernia Ingunalis Lateralis, Hernia Inguinalis medialis
( diatas Lig, Inguinale), Hernia femoralis dibawah Lig. Inguinale)
- Klinis dapat reponibilis, ireponibilis, inkarserata.

5. Diagnosis -
HERNIA INGUINALIS LATERALIS
-
HERNIA INGUINALIS MEDIALIS
6. Diagnosis Banding -
Hidrokel Varikokel
-
Andesensus testis
-
Limfa denopati inguinal
-
Limfadenopati Inguinal
7. Pemeriksaan Penunjang -
Laboratorium rutin
-
Herniaography yaitu foto X ray setelah menyuntikan zat kontras ke
intra peritoneal
8. Terapi - Operasi segera bila inkaserata (Bassini )
- Operasi terencana untuk hernia reponibilis dan hernia
ireponibilis(Bassini )
- Hernioraphy menurut Bassini/shouldice atau lebih baik dengan
memakai prolene mesh (lichtenstein)
9. Edukasi - Hindari mengangkut beban dengan berat
- Pengobatan penyakit yang mendasari : batuk kronis, asites,
pembesaran prostat
10. Prognosis Baik
11. Tingkat Evidens I
12. Tingkat Rekomendasi A
13. Penelaah Kritis SMF Bedah
14. Indikator Medis - Benjolan lipat paha
- Operatif bila sudah mengganggu aktifitas
15. Kepustakaan Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia I
PANDUAN PRAKTIK KLINIK ( PPK )
BEDAH UMUM
RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK

KARSINOMA PANKREAS
1. Pengertian (definisi ) Pertumbuhan jaringan pankrease yang bersifat infiltratife & destruktif

2. Anamnesis - Nyeri ulu hati


- Mual
- Berat badan menurun
- Nafsu Makan berkurang
- Ikterus
- Gatal
- Benjolan pada perut bagian atas
- Ikterus
- Gatal
- Benjolan pada perut bagian atas
3. Pemeriksaan Fisik - Massa di epigastrium
- Nyeri tekan Positif
- Ikrerik
4. Kriteria Diagnosa Klinis
- Ikterus
- Berat badan menurun
- Gatal-gatal
- Kantong empedu membesar (courvoisier’sign)
5. Diagnosis
KARSINOMA PANKREAS

6. Diagnosis Banding - Batu saluran empedu


- Stenosis saluran empedu
- Kolangio karsinoma
7. Pemeriksaan Penunjang - USG
- CT Scan
- ERCP
- Laboratorium: darah lengkap, bilirubin total/ direk/ indirek, alkali
fosfatase, amilase, lipase, Ca I9-9
8. Terapi - Resektabel : Duodenopankreatektomi cefalik
- Inresektable : By pass bilio degestif

9. Edukasi - Pemberian nutrisi yang tepat sebelum dan sesudah operasi


- Kemungkinan dilakukan kemotrapi

10. Prognosis Baik dalam stadium dini


dalam stadium lanjut buruk
11. Tingkat Evidens I
12. Tingkat Rekomendasi A
13. Penelaah Kritis SMF Bedah & SMF Penyakit Dalam
14. Indikator Medis Amilase Pankreas Menurun
15. Kepustakaan Pedoman pelayanan medik Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia
Maingot’s abdominal operations
PANDUAN PRAKTIK KLINIK ( PPK )
BEDAH UMUM
RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK

KARSINOMA COLON

1. Pengertian (definisi ) Pertumbuhan jaringan usus colon yang bersifat infiltratif & destruktif

2. Anamnesis - BAB disertai darah


- Berat Badan menurun
- BAB kecil-kecil seperti kotoran kambing
- Anemia
- Perut Kembung
3. Pemeriksaan Fisik - Teraba massa di abdomen pada tahap lanjut
-
4. Kriteria Diagnosa - Perubahan kebiasaan buang air besar
- Penurunan berat badan
- Berak darah dan lendir
- Anemia dan diare untuk karsinoma kolon kanan
- Tanda-tanda obstruksi untuk kolon kiri pada fase lanjut teraba tumor
dan metastase
5. Diagnosis
KARSINOMA COLON

6. Diagnosis Banding - Disenteri amoeba


- Polip rectum
- Divertikulosis kolon
- Hemorroid & TBC Rectum
- Radang granulomatik usus
7. Pemeriksaan Penunjang - Barium inloop
- Kolonoskopi
- Endo Ultrasonografi
- USG/CT Scan
- Laboratorium Rutin
8. Terapi - Kolon kanan : Hemikolektomi kanan
- Kolon transversum : Reseksi dan Reanastomose
- Kolon kiri : Hemikolektomi kiri
- Sigmoid : Reseksi Anterior Chemoterapy
- Terapi Adjuvan : chemoterapi

9. Edukasi Gizi :
- hindari makanan tinggi lemak
- Pakai minyak goreng yang berulang-ulang
- Makanan kaleng
10. Prognosis Baik dalam stadium dini

11. Tingkat Evidens I


12. Tingkat Rekomendasi A
13. Penelaah Kritis SMF Bedah & SMF Penyakit Dalam
14. Indikator Medis - Keluhan menghilang
- BAB Hitam
- Colon in Loop
- Colonoscopy
- CT Can Abdomen bila diperlukan

15. Kepustakaan Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia
PANDUAN PRAKTIK KLINIK ( PPK )
BEDAH UMUM
RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK

KARSINOMA LAMBUNG

1. Pengertian (definisi ) Pertumbuhan jaringan lambung yang bersifat infiltratif & destruktif

2. Anamnesis - Muntah darah kehitaman


- Kembung
- Cepat kenyang
- Nyeri ulu hati hebat
- Penurunan Berat Badan
3. Pemeriksaan Fisik - Nyeri tekan epigastrium
4. Kriteria Diagnosa - Klinis
 Keluhan rasa penuh diperut saat makan
 Gejala anemia berat
 Anoreksia
 BB turun
 Muntah
 Hematemesis
 Rasa nyeri epigastrium
 Massa abdomen pace stadium lanjut
5. Diagnosis
KARSINOMA LAMBUNG

6. Diagnosis Banding - Tukak Peptikum – Gastritis


- Perdarahan varices esophagus
- Sirhosis
-
7. Pemeriksaan Penunjang - Upper G1 Series Photo
- Esopage Gastroduodenoskopi
- Ultrasonografi
- CT Scan
- Endo USG
- Laboratorium Rutin
8. Terapi Karsinoma Gaster, resektabel :
 Ca. Terletak di antrium : dilakukan sub total gastrektomi disertai
pengangkatan omentum secara enblok serta diseksi KGB
 Ca. Terletak pada korpus bagian dan furdus / cardia dilakukan total
gastrektomi diseksi kelenjar disertai splenektomi
 Rekonstruksi dengan Roux es Y- Esofagus jejunostomi
 Ca Gaster non resektabel dilakukan jejunostomi feeding (permanen)
 Adjuvant...chemotherapi.
9. Edukasi - Gizi : hindari makanan yang mengandung pengawet
- Pasca Operasi : Kemungkinan terjadi kebocoran anastomosis
10. Prognosis Baik dalam stadium dini
buruk dalam stadium lanjut

11. Tingkat Evidens I

12. Tingkat Rekomendasi A

13. Penelaah Kritis SMF Bedah & SMF Penyakit Dalam

14. Indikator Medis Endoscopi dan CT Scan Abdomen

15. Kepustakaan Pedoman pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia
PANDUAN PRAKTIK KLINIK ( PPK )
BEDAH UMUM
RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK

KARSINOMA REKTI

1. Pengertian (definisi ) Pertumbuhan jaringan Rektum yang bersifat infiltrat & destruktif

2. Anamnesis - Ada benjolan dianus


- Sulit BAB
- Flatus tidak ada
- Perut Kembung
- BAB Berdarah
3. Pemeriksaan Fisik - Rectal Touche : teraba massa, darah.
-
4. Kriteria Diagnosa Klinis
- Berak darah & Lendir
- Berbau
- Gangguan kebiasaan BAB
- Nyeri saat BAB
- Teresmus pada kasus lanjut
- Ileus obstruktif

Colok dubur :
 Teraba tumor berbenjol, rapuh tukak mudah berdarah
 Ca. Rektum letak rendah (2/3 bagian bawah ) umumnya dapat
tercapai dengan baik
 Ditentukan deskriptif tumor secara lengkap untuk menentukan
Resektabilitas → batas atas →bawah sirkuler mobilitas
 Dilakukan biopsy dari tumor patologi
5. Diagnosis
KARSINOMA REKTI

6. Diagnosis Banding - Desentri Amoeba kolon


- Divertikulosis kolon
- Polip rectum
- Haemorrhoid
- TBC rectum
- Penyakit usus inflamasi (IBD)
7. Pemeriksaan Penunjang - Protokopi / rektoskopi
- CT Scan
- Endo Ultrasonografi
- Ba in loop kolon
- USG abdomen
- Foto toraks
- Laboratorium rutin, CEA
8. Terapi - Ca Rektum 12 cm diatas anus dilakukan reseksi anterior
- Ca Rektum kurang 12 cm dari anus :
T1 terjangkau →diferensasi baik dilakukan eksisi local
- Ca Rektum 6-12 cm dari anus :
 Stage 1 → reseksi anterior rendah ( LAR )
 Stage II/III →terapi kombinasi multiple MCT + reseksi anterior
rendah
- Ca Rektum kurang 6 cm dari anus :
 Stage 1 diferensasi baik → LAR / reseksi abdomino perineal
( APR)
 Stage II/III →MCT+LAR/APR
 Stage I diferensasi jelek →APR
 Stage II/III → MCT+APR
9. Edukasi Gizi :
- Diet rendah lemak
- Diet rendah garam
- Hindari makanan yang berulang-ulang dipanaskan
- Hindari makanan yang mengandung pengawet

Pengobatan lanjutan dengan kemoradioterapi

10. Prognosis Baik dalam stadium dini


Buruk bila stadium lanjut

11. Tingkat Evidens I

12. Tingkat Rekomendasi A

13. Penelaah Kritis SMF Bedah

14. Indikator Medis - Colonoscopi : Massa


- Rectal Touche
- Anemia berat
15. Kepustakaan - Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah Umum
Indonesia
- Maingot’s Abdominal Operation
PANDUAN PRAKTIK KLINIK ( PPK )
BEDAH ANAK
RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK

MALFORMASI –ANOREKTAL

1. Pengertian (definisi ) Kegagalan pertumbuhan anorektal pada masa embrio yang ditandai
dengan agenesis anal, agenesis rektal dan atresia rektal
2. Anamnesis

3. Pemeriksaan Fisik - Tidak tampak adanya anus


- Perut yang distensi
- Anal dimple(+) / (-)
- Fistula (+) / (-)
- Median raphe
- Pulsating(+) / (-)
- Tanda-tanda obstruksi usus
4. Kriteria Diagnosa - Letak tinggi :
 Tanpa fistula : pada investogram jarak antara ujung rectum
dengan anal dimple > 1 cm
 Dengan fistula, fistula rekto-vesika, fistula rekto uretra, fistula
rekto vagina, fistula rekovestibular
- Letak Rendah :
Anus membranaseus
 Tanpa Fistula : pada invertogram jarak antara rectum dan anal
dimple < 1 cm
 Dengan Fistula : Fist. Anovertibular, fist anoperineal, Bucket
Handle
5. Diagnosis
ATRESIA ANI LETAK TINGGI
ATRESIA ANI LETAK RENDAH
6. Diagnosis Banding Malformasi Anorektal yang lain
7. Pemeriksaan Penunjang  Foto Investogram (Wangenstein Rice ), untuk yang tanpa fistel
pemeriksaan urine(pada laki-laki)
 Laboratrium Rutin
8. Terapi - Darurat :
 Letak tinggi : Kolostomi
 Letak rendah:Anoplasti
9. Edukasi

10. Prognosis

11. Tingkat Evidens

12. Tingkat Rekomendasi

13. Penelaah Kritis

14. Indikator Medis

15. Kepustakaan
PANDUAN PRAKTIK KLINIK ( PPK )
BEDAH ANAK
RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK

INVAGINASI USUS
1. Pengertian (definisi ) Kelainan disaluran pada GIT dimana bagian proksimal (usu) masuk
kedalam lumen usus bagian distal

2. Anamnesis

3. Pemeriksaan Fisik

4. Kriteria Diagnosa - Trias :


 Invaginasi
 Kolik Usus
 Teraba massa
 Berak darah lendir dapat disertai / tanpa obstruksi usus

- Foto :
 Usus kecil dilatasi
 Ada air fluid level
 Usus besar kosong

- Bayi berumur 3 bulan sampai 2 tahun


5. Diagnosis INVAGINASI USUS

6. Diagnosis Banding - Tumor


- Colitis amuba
- Obstruksi usus lain
7. Pemeriksaan Penunjang  Foto polos abdomen
 Barium in loop sekaligus sebagai terapi
Untuk yang baru
 K/P USG (bila tidak kembung )
 Laboratorium Rutin
8. Terapi - Eksplorasi Laparatomi : Reposisi
- Bila Nekrose reseksi buat stoma
- Mengeliminir “ Lead poin”
9. Edukasi

10. Prognosis Kondisi Penderita

11. Tingkat Evidens

12. Tingkat Rekomendasi

13. Penelaah Kritis

14. Indikator Medis


15. Kepustakaan

PANDUAN PRAKTIK KLINIK ( PPK )


BEDAH ANAK
RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK

HIRSCHSPRUNG’S DISEASE
1. Pengertian (definisi ) Kelainan disaluran pada GIT dimana bagian proksimal (usu) masuk
kedalam lumen usus bagian distal

2. Anamnesis

3. Pemeriksaan Fisik

4. Kriteria Diagnosa - Tanda dan Gejala tanpak sejak lahir


 Obstruksi akut usus : Distensi masif abdomen, muntah kehijauan,
retensi cairan usus, hipovolemi dan asidosis
 Konstipasi berganti dengan diare dan distensi abdomen
 Tanda-tanda enterokolitis : Distensi abdomen, diare, muntah,
panas, toksik
 Tidak ada keinginan untuk defekasi
 Tidak ada soiling
 Malnutrisi

5. Diagnosis HIRSCHSPRUNG’S DISEASE
6. Diagnosis Banding - Kontipasi
- Atresia Ileum
- Mekonium ileus
- Sindroma sumbatan mekonium
7. Pemeriksaan Penunjang - Biopsi hisap dinding rectum : tidak ditemukan sel ganglion usus
- Barium enema : tampak transition zone
- Manometri anorektal : kegagalan relaksasi dari sfingter ani internus
saat rectum distensi
- Laboratorium Rutin
8. Terapi - Persiapan Pra-Bedah :
 Irigasi kolon, dekompresi lambung
 Resusitasi cairan
 Antibiotika
- Pembedahan :
 Kolostomi
 Definitif ; Prosedur tarik terobos
9. Edukasi

10. Prognosis Baik

11. Tingkat Evidens

12. Tingkat Rekomendasi

13. Penelaah Kritis

14. Indikator Medis


15. Kepustakaan

PANDUAN PRAKTIK KLINIK ( PPK )


BEDAH ANAK
RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK

GRANULAOMA / FISTULA UMBILIKALIS


1. Pengertian (definisi ) Pertumbuhan jaringan akibat infeksi yang kronis pada daerah umbilicus

2. Anamnesis

3. Pemeriksaan Fisik
4. Kriteria Diagnosa - Duktus omfalomesenterikus persisten : Keluar cairan fekal dari usus
atau cairan mucus dari sinus
- Urakhus persisten : keluar cairan berupa urine.
- Polip umbilicus, berhubungan dengan kista atau sinus
- Granuloma umbilicus : keluar cairan semipurulen tanpa urin fases
- Omfalitis : umbilicus kemerahan, edem dan nyeri. Cepat berkembang
menjadi selulitis dinding abdomen.
5. Diagnosis GRANULOMA / FISTULA UMBILIKALIS
6. Diagnosis Banding Omfalitis
7. Pemeriksaan Penunjang - Sinogram
- USG
- CT Scan
- Laboratorium Rutin
8. Terapi - Eksisi
- Kauterisasi /lar.Nitras argenti
- Insisi, Drenase, Antibiotika
9. Edukasi

10. Prognosis Baik

11. Tingkat Evidens

12. Tingkat Rekomendasi

13. Penelaah Kritis

14. Indikator Medis

15. Kepustakaan
PANDUAN PRAKTIK KLINIK ( PPK )
BEDAH ANAK
RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK

OMFALOKEL
1. Pengertian (definisi ) Kelainan pada dinding abdomen dibagian depan oleh karena tidak
sempurnanya penutupan dinding abdomen
2. Anamnesis Bayi baru lahir, organ abdomen keluar melalui defek disentral
umbilicus, tertutup membran amnion dibagian luar dan lapisan
peritonium dibagian dalam.

3. Pemeriksaan Fisik

4. Kriteria Diagnosa Bayi baru lahir, organ abdomen keluar melalui defek disentral
umbilicus, tertutup membran amnion dibagian luar dan lapisan
peritonium dibagian dalam.
5. Diagnosis OMFALOKEL
6. Diagnosis Banding Gastroskisis
7. Pemeriksaan Penunjang - X Foto thorax, Ekhokardiografi
- Laboratorium Rutin
8. Terapi - Umum :
 Pasang pipa nasogastrik
 Mencegah hipotermi
 Antibiotik profilaksis
 Merawat selaput omfalokel dengan pembalut basah dan steril
untuk mencegah infeksi dan trauma mekanik
- Khusus :
 Omfalokel dengan defek 8-9 cm, tampak hepar dan usus : diberi
bahan topical untuk mempercepat epitelialisasi ( silver
sulfadiazine), defek ditutup dikemudian hari
 Omfalokel dengan defek berukuran kecil dan sedang dilakukan
repair langsung, bila defek tidak mungkin ditutup primer
dilakukan penutupan.
9. Edukasi

10. Prognosis Dubious

11. Tingkat Evidens

12. Tingkat Rekomendasi

13. Penelaah Kritis

14. Indikator Medis

15. Kepustakaan
PANDUAN PRAKTIK KLINIK ( PPK )
BEDAH ANAK
RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK

HERNIA DIAFRAGMATIKA KONGENITAL


1. Pengertian (definisi ) Penonjolan dari dinding abdomen & organ intra abdomen melalui locus
minorus resistensi didaerah diafragma

2. Anamnesis

3. Pemeriksaan Fisik

4. Kriteria Diagnosa - Tanda dan gejala


 Takhipnea, retraksi dinding dada, pucat, sianosis, abdomen
skafoid, mediastinum bergeser berlawanan dengan lesi di
diafragma, auskultasi terdengar suara usus di hemitoraks yang
bersangkutan.
 Suara nafas menurun terutama dihemitoraks yang bersangkutan
5. Diagnosis HERNIA DIAFRAGMATIKA KONGENITAL

6. Diagnosis Banding - Congenital Cystic adenomatoid


- Malformation dari paru
- Branchiogenic cyst
- Sarkoma paru
7. Pemeriksaan Penunjang - Laboratorium Rutin
- X-foto toraks ;
Bayangan usus berisi udara dihemitoraks bersangkutan, jantung dan
mediastinum bergeser berlawanan dari tempat lesi, paru yang
hipoplastik tampak dibagian medial.
8. Terapi - Penatalaksanaan pra-bedah ;
 Stabilisasi dengan kontrol hipertensi pulmonal
 Pemberian cairan dan elektrolit
 Monitor CVP
 Monitor produksi urin
 Pasang pipa nasogastrik
 Pemeriksaan echocardiography

- Pembedahan :
 Approach trans abdominal melalui irisan subcostal.
 Reposisi organ visera
 Eksisi kantong hernia
 Menutup defek
 Defek kecil : tutup primer
 Defek besar : tutup dengan prosthetic patch
9. Edukasi

10. Prognosis Dubious

11. Tingkat Evidens

12. Tingkat Rekomendasi

13. Penelaah Kritis

14. Indikator Medis


15. Kepustakaan

PANDUAN PRAKTIK KLINIK ( PPK )


BEDAH ANAK
RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK

KANKER PAYUDARA ( CA. MAMMAE )


1. Pengertian (definisi ) Pertumbuhan jaringan payudara yang bersifat infiltrat & destruktif

2. Anamnesis

3. Pemeriksaan Fisik
4. Kriteria Diagnosa - Keluhan :
 Tumor atau borok yang mudah berdarah pada payudara,
erosi perdarahan atau keluar cairan abnormal putting susu
- Fisik :
 Pada payudara terdapat tumor padat keras
 Batas tidak jelas
 Bentuk tidak teratur, umumnya pada permulaan tidak
nyeri, tumbuh progresif dan tanda – tanda infiltrasi atau metastase
- Tanda infiltrasi :
 Mobilitas tumor terbatas
 Melekat kulit/muskulus pektoralis / dinding dada,
 Eritema kulit diatas tumor,
 Peau d’orange,
 Satelit nodule,
 Ulserasi.
- Tanda metastase :
 Regional ada pembesaran kelenjar limfe ketiak /
mammaria interna atau ada tumor di organ jauh
- Radiologi :
 Mammografi ada tumor batas tidak tegas,
 Bentuk irreguler,
 Stellate,
 Kalsifikasi mikro yang tidak teratur
 USG mamma : ada tumor berbatas tidak tegas hiper-
echoic

5. Diagnosis
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan Penunjang - Diagnosis : Triple diagnostik
 Klinis
 Mammografi atau USG mamma
 FNA , juga VC / PC dan pemeriksaan patologi
spesimen operasi Staging
 T : Klinis, imaging, patologi ( jenis histology, derajat
diferensiasi )
 N : Klinis imaging, biopsy sentinal node
 M : Klinis, imaging ( X –foto toraks, USG abdomen, bone
scan, CT scan, MRI )
8. Terapi - Bedah :
 Standar : Mastektomi Radical Modifikasi (Patey / Madden )
 Alternatif
o Mastektomi Radical Standard Radical (Halstedt)
o BCT/S ( Breast Conserving Treatment / Surgery ) :

 Tumorektomi/ kwadrantektomi/ segmentektomi


 diseksi axilla + radioterapi pasca bedah
 Reskonstruksi mamma (myokutaneus
latisimus dorsi flap)

o Pada Tumor yang kanker mamma non palpable


atau kanker insitu diseksi axilla tergantung dari keadaan
kelenjar axilla atau dari biopsy sentinal node
 Mastektomi radical modifikasi pada kanker mamma
lanjut local setelah mendapat kemoteraoi adjuvant

9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan - Abdominal Surgery
-
PANDUAN PRAKTIK KLINIK ( PPK )
BEDAH SARAF
RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK

FRAKTUR DEPRESS
1. Pengertian (definisi )

2. Anamnesis

3. Pemeriksaan Fisik
4. Kriteria Diagnosa
5. Diagnosis
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan Penunjang
8. Terapi
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan - Abdominal Surgery
-
PANDUAN PRAKTIK KLINIK ( PPK )
BEDAH SARAF
RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK

EPIDURAL HEMATOME
1. Pengertian (definisi )

2. Anamnesis

3. Pemeriksaan Fisik
4. Kriteria Diagnosa
5. Diagnosis
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan
Penunjang
8. Terapi
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan
PANDUAN PRAKTIK KLINIK ( PPK )
BEDAH SARAF
RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK

INTRA SEREBRAL HIPERTENSIF


1. Pengertian (definisi )

2. Anamnesis

3. Pemeriksaan Fisik
4. Kriteria Diagnosa
5. Diagnosis
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan
Penunjang
8. Terapi
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan
PANDUAN PRAKTIK KLINIK ( PPK )
BEDAH SARAF
RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK

EDEMA CEREBRI
1. Pengertian (definisi )

2. Anamnesis

3. Pemeriksaan Fisik
4. Kriteria Diagnosa
5. Diagnosis
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan
Penunjang
8. Terapi
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan
PANDUAN PRAKTIK KLINIK ( PPK )
BEDAH SARAF
RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK

HYDROCEPHALUS
1. Pengertian (definisi )

2. Anamnesis

3. Pemeriksaan Fisik
4. Kriteria Diagnosa
5. Diagnosis
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan
Penunjang
8. Terapi
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan
PANDUAN PRAKTIK KLINIK ( PPK )
BEDAH SARAF
RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK

SUBDURAL HEMATOMA
1. Pengertian (definisi )

2. Anamnesis Riwayat trauma, mekanisme trauma, gangguan neurologis(amnesia,


penurunan kesadaran, kejang), macam trauma

3. Pemeriksaan Fisik Tanda Vital head to toe


Kepala(jejas patah dasar tengkorak, patah tulang wajah, truma mata),
leher dan tulang belakang (cedera tulang belakang), pemeriksaan
lain(benjolan, luka lecet, luka terbuka, dinding abdomen), neurologis.
Pemeriksaan status lokalis(inpeksi & Palpasi)
4. Kriteria Diagnosa
5. Diagnosis
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan Laboratoris
Penunjang - DPL, SE, PT/APTT, GDS, LFT, RFT
Imaging
- Ro polos kepala
- CT Scan kepala
8. Terapi
9. Edukasi Menerima rujukan dari PPK 1
Rujuk ke PPK 3 bila memerlukan tindakan dengan alat yang tidak tersedia di
PPK 2
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan - Abdominal Surgery
-
PANDUAN PRAKTIK KLINIK ( PPK )
BEDAH SARAF
RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK

MENINGGOENCEPHALOCELLE
1. Pengertian (definisi )

2. Anamnesis

3. Pemeriksaan Fisik
4. Kriteria Diagnosa
5. Diagnosis
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan
Penunjang
8. Terapi
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan
PANDUAN PRAKTIK KLINIK ( PPK )
BEDAH SARAF
RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK

TUMOR KONGENITAL
1. Pengertian (definisi )

2. Anamnesis

3. Pemeriksaan Fisik
4. Kriteria Diagnosa
5. Diagnosis
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan
Penunjang
8. Terapi
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan
PANDUAN PRAKTIK KLINIK ( PPK )
BEDAH SARAF
RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK

MENINGIOMA
1. Pengertian (definisi )

2. Anamnesis

3. Pemeriksaan Fisik
4. Kriteria Diagnosa
5. Diagnosis
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan
Penunjang
8. Terapi
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan
PANDUAN PRAKTIK KLINIK ( PPK )
BEDAH SARAF
RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK

GLIOMA
1. Pengertian (definisi )

2. Anamnesis

3. Pemeriksaan Fisik
4. Kriteria Diagnosa
5. Diagnosis
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan
Penunjang
8. Terapi
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan
PANDUAN PRAKTIK KLINIK ( PPK )
BEDAH SARAF
RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK

HNP
1. Pengertian (definisi )

2. Anamnesis

3. Pemeriksaan Fisik
4. Kriteria Diagnosa
5. Diagnosis
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan
Penunjang
8. Terapi
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan
PANDUAN PRAKTIK KLINIK ( PPK )
BEDAH SARAF
RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK

FRAKTUR COMPRESI LUMBAL/FERTIKAL


1. Pengertian (definisi )

2. Anamnesis

3. Pemeriksaan Fisik
4. Kriteria Diagnosa
5. Diagnosis
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan
Penunjang
8. Terapi
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan

Anda mungkin juga menyukai