Anda di halaman 1dari 14

Panduan Praktik Klinis

SMF ILMU PARASITOLOGI KLINIS


DI RSPI-SS

NAMA PENYAKIT
MALARIA
RS Penyakit Infeksi
Prof. Dr. Sulianti
Saroso
No. Dokumen : VII.1.40/01/2016 Halaman : 1 dari 7 halaman
1. Definisi Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat akut maupun
kronis, disebabkan oleh infeksi parasit Plasmodium falsiparum,
Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, atau Plasmodium
malariae dan Plasmodium knowlesi dan ditularkan melalui
gigitan nyamuk anopheles
2. Anamnesis 1. Gejala demam tergantung jenis malaria
a. Malaria falsiparum : gejala demam timbul intermitten
dan dapat kontinyu, paling sering menjadi malaria berat
yang menyebabkan kematian
b. Malaria vivaks : gejala demam berulang dengan interval
bebas demam 2 hari, telah ditemukan juga kasus
malaria berat
c. Malaria ovale, manifestasi klinis biasanya bersifat
ringan, pola demam sama dengan malaria vivaks
d. Malaria malariae : gejala demam berulang dengan
interval bebas demam 3 hari,
e. Malaria knowlesi : gejala demam menyerupai malaria
falsiparum
2. Sifat demam akut (paroksimal) yang didahului oleh stadium
dingin (menggigil) diikuti demam tinggu kemudian
berkeringat banyak (trias malaria), gejala klasik biasanya
pada penderita non imun ( berasal dari daerah non
endemis)
3. Gejala penyerta seperti nyeri kepala, mual,muntah , diare,
pegal-pegal dan nyeri otot, gejala tersebut biasanya
terdapat pada orang-orang yang tinggal didaerah endemis
(imun)
4. Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu terakir
kedaerah endemik Malaria
5. Riwayat tinggal didaerah endemik Malaria
6. Riwayat sakit Malaria
7. Riwayat minum obat Malaria 1 bulan terakir
8. Riwayat mendapat transfusi darah

3. Pemeriksaan - Pemeriksaan tanda vital (Tekanan Darah, Frek nadi, frek


Fisik nafas, suhu)
- Demam > 37.5 C
- Conyungtiva atau telapak tangan pucat
- Petekie
- Splenomegali
- Hepatomegali
4. Kriteria Malaria klinis ringan / tanpa komplikasi
Diagnosis
Pada anamnesis :
 Dicurigai malaria pada orang dari daerah endemis
dengan demam akut dengan atau tanpa gejala lain.
 Riwayat ke daerah endemis dalam 2 minggu terakhir
 Riwayat tinggal di daerah malaria
 Pernah mendapat pengobatan malaria
Pada pemeriksaan fisik :
 Suhu ≥37,5C
 Dapat ditemukan splenomegali atau anemia
 Ada 3 stadium dari gejala klasik (menggigil, demam,
berkeringat)
 Gejala lain : malaise, sakit kepala, myalgia, sakit perut,
mual, muntah, diare

Malaria berat :
Jika ditemukan Plasmodium falsiparum atau Plasmodium vivax
stadium aseksual atau RDT positif ditambah satu atau beberapa
keadaan dibawah ini :
1. Gangguan kesadaran atau koma
2. Kelemahan otot (tidak bisa duduk/alan tanpa bantuan)
3. Tidak bisa makan dan minum
4. Kejang berulang lebih dari dua episode dalam 24 jam
5. Sesak napas, Respiratory Distress (pernafasan asidosis)
6. Gagal sirkulasi atau syok : tekanan sistolik < 70 mm Hg
(pada anak : < 50 mm Hg)
7. Ikterus disertai adanya disfungi organ vial
8. Black Water Fever
9. Pendarahan spontan
10. Edema Paru ( secara Radiologi)
Gambaran laboratorium :
1. Hipoglikemi : gula darah < 40 mg%
2. Asidemia (PH < 7,25) atau asidosis (Bikarbonat plasma
< 15 mmol.L)
3. Anemia berat (HB < 5 gr% atau Hematokrit < 15 %)
4. Hemoglobinuri
5. Hiperparasitemia ( di daerah endemis rendah > 2 % atau
> 100.000 parasit/uL, daerah endemis tinggi > 5% atau >
250.000 parasit/uL
6. Hiperlakatemia (Laktat > 5 ugr/L)
7. Gagal ginjl akut (urin <0,5 ml/kgBB/am dalam 6 jam)
Pada pasien tersangka malaria berat terapi dapat segera
diberikan berdasarkan pemeriksaan RDT

5. Diagnosis Malaria falsciparum, malaria vivax, malaria ovale, malaria


malariae, malaria knowlesi.
6. Diagnosis a. Malaria Tanpa Komlikasi
Banding 1. Demam Tifoid
2. Demam Dengue
3. ISPA
4. Leptospirosis Ringan
5. Infeksi Virus Akut Lainnya

b. Malaria Berat atau Malaria Dengan Komplikasi


1. Meningitis/ Ensefalitis
2. Stroke
3. Tifoid Ensefalopati
4. Hepatitis
5. Leptospirosis Berat
6. GNA/ GNC
7. Sepsis
8. DBD/ DSS

7. Pemeriksaan Pemeriksaaan Laboratorium :


Penunjang 1. Pemeriksaan mikroskopis.
Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis :
 Ada tidaknya parasit malaria
 Spesies dan stadium plasmodium
 Kepadatan parasit
Untuk pasien dugaan Malaria berat perhatikan hal
berikut
 Pemeriksaan sediaan darah pertama negatif,
perlu diperiksa ulang setiap 6 jam sampai 3
hari berturut turut.
 Bila hasil pemeriksaan darah tebal selama 3
hari berturut tidak ditemukan parasit --)
diagnosa Malaria disingkirkan.
2. Rapid Diagnostik Test( RDT )
- Untuk deteksi antigen parasit malaria dengan metode
imunokromatografi.
3. PCR Malaria ( tidak rutin)
4. Pemeriksaan penunjang untuk Malaria Berat
 Darah Rutin.
 Kimia Darah : Gula Darah, SGOT/ SGPT,
Bilirubin, Alkalin Fosfatase, albumin/globulin,
ureum/creatinin, Natrium dan Kalium, Analisa Gas
Darah (AGD)
 EKG
 foto thoraks
 Urinalisis
8. Terapi
a. Pemberian ACT (Artemisinin Combinasi Terapi) dan
Primakuin
- Malaria tanpa komplikasi: ACT secara oral
- Malaria berat : injeksi Artesunat atau Artemeter
dilanjutkan ACT oral
- Primakuin diberikan sebagai gametosidal dan
Hipnozoidal
- Dosis berdasarkan berat badan.
- Obat malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan
perut kosong karena mengiritasi lambung
b. Terapi Malaria tanpa komplikasi
1. Malaria falsiparum dan Malaria Vivaks:

Dihidroartemisinin-Piperakuin(DHP) atau Artesunat-


Amodiakuin + Primakuin

-Dosis ACT 1 kali/hari selama 3 hari


-Primakuin untuk malaria falsiparum hanya diberikan 1 kali
pada hari pertama saja (dosis 0,75 mg/kgBB)
-Primakuin untuk malaria vivaks selama 14 hari ( dosis 0,25
mg/kgBB)

Tabel 1. Terapi Malaria falsiparum (DHP+Primakuin)

har Jeni Jumlah tablet perhari menurut BB


i s
obat
≤ 6- 11- 18- 31- 41- ≤60
5kg 10 17 30 40 59 kg
kg kg kg kg kg
0-1 2- 1-4 5-9 10- ≥15 ≥15
bl 11 bl bl 14 bl thn thn
bl
1-3 DHP ¼ 1/2 1 1½ 2 3 4
1 Prim - - 3/4 1½ 2 2 3
akui
n

Tabel 2. Terapi Malaria vivaxs (DHP+Primakuin)

ha Jeni Jumlah tablet perhari menurut BB


ri s
oba
t
≤ 5 6- 11- 18- 31- 41- ≤6
kg 10 17 30 40 59 0
kg kg kg kg kg kg
0-1 2- 1-4 5-9 10- ≥15 ≥1
bl 11 bl bl 14 bl thn 5
bl thn
1- DH ¼ 1/2 1 1½ 2 3 4
3 P
1 Pri - - 1/4 ½ 3/4 1 1
mak
uin

Tabel 3. Terapi Malaria falsiparum (Artesunat - Amodiakuin


+ Primakuin)

h Je Jumlah tablet perhari menurut BB


ar nis
i ob
at
≤ 6- 11- 18- 31- 41- 49- ≥6
5 10 17 30 40 49 59 0
k kg kg kg kg kg kg kg
g
0- 2- 1-4 5-9 10- ≥1 ≥ 15 ≥1
1 11 bl bl 14 5 thn 5
bl bl bl thn thn
1- Art 1/ 1/2 1 1 2 3 4 4
3 es 4 ½
un
at
Art 1/ 1/2 1 1 2 3 4 4
em 4 1/2
isin
in
1 Pri - - 3/4 1 2 2 2 3
ma ½
kui
n

Dosis obat ;
- Amodiakuin basa : 10 mg/Kgbb
- Artesunat : 4 mg/kgbb
- Primakuin kontraindikasi untuk defisiensi G6PD
Tabel 4. Terapi Malaria vivaks(Artesunat-Amodiakuin
+Primakuin)

ha Jeni Jumlah tablet perhari menurut BB


ri s
obat
≤ 6- 11- 18- 31- 41- 49- ≥6
5 10 17 30 40 49 59 0
k kg kg kg kg kg kg kg
g
0- 2- 1-4 5-9 10- ≥1 ≥ ≥1
1 11 bl bl 14 5 15 5
bl bl bl thn thn thn
1- Arte ¼ 1/2 1 1 2 3 4 4
3 suna ½
t
Arte 1/ 1/2 1 1 2 3 4 4
misi 4 1/2
nin
1- Prim - - 1/4 ½ 3/4 1 1 1
14 akui
n

2. Malaria vivaks yang relaps


- Regimen ACT yang sama + dosis primakuin
ditingkatkan menjadi 0,5 mg/kgBB
3. Malaria ovale
- ACT : DHP atau kombinasi Artesunat+ Amodiakuin,
dosis 1 kali/hari selama 3 hari
4. Malaria malariae
- ACT 1 kali/hari selama 3 hari
5. Infeksi campur P. Falciparum + P. Vivax/P.ovale)
- ACT selama 3 hari + primakuin dosis 0,25
mg/KgBB/hari selama 14 hari

c. Terapi malaria pada ibu hamil


- ACT tidak boleh diberikan pada trimeseter 1
- Primakuin tidak boleh diberikan pada ibu hamil
Umur kehamilan Malaria falsiparum Malaria vivaks
Trisemester I (0-3 Kina 3x2 tab + Kina 3x2 tab (7
bln) Klindamisin 2x 300 hari)
mg (7 hari)
Trimester II (4-6 ACT tab ( 3 hari) ACT tab (3 hari)
bln)
Trimestes III (7-9 ACT tab (3 hari) ACT tab (3 hari)
bln)

d. Terapi malaria dengan komplikasi

PILIHAN UTAMA = DERIVAT ARTEMISIN


PARENTERAL
ARTESUNAT IV/IM

- Artesunat parenteral dlm vial 60 mg serbuk, pelarut natrium


bikarbonat 5%, dicampu dlm 1 ml larutan Na bikarbonat,
diencerkan Dextrose 5% / Nacl 0,9% sebanyak 5 ml
(kosentrasi 60mg/6 ml, dberikan bolus pelan
Dosis Artesunat : 2,4 mg/Kgbb IV 3 x jam ke 0, 12,24
Selanjutnya 2,4 mg/kgBB IV setiap 24 jam , sampai pasien
bisa minum obat
- Artemeter IM tersedia dlm ampul 80 mg :
Dosis hari 1 : Artemeter 3,2 mg>kgBB IM
Dosis hari 2 : Artemeter 1,6 mg/kgBB IM sampai pasien bisa
minum peroral

- Bila pasien sudah bisa minum obat peroral maka


pengobatan dilanjutkan dengan Regimen :

DHP atau ARTESUNAT + AMODIAKUIN (3 hari)


+ PRIMAKUIN (sesuai jenis plasmodium)

Dosis sama dengan pengobatan lini pertama malaria falsiparum


tanpa komplikasi

9. Komplikasi - Malaria berat


- Anemia
- Pada ibu hamil keguguran, lahir premature (prematur dan
berat badan lahir rendah (BBLR) serta lahir mati
- Kematian
10. Edukasi a. Rawat jalan
Pasien dievaluasi pengobatan dilakukan pada hari ke 4, 7,
14, 21 dan 28, dengan pemeriksaan klinis dan sediaan
darah secara mikroskopis

b. Rawat inap
Pasien dievaluasi pengobatan dilakukan setiap hari
dengan pemeriksaan klinis dan darah malaria hingga
klinis membaik dan hasil mikroskopis negatif. Evaluasi
pengobtan dilanjutkan pada hari 7,14,21,28 dengan
pemeriksaan klinis dan sediaan darah secara
mikroskopis

c. Upaya pencegahan malaria :


- Mencegah gigitn nyamuk : pemakaian kelambu
berinsektisida, repelen, kawat kassa nyamuk, dll
- Pengendalian vektor : foging, biologis
- Kemoprofilaksis : doksisiklin 100 mg/hari diberikan 1-2 hari
sebelum berpergian ke daerah endemis, selama berada
didaerah tersebut sampai 4 minggu setelah kembali.
- Kemoprofilaksis tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan
anak < 8 tahun dan anak < 6 bulan
11. Lama Malaria tanpa komplikasi 5-7 hari
Perawatan
12. Prognosis Bila Malaria tanpa komplikasi
Ad Vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam
Bila Malaria berat :
Ad Vitam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad Fungsionam : dubia ad malam

13. Kepustakaan Pedoman penatalaksanaan kasus malaria, Kemenes 2015

Jakarta, ……………………… 2016

Ketua Komite Medik SMF Ilmu Parasitologi Klinik

Dr. Sri Sulastri SpA(K) Dr. Siti Pratiekauri,SpParK


NIP : 195211071989022001 NIP : 19770403200801227
Panduan Praktik Klinis
SMF PARASITOLOGI KLINIK
DI RSPI-SS

NAMA PENYAKIT
DIARE KARENA INFEKSI OPORTUNISTIK PARASIT
USUS PADA PASIEN IMUNOKOMPROMIS
RS Penyakit Infeksi
Prof. Dr. Sulianti
Saroso
No. Dokumen : VII.1.40/02/2016 Halaman : 1 dari 3 halaman
1. Definisi Diare didefinisikan sebagai adanya produksi tinja yang cair atau
tidak berbentuk dengan frekuensi yang lebih sering > 3 kali sehari
dan perut merasa mulas ingin buang air besar. Pengeluaran tinja
lebih dari 200g/hari dapat dianggap sebagai diare.Diare dapat
digolongkan menjadi diare akut bila terjadi kurang dari 2
minggu,diare persisten bila lama berlangsung 2-4 minggu dan
diare kronik berlangsung lebih dari 4 minggu.

Penderita Imunokompromis yaitu penderita yang mempunyai


imunitas yang rendah, seperti pada :
1. HIV-AIDS
2. Pasien dengan keganasan darah
3. Pengguna kortikosteroid jangka lama
4. Pemakai kemoterapi
5. Penderita transplantasi organ

Etiologi :
Parasit opportunistik
a. Protozoa usus : Isospora belli, Cryptosporidium
parvum, Cylospora cayetanensis, Blastocystis hominis,
Mikrosporidia spp.
b. Cacing Gol Nematoda: Strongyloides stercoralis

2. Anamnesis Peningkatan frekuensi buang air besar >3x sehari, konsistensi


cair, dapat disertai perut mulas, mual, muntah, dan dapat disertai
tanda-tanda dehidrasi. Ditanyakan juga mengenai jumlah kencing
dalam sehari.
3. Pemeriksaan Tanda vital (tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi nafas,
Fisik suhu), kelopak mata cekung, lidah kering, turgor kulit kurang,
bunyi usus meningkat atau menurun, dan dapat disertai nyeri
tekan epigastrium.
4. Kriteria Gejala klinis yang khas dan disertai dengan pemeriksaan fisik
Diagnosis dan jenis identifikasi parasit dari pemeriksaan labortorium

5. Diagnosis Diare akut tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, sedang, atau berat
Etiologi Parasit usus
6. Diagnosis 1. Inflamatory Bowel Disease
Banding 2. Kolitis radiasi
3. Hipertiroid
7. Pemeriksaan 1. Pemeriksaan feses parasit lengkap dengan mikroskopis
penunjang langsung dengan larutan lugol-eosin dan pewarnaan
modifikasi tahan asam (Zhiel Nellsen) dan Trichrome
2. Kultur feses :
- kultur protozoa usus : Blastocystis hominis
- Kultur cacing :Strongyloides stercoralis
3. Pemeriksaan darah lengkap (Hitung jenis leukosit , ureum,
kreatinin, elektrolit
8. Terapi 1. Rehidrasi ( menggunakan sistem scoring metode
Daldiyono ) (Kebutuhan cairan : Skor X 10 % X kgBB X
1 liter)

2. Pemberian antibiotik/antiparasit sesuai identifikasi


parasit
1) Cryptosporidium parvum
- Pada dewasa :
• Paromomisisn 500-750 mg 4x1,atau
• Azithromisin 900 mg atau 1200 mg 1x1
selama 2 minggu,atau
• Nitazoksanid 100-300 mg 2x1 (pada AIDS),
atau
• Spirmisin 1 gr 3x1 selama 2 minggu
- Pada anak :
• Metronidazol 30–50 mg/kgBB/hari dibagi 3
dosis selama 5 hari (10 hari untuk kasus
berat).

2) Cyclospora cayetanensis
Kotrimoksasole Forte 960 mg 2x1 selama 7 hari

3) Isospora belli
- Pada dewasa :
Kotrimoksasole Forte 960 mg 4x1 selama 10 hari,
kemudian 2x1 selama 3 minggu
- Pada anak :
- Trimetropin 25 mg/kgBB, sulfametoksazol 2x1
sehari.
- Obat lain :
Pirimetamin 25 mg dan Sulfadoksin 500 mg 1x1 3
kali seminggu selama 3 minggu

4) Mikrosporidia spp. :
Albendazole 400 mg 2x 1 selama 2-4 minggu
Dosis anak 15 mg/kgbb/hr 2x1 selama 2-4 minggu

5) Blastocystis hominis :
- Metronidazole 200-750 mg, 3 x 1 selama 5-10
hari, pemeriksaan ulang masih ditemukan parasit
terapi diulang setelah 1 minngu selama 10 hari.
- Kotrimoksazole (obat alternatif)

6) Strongyloides stercoralis
- Ivermectin 0,2 mg/kgbb 1-2 hari dengan interval 2
minggi, atau
- Albendazole 400 mg 1x1 selama 3 hari
9. Komplikasi 1. Dehidrasi berat
2. Parasitic Diseminated disease
3. Kematian
10. Edukasi 1. Tirah baring
2. Menjaga kebersihan diri
3. Makan makanan yang lunak dan tinggi protein
4. Makan makanan yang bersih dan tidak jajan makanan
sembarangan
5. Rajin mencuci tangan
11. Lama 5-10 hari tergantung kondisi klinis
Perawatan

12. .Prognosis Ad Vitam : dubia ad bonam


Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad Fungsionam : dubia ad malam
13. Kepustakaan 1. Buku ajar Parasitologi klinik FK UI, 2008
2. Penanganan Praktis Penyakit Parasitik, Prof.Dr. dr. Pinardi
H, MPH&TM, Sp.ParK,2015

Jakarta, ……………………… 2016

Ketua Komite Medik SMF Parasitologi Klinik

Dr. Sri Sulastri SpA(K) Dr. Siti Pratiekauri,SpParK


NIP : 195211071989022001 NIP : 19770403200801227
Panduan Praktik Klinis
SMF PARASITOLOGI KLINIK
DI RSPI-SS

NAMA PENYAKIT
AMOEBIASIS
RS Penyakit Infeksi
Prof. Dr. Sulianti
Saroso
No. Dokumen : VII.1.40/03/2016 Halaman : 1 dari 2 halaman
1. Definisi Penyakit yang disebabakan infeksi Entamoeba histolytica,
terdapat dalam bentuk kista dan bentuk minuta dan
vegetatif. Tempat uang sering dihinggapi parasit ini adalah
sekum, rectum, sigmoid dan mungkin seluruh kolon

2. Anamnesis - Gejala gastrointestinal : rasa tidak enak diperut, diare yang


diselingi obstipasi.Gejala khas yaitu sindrom disentri yaitu
diare berlendir dan darah, tenesmus (nyeri pada anus waktu
BAB), rasa tidak enak diperut dan mules.
- Amebiasis ekstraintestinal : kejang,demam, hati membesar,
mual muntah, batuk
- Riwayat makan tidak bersih, lingkungan kotor banyak lalat,
3. Pemeriksaan Tanda vital (tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi nafas,
Fisik suhu), kelopak mata cekung, lidah kering, turgor kulit kurang,
bunyi usus meningkat atau menurun, dan dapat disertai nyeri
tekan hipokondrium,
4. Kriteria Gejala klinis yang khas dan disertai dengan pemeriksaan fisik
Diagnosis dan jenis identifikasi parasit dari pemeriksaan labortorium
1. Amebiasis intestinal : sindrom disentri, diare lendir darah
2. Amebiasis ekstraintestinal : di hati, paru, otak yang berisi
nanah berwarna coklat, abses soliter atau tunggal

5. Diagnosis Amebiasis intestinalis


Amebiasis ekstraintestinalis
6. Diagnosis - Disentri basiler
Banding - Kolitis
- Meningitis bakterialis
7. P emeriksaan 1. Pemeriksaan feses parasit pada feses segar tidak lebih dari 2
Penunjang jam, untuk melihat mikroskopis secara langsung dan
menemukan bentuk histolitika.
2. Mikroskopis dengan pewarnaan Trichrome
3. Kultur Amoeba
4. Serologi : deteksi antigen dan deteksi antibodi
5. Pada amebiasis ekstraintestinal :
- pemeriksaan nanah yang diambil dari pungsi abses atau
bedah
- USG abdomen, CT scan kepala
8. Terapi 1. Terapi cairan dan simptomatis
2. Metronidazole
- Dosis dewasa : 250-500 mg 3x1 selama 10-14 hari
- Dosis anak : 30–50 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis
selama 5 hari (10 hari untuk kasus berat).
- atau
3. Paromomisin :
- Dosis dewasa : 25-30 mg/ kgbb 3x selama 5-10 hari
- Dosis Anak : sama dengan dewasa

9. Komplikasi 1. Dehidrasi Berat


2. Amoebiasis desiminated
3. Kematian
10. Edukasi 1. Menjaga kebersihan diri
2. Makan makanan yang bersih dan tidak jajan makanan
sembarangan
3. Rajin mencuci tangan

11. Lama 3-5 hari ( Ameobiasis intestinalis tanpa komplikasi)


Perawatan 5-10 hari (Amebiasis ekstraintestinalis)

12. .Prognosis Ad Vitam : dubia ad bonam


Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam
13. Kepustakaan 1. Buku ajar Parasitologi Klinik, FK UI 2008
2. Penanganan Praktis Penyakit Parasitik, Prof.Dr. dr.
Pinardi H, MPH&TM, Sp.ParK,2015

Jakarta, ……………………… 2016

Ketua Komite Medik SMF Parasitologi Klinik

Dr. Sri Sulastri SpA(K) Dr. Siti Pratiekauri,SpParK


NIP : 195211071989022001 NIP : 19770403200801227

Anda mungkin juga menyukai