Anda di halaman 1dari 3

PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)

SMF : Paru

Diagnosis : KODE ICD X


Pneumonia J.21 Pneumonia Pneumocystis (Pneumocystis
Pneumocystis pneumonia, PCP)
(Pneumocystis
pneumonia, PCP)
No. Dokumen : Halaman : 1 dari 3 halaman
VII.1.22/14/2016
1. Pengertian (Definisi) adalah peradangan paru oleh Pneumocystis jiroveci
(P. jiroveci) , Pneumocystis jiroveci adalah
mikroorganisme eukariotik, uniselular dan merupakan
patogen alveolar yang memiliki tiga stadium dalam
siklus hidupnya yaitu kista, sporozoit dan trofozoit.
2. Anamnesis Sesak napas, demam dan batuk.
Pada pasien AIDS, gejala klinis PCP sering tidak
khas, dimulai dengan kelelahan (fatigue) menjadi
demam, menggigil, berkeringat, batuk (umumnya
non-produktif) dan sesak napas yang lambat tetapi
menetap. Pada kasus berat dapat timbul takipnea
dan pasien akan terlihat sangat sesak. Sianosis pada
membran mukosa, akral dan sirkumoral dapat terjadi.
Sesak napas akut dan nyeri pleuritik perlu diwaspadai
sebagai gejala pneumotoraks. Penurunan berat
badan dapat terjadi, diikuti dengan menurunnya
status gizi pasien terinfeksi HIV
3. Pemeriksaan Fisis Pemeriksaan fisis juga tidak khas, dapat ditemukan
demam, takikardi, takipnea atau sianosis. Pada
auskultasi dapat terdengar ronki saat inspirasi dalam.
4. Kriteria Diagnosis diagnosis pasti PCP masih bergantung pada
penemuan P. jiroveci dalam sediaan histopatologi
5. Diagnosis Banding  Pneumonia
 TB Paru
 ILD
6. Pemeriksaan  Foto toraks
Penunjang  Sputum induksi
7. Terapi a. Profilaksis
Profilaksis primer diindikasikan pada semua pasien
terinfeksi HIV/AIDS dengan sel CD4 + kurang dari 200
sel/mm3 atau ditemukan kandidosis orofarings atau
demam lama. Terapi yang digunakan adalah TMP-
SMZ 960 mg 1 tablet/hari hingga sel CD4 + menetap
lebih dari 200 sel/mm3 selama 3-6 bulan. Terapi ini
diberikan kembali jika sel CD4+ turun menjadi kurang
dari 200 sel/mm3 atau terdapat kandidosis orofarings
b. Medikamentosa
Berat Rawat inap, pemberian terapi
oksigen dan bila diperlukan
ventilator.
Kotrimoksazol i.v. atau oral
trimetoprim 15 mg/kgBB/hari dan
sulfametoksazol 75 mg/kgBB/hari
dibagi 3 dosis selama 21 hari.

Sedang Perlu dipertimbangkan rawat inap


Kotrimoksazol oral 480 mg 3 x 2
tablet sehari selama 21 hari.

Ringan Kotrimoksazol oral 480 mg 3 x 2


tablet sehari selama 21 hari atau
cukup 14 hari bila respons baik.

Trimetoprim-sulfametoksazol (TMP-SMZ) merupakan


obat terpilih (drug of choice) untuk terapi PCP.
Pemberian terapi tergantung pada berat ringannya
penyakit.
c. Non medikamentosa
 Istirahat
 Oksigen bila sesak napas
 Makanan bergizi

8. Prognosis Adfungsionam : Dubia ad malam


Adsanasionam : Dubia ad malam
Advitam : Dubia ad malam
9. Edukasi Pemberian terapi profilaksis trimetoprim-
sulfametoksazol telah menurunkan prevalens PCP

10. Kepustakaan 1. Thomas CF, Limper A. Pneumocystis pneumonia.


N Engl J Med 2004;350:2487-98
2. Lee SA. A review of Pneumocystis pneumonia. J
Pharm Pract 2006;19:5-9
3. Cruciani M, et al.Metaanalysis of diagnostic
procedures for Pneumocystis carinii pneumonia in
HIV-infected patients.Eur Respir J 2002;20:982-9.
4. Turner D, et al. Induced sputum for diagnosisng
Pneumocystis pneumonia in HIV patients: new
data, new issues. Eur Respir J 2003;21:204-8.

Jakarta, ......................... 2016

Ketua Komite Medik SMF Paru

Dr. Sri Sulastri Katarnida SpA(K) Dr. Adria Rusli, SpP


NIP : 195211071989022001 NIP : 196703291998031002

Anda mungkin juga menyukai