Anda di halaman 1dari 62

PERAN KEFARMASIAN DAN ALKES DALAM

MENDUKUNG AKREDITASI FASYANKES


PRIMER DAN RUJUKAN
Eka Viora
DIT. MUTU DAN AKREDITASI YANKES – DITJEN YANKES
KEMENKES RI
Disampaikan pada RAPAT KOORDINASI NASIONAL PROGRAM FARMALKES 2018
Banda Aceh, 8 Mei 2018
POKOK BAHASAN
1
Latarbelakang

2
Sasaran Pokok Pembangunan Kesehatandalam RPJMN 2015 - 2019
3
asi Akreditasi Fasyankes
4
Peran kefarmasian dan alkes dalam
mendukung akreditasi fasyankes primer

5
Peran kefarmasian dan alkes dalam mendukung
akreditasi fasyankes rujukan
2
di dunia: diperkirakan lebih 1 juta kematian pasien LATAR BELAKANG
meninggal karena kesalahan penanganan yang dapat
dicegah
Perubahan paradigma keselamatan pasien

WHO

AS: sampai 1.000.000 kematian yang dapat


dicegah/tahun

Keselamatan
Keselamatan
pasien
Keselamatan pasien di
Eropa: 150 kematian yang dapat dihindari/minggu komunitas/
pasien di RS pelayanan
publik
primer

INDONESIA→ BUDAYA MELAPOR INSIDEN KESELAMATAN PASIEN


PERLU DITINGKATKAN
Baru 118 RS melaporkan insiden
ANCAMAN GLOBAL RESISTENSI
PENDAHULUAN

Deaths attributable to AMR every year


Compared to other major couses of death DAMPAK RESISTENSI ANTIMIKROBA

❑Mengancam upaya pencegahan dan pengobatan efektif untuk


berbagai infeksi yang terus meningkat, yang disebabkan oleh
bakteri, parasit, virus dan jamur

▪ Secara global 480,000 orang mengalami MDR TB/tahun


▪ Mempersulit pemberantasan infeksi HIV dan malaria

 Mutu pelayanan kesehatan menurun, karena lama perawatan


memanjang, resiko kematian tinggi
 Mengancam upaya pengobatan modern (seperti operasi open
heart, transplantasi organ)
 Meningkatkan beban ekonomi, karena perpanjangan lama rawat
▪ Perkiraan kematian akibat AMR saat ini sebesar 700.000/ thn inap, penggunaan antimikroba yang lebih mahal dan lebih lama
▪ Tahun 2050-→ ada 10 juta kematian/tahun karena AMR
▪ Angka kematian lebih tinggi dibandingkan dengan akibat kanker*
ANCAMAN KESELAMATAN PASIEN
Sasaran Pokok Pembangunan Kesehatan
dalam RPJMN 2015 - 2019 (PERPRES N0. 2 TAHUN 2015)

Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak;


Meningkatnya pengendalian penyakit;
Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama
di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan;
Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia
Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan,
Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin;
Meningkatkan responsivitas sistem kesehatan
ISU GLOBAL BIDANG KESEHATAN
NON COMMUNICABLE DISEASE
• Stroke
• Hipertensi
• Diabetes
• Kanker
• Penyakit Paru Obstruktif

PATIENT SAFETY
• Patient Centered Care
• Medication Safety
• Healthcare associated infection (HAI’s)
ANTIMICROBIAL RESISTANCE
• Ketidaktepatan Penggunaan Antibiotik
• MDR-TB
EMERGING AND RE-EMERGING DISEASE
• Perubahan Lingkungan
• Evolusi Agent Infeksi
UNIVERSAL HEALTH COVERAGE
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
Penguatan Pelayanan Kesehatan di Indonesia

PROGRAM
PENINGKATAN AKSES PROGRAM PENINGKATAN
Terwujudnya
• SARANA MUTU Akses Pelayanan
PRASARANA • AKREDITASI RS Kesehatan Dasar dan
• KOMPETENSI SDM • AKREDITASI PKM Rujukan
• ALAT KESEHATAN yang berkualitas Bagi
Masyarakat
KONDISI FASKES SAAT INI
PENDAHULUAN

PERBANDINGAN PEMENUHAN SARANA PRASARANA DAN ALKES


PADA RS RUJUKAN (NASIONAL, PROVINSI, REGIONAL) DAN NON RUJUKAN
120,00

100,00 96,878
94,062
91,325
85,429 87,317

80,00 75,184
70,1 68,569
65,047
67,513
SARANA
60,00
PRASARANA
45,800
43,376 ALKES
40,00

20,00

,00
RS Rujukan Nasional (14 RS) RS Rujukan Provinsi (20 RS) RS Rujukan Regional (110 RS) Non Rujukan (530 RS)

8
RATA-RATA PENINGKATAN PEMENUHAN SARANA, PRASARANA & ALKES
DI RUMAH SAKIT PEMERINTAH TAHUN 2016 & 2017
2016 RUMAH SAKIT 2017

132 (18%)

178 (28%)
574 (82%)
449 (72%)

449 (72%)

Kelangkapan <60% Kelengkapan >60% Kelengkapan <60% Kelengkapan >60%

2016 PUSKESMAS 2017

3263 (33%)
5140 (53 %) 4649 (47%)
6526 (67 %)

Kelangkapan <60% Kelengkapan >60% Kelangkapan <60% Kelengkapan >60%


Sumber data : ASPAK 2016 dan
KOMPETENSI FASKES PADA UHC 2019

UHC 2019

PELAYANAN KOMPETENSI FASKES AKSES DAN MUTU


KESEHATAN

Sistem Pelayanan
dan sistem rujukan
Mutu melalui
Sarana Prasarana Alkes Farmasi akreditasi RS
SDM Kes.
DISTRIBUSI

KOMPETENSI KOMPETENSI
PROFESIONAL (KLINIS) KOMPETENSI
MANAJERIAL
INTERPROFESIONAL

KEPEMIMPINAN KEMAMPUAN
KLINIS TEKNIS MEDIS
SINERGI KEBIJAKAN (1)

• Permenkes No. 1438/2010: Stdr Pelayanan Kedokteran


• Permenkes No.56 / 2014: Klasifikasi dan Perizinan RS
• Permenkes No.72/ 2016: Stdr Pelayanan Kefarmasian di RS
• Permenkes No.74/ 2016: Stdr Pelayanan Kefarmasian di PKM

• UU Nomor 44/2009: RS dalam Peningkatan Mutu


Pelayanan RS wajib akreditasi 3 thn sekali.
• Permenkes Nomor 34 Tahun 2017 : Akreditasi RS (revisi
dari Permenkes 12/ 2012)
• SK Menkes Nomor 407/2015: Penetapan Lembaga
Independen Pelaksana Akreditasi di Indonesia

Permenkes No. 99/2015: Revisi Permenkes 71/2013:


PEMBAYARAN JKN
Pelayanan Kesehatan Pada JKN→ masa transisi persyaratan
Akreditasi adalah 5 thn 11
SINERGI KEBIJAKAN (2)
Peningkatan Mutu Pelayanan  Indikator Mutu Pelayanan RS

Keselamatan Pasien  Permenkes 11/2017  Revisi 1691/2010

Pelayanan Geriatri (Permenkes 79/2014), RAN Kesehatan Lansia (Permenkes


45/2016)

PPRA (Permenkes 8/2015)

Dewan Pengawas (Permenkes 10/2014, Permenkeu 295/2016), Hospital By


Laws (Kepmenkes 772/2002)

Pendidikan Permenkes 1069/2008 RS dan PP 93/2015 tentang RS Pendidikan

Sustainable Development Goals (TB, HIV-AIDS, Kesehatan Ibu-Bayi)  Kepmenkes


52/2015 ttg Renstra Kemenkes 2015-2019
REGULASI TENTANG AKREDITASI

Permenkes No. 99/2015: Revisi Permenkes 71/2013:


Pelayanan Kesehatan Pada JKN,
masa transisi persyaratan Akreditasi FKTP: 7 Tahun
RS yang bekerjasama dengan BPJS
1 Januari 2019 Kesehatan Harus Terakreditasi

1 Januari 2021 FKTP yang bekerjasama dengan BPJS


Kesehatan Harus Terakreditasi
AKREDITASI
(KEWAJIBAN ATAU KEBUTUHAN?)

Akreditasi adalah suatu Proses :


• Memperbaiki tatakelola manajemen dan klinis
• Menciptakan budaya mutu dan keselamatan yang
berfokus peda perbaikan terus menerus (continuous
quality improvement)
• Mendapatkan kepercayaan dan pengakuan public
• Negosiasi untuk pembayaran sistem kapitasi berbasis
kinerja dan kualitas layanan
GRPS

14
JENIS RUMAH SAKIT DAN STATUS AKREDITASI

JUMLAH RUMAH SAKIT DI INDONESIA


1.610
SWASTA 1202
SWASTA NON PROFIT
PEMDA KABUPATEN
615
511
Rumah Sakit
POLRI 44 Tersertifikasi
TNI 125 Akreditasi Nasional
PEMDA PROVINSI 139 RS Kelas A 72
PEMDA KOTA 88 Sumber: Website KARS 1 Mei 2018)
RS Kelas B 400 RS Awal Bros RS Awal Bros

BUMN 58 Eka Hospital


RSUPN dr. Ciptomangunkusumo

KEMENKES 33 RS Kelas C 1395 RSUP dr. M. Hoesin RSJPD Harapan Kita


RSUP Fatmawati RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo

KEMENTERIAN LAIN 19 RSPAD Gatot Subroto RSUP dr. Kariadi


RS Kelas D 731 RSUP dr. Hasan Sadikin RS Premier

TOTAL : 2.834 RS Awal Bros RSUP dr. Sardjito


RSUP Sanglah
25
Non Kelas 211 Eka Hospital
RS Premier Jatinegara
RS Siloam Lippo Village
RUMAH SAKIT RS Premier Bintaro RS Pondok Indah
RS Siloam

25 RS-JCI
RS Siloam Kebon Jeruk RS Puri Indah
RS Mata Kedoya JEC
RS Awal Bros Bekasi
Sumber: RS Online (Data per 1 Mei 2018)
RS Swasta Kemenkes TNI
KONDISI FKTP SAAT INI
JUMLAH PUSKESMAS DI INDONESIA STATUS AKREDITASI
PUSKESMAS
NON RAWAT INAP 6371

RAWAT INAP 3454


TOTAL : 9.825 PUSKESMAS

JUMLAH KLINIK DI INDONESIA


KLINIK UTAMA RAWAT INAP 331
KLINIK UTAMA RAWAT JALAN 638
698
KLINIK PRATAMA RAWAT INAP 1344
TOTAL : 4.513 PKM TERAKREDITASI
KLINIK PRATAMA RAWAT JALAN 6297
Sumber: Dit. Mutu Akeditasi Yankes
TOTAL : 8.610 KLINIK (Data per 15 Maret 2018 )
PERAN KEFARMASIAN DAN ALKES DALAM
MENDUKUNG AKREDITASI FASYANKES PRIMER
• Analisis Kebutuhan Masy dan Perenc. PKM,
II. PENYELENGGARAAN • Akses dan Pelaksanaan Kegiatan,
PELAYANAN PUKSESMAS (PPP) • Evaluasi
 TATA KELOLA SARANA, KETENAGAAN (PERSYARATAN TENAGA, P.J)
II. KEPEMIMPINAN DAN  KEGIATAN PENGELOLAAN PKM HAK DAN KEWAJIBAN, KONTRAK PIHAK
MANAJEMEN PKM (KMP)** KETIGA, PEMELIHARAAN SARPRAS

III. III. PENINGKATAN MUTU PKM  PERBAIKAN MUTU DAN KINERJA PKM
(PMP)
Analisis Kebutuhan UKM,Akses Masy dan Sasaran Kegiatan UKM
IV. UKM YG BERORIENTASI Evaluasi Kinerja Pelaksanaan UKM PKM o/ Ka PKM dan PJ UKM PKM
SASARAN (UKMBS)
TJ Pengelolaan UKM, Perenc. Kegiatan UKM, Pengorganisasian UKM, Komunikasi dan
Kordinasi, Kebijakan dan Prosedur, Akuntabilitas Pengelolaan dan Pelaksanaan UKM,
STANDAR V. KEPEMIMPINAN DAN Hak dan kewajiban sasaran
MANAJEMEN UKM (KMUKM)
AKREDITASI Konsistensi Perbaikan kinerja UKM,berkesinambungan, Peran serta PJ,Pemberdayaan
PUSKESMAS VI. SASARAN KINERJA DAN Peran serta Sasaran, Dokumentasi kegiatan, benchmarking UKM PKM, KIA, PONED, HIV
dan TBC
MDG’S (SKM)
Pendaftatan, Pengkajian, Keputusan layanan Klinis, Rencana Layanan Klinis, Renc.
VII. LAYANAN KLINIS YG Rujukan, Pelaksanaan Layanan, Yn Anestesi lokal/ sedasi/pembedaahan,, Penyuluhan
dan konseling, Manakan dan Terapi Nutrisi, Pemulangan dan TL
BERORIENTASI PASIEN (LKBP)

Cat: VIII. MANAJEMEN PENUNJANG


LAB, OBAT, RADIODIAGNOSTIK, MIMRM, MANAJEMEN KEAMANAN
** terkait ASPAK LAYANAN KLINIS (MPLK)** LINGKUNGAN, MANAJEMEN PERALATAN, MANAJEMEN SDM
IX. PENINGKATAN MUTU KLINIS
IPKP
TJ Perenc, . Monev Mutu Layanan Klinis, pemahaman Mutu layanan Klinis, Mutu diukur,
DAN KESELAMATAN PASIEN
dikumpulkan dan dievaluasi, Upaya Perbaikan Mutu dievaluasi dan dikomunikasikan
(PMKP)
19

STANDAR VIII MANAJEMEN PENUNJANG LAYANAN KLINIS


8. 1. Laboratorium

STANDAR URAIAN
8.1.5. Reagensia esensial dan bahan lain yang diperlukan se hari2
(EP:5) selalu tersedia dan dievaluasi untuk memastikan akurasi dan
presisi hasil
20

STANDAR VIII MANAJEMEN PENUNJANG LAYANAN KLINIS


8. 2. Pelayanan obat
STANDAR URAIAN

8..2.1 Berbagai jenis obat yg sesuai dgn kebutuhan tersedia dlm jumlah yg memadai
(EP:8)
8.2.2 Peresepan, , Pemesanan dan pengelolaan obat dipandu Kebijakan dan Prosedur yg efektif
(EP: 9)
8.2.3 Ada jaminan kebersihan dan keamanan dlmpenyimpanan, penyiapan dan penyampaianobat
(EP:8) kpd pasienserta penatalaksanaan obat kadaluwarsa/ rusak
8..2.4 ES yg terjadi akibat pemberian oba2 yg di R/ atau riwayat alergi thd obat2an tertentu hrs
(EP: 4) didokumentasikan dlm RM
8.2.5 Kesalahan obat(medication errors) dilaporkan mell proses dan dalamkerangka watu yg
(EP: 4) ditetapkan PKM
8.2.6 Obat2an emergensi tersedia, dimonitor dan aman bilamana disimpan diluar farmasi
(EP: 3)
21

STANDAR VIII MANAJEMEN PENUNJANG LAYANAN KLINIS


8. 3. Pelayanan Radio Diagnostik

STANDAR URAIAN
8.3.5 Semua peralatan yg digunakan utk pemeriksaan radiologi dan diagnostik
(EP: 6) imajing diperiksa, dirawat dan dikalibrasi secara teratur dan disrtai
catatan memadai yg dipelihara dengan baik
8.3.6 Film Xray dan perbekalan lainn tersedia secara teratur
(EP: 5)
22

STANDAR VIII MANAJEMEN PENUNJANG LAYANAN KLINIS


8.6. Manajemen Peralatan

STANDAR URAIAN
8.6.1 Peralatan ditempatkan di Lingkungan Pelayanan yg tepat
(EP: 4)
8.6.2 Peralatan dipelihara dan dikalibrasi secara rutin
(EP:5)
PERAN KEFARMASIAN DAN ALKES DALAM
MENDUKUNG AKREDITASI FASYANKES RUJUKAN
Permenkes Nomor 72 Tahun 2016
STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN
• Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit bertujuan untuk:
• a. meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian;
• b. menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan
• c. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak rasional dalam
• rangka keselamatan pasien (patient safety).
PERMENKES 72/2016
(Rev. Permenkes 58/ 2014)  STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RS

Pengelolaan Sediaan Pelayanan Farmasi Klinik


Didukung:
Farmasi, Alkes dan BMHP
•Pengkajian dan Pelayanan Resep
• SDM yg kompeten
• Pemilihan •Penelusuran Riwayat Penggunaan • Pengorganisasian
• Perencanaan dan Obat • Kaidah Kes.Pasien
Kebutuhan •Rekonsiliasi Obat • SPO
• Pengadaan •Pelayanan Informasi Obat (PIO)
• Penerimaan

&
•Konseling
• Penyimpanan •Visite Pemantauan Terapi Obat
(PTO)
• Pendistribusian
•Monitoring ES Obat (MESO)
• Pemusnahan dan MONITORING DAN
•Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) EVALUASI
Penarikan PELAYANAN BERMUTU
•Dispensingsediaan Steril
• Pengendalian DAN KES. PASIEN
•Pemantauan Kadar Obat dalam
• AdminIstrasi Darah (PKOD)

AKREDITASI
ORGANISASI, SELEKSI DAN PENGADAAN , PENYIMPANAN
Lapor
Riwayat Pasien makan obat Lapor PFT TKPRS
Rekonsiliasi Penyiapan
obat Telaah obat MESO/ PTO IKP
Resep Telaah obat ROTD

PELAYANAN YANG BERFOKUS PASIEN

5 tepat
Skrining Asesmen Rencana IKP Rencana
dan awal Asuhan Obat Pulang
Registrasi

Resep Lapor 26

TKPRS
REGULASI PERUMAHSAKITAN → SNARS EDISI 1
SASARAN KESELAMATAN PASIEN
•SASARAN 1 : MENGIDENTIFIKASI PASIEN DENGAN BENAR
•SASARAN 2 : MENINGKATKAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
•SASARAN 3 : MENINGKATKAN KEAMANAN OBAT-OBAT YANG HARUS DIWASPADAI (HIGH ALERT MEDICATIONS)
•SASARAN 4 : MEMASTIKAN LOKASI PEMBEDAHAN YANG BENAR, PROSEDUR YANG BENAR, PEMBEDAHAN PADA PASIEN YANG BENAR
•SASARAN 5 : MENGURANGI RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN
•SASARAN 6 : MENGURANGI RISIKO CEDERA PASIEN AKIBAT TERJATUH

STANDAR PELAYANAN BERFOKUS PASIEN


•BAB 1. AKSES KE RUMAH SAKIT DAN KONTINUITAS PELAYANAN (ARK)
•BAB 2. HAK PASIEN DAN KELUARGA (HPK) 78 BAB 3. ASESMEN PASIEN (AP)
•BAB 4. PELAYANAN DAN ASUHAN PASIEN (PAP)
•BAB 5. PELAYANAN ANESTESI DAN BEDAH (PAB)
•BAB 6. PELAYANAN KEFARMASIAN DAN PENGGUNAAN OBAT (PKPO)
•BAB 7. MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN EDUKASI (MKE)

STANDAR MANAJEMEN RUMAH SAKIT


•BAB 1. PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN (PMKP)
•BAB 2. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)
•BAB 3. TATA KELOLA RUMAH SAKIT (TKRS)
•BAB 4. MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK)
•BAB 5. KOMPETENSI DAN KEWENANGAN STAF (KKS)
•BAB 6. MANAJEMEN INFORMASI DAN REKAM MEDIS (MIRM)

PROGRAM NASIONAL
• SASARAN I PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI DAN PENINGKATAN KESEHATAN IBU DAN BAYI
•SASARAN II PENURUNAN ANGKA KESAKITAN HIV/AIDS
•SASARAN III PENURUNAN ANGKA KESAKITAN TUBERKULOSIS
•SASARAN IV PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA
• SASARAN V PELAYANAN GERIATRI

INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP)


PERUBAHAN NAMA BAB
di SNARS ed.1 6.Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS) 
Kompetensi dan Kewenangan Staf (KKS)
1. Akses Pelayanan dan Kontinuitas (APK)  Akses ke RS
dan Kontinuitas Pelayanan (ARK) 7.Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI) 
2. Pelayanan Pasien (PP)  Pelayanan Asuhan Pasien Manajemen Informasi dan Rekam Medis (MIRM)
(PAP) 8.Sasaran Milenium Development Goals (MDGs) 
3. Manajemen Penggunaan Obat (MPO)  Program Nasional t.d:
Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat 1. Program Menurunkan Angka Kematian Ibu
(PKPO) dan Bayi.
4. Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK)  Manajemen
Komunikasi dan Edukasi (MKE),  beberapa standar
2. Program Menurunan Angka Kesakitan
dari MKI v. 2012 yang terkait dengan komunikasi, HIV/AIDS.
dijadikan satu di MKE ini. 3. Program Menurunan Angka Kesakitan TB
5. Tata Kelola, Kepemimpinan dan Pengarahan (TKP) 
4. Penyelenggaraan Pengendalian
Tata Kelola RS (TKRS)
Resistensi Antimikroba (PPRA)
5. Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri
I. SASARAN KESELAMATAN SKP *)
PASIEN
ARK,HPK,AP,
PAP, PAB, PKPO*)
II. STANDAR PELAYANAN MKE) 7 Bab
STANDAR BERFOKUS PADA PASIENI.
(PMKP, PPI**,
KELOMPOK
NASIONAL AKREDITASI TKRS**,
MFK, KKS,** MIRM)
RUMAH SAKIT III. KELOMPOK STANDAR  6 Bab
MANAJEMEN RS **
(SNARS) ED 1
Diberlakukan 1 Jan’18 PONEK
IV. PROGRAM NASIONAL HIV/AIDS
TB
Cat: PPRA*)
*) terkait PKPO GERIATRI
V. INTEGRASI PENDIDIKAN IPKP
KESEHATAN DALAM PELAYANAN IPKP
II. STANDAR SASARAN KESELAMATAN PASIEN (SKP)
•SASARAN 1
 SKP wajib diterapkan pd. •Mengidentifikasi pasien dengan benar
SASARAN 2
semua RS yang diakreditasi
• Meningkatkan komunikasi yang efektif
KARS
 Maksud dan Tujuan  mendorong •SASARAN 3
RS melakukan perbaikan spesifik •Meningkatkan keamanan obat2 yang harus
dalam keselamatan pasien. diwaspadai (High Alert Medications) **)
 SKP menyoroti bagian2 •SASARAN 4
bermasalah dan pelayanan RS dan • Memastikan lokasi pembedahan yg benar,
menjelaskan bukti serta solusi dari prosedur yang benar , pemeriksaan pada pasien
konsensus para ahli atas yang benar.
SASARAN 5
permasalahan ini.
•Mengurangi risiko infeksi terkait yankes
 Sistem yang baik akan berdampak •SASARAN 6
pada peningkatan mutu pelayanan
• Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh
RS dan keselamatan pasien.

**) terkait PKPO


31

SASARAN 3
MENINGKATKAN KEAMANAN OBAT2 YANG HARUS DIWASPADAI (HIGH ALERT MEDICATIONS) **)

Elemen Penilaian SKP.3 Elemen Penilaian SKP 3.1


 Regulasi ttg penyediaan, penyimpanan, penataan,  RS menetapkan regulasi untuk melaksanakan
penyiapan, dan penggunaan obat yang perlu
proses mencegah kekurang hati2an dalam
diwaspadai.(R)
 RS mengimplementasikan regulasi yang telah mengelola elektrolit konsentrat (R)
dibuat (D,W)  Elektrolit konsentrat hanya tersedia di unit
 Di RS tersedia daftar semua obat yang perlu
kerja / instalasi farmasi atau depo farmasi.
diwaspadai, yang disusun berdasar data spesifik
sesuai regulasi. (D,O,W) (D,O,W)
 Tempat penyimpanan, pelabelan, penyimpanan
obat yang perlu diwaspadai, termasuk obat
NORUM diatur di tempat aman. (D,O,W)
Maksud dan Tujuan SKP.3 dan SKP.3.1
Obat Yang Perlu Diwaspadai terdiri:
a)Obat risiko tinggi  bila terjadikesalahan (error) dapat menimbulkan kematian atau
RS menetapkan regulasi kecacatan, mis: insulin, heparin, kemoteraputik.
utk melaksanakan: b)Obat, yang namanya, kemasannya, dan labelnya, penggunaan kliniknya,
• proses meningkatkan tampak/kelihatan sama (look alike), bunyi ucapan sama (sound alike), disebut juga
keamanan thd obat yang nama obat rupa ucapan mirip (NORUM )
perlu diwaspadai. SKP 3 c)Elektrolit konsentrat seperti :
• proses mengelola • potasium klorida dengan konsentrasi ≥ 2 mEq/ml,
penggunaan elektrolit • potassium fosfat dengan konsentrasi ≥ 3 mmol/ml,
konsentrat. SKP 3.1 • NaCl dengan konsentrasi > 0.9% dan
• MgSO4 dengan konsentrasi 20%, 40% atau >

Cara paling efektif untuk mengurangi atau menghilangkan kejadian2 tsb:


1. menetapkan proses utk mengelola obat yang perlu diwaspadai (high alert medication)
2. memindahkan elektrolit konsentrat dari area layanan perawatan pasien ke unit farmasi. (lihat juga
PKPO.3 EP 4).
II. STANDAR PELAYANAN BERFOKUS PASIEN
BAB 6. PELAYANAN KEFARMASIAN DAN PENGGUNAAN OBAT (PKPO)

STANDAR Farmasi Klinik


AKREDITASI

Medication
Safety
GAMBARAN UMUM PKPO

 Yan. kefarmasian  pelayanan langsung dan •  komponen penting : pengobatan simptomatik,


bertanggung jawab kpd pasien yang berkaitan dengan preventif, kuratif, paliatif, dan rehabilitatif thd
“sediaan farmasi dan alkes” dengan maksud mencapai penyakit dan berbagai kondisi, serta mencakup
hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan sistem dan proses yang digunakan RS dalam
memberikan farmakoterapi kepada pasien.
pasien.
• Multisiplin dlm koord. para staf di RS.
 Yan. kefarmasian di RS bertujuan
 Menjamin mutu, manfaat, keamanan dan khasiat • RS menerapkan prinsip rancang proses yang efektif,
implementasi dan peningkatan mutu thd *seleksi
sediaan farmasi dan alkes; s/d pemantauan terapi obat.
 Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian;
• Praktik penggunaan obat yang tidak aman (unsafe
 Melindungi pasien, masyarakat, dan staf dari medication practices) dan kesalahan penggunaan
penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka kes. obat (medication errors)  penyebab utama
pasien (patient safety). cedera dan bahaya yang dapat dihindari
 Menjamin sistem PKPO yang lebih aman (medication  RS wajib mematuhi peraturan per UU an,
safety) membuat sistem PKPO yang lebih aman dan
senantiasa berupaya menurunkan kesalahan
 Menurunkan angka kesalahan penggunaan obat pemberian obat.
PKPO: 22 STANDAR, 84 ELEMEN PENILAIAN
FOKUS AREA: Pelayanan Kefarmasian & Penggunaan Obat
PKPO 1 Pengorganisasian PKPO 5 Penyiapan Obat
5.1: Telaah R/
PKPO 2 Seleksi
2.1: Proses pengadaan
PKPO 6 Star klinis yg competent dan berwenang
2.1.1: Pengadaan obat bila sediaan kosong
memberikan obat
6.1: Verifikasi obat
PKPO 3 Penyimpanan
6.2: Regulasi obat yang dibawa pasien
3.1: Penyimpanan dengan persyaratan khusus

3.2:Obat emergensi PKPO7 Monitor Efek samping obat


3.3:Penarikan obat dan Pemusnahan 7.1: Menetapkan, menerapkan tindakan ME
3.4: Obat Emergensi
3.5: Recall obat

PKPO 4 Peresepan
4.1: Syarat kelengkapan R/
4.2: Individu yg kompeten menulis R/
4.3: Cara pencatatan obat dalam RM
35
PKPO 1
Pengorganisasian

Pengorganisasian 1. Ada regulasi tentang organisasi yang mengelola PKPO yang


PKPO di RS harus menyeluruh atau mengarahkan semua tahapan PKPO yang aman
sesuai dgn peraturan sesuai dg peraturan perUUan. (R)
perUUan dan 2. Ada bukti seluruh apoteker memiliki izin dan melakukan supervisi
diorganisir untuk sesuai penugasannya. (D,W)
memenuhi kebutuhan 3. Ada bukti pelaksanaan sekurang2nya 1 kajian PKPO yang
pasien. didokumentasikan selama 12 bulan terakhir. (D,W)
4. Ada bukti sumber informasi obat yang tepat, terkini, dan selalu
tersedia bagi semua yang terlibat dalam penggunaan obat. (D,O,W)
5. Terlaksananya pelaporan kesalahan penggunaan obat sesuai
peraturan perUUan (D,W)
6. Terlaksananya TL thd kesalahan penggunaan obat
PKPO 2

Seleksi dan Pengadaan


Ada proses seleksi obat 1. Ada regulasi ttg organisasi yang menyusun formularium RS
dengan benar yang
berdasarkan kriteria yang disusun secara kolaboratif sesuai
menghasilkan
formularium dan peraturan perUUan. (R)
digunakan untuk 2. Ada bukti pelaksanaan apabila ada obat yang baru ditambahkan
permintaan obat serta dalam formularium, maka ada proses untuk memantau
instruksi pengobatan.
bagaimana penggunaan obat tsb dan bila terjadi efek obat yang
Obat dalam tidak diharapkan, efek samping dan medication error. (D,W)
formularium senantiasa 3. Ada bukti implementasi untuk memantau kepatuhan terhadap
tersedia dalam stok di formularium baik dari persediaan maupun penggunaanya. (D,W)
RS atau sumber di
dalam atau di luar RS 4. Ada bukti pelaksanaan formularium sekurang-kurangnya dikaji
setahun sekali berdasarkan informasi tentang keamanan dan
efektivitas. (D,W)
PKPO 2.1

Seleksi dan Pengadaan


RS menetapkan proses 1. Ada regulasi tentang pengadaan sediaan farmasi, alkes, BMHP yang aman,
pengadaan sediaan bermutu, bermanfaat dan berkhasiat sesuai peraturan perUUan. (TKRS.7). (R)
farmasi, alkes, BMHP yg 2. Ada bukti bahwa manajemen rantai pengadaan (supply chain management)
aman, bermutu, dilaksanakan sesuai peraturan perUUan (TKRS.7.1).
bermanfaat dan berkhasiat 3. Ada bukti pengadaan obat berdasarkan kontrak. (TKRS.7).
sesuai peraturan perUUan.

PKPO 2.1.1
Pengadaan obat bila sedang kosong
RS menetapkan regulasi 1. Ada regulasi tentang pengadaan bila sediaan farmasi, alat kesehatan dan
untuk mendapatkan bahan medis habis pakai tidak ada dalam stok atau tidak tersedia saat
obat bila sewaktu2 obat dibutuhkan. (R)
tidak tersedia. 2. Ada bukti pemberitahuan kepada staf medis serta saran substitusinya.
(D,W)
3. Ada bukti bahwa staf memahami dan mematuhi regulasi tersebut. (D, W)
PKPO 3
Penyimpanan
RS menetapkan tata 1.Ada regulasi tentang pengaturan penyimpanan sediaan farmasi, alkes dan BMHP
laksana pengaturan yang baik, benar dan aman. (R)
penyimpanan sediaan 2.Ada bukti obat dan zat kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat diberi
farmasi, alkes dan BMHP label yang t.d isi / nama obat, tanggal kadaluarsa dan peringatan khusus. (lihat
yang baik, benar dan aman juga MFK.5 EP 6) (O,W)
3.Ada bukti implementasi proses penyimpanan obat yang tepat agar kondisi obat
tetap stabil, termasuk obat yang disimpan diluar instalasi farmasi. (D,W)
4.Ada bukti pelaksanaan dilakukan supervisi secara teratur oleh apoteker untuk
memastikan penyimpanan obat dilakukan dengan baik. (D,W)
5.Ada bukti pelaksanaan obat dilindungi dari kehilangan dan pencurian di semua
tempat penyimpanan dan pelayanan. (D,W)
PKPO 3.1

Penyimpanan dengan Persyaratan Khusus


RS mengatur tata 1.Ada regulasi tentang pengaturan tata kelola bahan berbahaya,
kelola bahan obat narkotika dan psikotropika yang baik, benar dan aman sesuai
berbahaya, obat peraturan perUUan (R)
narkotika dan psiko 2.Ada bukti penyimpanan bahan berbahaya yang baik, benar dan
tropika yang baik, aman sesuai regulasi (O,W)
benar dan aman 3.Ada bukti penyimpanan obat narkotika dan psikotropika yang
sesuai peraturan baik, benar dan aman sesuai regulasi. (O,W)
perUUan 4.Ada bukti pelaporan obat narkotika dan psikotropika secara
akurat sesuai peraturan dan perundang-undangan. (D,W)
PKPO 3.2
Penyimpanan elektrolit konsentrat

RS mengatur 1. Ada regulasi rumah sakit tentang proses larangan menyimpan


tatakelola elektrolit konsentrat di daerah rawat inap kecuali bila dibutuhkan
penyimpanan secara klinik, dan apabila terpaksa disimpan di area rawat inap
elektrolit konsentrat harus diatur tentang keamanannya untuk menghindari
yang baik, benar dan kesalahan (SKP.3.1). (R)
aman sesuai 2. Ada bukti penyimpanan elektrolit konsentrat yang baik, benar
peraturan perUUan. dan aman sesuai regulasi (O,W)
3. Elektrolit konsentrat diberi label obat yang harus diwaspadai (
high alert) sesuai regulasi. (O,W)
PKPO 3.3
Penyimpanan obat dg pengawasan tertentu

RS mengatur 1. Ada regulasi tentang pengaturan penyimpanan obat dengan ketentuan


tatakelola khusus meliputi a) sampai dengan e) (R)
penyimpanan nutrisi, 2. Ada bukti penyimpanan produk nutrisi yang baik, benar dan aman sesuai
regulasi. (lihat juga PAP.4) (O,W)
radio aktif, obat yg
3. Ada bukti penyimpanan obat dan bahan radioaktif yang baik, benar dan
dibawa pasien, obat
aman sesuai regulasi. (O,W)
program), obat utk 4. Ada bukti penyimpanan obat yang dibawa pasien sebelum rawat inap
penelitian yang baik, benar dan aman sesuai regulasi. (O,W)
5. Ada bukti penyimpanan obat program atau bantuan pemerintah / pihak
lain yang baik, benar dan aman sesuai regulasi. (O,W)
6. Ada bukti penyimpanan obat yang digunakan untuk penelitian yang baik,
benar dan aman sesuai regulasi. (O,W)
PKPO 3.4
Penyimpanan Obat Emergensi

RS menetapkan regulasi 1.Ada regulasi tentang pengelolaan obat emergensi yang tersedia di
untuk memastikan obat unit2t layanan agar dapat segera dipakai untuk memenuhi
emergensi yang kebutuhan darurat, serta upaya pemeliharaan dan pengamanan
tersimpan di dalam
dari kemungkinan pencurian dan kehilangan. (R)
maupun di luar unit
2.Ada bukti persediaan obat emergensi lengkap dan siap pakai.
farmasi tersedia,
tersimpan aman, dan (D,O,W)
dimonitor. 3.Ada bukti pelaksanaan supervisi thd penyimpanan obat
emergensi, dan segera diganti apabila dipakai, kadaluwarsa atau
rusak. (D,O,W)
PKPO 3.5
Penarikan Obat Dan Pemusnahan

RS memiliki sistem 1.Ada regulasi tentang penarikan kembali (recall) dan pemusnahan
penarikan kembali sediaan farmasi, alkes dan BMHP yang tidak layak pakai karena
(recall), pemusnahan rusak, mutu substandar atau kadaluwarsa. (R)
sediaan farmasi, alkes 2.Ada bukti pelaksanaan penarikan kembali (recall) sesuai regulasi
dan BMHP tidak layak yang ditetapkan. (D,W)
digunakan krn rusak, 3.Ada bukti pelaksanaan pemusnahan sesuai regulasi yang
mutu substandar atau ditetapkan. (D,W)
kadaluwarsa.
PKPO 4
Peresepan dan Penyalinan

Ada regulasi tentang 1. Ada regulasi tentang peresepan/permintaan obat dan instruksi
peresepan / permintaan pengobatan secara benar, lengkap dan terbaca, dan menetapkan staf
obat dan instruksi medis yang kompeten dan berwenang untuk melakukan peresepan /
pengobatan permintaan obat dan instruksi pengobatan (R)
2. Ada bukti peresepan/permintaan obat dan instruksi pengobatan
dilaksanakan oleh staf medis yang kompeten dan berwenang. (D,O, W)
3. Ada bukti pelaksanaan apoteker melakukan rekonsiliasi obat pada saat
pasien masuk, pindah unit pelayanan dan sebelum pulang (D,W)
4. RM memuat riwayat penggunaan obat pasien (D,O)
PKPO 4.1
Syarat kelengkapan resep

Regulasi ditetapkan untuk 1. Ada regulasi syarat elemen R/ lengkap yang meliputi a) - g) di maksud dan tujuan
menentukan pengertian serta penetapan dan penerapan langkah langkah untuk pengelolaan peresepan
dan syarat kelengkapan /permintaan obat dan instruksi pengobatan yang tidak benar, tidak lengkap dan
resep atau pemesanan.
tidak terbaca agar hal tersebut tidak terulang kembali. (R)
2. Ada bukti pelaksanaan evaluasi syarat elemen resep lengkap yang meliputi a) - g)
di maksud dan tujuan. (D,W)
3. Ada bukti pelaksanaan proses pengelolaan resep yang tidak benar, tidak lengkap
dan tidak terbaca. (D,W)
4. Ada bukti pelaksanaan proses untuk mengelola resep khusus, seperti darurat,
standing order, berhenti otomatis (automatic stop order), tapering dan lainnya.
(D,W)
Maksud dan tujuan PKPO.4.1 
Untuk menghindari keragaman dan menjaga keselamatan pasien, maka RS menetapkan
persyaratan atau elemen penting dari kelengkapan suatu resep atau permintaan obat dan
instruksi pengobatan.

•Persyaratan atau elemen kelengkapan paling sedikit meliputi:


a) data identitas pasien secara akurat (dengan stiker)
b) elemen pokok di semua resep atau permintaan obat atau instruksi pengobatan
c) kapan diharuskan menggunakan nama dagang atau generik
d) kapan diperlukan penggunaan indikasi, seperti pada PRN (pro re nata, atau “jika
perlu”) atau instruksi pengobatan lain.
e) jenis instruksi pengobatan yang berdasarkan BB, spt : anak anak, lansia yang rapuh,
dan populasi khusus sejenis lainnya.
f) kecepatan pemberian (jika berupa infus)
g) instruksi khusus, sebagai contoh: titrasi, tapering, rentang dosis
PKPO 4.2
Individu yg kompeten menulis R/

RS menetapkan individu 1.Ada daftar staf medis yang kompeten dan berwenang membuat atau
yang kompeten yang menulis resep yang tersedia di semua unit pelayanan. (D)
diberi kewenangan 2.Ada bukti pelaksanaan RS menetapkan dan melaksanakan proses untuk
untuk menulis R/
membatasi, jika diperlukan, jumlah R/ atau jumlah pemesanan obat yang
permintaan obat atau
instruksi pengobatan. dapat dilakukan staf medis yg diberi kewenangan. (R)
3.Ada bukti staf medis yang kompeten dan berwenang membuat atau
menulis resep atau memesan obat dikenal dan diketahui oleh unit layanan
farmasi atau oleh lainnya yang menyalurkan obat (D)
PKPO 4.3
Cara pencatatan obat dalam RM
Obat yang diresepkan 1.Ada bukti pelaksanaan obat yang diberikan dicatat dalam satu
dan diberikan tercatat daftar di RM untuk setiap pasien berisi: identitas pasien, nama
di RM pasien obat, dosis, rute pemberian, waktu pemberian, nama dokter dan
keterangan bila perlu tapering off, titrasi dan rentang dosis. (D)
2.Ada bukti pelaksanaan daftar tersebut diatas disimpan dalam RM
pasien dan menyertai pasien ketika pasien dipindahkan. Salinan
daftar tersebut diserahkan kepada pasien saat pulang (D).
PKPO 5
Penyiapan obat
Obat disiapkan dan 1. Ada regulasi tentang penyiapan dan penyerahan obat yang sesuai
diserahkan di dalam peraturan perUUan dan praktik profesi. (R)
lingkungan aman dan 2. Ada bukti pelaksanaan staf yang menyiapkan produk steril dilatih,
bersih memahami dan mempraktikkan prinsip penyiapan obat dan teknik
aseptic (D,W)
3. Ada bukti pelaksanaan pencampuran obat kemoterapi dilakukan sesuai
praktik profesi. (O,W)
4. Ada bukti pencampuran obat intravena, epidural dan nutrisi parenteral
serta pengemasan kembali obat suntik dilakukan sesuai praktik profesi.
(O,W)
PKPO 5.1
Telaah Resep
RS menetapkan regulasi 1. Ada regulasi tentang penetapan sistem yang seragam untuk penyiapan dan
yang mengatur semua R/ penyerahan obat (R)
permintaan obat dan 2. Ada bukti pelaksanaan proses pengkajian resep yang meliputi a) - g) di maksud
instruksi pengobatan obat dan tujuan. (D,W)
ditelaah ketepatannya. 3. Setelah persiapan, obat diberi label meliputi identitas pasien, nama obat, dosis
atau konsentrasi, cara pemakaian, waktu pemberian, tanggal disiapkan, dan
tanggal kadaluarsa. (D,O,W)
4. Ada bukti pelaksanaan telaah obat meliputi 1) - 5) di maksud dan tujuan. (D,W)
5. Ada bukti pelaks.penyerahan obat dalam bentuk yang siap diberikan. (D,W)
6. Ada bukti penyerahan obat tepat waktu. (D,O,W)
Standar PKPO.5.1
• Pengkajian resep untuk menilai ketepatan baik administratif,
klinis maupun farmasetik obat untuk pasien dan kebutuhan • Telaah obat dilakukan terhadap obat yang
kliniknya pada saat resep dibuat atau obat dipesan. telah siap, telaah dilakukan meliputi 5
(lima) informasi yaitu:

• Pengkajian resep dilakukan oleh apoteker meliputi: 1) identitas pasien


a) Ketepatan identitas pasien, obat, dosis, frekuensi, aturan 2) ketepatan obat;
minum/makan obat, waktu pemberian 3) dosis
b) Duplikasi pengobatan 4) rute pemberian
c) Potensi alergi atau sensitivitas 5) waktu pemberian.
d) Interaksi antara obat dan obat lain atau dengan makanan
e) Variasi dari kriteria penggunaan dari rumah sakit
f) Berat badan pasien dan atau informasi fisiologik lainnya
g) Kontra indikasi
PKPO 5.2
Sistem Distribusi dan Penyerahan Obat
Sistem ditetapkan utk 1. Ada regulasi yg menetapkan sistem distribusi dan penyerahan
menyerahkan obat obat seragam (R)
tepat dosis, tepat 2. Setelah persiapan, obat diberi label identitas pasien, nama obat,
pasien dan tepat dosis/konsentrasi, cara pemakaian, waktu pemberian, tanggal
waktu. disiapkan, dan tanggal kadaluarsa. (D,O)
3. Obat diserahkan dalam bentuk siap untuk diberikan kepada
pasien (D,O)
4. Ada bukti penyerahan obat tepat waktu dan akurat (O)
PKPO 6
Pemberian Obat
RS menetapkan staf 1. Ada penetapan staf klinis yang kompeten dan berwenang untuk
klinis yang kompeten memberikan obat, termasuk pembatasannya. (R)
dan berwenang untuk 2. Ada bukti pelaksanaan pemberian obat oleh staf klinis yang
memberikan obat.
kompeten dan berwenang sesuai dengan surat ijin terkait
profesinya dan peraturan perUUan .(D,W)
3. Ada bukti pelaksanaan pemberian obat dilaksanakan sesuai
dengan pembatasan yang ditetapkan misalnya obat kemoterapi,
obat radioaktif atau obat untuk penelitian. (D,W)
PKPO 6.1
Verifikasi Obat
Proses pemberian 1. Ada regulasi tentang verifikasi sebelum penyerahan obat kepada
obat termasuk proses pasien yang meliputi a) - e) di maksud dan tujuan. (R)
verifikasi apakah obat 2. Ada bukti pelaksanaan verifikasi sebelum obat diserahkan kepada
yang akan diberikan
pasien. (D,W,S)
telah sesuai R/
permintaan obat. 3. Ada bukti pelaksanaan double check untuk obat yang harus
diwaspadai (high alert). (D,O,W,S)

PKPO 6.2
Regulasi tentang obat yang dibawa oleh pasien

Ada regulasi tentang 1.Ada regulasi tentang pengobatan oleh pasien sendiri. (R)
obat yang dibawa oleh 2.Ada bukti pelaksanaan pengobatan obat oleh pasien sendiri sesuai
pasien ke RS untuk regulasi. (D,W)
digunakan sendiri
3.Ada proses monitoring terhadap pengobatan oleh pasien sendiri. (D,W)
PKPO 7
Pemantauan (monitor)

Efek obat dan efek 1.Ada regulasi tentang pemantauan efek obat dan efek samping obat serta
samping obat terhadap dicatat dalam status pasien. (lihat juga AP 2 EP 1) (R,)
pasien dipantau 2.Ada bukti pelaksanaan pemantauan terapi obat. (D,W)
3.Ada bukti pemantauan efek samping obat dan pelaporannya sesuai
peraturan perUUan (D,W)
PKPO 7.1
Menetapkan, menerapkan tindakan Medication Error
RS menetapkan dan menerapkan 1. Ada regulasi tentang medication safety yang bertujuan untuk mengarahkan
proses pelaporan dan tindakan
terhadap kesalahan penggunaan penggunaan obat yang aman dan meminimalisasi kemungkinan terjadi
obat (medication error) serta kesalahan penggunaan obat sesuai peraturan perUUan (R)
upaya menurunkan angkanya.
2.Ada bukti pelaksanaan RS mengumpulkan dan memonitor seluruh angka
kesalahan penggunaan obat termasuk KTD, kejadian sentinel, KNC dan KTC
(D,W)
3.Ada bukti Inst.farmasi mengirimkan laporan kesalahan penggunaan obat
(medication error) ke Tim KPRS (D,W)
4.Ada bukti TKPRS menerima laporan kesalahan penggunaan obat (medication
error) dan mencari akar masalah atau investigasi sederhana, solusi dan tindak
lanjutnya serta melaporkan kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien (lihat
juga PMKP.7) (D,W)
5.Ada bukti pelaksanaan RS melakukan upaya untuk mencegah dan menurunkan
kesalahan penggunaan obat (medication error) (lihat juga PMKP 7 EP 1) (D,W)
STANDAR
PENGELOLAAN PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA
(PPRA)
Resistensi antimikroba: masalah kesehatan global dengan dampak merugikan
 menurunkan mutu dan
 Meningkatkan risiko biaya pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien
Resistensi antimikroba  ketidak mampuan antimikroba membunuh/ menghambat
pertumbuhan mikroba shg penggunaannya sbg terapi penyakit infeksi tidak efektif lagi.
• ↑↑ akibat
1.penggunaan antimikroba tidak bijak dan bertanggung jawab
2.penyebaran mikroba resisten dari pasien ke lingkungannya karena tidak
dilaksanakannya praktik pengendalian dan pencegahan infeksi dengan baik
STANDAR
PENGELOLAAN PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA
(PPRA)
Implementasi PPRA di RS perlu dukungan penuh Pimp./Dir. RS berupa :
• penetapan regulasi PPRA,
• pembentukan organisasi pengelola, penyediaan fasilitas, sarana dan dukungan finansial

• Penggunaan antimikroba secara bijak ialah penggunaan antimikroba yang sesuai:


1. penyakit infeksi dan penyebabnya
2. rejimen dosis optimal,
3. durasi pemberian optimal,
4. ES dan dampak munculnya mikroba resisten yang minimal

• Diagnosis dan pemberian antimikroba harus disertai dengan upaya menemukan penyebab infeksi dan
kepekaan mikroba patogen terhadap antimikroba.
Program Pengendalian
Resistensi Antimikroba
Regulasi pengendalian resistensi antimikroba di RS yang meliputi: a) peningkatan pemahaman dan
1. Pengendalian resistensi antimikroba.
2. Panduan penggunaan AB untuk terapi dan kesadaran seluruh staf,pasien
profilaksis pembedahan. dan keluarga tentang masalah
3. Organisasi pelaksana, Tim/ Komite PPRA terdiri dari resistensi anti mikroba
NAKES yang kompeten dari unsur:
Staf Medis b) pengendalian penggunaan
Staf Keperawatan antibiotic
Staf Instalasi Farmasi
Staf Lab. melaksanakan pelayanan mikrobiologi klinik c) surveilans pola penggunaan
Komite Farmasi dan Terapi antibiotik
Komite PPI
d) surveilans pola resistensi
antimikroba
Organisasi PRA dipimpin oleh staf medis yang sudah mendapat
sertifikat pelatihan PPRA e) forum kajian penyakit infeksi
terintegrasi
Program Nasional 4
PPRA
Tersedia regulasi 1. Ada regulasi dan program tentang pengendalian resistensi antimikroba di RS sesuai
PPRA di RS peraturan perundang-undangan. (R)
2. Ada bukti pimpinan RS terlibat dalam menyusun program. (D,W)
3. Ada bukti dukungan anggaran operasional, kesekretariatan, sarana prasarana untuk
menunjang kegiatan fungsi, dan tugas organisasi PPRA. (D,O,W)
4. Ada bukti pelaksanaan penggunaan antibiotik terapi dan profilaksis pembedahan pada
seluruh proses asuhan pasien. (D,O,W)
5. Direktur melaporkan kegiatan PPRA secara berkala kepada KPRA. (D,W)

Program Nasional 4.1


PPRA
RS (Tim/Komite PPRA) 1. Ada organisasi yang mengelola kegiatan PRA dan melaksanakan PPRA RS a) -
melak- d) di maksud dan tujuan. (R)
sanakan kegiatan 2. Ada bukti kegiatan organisasi yang meliputi a) - d) dimaksud dan tujuan. (D,W)
pengendalian resistensi 3. Ada penetapan indikator mutu yang meliputi a) - e) di maksud dan tujuan.
antimikroba. (D,W)
4. Ada monitoring dan evaluasi terhadap PPRA yang mengacu pada indikator PRA
(D,W)
5. Ada bukti pelaporan kegiatan PPRA secara berkala dan meliputi butir a) - e) di
maksud dan tujuan.(D,W)
KESIMPULAN
• Membangun budaya mutu dan keselamatan pasien adalah kebutuhan Fasyankes
• Saat ini keselamatan pasien adalah masalah yang serius dan merupakan gerakan
global.
• Peran Kefarmasian dan Alkes sangat mendukung Upaya Peningkatan Mutu dan
Keselamatan Pasien sehingga mempunyai daya ungkit yang tinggi dalam
melaksanakan Akreditasi
• Keterkaitan pemenuhan berbagai standar terkait standar Kefarmasian dan Alkes
sehingga diperlukan pemahaman yang komprehensif seluruh Staf FKTP (Standar
Penunjang Klinis) dan Staf RS (Standar SKP, PKPO, PPRA,TKRS,KKS, MFK dan
standar terkait lainnya)
• Pemenuhan S, P, A, pemeliharaan dan kondisi siap pakai serta memenuhi kaidah
keselamatan pasien merupakan suatu “kebutuhan mutlak” bagi penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yg berkualitas di semua Fasyankes.

Anda mungkin juga menyukai