Anda di halaman 1dari 16

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

TATA LAKSANA KASUS


RSUD SEKAYU
KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2013 2015
GAGAL JANTUNG KONGESTIF
1. Pengertian (Definisi)

2. Anamnesis

3. Pemeriksaan Fisik

4. Kriteria Diagnosis
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding

7. Pemeriksaan Penunjang

8. Terapi

Gagal jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak


sanggup memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolik, meskipun darah yang kembali dari vena
(venous return) adalah normal dan mekanisme kompensasi
jantung telah dipergunakan.
1. Sesak nafas jika beraktifitas (dypsnoe de effort),
orthopnoe
2. Jantung berdebar
3. Sembab pada kedua tungkai
4. Badan lemah dan cepat lelah
5. Batuk
1. JVP meningkat
2. Takikardia, atrial fibrilasi
3. Ronkhi basah halus di basal paru
4. Gallop, murmur d S3
5. Edema pretibial
6. Hepatomegali
7. Ascites
1. Sesuai dengan anamnesis
2. Sesuai dengan pemeriksaan fisik
Gagal Jantung Kongestif
1. Penyakit ginjal
2. Penyakit paru kronis
3. Asma bronchial
4. Penyakit metabolik
1. Darah rutin, elektrolit, ureum, kreatinin, profil
lipid.
2. EKG
3. Ro thorax
4. Echocardiography
1. Posisi duduk

2.
3.
4.
5.

9. Edukasi
(Hospital Health Promotion)
10. Prognosis

11. Tingkat Evidens


12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan

Oksigen
Infus emergensi
Kateter urin
Diuretik: furosemid 40-80 mg iv bolus dapat
diulangi atau ditingkatkan tiap 6 jam sampai
dicapai produksi urin 1 cc/kgBB/jam
6. Ace inhibitor : Captopril atau ARB : Valsartan
(dosis disesuaikan dengan tekanan darah)
7. Pemberian antiplatelet : Aspilet 1 x 80 mg atau
Clopidogrel 1 x 75 mg
8. Digoxin jika ditemukan arterial fibrilasi
9. Spironolacton 1 x 12,5 mg
10. Jika tekanan darah turun, drip dobutamin 210gr/kgBB atau dopamin 2-5 gr/kgBB atau
kombinasi keduanya
1. Istirahat dan mengurangi aktifitas
2. Kurangi intake cairan
3. Diet rendah garam
Ad vitam
: dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
IV
A/B/C
1. Dr. Kgs. Rosyidi, Sp.PD
2. Dr. Febry Rahmayani
80% pasien gagal jantung kongestif sembuh setelah
dirawat selama 10 hari.
1. Standar Pelayanan Medik PAPDI 2011

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


TATA LAKSANA KASUS
RSUD SEKAYU
KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2013 2015
ANGINA PEKTORIS
1. Pengertian (Definisi)

Angina pektoris merupakan simtom komplek yang secara


klasik berupa nyeri dada seperti dicekik atau diperas
berlangsung 1-10 menit yang biasanya timbul pada saat

2. Anamnesis

3. Pemeriksaan Fisik

4. Kriteria Diagnosis
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan Penunjang
8. Terapi

9. Edukasi
(Hospital Health Promotion)
10. Prognosis

11. Tingkat Evidens


12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan

latihan dan menghilang pada saat istirahat.


1. Rasa tidak enak seperti berat dan tekanan.
2. Lokasi retrosternal, leher, lengan atau rahang
dapat disertai nafas pendek, keringat banyak,
cemas dan fatique.
3. Dicetuskan oleh latihan, stress, marah, dingin dan
meningkatnya kenutuhan metabolik.
4. Berlangsung 3-10 menit, hilang pada istirahat atau
nitrogliserin sublingual.
5. Kadang-kadang
terjadi
episode
iskemia
tersembunyi tanpa adanya keluhan angina.
1. Dapat saja normal, atau tergantung adanya faktor
resiko seperti hipertensi, infark jantung atau
kelainan katub.
1. Sesuai dengan anamnesis.
2. Sesuai dengan pemeriksaan fisik.
Angina Pektoris
1. EKG
2. Echokardiografi
1. Nitrogliserin sublingual 0,4 mg dapat diulang 3x
bila perlu.
2. Isosorbid dinitrate sublingual 5-20 mg beberapa
kali sehari bila dibutuhkan. Yang oral 10-40 mg 2-3
kali sehari.
3. Antagonis kalsium dapat berupa diltiazem atau
nifedipin.
4. Antagonis beta
5. Antiplatelet
1. Latihan fisik
2. Kendalikan emosi
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
IV
C
1. Dr. Kgs. Rosyidi, Sp.PD
2. Dr. Febry Rahmayani
80% pasien angina pektoris sembuh setelah dirawat
selama ... hari
1. Standar Pelayanan Medik PAPDI 2011

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


TATA LAKSANA KASUS
RSUD SEKAYU
KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2013 - 2015
ASMA BRONKIALE
1. Pengertian (Definisi)

2. Anamnesis

3. Pemeriksaan Fisik

4. Kriteria Diagnosis
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan Penunjang
8. Terapi

Asma bronkial merupakan prnyakit inflamasi kronik


saluran nafas yang melibatkan berbagai sel inflamasi
menyebabkan saluran nafas cenderung untuk menyempit
yang dapat sembuh spontan atau dengan pengobatan dan
adanya inferaktifitas bronkus terhadap berbagai
rangsangan.
1. Sesak nafas disertai nafas berbunyi secara akut
maupun secara berkala merupakan keluhan utama
terjadinya serangan asma.
2. Serangan asama lebih sering terjadi pada malam
hari. Faktor pencetus dan aggravator sangat
berperan terjadinya serangan asma.
3. Faktor
pencetus
seperti
infeksi,
allergen
inhalasi/makanan, olahraga, polusi udara, iritan
seperti asap rokok, bau-bauan, obat-obatan dan
emosi.
4. Faktor aggravator seperti rhinitis, sinusitis dan
refleks asam lambung.
1. Nafas cepat dan dangkal
2. Gelisah
3. Fase ekspirasi memanjang
4. Bising mengi difus pada kedua lapangan paru
1. Sesuai dengan anamnesis
2. Sesuai dengan pemeriksaan fisik
Asma Bronkiale
1. PPOK
2. Penyakit Jantung
1. Darah rutin
2. Feaces rutin
1. Oksigen 4-5 liter/menit
2. Berikan nebulizr beta 2 agonis seperti salbutamol
2,5 mg tiap 20 menit sebanyak 3 kali
3. Steroid bila belum dapat diatasi. Dexametason 4 x
10 mg atau prednisolon 40 mg/hari dalam dosis

9. Edukasi
(Hospital Health Promotion)

10. Prognosis

11. Tingkat Evidens


12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan

terbagi.
4. Suntikan aminofillin (240 mg/10 ml) dengan dosis
bila telah mendapat aminofillin dalam 12 jam
sebelum serangan, berikan dosis awal 2-3 mg/kgBB
iv pelan, teruskan dengan dosis pemeliharaan 0,5-1
mg/kgBB/jam.
5. Perbaikan hidrasi melalui cairan fisiologis intravena
2-3 liter/24 jam.
6. Antibiotika bila ada infeksi sekunder.
1. Hindari faktor pencetus asma.
2. Hindari stress
3. Obat pemeliharaan hanya diberikan pada penderita
dengan asma kronik persisten.
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
IV
C
1. Dr. Kgs. Rosyidi, Sp.PD
2. Dr. Febry Rahmayani
80% pasien asma bronkiale sembuh setelah dirawat
selama 6 hari.
1. Standar Pelayanan Medik PAPDI 2011

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


TATA LAKSANA KASUS
RSUD SEKAYU
KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2013 2015
DEMAM BERDARAH DENGUE
1. Pengertian (Definisi)

2. Anamnesis

Demam berdarah dengue merupakan penyakit demam akut


yang disebabkan virus dengue dan ditularkan melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypty dan Aedes albopictus
serta memenuhi kriteria WHO untuk DBD.
Demam/riwayat demam akut, 2-7 hari, biasanya bifasik.
Demam dibagi menjadi 4 derajat.
Demam disertai gejala konstitusional yang tidak
khas, manifestasi, perdarahan hanya berupa uji
torniquet positif dan/atau mudah memar.

Derajat I disertai persarahan spontan


Terdapat kegagalan sirkulasi: nadi cepat dan lemah
atau hipotensi, disertai kulit dingin dan lembab
serta gelisah
Renjatan: tekanan darah dan nadi tidak teratur.
DBD derajat III-IV digolongkan dalam sindrom renjatan
dengue.
Minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut.
1.
Uji torniquet positif (> 20 petekie dalam 2,54 cm2)
2. Petekie, ekimosis atau purpura
3. Perdarahan mukosa, saluran cerna, bekas suntikan
atau tempat lain
4. Hematemesis atau melena
1. Sesuai dengan anamnesis
2. Sesuai dengan pemeriksaan fisik
3. Trombositopenia (<100.000/mm3)
4. Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage:
hematokrit meningkat >20% dibanding Ht ratarata pada usia, jenis kelamin, dan populasi yang
sama
hematokrit turun hingga >20% dari Ht awal,
setelah pemberian cairan terdapat efusi
pleura,
efusi
perikard,
ascites
dan
hipoproteinemia
Demam Berdarah Dengue
1. Demam
akut
lain
yang
bermanifestasi
trombositopenia
1.
Hb
2. Ht
3. Leukosit
4. Trombosit
1. Tirah baring
2. Diet Lunak
3. Simptomatis: antipiretik parasetamol bila demam
4. Ringer laktat atau ringer asetat 4-6 jam/kolf
koloid/plasma ekspander pada DBD derajat III
dan IV.
5. Bila diperlukan transfusi trombosit dan komponen
darah sesuai indikasi
6. AB (infeksi sekunder)
7. Steroid (bila thocat tidak naik)

3. Pemeriksaan Fisik

4. Kriteria Diagnosis

5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan Penunjang

8. Terapi

8.
9. Edukasi
(Hospital Health Promotion)
10. Prognosis

11. Tingkat Evidens


12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan

PPI (bila nyeri ulu hati)

1.
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
IV
C
1. Dr. Kgs. Rosyidi, Sp.PD
2. Dr. Febry Rahmayani
80% pasien demam berdarah dengue sembuh setelah
dirawat selama 6 hari.
1.
Standar Pelayanan Medik PAPDI 2011

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


TATA LAKSANA KASUS
RSUD SEKAYU
KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2013 2015
KETOASIDOSIS DIABETIK (KAD)
1. Pengertian (Definisi)

2. Anamnesis

3. Pemeriksaan Fisik

4. Kriteria Diagnosis

Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah kondisi dekompensasi


metabolik akibat defisiensi insulin absolut atau relatif
dan merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang
serius.
1. Keluhan poliuri, polidipsi
2. Riwayat berhenti menyuntik insulin.
3. Demam/infeksi.
4. Muntah.
5. Nyeri perut.
1. Kesadaran: CM-delirium-koma
2. Pernafasan cepat dan dalam (Kussmaul)
3. Dehidrasi (turgor kulit, lidah dan bibir kering)
4. Dapat disertai syok hipovolemik
1. Sesuai dengan anamnesis.
2. Sesuai dengan pemeriksaan fisik.
3. Kadar glukosa >250 mg/dL

5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding

7. Pemeriksaan Penunjang

8. Terapi

9. Edukasi
(Hospital Health Promotion)
10. Prognosis

11. Tingkat Evidens


12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan

4.
5.
6.
7.
KAD
1.
2.

pH <7,35
HCO3 : rendah
Anion gap : tinggi
Keton serum : positif dan atau ketonuria

Ketosis diabetik
Hiperglikemi hiperosmolar non
ketotik/hyperglycemic hyperosmolar state
3. Ensefalopati uremikum, asidosis uremikum
1. Darah rutin
2. Gula darah
3. Elektrolit
4. Ureum, kreatinin
5. Urin rutin
6. EKG
1. Akses IV 2 jalur.
2. NaCl 0,9% diberikan 1-2 L pada 1 jam pertama,
lalu 1 L pada jam kedua, lalu 0,5 L pada jam
ketiga dan keempat, dan 0,25 L pada jam kelima
dan keenam, selanjutnya sesuai kebutuhan.
3. Regular Insulin (RI) diberikan setelah 2 jam
rehidrasi cairan. RI bolus 180 mU/kgBB IV
dilanjutkan RI drip mU/kgBB/jam dalam NaCl 0,9%
4. Drip bicarbonat 100 mEq bila pH < 7,0 disertai KCl
26 mEq drip 50 mEq bila pH 7,0-7,1 disertai KCl 13
mEq drip.
5. Antibiotik adekuat.
1. Pengaturan makan
2. Kontrol kadar gula darah
Ad vitam
: dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad fungsionam : dubia ad malam
IV
C
1. Dr. Kgs. Rosyidi, Sp.PD
2. Dr. Febry Rahmayani
80% pasien KAD sembuh setelah dirawat selama 7 hari
1. Standar Pelayanan Medik PAPDI 2011

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


TATA LAKSANA KASUS
RSUD SEKAYU
KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2013 2015
KRISIS HIPERTENSI
1. Pengertian (Definisi)

Keadaan hipertensi yg memerlukan penurunan tekanan


darah segera karena akan mempengaruhi keadaan pasien
selanjutnya. Dibagi dua :
1. HT emergensi : Memerlukan penurunan TD
segera dgn obat anti hipertensi parenteral
karena adanya kerusakan organ akut atau
progrsif.
2. HT urgensi :Peningkatan tekanan darah
bermakna tanpa adanya gejala kerusakan
organ target progersif dan tekana darah
perlu diturunkan dalam beberapa jam.

2. Anamnesis

1. Rasa sakit kepala bagian belakang pada pagi hari.


2. Riwayat hipertensi8 dan terapinya, gejala2
serebral, jantung dan gangguan penglihatan
1. TD pada kedua ektremitas, perabaan denyut nadi
perifer, bunyi jantung, bruit pada
abdomen,adanaya edema, funduskopi dan status
neurologis
1. Sesuai dengan anamnesis
2. Sesuai dengan pemeriksaan fisik.
Krisis hipertensi
Penyebab maligna terakselerasi dan papiledema
1. Darah/urine rutin
2. Ureum, kreatinin
3. Gula darah
4. Profil lipid
5. Asam urat
6. Na , K
7. Ro thorax
8. EKG
9. Ekhokardiografi
Target terapi HT emergensi sanpai TD diastolik kurang

3. Pemeriksaan Fisik

4. Kriteria Diagnosis
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan Penunjang

8. Terapi

lebih 110 mmHg atau berkurangnya MAP 25% ( pd stroke


20% dan stroke iskemik TD diturunkan bertahap bila TD
> 220/130) dlm waktu 2 jam. Penuruan TD pada HT
urgensi dilakukan secara bertahap dlm waktu 24 jam
Obat HT urgensi
1. Kaptopril 6,25-50 mg per oral/ sublingual
2. Klonidin : dosis awal 0,15 mg, selanjutnya 0,15
mg tiap jam dapat diberi sampai dosis total 0,9
mg
3. Furosemid :20-40 mg peroral
Obat HT emergensi
1. Diltiazem : Bolus iv 10 mg (0m25 mg/kg BB)
dilanjutkan infus 5-10 mg
2. Klonidin : 6 ampul dalam 250 ml cairan infus,
diberi titrasi
3. Nitrogliserin : Infus 5-100 mcg/menit. Dosis
awal 5 mcg /menit, dpt ditingkatkan menjadi 5
mcg/menit tiap 3-5 menit.
4. Furosemide : 20-40 mg, hanya diberikan bila
terdapat retensi cairan.
5. Nikardipin (10 mg / ml)dosis awal 100 mg dlm
100 cc kitrasi biapisi.
Pada hipertensi emergensi, jika target TD
tercapai , dapat berpinndah ke obat anti
hipertensi oral.
9. Edukasi
(Hospital Health Promotion)
10. Prognosis

11. Tingkat Evidens


12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan

1. Diet rendah garam


2. Menurunkan BB
3. Menghindari stress
Ad vitam
: dubia
Ad sanationam : dubia
Ad fungsionam : dubia
IV
C
1. Dr. Kgs. Rosyidi, SpPD
2. Dr. Febry Rahmayani
Tekanan darah terkontrol dengan obat.
1. Standar Pelayanan Medis PAPDI 2011

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


TATA LAKSANA KASUS
RSUD SEKAYU
KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2013 2015
MALARIA
1. Pengertian (Definisi)

2. Anamnesis

3. Pemeriksaan Fisik

4. Kriteria Diagnosis

5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding

7. Pemeriksaan Penunjang

8. Terapi

Malaria adalah penyakit yang disebabkan infeksi parasit


plasmodium falciparum, plasmodium vivax, plasmodium
ovale, atau plasmodium malariae dan ditularkan melalui
gigitan nyamuk anopheles.
1. Riwayat demam intermitten/terus-menerus
2. Riwayat dari atau pergi ke daerah endemik malaria
3. Trias malaria (keadaan menggigil, diikuti demam,
kemudian timbul keringat banyak).
4. Pada daerah endemik malaria, trias malaria mungkin
tidak ada, diare dapat merupakan gejala utama
1. Konjungtiva pucat
2. Sklera ikterik
3. Splenomegali
1. Sesuai dengan anamnesis
2. Sesuai dengan pemeriksaan fisik
3. Ditemukan plasmodium dalam sediaan darah tebal
Malaria
1. Infeksi virus
2. Demam tifoid
3. Hepatitis fulminan
4. Leptospirosis
5. Ensefalitis
1. Darah rutin
2. Apusan darah tebal
3. Tes fungsi ginjal
4. Tes fungsi hati
5. Gula darah
6. Elektrolit
7. Ro thorak
8. EKG
1. Infeksi P. Vivax atau P. Ovale

Daerah sensitif klorokuin

Klorokuin basa 150 mg


Hari I : 4 tablet + 2 tablet (6 jam kemudian)
Hari II dan III : 2 tablet atau
Hari I dan II : 4 tablet
Hari III : 2 tablet
- Terapi radikal ditambah primakuin 1 x 15 mg
14 hari
- Bila gagal dengan terapi klorokuin, kina sulfat
3 x 400-600 mg/hari selama 7 hari
Daerah resisten klorokuin

Kina 3 x 400-600 mg selama 7 hari

Terapi radikal : ditambah primakuin 1 x 15 mg


14 hari
2. Infeksi P. Falciparum ringan/sedang, infeksi
campur P. Falciparum dan P. Vivax
Artemisin
Hari I : 4 tablet (200 mg)
Hari II : 4 tablet (200 mg)
Hari III : 4 tablet (200 mg)
Amodiaquin
Hari I : 4 tablet (600 mg)
Hari II : 4 tablet (600 mg)
Hari III : 2 tablet (600 mg)
Klorokuin basa 150 mg
Hari I : 4 tablet + 2 tablet (6 jam kemudian)
Hari II : 2 tablet
Hari III : 2 tablet
Atau
Hari I : 4 tablet
Hari II : 4 tablet
Hari III : 2 tablet
Bila perlu ditambah terapi radikal : ditambah
primakuin 45 mg (3 tablet) dosis tunggal; infeksi
campur : primakuin 1 x 15 mg selama 14 hari
Bila resisten dengan pengobatan tersebut : SP 3
tablet (dosis tunggal) atau kina sulfat 3 x 400600 mg/hari selama 7 hari
3. Malaria berat
Artesunat iv/im 2,4 mg/kgBB diberikan pada
jam ke-0, 12, 24, dilanjutkan satu kali per hari

Drip kina HCl 500 mg (10 mg/kgBB) dalam 250500 ml D5% diberikan dalam 6-8 jam (maks
2000 mg) dengan pemantauan EKG dan kadar
gula darah tiap 8-12 jam sampai pasien dapat
minum obat per oral atau sampai hitung parasit
malaria sesuai target (total pemberian
parenteral dan per oral selama 7 hari dengan
dosis per oral 10 mg/kgBB/24 jam diberikan 3
kali sehari)
Pengobatan kina dapat dikombinasikan dengan
tetrasiklin 94 mg/kgBB diberikan 4 kali sehari
atau doksisiklin 3 mg/kgBB sekali sehari

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


TATA LAKSANA KASUS
RSUD SEKAYU
KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2013 - 2015
PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK
1. Pengertian (Definisi)

2. Anamnesis

3. Pemeriksaan Fisik

Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah penyakit


paru yang ditandai oleh uji arus ekspirasi abnormal
(perlambatan) dan tidak mengalami perubahan dalam
observasi selama beberapa bulan dan terdiri dari
emfisema paru, bronchitis kronik dan penyakit saluran
nafas perifer.
1. Batuk kronik dengan dahak (pada bronkitis kronik
keadaan ini terjadi setiap hari selama 3 bulan
dalam 1 tahun pada sedikitnya 2 tahun berturutturut
2. Sesak nafas terutama melakukan aktifitas,
perjalanan penyakit kronik dan progresif selama
hayat, sehingga makin lama keluhan bertambah
berat.
1. Hiperflasi paru berupa toraks emfisematikus
2. Peningkatan kerja otot pernafasan
3. Perkusi hipersonor
4. Batas paru hati menurun
5. Batas jantung mengecil

6.

4. Kriteria Diagnosis
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan Penunjang
8. Terapi

9. Edukasi
(Hospital Health Promotion)
10. Prognosis

11. Tingkat Evidens


12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan

Suara nafas vesikuler melemah, dapat disertai


bising mengi dan ronkhi kering
1. Sesuai dengan anamnesis
2. Sesuai dengan pemeriksaan fisik
Penyakit Paru Obstruksi Kronik
1. Asma bronkiale
1. Darah rutin
2. Foto toraks PA
1. Oksigen 1-2 l/menit
2. Mukolitik dan ekspektoransia.
3. Spasme bronkus dengan obat-obatan bronkodilator
seperti aminofillin, agonis beta 2
4. Steroid digunakan prednison 30 mg/hari selama 24 minggu
5. Antibiotika jika ada infeksi sekunder
1. Hindari iritasi kronik seperti rokok, debu, dsb.
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
IV
C
1. Dr. Kgs. Rosyidi, Sp.PD
2. Dr. Febry Rahmayani
80% pasien PPOK sembuh setelah dirawat selama 8 hari.
1. Standar Pelayanan Medik PAPDI 2011

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


TATA LAKSANA KASUS
RSUD SEKAYU
KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2013 - 2015
TB PARU
1. Pengertian (Definisi)

Tb Paru ada;ah infeksi kronik pada paru dan jaringan


tubuh lainnya yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis, ditandai dengan pembentukan granuloma dan
adanya reaksi hipersensitivitas tipe lambat.

2. Anamnesis

3. Pemeriksaan Fisik

4. Kriteria Diagnosis

5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan Penunjang

8. Terapi

1.
2.
3.
4.
5.

Batuk kronik (> 3 minggu) dapat disertai darah


Malaise (badan lesu, lemah, tidak semangat)
Nafsu makan menurun
BB menurun
Demam tidak terlalu tinggi, keringat pada sore
menjelang malam
6. Rasa flu yang tidak sembuh
1. Terutama ditemukan kelainan pada lapangan atas
kedua paru atau pada segmen apikobasalis, bila
terdapat infiltrat yang luas maka ditemukan
stemfremitus meningkat dan adanya bunyi
tambahan ronkhi halus nyaring dan krepitasi.
2. Bila ada kavitas dapat terdengar bunyi amphorik.
1. Sesuai dengan anamnesis
2. Sesuai dengan pemeriksaan fisik
3. Foto toraks PA relevans untuk Tb Paru
4. Sputum BTA
Tb Paru
1. Pneumonia
1. Darah rutin
2. LED
3. Sputum BTA 3x
4. Foto toraks PA
1. IVFD
2. Antibiotik: Ceftriaxone 1 x 2 gr
3. Simptomatis
4. Kategori OAT (WHO/Depkes)

Kategor
i
I

Pilihan Regimen
Pengobatan
Kriteria Penderita
Fase
Fase Awal
Lanjut
an
- Kasus baru BTA 2
RHZE 6 EH
(+)
(RHZS)
4 RH
- Kasus baru BTA 2
RHZE
(-), Ro (+) sakit (RHZS)
4

berat
- Kasus TBEP berat

II

III

2
RHZE
(RHZS)*
Kasus BTA positif
2 RHZES / 1
- Kambuh
RHZE
- Gagal
2 RHZES /
- Putus berobat
RHZE*
- Kasus baru BTA 2 RHZ
(-)
2 RHZ
- TBEP ringan
2 RHZ*

R3H3
*

5 RHE
5
R3H3
E3*
6 EH
4 RH
4
R3H3
*
Obat-obat sekunder

IV
- Kasus kronik
Note: * Diterapkan di Indonesia
- 2 RHZE : diberikan RHZE setiap hari selama 2 bulan

9. Edukasi
(Hospital Health Promotion)
10. Prognosis

11. Tingkat Evidens


12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan

4 R3H3 : diberikan R dan H 3x/minggu selama 4 bulan


1.
2.
3.
4.

Motivasi dan pendidikan mengenai Tb Paru


Istirahat kerja
Diet tinggi kalori tinggi protein
Tidak merokok

Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
IV
C
1.
Dr. Kgs. Rosyidi, Sp.PD
2.
Dr. Febry Rahmayani
80% pasien Tb Paru sembuh setelah dirawat selama 7 hari.
1.

Standar Pelayanan Medik PAPDI 2011

Anda mungkin juga menyukai