2
Sasaran Pokok Pembangunan Kesehatandalam RPJMN 2015 - 2019
3
asi Akreditasi Fasyankes
4
Peran kefarmasian dan alkes dalam
mendukung akreditasi fasyankes primer
5
Peran kefarmasian dan alkes dalam mendukung
akreditasi fasyankes rujukan
2
di dunia: diperkirakan lebih 1 juta kematian pasien LATAR BELAKANG
meninggal karena kesalahan penanganan yang dapat
dicegah
Perubahan paradigma keselamatan pasien
WHO
Keselamatan
Keselamatan
pasien
Keselamatan pasien di
Eropa: 150 kematian yang dapat dihindari/minggu komunitas/
pasien di RS pelayanan
publik
primer
PATIENT SAFETY
• Patient Centered Care
• Medication Safety
• Healthcare associated infection (HAI’s)
ANTIMICROBIAL RESISTANCE
• Ketidaktepatan Penggunaan Antibiotik
• MDR-TB
EMERGING AND RE-EMERGING DISEASE
• Perubahan Lingkungan
• Evolusi Agent Infeksi
UNIVERSAL HEALTH COVERAGE
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
Penguatan Pelayanan Kesehatan di Indonesia
PROGRAM
PENINGKATAN AKSES PROGRAM PENINGKATAN
Terwujudnya
• SARANA MUTU Akses Pelayanan
PRASARANA • AKREDITASI RS Kesehatan Dasar dan
• KOMPETENSI SDM • AKREDITASI PKM Rujukan
• ALAT KESEHATAN yang berkualitas Bagi
Masyarakat
KONDISI FASKES SAAT INI
PENDAHULUAN
100,00 96,878
94,062
91,325
85,429 87,317
80,00 75,184
70,1 68,569
65,047
67,513
SARANA
60,00
PRASARANA
45,800
43,376 ALKES
40,00
20,00
,00
RS Rujukan Nasional (14 RS) RS Rujukan Provinsi (20 RS) RS Rujukan Regional (110 RS) Non Rujukan (530 RS)
8
RATA-RATA PENINGKATAN PEMENUHAN SARANA, PRASARANA & ALKES
DI RUMAH SAKIT PEMERINTAH TAHUN 2016 & 2017
2016 RUMAH SAKIT 2017
132 (18%)
178 (28%)
574 (82%)
449 (72%)
449 (72%)
3263 (33%)
5140 (53 %) 4649 (47%)
6526 (67 %)
UHC 2019
Sistem Pelayanan
dan sistem rujukan
Mutu melalui
Sarana Prasarana Alkes Farmasi akreditasi RS
SDM Kes.
DISTRIBUSI
KOMPETENSI KOMPETENSI
PROFESIONAL (KLINIS) KOMPETENSI
MANAJERIAL
INTERPROFESIONAL
KEPEMIMPINAN KEMAMPUAN
KLINIS TEKNIS MEDIS
SINERGI KEBIJAKAN (1)
14
JENIS RUMAH SAKIT DAN STATUS AKREDITASI
25 RS-JCI
RS Siloam Kebon Jeruk RS Puri Indah
RS Mata Kedoya JEC
RS Awal Bros Bekasi
Sumber: RS Online (Data per 1 Mei 2018)
RS Swasta Kemenkes TNI
KONDISI FKTP SAAT INI
JUMLAH PUSKESMAS DI INDONESIA STATUS AKREDITASI
PUSKESMAS
NON RAWAT INAP 6371
III. III. PENINGKATAN MUTU PKM PERBAIKAN MUTU DAN KINERJA PKM
(PMP)
Analisis Kebutuhan UKM,Akses Masy dan Sasaran Kegiatan UKM
IV. UKM YG BERORIENTASI Evaluasi Kinerja Pelaksanaan UKM PKM o/ Ka PKM dan PJ UKM PKM
SASARAN (UKMBS)
TJ Pengelolaan UKM, Perenc. Kegiatan UKM, Pengorganisasian UKM, Komunikasi dan
Kordinasi, Kebijakan dan Prosedur, Akuntabilitas Pengelolaan dan Pelaksanaan UKM,
STANDAR V. KEPEMIMPINAN DAN Hak dan kewajiban sasaran
MANAJEMEN UKM (KMUKM)
AKREDITASI Konsistensi Perbaikan kinerja UKM,berkesinambungan, Peran serta PJ,Pemberdayaan
PUSKESMAS VI. SASARAN KINERJA DAN Peran serta Sasaran, Dokumentasi kegiatan, benchmarking UKM PKM, KIA, PONED, HIV
dan TBC
MDG’S (SKM)
Pendaftatan, Pengkajian, Keputusan layanan Klinis, Rencana Layanan Klinis, Renc.
VII. LAYANAN KLINIS YG Rujukan, Pelaksanaan Layanan, Yn Anestesi lokal/ sedasi/pembedaahan,, Penyuluhan
dan konseling, Manakan dan Terapi Nutrisi, Pemulangan dan TL
BERORIENTASI PASIEN (LKBP)
STANDAR URAIAN
8.1.5. Reagensia esensial dan bahan lain yang diperlukan se hari2
(EP:5) selalu tersedia dan dievaluasi untuk memastikan akurasi dan
presisi hasil
20
8..2.1 Berbagai jenis obat yg sesuai dgn kebutuhan tersedia dlm jumlah yg memadai
(EP:8)
8.2.2 Peresepan, , Pemesanan dan pengelolaan obat dipandu Kebijakan dan Prosedur yg efektif
(EP: 9)
8.2.3 Ada jaminan kebersihan dan keamanan dlmpenyimpanan, penyiapan dan penyampaianobat
(EP:8) kpd pasienserta penatalaksanaan obat kadaluwarsa/ rusak
8..2.4 ES yg terjadi akibat pemberian oba2 yg di R/ atau riwayat alergi thd obat2an tertentu hrs
(EP: 4) didokumentasikan dlm RM
8.2.5 Kesalahan obat(medication errors) dilaporkan mell proses dan dalamkerangka watu yg
(EP: 4) ditetapkan PKM
8.2.6 Obat2an emergensi tersedia, dimonitor dan aman bilamana disimpan diluar farmasi
(EP: 3)
21
STANDAR URAIAN
8.3.5 Semua peralatan yg digunakan utk pemeriksaan radiologi dan diagnostik
(EP: 6) imajing diperiksa, dirawat dan dikalibrasi secara teratur dan disrtai
catatan memadai yg dipelihara dengan baik
8.3.6 Film Xray dan perbekalan lainn tersedia secara teratur
(EP: 5)
22
STANDAR URAIAN
8.6.1 Peralatan ditempatkan di Lingkungan Pelayanan yg tepat
(EP: 4)
8.6.2 Peralatan dipelihara dan dikalibrasi secara rutin
(EP:5)
PERAN KEFARMASIAN DAN ALKES DALAM
MENDUKUNG AKREDITASI FASYANKES RUJUKAN
Permenkes Nomor 72 Tahun 2016
STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN
• Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit bertujuan untuk:
• a. meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian;
• b. menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan
• c. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak rasional dalam
• rangka keselamatan pasien (patient safety).
PERMENKES 72/2016
(Rev. Permenkes 58/ 2014) STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RS
&
•Konseling
• Penyimpanan •Visite Pemantauan Terapi Obat
(PTO)
• Pendistribusian
•Monitoring ES Obat (MESO)
• Pemusnahan dan MONITORING DAN
•Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) EVALUASI
Penarikan PELAYANAN BERMUTU
•Dispensingsediaan Steril
• Pengendalian DAN KES. PASIEN
•Pemantauan Kadar Obat dalam
• AdminIstrasi Darah (PKOD)
AKREDITASI
ORGANISASI, SELEKSI DAN PENGADAAN , PENYIMPANAN
Lapor
Riwayat Pasien makan obat Lapor PFT TKPRS
Rekonsiliasi Penyiapan
obat Telaah obat MESO/ PTO IKP
Resep Telaah obat ROTD
5 tepat
Skrining Asesmen Rencana IKP Rencana
dan awal Asuhan Obat Pulang
Registrasi
Resep Lapor 26
TKPRS
REGULASI PERUMAHSAKITAN → SNARS EDISI 1
SASARAN KESELAMATAN PASIEN
•SASARAN 1 : MENGIDENTIFIKASI PASIEN DENGAN BENAR
•SASARAN 2 : MENINGKATKAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
•SASARAN 3 : MENINGKATKAN KEAMANAN OBAT-OBAT YANG HARUS DIWASPADAI (HIGH ALERT MEDICATIONS)
•SASARAN 4 : MEMASTIKAN LOKASI PEMBEDAHAN YANG BENAR, PROSEDUR YANG BENAR, PEMBEDAHAN PADA PASIEN YANG BENAR
•SASARAN 5 : MENGURANGI RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN
•SASARAN 6 : MENGURANGI RISIKO CEDERA PASIEN AKIBAT TERJATUH
PROGRAM NASIONAL
• SASARAN I PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI DAN PENINGKATAN KESEHATAN IBU DAN BAYI
•SASARAN II PENURUNAN ANGKA KESAKITAN HIV/AIDS
•SASARAN III PENURUNAN ANGKA KESAKITAN TUBERKULOSIS
•SASARAN IV PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA
• SASARAN V PELAYANAN GERIATRI
SASARAN 3
MENINGKATKAN KEAMANAN OBAT2 YANG HARUS DIWASPADAI (HIGH ALERT MEDICATIONS) **)
Medication
Safety
GAMBARAN UMUM PKPO
PKPO 4 Peresepan
4.1: Syarat kelengkapan R/
4.2: Individu yg kompeten menulis R/
4.3: Cara pencatatan obat dalam RM
35
PKPO 1
Pengorganisasian
PKPO 2.1.1
Pengadaan obat bila sedang kosong
RS menetapkan regulasi 1. Ada regulasi tentang pengadaan bila sediaan farmasi, alat kesehatan dan
untuk mendapatkan bahan medis habis pakai tidak ada dalam stok atau tidak tersedia saat
obat bila sewaktu2 obat dibutuhkan. (R)
tidak tersedia. 2. Ada bukti pemberitahuan kepada staf medis serta saran substitusinya.
(D,W)
3. Ada bukti bahwa staf memahami dan mematuhi regulasi tersebut. (D, W)
PKPO 3
Penyimpanan
RS menetapkan tata 1.Ada regulasi tentang pengaturan penyimpanan sediaan farmasi, alkes dan BMHP
laksana pengaturan yang baik, benar dan aman. (R)
penyimpanan sediaan 2.Ada bukti obat dan zat kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat diberi
farmasi, alkes dan BMHP label yang t.d isi / nama obat, tanggal kadaluarsa dan peringatan khusus. (lihat
yang baik, benar dan aman juga MFK.5 EP 6) (O,W)
3.Ada bukti implementasi proses penyimpanan obat yang tepat agar kondisi obat
tetap stabil, termasuk obat yang disimpan diluar instalasi farmasi. (D,W)
4.Ada bukti pelaksanaan dilakukan supervisi secara teratur oleh apoteker untuk
memastikan penyimpanan obat dilakukan dengan baik. (D,W)
5.Ada bukti pelaksanaan obat dilindungi dari kehilangan dan pencurian di semua
tempat penyimpanan dan pelayanan. (D,W)
PKPO 3.1
RS menetapkan regulasi 1.Ada regulasi tentang pengelolaan obat emergensi yang tersedia di
untuk memastikan obat unit2t layanan agar dapat segera dipakai untuk memenuhi
emergensi yang kebutuhan darurat, serta upaya pemeliharaan dan pengamanan
tersimpan di dalam
dari kemungkinan pencurian dan kehilangan. (R)
maupun di luar unit
2.Ada bukti persediaan obat emergensi lengkap dan siap pakai.
farmasi tersedia,
tersimpan aman, dan (D,O,W)
dimonitor. 3.Ada bukti pelaksanaan supervisi thd penyimpanan obat
emergensi, dan segera diganti apabila dipakai, kadaluwarsa atau
rusak. (D,O,W)
PKPO 3.5
Penarikan Obat Dan Pemusnahan
RS memiliki sistem 1.Ada regulasi tentang penarikan kembali (recall) dan pemusnahan
penarikan kembali sediaan farmasi, alkes dan BMHP yang tidak layak pakai karena
(recall), pemusnahan rusak, mutu substandar atau kadaluwarsa. (R)
sediaan farmasi, alkes 2.Ada bukti pelaksanaan penarikan kembali (recall) sesuai regulasi
dan BMHP tidak layak yang ditetapkan. (D,W)
digunakan krn rusak, 3.Ada bukti pelaksanaan pemusnahan sesuai regulasi yang
mutu substandar atau ditetapkan. (D,W)
kadaluwarsa.
PKPO 4
Peresepan dan Penyalinan
Ada regulasi tentang 1. Ada regulasi tentang peresepan/permintaan obat dan instruksi
peresepan / permintaan pengobatan secara benar, lengkap dan terbaca, dan menetapkan staf
obat dan instruksi medis yang kompeten dan berwenang untuk melakukan peresepan /
pengobatan permintaan obat dan instruksi pengobatan (R)
2. Ada bukti peresepan/permintaan obat dan instruksi pengobatan
dilaksanakan oleh staf medis yang kompeten dan berwenang. (D,O, W)
3. Ada bukti pelaksanaan apoteker melakukan rekonsiliasi obat pada saat
pasien masuk, pindah unit pelayanan dan sebelum pulang (D,W)
4. RM memuat riwayat penggunaan obat pasien (D,O)
PKPO 4.1
Syarat kelengkapan resep
Regulasi ditetapkan untuk 1. Ada regulasi syarat elemen R/ lengkap yang meliputi a) - g) di maksud dan tujuan
menentukan pengertian serta penetapan dan penerapan langkah langkah untuk pengelolaan peresepan
dan syarat kelengkapan /permintaan obat dan instruksi pengobatan yang tidak benar, tidak lengkap dan
resep atau pemesanan.
tidak terbaca agar hal tersebut tidak terulang kembali. (R)
2. Ada bukti pelaksanaan evaluasi syarat elemen resep lengkap yang meliputi a) - g)
di maksud dan tujuan. (D,W)
3. Ada bukti pelaksanaan proses pengelolaan resep yang tidak benar, tidak lengkap
dan tidak terbaca. (D,W)
4. Ada bukti pelaksanaan proses untuk mengelola resep khusus, seperti darurat,
standing order, berhenti otomatis (automatic stop order), tapering dan lainnya.
(D,W)
Maksud dan tujuan PKPO.4.1
Untuk menghindari keragaman dan menjaga keselamatan pasien, maka RS menetapkan
persyaratan atau elemen penting dari kelengkapan suatu resep atau permintaan obat dan
instruksi pengobatan.
RS menetapkan individu 1.Ada daftar staf medis yang kompeten dan berwenang membuat atau
yang kompeten yang menulis resep yang tersedia di semua unit pelayanan. (D)
diberi kewenangan 2.Ada bukti pelaksanaan RS menetapkan dan melaksanakan proses untuk
untuk menulis R/
membatasi, jika diperlukan, jumlah R/ atau jumlah pemesanan obat yang
permintaan obat atau
instruksi pengobatan. dapat dilakukan staf medis yg diberi kewenangan. (R)
3.Ada bukti staf medis yang kompeten dan berwenang membuat atau
menulis resep atau memesan obat dikenal dan diketahui oleh unit layanan
farmasi atau oleh lainnya yang menyalurkan obat (D)
PKPO 4.3
Cara pencatatan obat dalam RM
Obat yang diresepkan 1.Ada bukti pelaksanaan obat yang diberikan dicatat dalam satu
dan diberikan tercatat daftar di RM untuk setiap pasien berisi: identitas pasien, nama
di RM pasien obat, dosis, rute pemberian, waktu pemberian, nama dokter dan
keterangan bila perlu tapering off, titrasi dan rentang dosis. (D)
2.Ada bukti pelaksanaan daftar tersebut diatas disimpan dalam RM
pasien dan menyertai pasien ketika pasien dipindahkan. Salinan
daftar tersebut diserahkan kepada pasien saat pulang (D).
PKPO 5
Penyiapan obat
Obat disiapkan dan 1. Ada regulasi tentang penyiapan dan penyerahan obat yang sesuai
diserahkan di dalam peraturan perUUan dan praktik profesi. (R)
lingkungan aman dan 2. Ada bukti pelaksanaan staf yang menyiapkan produk steril dilatih,
bersih memahami dan mempraktikkan prinsip penyiapan obat dan teknik
aseptic (D,W)
3. Ada bukti pelaksanaan pencampuran obat kemoterapi dilakukan sesuai
praktik profesi. (O,W)
4. Ada bukti pencampuran obat intravena, epidural dan nutrisi parenteral
serta pengemasan kembali obat suntik dilakukan sesuai praktik profesi.
(O,W)
PKPO 5.1
Telaah Resep
RS menetapkan regulasi 1. Ada regulasi tentang penetapan sistem yang seragam untuk penyiapan dan
yang mengatur semua R/ penyerahan obat (R)
permintaan obat dan 2. Ada bukti pelaksanaan proses pengkajian resep yang meliputi a) - g) di maksud
instruksi pengobatan obat dan tujuan. (D,W)
ditelaah ketepatannya. 3. Setelah persiapan, obat diberi label meliputi identitas pasien, nama obat, dosis
atau konsentrasi, cara pemakaian, waktu pemberian, tanggal disiapkan, dan
tanggal kadaluarsa. (D,O,W)
4. Ada bukti pelaksanaan telaah obat meliputi 1) - 5) di maksud dan tujuan. (D,W)
5. Ada bukti pelaks.penyerahan obat dalam bentuk yang siap diberikan. (D,W)
6. Ada bukti penyerahan obat tepat waktu. (D,O,W)
Standar PKPO.5.1
• Pengkajian resep untuk menilai ketepatan baik administratif,
klinis maupun farmasetik obat untuk pasien dan kebutuhan • Telaah obat dilakukan terhadap obat yang
kliniknya pada saat resep dibuat atau obat dipesan. telah siap, telaah dilakukan meliputi 5
(lima) informasi yaitu:
PKPO 6.2
Regulasi tentang obat yang dibawa oleh pasien
Ada regulasi tentang 1.Ada regulasi tentang pengobatan oleh pasien sendiri. (R)
obat yang dibawa oleh 2.Ada bukti pelaksanaan pengobatan obat oleh pasien sendiri sesuai
pasien ke RS untuk regulasi. (D,W)
digunakan sendiri
3.Ada proses monitoring terhadap pengobatan oleh pasien sendiri. (D,W)
PKPO 7
Pemantauan (monitor)
Efek obat dan efek 1.Ada regulasi tentang pemantauan efek obat dan efek samping obat serta
samping obat terhadap dicatat dalam status pasien. (lihat juga AP 2 EP 1) (R,)
pasien dipantau 2.Ada bukti pelaksanaan pemantauan terapi obat. (D,W)
3.Ada bukti pemantauan efek samping obat dan pelaporannya sesuai
peraturan perUUan (D,W)
PKPO 7.1
Menetapkan, menerapkan tindakan Medication Error
RS menetapkan dan menerapkan 1. Ada regulasi tentang medication safety yang bertujuan untuk mengarahkan
proses pelaporan dan tindakan
terhadap kesalahan penggunaan penggunaan obat yang aman dan meminimalisasi kemungkinan terjadi
obat (medication error) serta kesalahan penggunaan obat sesuai peraturan perUUan (R)
upaya menurunkan angkanya.
2.Ada bukti pelaksanaan RS mengumpulkan dan memonitor seluruh angka
kesalahan penggunaan obat termasuk KTD, kejadian sentinel, KNC dan KTC
(D,W)
3.Ada bukti Inst.farmasi mengirimkan laporan kesalahan penggunaan obat
(medication error) ke Tim KPRS (D,W)
4.Ada bukti TKPRS menerima laporan kesalahan penggunaan obat (medication
error) dan mencari akar masalah atau investigasi sederhana, solusi dan tindak
lanjutnya serta melaporkan kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien (lihat
juga PMKP.7) (D,W)
5.Ada bukti pelaksanaan RS melakukan upaya untuk mencegah dan menurunkan
kesalahan penggunaan obat (medication error) (lihat juga PMKP 7 EP 1) (D,W)
STANDAR
PENGELOLAAN PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA
(PPRA)
Resistensi antimikroba: masalah kesehatan global dengan dampak merugikan
menurunkan mutu dan
Meningkatkan risiko biaya pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien
Resistensi antimikroba ketidak mampuan antimikroba membunuh/ menghambat
pertumbuhan mikroba shg penggunaannya sbg terapi penyakit infeksi tidak efektif lagi.
• ↑↑ akibat
1.penggunaan antimikroba tidak bijak dan bertanggung jawab
2.penyebaran mikroba resisten dari pasien ke lingkungannya karena tidak
dilaksanakannya praktik pengendalian dan pencegahan infeksi dengan baik
STANDAR
PENGELOLAAN PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA
(PPRA)
Implementasi PPRA di RS perlu dukungan penuh Pimp./Dir. RS berupa :
• penetapan regulasi PPRA,
• pembentukan organisasi pengelola, penyediaan fasilitas, sarana dan dukungan finansial
• Diagnosis dan pemberian antimikroba harus disertai dengan upaya menemukan penyebab infeksi dan
kepekaan mikroba patogen terhadap antimikroba.
Program Pengendalian
Resistensi Antimikroba
Regulasi pengendalian resistensi antimikroba di RS yang meliputi: a) peningkatan pemahaman dan
1. Pengendalian resistensi antimikroba.
2. Panduan penggunaan AB untuk terapi dan kesadaran seluruh staf,pasien
profilaksis pembedahan. dan keluarga tentang masalah
3. Organisasi pelaksana, Tim/ Komite PPRA terdiri dari resistensi anti mikroba
NAKES yang kompeten dari unsur:
Staf Medis b) pengendalian penggunaan
Staf Keperawatan antibiotic
Staf Instalasi Farmasi
Staf Lab. melaksanakan pelayanan mikrobiologi klinik c) surveilans pola penggunaan
Komite Farmasi dan Terapi antibiotik
Komite PPI
d) surveilans pola resistensi
antimikroba
Organisasi PRA dipimpin oleh staf medis yang sudah mendapat
sertifikat pelatihan PPRA e) forum kajian penyakit infeksi
terintegrasi
Program Nasional 4
PPRA
Tersedia regulasi 1. Ada regulasi dan program tentang pengendalian resistensi antimikroba di RS sesuai
PPRA di RS peraturan perundang-undangan. (R)
2. Ada bukti pimpinan RS terlibat dalam menyusun program. (D,W)
3. Ada bukti dukungan anggaran operasional, kesekretariatan, sarana prasarana untuk
menunjang kegiatan fungsi, dan tugas organisasi PPRA. (D,O,W)
4. Ada bukti pelaksanaan penggunaan antibiotik terapi dan profilaksis pembedahan pada
seluruh proses asuhan pasien. (D,O,W)
5. Direktur melaporkan kegiatan PPRA secara berkala kepada KPRA. (D,W)