PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mutu adalah faktor yang mendasar dari pelanggan. Mutu adalah penentuan pelanggan
berdasarkan atas pengalaman nyata pelanggan terhadap produk dan jasa pelayanan,
mengukurnya, mengharapkannya, dijanjikan atau tidak, sadar atau hanya dirasakan, operasional
teknik atau subyektif sama sekali dan selalu menggambarkan target yang bergerak dalam pasar
yang kompetitif ( Wiyono, 1999 ).
Berbagai definisi tentang mutu berikut memberikan gambaran bahwa mutu mengandung
pengertian yang luas, sebagai contoh : Juran menyebutkan bahwa mutu produk adalah kecocokan
penggunaan produk untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan; Crosby
mendefinisikan mutu adalah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan
atau distandarkan; Deming mendefinisikan mutu, bahwa mutu adalah kesesuaian dengan
kebutuhan pasar; Feigenbaum mendefinisikan mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya;
Garvin dan Davis menyebutkan bahwa mutu adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan
dengan produk, manusia/tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan pelanggan atau konsumen.
Dari berbagai definisi tersebut diatas memberikan gambaran bahwa mutu memiliki dimensi yang
luas, namun secara keseluruhan definisi tentang mutu menggambarkan sesuatu yang penting
untuk diwujudkan oleh organisasi sebagai bukti kemampuan organisasi memberikan pelayanan
yang lebih baik kepada masyarakat.
Indikator adalah petunjuk atau tolak ukur atau fenomena yang dapat diukur. Indikator mutu
asuhan kesehatan atau pelayanan kesehatan dapat mengacu pada indikator yang relevan
berkaitan dengan struktur, proses, dan outcomes. Selanjutnya Indikator dispesifikasikan dalam
berbagai kriteria. Penetapan indikator mutu adalah mutlak diperlukan agar organisasi dapat
mengevaluasi kualitas pelayanan yang diberikan dalam berbagai dimensi serta selanjutnya dapat
mengambil tindak lanjut atas hasil evaluasi yang diperoleh sebagai dasar melakukan upaya-upaya
untuk meningkatkan hasil kearah yang lebih baik lagi.
Mutu asuhan kesehatan suatu organisasi pelayanan kesehatan dapat diukur dengan
memperhatikan atau memantau dan menilai indikator, kriteria, dan standar yang diasumsikan
relevan dan berlaku sesuai dengan aspek-aspek struktur, proses, dan outcome dari organisasi
pelayanan kesehatan tersebut.
Indikator mutu rumah sakit akan mencerminkan mutu pelayanan dari rumah sakit tersebut.
Fungsi dari penetapan indikator tersebut antara lain sebagai alat untuk melaksanakan manajemen
kontrol dan alat untuk mendukung pengambilan Ketetapan dalam rangka perencanaan kegiatan
untuk masa yang akan datang.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penyusunan kamus indicator mutu RSU Bina Kasih
adalah untuk memberikan pedoman dalam upaya pengelolaan mutu dan keselamatan
pasien di RSU Bina Kasih.
2. Tujuan Khusu
a. Menjadi panduan dalam mengontrol mutu pelayanan.
b. Mengarahkan upaya-upaya peningkatan mutu lebih spesifik dan terarah
c. Memberikan kemudahan bagi unit kerja dalam memahami indicator mutu yang dimaksud
C. RUANG LINGKUP DAN TATA URUT
Ruang lingkup kamus Indikator ini meliputi jenis dan macam indicator mutu yang telah ditetapkan
melalui Surat keputsan Kepala Rumah Sakit baik pada area manajemen, area klinis maupun
sasaran keselamatan pasien dengan Kay Performa Indicator untuk masing-masing indicator yang
dipilih.
Tata urut penyusunan kamus indicator mutu ini meliputi:
Bab 1 : Pendahuluan
Bab 2 : Definisi
Bab 3 : Key Performa Indikator ( QPI ) Mutu dan Keselamatan pasien
Bab 4 : Penutup
D. LANDASAN
Penyusunan Kamus Indikator Mutu ini didasarkan pada berbagai regulasi sebagai berikut:
1. Undang-undang no 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
2. Undang-undang 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Undang-undang 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
4. Undang-undang no 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik;
5. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 129/MENKES/PER/II/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit;
6. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 1438/MENKES/PER/IX/2010 tentang Standar Pelayanan
Kedokteran.
7. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan
Pasien;
8. Keputusan Direktur Utama RSU Bina Kasih Nomor : 01/029/SKEP/RSU BK/I/2016 Tentang
Penetapan Indikator Mutu Rumah Sakit Area Manajemen di RSU Bina Kasih
9. Keputusan Direktur Utama RSUBina Kasih Nomor : 01/027/SKEP/RSU BK/I/2016 Tentang
Penetapan Indikator Mutu Rumah Sakit Area Klinis DI rsu Bina Kasih
10. Keputusan Direktur Utama Rumah Sakit Umum Bina Kasih Nomor : 01/028/SKEP/RSU
BK/I/2016 Tentang Penetapan Indikator Mutu Rumah Sakit Sasaran Keselamatan Pasien di
RSU Bina Kasih.
BAB II
DEFINISI OPERASIONAL
A. Kamus Indikator adalah buku yang berisi tentang berbagai macam indicator mutu pelayanan
yang telah ditetapkan beserta key performa indicator nya baik pada area manajerial, area
klinis maupun sasaran keselamatan pasien.
B. Numerator ( pembilang ) adalah besaran nilai pembilang dalam rumus indikator kinerja
C. Denominator ( penyebut ) adalah besaran nilai pembagi dalam rumus indikator kinerja
D. Dimensi mutu adalah suatu pandangan dalam menentukan penilaian terhadap jenis dan
mutu.
pelayanan yang diberikan, berdasarkan standar WHO dilihat dari :
1. Kelayakan
2. Ketersediaan : tingkat perawatan dan pelayanan yang tepat, tersedia sesuai kebutuhan
3. Kesinambungan (Continuity) : tingkat perawatan dan pelayanan dikoordinasi antar dsiplin
ilmu, antar organisasi sepanjang waktu
4. Ketepatan waktu (timelines) : tingkat perawatan dan pelayanan diberikan sesuai waktu yang
diperlukan
5. Keselamatan : Tingkat perawatan dan pelayanan dimana risiko intervensi dan risiko di
lingkungan direduksi untuk pasien, keluarga, residen, ternasuk petugas kesehatan.
6. Kehormatan dan harga diri : tingkat perawatan dan pelayanan diberikan dengan menghargai
kebutuhan, harapan dan keinginan individu, dimana individu dilibatkan dalam Ketetapan
perawatan dan pelayanan mereka
7. Manfaat : perawatan dan pelayanan yang diterima pasien bermanfaat.
8. Efektivitas : tingkat perawatan dan pelayanan diberikan sesuai pengetahuan untuk mencapai
outcome yang diinginkan.
9. Efisiensi : hubungan antara outcome (hasil perawatan dan pelayanan) dan sumberdaya yang
digunakan untuk memberikan perawatan dan pelayanan.
10. Efficacy : tingkat perawatan dan pelayanan telah memenuhi harapan atau outcome yang
diinginkan
E. Metodologi pengumpulan data :
1. Retrospektif : data diambil dari kegiatan yang telah lalu
2. Concurrent : data diambil dari kegiatan yang baru dimulai/ akan dilakukan
F. Sampel : merupakan jumlah pasien/ individu dari populasi yang akan dimasukkan dalam
analisa.
G. Kriteria :
1. Inklusi : jumlah sampel yang akan diambil, yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan
untuk dianalisa.
2. Eksklusi : jumlah sampel yang tidak memenuhi kriteria untuk dianalisa
H. Tipe indikator : indikator yang diukur dapat diambil dari
1. Struktur : mengukur sarana prasarana/ sumber daya
2. Proses : mengukur proses/ kegiatan
3. Outcome : mengukur hasil dari suatu proses/ kegiatan
I. Sumber data : asal atau tempat memperoleh data (primer atau sekunder), atau sumber
bahan nyata / keterangan yang dapat dijadikan dasar kajian yang berhubungan langsung
dengan persoalan.
J. Pengumpul data : orang yang diberi tanggung jawab untuk mengumpulkan data di setiap
satuan kerja.
K. Periode waktu pelaporan : waktu pelaporan, harian, bulanan, triwulanan, semester atau
tahunan.
L. Tempat pengumpulan data : tempat/ satuan kerja yang mengumpulkan data indikator kinerja
mutu dan keselamatan pasien, adalah semua satuan kerja, sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi yang telah ditetapkan.
M. Target (dalam %) : Sasaran ( batas ketentuan ) yang telah ditetapkan untuk dicapai yang
merupakan hasil yang akan dicapai secara nyata dalam rumusan yang lebih spesifik dan
terukur.
BAB III
KEY PERFORMA INDIKATOR (QPI) MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
A. INDIKATOR MUTU KLINIK
a. Judul indikator klinik
10 Indikator mutu yang ditetapkan pada area klinik seperti tertera pada table berikut:
1. Asesmen Pasien
a) kelengkapan asesmen awal medis dalam 24 jam di Instlasi IGD (AK.1.1)
Analisa
dari grafik terlihat bahwa hasil capaian indikator Mutu tentang presentase kelengkapan asesmen
awal medis dalam 24 jam di IGD Periode Januari – Mei 2016 telah menghampiri target yaitu 90%.
2. Pelayanan Laboratorium
Analisis
Dari hasil pemantauan pada bulan Juli – September 2016 terlihat bahwa tidak adanya kesalahan
input identitas dan hasil laboratorium selalu mencapai target yang telah ditetapkan
3. Pelayanan Radiologi
Waktu tunggu hasil pelayanan thorax foto ( jam ) (AK.3)
4. PROSEDUR BEDAH
Kejadian infeksi Luka Operasi (AK.4)
6 STANDAR 0 KASUS
4
0
Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 May-16 Jun-16 Jul-16 Aug-16
PERIODE
Analisis
Dari grafik terlihat bahwa hasil capaian indikator kejadian infeksi luka operasi di RSU Bina Kasih
periode Januari – Agustus 2016 telah meningkat walau belum memenuhi target yaitu 1 %
Analisis
Dari grafik terlihat bahwa hasil capaian indikator rata – rata penggunaan antibiotik parenteral
pada kasus demam tifoid di RSU Bina Kasih periode Januari – Juni 2016 telah meningkat dan
sesuai dengan standar dan melebihi standar yaitu 4 hari.
Analis
Dari grafik terlihat bahwa hasil capaian indikator presentase kelengkapan asesmen pre anastesi
oleh Dokter ahli anastesi di RSU Bina Kasih periode Januari – Juni 2016 telah mengalami
peningkatan hingga 90 %
120%
100%
80%
60%
40% PERSENTASE PELAYANAN PERMINTAAN DARAH TERPENUHI DALAM WAKTU
20% < 1 JAM
0%
Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 May-16 Jun-16
PERIODE
Analis
Dari grafik terlihat bahwa hasil capaian indikator presentase pelayanan permintaan darah
terpenuhi dalam waktu < 1 jam di RSU Bina Kasih periode Januari – Juni 2016 telah meningkat
dan sesuai dengan standar yaitu < 1 jam ( 100 %)
94%
92%
90%
88%
86%
84%
82%
80%
Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 May-16 Jun-16
PERIODE
Dari grafik terlihat bahwa hasil capaian indikator presentase kelengkapan resume medik pasien
rawat inap dalam waktu 1 x 24 jam di RSU Bina Kasih periode Januari – Juni 2016 telah
mengalami peningkatan meskipun belum memenuhi standar 94 %
STANDAR Manajemen 1:
pengadaan rutin peralatan kesehatan dan obat penting bagi pasien yang
membutuhkan secara rutin
JUDUL INDIKATOR
Kejadian kekosongan stok obat esensial
TUJUAN Mengetahui adanya obat esensial yang tidak tersedia di instalasi farmasi
RSU Bina Kasih
DEFINISI Obat esensial adalah obat terpilih yang paling dibutuhkan untuk pelayanan
OPERASIONAL kesehatan mencakup upaya diagnosis, profilaksis, therapi dan rehabilitasi yang
diupayakan tersedia pada unit pelayanan kesehatan sesuai dengan fungsi dan
tingkatnya.
ALASAN DAN Obat-obat esensial merupakan obat standar nasional yang digunakan
IMPLIKASI sebagai acuan diseluruh rumah sakit umum pemerintah di Indonesia yang
tercantum dalam buku pedoman DOEN ( Daftar Obat Esensial Nasional ).
Ketersediaan obat esensial menjadi prasyarat kelancaran pelayanan pasien
sehingga proses penyembuhan penyakit dapat diupayakan secara optimal.
FORMULA
Jumlah Kejadian kekosongan stok obat esensial
NUMERATOR ke kosongan stok obat esensial sesuai SPO
DENOMINATOR jumlah kejadian ke kosongan obat di rsu bina kasih
TARGET 0 kejadian
KRITERIA INKLUSI Seluruh obat esensial yang tercantum dalam Formularium RSU Bina Kasih
KRITERIA EKSKLUSI Seluruh obat esensial yang tercantum dalam Formularium RSU Bina Kasih
PENCATATAN Setiap hari oleh petugas Instalasi Farmasi RSU Bina Kasih
REKAPITULASI UNIT Setiap bulan oleh Ka. Instalasi RSU Bina Kasih
ANALISA DAN Setiap bulan oleh Ka. Instalasi RSU Bina Kasih
PELAPORAN
AREA Instalasi Farmasi RSU Bina Kasih
PIC Kepala Instalasi Farmasi RSU Bina Kasih
FORMAT Tgl Nama obat yg tdk Dokter yg Unit
PENCATATAN tersedia order
VALIDASI
2. IAM 2 PELAPORAN KEGIATAN, SEPERTI YANG SUDAH DIATUR OLEH UNDANG – UNDANG
DAN PERATURAN
STANDAR Manajemen 2:
pelaporan kegiatan, seperti yang sudah diatur oleh Undang – Undang dan
peraturan
JUDUL INDIKATOR ketepatan waktu pengiriman laporan bulanan kasus DBD, TBC dan DM Ke
Dinkes
TUJUAN Teridentifikasinya keterlambatan pengiriman laporan bulanan ke dinas
kesehatan tepat waktu
DEFINISI Jumlah laporan bulanan yang dapat dikirim tepat waktu ( sebelum tanggal 15
OPERASIONAL bulan berikutnya ) ke Dinas Kesehatan Laporan yang dikirim setiap bulan ke
Dinas Kesehatan yaitu :
1. Laporan RL 5 : Data Bulanan Kegiatan Rumah Sakit
2.Laporan Bulanan Jamkesmas
ALASAN DAN Pengiriman laporan bulanan ke Kementerian Kesehatan dengan tepat
IMPLIKASI waktu sangat penting untuk mendukung program data & informasi
Kementerian Kesehatan
FORMULA
Ketepatan tanggal pengiriman laporan bulanan ke Kementerian Kesehatan
setiap bulan dibawah tanggal 15.
NUMERATOR Ketepatan hasil pengeriman laporan bulanan.
DENOMINATOR Teridentifikasinya keterlambatan pengiriman laporan
TARGET Dibawah tanggal 15 setiap bulan
KRITERIA INKLUSI Tanggal pengiriman laporan RL 5 : Data Bulanan Kegiatan Rumah Sakit dan
laporan Bulanan Jamkesmas
KRITERIA EKSKLUSI Jumlah laporan bulanan yang dapat dikirim tepat waktu
PENCATATAN Setiap bulan oleh petugas unit rekam medik RSU Bina Kasih
REKAPITULASI Setiap bulan oleh Kasubid Rekam Medik RSU Bina Kasih
UNIT
ANALISA DAN Setiap bulan oleh Kasubid Rekam Medik RSU Bina Kasih
PELAPORAN
AREA Subid Rekam Medik
PIC Kasubid Rekam Medik RSU Bina Kasih
FORMAT Bulanan Jenis laporan Tanggal Petugas
PENCATATAN pengiriman pengirim
laporan
Validasi
3. IAM 3 MANAJEMEN RESIKO
STANDAR Manajemen 3 :
Manajemen risiko
JUDUL INDIKATOR Angka kejadian Tertusuk Jarum
TUJUAN Mengurangi insiden tertusuk jarum sesuai dengan Standar Prosedur
Operasional
DEFINISI Insiden tertusuk jarum adalah kondisi cidera yang tidak diinginkan yang berisiko
OPERASIONAL terjadi pada seluruh staf yang berada di RSU Bina Kasih baik staf medis,
penunjang atau non medis. Penanganan ini sesuai dengan prosedur tindakan
penanganan pajanan di tempat kerja oleh Risk Management.
ALASAN DAN Tertusuk jarum merupakan insiden KTD ( Kejadian Tidak Diharapkan ) yang
IMPLIKASI berisiko tinggi terhadap cross infection/ penularan penyakit
FORMULA
Pelaksanaan Penanganan Tertusuk Jarum X 100
Jumlah seluruh kejadian tertusuk jarum di RSU Bina Kasih dlm satu periode
NUMERATOR Kejadian Tertusuk Jarum
DENOMINATOR Jumlah seluruh kejadian tertusuk jarum dalam suatu periode
TARGET 0 kasus
KRITERIA INKLUSI -
KRITERIA EKSKLUSI -
PENCATATAN Setiap bulan oleh Panitia K3 RS RSU Bina Kasih
REKAPITULASI Setiap bulan oleh Ketua Panitia K3RS RSU Bina Kasih
UNIT
ANALISA DAN Setiap bulan oleh Ketua Panitia K3RS RSU Bina Kasih
PELAPORAN
AREA K3 RS RSU Bina Kasih
PIC Ketua Panitia K3 RS RSU Bina Kasih
FORMAT BULAN/ TGL KEJADIAN UNIT
PENCATATAN KEJADIAN TERTUSUK INSIDEN
JARUM KTD
VALIDASI
4. IAM 4 MANAJEMEN PENGGUNAAN SUMBER DAYA
STANDAR Manajemen 4 :
Manajemen Penggunaan Sumber daya
JUDUL INDIKATOR
presentase kejadian pengulanagn penggunaan alat radiologi dalam satu
permintaan foto yang disebabkan karena human error
TUJUAN Untuk mengetahui Pengulangan penggunaan alat radiologi dalam satu permintaan
foto yang disebabkan oleh human error
DEFINISI Pengulangan penggunaan alat radiologi dalam satu permintaan foto adalah
OPERASIONAL pengulangan tindakan foto oleh tenaga radiografer dalam satu permintaan foto
yang disebabkan oleh ketidak terampilan radiografer ( human error ), yang
menunjukkan efisiensi penggunaan alat radiologi sekaligus kompetensi tenaga
radiografer.
ALASAN DAN Alat-alat radiologi merupakan alat kedokteran yang membutuhkan investasi
IMPLIKASI dana besar, termasuk maintenance alatnya membutuhkan dana yang tidak
sedikit, sehingga harus digunakan secara efisien dan efektif. Apabila tidak ada
pengambilan foto ulang akan dapat menurunkan biaya maintenance alat,
namun sebaliknya semakin banyak pengambilan foto ulang oleh karena human
error, maka semakin meningkatkan biaya maintenance alat.
FORMULA
Jml Pengambilan foto ulang dlm satu permintaan foto karena human error X 100
Jumlah seluruh pengambilan foto dalam suatu periode
NUMERATOR Jml Pengambilan foto ulang dlm satu permintaan foto karena human error
DENOMINATOR
Jumlah seluruh pengambilan foto dalam suatu periode
TARGET ≤2%
KRITERIA INKLUSI Seluruh pengambilan foto dengan menggunakan alat radiologi
KRITERIA EKSKLUSI Human error tidak ditemui di RSU Bina Kasih
PENCATATAN Setiap bulan oleh staf instalasi radiologi
REKAPITULASI UNIT Setiap bulan oleh Ka. Instalasi Radiologi RSU Bina Kasih
ANALISA DAN Setiap bulan oleh Ka Instalasi Radiologi RSU Bina Kasih
PELAPORAN
AREA Instalasi Radiologi RSU Bina Kasih
PIC Ka Instalasi Radiologi RSU Bina Kasih
FORMAT Tgl Jumlah permintaan Jenis Presentase Dokter JU
PENCATATAN foto foto pemulangan foto pengirim PE
ok. Human error
Validasi
5. IAM 5 HARAPAN DAN KEPUASAN PASIEN DAN KELUARGA PASIEN
VALIDASI
6. IAM 6 HARAPAN DAN KEPUASAN STAF
VALIDASI
7. IAM 7 DEMOGRAFI DAN DIAGNOSIS KLINIS PASIEN
PENCATATAN Setiap 6 bulan sekali oleh unit pengolah data subid rekam medik
REKAPITULASI UNIT Setiap 6 bulan oleh Ka. Unit pengolah data subid rekam medik
ANALISA DAN Setiap 6 bulan oleh Ka Unit Pengolah Data subid rekam medik
PELAPORAN
AREA Unit Pengolah Data Subid Rekam Medik
PIC Ka Unit Pengolah Data Subid Rekam Medik
FORMAT No icd diagnosa umu Jenis Pendidikan pkrj Agama
PENCATATAN icd r kelami n
n
1
2
3
VALIDASI
8. IAM 8 KEUANGAN
VALIDASI
9. IAM 9 PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN DARI KEJADIAN YANG DAPAT MENIMBULKAN
MASALAH BAGI KESELAMATAN PASIEN KELUARGA
VALIDASI
C. Analisa, Monitoring, Evaluasi, Dan Tindak Lanjut
Pengukuran Mutu Tingkat Rumah Sakit
INDIKATOR AREA MANAJERIAL (IAM)
1. Pengadaan Rutin Peralatan Kesehatan dan Obat Penting untuk Memenuhi Kebutuhan Pasien
Ketersediaan Obat di Instalasi Farmasi yang Sesuai Formularium (AM.1)
Analisis
Dari hasil pemantauan pada bulan April– September 2016 terlihat bahwa capaian
ketersediaan obat di farmasi sesuai formularium adalah ≥ 80 %. sesuai dengan target yang
telah ditetapkan
Analisis
Dari hasil pemantauan pada bulan Juli – September 2016 terlihat bahwa pemantauan
ketepatan waktu pengiriminan laporan bulanan kasus DBD, TBC dan DM ke Dinkes selalu
mencapai target yang telah ditetapkan.
Plan Do Study Action
Mengupayakan 1. Pemantauan capaian Capaian target Membuat
capaian target 100% target oleh TIM dan dalam 3 bulan Indikator baru
Direksi terakhir 100 %
2. Usulan penambahan
tenaga.
3. Manajemen Risiko
Angka kejadian Tertusuk Jarum ( AM 3 )
Belum bisa dilakukan analisis karena belum ada data dari Panitia PPI
Mutu Pelayanan :
A ( Sangat Baik ) : 81,26 - 100,00 ( 3,26 - 4,00 )
B ( Baik ) : 62,51 - 81,25 ( 2,51 - 3,25 )
C ( Kurang Baik ) : 43,76 - 62,50 ( 1,76 - 2,50 )
D ( Tidak Baik ) : 25,00 - 43,75 ( 1,00 - 1,75 )
9.Pencegahan dan Pengendalian dari kejadian yang dapat menimbulkan masalah bagi
keselamatan pasien dan keluarga
Kepatuhan cuci tangan pegawai RS (AM. 9)
Belum bisa dilakukan analisis karena belum ada data dari Panitia PPI
INDIKATOR 6 (ENAM) SASARAN KESELAMATAN PASIEN
a. 6 Indikator Sasaran Keselamatan Pasien seperti tertera pada table berikut:
SKP 4; Memastikan Lokasi Pembedahan Yang Benar, Prosedur Yang Benar, Pembedahan
STANDAR pada Pasien yang Benar
JUDUL Presentase kepatuhan melakukan site marking pada pasien rencana bedah
TUJUAN Tergambarnya kepedulian dan ketelitian terhadap keselamatan pasien
DEFINISI Kejadian operasi salah sisi adalah kejadian dimana pasien dioperasi pada sisi yang
OPERASIONAL salah, misalnya yang semestinya dioperasi pada sisi kanan, ternyata yang dilakukan
operasi adalah pada sisi kiri atau sebaliknya.
Kejadian operasi salah orang adalah kejadian dimana pasien dioperasi pada orang
yang salah.
Kejadian salah prosedur pada operasi adalah kejadian pasien mengalami tindakan
operasi yang tidak sesuai dengan tindakan yang seharusnya dilakukan.
Insiden ini dapat dicegah dengan melaksanakan prosedur time out. Prosedur time out
adalah suatu prosedur yang dilakukan sebelum melakukan pembedahan/ incisi untuk
melakukan verifikasi praoperatif meliputi memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien
yang benar, dilakukan di tempat dimana tindakan akan dilakukan tepat sebelum
tindakan dimulai dan melibatkan seluruh anggota tim operasi.
ALASAN DAN Tindakan operasi merupakan suatu tahapan pelayanan di rumah sakit yang
IMPLIKASI membutuhkan tingkat ketelitian, kecermatan yang tinggi dan persiapan yang
menyeluruh, oleh karena itu tindakan operasi merupakan tindakan risiko tinggi ( high
risk ) terhadap keselamatan pasien.
NUMERATOR Jumlah patuh melakukan site marking pada pasien rencana bedah
DENOMINATOR Jumlah seluruh pasien bedah
FORMULA Jumlah patuh melakukan site marking pada pasien rencana bedah X 100
Jumlah seluruh pasien bedah
STANDAR 100%
KRITERIA INKLUSI Seluruh tindakan operasi
KRITERIA Tindakan operasi salah orang, salah sisi, salah prosedur
EKSKLUSI
PENCATATAN Pencatatan register pasien rencana bedah dilakukan setiap hari di kamar Bedah
REKAPITULASI Setiap bulan
UNIT
ANALISA & Triwulan
PELAPORAN
AREA Instalasi kamar Bedah
PIC Ketua KPRS
FORMAT Register kamar bedah ( elemen kolom dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan )
PENCATATAN n pasien yang dilakukan site jumlah pasien
tanggal %)
o marking bedah / hari
1 2 3 4 5
1
2
3
4
5. SKP 5 PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN
50%
TARGET 100%
0%
Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 May-16 Jun-16
Analisis
Dari grafik terlihat bahwa hasil capaian indikator SKP Presentase pemasangan gelang identitas
pasien rawat inap di RSU Bina Kasih telah mengalami perubahan yang sangat meningkat dan
sesuai standar yaitu 100%
Pelaksanaan Read Back ditandatangani oleh pemberi intruksi dalam waktu 1 x 24 jam
(AKP. 2)
40%
20%
0% TARGET 100%
Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 May-16 Jun-16
Analisa
Dari grafik terlihat bahwa hasil capaian indikator SKP pelaksanaan Read Back, Write Back oleh
penerima Instruksi dan ditandatangani oleh pemberi intruksi dalam waktu 1 x 24 jam di RSU Bina
Kasih telah mengalami perubahan tetapi masih jauh dari standar yaitu hanya 30 %
Analisis
Dari grafik terlihat bahwa hasil capaian indikator SKP kepatuhan double check pada pemberian
obat high alert di RSU Bina Kasih telah mengalami perubahan yang sangat meningkat tetapi
belum memenuhi standar yaitu hanya 85%
100%
80%
60%
40%
0%
Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 May-16 Jun-16
Analisis
Dari grafik terlihat bahwa hasil capaian indikator SKP Presentase kepatuhan melakukan site
marking pada pasien rencana bedah di RSU Bina Kasih telah mengalami perubahan yang sangat
meningkat tetapi belum memenuhi standar yaitu hanya 85%
Belum bisa dilakukan analisis karena belum ada data dari Panitia PPI